Tanaman penaung sangat dibutuhkan dalam penanaman komoditas kopi agar berproduksi
optimal. Tanaman penaung dapat menahan angin, menjaga dari sinar matahari yang terik
dan menjaga tanaman kopi dari intensitas curah hujan yang tinggi. Manfaat lain tanaman
penanung yaitu menghasilkan serasah yang dapat menjaga tanah dan membantu
ketersediaan hara tanah.
Naungan merupakan salah satu upaya untuk menahan laju intensitas curah hujan atau
penyinaran matahari yang terlalu tinggi. Manfaat naungan terhadap pembentukan buah kopi
dijelaskan oleh Winaryo et al. (1991) yaitu tingkat persaingan buah yang lebih tinggi pada
kopi tanpa naungan dalam hal asimilasi 8 menyebabkan biji kopi tidak tumbuh maksimum.
Akibatnya ukuran biji kopi tanpa naungan lebih kecil dibandingkan ukuran biji kopi yang
mendapat naungan. Selain itu tanaman naungan yang terlalu rapat menjadi faktor
penghambat fotosintesis karena menghalangi sinar matahari masuk. Menurut fathurohmah
(2014) selain pola agroforestri, faktor lain seperti pemeliharaan memegang peranan penting
bagi produktivitas kopi. Salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di lahan
agroforestri kopi ini yaitu pemangkasan. Pohon penaung dan pemangkasan.
Terdapat dua jenis tanaman penaung yaitu tanaman penaung tetap dan tanaman penaung
sementara. Tanaman penaung tetap adalah tanaman yang menaungi selama hidup
tanaman kopi. Sedangkan tanaman penaung sementara adalah tanaman yang ditanam
satu tahun sebelum bibit kopi ditanam.
Beberapa jenis tanaman penaung tetap diantaranya lamtoro (Leucaena glauca), dadap
(Erythrina subumbrans), dan sengon (Albizzia falcata dan Albizzia sumatrana). Sedangkan
beberapa jenis tanaman penaung sementara diantaranya diantaranya
Hahapaan (Flemengia congesta), Daun duduk (Desmodium gyroides), Lamtoro (Leucaena
glauca), Orok-orok (Crotalaria anagyroides), Kacang babi (Tephrosia vogelii), dan Semai
akasia (Acasia villosa). Sebagai pertimbangan, pada lahan perkebunan yang diketahui
memilik spot-spot nematoda, penaung sementara yang digunakan sebaiknya memiliki
ketahanan yang tinggi pada serangan nematoda seperti Orok-orok (Crotalaria anagyroides).
Sedangkan untuk tempat-tempat yang memiliki elevasi lebih dari 1.000 meter dpl, penaung
sementara yang digunakan sebaiknya memiliki pertumbuhan yang optimal jika ditanam di
daerah dingin seperti Tephrosia vogelii, Albizzia falcata, dan Albizzia sumatrana.
Beberapa hal yang perlu diperhitungkan diantaranya pohon naungan tidak boleh dibiarkan
terlalu rimbun karena menimbulkan lingkungan yang terlalu gelap dan lembab yang tidak
baik untuk perkembangan penyakit. Pemangkasan tanaman penaung diperlukan untuk
mengatur pohon naungan sehingga akan memberikan hasil yang optimal bagi
produksitifitas tanaman kopi. Pemangkasan tanaman penaung bertujuan untuk memberi
cahaya matahari, mempermudah peredaran udara dalam area pertanaman, dan
mengurangi kelembaban udara di musim penghujan atau pengendalian mekanis penyakit-
penyakit tanaman kopi seperti karat daun dan bercak daun cercospora.
Daftar Pustaka :
Winaryo AM, Nur, Soenaryo. 1991. Pengaruh kerapatan pohon penaung terhadap daya
hasil kopi robusta berbatang ganda. Pelita Perkebunan. 7(3): 68-73.
KEMENTAN LUNCURKAN PROGRAM BUN500 : BENIH UNGGUL 500 JUTA BATANG.
