Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Tanaman Eucalyptus spp, merupakan family Myrtaceae dimana spesies-
spesies sudah dikenal, antara lain Eucalyptus alba (ampupu), Eucalyotus
deglupta, Eucalyptus grandis, Eucalyptus plathyphylla. Eucalyptus saligna,
Eucalyptus umbellata, Eucalyptus camadulensis, Eucalyptus pellita, Eucalyptus
terenticornis, Eucalyptus torreliana. Jenis Eucalyptus spp merupakan jenis yang
tidak membutuhkan persyaratan yang tinggi terhadap tanah dan juga tempat
tumbuhnya, jenis Eucalyptus spp termasuk jenis ynag sepanjang tahu tetap hijau
dan sangat membutuhkan cahaya. Kayunya mempunyai nilai ekonomis yang
cukup tinggi untuk dipakai sebagai kayu gergajian, konstruksi, vinir, bahan pulp
dan kertas. Oleh karena itu jenis tanaman ini cenderung untuk selalu
dikembangkan (Sondang, 2009).
Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam
yang tersebar di beberapa pulau. Salah satu kekayaan alam tersebut adalah
berbagai macam tanaman yang memiliki ciri khas dari masing-masing daerah
tempat tumbuhnya. Tanaman-tanaman yang tersebar di Indonesia tersebut
sebagian besar memiliki manfaat atau khasiat sebagai sumber obat yang berasal
dari alam dan dapat dijadikan sebagai obat herbal terkait penggunaannya secara
empiris maupun ilmiah. Suku Myrtaceae terdiri dari beberapa spesies, setidaknya
300 spesies dalam 13- 150 genera, yang secara luas terdistribusi pada beberapa
daerah topis dan yang memiliki temperatur hangat di dunia3. Spesies Melaleuca
yang termasuk ke dalam suku Myrtaceae ini berasal dari Australia dan kemudian
menyebar ke wilayah Asia bagian selatan termasuk Indonesia
(Meisarani dan Ramadhani, 2003).
Eucalyptus merupakan tanaman yang berukuran sedang sampai besar
dimana tinggi pohon dapat mencapai lebih dari 40 m, dengan diameter setinggi
dada 1 m. Pohon berbatang lurus, tidak berbanir, dan sedikit bercabang.
Percabangannya lebih banyak membuat sudut ke atas/tegak, jarang-jarang dan
daunnya tidak begitu lebat. Bertajuk kecil dan banyak meloloskan sinar. Bentuk
2

kulit batang bermacam-macam dari kasar dan berserabut, halus bersisik, tebal
bergaris-garis atau berlekuk-lekuk. Warna kulit batang mulai dari putih kelabu,
abu abu muda, hijau kelabu sampai cokelat, merah, sawo matang sampai coklat
(Sulichantini, 2016).
Pembagunan bidang kehutanan, khususnya hutan tanaman industri
diharapkan dapat menghasilkan tegakan dengan produktivitas (riap) yang tinggi
dan mutu kayu yang memenuhi persyaratan bahan baku industri kehutanan. Oleh
karena itu penerapan kegiatan silvikultur intensif dan pengelolaan hutan tanaman
yang profesional menjadi suatu keharusan. Mengingat kualitas tempat tumbuh
(bonita) mempengaruhi pertumbuhan tanaman maka upaya pemilihan tempat
tumbuh yang cocok merupakan hal yang sangat penting. Setiap tegakan mempu
nyai karakteristik pertumbuhan yang berbeda tergantung pada jenis, tipe tapak,
perlakuan silvikultur dan faktor lingkugan lainnya. Hal ini menyebabkan table
tegakan merupakan rangkuman informasi kuantitatif pertumbuhan dan hasil
tegakan seperti perkembangan diameter, luas bidang dasar, dan isi tegakan suatu
hutan tanaman yang tumbuh pada kualitas tempat tumbuh (bonita) tertentu
bersifat spesifik untuk jenis dan lokasi tertentu (Simarmata, 2015).

II.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana klasifikasi dan morfologi tananaman Eucalyptus?
2. Bagaimana syarat tumbuh dan perbanyakan tanaman Eucalyptus?
3. Apa saja keunggulan dan tantangan yang diperoleh dari penanaman tanaman
Eucaliptus?
4. Apa saya manfaat dari tanaman Eucalyptus?

