TINJAUAN UMUM
5
6
Gambar 2.1 Peta Geografis PT. PLN (Persero) Sektor Dalkit Keramasan
2.3 Produk
dari generator turbin gas sebesar ± 27 MW dan dari generator turbin uap sebesar ±
13 MW. Namun, dari masing-masing unit ini daya sebesar 2 MW dikonsumsi
sendiri oleh PT. PLN Sektor Keramasan, jadi daya yang dipasarkan/dijual sebesar
38 MW per unit, jadi total daya yang dipasarkan dari kedua unit di PLTGU PT.
PLN (Persero) Sektor Keramasan yaitu sebesar 2 × 38 MW = 76 MW.
SEKTOR
UPT DISTRIBUTOR MASYARAKAT
KERAMASAN
MANAJER SEKTOR
ASISTEN MANAJER
ASISTEN MANAJER
OPERASI DAN ASISTEN MANAJER
ENJINERING
PEMELIHARAAN SDM & ADM
SUPERVISOR
SUPERVISOR SPV LINGKUNGAN DAN SDM & UMUM
KESELAMATAN
ENJINIRING
KETENAGALISTRIKAN
SUPERVISOR
KEUANGAN
SUPERVISOR
LOGISTIK
MANAJER PLTG/U
KERAMASAN
SUPERVISOR
OPERASI SHIFT A
SUPERVISOR
OPERASI SHIFT B
SUPERVISOR
OPERASI SHIFT C
SUPERVISOR
OPERASI SHIFT D
SUPERVISOR
PEMELIHARAAN
SUPERVISOR
LINGKUNGAN K3 & ADM
Gambar 2.4. Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Sektor Dalkit Keramasan
ada sistem yang mengatur dan mengarahkan kerja dan operasional seluruh pihak
yang berkompeten dalam segala hal yang berkenaan dengan proses dan operasi
pabrik. Oleh karena itu, harus ada wadah dan tempat yang jelas bagi pihak – pihak
tersebut untuk melakukan aktifitas yang sesuai dengan kapasitas dan tingkat
intelejensinya. Wadah yang dimaksud diatas adalah sebuah organisasi atau
lembaga proses perorganisasian adalah upaya untuk menyeimbangkan kebutuhan
pabrik akan stabilitas dan perusahaan.
1. Menyusun usulan RKAP pusat listrik ke kantor sektor dan rencana kerja
operasi dan pemeliharaan unit pembangkit.
2. Mengkoordinir operasi dan pemeliharaan pembangkit sesuai dengan
prosedur/manual books yang berlaku.
3. Mengelolah dan mengendalikan angggaran rutin pusat listrik dan
administrasi sesuai paguanggaran yang ditetapkan kantor sektor.
12
Waktu Kerja
Jadwal
Lembaga
Hari Waktu
1. Hak Pegawai
- Memperoleh penghasilan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya
- Melaksanakan cuti apabila telah memenuhi persyaratan
- Memperoleh perawatan ketika pegawai mengalami kecelakaan dalam
menjalankan tugas dan kewajiban
- Memperoleh tunjangan cacat apabila pegawai mengalami kecelakaan yang
mengakibatkan cacat tetap
- Memperoleh pemeliharaan kesehatan beserta keluarganya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di Perseroan
- Memperoleh tunjangan kematian apabila pegawai meninggal dunia dalam
menjalankan tugas dan kewajiban
- Memperoleh bantuan kematian dalam hal pegawai meninggal dunia
- Memperoleh manfaat pension dalam hal pegawai telah memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan
- Memperoleh hak – hak kepegawaian lainnya sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
2. Kewajiban Pegawai
- Memberikan keterangan yang sebenarnya mengenai data pribadi, keluarga
maupun mengenai pekerjaan pada perusahaan.
- Melaksanakan semua tugas atau perintah dan pekerjaan yang diberikan
oleh perusahaan dengan sebaik-baiknya dan dengan penuh rasa tanggung
jawab.
- Menyimpan semua keterangan yang dianggap sebagai rahasia perusahaan
yang didapat karena jabatannya maupun di dalam pergaulannya di
lingkungan perusahaan.
- Setia kepada perusahaan dan menjaga citra serta membela kepentingan
perusahaan
27
3. Larangan Pegawai
- Melakukan hal – hal yang tidak patut dilakukan pegawai yang bermatabat
- Menyalahgunakan wewenang jabatan
- Melakukan perbuatan yang dapat merugikan perusahaan
- Melalaikan tugas kedinasan
- Bekerja untuk Negara asing, bidang usaha lain atau instansi di luar
perusahaan tanpa izin tertulis dari perusahaan
1. Perumahan
Perumahan karyawan yang terletak ± 500 M dari perusahaan khusus untuk
PLTU Sektor Keramasan Palembang.
2. Pelayanan Kesehatan.
Karyawan dan keluarga PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan
Keramasan diberikan fasilitas penggantian biaya pengobatan pada dokter
praktek yang ditunjuk oleh perusahaan.