“Salah satu upaya terobosan dalam penyediaan benih tanaman perkebunan dilakukan oleh
Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Perkebunan untuk mengatasi hal
tersebut dengan meluncurkan/membangun program Benih Unggul 500 juta (BUN 500).
Program BUN 500 merupakan program penyediaan benih unggul bermutu komoditas
perkebunan sebanyak 500 juta benih dalam kurun waktu 2019-2024. Penyediaan benih
unggul didukung dengan membuat logistik benih. Logistik benih yang dimaksud adalah
jumlahnya masif dengan kualitas bagus dan distribusinya efisien. Logistik benih akan
dibangun di sentra-sentra perkebunan, sehingga benih unggul tersebut mudah untuk
didistribusikan dan tidak membutuhkan biaya yang besar,” kata Kasdi Subagyono Direktur
Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian.
Penyediaan logistik benih dapat dilakukan dengan 2 (dua) metode yaitu swakelola dan non-
swakelola. Swakelola artinya penyediaan benih dilakukan oleh instansi pemerintah
bekerjasama dengan kelompok masyarakat. Sedangkan penyediaan benih non-swakelola
maksudnya penyediaan benih dilakukan oleh pihak ketiga dalam hal ini penyedia/penangkar
benih.
”Pada komoditas perkebunan, penggunaaan benih yang tidak bermutu akan menghasilkan
kerugian baik materi maupun waktu. Karena tanaman perkebunan umumnya memiliki
periode tanam sampai menghasilkan memerlukan waktu yang cukup lama (long term
periode). Oleh karena itu keberadaan benih bermutu tanaman perkebunan sangat
diperlukan untuk menunjang produktivitas, kualitas hasil serta ketahanan terhadap penyakit.
Penggunaan benih bermutu juga diharapkan mampu mengurangi berbagai faktor resiko dan
meningkatkan produktivitas,” katanya.
Penyediaan kebun sumber benih tanaman perkebunan juga harus didukung dengan
penyediaan insfrastruktur dalam melaksanakan produksi benih tersebut. Nurseri tanaman
perkebunan merupakan infrastruktur yang dibangun untuk mendukung kegiatan produksi
benih. Pembangunan nurseri tanaman perkebunan juga harus dilakukan sesuai dengan
daerah pengembangan perkebunan. Nurseri tanaman perkebunan merupakan tanggung
jawab dari UPT Direktorat Perkebunan yaitu Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman
Perkebunan (BBPPTP). Masing-masing BBPPTP mempunyai tanggung jawab terhadap
nurseri tanaman perkebunan di wilayah kerjanya. Komoditi perkebunan yang diproduksi
dalam nurseri tanaman perkebunan disesuaikan dengan pengembangan tanaman
perkebunan di wilayah kerja BBPPTP.
“Sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tuntutan pasar maka Direktorat Jenderal
Perkebunan melalui Direktorat Perbenihan Perkebunan akan melakukan akselerasi dalam
penyediaan benih unggul bermutu. Dimana tidak hanya menekankan pada sisi kuantitas
namun juga kualitas. Jika saat ini perbenihan akan beranjang menuju era revolusi Industri
4.0 dengan memberi penekanan pada standarisasi pelayanan dan mutu, peningkatkan
pemanfaatan bioteknologi dan teknologi informasi. Melalui program BUN 500 pemerintah
akan mendorong pengembangan Seed Center yang didukung infrastruktur perbenihan
secara masif yang mencakup pengembangan laboratorium kultur jaringan yang terintegrasi
dengan sumber benih,” kata M. Saleh Mokhtar, Direktur Perbenihan Perkebunan.