II.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui klasifikasi dan morfologi tananaman Eucalyptus.
2. Untuk mengetahui syarat tumbuh dan perbanyakan tanaman Eucalyptus.
3. Untuk mengetahui keunggulan dan tantangan yang diperoleh dari penanaman
tanaman Eucaliptus.
4. Untuk mengetahui manfaat dari tanaman Eucalyptus.
3

BAB II
ISI

II.1 Klasisfikasi dan Morfologi tananaman Eucalyptus


 Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Divisi: Spermatophyta
Subdivisi: Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo: Myrtales
Famili: Myrtaceae
Genus: Eucalyptus
 Morfologi

(a) (b)

(c)
Ket: (a) Daun Eucalyptus sp, (b) Pohon Eucalyptus sp, (c) daun Eucalyptus sp

Tanamam Eucalypthus sp. Pada umumnya berupa pohon kecil hingga besar,
tingginya rata-rata 40 meter dan rata-rata bebas cabang 25 meter. Batang
utamanya berbentuk kurus, dengan diameter hingga 200 cm. Permukaan kulit
kayunya licin, berserat berbentuk papan catur. Daun muda dan dauun dewasa
4

sifatnya berbeda, daun dewasa umumnya berseling kadang-kadang berhadapan,


tunggal, tulang tengah jelas, pertulangan sekunder menyirip atau sejajar, berbau
harum bila diremas. Perbungaan berbentuk payung yang rapat, kadang-kadang
berupa malai rata diujung ranting. Buah berbentuk kapsul, kering dan berdinding
tipis. Biji berwarna coklat atau hitam. Marga Eucalypthus termasuk kelompok
yang berbuah kapsul dalam suku Myrtaceae dan dibagi menjadi 7-10 anak marga,
setiap anak dibagi lagi menjadi beberapa seksi dan seri.
Tanaman ini bertajuk tidak rapat, tingginya bervariasi menurut jenisnya.
Jenis ampupu tingginya dapat mencapai 35 meter dann diameter 120 cm. Jenis
hue tingginya dapat mencapai 25 meter dann diameter 80 cm, sedangkan jernis
Leda tingginya dapat mencapai 40 meter dann diameter 125 cm. Eucalypthus sp.
Mempunyai musim berbunga yang berbeda dari satu dengan yang lainnya. E.
Deglupta April-Juni. E. Pathyphylla Juli-November, E. Alba Oktober, E. Saligna
September-Desember, E. Grandis Januari-Agustus, E. Umbellata Agustus-
Oktober. Biji Eucalypthus tergolong sangatlah halus, kecil dan lembut. Jumlah
perkilogram untuk setiap jenis berbeda-beda.
a. Eucalyptus urophylla
Eucalyptus urophylla termaksud famili myrtaceae yang terdiri dari 500
jenis dan 138 varietas dan merupakan tumbuhan yang endemik di Australia dan
kepulauan sebelah utara Timor, Irian dan Filipina. Nama Eucalyptus urophylla
diberi oleh Dr. Blake. Nama urophylla berasal dari yunani, yaitu auro yang berarti
ekor, dan phylla berarti daun.
Sistematika Eucalyptus urophylla dalam dunia tumbuhan sebagai berikut:
Divisi : Spermatuphyta
Subdiviso : Angiospermae
Kelas : Dicotyledon
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Eucalyptus
Spesies : Eucalyptus urophylla
Eucalyptus urophylla pada umumnya terdapat pada zona iklim basah
sampai kering yaitu tipe hutan C, D, dan E pada klasifikasi Shmidt dan Ferguson.
5

Eucalyptus urophylla mampu tumbuh pada tanah yang kurang subur, berbatu dan
tanah rawah. Untuk pertumbuhannya, Eucalyptus urophylla menghendaki cahaya
sepanjang tahun (jenis intoleran), dan juga merupakan pohon yang tetap hijau
sepanjang tahun.
Pertumbahan riap maupun diameter Eucalyptus urophylla sangat tinggi.
Tinggi pohon dapat mencapai 40 meter dan rata-rata bebas cabang 25 meter.
Diameternya bisa mencapai 100 cm atau lebih dan tidak berbanir, kulit luar
biasanya cokelat muda sampai cokelat tua, keadaan kulit licin dan mengelupas
memanjang tidak teratur.
Eucalyptus urophylla mempunyai tekstur yang keras merata dan licin
karena serat-seratnya terpadu. Eucalyptus urophylla mempunyai bunga yang
memanjang dan tidak memiliki tangkai bunga. Warna benang sari putih dan
banyak. Daun Eucalyptus urophylla berbentuk bulat telur, memanjang dan lanset,
dimana pada pangkal mengecil hingga keujung meruncing. Pada tingkat anakan
bentuk duduk daun berhadapan dan pada tingkat pohon bentuk duduk daun
tersebar.
b. Eucalyptus pellita
Eucalyptus pellita merupakan jenis tanaman cepat tumbuh yang berpotensi
besar dalam pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI). Ukuran pohon
bervariasi dari pohon kerdil dengan percabangan yang banyak sampai pohon besar
dengan tinggi mencapai 10 m dengan diameter lebih dari 100 cm. Manfaat yang
dominan dari pohon ini adalah untuk bahan baku kertas pulp.
Sistematika Eucalyptus pellita dalam dunia tumbuhan sebagai berikut:
Phylum: Magnoliophyta
Classis: Magnoliopsida
Subclass: Rosidae
Ordo: Myrtales
Familia: Myrtaceae
Genus: Eucalyptus
Species: Eucalyptus pellita F. Muell
Eucalyptus pellita F. Muell (E. pellita) merupakan spesies cepat tumbuh
yang mampu beradaptasi dengan lingkungan tropis yang lembab dengan musim
6

