Disusun oleh:
PASAL 4
Setiap Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.
Pasal 4 Ayat 1
Seorang Apoteker harus Apoteker harus bisa mencari jurnal-jurnal Apoteker hanya mengandalkan buku lama terkait efek samping obat
mengembangkan pengetahuan yang up to date tentang ilmu kefarmasiaan yang belum tentu relevan dengan kondisi sekarang.
dan keterampilan contohnya jurnal tentang keamanan dan efek Jika terjadi pelanggaran apoteker dapat terkena sanksi berupa teguran
profesionalnya secara terus samping obat-obatan atau yang lainnya dan pembinaan dari Ikatan Apotker Indonesia (IAI). Jika terjadi
menerus. secara terus menerus. kerugian/kematian pada pihak pasien, apoteker dapat dituntut yang
berakibat pada pencabutan izin praktik.
Pasal 4 Ayat 2
Aktifitas seorang Apoteker Apoteker harus bisa mengikuti uji Apoteker datang ke acara seminar atau pelatihan hanya untuk
dalam mengikuti kompetensi dan mengikuti seminar tentang mendapatkan poin SKP tapi tidak serius mendengarkan pembicara
perkembangan di bidang kefarmasiaan atau pelatihan-pelatihan. dan tidak menerapkannya atau Apoteker mengikuti uji kompetensi
kesehatan, diukur dari nilai dengan mencontek.
SKP yang diperoleh dari hasil Jika terjadi pelanggaran apoteker dapat terkena sanksi berupa teguran
uji kompetensi dan pembinaan dari Ikatan Apotker Indonesia (IAI).
Pasal 4 Ayat 3
Jumlah SKP minimal yang Berusaha semaksimal mungkin menjalankan Tidak mengikuti perkembangan di bidang kesehatan, sehingga tidak
harus diperoleh Apoteker kode etik pasal 4 dengan mengupdate memenuhi SKP minimal yang dipersyaratkan.
ditetapkan dalam peraturan keilmuan melalui seminar dan langganan Bila tidak memenuhi SKP minimal, maka tidak dapat
organisasi jurnal ilmiah. memperpanjang STRA.
PASAL 5
Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker harus menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan
martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian.
Pasal 5 Ayat 1
Seorang Apoteker dalam • Apoteker harus dapat memberikan obat Kemungkinan terjadinya pelanggaran dan sanksi
tindakan profesionalnya harus sesuai dengan kemampuan ekonomi dan 1. Mengganti obat generik dengan obat paten pada resep dengan
menghindari diri dari kebutuhan pasien. alasan obat generiknya sudah habis.
perbuatan yang akan merusak • Apoteker menentukan harga jual obat 2. Menjual obat keras (golongan G) yang tidak masuk dalam OWA,
atau seseorang ataupun sesuai dengan harga yang ditetapkan obat psikotropik dan narkotik tanpa resep dokter untuk mencari
merugikan orang lain. (tidak melebihi HET). keuntungan semata.
3. Menjual obat dengan harga jauh di atas HET.
Sanksi
1. Peringatan
2. Sanksi pada Permenkes No. 3 Tahun 2015 Pasal 22.
3. Sanksi Administratif sesuai dengan Peraturan Perundang-
undangan.
4. Sanksi organisasi dapat berupa pembinaan, peringatan,
pencabutan keanggotaan sementara, dan pencabutan keanggotaan
tetap.
Pasal 5 Ayat 2
Seorang Apoteker dalam • Apoteker harus dapat menjamin bahwa Kemungkinan terjadinya pelanggaran dan sanksi
menjalankan tugasnya dapat obat-obatan yang disediakan berasal dari 1. Apoteker menyuplai stok obat dari distributor yang tidak resmi
memperoleh imbalan dari sumber resmi yang dapat dipercaya dan untuk mendapatkan harga yang lebih murah dan proses yang lebih
pasien dan masyarakat atas memiliki kualitas yang baik. cepat.
jasa yang diberikannya • Apoteker harus menyediakan tempat 2. Apoteker tidak menyimpan obat ditempat seharusnya karena
dengan tetap memegang teguh penyimpanan yang tepat untuk obat-obat kekurangan prasarana.
kepada prinsip mendahulukan yang ada 3. Apoteker tidak memberikan pilihan obat generik dan informasi
kepentingan pasien. • Apoteker harus menyediakan saran tentang obat generik kepada pasien karena ingin mendapatkan
kepada individu untuk membantu mereka keuntungan yang lebih besar.
membuat pilihan obat yang tepat (antara Sanksi
obat generik dan obat bermerk). 1. Peringatan dari IAI
2. Sanksi Administratif sesuai dengan Peraturan Perundang-
undangan.
