Anda di halaman 1dari 12

BAB I

KONSEP MEDIS

A. Definisi
Definisi Fraktur
Faktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar
tulang akan menentukkan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap
(Prince & Wilson, 2006).

Definisi Fraktur Femur


Fraktur Femur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang femur, yang
biasanya disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon, dan
kerusakan pembuluh darah (Smeltzer et al., 2010).

B. Klasifikasi Fraktur Secara Klinis


1. Fraktur tertutup (fraktur simple), bila tidak terdapat hubungan antara fragment tulang
dengan dunia luar.
2. Fraktur terbuka (fraktur komplikata/kompleks), bila terdapat hubungan antara
fragment tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit.
3. Fraktur dengan komplikasi, seperti infeksi tulang.

C. Etiologi
1. Traumatik. Disebabkan oleh trauma yang tiba-tiba mengenai tulang dengan kekuatan
yang besar. Tulang tidak mampu menahan trauma tersebut sehingga terjadi fraktur.
2. Patologis. Disebabkan oleh kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis
di dalam tulang. Fraktur patologis terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah
menjadi lemah karena tumor atau proses patologis lainnya. Tulang seringkali
menunjukkan penurunan densitas. Penyebab paling sering dari fraktur-fraktur
semacam ini adalah tumor, baik primer maupun metastasis.
3. Stress. Disebabkan oleh trauma yang terus menerus pada suatu tempat tertentu.

D. Manifestasi Klinik
1. Nyeri.
2. Alat gerak tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya
3. Darah bisa merembes dari tulang yang patah (kadang dalam jumlah yang cukup banyak)
dan masuk ke dalam jaringan di sekitarnya atau keluar dari luka akibat cedera.
4. Edema terjadi akibat peningkatan permeabilitas kapiler.
5. Pucat disebabkan kadar oksigen jaringan menurun.
6. Otot tegang dan terjadi pembengkakan
7. Krepitus akibat gesekan antara fragmen satu dengan yang lainnya.
8. Perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur.
9. Terjadi deformitas akibat pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai.

E. Komplikasi
1. Syok
Syok terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas
kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Hal ini biasanya terjadi
pada fraktur. Pada beberapa kondisi tertentu,syok neurogenik sering terjadi pada
fraktur femur karena rasa sakit yang hebat pada pasien.
2. Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai oleh: tidak adanya nadi,CRT
(Capillary Revill Time) menurun, sianosis bagian distal, hematoma yang lebar,

Program Profesi PSIK UNHAS (Keperawatan Medikal Bedah II, 2016) Bedah Ortopedi
serta dingin pada ekstremitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi
pembidaiaan, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi dan pembedahan.
3. Sindrom Kompartemen
Sindrom kompartemen adalah suatu kondisi dimana terjadi terjebaknya otot,
tulang syaraf dan pembuluh darah dalam jaringan parut akibat suatu pembengkakan
dari edema atau perdarahan yang menekan otot, syaraf dan pembuluh darah.
Kondisi sindrom kompartemen akibat komplikasi fraktur hanya terjadi pada fraktur
yang dekat dengan persendian dan jarang terjadi pada bagian tengah tulang. Tanda
khas untuk sindrom kompartemen adalah 5 P yaitu : Pain (nyeri lokal), Paralisis
(kelumpuhan otot), Parestesia (tidak ada sensasi), Pallor (pucat bagian distal),
Pulsessness (tidak ada denyut nadi, perubahan nadi, perfusi yang tidak baik dan
CRT >3 detik pada bagian distal kaki)
4. Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
ortopedik infeksi dimulai pada kulit (superfisial) dan masuk ke dalam. Hal ini
biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka.
5. Avaskuler nekrosis
Terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa
menyebabkan nekrosis tulang dan diawali Volkman’s Ischemia.
6. Sindrom emboli lemak
Merupakan komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang
panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan sumsum tulang kuning
masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang
ditandai dengan gangguan pernapasan, takikardi, hipertensi, takipnea dan demam.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan rontgen: menentukan lokasi/ luasnya fraktur/ trauma, dan jenis fraktur
2. Scan tulang, tomogram, CT scan MRI: memperlihatkan tingkat keparahan fraktur,
juga dapat untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
3. Arteriogram: dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan vaskuler
4. Hitung darah lengkap: Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun
(perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh dan multipel trauma).
Peningkatan leukosit sebagai respon terhadap peradangan
5. Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
6. Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multipel
atau cidera hati.

G. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan fraktur adalah untuk menempatkan ujung-ujung dari patah tulang
supaya satu sama lain saling berdekatan, selain itu menjaga agar tulang tetap menempel
sebagaimana mestinya. Proses penyembuhan memerlukan waktu minimal 4 minggu,
tetapi pada usia lanjut biasanya memerlukan waktu yang lebih lama. Setelah sembuh,
tulang biasanya kuat dan kembali berfungsi (Corwin, 2001).
1. Traksi
Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk menangani
kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot. Tujuan traksi adalah untuk
menangani fraktur, dislokasi atau spasme otot dalam usaha untuk memperbaiki
deformitas dan mempercepat penyembuhan. Traksi menggunakan beban untuk
menahan anggota gerak pada tempatnya. Tapi sekarang sudah jarang digunakan.
Traksi longitudinal yang memadai diperlukan selama 24 jam untuk mengatasi
spasme otot dan mencegah pemendekan, dan fragmen harus ditopang di posterior
untuk mencegah pelengkungan. Traksi pada anak-anak dengan fraktur femur harus
kurang dari 12 kg, jika penderita yang gemuk memerlukan beban yang lebih besar.

Program Profesi PSIK UNHAS (Keperawatan Medikal Bedah II, 2016) Bedah Ortopedi
2. Fiksasi interna
Fiksasi interna dilakukan dengan pembedahan untuk menempatkan piringan atau
batang logam pada pecahan-pecahan tulang. Fiksasi interna merupakan pengobatan
terbaik untuk patah tulang pinggul dan patah tulang disertai komplikasi.
3. Pembidaian
Pembidaian adalah suatu cara pertolongan pertama pada cedera/trauma sistem
muskuloskeletal untuk mengistirahatkan (immobilisasi) bagian tubuh kita yang
mengalami cedera dengan menggunakan suatu alat yaitu benda keras yang
ditempatkan di daerah sekeliling tulang.
4. Pemasangan Gips atau Operasi Dengan Orif
Gips adalah suatu bubuk campuran yang digunakan untuk membungkus secara
keras daerah yang mengalami patah tulang. Pemasangan gips bertujuan untuk
menyatukan kedua bagian tulang yang patah agar tak bergerak sehingga dapat
menyatu dan fungsinya pulih kembali dengan cara mengimobilisasi tulang yang
patah tersebut.

Program Profesi PSIK UNHAS (Keperawatan Medikal Bedah II, 2016) Bedah Ortopedi
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
a. Aktivitas / istirahat
Gejala :
 kelemahan, kelelahan, terdapat masalah pada mobilitas
Tanda :
 Keterbatasan / kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera,
fraktur itu sendiri atau terjadi secara sekunder, dari pembengkakan jaringan,
nyeri)
 Kelemahan dari ekstremitas yang terkena
 Penurunan ROM
b. Sirkulasi
Tanda :
 Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respons terhadap nyeri/ansietas) atau
hipotensi (kehilangan darah)
 Takhikardia (respons stress, hipovolemia)
 Penurunan/tak ada nadi pada bagian distal yang cidera: pengisian kapiler lambat,
pucat pada bagian yang terkena
 Pembengkakan jaringan atau massa hematoma pada sisi cidera
c. Neurosensori
Gejala :
 Hilang gerakan/sensasi, spasme otot
 Kebas/kesemutan (parastesis)
Tanda :
 Deformitas lokal: angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi (bunyi
berderit), spasme otot, terlihat kelemahan/hilang fungsi
 Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas atau trauma lain
d. Eliminasi
Tanda :
 Hematuria
 Sedimen urine
 Perubahan output-GGA dengan kerusakan muskuloskletal
e. Nyeri/kenyamanan
 Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area jaringan
/kerusakan tulang : dapat berkurang pada imobilisasi)
 Spasme/kram otot (setelah imobilisasi)
f. Keamanan
Tanda :
 Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna
 Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba)

Program Profesi PSIK UNHAS (Keperawatan Medikal Bedah II, 2016) Bedah Ortopedi
B. Diagnose Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen injuri fisik, spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera
jaringan lunak, pemasangan traksi.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai darah ke jaringan.
3. Kerusakkan integritas kulit b.d pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup).
4. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakkan rangka neuromuscular, nyeri, terapi
restriktif (imobilisasi).
5. Resiko infeksi.
6. Resiko trauma.