kering tidak lebih dari 6 bulan. E. pellita memiliki persebaran alami di Pulau New
Guinea (Papua New Guinea (PNG) dan Papua, Indonesia) dan Queensland,
Australia. Tanaman E. pelita umur 6 tahun dapat mencapai tinggi 20 m dan
diameter 18 cm. Kayu E. pellita kuat, tahan lama, dekoratif dan mudah
dikerjakan. Oleh karenanya, kayu E. pellita banyak diaplikasikan keberbagai
produk yang bernilai, seperti untuk furniture, bahan bangunan dan konstruksi,
decking, flooring, fencing, serta sebagai bahan baku pulp dan kertas.
E. pellita juga merupakan jenis cepat tumbuh dari genus Eucalyptus yang
sangat menjanjikan untuk program industri pulp dan kertas serta sangat potensial
sebagai jenis alternatif pengganti Acacia mangium yang pada saat ini banyak
mengalami kematian akibat serangan jamur akar di daerah tropika humida. Pada
tapak (site) yang sama pertumbuhan E. pellita lebih lambat dari pertumbuhan
Acacia mangium. Meskipun kecepatan tumbuh jenis ini belum seperti jenis-jenis
Acacia, namun merupakan jenis yang sangat menjanjikan di antara jenis-jenis
Eucalyptus yang dikembangkan di Indonesia dan relatif tahan terhadap serangan
hama dan penyakit.
E. pellita telah dikembangkan dalam pembangunan Hutan Tanaman
Industri (HTI) untuk menyuplai bahan baku pulp dan kertas di Indonesia. Hutan
tanaman E. pellita di beberapa industri yang digunakan untuk menyuplai bahan
baku pulp memiliki luas tanaman mencapai 9.355 ha pada tahun 1998-2004. E.
pellita pada program Hutan Tanaman Industri (HTI) di Indonesia hanya
digunakan untuk menyuplai bahan baku pulp dan kertas dengan diameter kecil
pada daur yang pendek (dibawah 10 tahun). Untuk mengimbangi hal tersebut
maka diperlukan peningkatan dari segi kualitas maupun kuantitas kayunya.

II.2 Syarat tumbuh dan perbanyakan tanaman Eucalyptus


 Syarat Tumbuh
7

Jenis-jenis Eucalypthus spp terutama menghendaki iklim bermusim dan


daerah yang beriklim basah dari tipe hujan tropis. Jenis Eucalypthus spp tidak
menuntut persyaratan yang tinggi terhadap tempat tumbuhnya. Eucalypthus spp
dapat tumbuh pada tanah yang dangkal, berbati-batu, lembab, berawa-rawa, secara
periodik digenangi air. Dengan variasi kesuburan tanah mulai tanah-tanah kurus
gersang sampai pada tanha yang baik dan subur. Jenis Eucalypthus spp dapat
tumbuh didaerah iklim A sampai dengan iklim C dan dapat dikembangkan mulai
dari daratan rendah sampai daerah pegunungna yang tingginya pertahun yang
sesuai bagi pertumbuhannya antara 0-1 bulan dan suhu rata-rata pertahunnya 20-
320 C. Jenis tanha yanng digunakan dalam pertanaman Eucalypthus spp ini adalah
jenis tanah litosol dan regosol podolik.
Pertumbuhan banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor tempat tumbuh
seperti: kerapatan tegakan, karakteristik umur tegakan, faktor iklim (temperatur,
presipitasi, kecepatan angin dan kelembaban udara), serta faktor tanah (sifat fisik,
komposisi bahan kimia, dan komponen mikrobiologi tanah). Diameter merupakan
salah satu dimensi pohon yang paling sering digunakan sebagai parameter
pertumbuhan. Pertumbuhan diameter dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi fotosintesis. Pertumbuhan diameter berlangsung apabila keperluan
hasil fotosintesis untuk respirasi, penggantian daun, pertumbuhan akar dan tinggi
telah terpenuhi. Pertumbuhan tinggi pohon dipengaruhi oleh perbedaan kecepatan
pembentukan dedaunan yang sangat sensitif terhadap kualitas tempat tumbuh.
Setidaknya terdapat tiga faktor lingkungan dan satu faktor genetik (intern) yang
sangat nyata berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi yaitu kandungan nutrient
mineral tanah, kelembaban tanah, cahaya matahari, serta keseimbangan sifat
genetik antara pertumbuhan tinggi dan diameter suatu pohon.
Marga Eucalyptus terdiri atas 500 jenis yang kebanyakan endemik di
Australia. Hanya 2 jenis tersebar di wilayah Malesia (Maluku, Sulawesi, Nusa
Tenggara dan Filiphina) yaitu Eucalyptus urophylus dan Eucalyptus deglupta.
Beberapa jenis menyebar dari Australia bagian utara menuju Malesia bagian
timur. Keragaman terbesar di daerah-daerah pantai New South Wales dan
Australia bagian Baratdaya. Hampir semua jenis Eucalyptus berdaptasi dengan
iklim muson. Beberapa jenis bahkan dapat bertahan hidup di musim yang sangat
8

kering, misalnya jenis- jenis yang telah dibudidayakan yaitu Eucalyptus alba,
Eucalyptus camaldulensis, Eucalyptus citriodora, Eucalyptus deglupta adalah
jenis yang beradaptasi pada habitat hutan hujan dataran rendah dan hutan
pegunungan rendah, pada ketinggian hingga 1800 meter dari permukaan laut,
dengan curah hujan tahunan 2500-5000 mm, suhu minimum rata-rata 230 dan
maksimum 310 di dataran rendah, dan suhu minimum rata-rata 130 dan maksimum
290 di pegunungan.
 Perbanyakan Tanaman Eucalypthus
Eucalyptus sp. merupakan spesies cepat tumbuh yang dikembangkan di
Hutan Tanaman Industri (HTI) sebagai bahan baku pembuatan pulp dan kertas.
Untuk mendukung ketersediaan bahan baku dilakukan usaha peningkatan
produktivitas tegakan. Dalam hal ini salah satu usaha yang bisa dilakukan adalah
dengan melakukan pemuliaan tanaman dengan cara perbanyakan secara vegetatif
dan generatif.
Perbanyakan tanaman dengan biji merupakan perbanyakan tanaman secara
generatif. Perbanyakan melalui biji didahului dengan peleburan gamet jantan dan
gamet betina tanaman induk. Sedangkan perbanyakan tanaman dengan kloning
merupakan perbanyakan tanaman secara vegetatif yaitu dengan teknologi DNA
rekombinan. Teknologi ini pada dasarnya adalah teknik untuk menggabungkan
molekul-molekul DNA rekombinan sesuai yang diharapkan.

II.3 Keunggulan dan tantangan yang diperoleh dari penanaman tanaman


Eucalyptus.
 Keunggulan
Eucalyptus dapat diperbanyak secara generatif dan vegetatif. Perbanyakan
secara generatif mempunyai keunggulan karena mempunyai perakaran yang
kuat sehingga resiko tanaman roboh rendah.
Perbanyakan vegetatif mempunyai banyak kegunaan dalam kehutanan (Zobel
dan Talbert, 1984), yaitu : (1) preservasi genotipa-genotipa unggul dalam
bank klon atau arsip klonal, (2) perbanyakan genotipa-genotipa unggul yang
diinginkan untuk kegunaan khusus seperti di kebun benih atau pemurnian, (3)
penilaian dari genotipa-genotipa dan interaksinya dengan lingkungan melalui
9

