Irigasi permukaan merupakan cara pemberian air yang tertua dan paling umum
digunakan. Cara pemberian air dengan cara ini sering juga disebut dengan irigasi
penggenangan, karena dengan cara ini air irigasi yang diberikan di lokasi tertentu,
dibiarkan mengalir bebas di atas permukaan lahan, dan kemudian air akan mengisi
daerah perakaran tanaman. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan sistem irigasi
curah dimana air didistribusikan ke lahan melalui pipa bertekanan, dan sistem irigasi
tetes, dimana air diberikan melalui penyiram atau penetes ke permukaan seperti pada
gambar berikut:
4. Sistem irigasi alur (Border strip) yaitu sistem irigasi permukaan dimana
lahan pertanian yang akan diairi dibagi-bagi dalam luas yang kecil dengan
galengan berukuran 10 x 100 m2 sampai 20 x 300 m2 dan air dialirkan ke
dalam tiap petak melalui pintu-pintu.
Gambar 4. Sistem Irigasi Alur
5. Sistem irigasi zig-zig yaitu cara pemberian air dimana daerah pengairan
dibagi dalam sejumlah petak berbentuk jajaran genjang atau persegi panjang,
dan tiap petak dibagi lagi dengan bantuan galengan dan air akan mengalir
melingkar sebelum mencapai lubang pengeluaran.
6. Sistem irigasi cekungan (basin method) yaitu sistem irigasi yang biasa
digunakan di perkebunan buah-buahan. Tiap cekungan dibangun mengelilingi
tiap pohon dan air dimasukkan ke dalamnya melalui selokan lapangan seperti
pada efek flooding
Fase 1, ketika air dalirkan ke lahan, maka akan terjadi penambahan air di permukaan
lahan sampai menggenangi seluruh permukaan lahan.
Fase 2, kemudian air irigasi akan mengalir ke luar lahan. Interval antara permukaan
air akhir dan ketika air masuk disebut pembasahan atau fase genangan.
Fase 3, ketika volume air di permukaan lahan mulai menurun, jika air tidak lagi
dialirkan lagi, karena terjadinya aliran permukaan (run off) atau air masuk ke dalam
tanah.
Fase 4, setelah tidak ada lagi air yang masuk ke lahan, maka permukaan air akan
surut dan ini adalah fase resesi.