M. Saleh Mokhtar menambahkan, Kami juga akan mendorong penerapan standarisasi
lembaga pengawasan perbenihan melalui penerapan standarisasi laboratorium dan
penerapan standarisasi pelayanan berdasarkan ISO 9001;2015. Selain itu dari sisi SDM
Direktorat Perbenihan Perkebunan akan melanjutkan kegiatan peningkatan petugas teknis
perbenihan melalui kegiatan bimbingan teknis yang mengarah kepada peningkatan
pengetahuan di bidang bioteknologi. Serta juga akan melanjutkan kegiatan uji kompetensi
profesi Pengawas Benih Tanaman dengan target dalam beberapa tahun kedelapan seluruh
PBT Perkebunan telah memiliki sertifikat kompetensi.
Kerinci - Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Kerinci, Rabu (18/07) melaksanakan
Sosialisasi Lembaga Ekonomi Masyarakat (LEM) Tingkat Kabupaten Kerinci Tahun 2018. Acara ini
dilaksanakan di Ruang Pola Kantor Bupati Kerinci. Hadir sebagai narasumber dari Dinas Perkebunan
dan Hortikultural Provinsi Sulawesi Tenggara Bahar Waadu. Acara ini dihadiri oleh Dirjen
Perkebunan Mangantar David, kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jambi Ir. Agus Rizal, M.M.,
anggota forkopimda Kabupaten Kerinci dan diikuti oleh kepala OPD, pejabat structural dan
fungsional, camat dan PPL perkebunan dalam Kabupaten Kerinci.
Tujuan Sosialisasi Lembaga Ekonomi Masyarakat untuk memberikan gambaran terkait Lembaga
Ekonomi Masyarakat agar diperoleh kesamaan persepsi dan dukungan dari Pemda Provinsi Jambi
sehingga kegiatan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Asisten Administrasi Umum Ir. H. Letmi Henri dalam sambutannya mewakili Bupati Kerinci
mengungkapkan sosialisasi ini memiliki peran penting dalam mendorong dan meningkatkan
kemajuan daerah dan masyarakat dengan membentuk dan menggerakkan Lembaga Ekonomi
Masyarakat sehingga dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi pembangunan di Kabupaten
Kerinci. Sector perkebunan memainkan peran yang sangat strategis dan merupakan salah satu andalan
perekonomian dalam hirarki struktur pembangunan.
Lembaga Ekonomi Masyarakat (LEM) merupakan perekat persatuan dan kesatuan bagi seluruh warga
desa dari berbagai latar belakang yang berbeda serta menyatukan energy dari seluruh institusi yang
melaksanakan kegiatan pembangunan di tingkat desa. “Kita berharap potensi sumber daya desa
harus dapat direncanakan, diorganisir dan didayagunakan untuk kesejahteraan seluruh warga
desa―, ungkap Asisten III. Bantuan dan dukungan baik dari Pemerintah maupun swasta yang
diberikan kepada desa diharapkan mampu memperkuat investasi swadaya yang telah terhimpun.
Rawat Ratoon Tebu
oleh admin · Dipublikasikan 10/04/2019 · Di update 10/04/2019 189 Views
BERITA PERKEBUNAN – Keberadaan pertanaman tebu pada saat ini didominasi oleh pertanaman
ratoon (RC) yang memiliki kecenderungan produktivitas yang menurun seiring dengan
bertambahnya periode ratoon. Petani lebih memilih pertanaman ratoon disebabkan karena tanam
tebu baru (PC) memerlukan biaya tinggi dari kegiatan bongkar ratoon dan pengadaan benih tebu
yang banyak mencapai 10 ton/ha bagal atau 17.000 budchip.
Tebu kepras atau ratoon perlu dilakukan pemeliharaan agar produktivitas dan rendemennya tetap
terjaga dengan baik. Salah satu kegiatan rawat ratoon adalah kepras tebu agar didapatkan tunas baru
yang tumbuh dari dalam tanah sehingga pertunasan dan perakaran tanaman tebu lebih baik.
Penyulaman merupakan kegiatan penanaman untuk mengantikan benih tebu yang tidak tumbuh,
baik pada tanaman baru ataupun lama (kepras) dapat berupa benih rayungan, seblangan, atau
budchip agar diperoleh populasi tebu yang optimal dengan jumlah batang terpanen mencapai
72.500–75.000 batang/ha. Pedot oyot merupakan kegiatan pemutusan akar tebu RC yang sudah tua
agar didapatkan pertumbuhan akar baru sehingga serapan hara dan air tinggi, laju pertumbuhan
calon anakan lebih baik, cepat, dan seragam.