uji klonal dan (4) Memperoleh keuntungan genetik maksimum apabila


digunakan untuk peremajaan.
 Tantangan dalam penanaman tanaman Eucalyptus
Eucalyptus sp dapat diperbanyak secara generatif dan vegetatif. Perbanyakan
secara generatif memiliki kekurangan yaitu variasi pertumbuhan yang sangat
tinggi sehingga mempengaruhi volume dan mempersulit pemiliharaan dan
pemanenannya.
Kelemahan perbanyakan secara vegetatif atau sistem klon adalah : keragaman
genetik sama sehingga apabila ada masalah misalnya serangan hama dan penyakit
maka sangat menular ke individu lainnya, struktur perakarannya kurang kuat
sehingga bila dikembangkan di daerah daerah yang banyak angin kencangnya
biasanya lebih mudah roboh. Klon sangat kuat berinteraksi dengan lingkungannya
maka apabila tidak dapat memilih lokasi yang sesuai untuk pertumbuhannya maka
hasil pertumbuhannya tidak optimal. Teknik budidaya yang intensif sangat
diperlukan untuk menghasilkan pertumbuhan yang maksimal misalnya sarana
perbanyakan secara vegetatif yang baik, pemupukan yang lebih intensif,
pengendalian hama, penyakit dan gulma yang intensif.

II.4 Pemanfaatan Eucalyptus.


Kayu Eucalyptus digunakan antara lain untuk bangunan di bawah atap,
kusen pintu dan jendela, kayu lapis, bahan pembungkus, korek apai, bubur kayu
(pulp), kayu bakar. Beberapa jenis digunakan untuk kegiatan reboisasi. Daun dan
cabang dari beberapa jenis Eucalyptus menghasilkan minyak yang merupakan
produk penting untuk farmasi, misalnya untuk obat gosok atau obat batuk,
parfum, sabun, ditergen, disinfektan dan pestisida. Beberapa jenis menghasilkan
gom (kino). Bunga beberapa jenis lainnya menghasilkan serbuk sari dan nektar
yang baik untuk madu. Beberapa jenis ditanam sebagai tanaman hias.
10

BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
1. Tanamam Eucalypthus sp. Pada umumnya berupa pohon kecil hingga besar,
tingginya rata-rata 40 meter dan rata-rata bebas cabang 25 meter. Batang
utamanya berbentuk kurus, dengan diameter hingga 200 cm.
2. Jenis-jenis Eucalypthus spp terutama menghendaki iklim bermusim dan
daerah yang beriklim basah dari tipe hujan tropis. Jenis Eucalypthus spp tidak
menuntut persyaratan yang tinggi terhadap tempat tumbuhnya.
3. Perbanyakan tanaman Eucalyptus sp dapat melalui 2 cara yaitu: secara vegetatif
dan generatif.
4. Tantangan dalam penanaman Eucalyptus sp antara lain yaitu adanya variasi
pertumbuhan yang sangat tinggi sehingga mempengaruhi volume dan
mempersulit pemiliharaan dan pemanenannya.
5. Pemanfaatan kayu Eucalyptus sp antara lain untuk bangunan di bawah atap,
kusen pintu dan jendela, kayu lapis, bahan pembungkus, korek apai, bubur
kayu (pulp), kayu bakar.
11

DAFTAR PUSTAKA

Gulo. S. M. 2009. Ketahanan bibit Eucalyptus sp terhadap cekaman kekeringan.


Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.
Medan.

Irwanto. 2006. Penilaian Kesehatan Hutan Tegakan Jati (Tectona grandis) dan
Eucalyptus ( Eucalyptus pellita) Pada Kawasan Hutan Wanagama I.
Universitas Gadja Mada. Yogyakarta.

Latifah. S. 2004. Pertumbuhan dan hasil tegakan Eucalyptus grandis di hutan


tanaman industri. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian. Universitas
Sumatera Utara. Medan.

Meisarani. A dan Ramadhani, Z.M. 2003. Kandungan senyawa kimia dan


bioaktivitas Melaleuca leucadenron Linn. Farmaka. Vol 14 (2): 123-144.

Pasaribu. D, Mardhiansyah. M, Sulaeman. R. 2016. Kualitas pertumbuhan


Eucalyptus sp dari perbanyakan vegetatif dan generatif. Jom Faperta.
Vol. 3(1).

Simarmata, M.M.T. 2015. Model penyusunan kualitas tempat tumbuh Eucalyptus


urophylla pada hutan tanaman. Jurnal Elektronik Akar. Vol. 1 (1).

Sondang, L.M. 2009. Uji infeksi Mycosphaerella spp terhadap bibit Eucalyptus
spp. Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera
Utara. Medan.

Sulichantini, E.D. 2016. Pertumbuhan tanamann Eucalyptus pellita F. Muell


dilapangan dengan mennggunakan bibit hasil perbanyakan dengan
metode kultur jaringan, stek pucuk dan biji. Ziraa’ah. Vol. 41 (2): 269-
275.

Anda mungkin juga menyukai