C. Rencana Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Nyeri akut b.d agen injuri fisik, spasme NOC : NIC :


otot, gerakan fragmen tulang, edema,  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
cedera jaringan lunak, pemasangan  pain control, lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
traksi.  comfort level presipitasi
Kriteria hasil:  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
 Mampu mengontrol nyeri (tahu  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
penyebab nyeri, mampu dukungan
menggunakan tehnik  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
nonfarmakologi untuk mengurangi suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
nyeri, mencari bantuan)  Kurangi faktor presipitasi nyeri
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
dengan menggunakan manajemen  Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala,
nyeri relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
 Mampu mengenali nyeri (skala,  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...
intensitas, frekuensi dan tanda  Tingkatkan istirahat
nyeri)  Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri,
 Menyatakan rasa nyaman setelah berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi
nyeri berkurang ketidaknyamanan dari prosedur
 Tanda vital dalam rentang normal  Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
 Tidak mengalami gangguan tidur analgesik pertama kali

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Ketidakefektifan perfusi jaringan NOC : NIC :


perifer b.d penurunan suplai darah ke  Circulation status Peripheral Sensation Management (Manajement
jaringan.  Tissue Perfusion: cerebral sensasi perifer)
Kriteria hasil:  Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
Mendemonstrasikan status sirkulasi panas/dingin/tajam/tumpul.
yang ditandai dengan:  Monitor adanya pretese
 Tekan sistol dan diastol dalam  Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi
rentang yang diharapkan. atau laserasi.
 Tidak ada ortostatik hipertensi.  Gunakan sarung tangan untuk proteksi.
 Tidak ada tanda-tanda peningkatan  Batasi gerakkan pada kepala, leher, dan punggung.
tekanan intrakranial (tidak lebih dari  Monitor kemampuan BAB.
15 mmHg)  Kolaborasi pemberian analgetik.
Mendemonstrasikan kemampuan  Monitor adanya tromboplebitis.
kognitif yang ditandai dengan:  Diskusikan mengenai adanya perubahan sensasi.
 Berkomunikasi dengan jelas dan
sesuai dengan kemampuan .
 Menunjukkan perhatian,
konsentrasi, dan orientasi.
 Memproses informasi.
 Membuat keputusan yang benar.
Menunjukkan fungsi sensori
motorik cranial yang utuh: tingkat
kesadaran membaik, tidak ada
gerakkan involunter.

Program Profesi PSIK UNHAS (Keperawatan Medikal Bedah II, 2016) Bedah Ortopedi
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kerusakan integritas kulit b.d NOC : NIC : Pressure Management


pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup).  Tissue Integrity : Skin and  Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang
Mucous Membranes longgar
 Wound healing: primary and  Hindari kerutan pada tempat tidur
secondary intention.  Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
kriteria hasil:  Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam
 Integritas kulit yang baik bisa sekali
dipertahankan (sensasi,  Monitor kulit akan adanya kemerahan
elastisitas, temperatur, hidrasi,  Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang
pigmentasi) tertekan
 Tidak ada luka/lesi pada kulit  Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
 Perfusi jaringan baik  Monitor status nutrisi pasien
 Menunjukkan pemahaman  Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
dalam proses perbaikan kulit  Kaji lingkungan dan peralatan yang menyebabkan tekanan
dan mencegah terjadinya  Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka,
sedera berulang karakteristik,warna cairan, granulasi, jaringan nekrotik,
 Mampu melindungi kulit dan tanda-tanda infeksi lokal, formasi traktus
mempertahankan kelembaban  Ajarkan pada keluarga tentang luka dan perawatan luka
kulit dan perawatan alami  Kolaburasi ahli gizi pemberian diae TKTP, vitamin
 Menunjukkan terjadinya proses  Cegah kontaminasi feses dan urin
penyembuhan luka  Lakukan tehnik perawatan luka dengan steril
 Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakkan NOC : NIC :


