Semua ini kami kembali mengingatkan pelajaran mengarang
disekolah. Kalau ada pelajaran mengarang disekolah apalagi mengarang bebas pasti judulnya seputar “Liburan” atau “Bertamasya” bentuk mengarang bebas yang paling mudah tapi giliran diminta menulis karangan yang berbau isu lingkungan dan pengangguran jadi merasa blank sama sekali. Pasti tidak ada ide bahkan kertas pun masih putih , bersih dari goresan tinta sedikitpun. Belajar menulis memang butuh pengalaman dan imajinasi. Kalaupun bisa menulis hendaknya menulis dengan alur yang jelas. Tidak bertele-tele dan terkesan muter – muter gak jelas tidak ketemu ide atau pokok pemikiran dari tulisan yang sudah ditulis. Jadi ternyata menulis tidak gampang, disamping itu menulis kadang mudah dan kadang sulit. Menulis perlu memangkas tulisan – tulisan yang kurang efektif. Padahal pada zaman sekolah ada jenis karangan yang berbau argumentasi , deskriminasi , narasi , eksposisi dan persuasif. Tetapi ketika menulis seolah – olah teori itu hilang begitu saja tanpa bekas menulis sehingga ada label tulisan masih berbau ecek – ecek. Memang mengarang sangat bermanfaat kali,hasil karangan kita bisa ditempelkan di mading atau membuat kliping dari surat kabar .Memang hasil karangan saya sering saya tempelkan di mading sekolah maupun di perpustakaan sekolah,tidak disekolah saja saya tempelkan,di dinding kamar saya juga saya tempelkan,sehingga kamar saya diisi dengan tempelan karangan saya. Memang mengarang kesukaan saya sejak dari kecil, sehingga kertas karangan saya banyak sekali dikamar, karna saya suka mengarang sebab karangan itu menggunakan imajinasi yang tinggi