Anda di halaman 1dari 5

SISTEM JARINGAN IRIGASI PERMUKAAN

Irigasi permukaan merupakan cara pemberian air yang tertua dan paling umum
digunakan. Cara pemberian air dengan cara ini sering juga disebut dengan irigasi
penggenangan, karena dengan cara ini air irigasi yang diberikan di lokasi tertentu,
dibiarkan mengalir bebas di atas permukaan lahan, dan kemudian air akan mengisi
daerah perakaran tanaman. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan sistem irigasi
curah dimana air didistribusikan ke lahan melalui pipa bertekanan, dan sistem irigasi
tetes, dimana air diberikan melalui penyiram atau penetes ke permukaan seperti pada
gambar berikut:

Gambar 1. Sistem Irigasi Permukaan

Dengan menggunakan sistem irigasi permukaan, air diberikan secara langsung


melalui permukaan tanah dari suatu saluran atau pipa yang memiliki tinggi
permukaan airnya lebih tinggi dari elevasi lahan yang akan diairi, biasanya sekitar
10-15 cm. Air irigasi akan mengalir di permukaan tanah dari pangkal ke ujung
lahan dan meresap ke dalam tanah membasahi daerah perakaran tanaman. Syarat
penting untuk mendapatkan sistem irigasi permukaan yang efisien adalah
perencanaan sistem distribusi air untuk dapat mengendalikan aliran air irigasi dengan
perataan lahan yang baik, sehingga penyebaran air seragam ke seluruh petakan.
Pada prinsipnya rancangan sistem irigasi permukaan adalah merancang
beberapa parameter sehingga didapatkan waktu kesempatan berinfiltrasi yang relatif
seragam dari pangkal sampai ke ujung lahan. Umumnya di bagian pangkal, air akan
lebih banyak meresap daripada bagian ujung petakan lahan, sehingga didapatkan
efisiensi pemakaian air yang kecil.
Prosedur pelaksanaan irigasi dalam irigasi permukaan adalah dengan
menggunakan debit yang cukup besar, maka aliran akan mencapai bagian ujung
secepat mungkin, dan meresap ke dalam tanah dengan merata. Setelah atau sebelum
mencapai bagian ujung, aliran masuk dapat diperkecil debitnya sampai sejumlah air
irigasi yang diinginkan sudah diresapkan. Pasokan aliran air dihentikan dan proses
resesi sepanjang lahan akan terjadi sampai proses irigasi selesai.
Sistem irigasi permukaan telah berkembang luas dan dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa jenis, yaitu (1) irigasi basin (basin irrigation), (2) irigasi border
(border irrigation), (3) irigasi alur (furrow irrigation), dan (4) penggenangan bebas.
Perbedaan antara berbagai jenis irigasi di atas sering bersifat subyektif. Irigasi
penggenangan adalah menangkap semua kategori untuk situasi di mana air hanya
dibiarkan mengalir ke daerah tanpa ada upaya untuk mengatur pemberian airnnya
atau keseragaman. Dan karena tidak ada upaya dilakukan untuk mengatur aplikasi
atau keseragaman. Jika dilakukan pengendalian pada sistem irigasi penggenangan,
maka sistem irigasi penggenangan dapat dikategorikan menjadi irigasi border atau
irigasi basin dan furrow.
Cara pemberian air irigasi yang termasuk dalam cara pemberian air lewat
permukaan, dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Sistem irigasi penggenangan liar (wild flooding) yaitu sistem irigasi
permukaan dimana air digenangkan pada suatu daerah yang luas, sehingga
permukaan tanah menjadi tergenang yang cukup tinggi, sehingga daerah
pertanaman akan cukup sempurna dalam pembasahannya. Cara ini hanya
cocok jika cadangan dan ketersediaan air cukup banyak.
2. Sistem irigasi penggenangan bebas (free flooding) yaitu sistem irigasi
permukaan dimana daerah yang akan diairi dibagi dalam beberapa bagian atau
petak, dan kemudian air dialirkan dari bagian yang tinggi ke bagian yang
rendah.
Gambar 2. Sistem irigasi bebas

3. Sistem irigasi penggenangan terkendali (check flooding) yaitu sistem irigasi


permukaan dimana air dari tempat pengambilan atau sumber air dimasukkan
ke dalam selokan atau saluran, dan kemudian dialirkan pada petak-petak
yang kecil. Dengan cara ini air tidak dialirkan pada daerah yang sudah
diairi.

Gambar 3. Sistem Irigasi Penggenangan Terkendali pada Tanaman Padi

4. Sistem irigasi alur (Border strip) yaitu sistem irigasi permukaan dimana
lahan pertanian yang akan diairi dibagi-bagi dalam luas yang kecil dengan
galengan berukuran 10 x 100 m2 sampai 20 x 300 m2 dan air dialirkan ke
dalam tiap petak melalui pintu-pintu.
Gambar 4. Sistem Irigasi Alur

5. Sistem irigasi zig-zig yaitu cara pemberian air dimana daerah pengairan
dibagi dalam sejumlah petak berbentuk jajaran genjang atau persegi panjang,
dan tiap petak dibagi lagi dengan bantuan galengan dan air akan mengalir
melingkar sebelum mencapai lubang pengeluaran.
6. Sistem irigasi cekungan (basin method) yaitu sistem irigasi yang biasa
digunakan di perkebunan buah-buahan. Tiap cekungan dibangun mengelilingi
tiap pohon dan air dimasukkan ke dalamnya melalui selokan lapangan seperti
pada efek flooding

Gambar 5. Skema Sistem Irigasi Basin

Dengan menggunakan sistem irigasi permukaan, maka air dialirkan dari


sungai, disimpan dan dilepaskan dari tampungan (reservoir) atau dipompa dari tanah
dan kemudian diberikan ke lahan. Kelebihan air irigasi harus dibuang dari lahan.
Masing-masing komponen ini membutuhkan desain, operasi, dan pemeliharaan
pengatur serta bangunan pengendali. Agar sistem menjadi efisien dan efektif, aliran
tidak hanya harus diatur dan dikelola, tetapi yang paling penting, juga harus diukur.

PROSES SISTEM IRIGASI PERMUKAAN


Proses kejadian irigasi permukaan terdiri dari empat fase, seperti
digambarkan pada Gambar 6 berikut.

Fase 1, ketika air dalirkan ke lahan, maka akan terjadi penambahan air di permukaan
lahan sampai menggenangi seluruh permukaan lahan.
Fase 2, kemudian air irigasi akan mengalir ke luar lahan. Interval antara permukaan
air akhir dan ketika air masuk disebut pembasahan atau fase genangan.
Fase 3, ketika volume air di permukaan lahan mulai menurun, jika air tidak lagi
dialirkan lagi, karena terjadinya aliran permukaan (run off) atau air masuk ke dalam
tanah.
Fase 4, setelah tidak ada lagi air yang masuk ke lahan, maka permukaan air akan
surut dan ini adalah fase resesi.

Gambar 6. Pergerakan kurva air tana

Anda mungkin juga menyukai