Anda di halaman 1dari 10

BISNIS KOMODITI JAGUNG DI KABUPATEN WAY KANAN

(Tugas Makalah Pengantar Agribisnis)

Oleh

Rahma Agustina

2014211031

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN


JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Agribisnis merupakan suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau
keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada
hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Sebagai motor penggerak pembangunan
pertanian, agribisnis dan agroindustri diharapkan akan dapat memainkan peranan
penting dalam kegiatan pembangunan daerah, baik dalam sasaran pemerataan
pembangunan, pertumbuhan ekonomi maupun stabilitas nasional. Dalam melaksanakan
proses produksinya, suatu perusahaan membutuhkan faktor-faktor produksi yang dapat
menunjang tercapainya tujuan perusahaan. Faktor-faktor tersebut adalah bahan baku,
modal, mesin dan manusia (Soekartawi, 2005).

Pemerintah Indonesia telah bertekad menjadikan sektor agribisnis, sebagai sektor


unggulan yang akan menunjang pemulihan ekonomi Negara ini. Untuk jangka panjang
sektor ini di harapkan dapat menjadi lokomotif bagi pembangunan nasional. Sumber
daya alam yang dimiliki Indonesia memungkinkan untuk mewujudkan tujuan tersebut.
Kekayaan sumber daya agribisnis yang dimiliki sangat besar, selain itu agribisnis
berperan sebagai mata pencarian penduduk. Tetapi di sisi lain harus diakui potensi
agribisnis selama ini belum tergarap secara optimal. Pertumbuhan produksi dan
perkembangan agribisnis dirasakan masih lambat. Akibatnya keinginan untuk
mengandalkan sektor agribisnis sebagai salah satu faktor pendukung stimulasi
pemulihan ekonomi dirasakan masih menghadapi kendala.

Agribisnis termasuk serangkaian kegiatan yang terkait dengan upaya peningkatan nilai
tambah kekayaan sumber daya alam hayati, yang dulu lebih berorientasi kepada bentuk
pertanian primer atau usaha tani dengan fokus produksi. Agribisnis terdiri dari lima
subsistem yang termasuk suatu kesatuan mata rantai yang saling bekerja sama dan
saling mendukung serta saling mempengaruhi satu sama lain. Kelima subsistem
tersebut antara lain subsistem pengadaan sarana produksi pertanian, subsistem produksi
usaha tani, subsistem pengolahan dan industri hasil pertanian, subsistem hasil
pemasaran hasil pertanian dan pengolahannya, serta subsistem kelembagaan penunjang
kegiatan agribisnis.

Menurut Hanafie (2010), subsistem agribisnis/agrobisnis hulu mencakup semua


kegiatan perencanaan, engelolaan, pengadaan dan penyaluran sarana produksi atau
input produksi untuk memungkinkan terlaksananya penerapan suatu teknologi usaha
tani, serta pemanfaatan sumber daya pertanian secara optimal. Aspek-aspek yang
ditangai dalam subsistem agribisnis hulu ini meliputi penyediaan bibit, pupuk, obat-
obatan seperti pestisida, vaksin ternak, dan lain-lain, alat dan mesin pertanian,
informasi seputar pertanian, dan sebagainya. Subsistem agribisnis hilir merupakan
suatu subsistem yang didalamnya terdapat rangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan
produk usaha tani, pengolahan, penyimpanan dan distribusi. Sebagian dari produk yang
dihasilkan dari usaha tani didistribusikan langsung ke konsumen di dalam maupun luar
negeri. Sebagian lainnya mengalami proses pengolahan terlebih dahulu kemudian
didistribusikan ke konsumen. Pelaku kegiatan dalam subsistem ini ialah pengumpul
produk, pengolah, pedagang, penyalur ke konsumen, pengalengan, dll. (Maulidah,
2014).

