C. Tujuan Pembelajaran
Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pertemuan
pertama dan kedua siswa diharapkan mampu menjelaskan fungsi sistem
pertahanan tubuh dan membuat tabel tentang perbedaan pertahanan
nonspesifik dengan pertahanan spesifik. Melalui Pembelajaran dengan model
pembelajaan Role Playing pada pertemuan ke tiga siswa dapat menjelaskan
mekanisme respon imunitas humoral dan respon imunitas selular, melalui
kegiatan role play (bermain peran). Melalui Pembelajaran Discovery learning
siswa dapat memahami mekanisme respons imunitas humoral dan imunitas
seluler.
D. Materi Pembelajaran
1. Fungsi Sistem Pertahanan Tubuh
2. Mekanisme Pertahanan Tubuh
3. Faktor Yang Memengaruhi Sistem Pertahanan Tubuh
4. Gangguan Sistem Pertahanan Tubuh
E. Pendekatan/Model/Metode Pembelajaran
Pertemuan:
1. Contextual Teaching and Learning (CTL)
2. Contextual Teaching and Learning (CTL
3. Role playing
4. Discovery learning
F. Media/Alat/Bahan/Sumber
Pertemuan 1
1. Media/alat : Laptop/komputer, LCD
2. Bahan : LKPD
3. Sumber Belajar: Irnaningtyas. Biologi Jilid 2 Kelas XI. Jakarta :Erlangga
Kurikulum 2013
Pertemuan 2
4. Media/alat : Laptop/komputer, LCD
5. Bahan : LKPD
6. Sumber Belajar: Irnaningtyas. Biologi Jilid 2 Kelas XI. Jakarta :Erlangga
Kurikulum 2013
Pertemuan 3
1. Media : Bahan ajar Biologi SMA kelas XI
2. Bahan/alat : Naskah pembelajaran
3. Sumber Belajar: Irnaningtyas. Biologi Jilid 2 Kelas XI. Jakarta :Erlangga
Kurikulum 2013
Pertemuan 4
1. Media : Bahan ajar Biologi SMA kelas XI
2. Bahan/alat : Lembar Kegiatan
3. Sumber Belajar: Irnaningtyas. Biologi Jilid 2 Kelas XI. Jakarta :Erlangga
Kurikulum 2013
G. Kegiatan Pembelajaran
1. Pertemuan Pertama: (2 JP)
Indikator:
3.14.1 Menganalisa suatu kasus di masyarakat tentang penyakit
imunodefisiensi AIDS berdasarkan kajian literatur.
3.14.2 Menjelaskan fungsi sistem pertahanan tubuh.
a. Kegiatan Pendahuluan
Menyiapkan peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran
seperti berdoa, absensi, menyiapkan buku pelajaran/sumber yang
relevan.
CHARACTER BUILDING
CRITICAL THINKING
b. Kegiatan Inti
Melakukan tanya jawab ringan dengan siswa tentang keterkaitan
materi yang akan diajarkan dengan kehidupan sehari-hari.
Membentuk kelompok menjadi 6 kelompok belajar.
Secara berkelompok mendiskusikan permasalahan dengan
mengerjakan lembar diskusi pada siswa.
Melakukan diskusi dalam kelompok.
COLLABORATION
COMMUNICATION
Memberikan umpan balik terhadap proses pembelajaran dengan
memahani makna bekerja sama untuk memahami suatu materi.
CHARACTER BUILDING
c. Kegiatan Penutup
Meminta siswa untuk mengumpulkan lembar kegiatan yang telah
dikerjakan oleh siswa.
Membuat kesimpulan
Menyampaikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya.
Mengucapkan salam penutup.
CRITICAL THINKING
COLLABORATION
COMMUNICATION
CHARACTER BUILDING
c. Kegiatan Penutup
Meminta siswa untuk mengumpulkan lembar kegiatan yang telah
dikerjakan oleh siswa.
Membuat kesimpulan
Menyampaikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya.
Mengucapkan salam penutup.
c. Kegiatan Penutup
Setelah selesai ditampilkan perwakilan siswa memberikan kesimpulan
tentang skenario yang deperagakan.
Guru memberikan kesimpulan secara umum.
Menyampaikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya.
Mengucapkan salam penutup.
4. Pertemuan Keempat: (2 JP)
Indikator:
a. Kegiatan Pendahuluan
Menyiapkan peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran
seperti berdoa, absensi, menyiapkan buku pelajaran/sumber yang
relevan.
