Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
BAB I
PENDAHULUAN
kulit batang bermacam-macam dari kasar dan berserabut, halus bersisik, tebal
bergaris-garis atau berlekuk-lekuk. Warna kulit batang mulai dari putih kelabu,
abu abu muda, hijau kelabu sampai cokelat, merah, sawo matang sampai coklat
(Sulichantini, 2016).
Pembagunan bidang kehutanan, khususnya hutan tanaman industri
diharapkan dapat menghasilkan tegakan dengan produktivitas (riap) yang tinggi
dan mutu kayu yang memenuhi persyaratan bahan baku industri kehutanan. Oleh
karena itu penerapan kegiatan silvikultur intensif dan pengelolaan hutan tanaman
yang profesional menjadi suatu keharusan. Mengingat kualitas tempat tumbuh
(bonita) mempengaruhi pertumbuhan tanaman maka upaya pemilihan tempat
tumbuh yang cocok merupakan hal yang sangat penting. Setiap tegakan mempu
nyai karakteristik pertumbuhan yang berbeda tergantung pada jenis, tipe tapak,
perlakuan silvikultur dan faktor lingkugan lainnya. Hal ini menyebabkan table
tegakan merupakan rangkuman informasi kuantitatif pertumbuhan dan hasil
tegakan seperti perkembangan diameter, luas bidang dasar, dan isi tegakan suatu
hutan tanaman yang tumbuh pada kualitas tempat tumbuh (bonita) tertentu
bersifat spesifik untuk jenis dan lokasi tertentu (Simarmata, 2015).
II.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui klasifikasi dan morfologi tananaman Eucalyptus.
2. Untuk mengetahui syarat tumbuh dan perbanyakan tanaman Eucalyptus.
3. Untuk mengetahui keunggulan dan tantangan yang diperoleh dari penanaman
tanaman Eucaliptus.
4. Untuk mengetahui manfaat dari tanaman Eucalyptus.
3
BAB II
ISI
(a) (b)
(c)
Ket: (a) Daun Eucalyptus sp, (b) Pohon Eucalyptus sp, (c) daun Eucalyptus sp
Tanamam Eucalypthus sp. Pada umumnya berupa pohon kecil hingga besar,
tingginya rata-rata 40 meter dan rata-rata bebas cabang 25 meter. Batang
utamanya berbentuk kurus, dengan diameter hingga 200 cm. Permukaan kulit
kayunya licin, berserat berbentuk papan catur. Daun muda dan dauun dewasa
4
Eucalyptus urophylla mampu tumbuh pada tanah yang kurang subur, berbatu dan
tanah rawah. Untuk pertumbuhannya, Eucalyptus urophylla menghendaki cahaya
sepanjang tahun (jenis intoleran), dan juga merupakan pohon yang tetap hijau
sepanjang tahun.
Pertumbahan riap maupun diameter Eucalyptus urophylla sangat tinggi.
Tinggi pohon dapat mencapai 40 meter dan rata-rata bebas cabang 25 meter.
Diameternya bisa mencapai 100 cm atau lebih dan tidak berbanir, kulit luar
biasanya cokelat muda sampai cokelat tua, keadaan kulit licin dan mengelupas
memanjang tidak teratur.
Eucalyptus urophylla mempunyai tekstur yang keras merata dan licin
karena serat-seratnya terpadu. Eucalyptus urophylla mempunyai bunga yang
memanjang dan tidak memiliki tangkai bunga. Warna benang sari putih dan
banyak. Daun Eucalyptus urophylla berbentuk bulat telur, memanjang dan lanset,
dimana pada pangkal mengecil hingga keujung meruncing. Pada tingkat anakan
bentuk duduk daun berhadapan dan pada tingkat pohon bentuk duduk daun
tersebar.
b. Eucalyptus pellita
Eucalyptus pellita merupakan jenis tanaman cepat tumbuh yang berpotensi
besar dalam pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI). Ukuran pohon
bervariasi dari pohon kerdil dengan percabangan yang banyak sampai pohon besar
dengan tinggi mencapai 10 m dengan diameter lebih dari 100 cm. Manfaat yang
dominan dari pohon ini adalah untuk bahan baku kertas pulp.
Sistematika Eucalyptus pellita dalam dunia tumbuhan sebagai berikut:
Phylum: Magnoliophyta
Classis: Magnoliopsida
Subclass: Rosidae
Ordo: Myrtales
Familia: Myrtaceae
Genus: Eucalyptus
Species: Eucalyptus pellita F. Muell
Eucalyptus pellita F. Muell (E. pellita) merupakan spesies cepat tumbuh
yang mampu beradaptasi dengan lingkungan tropis yang lembab dengan musim
6
kering tidak lebih dari 6 bulan. E. pellita memiliki persebaran alami di Pulau New
Guinea (Papua New Guinea (PNG) dan Papua, Indonesia) dan Queensland,
Australia. Tanaman E. pelita umur 6 tahun dapat mencapai tinggi 20 m dan
diameter 18 cm. Kayu E. pellita kuat, tahan lama, dekoratif dan mudah
dikerjakan. Oleh karenanya, kayu E. pellita banyak diaplikasikan keberbagai
produk yang bernilai, seperti untuk furniture, bahan bangunan dan konstruksi,
decking, flooring, fencing, serta sebagai bahan baku pulp dan kertas.