Pertanaman tebu RC yang diusahakan terus menerus akan mengalami penurunan kandungan bahan
organik tanah sampai dengan 50%. Penurunan bahan organik tanah berpengaruh buruk terhadap
sifat fisik tanah, kimia dan biologi tanah. Pemberian bahan organik berupa pupuk kandang atau
kompos dapat menggemburkan tanah, meningkatkan daya simpan air, kegiatan jasad renik
berkembang dan menyuburkan tanah. Menejemen tebu ratoon yang baik dapat menjadi penentu
faktor keberhasilan dalam pencapaian produktivitas dan rendemen tebu ratoon yang optimal.
Manajemen tebu ratoon meliputi manajemen seresah, populasi tanaman, pemupukan, kebutuhan air,
pengendalian gulma dan hama penyakit.
Pemberian seresah (tanpa dibakar) di lahan mampu mempertahankan rata-rata produktivitas mulai
RC 3 sampai RC 7 sebesar 125 ton/ha. Jumlah tunas yang di harapkan dalam fase pertunasan
diupayakan di antara 75.000–80.000 tunas per hektar. Pemupukan beberapa dosis NPK dengan
pengaturan seresah yang diletakkan antar baris tanaman tebu ratoon dapat memberikan rata-rata
produktivitas selama periode 8 tahun tebu ratoon berkisar antara 142–158 ton/ha. Tumpang sari
menggunakan palawija (jagung, kacang, kedelai) didapatkan produktivitas berkisar antara 71,75–
95,67 ton/ha.
Pengadaan Benih Tebu Bermutu
oleh admin · Dipublikasikan 01/03/2019 · Di update 04/03/2019 173 Views
Kebutuhan benih tebu per hektar berkisar antara 18.000 benih dengan satu mata tunas (bud chips
atau bud set), sehingga untuk luasan 600.000 ha pada tahun 2016 dibutuhkan sekitar 10 miliar benih
tebu dengan satu mata tunas. Kebutuhan benih tebu tersebut akan bertambah menjadi empat kali
lipat atau sekitar 40–48 miliar benih tebu, jika areal pertanaman tebu seluas 2,4 juta ha benar-benar
terwujud pada tahun 2019.
Pengadaan benih tebu dapat dilakukan dengan dua cara yaitu konvensional dan kultur jaringan.
Pada umumnya benih tanaman tebu diperbanyak secara vegetatif menggunakan benih tebu
konvensional, dimana benih yang digunakan berasal dari batang tebu dengan 2–3 mata tunas atau
lonjoran yang belum tumbuh yang disebut bagal, biasanya bagal diambil dari batang tanaman tebu
umur 6–8 bulan.
Namun penggunaan metode tersebut memiliki kekurangan karena membutuhkan waktu yang relatif
lama dalam perbanyakan benih, membutuhkan tanaman induk dan tenaga yang banyak, kontaminasi
patogen juga sulit dihindari, dan memiliki ketergantungan pada musim tanam. Sehingga penyediaan
benih tebu konvensional dalam skala besar, waktu cepat, jenis yang seragam, dan bebas dari
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), sangat sulit dipenuhi pada saat dibutuhkan.
Untuk mengatasi hal tersebut, pengadaan benih tebu perlu dilakukan dengan teknik kultur jaringan.
Penggunaan teknik kultur jaringan bertujuan untuk mengatasi keterbatasan pengadaan benih tebu
secara konvensional. Hal ini disebabkan faktor penggandaannya yang tinggi sehingga varietas
unggul cepat diperbanyak, benih lebih terjamin kesehatannya, membutuhkan ruang yang relatif
kecil, bahan tanam dan pohon induk sedikit, dan eksplan dapat diproduksi secara cepat dan banyak.