CHARACTER BUILDING
CRITICAL THINKING
b. Kegiatan Inti
Melakukan tanya jawab ringan dengan siswa tentang keterkaitan
materi yang akan diajarkan dengan kehidupan sehari-hari.
Membentuk kelompok menjadi 6 kelompok belajar.
Secara berkelompok mendiskusikan permasalahan dengan
mengerjakan lembar kegiatan siswa.
Melakukan diskusi dalam kelompok.
COLLABORATION
COMMUNICATION
CHARACTER BUILDING
c. Kegiatan Penutup
Meminta siswa untuk mengumpulkan lembar kegiatan yang telah
dikerjakan oleh siswa.
Membuat kesimpulan
Menyampaikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya.
Mengucapkan salam penutup.
b. Pengayaan
Bagi siswa yang mencapai nilai KKM diberikan pembelajaran pengayaan
sebagian berikut:
1) Siswa yang mencapai nilai n(ketuntasan)<n<n (maksimum) diberikan
materi masih dalam cakupan KD dengan pendalaman sebagai pengetahuan
tambahan.
2) Siswa yang mencapai nilai n>n(maksimum) diberikan materi melebihi
cakupan KD dengan pendalaman sebagai pengetahuan tambahan.
, .......................2018
Mengetahui,
Kepala SMA Negeri 1 Guru Mata Pelajaran
Lampiran 1.
Bagaikan Pendekar yang dikeroyok dari sisi mana saja yang dengan
tenangnya ia bisa mengatasi semua musuhnya yang disebut antigen yang akan
merusak sel tubuh kita …..thanks pendekar!!!
SISTEM IMMUN
Fungsi:
1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan
menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit,
jamur, dan virus, serta tumor) yang masuk ke dalam tubuh
2. Menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak (debris sel) untuk
perbaikan jaringan.
3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal
Sasaran utama:
1. bakteri patogen & virus
2. Leukosit mrpkn sel imun utama (disamping sel plasma, makrofag, & sel
mast)
Patogen bagi tubuh manusia
Bakteri
Virus
Jamur
Protozoa bersel satu
Parasit
Struktur Struktur Imun
Organ sistem imun berada di seluruh bagian tubuh organ limfoid
Organ limfoid: ‘rumah’ bg limfosit
Jaringan limfoid primer:
1. kelenjar thymus
2. sumsum tulang
Jaringan limfoid sekunder:
1. berkapsul: limpa & kelenjar limfa
2. tdk berkapsul: tonsil, GALT (gut-associated lymphoid tissue),
jar.limfoid di kulit, sal.napas, kemih, & reproduksi
Jaringan Limfoid
Merupakan jaringan yang memproduksi, menyimpan, & memproses
limfosit
Mencakup: sumsum tulang, kel.limfe, limpa, thymus, tonsil, adenoid,
appendiks, & agregat jar.limf di sal.cerna (GALT= gut-associated
lymphoid tissue/ Plak Peyer)
Sistem Imun
Pertahanan lapis pertama: Pertahanan fisik (physical barrier)
Ada 2 sistem kekebalan tubuh:
1. Sistem kekebalan nonspesifik (didapat) (innate immune system)
2. Sistem kekebalan spesifik (dipelajari/adaptif) (learned/adaptive
immune system)
Komponen Sistem Imun Spesifik
Barier Sel Epitel
Sel epitel yang utuh merupakan barier fisik terhadap mikroba dari
lingkungan dan menghasilkan peptida yang berfungsi sebagai antibodi natural.
Didalam sel epitel barier juga terdapat sel limfosit T dan B, tetapi diversitasnya lebih
rendah daripada limfosit T dan B pada sistem imun spesifik. Sel T limfosit intraepitel
akan menghasilkan sitokin, mengaktifkan fagositosis dan selanjutnya melisiskan
mikroorganisme. Sedangkan sel B limfosit intraepitel akan menghasilkan IG M.
Neutrofil dan Makrofag
Ketika terdapat mikroba dalam tubuh, komponen pertama yang bekerja
adalah neutrofil dan makrofag dengan cara ingesti dan penghancuran terhadap
mikroba tersebut. Hal ini di karenakan makrofag dan neutrofil mempunyai reseptor
di permukaannya yang bisa mengenali bahan intraselular (DNA), endotoxin dan
lipopolisakarida pada mikroba yang selanjutnya mengaktifkan aktifitas antimikroba
dan sekresi sitokin.
Tahap Respons Imun
Deteksi & mengenali benda asing
Komunikasi dg sel lain untuk berespons
Rekruitmen bantuan & koordinasi respons
Destruksi atau supresi penginvasi Þ antibodi & sitokin
Respons Imun
Respons imun alami nonspesifik
ada sejak lahir
tdk memiliki target tertentu
terjadi dlm bbrp menit – jam
Reaksi inflamasi
Respons imun didapat spesifik
spesifik untuk jenis tertentu
respons terhadap paparan I terjadi dalam beberapa hari, paparan
berikutnya lebih cepat
Pertahanan Lapis Pertama
Kulit & membran mukosa yang utuh
Kelenjar keringat, sebum, & airmata ® mensekresi zat kimia & bersifat
bakterisid
Mukus, silia, tight junction, desmosom, sel keratin & lysozim di lapisan
epitel
Rambut pd lubang hidung
Flora normal
Sistem Kekebalan Non-spesifik
Dapat mendeteksi adanya benda asing & melindungi tubuh dari
kerusakan yang diakibatkannya, namun tdk dpt mengenali benda asing
yang masuk ke dalam tubuh.
Yang termasuk dlm sistem ini:
1. Reaksi inflamasi/peradangan
2. Protein antivirus (interferon)
3. Sel natural killer (NK)
4. Sistem komplemen
Inflamasi/ Peradangan
Merupakan respons lokal tubuh thd infeksi atau perlukaan
Tidak spesifik hanya untuk infeksi mikroba, tetapi respons yg sama juga
terjadi pada perlukaan akibat suhu dingin, panas, atau trauma
Pemeran utama: fagosit, a.l: neutrofil, monosit, & makrofag
Tahap inflamasi
Masuknya bakteri ke dalam jaringan
Vasodilatasi sistem mikrosirkulasi area yg terinfeksi meningkatkan
aliran darah (RUBOR/kemerahan & CALOR/panas)
Permeabilitas kapiler & venul yang terinfeksi terhadap protein
meningkat difusi protein & filtrasi air ke interstisial (TUMOR/bengkak &
DOLOR/nyeri)
Keluarnya neutrofil lalu monosit dari kapiler & venula ke interstisial
Penghancuran bakteri di jaringan fagositosis (respons sistemik: demam)
Perbaikan jaringan
Interferon
Sel yang terinfeksi virus akan mengeluarkan interferon
Interferon mengganggu replikasi virus (antivirus); ‘interfere’
Interferon juga memperlambat pembelahan & pertumbuhan sel tumor
dgn meningkatkan potensi sel NK & sel T sitotoksik (antikanker)
Peran interferon yg lain: meningkatkan aktivitas fagositosis makrofag &
merangsang produksi antibodi
Sel Natural Killer (NK)
Merusak sel yg terinfeksi virus & sel kanker dengan melisiskan membran
sel pd paparan I
Kerjanya = sel T sitotoksik, ttp lebih cepat, non-spesifik, & bekerja
sebelum sel T sitotoksik mnjd lebih banyak & berfungsi
Sistem Komplemen
Sistem ini diaktifkan oleh:
1. paparan rantai karbohidrat yg ada pd permukaan mikroorganisme
yg tdk ada pd sel manusia
2. paparan antibodi yang diproduksi spesifik untuk zat asing tertentu
oleh Sistem imun adaptif
Bekerja sbg ‘komplemen’ dari kerja antibodi
Komplemen yg teraktivasi akan:
Berikatan dg basofil & sel mast & menginduksi penglepasan histamin ®
reaksi inflamasi
Berperan sbg faktor kemotaksis yang meningkatkan fagositosis
Berikatan dg permukaan bakteri & bekerja sbg opsonin (opsonisasi) ®
fagositosis
Menempel pd membran & membentuk struktur berbentuk tabung yg
melubangi membran sel & menyebabkan lisis sel.
Sistem Kekebalan Spesifik
Atau Sistem kekebalan adaptif dapat menghancurkan patogen yang lolos
dari Sistem kekebalan non-spesifik.
Mencakup:
1. kekebalan humoral : produksi antibodi oleh limfosit B (sel plasma)
2. kekebalan selular :
produksi limfosit T yg teraktivasi
harus dapat membedakan sel asing yg harus dirusak dari sel-diri
antigen (molekul besar, kompleks, & unik yg memicu respons imun
spesifik jika masuk ke dalam tubuh)
Sistem Kekebalan Humoral
Antigen (Ag) merangsang sel B berubah menjadi sel plasma yg
memproduksi antibodi (Ab).
Ab disekresi ke darah atau limf ~ lokasi sel plasma yg teraktivasi; semua
Ab akan mencapai darah Þ gamma globulin = imunoglobulin (Ig)
Imunoglobulin (Ig)
Ada 5 kelas:
1. Ig M : berperan sbg reseptor permukaan sel B & disekresi pd tahap awal
respons sel plasma
2. Ig G : Ig terbanyak di darah, diproduksi jika tubuh berespons thd antigen
yg sama , Ig M & IgG berperan jika tjd invasi bakteri & virus serta aktivasi
komplemen
3. Ig E : melindungi tubuh dr infeksi parasit & mrp mediator pd reaksi
alergi; melepaskan histamin dari basofil & sel mast
4. Ig A : ditemukan pd sekresi sistem perncernaan, pernapasan, &
perkemihan (cth: pd airmata & ASI)
5. Ig D : terdapat pada banyak permukaan sel B; mengenali antigen pd sel B
Sistem Kekebalan Seluler
Limfosit T spesifik untuk kekebalan terhadap infeksi virus & pengaturan
pd mekanisme kekebalan.
Sel-sel T harus kontak langsung dg sasaran
Ada 3 subpopulasi sel T: sel T sitotoksik, sel T penolong, & sel T penekan
Major histocompatibility complex (MHC): kode human leucocyte-
associated antigen (HLA) yg terikat pd permukaan membran sel; khas pd
setiap individu
Surveilens imun: kerjasama sel T sitotoksik, sel NK, makrofag, &
interferon
Pembentukan Kekebalan Jangka Panjang (long-term immunity)
Pada kontak pertama dg antigen mikroba, respons antibodi terjadi
lambat dlm bbrp hari sampai terbentuk sel plasma & akan mencapai
puncak dlm bbrp minggu (Respons primer); & akan membentuk sel
memori
Jika terjadi kontak dg antigen yg sama, krn adanya sel memori, respons
yg terjadi mjd lebih cepat (Respons sekunder)
Gangguan Sistem imun
Lack of response (imunodefisiensi) contoh: AIDS, leukemia
Incorrect response (peny. autoimun) contoh: DM tipe I, miastenia
gravis, multiple sclerosis;penyakit Graves.
Overactive response (alergi/ hipersensitivitas) contoh: asma, rhinitis
allergic, rx transfuse
Tiga macam sel darah putih yang berperan dalam respon imun, yaitu:
1. Limfosit B, disebut sel B karena diproduksi di dalam bone marrow
(sumsum tulang),
2. Limfosit T, disebut sel T karena diproduksi di dalam kelenjar timus, dan
3. Makrofag.
PENAHAN BIOLOGI
Bakteri asam laktat adalah bakteri yang memproduksi asam laktat.
Beberapa dari bakteri asam laktat merupakan kelompok dari probiotik
yang memberikan manfaat bagi kesehatan manusia.
Peranan bakteri asam laktat terhadap imunitas manusia ialah sebagai
berikut:
1. Meningkatkan respon imun humoral
2. Meningkatkan respon seluler
3. Meningkatkan produksi sitokin
4. Meningkatkan imunitas nonspesifik
Meningkatkan respon imun humoral
Bakteri asam laktat (probiotik) akan meningkatkan respon imun
humoral.
Penelitian menunjukkan bahwa sel yang memproduksi IgA lebih sedikit
pada hewan coba dibandingkan dengan yang mendapat probiotik.
Terdapat peningkatan jumlah sel yang memproduksi IgA pada kelompok
mencit yang mendapatkan L. Casei.
Peningkatan sekresi IgA cukup untuk mencegah saluran cerna.
Pemberian Lactobacillus dapat meningkatkan produksi sistem imun IgA
lokal dan meningkatkan produksi IgA yang disekresi ke limen intestinal
memberikan pertahanan mukosa terhadap Salmonella typhimurium.
Hal ini mengindikasikan adanya fungsi Lactobacillus sebagai
imunoadjuvant dan hanya Lactobacillus yang hidup saja dapat
menstimulasi respon antibodi terhadap antigen spesifik lokal dan
sistemik.
Meningkatkan respon seluler
Probiotik Lactobacillus GG memiliki kemampuan unutuk meningkatkan
imunitas mukosa intestinal yaitu peningkatan jumlah sel penghasil
terutama IgA dan sel penghasil imunoglobin yang lain,
merangsang pelepasan interferon lokal yang memfasilitasi transport
antigen serta meningkatkan ambilan antigen oleh Payer`s patches.
Meningkatkan produksi sitokin
Streptococcus thermophilus yang secara komersial terdapat di yoghurt
meningkatkan produksi sitokin TNF dan IL-6 melalui sel makrofag.
Respon imun primer terjadi sewaktu antigen pertama kali masuk ke dalam
tubuh, yang ditandai dengan munculnya IgM beberapa hari setelah pemapara.
Kadar IgM mencapai puncaknya pada hari ke-7. pada 6-7 hari setelah
pemaparan, barulah bisa di deteksi IgG pada serum,
sedangkan IgM mulai berkurang sebelum kadar IgG mencapai puncaknya
yaitu 10-14 hari setelah pemaparan anti gen.
Respon imun sekunder terjadi apabila pemaparan anti gen terjadi untuk
yang kedua kalinya, yang di sebut juga booster.
Puncak kadar IgM pada respon sekunder ini umumnya tidak melebihi
puncaknya pada respon primer, sebaliknya kadar IgG meningkat jauh lebih
tinggi dan berlangsung lebih lama.
Perbedaan dalam respon ini di sebabkan adanya sel B dan sel
T memory akibat pemaparan yang pertama
IgG merupakan komponen utama imunoglobulin serum, kadarnya dalam
serum sekitar 13 mg/ml, merupakan 75% dari semua imunoglobulin.
Kadar IgG meninggi pada infeksi kronis dan penyakit auto imun.
Anti bodi yang pertama di bentuk dalam respon imun adalah IgM, oleh
karena itu kadar IgM yang tinggi merupakan petunjuk adanya infeksi dini
Myxobacterium. tuberculosis di inhalasi sehingga masuk ke paru-paru,
kemudian di telan oleh makrofag.
Makrofag tersebut mempunyai 3 fungsi utama, yakni :
1. Memproduksi enzim proteolitik dan metabolit lainnya yang
memperlihatkan efek mycobactericidal.
2. Memproduksi sitokin sebagai respon terhadap M. tuberculosis yakni IL-1,
IL-6, IL-8, IL-10, TNF-a TGF-b. Sitokin mempunyai efek imunoregulator
yang penting
3. Untuk memproses dan menyajikan anti gen terhadap limfosist T.
Pada tuberkulosis primer, perkembangan infeksi M. tuberculosis pada target
organ tergantung pada derajat aktivitas anti bakteri makrofag dari sistem imun
alamiah serta kecepatan dan kualitas perkembangan sistem imun yang di dapat.
Oleh sistem imun alamiah, basil akan di eliminasi oleh kerja sama antara
alveolar makrofag dan NK sel melalui sitokin yang dihasilkannya yakni TNF-
a dan INF-g.
Mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi ini terutama dilakukan oleh
sel-sel pertahanan (sel T dan makrofag yang teraktivasi) bersama sejumlah
sitokin.
Pada limfonodi regional, terjadi perkembangan respon imun yang di dapat,
yang akan mengenali basil tuberkulosis.
Tipe respon imun ini sangat tergantung pada sitokin yang dihasilkan oleh
sistem imun alamiah.
Dominasi produksi sitokin oleh makrofag yang mensekresikan IL-12 akan
merangsang respon sel Th 1, sedangkan bila IL-4 yang lebih banyak
disekresikan oleh sel-T maka akan timbul respon oleh sel Th 2.
Tipe respon imun ini akan menentukan kualitas aktivasi makrofag untuk
mempresentasikan anti gen kepada sel-T khususnya melalui jalur MHC
kelas-II
Selama imunitas yang di dapat berkembang untuk mempercepat aktivasi
makrofag/monosit, terjadilah bakteremia.
Basil menggunakan makrofag sebagai sarana untuk menyebar dan
selanjutnya tumbuh dan menetap pada sel-sel fagosit di berbagai organ
tubuh.
Peristiwa ini akan terjadi bila sel-T spesifik yang teraktivasi pada limfonodi
mengalami resirkulasi dan melewati lesi yang meradang yang selanjutnya
akan membentuk granuloma.
Pada peristiwa ini TNF memegang peranan yang sangat vital.
Bila respon imun yang di dapat berkembang tidak adekuat maka akan timbul
manifestasi klinis akibat penyebaran basil yang berupa tuberkulosis milier
atau tuberkulosis meningen
catatan
Granuloma merupakan mekanisme pertahanan utama dengan cara
membatasi replikasi bakteri pada fokus infeksi.
Granuloma terutama terdiri atas makrofag dan sel-T.
Selama interaksi antara anti gen spesifik dengan sel fagosit yang terinfeksi
pada berbagai organ, sel-T spesifik memproduki IFN-g dan mengaktifkan
fungsi anti mikroba makrofag.
Dalam granuloma terjadi enkapsulasi yang di picu oleh fibrosis dan
kalsifikasi serta terjadi nekrosis yang menurunkan pasokan nutrien dan
oksigen, sehingga terjadi kematian bakteri.
Akan tetapi sering terjadi keadaan di mana basil tidak seluruhnya mati tapi
sebagian masih ada yang hidup dan tetap bertahan dalam bentuk dorman.
Infeksi yang terlokalisir sering tidak menimbulkan gejala klinis dan bisa
bertahan dalam waktu yang lama
Pada tuberkulosis post primer, pertahanan tubuh di dominasi oleh
pembentukan elemen nekrotik yang lebih hebat dari kasus infeksi primer.
Elemen-elemen nekrotik ini akan selalu dikelurkan sehingga akhirnya akan
terbentuk kavitas.
Limfadenitis regional jarang terjadi, M. tuberculosis menetap dalam
makrofag dan pertumbuhannya di kontrol dalam fokus-fokus yang
terbentuk.
Pembentukan dan kelangsungan hidup granuloma di kontrol oleh sel-T, di
mana komunikasi antara sel-T dan makrofag di perantarai oleh sitokin. IL-
1b, TNF-a, GM-CSF, TGF-b, IL-6, INF-g dan TNF-b merupakan sitokin yang
mengontrol kelangsungan granuloma, sebaliknya IL-4, IL-5 dan IL-10
menghambat pembentukan dan perkembangan granuloma.
KONKLUSI
Proses aktivasi makrofag oleh sitokin merupakan faktor sentral dalam
imunitas terhadap tuberkulosis.
Pada sistem ini, INF-g telah di identifikasikan sebagai sitokin utama untuk
mengaktivasi makrofag, yang selanjutnya dapat menghambat pertumbuhan
patogen ini.
Pembentukan granuloma dan kavitas di pengaruhi oleh berbagai macam
sitokin sebagai hasil interaksi antara sel-T spesifik, makrofag yang
teraktivasi dan berbagai macam komponen bakterial
SEPUTAR IMUN
Autoimmunitas merupakan respon imun terlalu aktif menyebabkan
disfungsi imun
Sistem imun gagal untuk memusnahkan dengan tepat antara diri sendiri dan
bukan diri sendiri, dan menyerang bagian dari tubuh.
Autoimunitas adalah kegagalan suatu organisme untuk mengenali bagian
dari dirinya sendiri sebagai bagian dari dirinya, yang membuat respon
kekebalan melawan sel dan jaringan miliknya sendiri atau antibody tidak
mengenali jaringan tubuh dan menganggapnya sebagai antigen
Beberapa penyakit yang dihasilkan dari kelainan respon kekebalan ini
dinamakan penyakit autoimun. Contohnya meliputi penyakit Coeliac,
diabetes melitus tipe 1, Systemic Lupus Erythematosus, Sjögren’s syndrome,
Churg-Strauss Syndrome, Hashimoto’s thyroiditis, Graves’ disease, idiopathic
thrombocytopenic purpura, dan (RA).
LAMPIRAN 2
Tujuan : Memahami
mekanisme respons imunitas
humoral dan imunitas
seluler.
Pertanyaan:
1. Komponen-komponen apakah yang terlibat dalam mekanisme respon imunitas
humoral?
2. Komponen-komponen apakah yang terlibat dalam mekanisme respon imunitas
seluler secara intraseluler dan ekstraseluler?
3. Apakah perbedaan peranan sel T penolong dan sel T sitotoksik?
LAMPIRAN 4
Jurnal Guru
,............................2017
Penilai
(.....................................................)