rangka neuromuscular, nyeri, terapi  Joint movement: active. Exercise therapy: ambulation
restriktif (imobilisasi).  Mobility level  Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat
 Selft care: ADLs respon pasien saat latihan.
 Transfer performance  Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi
kriteria hasil: sesuai dengan kebutuhan.
 Klien meningkat dalam aktivitas  Bantu klien untuk mengangkat tongkat saat berjalan dan
fisik cegah terhadap cedera.
 Mengerti tujuan dan  Kaji kemampuan pasien tentang mobilisasi
peningkatan mobilisasi.  Latih klien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara
 Memverbalisasikan perasaan mandiri sesuai kemampuan.
dalam meningkatkan kekuatan  Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu
dan kemampuan berpindah. penuhi kebutuhan ADLs pasien.
 Memperagakan penggunaan  Berikan alat bantu jika klien memerlukan.
alat.  Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan
 Bantu untuk mobilisasi. bantuan jika diperlukan.

Program Profesi PSIK UNHAS (Keperawatan Medikal Bedah II, 2016) Bedah Ortopedi
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Risiko infeksi NOC : NIC :


 Immune Status Infection control (control infeksi)
 Knowledge : Infection control  Pertahankan teknik aseptif
 Risk control  Batasi pengunjung bila perlu
Kriteria hasil:
 Klien bebas dari tanda dan gejala  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
infeksi keperawatan
 Menunjukkan kemampuan untuk  Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
mencegah timbulnya infeksi  Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan
 Jumlah leukosit dalam batas petunjuk umum
normal  Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi
 Menunjukkan perilaku hidup kandung kencing
sehat
 Status imun, gastrointestinal,  Tingkatkan intake nutrisi
genitourinaria dalam batas  Berikan terapi antibiotik
normal  Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
 Pertahankan teknik isolasi k/p
 Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
 Monitor adanya luka
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
 Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Risiko trauma NOC : NIC :


 Knowledge : Personal Safety Environmental Management safety
Faktor-faktor risiko  Safety Behavior : Fall Prevention  Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
Internal:  Safety Behavior : Fall occurance  Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan
Kelemahan, penglihatan menurun,  Safety Behavior : Physical Injury kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat
penurunan sensasi taktil, penurunan  Tissue Integrity: Skin and Mucous penyakit terdahulu pasien
koordinasi otot, tangan-mata, kurangnya Membran  Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya
edukasi keamanan, keterbelakangan Kriteria hasil: memindahkan perabotan)
mental - pasien terbebas dari trauma fisik  Memasang side rail tempat tidur
 Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
Eksternal:  Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah
Lingkungan dijangkau pasien.
 Membatasi pengunjung
 Memberikan penerangan yang cukup
 Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
 Mengontrol lingkungan dari kebisingan
 Memindahkan barang-barang yang dapat
membahayakan
 Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan
penyebab penyakit.

Program Profesi PSIK UNHAS (Keperawatan Medikal Bedah II, 2016) Bedah Ortopedi
BAB III

WOC (WEB OF COUTION)

Trauma tidak langsung


Akibat stres trauma langsung
Trauma patologis

Kegagalan tulang menahan beban Resiko Trauma

FRAKTUR
Kehilangan Integrasi Tulang
(cidera pd struktur tulang & jaringan lunak)
Tindakan invasif
sekitar, perdarahan ( + )

Penekanan berlebihanpada Tindakan invasif Mengaktivasi respon peradangan (pelepasan


neurovaskuler mediator kimia oleh mast sel: Bradikinin,
histamin, prostaglandin)
Protekti/ barier utama kulit,
Penurunan aliran darah ke jaringan otot me
perifer
Menyebabkan perubahan Menstimulasi
Pajanan lingkungan luar kapiler pembuluh darah, Nosiseptor
aliran darah me, perub
terhadap mikroorganisme
struktur pembuluh darah yg
Iskemia patogen menyebabkan protein Mekanisme nyeri
plasma & lekosit keluara (transduksi,
dari sirkulasi (Vasodilatasi Transmisi, modulasi,
kapiler & permeabilitas persepsi)
Risiko Infeksi kapiler)