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui subsistem agrisbisnis hulu komoditi jagung di Kabupaten Way
Kanan
2. Untuk mengetahui subsistem agribisnis hilir komoditi jagung di Kabupaten Way
Kanan
II. PEMBAHASAN

2.1 Subsistem Agribisnis Hulu


Subsistem Agribisnis/Agroindustri Hulu meliputi pengadaan sarana produksi pertanian
antara lain terdiri dari benih, bibit, makanan ternak, pupuk , obat pemberantas hama dan
penyakit, lembaga kredit, bahan bakar, alat-alat, mesin, dan peralatan produksi
pertanian. Pelaku-pelaku kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana produksi adalah
perorangan, perusahaan swasta, pemerintah, koperasi. Betapa pentingnya subsistem ini
mengingat perlunya keterpaduan dari berbagai unsur itu guna mewujudkan sukses
agribisnis. Industri yang meyediakan sarana produksi pertanian disebut juga sebagai
agroindustri hulu (upstream). (Silvana, 2015).

Pengadaan dan distribusi input merupakan sistem kegiatan industri dan perdagangan
yang menghasilkan saprodi (sarana produksi) pertanian berupa pupuk, pestisida, alat
mesin pertanian, dan benih. Jumlah toko saprotan di Kabupaten Way Kanan sudah
mencukupi untuk petani membeli saprotan. Petani tidak kesulitan untuk membeli
saprotan karena selain membeli, petani mendapatkan bantuan benih dan subsidi pupuk
dari pemerintah. Tentunya hal tersebut menjadi kekuatan subsistem agribisnis karena
petani dimudahkan dalam mencari dan memilih input produksi bagi usahatani jagung
hibrida.

2.1.1 Benih
Benih merk BISI 18 cocok ditanam di Desa Cihaur, sedangkan yang cocok
ditanam di Desa Nunuk Baru adalah NK 212. Kedua benih tersebut paling banyak
diminati karena benih merk tersebut kuat terhadap kekeringan, tahan hama dan
penyakit, hasil panen jagung hibrida berat dan besar, cepat kering ketika dijemur,
dan tahan busuk ketika musim hujan. Selain membeli benih sendiri, petani Desa
Cihaur dan Desa Nunuk Baru pernah mendapat bantuan benih dari pemerintah
melalui kelompok tani. Hal ini menjadi bentuk kekuatan karena petani bisa
mendapatkan input produksi dengan mudah.
Kebutuhan benih 15-20 kg/ha, bergantung pada ukuran dan bobot biji. Sebelum
tanam, benih dicampur dengan fungisida saromil dan insektisida marshal,
masing-masing dengan takaran 5,0 g dan 100 g/5 kg benih. Caranya, masukkan
benih ke dalam plastik yang telah berisi benih > 5 kg, kemudian benih dibasahi
agar pestisida dapat menempel. Setelah benih diperciki air secukupnya, kemudian
masukkan satu bungkus saromil + satu bungkus marshal, lalu dikocok. Jika
langsung ditanam, benih tidak perlu dikeringkan, tapi kalau disimpan, benih
dijemur terlebih dahulu. Pada lahan datar, baris tanaman dibuat searah dengan
arah sinar matahari, tetapi pada lahan miring disesuaikan dengan kontur lereng.
Jarak tanam adalah 75 cm di antara baris, dan 20 cm dalam baris, satu biji tiap
lubang. Pada saat tanam dianjurkan menggunakan tali untuk mengatur jarak
tanam agar benih ditanam dengan jarak yang seragam.

2.1.2 Pupuk
Takaran dan waktu pemberian pupuk untuk percobaan jagung adalah:
1. Saat tanam: 100 kg urea, 200 kg SP36, dan 50 kg KCl/ha.
2. Umur 25-30 hari: 150 kg urea dan 50 kg KCl/ha.
3. Umur 45-50 hari: 150 kg urea/ha.

Pupuk pertama diberikan pada saat tanaman berumur 7-10 HST pada lubang
pupuk yang telah dipersiapkan sebelumnya, kemudian ditutup dengan tanah.
Pemberian pupuk kedua dilakukan setelah penyiangan pertama dan
pembumbunan, sedangkan pupuk ketiga diberikan pada saat tanaman menjelang
berbunga. Cara yang sama juga dilakukan pada saat pemberian pupuk susulan, di
mana pupuk dimasukkan pada lubang pupuk yang berjarak 5-7 cm dari tanaman.
Setiap selesai memupuk, lubang pupuk ditutup kembali dengan tanah agar pupuk
tidak menguap.