E. pellita juga merupakan jenis cepat tumbuh dari genus Eucalyptus yang
sangat menjanjikan untuk program industri pulp dan kertas serta sangat potensial
sebagai jenis alternatif pengganti Acacia mangium yang pada saat ini banyak
mengalami kematian akibat serangan jamur akar di daerah tropika humida. Pada
tapak (site) yang sama pertumbuhan E. pellita lebih lambat dari pertumbuhan
Acacia mangium. Meskipun kecepatan tumbuh jenis ini belum seperti jenis-jenis
Acacia, namun merupakan jenis yang sangat menjanjikan di antara jenis-jenis
Eucalyptus yang dikembangkan di Indonesia dan relatif tahan terhadap serangan
hama dan penyakit.
E. pellita telah dikembangkan dalam pembangunan Hutan Tanaman
Industri (HTI) untuk menyuplai bahan baku pulp dan kertas di Indonesia. Hutan
tanaman E. pellita di beberapa industri yang digunakan untuk menyuplai bahan
baku pulp memiliki luas tanaman mencapai 9.355 ha pada tahun 1998-2004. E.
pellita pada program Hutan Tanaman Industri (HTI) di Indonesia hanya
digunakan untuk menyuplai bahan baku pulp dan kertas dengan diameter kecil
pada daur yang pendek (dibawah 10 tahun). Untuk mengimbangi hal tersebut
maka diperlukan peningkatan dari segi kualitas maupun kuantitas kayunya.
kering, misalnya jenis- jenis yang telah dibudidayakan yaitu Eucalyptus alba,
Eucalyptus camaldulensis, Eucalyptus citriodora, Eucalyptus deglupta adalah
jenis yang beradaptasi pada habitat hutan hujan dataran rendah dan hutan
pegunungan rendah, pada ketinggian hingga 1800 meter dari permukaan laut,
dengan curah hujan tahunan 2500-5000 mm, suhu minimum rata-rata 230 dan
maksimum 310 di dataran rendah, dan suhu minimum rata-rata 130 dan maksimum
290 di pegunungan.
Perbanyakan Tanaman Eucalypthus
Eucalyptus sp. merupakan spesies cepat tumbuh yang dikembangkan di
Hutan Tanaman Industri (HTI) sebagai bahan baku pembuatan pulp dan kertas.
Untuk mendukung ketersediaan bahan baku dilakukan usaha peningkatan
produktivitas tegakan. Dalam hal ini salah satu usaha yang bisa dilakukan adalah
dengan melakukan pemuliaan tanaman dengan cara perbanyakan secara vegetatif
dan generatif.
Perbanyakan tanaman dengan biji merupakan perbanyakan tanaman secara
generatif. Perbanyakan melalui biji didahului dengan peleburan gamet jantan dan
gamet betina tanaman induk. Sedangkan perbanyakan tanaman dengan kloning
merupakan perbanyakan tanaman secara vegetatif yaitu dengan teknologi DNA
rekombinan. Teknologi ini pada dasarnya adalah teknik untuk menggabungkan
molekul-molekul DNA rekombinan sesuai yang diharapkan.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
1. Tanamam Eucalypthus sp. Pada umumnya berupa pohon kecil hingga besar,
tingginya rata-rata 40 meter dan rata-rata bebas cabang 25 meter. Batang
utamanya berbentuk kurus, dengan diameter hingga 200 cm.
2. Jenis-jenis Eucalypthus spp terutama menghendaki iklim bermusim dan
daerah yang beriklim basah dari tipe hujan tropis. Jenis Eucalypthus spp tidak
menuntut persyaratan yang tinggi terhadap tempat tumbuhnya.
3. Perbanyakan tanaman Eucalyptus sp dapat melalui 2 cara yaitu: secara vegetatif
dan generatif.
4. Tantangan dalam penanaman Eucalyptus sp antara lain yaitu adanya variasi
pertumbuhan yang sangat tinggi sehingga mempengaruhi volume dan
mempersulit pemiliharaan dan pemanenannya.
5. Pemanfaatan kayu Eucalyptus sp antara lain untuk bangunan di bawah atap,
kusen pintu dan jendela, kayu lapis, bahan pembungkus, korek apai, bubur
kayu (pulp), kayu bakar.
11
DAFTAR PUSTAKA
Irwanto. 2006. Penilaian Kesehatan Hutan Tegakan Jati (Tectona grandis) dan
Eucalyptus ( Eucalyptus pellita) Pada Kawasan Hutan Wanagama I.
Universitas Gadja Mada. Yogyakarta.
Sondang, L.M. 2009. Uji infeksi Mycosphaerella spp terhadap bibit Eucalyptus
spp. Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera
Utara. Medan.