Ketidakefektifan Nyeri Akut


Akumulasi cairan eksudat
perfusi jaringan
pada jararingan interstisial
perifer
Ketidaknyamanan dlm gerak/
mobilisasi
Oedema jaringan

Hambatan mobilitas fisik


Menekan nerve ending
Tindakan pembedahan (pemasangan
traksi/pen/kawat)

Imobilisasi

Kerusakan integritas
kulit

Program Profesi PSIK UNHAS (Keperawatan Medikal Bedah II, 2016) Bedah Ortopedi
B. RUMUSAN DIAGNOSA, NOC, NIC

No Diagnosis Pengkajian NOC NIC


1 Nyeri akut b.d  Nyeri  Pain level  Pain
agen injuri fisik,  Udema pada  Pain control Management
spasme otot, daerah fraktur  Convort  Analgesik
gerakan fragmen  Gelisah level Administration
tulang, edema,  Wajah meringis
cedera jaringan  Nyeri tekan
lunak,  Adanya
pemasangan krepitasi
traksi.
 Terpasang
traksi, gips,
ORIF
2 Ketidakefektifan  Tidak ada  Circulation  Peripeheral
perfusi jaringan denyut nadi status Sensation
perifer b.d  CRT >3 detik  Tissue Management
penurunan suplai  Kuku perfusion
darah ke jaringan pucat/sianosis
 Dingin pada
ekstremitas

3 Kerusakkan  Terpasang  Tissue  Pressure


integritas kulit traksi, gips, integrity: management
b.d pemasangan ORIF skin and  Insision site
traksi (pen,  Klien bedrest mucous care
kawat, sekrup).  Otot Tegang  Membranes
dan terjadi  Hemodyalis
pembengkakan akses
 Hematoma pada
sisi yang cedera
4 Hambatan  Kelemahan  Joint  Exercise
mobilitas fisik  Keterbatasan movement: therapy:
b.d kerusakkan gerak active. ambulation
rangka  Terpasang  Mobility
neuromuscular, traksi/gips/ORI level
nyeri, terapi F  Selft care:
restriktif ADLs
(imobilisasi).  Transfer
performanc
e

Program Profesi PSIK UNHAS (Keperawatan Medikal Bedah II, 2016) Bedah Ortopedi
5 Resiko Infeksi  Terpasang  Immune  Infection
traksi, gips, dan Status control
ORIF  Knowledge : (control
 Adanya trauma Infection infeksi)
jaringan control
 Hematoma pada  Risk control
sisi yang
cedera.
6. Resiko Trauma  Penurunan  Knowledge :  Environmental
koordinasi otot Personal Management
 Penurunan Safety safety
sensasi,  Safety
kelemahan Behavior :
Fall
Prevention
 Safety
Behavior :
Fall
occurance
 Safety
Behavior :
Physical
Injury
 Tissue
Integrity:
Skin and
Mucous
Membran

Program Profesi PSIK UNHAS (Keperawatan Medikal Bedah II, 2016) Bedah Ortopedi
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, E. J. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2010). Brunner & Suddarth
Textbook of Medical-Surgical Nursing-12th edition. Philadelphia: Wolters Kluwer Health
/ Lippincott Williams & Wilkins.

Kowalak-Welsh-Mayer (Penyunt.). (2012). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Marliynn, J & Lee, J 2011, seri panduan praktis keperawatan klinis, Jakarta erlangga

Nurarif A. H. & Kusuma H. 2015. Buku Aplikasi Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda Nic-Noc.Jogjakarta: Mediaction.
Brunner & Suddarth (2013 ).Buku ajar keperawatan Medikal- Bedah. Jakarta : EGC

Program Profesi PSIK UNHAS (Keperawatan Medikal Bedah II, 2016) Bedah Ortopedi
Program Profesi PSIK UNHAS (Keperawatan Medikal Bedah II, 2016) Bedah Ortopedi

Anda mungkin juga menyukai