Anda di halaman 1dari 2

TUGAS

BAHASA INDONESIA
D
I
S
U
S
U
N

Oleh :
NAMA : Fajar Pratama

NIS : 1004349

KELAS : XII Pm.c


SENJA DI PELABUHAN KECIL
Karya Chairil Anwar

Ini kali tidak ada yang mencari cinta


di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis memepercepat kelam. Ada juga kelepak elang


menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air hilang ombak

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan


menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

Maknanya menurut saya

Dalam puisi yang berjudul ”Senja di Pelabuhan Kecil” diatas, terasa bahwa penyair sedang
dicengkeram perasaan sedih yang dalam. Dalam kesedihan tesebut, penyair tetap tegar. Demikian
pula pada isi puisinya, di dalamnya tak satu pun kata ”sedih”yang diucapkan, tetapi ia mampu
mengungkapkan kesedihan yang dirasakannya. Penyair membawa imaginasi pembaca untuk turut
serta melihat tepi laut dengan gudang-gudang dan rumah-rumah yang telah tua. Kapal dan perahu
yang tertambat disana. Hari menjelang malam disertai gerimis. Kelepak burung elang terdengar jauh.
Gambaran tentang pantai ini bercerita tentang suatu yang suram, di sana seseorang berjalan seorang
diri tanpa harapan, tanpa cinta, berjalan menyusur semenanjung.

Pada puisi diatas, penyair berhasil menghidupkan suasana dengan gambaran yang hidup, ini
disebabkan bahasa yang dipakai mengandung suatu kekuatan, tenaga, sehingga memancarakan rasa
haru yang dalam. Judul puisi tersebut, telah membawa kita pada suatu situasi yang khusus. Kata senja
berkonotasi pada suasana yang remang pada pergantian petang dan malam, tanpa hiruk pikuk orang
bekerja.

Pada bagian lain, gerimis mempercepat kelam. Kata kelam sengaja dipilihnya karena terasa lebih
indah dan dalam daripada kata gelap walaupun sama artinya. Setelah kalimat itu ditulisnya, ada juga
kelepak elang menyinggung muram, yang berbicara tentang kemuraman sang penyair saat itu. Untuk
mengungkapkan bahwa hari-hari telah berlalu dan berganti dengan masa mendatang, penyair
mengungkapkan dengan kata-kata: desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan.
Penggambaran malam yang semakin gelap dan air laut yang tenang, disajikan dengan kata-kata yang
sarat makna, yakni: dan kini tanah dan air hilang ombak.

Anda mungkin juga menyukai