2.1.3 Pestisida
Untuk mencegah serangan lalat bibit, ke setiap lubang tanam dimasukkan
insektisida carbofuran dengan takaran 10 kg/ha atau 3-4 butir/lubang. Penyiangan
pertama segera dilakukan jika ada gulma. Pembumbunan dilakukan bersamaan
dengan penyiangan kedua, setelah pemupukan kedua. Pengaturan tata air sesuai
dengan anjuran budidaya setempat. Masa krisis tanaman terhadap ketersediaan air
adalah di awal pertumbuhan dan pada saat tanaman menjelang berbunga sampai
fase pengisian biji. Jika terdapat gejala serangan hama, terutama penggerek
batang, aplikasikan insektisida carbofuran melalui pucuk dengan takaran 3-4
butir/pucuk tanaman. Tanaman yang mengalami serangan berat disemprot dengan
insektisida dengan dosis sesuai anjuran. Sebelum tanaman berbunga dilakukan
seleksi, tanaman yang tertular penyakit segera dibuang.

2.2 Subsistem Agribisnis Hilir


Subsistem agribisnis hilir juga dapat diartikan sebagai down stream agribussines, yang
merupakan industri-industri yang mengolah produk atau komoditas pertanian primer
menjadi produk olahan seperti industri makanan/minuman, pakan, barang-barang serat
alam, farmasi dan bahkan bio-energy ( Nainggolan dan Aritonang, 2012).

2.2.1 Pengolahan/Agroindustri
Pembangunan ekonomi menitikberatkan pada bidang pertanian dan industri yang
berbasis pertanian atau biasa disebut agroindustri. Dalam sistem agribisnis,
agroindustri adalah salah satu subsistem yang bersama-sama subsistem lain
membentuk agribisnis. Dengan demikian pembangunan agroindustri tidak dapat
dilepaskan dari pembangunan agribisnis secara keseluruhan. Pembangunan
agroindustri akan dapat meningkatkan produksi, harga hasil pertanian,
pendapatan petani, serta menghasilkan nilai tambah hasil pertanian (Masyhuri,
1994 dalam Zulkifli, 2012:1).

Penanganan atau pengolahan jagung di Kabupaten Way Kanan yaitu bahan


pangan yang dibuat dalam bentuk makanan seperti  jagung, bubur jagung, jagung
campuran beras, dan bahan pangan lainna. Bahan pakan ternak, bagi sebagian
besar peternak di Kabupaten Way Kanan, jagung dijadikan salah satu  bahan
campuran pakan ternak. Bahkan di beberapa pedesaan jagung digunakan sebagai
bahan pakan utama. Biasanya, jagung dicampur bersama bahan pakan lain seperti
dedak, hijauan, dan tepung ikan. Pakan berbahan jagung umumnya diberikan
pada ternak ayam, itik, dan puyuh. Dan bahan baku industri, Bahan Baku Industri
di pasaran banyak beredar produk olahan jagung. Produk olahan jagung tersebut
berasal dari industri skala rumah tangga berupa industri giling kering yang
menghasilkan tepung jagung.

Produksi jagung di Kabupaten Way Kanan masih belum diimbangi kemampuan


pascapanen petani jagung yang baik. Penanganan lepas panen jagung pada tingkat
petani pada umumnya baru sampai pada pengeringan jagung tongkol dan
pengupasan kulit jagung (klobot). Hal ini karena petani belum memiliki alat
teknologi dan biaya yang cukup untuk melakukan pengolahan lanjutan. Untuk
tingkat pengolahan lanjutan seperti pemipilan dan pengolahan dilakukan pada
tingkat pedagang, sehingga nilai tambah yang besar biasanya  berada pada tingkat
ini.