3. Sanksi organisasi dapat berupa pembinaan, peringatan,
pencabutan keanggotaan sementara, dan pencabutan keanggotaan
tetap.
Pasal 5 Ayat 3
Besarnya jasa pelayanan Besarnya jasa pelayanan apoteker ditetapkan Kemungkinan terjadinya pelanggaran dan sanksi
ditetapkan dalam peraturan oleh Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) 1. Apoteker menaikkan harga jasa pelayanan konsultasi dari pasien.
organisasi. Contoh: 2. Apoteker penanggung jawab dan apoteker pendamping mendapat
Surat keputusan pengurus daerah ikatan pembayaran jasa dibawah nominal yang telah ditetapkan.
apoteker indonesia jawa timur nomor: 3. Jam kerja apoteker tidak sesuai dengan jasa profesi apoteker yang
KEP-049/PDIAI/JAWA diberikan.
TIMUR/VIII/2015 tentang Standar jasa Sanksi
profesi apoteker di apotek 1. Peringatan dari IAI
1. Jasa profesi Apoteker Penanggung Jawab 2. Sanksi Administratif sesuai dengan Peraturan Perundang-
Apotek meliputi: undangan.
a. Jasa Pengelolaan Apotek sebesar Sanksi organisasi dapat berupa pembinaan, peringatan, pencabutan
minimal Rp. 3.000.000,- diterimakan keanggotaan sementara, dan pencabutan keanggotaan tetap
sebanyak 14 kali,termasuk THR dan
Jasa Akhir Tahun;
b. Jasa Pelayanan Konsultasi (diterima
langsung dari pasien) minimum
sebesar Rp. 5.000,- per pasien per
konsultasi dan mencantumkan jam
konsultasi pada papan praktik
Apoteker.
2. Jasa profesi Apoteker Pendamping di
Apotek meliputi:
a. Jasa Pengelolaan Apotek sebesar
minimal Rp. 2.000.000,- diterimakan
sebanyak 13 kali, termasuk THR;
b. Jasa Pelayanan Konsultasi (diterima
langsung dari pasien) minimum
sebesar Rp. 5.000,- per pasien per
konsultasi.
3. Apoteker Penanggung Jawab Apotek
berhak mendapatkan:
a. Tunjangan Kesehatan berupa
kepesertaan JKN Mandiri kelas I dan
Ketenagakerjaan;
b. Bagi hasil sebesar 1% omzet
(pendapatan kotor);
c. Jasa pelayanan resep.
4. Apoteker Pendamping di Apotek berhak
mendapatkan:
a. Tunjangan Kesehatan berupa
kepesertaan JKN Mandiri kelas I dan
Ketenagakerjaan;
b. Jasa pelayanan resep.
5. Jasa Pengelolaan Apotek meningkat
secara berkala disesuaikan dengan
Kenaikan Indeks Biaya Hidup Rata-Rata
(BPS).
6. Jika Apoteker Penanggung Jawab Apotek
mengakhiri kontrak kerja sama maka
Apoteker Pengganti minimal menerima
jasa profesi seperti Apoteker yang
digantikan.
7. Jasa profesi diberikan paling lambat sejak
penandatanganan perjanjian kerja sama
sebesar minimal sejumlah 50% dan
penerimaan 100% diberikan setelah SIPA
terbit.
PASAL 6
Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi cotoh yang baik bagi orang lain.
Pasal 6 ayat 1
Seorang Apoteker harus Apoteker menjaga kerahasiaan informasi Apabila informasi mengenai penyakit dan riwayat pengobatan pasien
menjaga kepercayaan pasien terkait penyakit dan pengobatannya. diberikan kepada pihak yang tidak berkepentingan baik karena
masyarakat atas profesi yang kelalaian (alpa) ataupun disengaja, apoteker dapat diberi sanksi
disandangkan dengan jujur berupa teguran, pemberian tuntunan dan pembinaan dari Ikatan
dan penuh integritas. Apoteker Indonesia (IAI)
Pasal 6 ayat 2
Seorang Apoteker tidak akan Apoteker memberikan informasi secara jujur Jika terjadi pelanggaran apoteker dapat terkena sanksi berupa teguran
menyalahgunakan dan tepat tanpa menyesatkan pasien terkait dan pembinaan dari Ikatan Apotker Indonesia (IAI). Jika terjadi
kemampuan profesionalnya pengobatan ataupun harga obat. kerugian/kematian pada pihak pasien, apoteker dapat dituntut yang
kepada orang lain. berakibat pada pencabutan izin praktik.
PASAL 6
Pasal 6 Ayat 3
Seorang Apoteker harus APA tidak menunjuk Apoteker pendamping Sanksi administratif yang diberikan menurut Keputusan Menteri
menjaga perilakunya pada waktu APA tidak bisa hadir pada jam Kesehatan RI No.1332/MENKES/SK/X/2002 dan Permenkes
dihadapan publik. buka apotek (apotek yang buka 24 jam) No.922/MENKES/PER/X/1993 adalah:
sehingga ada pasien tidak menerima 1. Peringatan secara tertulis kepada APA secara 3 kali berturut-turut
informasi pengobatan yang komprehensif dengan tenggang waktu masing-masing 2 bulan.
dari Apoteker dan dapat memperburuk citra 2. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6
apoteker di masyarakat bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan izin apotek.
3. Keputusan pencabutan SIA disampaikan langsung oleh Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada
Menteri Kesehatan dan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
setempat.
4. Pembekuan izin apotek tersebut dapat dicairkan kembali apabila
apotek tersebut dapat membuktikan bahwa seluruh persyaratan
yang ditentukan dalam keputusan Menteri Kesehatan RI dan
Permenkes tersebut telah dipenuhi.
PASAL 7
Seorang apoteker harus • Apoteker memberikan informasi yang Sanksi disiplin yang dapat dikenakan adalah:
menjadi sumber informasi akurat dan sesuai dengan perkembangan Mendapatkan pembinaan dan peringatan
sesuai dengan profesinya ilmu terhadap pemberian informasi obat
Implementasi- jabaran (PIO) baik kepada pasien maupun tenaga
kode etik pasal 9 adalah kesehatan lainnya yang membutuhkan.
sebagai berikut.
• Seorang apoteker • Apoteker memberikan informasi obat
memberikan informasi menggunakan bahasa yang mudah
kepada pasien/masyarakat dimengerti oleh pasien.
harus dengan cara yang • Apoteker harus memberikan informasi
mudah dimengerti dan yakin secara benar dan sesuai kebutuhan pasien.
bahwa informasi tersebut • Apoteker harus berperan dalam
harus sesuai, relevan, dan peningkatan pemahaman masyarakat
“up to date”. terhadap obat dengan melakukan
• Sebelum memberikan penyuluhan.
informasi, apoteker harus • Apoteker harus saling berbagi informasi
menggali informasi yang dengan tenaga kesehatan lainnya atau
dibutuhkan dari pasien dengan teman sejawat demi mewujudkan
ataupun orang yang datang pelayanan kesehatan yang bersifat
menemui apoteker holistic.
mengenai pasien serta • Apoteker dapat membuat dan
penyakitnya memberikan leaflet, poster, brosur, dan
• Seorang apoteker harus media lisan maupun untuk mempermudah
mampu berbagi informasi pemahaman masyarakat terkait penyakit
mengenai pelayanan kepada dan pengobatannya.
pasien dengan tenaga
profesi kesehatan yang
terlibat.
• Seorang apoteker harus
senantiasa meningkatkan
pemahaman masyarakat
terhadap obat, dalam bentuk
penyuluhan, memberikan
informasi secara jelas,
melakukan monitoring
penggunaan obat dan
sebagainya.
• Kegiatan penyuluhan ini
mendapat nilai satuan kredit
profesi (SKP).
PASAL 8
Seorang apoteker harus • Apoteker tidak aktif dalam perkembangan 1. Mendapat binaan dari IAI.
aktif mengikuti peraturan perundang-undangan dibidang 2. Jika masih ringan masih dapat diberikan peringatan, jika apoteker
perkembangan peraturan kesehatan dan dibidang farmasi; sudah tidak melakukan pelayanan kefarmasian yang sesuai
perundang-undangan di • Apoteker tidak berteman/bergaul dengan sehingga menyebabkan pasien celaka atau rugi maka akan
bidang kesehatan pada teman sejawat sehingga tidak mengetahui diberikan sanksi sesuai dengan peraturan yang dilanggar.
umumnya dan di bidang perkembangan perundang-undangan
farmasi pada khususnya. kesehatan/farmasi;
Implementasi- jabaran • Apoteker tidak mau tahu mengenai
kode etik pasal 8 adalah perkembangan peraturan UU terbaru
sebagai berikut. sehingga melakukan pelayanan dan
• Tidak ada alasan bagi praktik kefarmasian yang tidak sesuai
apoteker tidak tahu perundang-undangan.
peraturan perundangan
yang terkait dengan
kefarmasian. Untuk itu
setiap apoteker harus
selalu aktif mengikuti
perkembangan peraturan,
sehingga setiap apoteker
dapat menjalankan
profesinya dengan tetap
berada dalam koridor
peraturan perundangan
yang berlaku.
• Apoteker harus membuat
standar prosedur
operasional (SPO) sebagai
pedoman kerja bagi
seluruh personil di sarana
pekerjaan /pelayanan
kefarmasian sesuai
kewenangan atas dasar
peraturan perundangan
yang ada.
PASAL 9
Seorang apoteker dalam • Apoteker sebelum menyerahkan obat Kemungkinan terjadi pelangggaran:
melakukan praktik kepada pasien harus melakukan kajian 1. Seorang pasien diberikan obat yang sudah kadaluarsa oleh pihak
kefarmasian harus ulang/pemeriksaan kembali agar tidak apotek;
mengutamakan kepentingan terjadi kesalahan. 2. Apoteker memberikan obat bermerek pada pasien tidak mampu
masyarakat, menghormati hak • Apoteker melakukan home care terhadap tanpa memberikan info tentang obat generik sehingga pasien
azasi pasien dan melindungi pasien dengan kondisi khusus (lansia dan kesulitan dalam membeli obat;
makhluk hidup insani. penyakit kronis) yang membutuhkan 3. Apoteker tidak memberikan obat yang seharusnya kepada pasien
Implementasi- jabaran monitoring kesehatan. sehingga pasien mengalami kerugian/celaka;
kode etik pasal 9 adalah • Apoteker mengganti obat paten yang 4. Apoteker tidak menjaga rahasia pasien, rahasia kefarmasian, dan
diresepkan oleh dokter dengan obat rahasia kedokteran;
• Kepedulian kepada pasien generik yang memiliki jenis, kekuatan, 5. Apoteker tidak berkomunikasi dengan dokter dalam hal
adalah merupakan hal dan indikasi yang sama atas persetujuan penggantian obat yang telah diresepkan dokter.
yang paling utama dari pasien. Sanksi disiplin yang dapat dikenakan adalah:
seorang apoteker. • Memberikan konseling (informasi obat) 1. Peringatan oleh IAI.
• Setiap tindakan dan kepada pasien dengan bahasa yang mudah 2. Pembinaan dan peringatan oleh IAI.
keputusan profesional dari dipahami. 3. Pembinaan dan peringatan oleh IAI. Jika secara sengaja
apoteker harus berpihak • Harus menjamin obat yang diberikan keanggotaan Apoteker dapat dicabut sementara.
kepada kepentingan pasien pasien bermutu, berkhasiat, aman, dan 4. Mendapatkan pembinaan dan peringatan.
dan masyarakat. terjangkau.
• Seorang apoteker harus • Menjamin kerahasiaan pasien.
mampu mendorong pasien • Mengikutsertakan pasien dalam
untuk terlibat dalam pengambilan keputusan pengobatan.
keputusan pengobatan • Menghormati keputusan pasien atas
mereka. pengobatannya.
