Metode Produksi
Metode Produksi
SUMUR PRODUKSI
Vb
h
A An 1
3 n
An xAn 1 ……………………………(5-1)
dimana :
Vb = bulk volume batuan, acre-ft
An = luas yang dibatasi oleh garis isopach terendah, acre
An+1 = luas yang dibatasi oleh garis isopach diatasnya, acre
h = interval antara garis isopach
Bulk volume dari reservoir yang dihitung dengan pendekatan cara
trapezoidal menggunakan persamaan sebagai berikut :
h
Vb A An 1
2 n
…………………………………… (5-2).
Persamaan trapezoidal digunakan jika harga An+1/An lebih besar dari 0.50.
Cara ketiga adalah dengan grafik, yaitu dengan memplot luas masing-
masing area di dalam kontur versus ketebalan formasi pada kontur tersebut,
seperti ditunjukkan oleh Gambar 5.2, dari gambar tersebut dapat dihitung bulk
volume reservoir yang sama dengan luas daerah yang berada dibawah kurva.
Perhitungan luas daerah ini dapat dilakukan dengan numerik maupun dengan
memakai planimeter.
1. Untuk Reservoir Minyak
Setelah bulk volume reservoir dihitung, maka dapat, menentukan
besarnya initial oil in place dengan persamaan :
Vb 1 S wi
N …………………………………….. (5-3)
Boi
dimana :
N = initial oil in place, STB
Vb = bulk volume reservoir yang mengandung hidrokarbon, cuft
= porositas batuan, fraksi
Swi = saturasi air mula-mula, fraksi
Boi = faktor volume formasi minyak mula-mula, bbl/STB
Oleh karena recovery faktor merupakan perbandingan antara unit recovery
(recoverable reserve) dengan initial oil in place, maka besarnya recovery faktor
untuk masing-masing mekanisme pendorong diatas adalah sebagai berikut :
a. untuk reservoir depletion drive
1 S w S g Boi
RFD 1 …………………………. (5-4)
1 S w B0a
Gambar 5.2.
Jenis kurva Untuk Menentukan Bulk Volume
Reservoir Dari Isopach
(Pirson, S.J., 1958)
1. Infinite System
Untuk infinite system (sistem tak terbatas), jari-jari pengurasan dihitung
dengan persamaan yang diturunkan oleh Van Poolen, yaitu :
k t
re
40 Ct
Dimana :
k = permeabilitas, md
t = waktu alir, hari
o = viskositas minyak, cp
= porositas,fraksi
Ct = kompressibilitas total,vol/vol/psi
= Co (1-Sw) + CwSw + Ct
Co = kompressibilitas minyak, vol/vol/psi
Cw = kompressibilitas air, vol/vol/psi
Cf = kompressibilitas lapisan batuan, vol/vol/psi
Sw = saturasi air,fraksi
2. Finite System
Untuk sistem ini, jari-jari pengurasan dihitung dengan menggunakan dua
cara, yaitu :
- Cara Miller, Dyess, Hutchinson dan Parrine
Persamaan yang mereka kemukakan adalah :
0,00633 k t
re …………………………………….. (5-11)
o Ct t De
dimana :
t = waktu shut-in dimana tekanan mulai stabil,apabila tekanan statik
tercapai atau waktu shut-in terakhir apabila tekanan statik
belum tercapai, hari.
tDe = waktu shut-in tanpa dimensi
= 0,28 untuk tekanan statik yang telah tercapai.
= 0,10 untuk tekanan statik yang belum tercapai.
Sebenarnya hasil perhitungan akan lebih representatif apabila tekanan statik
sudah tercapai, yang berarti sebaiknya sumur perlu ditutup lama tetapi penutupan
yang lama tidak menguntungkan.
- Cara Matthew, Brons dan Hozebroek.
Matthew dan kawan-kawan telah membuat suatui grafik pressure fuction Gambar
5.4 yaitu plot antara PDe versus tDe dimana :
PDe = (2,3(P* - P)/m …………………………………… (5-12)
tDe = (0,000624 ko th)/( o Ct A) …………………………… (5-13)
dimana :
P* = Tekanan statik hasil ekstrapolasi, psi
P = Tekanan statik rata-rata,psi
m = Slope, psi/log unit
th = Waktu produksi sumur atau waktu alir Horner, jam
Ct = Kompresibilitas total,vol/vol/psi
Apabila diperkirakan bahwa areal penyerapan berbentuk circle, maka luasnya
adalah re2, jadi persamaan untuk tDe dapat diubah menjadi :
0,000264 k o t h
t De …………………………… (5-14)
o Ct re 2
atau
0,0000834 k o t h
t De ………………………… (5-15)
o Ct re 2
paramater-parameter yang diketahui adalah : P* , P , m , (dari analisa PBU) , o ,
Co (dari analisa PVT) , Cw , Ct , (dari korelasi) , ko , (dari PBU) , (dari analisa
core) , dan Sw (dari analisa).
Gambar 5.3
Grafik Pressure Function
(Amyx, J.W., Bass Jr, DM., and Whitting, R.L., 1960)
Pada kedua model ini dapat ditentukan luas daerah pengurasan efektifnya, yaitu
sebagai berikut :
1. Bentuk Bujur Sangkar
Bentuk bujur sangkar ini dibentuk oleh empat buah sumur dalam hal ini
minyak dianggap bergerak menembus batuan reservoir menuju sumur yang
paling dekat. Spasi berbentuk bujursangkar ini akan memberikan daerah
pengurasan seperti pada gambar 5.4. Luas daerah yang akan memberikan
pengaliran ke sumur, dapat dicari dengan menggunakan persamaan :
D2
a …………………………………………….(5-16)
43560
2. Bentuk Segi Tiga
Bentuk segitiga sama sisi atau beberapa segitiga yang membentuk segi enam,
akan mempunyai luas daerah pengurasan sumur :
0,866 D 2
a ……………………………………………(5-17)
43560
Dimana :
a = Luas daerah pengurasan yang dapat memberikan pengaliran terhadap
sumur, acre
D = Jarak antar sumur satu dengan yang lainnya, ft.
Dalam hal tertentu maka daerah pengurasan dapat diaanggap luas equivalen,
yang berbentuk lingkaran dengan jari-jari pengurasan efektif R. Harga R ini
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
Bentuk bujur sangkar : R = 0,637 D
Bentuk segitiga : R = 0,595 D
Dengan menganggap bahwa daerah pengurasan berbentuk lingkaran, maka
jarak antar sumur satu dengan yang lain (D) dapat ditentukan dengan
persamaan :
D = 2 * re
Dimana :
re = jari-jari pengurasan, ft
Salah satu contoh pengaturan tata letak dan konfigurasi sumur produksi
dalam ukuran spasi 20 acre seperti yang terdapat di lapangan Kettlement
Hills, California dapat dilihat pada gambar 5.5.
Gambar 5.5.
Pengaturan tata letak sumur-sumur dalam ukuran 20 acre
Spacing yang terdapat di lapangan Kettlement Hills, California
(Allen, T.O, Robert, Allan P., 1979)
Gambar 5.9.
Penempatan Letak Sumur Dan KonfigurasimSumur Untuk
Water Drive Reservoir Dengan Lapisan Tebal Dan Sudut
Kemiringan Rendah
(Allen, T. O, Robert, Allan P., 1979)
yang besar, maka pola yang digunakan sebaiknya pola tidak teratur, hal ini
untuk mencegah terproduksinya air pada tahap awal, jika digunakan pola teratur.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 5.10.
Gambar 5.10.
Pola Penempatan Letak Sumur Untuk Water Drive
Reservoir Dengan lapisan Tipis Dan Sudut Kemiringan Besar
(Allen, T.O, Robert, Allan P., 1979)
Gambar 5.12
Pola Penempatan Letak Sumur Untuk Solution Gas Drive
Dengan Sudut Kemiringan Formasi Besar
(Allen, T.O, Robert, Allan P., 1979)
5.4.4.Combination Drive
Untuk reservoir jenis ini, penempatan letak sumur produksinya tergantung
pada tenaga pendorong yang paling dominan bekerja pada reservoir tersebut.
Apabila tenaga pendorong yang paling dominan adalah Water Drive maka sumur
dikomplesikan pada bagian teratas dari struktur dan sebaliknya jika Gas Cap
yang dominan maka sumur dikomplesikan pada bagian bawah struktur tersebut.
Bila mengalami kesulitan dalam menentukan tenaga pendorong yang
paling dominan, maka sumur dipolakan dengan Surface Grade. Kerugian
terbesar dari Grid Pattren ini adalah semua sumur yang menembus struktur
tinggi akan terinvasi oleh pengembangan gas pada awal produksi. Sumur-sumur
akan berproduksi dengan GOR yang tinggi dan Efficiency Recovery yang
rendah. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 5.13.
Gambar 5.13.
Pola Penempatan Letak Sumur Pada Combination Drive reservoir
(Allen, T.O, Robert, Allan, P., 1979)
B. Injeksi Gas
Pressure maintenance dengan menggunakan injeksi gas ini dilakukan
dengan cara menginjeksikan gas ke bagian puncak dari reservoir. Dengan
cara ini diharapkan reservoir akan bekerja sebagaimana gas cap drive (DDI
menurun), sehingga pendorongan minyak dari reservoir diharapkan akan
lebih baik. Jadi pada prinsipnya injeksi gas ini adalah dengan membuat gas
cap buatan.
Gas yang diinjeksikan biasanya merupakan gas hidrokarbon. Injeksi gas
dilakukan jika terdapat sumber gas dalam jumlah besar dan cukup dekat
letaknya, termasuk gas yang berasal dari hasil produksi lapangan itu sendiri.
Injeksi gas dapat diterapkan untuk mempertahankan tekanan pada harga
tertentu (pressure maintenance), atau juga untuk mengambil minyak yang
tersembunyi dibagian atas reservoir yang terhalang oleh patahan atau
bongkah garam (salt dome) yang sering disebut dengan “attic oil”. Jumlah
gas yang diperlukan untuk mempertahankan tekanan reservoir pada tekanan
tertentu dapat diperkirakan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
R = Rs + Rf ……………………………………………………..(5-18)
Dimana :
R = perbandingan produksi gas-minyak (total)
Rs = perbandingan gas-minyak untuk gas yang berasal dari larutan
Rf = perbandingan gas-minyak untuk gas yang berasal dari gas bebas
Untuk mempertahankan tekanan, maka volume fluida yang keluar harus
sama dengan volume gas yang masuk.
(Bo + Rf Bg) + (Rs + Rf) = I (Rs + Rf) Bg …………………… (5-19)
Sehingga fraksi produksi gas yang diinjeksikan kembali (I), adalah:
B o Rf Bg
I ………………………………………… (5-20)
(R s R f ) B g
Dimana :
Bo = faktor volume formasi minyak, bbl/scf.
Bg = faktor volume formasi gas, scf/bbl.
Untuk mengetahui efisiensi dari operasi injeksi gas pada pressure
maintenance, maka perlu dilakukan pengamatan terhadap harga drive
indexnya secara berkala.
Maka dari persamaan diatas dapat dilihat bahea harga q dapat diperbesar
sehubungan dengan spasi sumur yaitu dengan cara memperkecil harga ln re/rw.
Sedangkan harga ln re/rw ini kecil jika harga re kecil atau harga rw besar. Harga
rw besarnya terbatas, sehingga untuk memperkecil harga ln re/rw tersebut
dilakukan dengan cara merubah-rubah harga re-nya. Hal ini berarti bahwa untuk
memperkecil harga re diperlukan penambahan jumlah lubang sumur, dan
penambahan jumlah lubang sumur tersebut erat sekali hubungannya dengan
jarak antara sumur yang satu dengan yang lainnya (spasi sumur).
Hubungan antara jari-jari pengurasan sumur (re) dengan spasi sumur (D)
adalah, bahwa jarak antara dua buah sumur tidak boleh melebihi dua kali jari-jari
pengurasannya, jadi D = 2 re. Apabila spasi sumur lebih dari dua kali jari-jari
pengurasannya, maka akan terdapat daerah reservoir yang tidak terbatas dan
fluidanya akan tertinggal didalam reservoir. Hal ini disebabkan, fluida dalam
batuan reservoir mempunyai penyebaran yang terbatas sampai pada jarak tertentu
di sekitar lubang bor. Sedangkan jika spasi sumur terlalu kecil dari dua kali jari-
jari pengurasan, maka akan mengakibatkan terjadinya overlaping antara kedua
sumur tersebut, sehingga pada saat diproduksikan akan cenderung terjadi coning.
Dengan denikian, terdapat hubungan antara q, D dan re, dimana semakin
besar harga re maka akan semakin besar pula harga D dan akan mengakibatkan
semakin kecilnya q yang diperoleh, begitu juga berlaku untuk hal yang
sebaliknya.Apabila diinginkan harga q yang besar dengan memperkecil harga re
maka spasi sumur akan menjadi semakin kecil, sehingga D = 2 re berdasarkan
laju produksi yang diinginkan dapat ditentukan.
Pertimbangan-pertimbangan yang dipergunakan untuk penentuan suatu
program spasi sumur ini, antara lain adalah sebagai berikut :
Jumlah sumur yang akan dibor harus cukup banyak untuk dapat memberikan
informasi geologi dan menguras reservoir.
Sebaiknya hanya dilakukan pada sumur-sumur yang dapat berproduksi
dengan kecepatan maksimum dan efisiensi untuk menguras reservoir tersebut.
Disesuaikan dengan waktu atau umur dari lapangan produksi. Jadi jumlah
sumur yang akan dibor harus dapat menguras reserviur pada waktu yang telah
ditentukan.
C. Penentuan letak Sumur Infill
Pada dasarnya untuk dapat merencanakan letak sumur infill secara baik,
dipengaruh oleh beberapa faktor, antara lain : cadangan minyak yang masih
tersisa di dalam reservoir yang mingkin dapat diangkat (remaining recoverable
reserve), struktur geologi dan faktor-faktor ekonomi.
Disini hanya dua faktor yang pertama saja yang akan diuraikan,
sedangkan mengenai faktor-faktor ekonomi tidak diuraikan.
1. Remaining Recoverable Reserve
Besarnya cadangan yang tersisa di dalam reservoir yang mungkin masih
diangkat sangat tergantung pada RF (recovery faktor). Sedangkan besarnya harga
RF tersebut sangat ditentukan oleh energi reservoirnya (mekanisme pendorong0).
Dengan demikian untuk dapat mencapai suatu harga recovery yang seoptimal
mungkin, maka harus diusahakan agar tenaga pendorong yang dimiliki reservoir
dapat bekerja secara efektif.
Untuk suatu water drive field dengan reservoir yang sangat permeable
serta diikuti dengan kontinuitas pori-pori akan menyebabkan tekanan formasi
cepat seimbang, sehingga dengan demikian disarankan agar sumur dibor dengan
spasi lebar tanpa mempengaruhi ultimate recoverynya. Dalam mekanisme water
drive yang ditunjang oleh persediaan air yang besar, akan menyebabkan batas air-
minyak (WOC) makin bergerak keatas; dan untuk daerah yang makin dekat
dengam WOC tersebut, disarankan agar spasi sumurnya lebih lebar, hal ini
disebabkan untuk sumur-sumur di bagian bawah reservoir akan lebih cepat dalam
memproduksikan air, sehingga selain membuang energi reservoir akibat adanya
air yang terproduksi, juga menyebabkan tidak efisiensinya sumur-sumur di
bagian bawah reservoir tersebut.
Sementara untuk gas drive field, pada bagian atas reservoir, spasi sumur
dibuat dengan jarak lebih lebar, hal ini dilakukan untuk menghindari agar gas
jangan terlalu cepat berproduksi. Apabila gas terlalu cepat terproduksi, maka hal
ini akan terjadi pembuangan energi reservoir dengan sia-sia, sehingga akibatnya
sumur tersebut menjadi tidak efisien.
2. Struktur Geologi
Adanya struktur geologi yang bermacam-macam akan mempengaruhi
minyak dan gas bumi, terutama dalam hal bermigrasi dari batuan induk (source
rock) sebelum terakumulasi dalam suatu perangkap resevoir. Dengan demikian
dalam mengeksploitasi suatu minyak dan gas bumi dalam reservoir, perlu sekali
mempertimbangkan bentuk dan struktur geologi tersebut.
Masing-masing struktur geologi diatas, dalam hubungannya dengan
penempatan letak sumur infill mempunyai permasalahan sendiri-sendiri, yaitu
apakah sumur infill tersebut harus diletakkan pada bagian puncak antiklin atau di
dekat batas tepi air.
Untuk suatu akumulasi minyak yang terlatak pada struktur antiklin atau
kubah garam dengan mekanisme water drive, maka jika dieksploitasikan dengan
spasi sumur yang lebar dan dibor di sepanjang puncak dari struktur tersebut, akan
menghasilkan recovery minyak yang besar. Sumur-sumur yang diatur menurut
posisi tersebut, akan lebih ekonomis jika dibandingkan dengan sumur-sumur
yang diletakkan dibawah. Untuk mengurangi pengaliran ke atas pada waktu
memproduksikan minyak di bagian yang dekat dengan WOC, maka setiap sumur
harus mempunyai spasi yang lebih rapat pada arah strike daripada dip. Hal ini
dimaksudkan agar terjadinya water coning dapat dikurangi.
Gas cap biasanya terdapat pada bagian puncak dari struktur antiklin.
Apabila membor pada daerah gas cap tersebut, maka sumur-sumur yang dibuat
harus mempunyai spasi yang lebih lebar. Dan minyak harus diprodukasikan dari
sumur-sumur pada arah dip kebawah (down dip), hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi aliran gas dari bagian puncak.
Untuk reservoir yang sangat permeabel dan batas tepi airnya bergerak
maju secara perlahan-lahan, maka karena adanya gaya grafitasi akan
menyebabkan sisa-sisa minyak dari puncak mengalir kebawah, sehingga sumur-
sumur yang terletak di bagian bawah mungkin dapat terus memproduksikan
minyak walaupun di bagian puncak hanya tinggal memproduksi gas saja. Dalam
hal ini, sumur yang akan dibor di bagian bawah harus ditempatkan dengan spasi
yang rapat dibandingkan dengan sumur-sumur yang berada di bagian puncak.
BAB VI
PEMBAHASAN