3. Pendidikan
28
listrik secara ekonomis, namun memiliki potensi sumber air yang potensial
dan luas hutan yang memadai untuk menjamin pasokan air. Untuk memberi
manfaat penerangan sekaligus mendorong masyarakat setempat memelihara
kelestarian lingkungan, PLN membantu pembangunan PLTMH bekerja sama
dengan perguruan tinggi. Salah satu unit PLTMH hasil kerja sama ini
dibangun di Desa Pesawaran Indah, Lampung.
Beberapa unit PLTMH kerja sama PLN dengan Universitas Gadjah
Mada, juga dibangun di beberapa lokasi lain, yakni:
Dusun Lebak Picung, menerangi 52 KK, 1 sekolah dasar dan 1
musholla.
Desa Adat Susuan Karang Asem, Provinsi Bali dengan kapasitas 25
KW
Dusun Kampung Sawah, kapasitas 6 KW, menerangi 40 KK
Dusun Bojong Cisono, kapasitas 6KW, menerangi 70 KK
Dusun Cibadak, kapasitas 6KW, menerangi 266 KK
Dusun Cisuren, kapasitas 12KW, menerangi 120 KK
Dusun Ciawi, kapasitas 6KW, menerangi 180 KK
Dusun Luewi Gajah, kapasitas 6KW, menerangi 70 KK
Dusun Parakan Darai, kapasitas 10 KW, menerangi 54 KK
PLTMH di Sungai Code, Yogyakarta
Pembangkit listrik biogas
Pembangit biogas didirikan di daerah dengan kegiatan peternakan yang
dominan. Pembangkit ini memanfaatkan kotoran ternak, biasanya sapi,
sebagai bahan utama. Proses pembangkitan listrik dilakukan dengan
memanfaatkan gas metan dari proses fermentasi kotoran ternak. Gas metan
yang dihasilkan dapat digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik atau
dapat digunakan untuk memasak. Sisa fermentasi dpat digunanakan sebagai
pupuk. PLN telah mendukung pengembangan komunitas berbasis optimalisasi
biogas dan potensi lokal di Desa Bojong Sleman yang mandiri, bekerja sama
dengan Fakultas Teknik UGM.
Pendidikan dan penyuluhan
31
Sedangkan hak dan kewajiban masyarakat sebagai konsumen listrik diatur dalam
pasal 26 PP 10 tahun 1989 sebagai berikut:
(2) Masyarakat yang telah mendapat tenaga listrik mempunyai hak untuk :
a. Pasal 19 ayat (2) dan ayat (3), yaitu tentang tanggung jawab pembayaran
ganti kerugian dari pelaku usaha kepada konsumen yang dirugikan akibat
mengonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau
diperdagangkan[22].
b. Pasal 20, yaitu tentang tanggung jawab pembayaran ganti rugi atas iklan
yang menyesatkan yang diproduksi dan segala akibat yang timbul dari iklan
tersebut.
c. Pasal 25, yaitu tentang tanggung jawab pembayaran ganti rugi atas tidak
disediakannya suku cadang dan/atau jaminan atau garansi atau fasilitas
perbaikan kepada konsumen.
35
d. Pasal 26, yaitu tentang tanggung jawab pembayaran ganti rugi akibat pelaku
usaha tidak memenuhi jaminan dan/atau garansi yang disepakati dan/atau
dijanjikan.
1. Pelanggaran terhadap :
a. Pasal 8, yaitu tentang barang dan/atau jasa yang tidak memenuhi standar
yang telah ditetapkan;
b. Pasal 9 dan Pasal 10,yaitu mengenai promosi atau iklan atau informasi suatu
barang dan/atau jasa yang tidak benar;
c. Pasal 13 ayat (2), yaitu tentang penawaran obat-obatan dan hal-hal yang
berhubungan dengan kesehatan;
d. Pasal 15, yaitu tentang penawaran suatu barang dan/atau jasa dengan cara
paksaan baik secara fisik maupun psikis;
e. Pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf e, yaitu mengenai iklan
yang memuat informasi yang tidak sesuai dengan kenyataan atau
menyesatkan;
f. Pasal 17 ayat (2), yaitu tentang peredaran iklan yang dilarang;
g. Pasal 18, yaitu mengenai pencantuman klausula baku;
dapat dikenakan sanksi pidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
atau pidana denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah).
2. Pelanggaran terhadap :
a. Pasal 11, yaitu mengenai penjualan dengan cara obral atau lelang yang
menyesatkan;
36
b. Pasal 12, yaitu mengenai penawaran dengan tarif khusus dimana pelaku
usaha tidak bermaksud untuk melaksanakannya;
c. Pasal 13 ayat (1), yaitu mengenai penawaran barang dan/atau jasa dengan
janji pemberian hadiah secara cuma-cuma;
d. Pasal 14, yaitu mengenai penawaran barang dan/atau jasa dengan
memberikan hadiah melalui cara undian;
e. Pasal 16, yaitu mengenai penawaran barang dan/atau jasa melalui pesanan;
f. Pasal 17 ayat (1) huruf d dan huruf f, yaitu mengenai produksi iklan yang
bertentangan dengan etika, kesusilaan, dan ketentuan hukum yang berlaku;
dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda
paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
3. Pelanggaran yang mengakibatkan luka berat, sakit berat, cacat tetap, atau
kematian, maka akan diberlakukan ketentuan pidana secara umum[23].