2.2.2 Pemasaran
Dari aspek peluang pasar tanaman jagung mempunyai prospek yang cerah untuk
diusahakan, karena permintaan konsumen dalam negeri dan peluang ekspor yang
terus meningkat. Disamping itu juga prospek pasar produksi jagung semakin baik,
karena didukung oleh adanya kesadaran gizi dan diversifikasi  bahan makanan
pada masyarakat. Demikian juga untuk keperluan bahan baku industri rumah
tangga seperti emping jagung, wingko jagung dan produk jagung olahan lainnya
dan untuk keperluan bahan baku pakan ternak. Petani yang telah melakukan
kemitraan usaha dengan perusahaan mitra pemasaran produk  jagung dilakukan
melalui kelompok tani atau koperasi, perusahaan mitra, pabrik  pengolahan dan
konsumen. Masalah yang dihadapi petani dalam pemasaran produksi adalah
belum dapat menjual langsung kepada pedagang besar atau  pedagang lainnya di
kota provinsi. Petani umumnya menjual hasil jagung hanya ke pedagang
pengumpul atau ke pasar (pedagang penyalur kota atau pengecer di  pasar
umum). Dengan demikian, harga yang diterima petani relatif rendah. Keadaan ini
kurang menguntungkan bagi petani, sebab tidak adanya  jaminan harga yang
layak.
III. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut


1. Subsistem agribisnis hulu adalah subsistem yang mencakup semua kegiatan untuk
memproduksi dan menyalurkan input-input pertanian dalam arti luas. Sesuai dengan
pengertian, subsistem agribisnis hulu bergerak pada bidang penyediaan sarana
produksi. Terdapat beberapa jenis perusahaan maupun usaha yang bergerak pada
subsistem ini, seperti penyediaan pupuk, benih, pestisida, alat serta mesin pertanian,
dan sebagainya. Di Indonesia, cukup banyak perusahaan atau usaha yang bergerak di
bidang ini. Sebagai contoh PT Pusri, dan sebagainya. Sedangkan perusahaan dalam
penyediaan benih yaitu PT Sang Hyang Seri, dan perusahaan penyediaan alat dan
mesin produksi seperti PT Putra Andalan Jaya, dan masih banyak yang lainnya.

2. Subsistem agribisnis hilir adalah suatu subsistem agribisnis yang terdiri atas dua
macam kegiatan, yaitu pengolahan komoditas primer dan pemasaran komoditas
primer atau produk olahan. Kegiatan pengolahan komoditas primer adalah
memperoduksi produk olahan baik produk setengah jadi maupun barang jadi yang
siap dikonsumsi konsumen dengan menggunakan bahan baku komoditas primer.
Kegiatan ini juga sering disebut agroindustri. Contoh kegiatan pengolahan primer
yang menghasilkan produk adalah pabrik tepung terigu, maezena, tapioka, dan
sebagainya. Sedangkan contoh kegiatan komoditas primer yang menghasilkan barang
jadi adalah pabrik makanan dan minuman sari buah atau sirup. Kegiaan pemasaran
mulai berlangsung dari pengumpulan komoditas primer sampai pengeceran kepada
konsumen.
DAFTAR PUSTAKA

RIZAL, Y. 2019. Strategi Pengembangan Usahatani Jagung Hibrida: Universitas


Siliwangi).

Mardiansyah,J. 2020. Pengaruh Pola Tanam dan Waktu Penyiangan Gulma


Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil tanaman Jagung. Universitas Negeri
Sultan Syarif Kasim: Riau.

Suyarto,R. 2017. Budidaya Jagung: Fakultas Pertanian Universitas Udayana.

Suryana, A. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung. Badan


Litbang Pertanian: Jakarta Selatan.

Saragih, Bungaran. 2010. Agribisnis Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi


Berbasis Pertanian. Bogor: IPBpress.

Maulidah, Silvana. 2013. Modul Kuliah Ruang Lingkup dan Profil Agribisnis.
Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya: Malang.

Hermawan, 2010. Subsistem Membangun Sistem Agribisnis. Fakultas Pertanian:


Brawijaya.

Sabhira Zhafira, 2012. Nilai dan Manfaat Analisis Kelayakan Usaha Agroindustri:
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai