Anda di halaman 1dari 5

4.1.

1 Kasus Leucocytozoon spp


Signalemen
Jenis hewan : Ayam
Jenis Kelamin : Betina
Umur :
Ciri khusus :
Anamnesa

Gejala klinis dan Hasil Pemeriksaan

Pemeriksan Laboratorik

FOTO HASIL
PEMERIKSAAN
Diagnosa dan Differensial Diagnosa

Diagnosa Leucocytozoonosis dapat dilakukan berdasarkan gejala klinis


seperti lesi sfesifik dan kelainan pasca mati, dan sejarah kejadian dalam
kelompok. Diagnosis ini dapat diperkuat dengan pengujian secara langsung dan
tidak langsung. Metode diagnosis secara langsung untuk menunjukkan parasit
malaria yaitu berdasarkan metode PCR dan mikroskopik, sedangkan metode
secara tidak langsung yang digunakan untuk menunjukkan infeksi malaria yaitu
dengan teknik serologi untuk melihat adanya agen atau antibodi terhadap
Leucocytozoon sp. (Rakan, 2010).
Leucocytozoonosis dapat terdiagnosa dengan melihat gejala klinis yang
muncul, pengamatan, melakukan pemeriksaan ulas darah tipis, histopatologi
(ditemukan skizon) dan pemeriksaan serologis. Kematian akibat
Leucocytozoonosis dapat dikelirukan dengan penyakit lain yang menyebabkan
lesi patologi yang mirip seperti ILT, (Infectious Laryngotracheitis), Gumboro,
ND, keracunan sulfa, kolera unggas dan infeksi protozoa darah yang lain.

Etiologi
Jenis unggas yang rentan terhadap penyakit Leucocytozoonosis adalah ayam,
kalkun,angsa, itik dan burung liar. Beberapa penelitian menyebutkan di samping
unggas domestik unggas liar yang juga bisa terinfeksi oleh Leucocytozoon
sp.,.Leucocytozoonosis pada hewan disebabkan oleh spesies yang berbeda .
Leucocytozoonosis pada ayam dapat disebabkan oleh Leucocytozoon caulleryi, L.
andrewsi, L. schoutedeni dan L. sabrazesi, pada unggas air seperti bebek dan
angsa disebabkan oleh L. simondi dan pada kalkun disebabkan oleh L. Smithi
(Gustiar, 2011)

Taksonomi
Klasifikasi Leucocytozoon sp. adalah sebagai berikut :
Kingdom : Protista
Filum : Apicomplexa
Kelas : Sporozoa
Ordo : Eucoccidiidae
Famili : Plasmodiidae
Genus : Leucocytozoon
Spesies : Leucocytozoon caulleryi, Leucocytozoon sabrazesi
Morfologi (Gambar Literatur)

Siklus Hidup

Gambar 2.2 Siklus hidup Leucocytozoon sp. (Lucia,dkk, 2006)


Siklus hidup Leucocytozoon meliputi fertilisasi dan perkembangan seksual
dengan cara sporogoni didalam tubuh insekta, skisogoni (merogoni) didalam
sel-sel jaringan (sering pada paru, hati, ginjal) dan gametogoni didalam
eritrosit atau leukosit. Lalat hitam (Simulium sp.) dan serangga penggigit
bersayap dua (agas) (Culicoides sp.) bertindak sebagai reservoir penyakit
tersebut selama suatu musim/periode tertentu. Kedua spesies serangga ini
sebagai vektor dan menginfeksi unggas melalui gigitan. Vektor insekta
hanya bersifat infektif selama 18 hari. Jika letupan penyakit berlangsung terus
selama musim serangga, maka kejadian tersebut mungkin disebabkan oleh
adanya generasi penerus lalat hitam yang menggigit unggas carrier (Tabbu,
2002).

 Patogenesa Penyakit
Penularan leucocytozoonosis memerlukan vektor biologis
simulium sp dan C. arakawae. Kedua vektor tersebut merupakan
inang antara diamana terjadi perkembangan siklus hidup
Leucocytozoon sp. pada tahap sporogony. Vektor yang terinfeksi
mengandung sporozoit pada kelenjar ludahnya. sporozoit akan
masuk ke dalam tubuh unggas ketika vektor menghisap darah
inang. penyakit Leucocytozoonozis lebih sering unggas muda.
Unggas muda yang terkena leucocytozoonosis akan bersifat kronis.
Penyakit Leucocytozoonosis menganggu sirkulasi darah perifer
unggas sehingga unggas terinfeksi megalami anemia, kelemahan
dan kematian.
 Terapi, Pencegahan dan Kontrol Penyakit
Saat ayam telah terserang Leucocytozoonosis maka pengobatan
yang dapat dilakukan ialah dengan memberikan antibiotik yang
dapat menekan pertumbuhan schizont (Purwanto dkk, 2010).
Pengobatan juga dapat dilakukan dengan memberikan obat yang
dapat memutus siklus hidup LeucocytozoonosisPengobatan
Leucocytozoonosis dilakukan dengan memberikan 1 ppm
pyrimethamine, 50 ppm sufonamide, 125 ppm clopidol.
Obat-obat tersebut tidak efektif untuk stadium skizon akhir dan
gamont. Pemberian 30-40 ppm.

Anda mungkin juga menyukai