• Seorang apoteker harus
mengambil langkah-
langkah untuk menjaga
kesehatan pasien
khususnya janin, bayi,
anak-anak serta orang
dalam kondisi lemah.
• Seorang apoteker harus
yakin bahwa obat yang
diserahkan kepada pasien
adalah obat yang terjamin
mutu, keamanan, dan
khasiat dan cara pakai
yang tepat.
• Seorang apoteker harus
menjaga kerahasiaan
pasien, rahasia
kefarmasian, dan rahasia
kedokteran dengan baik.
• Seorang apoteker harus
menghormati keputusan
profesi yang telah
ditetapkan oleh dokter
dalam bentuk penulisan
resep dan sebagainya
• Dalam hal seorang
apoteker akan mengambil
Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 0.02",
kebijakan yang berbeda
Hanging: 0.2", Space After: 0 pt, Line spacing: single,
dengan permintaan Bulleted + Level: 1 + Aligned at: 0.25" + Indent at:
seorang dokter, maka
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
apoteker harus melakukan
komunikasi dengan dokter Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 0.02",
tersebut, kecuali peraturan Hanging: 0.2", Space After: 0 pt, Line spacing: single,
Bulleted + Level: 1 + Aligned at: 0.25" + Indent at:
perundangan
membolehkan apoteker Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 0.02",
Hanging: 0.22", Space After: 0 pt, Line spacing: single,
mengambil keputusan dari
Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … +
kepentingan pasien. Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" +
PASAL 10 Indent at: 0.5"
Seorang Apoteker harus memperlakukan teman Sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Setiap apoteker harus • Seorang apoteker yang terkadang tidak Kemungkinan terjadinya Pelanggaran
menghargai teman menggunakan jas apoteker saat melayani 1. Berbicara buruk mengenai apoteker dan apotek tersebut sehingga Formatted: Font: 12 pt, Indonesian
sejawatnya, termasuk pasien di apoteknya. Tidak berbicara orang berlaih dari apotek tersebut ke apotek kita. Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
rekan kerjanya. suatu hal yang dapat menjatuhkan 2. Apoteker membuka apotek bersebelahan dengan apotek yang Formatted: Font: 12 pt, Indonesian
• apoteker tersebut walaupun merupakan sudah ada.
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
kenyataan. 2.
Bilamana seorang apoteker • Apoteker membuka apotek tidak 3. Apoteker memberitahukan kesalahan dokter pada pasien setelah Formatted: Font: 12 pt, Indonesian
dihadapkan kepada suatu bersebelahan dengan apotek yang sudah melakukan skrining resep. Formatted: List Paragraph, Indent: Left: -0", Hanging:
situasi yang problematik, ada. 0.22", Space After: 0 pt, Line spacing: single,
baik secara moral atau a Berkomunikasi tanpa etika, sopan santun dan rasa tidak Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … +
Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" +
peraturan perundangan • Seorang apoteker tidak memberitahukan menghormati kepada teman sejawat.
Indent at: 0.5"
yang berlaku, tentang kesalahan dokter kepada pasien mengenai 4.
hubungannya dengan kesalahan pemberian obat pada resep. Formatted: Font: 12 pt, Indonesian
sejawatnya, maka Menyimpan untuk diri sendiri pengalaman dan ilmu Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
komunikasi antar sejawat Berkomunikasi dengan baik kepada perkembangan kefarmasian tanpa berbagi dengan teman sejawat. Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
harus dilakukan dengan teman sejawat. 5.
Formatted: Indent: Left: 0.02", Hanging: 0.2", Space
baik dan santun. After: 0 pt, Line spacing: single, Numbered + Level: 1
• • 6. Mengambil alih pekerjaan teman sejawat tanpa seizin apoteker + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment:
Saling berbagi pengetahuan/pengalaman yang bersangkutan. Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5"
• Apoteker harus yang baru dalam bidang kesehatan dan Sanksi Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt,
berkoordinasi dengan IAI kefarmasian dalam rangka senantiasa 1. Mendapat teguran atau pembinaan dari Ikatan Apoteker Indonesia Indonesian
ataupun majelis Pembina memperbarui ilmu. (IAI). Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
etik apoteker dalam • 1.2. Dilakukan perundingan jika masih dilanggar dan dilaporkan
menyelesaikan ke MEDAI untuk dilakukan persidangan. Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt