Anda di halaman 1dari 30

MARKAS BESAR TENTARA NASIONAL INDONESIA

PUSAT JASMANI DAN PERATURAN MILITER DASAR

PANDUAN GERAKAN PERMILDAS DALAM RANGKAIAN


UPACARA HUT TNI TAHUN 2015

I. KEGIATAN PARADE

1. Sikap Istirahat.

a. Sikap Istirahat tanpa menggunakan senjata.


1) Ketentuan umum dalam istirahat sebagai berikut:
a) Sikap istirahat diawali dari sikap sempurna.
b) Aba-aba dalam sikap istirahat adalah:
(1) Istirahat biasa “ISTIRAHAT DI TEMPAT = GERAK”.
(2) Istirahat perhatian “UNTUK PERHATIAN, ISTIRAHAT
DITEMPAT = GERAK”.
(3) Istirahat Parade “PARADE, ISTIRAHAT DITEMPAT =
GERAK”.
2) Untuk gerakan istirahat perhatian, kepala dan pandangan mata
ditujukan kepada yang memberikan perhatian maksimal 45º.
3) Khusus gerakan istirahat parade, pasukan upacara melaksanakan
istirahat di tempat dengan pandangan lurus ke depan mulai dari awal sampai
akhir amanat.
4) Pelaksanaan sikap istirahat posisi berdiri diatur dengan ketentuan
sebagai berikut:
a) Kaki kiri dipindahkan kesamping kiri, dengan jarak selebar
bahu.
b) Kedua belah tangan dibawa kebelakang, tangan kiri memegang
pergelangan tangan kanan dengan ibu jari dan jari telunjuk tepat
dipergelangan tangan kanan. Punggung tangan kiri diletakkan
dipinggang/kopelrim.
c) Tangan kanan mengepal.
d) Pandangan mata tetap lurus ke depan.
e) Khusus istirahat parade posisi kedua kepalan tangan diletakkan
di atas pinggang/kopelrim bagian belakang.

b. Sikap Istirahat menggunakan senjata.


1) Senjata disamping badan.
a) Ketentuan umum dalam istirahat sebagai berikut:
b) Sikap istirahat diawali dari sikap sempurna.
c) Aba-aba dalam sikap istirahat senjata di samping badan
adalah:
2

(1) “ISTIRAHAT DI TEMPAT = GERAK”.


(2) “UNTUK PERHATIAN - ISTIRAHAT DITEMPAT =
GERAK”.
(3) “PARADE - ISTIRAHAT DITEMPAT = GERAK”.
d) Untuk gerakan istirahat perhatian, kepala dan pandangan mata
ditujukan kepada yang memberikan perhatian maksimal 45º.
e) Khusus gerakan istirahat parade, pasukan upacara
melaksanakan istirahat di tempat dengan pandangan lurus ke depan
mulai dari awal sampai akhir amanat.
f) Pelaksanaan sikap istirahat posisi berdiri diatur dengan
ketentuan sebagai berikut:
(1) Kaki kiri dipindahkan kesamping kiri, dengan jarak
selebar bahu.
(2) tangan kiri dibawa kebelakangbersamaan dengan
senjata di dorong kedepan sejajar dengan telapak kakitangan
kiri memegang pergelangan tangan kana kanan. Tangan
kanan mengepal.
(3) Pandangan mata tetap lurus ke depan.

2) Senjata dikalungkan.
a) Ketentuan umum dalam istirahat sebagai berikut:
b) Sikap istirahat diawali dari sikap sempurna.
c) Aba-aba dalam sikap istirahat senjata di samping badan
adalah:
(1) “ISTIRAHAT DI TEMPAT = GERAK”.
(2) “UNTUK PERHATIAN, ISTIRAHAT DITEMPAT =
GERAK”.
(3) “PARADE, ISTIRAHAT DITEMPAT = GERAK”.
d) Untuk gerakan istirahat perhatian, kepala dan pandangan
mataditujukan kepada yang memberikan perhatian maksimal 45º.
e) Khusus gerakan istirahat parade, pasukan upacara
melaksanakan istirahat di tempat dengan pandangan lurus ke depan
mulai dari awal sampai akhir amanat.
f) Pelaksanaan sikap istirahat posisi berdiri diatur dengan
ketentuan sebagai berikut:
(1) Kaki kiri dipindahkan kesamping kiri, dengan jarak
selebar bahu.
(2) tangan kiri dibawa kebelakangtangan kanan memengang
hulu popor.
(3) Pandangan mata tetap lurus ke depan.
3

c. Sikap istirahat dengan pedang terhunus.


1) Sikap istirahat parade.
a) Aba aba:
(1) Parade:“PARADE - ISTIRAHAT DITEMPAT = GERAK”.
(2) Untuk perhatian: “ISTIRAHAT DITEMPAT = GERAK”.
b) Pelaksanaan:
1) Kaki membuat gerakan seperti gerakan istirahat ditempat
tidak bersenjata.
2) Tangan kanan dibawa ke depan badan, pegangan
pedang di bawah dekat pusar.
3) Tangan kiri memegang pergelangan tangan kanan
melalui atas pelindung tangan, pedang menyerong ke kanan
atas. (menempel pada ujung bahu)
2) Sikap istirahat biasa.
a) Aba aba:
(1) Parade: “ISTIRAHAT DITEMPAT = GERAK”.
(2) Untuk perhatian: “ISTIRAHAT DITEMPAT = GERAK”.
b) Pelaksanaan:
(1) Kaki membuat gerakan seperti gerakan istirahat ditempat
tidak bersenjata.
(2) Tangan kanan dibawa ke depan badan, pegangan
pedang di bawah dekat pusar bersamaan dengan itu tangan kiri
memegang pelindung tangan bagian atas.
(3) Tangan kanan memegang pelindung tangan dari dalam.
(4) Tangan kiri dipindahkan memegang pergelangan tangan
kanan melalui atas pelindung tangan, pedang menyerong ke
kanan atas, punggung pedang tersandar pada lengan bagian
bawah.

d. Sikap istirahat dengan pedang tidak terhunus.


1) Aba-aba: “ISTIRAHAT DITEMPAT = GERAK”.
2) Pelaksanaan: Seperti gerakan sikap istirahat ditempat tanpa senjata.

e. Istirahat di tempat menggunakan bendera penjuru


1) Aba-aba: “ISTIRAHAT DITEMPAT = GERAK”.
2) Pelaksanaan:
a) Pada aba-aba peringatan tangan kanan
dipindahkan/diluncurkan ke atas ± 1 atau 2 lebar tangan.
b) Pada aba-aba pelaksanaan dilakukan gerakan seperti istirahat
bersenjata senapan.
4

2. Sikap sempurna.
a. Ketentuan umum dalam sikap sempurna sebagai berikut:
1) Sikap sempurna diawali dari sikap istirahat.
2) Aba-aba dalam sikap sempurna terdiri atas.
a) Pada posisi berdiri “SIAP = GERAK”.
b) Pada posisi duduk “DUDUK SIAP = GERAK”.
b. Pelaksanaan sikap sempurna posisi berdiri diatur dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) Sikap berdiri badan tegak.
2) Kedua tumit rapat dengan kedua telapak kaki membentuk sudut 45o.
3) Lutut lurus dan paha dirapatkan, tumpuan berat badan dibagi atas
kedua kaki.
4) Perut ditarik dan dada dibusungkan.
5) Pundak ditarik sedikit kebelakang dan tidak dinaikkan.
6) Kedua tangan lurus dan rapat disamping badan, pergelangan tangan
lurus, jari-jari tangan menggenggam tidak terpaksa dirapatkan pada paha.
7) Punggung ibu jari menghadap kedepan merapat pada jahitan celana.
8) Leher lurus, dagu ditarik sedikit ke belakang.
9) Mulut ditutup, pandangan mata lurus mendatar kedepan, bernapas
sewajarnya.

c. Sikap sempurna berdiri senapan laras panjang.


1) Sikap sempurna senjata disamping badan.
a) Dari sikap istirahat.
b) Aba-aba: “SIAP= GERAK”.
c) Pelaksanaan:
(1) Pada aba-aba pelaksanaan tangan kanan ditarik
kesamping badan, bersamaan dengan itu tangan kiri ditarik
lurus kesamping badan dengan tangan menggenggam ibu jari
menghadap kedepan.
(2) Tangan kanan lurus disamping badan memegang
senapan.
(3) Senapan berdiri melekat pada badan, popor terletak
diatas tanah disebelah kanan rapat pada kaki kanan, ujung
popor segaris dengan ujung kaki, pejera lurus ke belakang
2) Sikap sempurna senapan popor di lipat (senjata dikalungkan).
a) Dari sikap istirahat.
b) Aba-aba:“SIAP = GERAK”.
c) Pelaksanaan:
(1) Senjata dikalungkan menyilang/diagonal didepan dada
dengan laras serong kekiri atas.
5

(2) Lengan kiri merapat disamping badan seperti sikap


sempurna tanpa senjata.
(3) Tangan kanan memegang hulu popor, ibu jari menempel
diatas hulu popor, keempat jari rapat memegang hulu popor,
punggung tangan menghadap kedepan.

d. Sikap sempurna dengan pedang.

1) Sikap sempurna dengan pedang tidak terhunus.


a) Aba-aba: “SIAP = GERAK”.
b) Pelaksanaan:
a) Badan berdiri tegap.
b) Kedua tumit rapat dengan kedua telapak kaki
membentuk sudut 45o.
c) Lutut lurus dan paha dirapatkan, tumpuan berat badan
dibagi atas kedua kaki.
d) Perut ditarik dan dada dibusungkan.
e) Pundak ditarik sedikit kebelakang dantidak dinaikkan.
f) Kedua tangan lurus dan rapat disamping badan,
pergelangan tangan lurus, tangan kiri memegang pedang jari-
jari tangan menggenggam tidak terpaksa dirapatkan pada paha.
g) Punggung ibu jari menghadap kedepan merapat pada
jahitan celana.
h) Leher lurus, dagu ditarik sedikit ke belakang.
i) Mulut ditutup, pandangan mata lurus mendatar kedepan,
bernapas sewajarnya.

2) Sikap sempurna dengan pedang terhunus.


a) Aba-aba: “SIAP = GERAK”.
b) Pelaksanaan:
(1) Pada aba-aba pelaksanaan, tangan kiri memegang
sarung pedang seperti sikap sempurna tidak bersenjata.
(2) Memegang sarung pedang merapat pada paha kiri dan
sarung pedang lurus pada jahitan celana.
(3) Tangan kanan diletakan di tulang pinggang kanan,
sambil memegang hulu pedang seperti memegang pensil. Ibu
jarinya terletak setinggi kopelrim. Mata pedang menuju lurus ke
depan, punggung pedang disandarkan pada lekukan bahu
badan. Pandangan mata lurus ke depan.

e. Sikap sempurna bendera Penjuru


1) Aba-aba: “SIAP = GERAK”.
2) Pelaksanaan:
6

a) Pada aba-aba peringatan tangan kanan


dipindahkan/diluncurkan ke bawah kira-kira 1 atau 2 lebaran tangan.
b) Pada aba-aba pelaksanaan, mengambil/melakukan sikap
sempurna, tiang bendera penjuru rapat pada badan dipegang tangan
kanan seperti memegang senapan jari-jari rapat.

3. Hunus Pedang dan Sarungkan Pedang.

a. Menghunus pedang.
1) Aba-aba: “HUNUS PEDANG = GERAK”.
2) Pelaksanaan:
a) Pada aba-aba peringatan tangan kiri dipindahkan memegang
sarung pedang ± 10 cm di bawah cincin sarung pedang, jari-jari rapat,
buku-buku jari menghadap ke depan. Tangan kanan menarik pedang
ke luar selebar telapak tangan.
b) Pada aba-aba pelaksanaan, tangan kanan menghunus pedang
serong ke atas agak ke depan (± 15º), sehingga lengan lurus satu
garis dengan pedang. Mata pedang menghadap ke belakang.
c) Pedang dibawa tegak lurus di atas ke depan dagu sehingga
genggaman tangan kanan berada lebih kurang satu kepal di depan
dagu, mata pedang menghadap ke kiri.
d) Punggung pedang diletakan di atas bahu kanan dengan tangan
agar lurus diajukan ke depan dan setinggi bahu kanan.
e) Genggaman tangan kanan dipindahkan ditulang pinggang
kanan, siku-siku ke belakang dengan tidak terpaksa (wajar) dan
tangan kiri kembali ke sikap sempurna. Kedua gerakan ini dilakukan
dalam satu hitungan.

b. Menyarungkan pedang.
1) Aba-aba: “SARUNGKAN PEDANG = GERAK”.
2) Pelaksanaan:
(1) Pada aba-aba peringatan, tangan kanan mengangkat pedang
ke atas hingga genggaman tangan berada satu kepal di depan dagu .
Mata pedang menghadap ke kiri, siku rapat pada badan, pedang tegak
lurus ke atas.
(2) Bersamaan dengan itu tangan kiri memegang sarung
pedang.Tangan kanan diputar hingga siku terangkat ke atas, ujung
pedang menuju ke arah mulut sarung pedang. Mata pedang menuju
serong ke depan, pedang dimasukan ke dalam sarung pedang, hingga
tinggal satu kelebaran tangan.
(3) Pada aba-aba pelaksanaan, tangan kanan menekan pedang ke
dalam sarung pedang selanjutnya tangan kanan melepaskan tali
pedang kemudian kembali ke sikap sempurna.

4. Langkah Tegap.
a. Aba-aba:“LANGKAH TEGAP MAJU = JALAN.”.
b. Pelaksanaan:
7

1) Pada aba-aba pelaksanaan kaki kiri dilangkahkan ke depan, lutut


lurus, telapak kaki diangkat ± 20 cm menghadap ke depan, bersamaan
dengan tangan kanan dilenggangkan lurus ke depan (90°), tangan kiri
melenggang kebelakang 30°.
2. Kaki kanan dilangkahkan ke depan, lutut lurus, telapak kaki diangkat ± 20
cmmenghadap ke depan, tangan kiri melenggang lurus kedepan (90°), tangan
kanan melenggang kebelakang 30°.
3. Setiap langkah dihentakkan, panjang langkah 65 cm dan tempo
103/menit.

5. Periksa kerapihan.

a. Ketentuan umum dalam periksa kerapihan sebagai berikut:


1) Diawali dari posisi istirahat.
2) Khusus dilaksanakan pada pasukan yang dalam posisi berdiri
3) Aba-aba dalam periksa kerapian:
a) Periksa kerapian biasa “PERIKSA KERAPIHAN = MULAI =
SELESAI “.
b) Periksa kerapian parade “PARADE PERIKSA KERAPIHAN =
MULAI = SELESAI “.

b. Tanpa Senjata.
1) Periksa kerapihan biasa.
a) Setelah aba – aba peringatan “PERIKSA KERAPIHAN”,
mengambil sikap sempurna.
b) Setelah aba-aba pelaksanaa “MULAI”,badan dibungkukkan
900, kedua kaki lurus, kedua tangan merapihkan dari bagian
bawah secara berurutan.
c) Dimulai dari kaki kiri dan kaki kanan (bagian tali sepatu/celana
bagian bawah).
d) Dilanjutkan merapihkan saku celana bagian lutut sebelah kiri
dan kanan (bila menggunakan PDL).
e) Berikutnya menarik ujung baju bagian bawah depan.
f) Menarik ujung baju bagian bawah belakang.
g) Merapihkan lidah/tutup saku dada bagian kiri dan kanan.
h) Merapihkan kerah baju bagian kiri dan kanan.
i) Membetulkan tutup kepala (topi/baret).
j) Selanjutnya tangan kembali ke sikap sempurna.
k) Setelah ada aba-aba pelaksanaan “SELESAI” kembali ke
sikap istirahat.

2) Periksa kerapihan parade.


a) Dari sikap Istirahat bersenjata.
b) Aba-aba:“PERIKSA KERAPIHAN = MULAI”.
8

c) Pelaksanaan:
1) Setelah aba-aba peringatan mengambil sikapsempurna.
2) Pada saat aba-aba pelaksanaan pasukan
denganserentak membungkukkan badan 90º,tangan
kirimenepuk kaki kiri dan kaki kanan bagian bawah (dari bawah
lutut) kearah bawah secara berurutan.
3) Dilanjutkan menepuk saku celana bagian lutut sebelah
kiri dan kanan (bila menggunakan PDL).
4) Berikutnya memegang/menarik ujung baju bagianbawah
depan dan menegakkan badan, pandangan lurus kedepan.
5) Menepuk ujung baju bagian bawah belakang.
6) Menepuk lidah/tutup saku dada bagian kiri dankanan.
7) Menepuk/merapikan kerah baju bagian kiri dan kanan
diikuti dengan pandangn mata.
8) Membetulkan tutup kepala (topi/baret).
9) Selanjutnya tangan kembali ke sikap sempurna.
10) Setelah ada aba-aba pelaksanaan “SELESAI” kembali
ke sikap istirahat.

c. Senjata disamping badan.


1) Periksa kerapihan biasa.
a) Dari sikap Istirahat bersenjata.
b) Aba-aba:“PERIKSA KERAPIHAN = MULAI”.
c) Pelaksanaan:
(1) Setelah aba-aba peringatan mengambil sikap sempurna.
(2) Pada saat aba-aba pelaksanaan pasukan dengan
serentak membungkukkan badan 90º, kedudukan senjata tetap
tegak dan dikepit antara lengan atas dengan badan.
(3) Dilanjutkan tangan kiri merapikan saku celana bagian
lutut sebelah kiri dan kanan (bila menggunakan PDL).
(4) Berikutnya memegang/menarik ujung baju bagian bawah
depan dan menegakkan badan,pandangan lurus kedepan.
(5) Merapikan ujung baju bagian bawah belakang .
(6) Merapikan lidah/tutup saku dada bagian kiri dan kanan.
(7) Merapikan kerah baju bagian kiri dan kanan diikuti
dengan pandangn mata.
(8) Membetulkan tutup kepala (topi/baret).
(9) Selanjutnya tangan kembali ke sikap sempurna.
(10) Setelah ada aba-aba pelaksanaan “SELESAI” kembali
ke sikap istirahat.
9

2) Periksa kerapihan parade.


a) Dari sikap Istirahat bersenjata.
b) Aba-aba:“ PARADE - PERIKSA KERAPIHAN = MULAI”.
c) Pelaksanaan:
(1) Setelah aba-aba peringatan mengambil sikap sempurna.
(2) Pada saat aba-aba pelaksanaan pasukan dengan
serentak membungkukkan badan 90º, kedudukan senjata tetap
tegak dan dikepit antara lengan atas dengan badan.
(3) Tangan kiri melaksanakan gerakan dengan menepuk
bagian bawah kedua kaki, mulai dari celana/kaki kiri dari bawah
lutut ke atas sepatu dan celana/kaki kanan.
(4) Saku celana bagian samping kiri dan kanan.
(5) Menarik ujung baju bagian bawah depan dan
menegakkan badan, pandangan lurus ke depan.
(6) Menarik ujung baju bagian bawah belakang.
(7) Menepuk lidah/tutup saku dada bagian kiri dan kanan.
(8) Menepuk kerah baju bagian kiri dan kanan.
(9) Membetulkan tutup kepala (topi/baret).
(10) Selanjutnya tangan kembali ke sikap sempurna.
(11) Setelah ada aba-aba “SELESAI”, secara serentak
kembali ke sikap istirahat.

d. Senjata dikalungkan

1) Periksa kerapihan biasa.


a) Dari sikap Istirahat bersenjata .
b) Aba-aba:“PERIKSA KERAPIHAN = MULAI”.
c) Pelaksanaan:
(1) Pada aba-aba peringatan mengambil sikap sempurna,
tangan kiri lurus rapat ke samping badan.
(2) Setelah aba-aba pelaksanaan badan dibungkukkan 90º
tangan kiri merapihkan bagian bawah kaki/celana secara
berurutan mulai dari kaki kiri, kaki kanan (bagian tali sepatu).
(3) Merapihkan saku celana bagian samping kaki kiri dan
kaki kanan.
(4) Menarik ujung baju bagian bawah depan dan
menegakkan badan.
(5) Menarik ujung baju bagian bawah belakang.
(6) Merapihkan lidah/tutup saku dada bagian kiri dan kanan.
(7) Merapikan kerah baju bagian kiri dan kanan.
(8) Membetulkan tutup kepala (topi/baret).
10

(9) Selanjutnya tangan kanan memegang hulu popor,


tangan kiri kembali ke sikap sempurna.
(10) Setelah ada aba-aba “SELESAI”, secara serentak
kembali ke sikap istirahat.

2) Periksa kerapihan parade.


a) Dari sikap Istirahat bersenjata dikalungkan.
b) Aba-aba:“PARADE - PERIKSA KERAPIHAN = MULAI”.
c) Pelaksanaan:
(1) Setelah aba-aba peringatan mengambil sikap sempurna,
tangan kiri lurus rapat di samping badan.
(2) Setelah aba-aba pelaksanaan badan dibungkukkan 90º
tangan kiri melaksanakan gerakan dengan menepuk dan
diluncurkan ke bawah, mulai dari celana/kaki kiri di atas sepatu
dan celana/kaki kanan.
(3) Saku celana bagian samping kiri dan kanan.
(4) Menarik ujung baju bagian bawah depan dan
menegakkan badan.
(5) Menarik ujung baju bagian bawah belakang.
(6) Menepuk lidah/tutup saku dada bagian kiri dan kanan.
(7) Menepuk kerah baju bagian kiri dan kanan.
(8) Membetulkan tutup kepala (topi/baret).
(9) Selanjutnya tangan kanan memgang hulu popor, tangan
kiri kembali ke sikap sempurna.
(10) Setelah ada aba-aba “SELESAI”, secara serentak
kembali ke sikap istirahat.

6. Penghormatan.

a. Penghormatan Tanpa Senjata Bertutup Kepala.


1) Aba-aba:“ HORMAT = GERAK”.
2) Pelaksanaan:
a) Dengan gerakan cepat tangan kanan diangkat kearah pelipis
kanan siku-siku 15º serong kedepan kelima jari lurus dan rapat satu
sama lain, telapak tangan serong kebawah dan kekiri, ujung jari
tengah dantelunjuk menempel pelipis kanan.
b) Pergelangan tangan kanan lurus, bahu tetap seperti dalam
sikap sempurna, pandangan mata tetap tertuju kepada yang diberi
hormat.
c) Posisi tangan kiri berada disamping kiri badan lurus, dengan
telapak tangan kiri menggenggam.
d) Jika selesai menghormat, maka lengan kanan dikembalikan
secara cepat kembali ke sikap sempurna.

b. Penghormatan bersenjata.
1) Hormat senjata laras panjang popor tetap posisi senjata
disamping badan, dilaksanakan sebagai berikut:
a) Aba-aba:“ HORMAT SENJATA = GERAK”.
b) Pelaksanaan:
11

(1) Sikap sempurna senjata di samping badan.


(2) Senjata diangkat dengan tangan kanan ke depan badan
dengan jarak satu kepal dari badan, ujung laras sejajar dengan
pandangan mata, pejera mengarah ke belakang, lengan kanan
merapat pada badan.
(3) Bersamaan dengan itu tangan kiri memegang lade
dengan jari-jari rapat satu samalainnya dan ibu jari menghadap
ke atas, lengan kiri membentuk sudut 90° dan rapat pada
badan.
(4) Setelah tangan kiri memegang lade, tangan kanan
diluncurkan ke bawah menempel hulu popor dengan keempat
jari rapat satu sama lain dan punggung tangan menghadap ke
kanan, ibu jari menjepit hulu popor senjata, bersamaan dengan
itu kepala diarahkan kepada yang diberi hormat.
(5) Setelah mendapat balasan penghormatan,
melaksanakan tegak senjata dengan cara:
(a) Aba-aba:“ TEGAK SENJATA = GERAK”.
(b) Pelaksanaan:
i. Tangan kanan memegang lade senjata di atas
tangan kiri, bersamaan dengan kepala kembali ke
arah depan.
ii.Senjata diturunkan ke samping kanan badan
dengan tangan kanan, dihantar tangan kiri di posisi
ujung laras dengan jari-jari rapat dan punggung
tangan menghadap kedepan, sampai dengan ± 2
cm dari tanah.
iii. Popor diturunkan ke tanah tanpa bunyi,
ujung depan popor sejajar dengan ujung kaki,
magasen menghadap ke depan.
iv. Tangan kiri kembali ke sikap sempurna
senjata di samping badan.

2) Hormat senjata laras panjang popor dilipat posisi senjata


dikalungkan, dilaksanakan sebagai berikut:
a) Aba-aba:“ HORMAT SENJATA = GERAK”.
b) Pelaksanaan:
(1) Tangan kiri memegang lade bagian atas.
(2) Tangan kanan menepuk popor bagian tengah satu kali
dengan jari-jari tangan lurus rapat satu sama lainnya, punggung
tangan menghadap keluar.
(3) Menegakkan dan memalingkan kepala ke arah yang
diberi hormat.
(4) Setelah mendapat balasan penghormatan,
melaksanakan tegak senjata dengan cara:
(a) Aba-aba:“ TEGAK SENJATA = GERAK”.
(b) Pelaksanaan:
i.Tangan kanan menepuk popor bagian tengah
satu kali dengan jari-jari tangan lurus rapat satu
12

sama lainnya, punggung tangan menghadap ke


luar, Tangan kanan kembali ke hulu popor. (dari
poin 4 digabung ke poin 1)

ii.Kepala kembali ke arah semula.


iii.Tangan kiri kembali ke posisi sikap sempurna.

3) Hormat pedang posisi terhunus, dilaksanakan sebagai berikut:


a) Aba-aba:“ HORMAT SENJATA = GERAK”.
b) Pelaksanaan:
(1) Dari sikap sempurna, pedang dibawa tegak lurus ke atas
di depan dagu hingga genggaman tangan kanan berada lebih
kurang satu kepal di depan dagu, mata pedang menghadap ke
kiri.
(2) Lengan kanan diturunkan sehingga lengan bagian atas
merapat di samping kanan badan, pergelangan tangan kanan
mengangkat pedang hingga mata pedang menghadap serong
kiri kedepan, ujung pedang searah dengan telapak kaki kanan
(22,5°) pedang dan lengan kanan membentuk sudut 135°.
(3) Tegak penghormatan berpedang saat upacara dengan
cara:
(a) Aba-aba:“ TEGAK SENJATA = GERAK”.
(b) Pelaksanaan:
i. Pedang dibawa tegak lurus ke atas depan
dagu hingga genggaman tangan berada lebih
kurang satu kepal di depan dagu, mata pedang
menghadap ke kiri.
ii. Punggung pedang diletakkan di atas bahu
kanan dengan tanganagak lurus diajukan ke
depan dan setinggi bahu kanan.
iii. Genggaman tangan kanan dipindahkan di
tulang pinggang kanan, siku-siku agak ke
belakang dengan tidak terpaksa (wajar).

c. Penghormatan Bendera Penjuru


1) Aba – aba : HORMAT SENJATA = GERAK.
2) Pelaksanaan :
a. Pada aba – aba peringatan tiang bendera penjuru diangkatkan
ke atas oleh tangan kanan setinggi pundak, lengan atas rapat pada
badan, punggung tangan menghadap ke belakang, jari telunjuk lurus
keatas di belakang tiang bendera penjuru bersamaan dengan itu
diterima oleh tangan kiri (dipegang) punggung tangan menghadap ke
depan, lengan atas dan bawah membentuk sudut 90°.
b) Pada aba – aba pelaksanaan tangan mengangkat tiang
bendera penjuru ke atas sehingga kedudukan tangan kanan menjadi
lurus, bersamaan dengan itu tangan kiri mengangkat tiang bendera
penjuru, selanjutnya tiang bendera penjuru diayunkan ke depan
sehingga tiang bendera lurus mendatar ke depan. Lengan kanan
lurus berada di atas tiang bendera, jari – jari tangan kanan
13

menggenggam tiang bendera, punggung tangan menghadap ke atas


dan jari telunjuk lurus rapat di atas tiang bendera. Bersamaan
dengan tangan kiri diluncurkan sehingga lengan bawah rapat pada
badan membentuk sudut 90° dengan lengan atas.
c) Tegak.
(1) aba – aba :”TEGAK SENJATA = GERAK”.
(2) Pelaksanaan :
a) Tiang bendera penjuru diayunkan ke atas
sehingga gerakannya sama dengan gerakan pertama
pada waktu penghormatan.
b) Tiang bendera penjuru diturunkan ke samping
kaki kanan + 10 cm di atas tanah, kedudukan tangan
kanan tetap pada tempatnya. Bersamaan dengan itu
tangan kiri dipindahkan di atas tangan kanan memegang
tiang bendera sehingga lengan tangan kiri merapat pada
badan, punggung tangan kiri menghadap ke depan dan
jari–jari tangan kiri merapat menggengam tiang bendera,
selanjutnya tiang diturunkan di atas tanah, kedudukannya
berada di ujung luar sepatu kemudian tangan kiri kembali
ke sikap sempurna.

7. Pasang/lepas sangkur.

a. Siapkan dan kancingkan sangkur.

1) Siapkan sangkur.
a) Dari sikap sempurna tergantung di kopel sebelah kiri badan.
b) Aba- aba: “SIAPKAN SANGKUR = GERAK”.
c) Pelaksanaan:
(1) Setelah aba-aba peringatan kepala menengok ke arah
sangkur bersamaan tangan kiri menepuk tangkai sangkur,
tangan kiri membuka kancing sangkur, tali kancing sangkur
dilipat ke balik tali sarung sangkur, selanjutnya kelima jari
tangan kiri rapat menempel tangkai sangkur dengan siku
membentuk sudut 45º.
(2) Pada aba-aba "GERAK" tangan kiri dan kepala
kembali membentuk sikap sempurna.

2) Kancingkan sangkur.
a) Dari sikap sempurna tergantung di kopel sebelah kiri badan.
b) Aba-aba: “KANCINGKAN SANGKUR = GERAK”.
c) Pelaksanaan:
(1) Setelah aba-aba peringatan, tangan kiri menepuk
tangkai sangkur diikuti pandangan mata senjata tetap di
samping badan.
(2) Tangan kiri mengunci kancing sangkur, ke empat jari
rapat dengan ibu jari siap menekan kancing sangkur, siku
membentuk sudut 45º.
(3) Pada aba-aba "GERAK" ibu jari tangan kiri menekan
kancing sangkur .
14

(4) Selanjutnya tangan kiri kembali ke sikap sempurna,


pandangan mata lurus ke depan.

b. Pasang dan lepas sangkur.

1) Pasang sangkur popor tidak dilipat.


a) Senapan popor tidak dilipat.
b) Dari sikap sempurna senjata di kanan badan.
c) Aba-aba: “PASANG SANGKUR = GERAK”.
d) Pelaksanaan:
(1) Pada aba-aba peringatan, senapan diputar pada ujung
popor depan sehingga mulut laras berada di depan perutdengan
tangan kanan merapat pada paha,bersamaan dengan itu tangan
kiri memegang hulu sangkur ibu jari rapat pada pada hulu
sangkur di sebelah dalam.
(2) Punggung tangan kiri serong ke muka, siku ke samping
jari-jari rapat satu sama lain.
(3) Sangkur di cabut dengan tangan kiri ujung tajamnya
menujuserong ke kiri atas dibawa melalui depan badan ke ujung
senapan dan siap untuk dipasang pada tempatnya dengan tidak
bersuara.
(4) Gerakan tangan kiri diikuti oleh pandangan mata.
(5) Pada Aba-aba pelaksanaan “GERAK” sangkur dipasang
pada tempatnya dan diikuti oleh pandangan mata.
(6) Senapan dikembalikan kesamping kanan dalam sikap
sempurna diantar oleh tangan kiri, jari-jari lurus rapat setinggi
mulut laras, punggung tangan menghadap ke depan dan
pandangan mata kembali ke depan.
(7) Tangan kiri kembali dalam sikap sempurna.

2) Pasang sangkur popor dilipat.


a) Senapan popor dilipat.
b) Dari sikap sempurna senjata dikalungkan depan badan.
c) Aba- aba: “PASANG SANGKUR = GERAK”.
d) Pelaksanaan:
(1) Pada aba-aba peringatan, tangan kanan menekan hulu
popor ke dalam sehingga kedudukan senjata merapat pada
badan, bersamaan dengan itu tangan kiri memegang hulu
sangkur, ibu jari rapat pada hulu sangkur sebelah dalam,
punggung tangan menghadap ke luar serong ke depan, siku ke
samping dan jari-jari merapat pada punggung sangkur sebelah
luar.
(2) Tangan kiri mencabut sangkur dari sarungnya ke atas,
kemudian pergelangan tangan kiri diputar ke kiri sehingga ujung
tajam sangkur menuju serong ke kiri atas, selanjutnya dibawa
ke ujung laras dan siap untuk dipasang pada
tempatnya,gerakan tangan kiri diikuti oleh pandangan mata.
(3) Pada aba-aba pelaksanaan “GERAK”, tangan kiri
menekan sangkur ke bawah sehingga berbunyi “Klik” terpasang
pada kedudukannya dan diikuti oleh pandangan mata.
15

(4) Tangan kiri kembali lurus merapat disamping badan,


bersamaan dengan itu pandangan mata kembali menatap lurus
ke depan dan tangan kanan seperti kedudukan sikap sempurna.

3) Lepas sangkur popor senapan tidak dilipat.


a) Dari sikap sempurna senjata di kanan badan.
b) Aba-aba: “LEPAS SANGKUR = GERAK”.
c) Pelaksanaan:
(1) Pada aba-aba peringatan, senapan diputar pada ujung
popor depan sehingga mulut laras berada didepan perut dengan
tangan kanan melekat pada paha. Bersamaan dengan itutangan
kiri memegang hulu sangkur diikuti oleh pandangan mata.
(2) Tangan kanan dipindahkan di bawah tangan kiri, dengan
ibu jari menekan, tombol sangkur.
(3) Tangan kiri mencabut sangkur serong ke kiri atas
kemudian memasukannya ke dalam sarungnya, sehingga tiga
perempat sangkur masuk dalam sarungnya.
(4) Senapan dikembalikan ke samping kanan diantar oleh
tangan kiri, jari telunjuk setinggi mulut laras punggung tangan
menghadap ke depan dan pandangan mata kembali kedepan.
(5) Tangan kiri kembali dalam sikap sempurna.

4) Lepas sangkur popor senapan dilipat.


a) Dari sikap sempurnasenjata dikalungkan didepan badan.
b) Aba-aba: “LEPAS SANGKUR = GERAK”.
c) Pelaksanaan:
(1) Pada aba-aba peringatan, tangan kanan menekan
hulupopor ke dalam sehingga kedudukan senjata merapat pada
badan, bersamaan dengan itu tangan kiri memegang hulu
sangkur diikuti oleh pandangan mata.
(2) Tangan kiri menekan pegas pengunci kaitan sangkur,
sehingga sangkur dapat lepas dari kedudukannya.
(3) Tangan kiri mencabut sangkur dari kedudukannya
kurang lebih setinggi bahu kiri, ujung sangkur menuju serong ke
kiri atas.
(4) Pergelangan tangan kiri diputar ke kanan sehingga ujung
tajam sangkur menuju ke bawah dan dibawa ke mulut sarung
sangkur (diikuti pandangan mata).
(5) Pada aba-aba pelaksanaan “GERAK” tangan kiri
memasukan sangkur kedalam sarung sangkur.
(6) Tangan kiri kembali merapat disamping badan, bersama
dengan itu pandangan mata kembali memandang lurus kedepan
dan tangan kanan kembali ke sikap sempurna.

8. Ketentuan tentang Pedang.

a. Menghunus pedang.
16

1) Aba-aba: “HUNUS PEDANG = GERAK”.


2) Pelaksanaan:
a) Pada aba-aba peringatan tangan kiri dipindahkan memegang
sarung pedang ± 10 cm di bawah cincin sarung pedang, jari-jari rapat,
buku-buku jari menghadap ke depan. Tangan kanan menarik pedang
ke luar selebar telapak tangan.
b) Pada aba-aba pelaksanaan, tangan kanan menghunus pedang
serong ke atas agak ke depan (± 15º), sehingga lengan lurus satu
garis dengan pedang. Mata pedang menghadap ke belakang.
c) Pedang dibawa tegak lurus di atas ke depan dagu sehingga
genggaman tangan kanan berada lebih kurang satu kepal di depan
dagu, mata pedang menghadap ke kiri.
d) Punggung pedang diletakan di atas bahu kanan dengan tangan
agar lurus diajukan ke depan dan setinggi bahu kanan.
e) Genggaman tangan kanan dipindahkan ditulang pinggang
kanan, siku-siku ke belakang dengan tidak terpaksa (wajar) dan
tangan kiri kembali ke sikap sempurna. Kedua gerakan ini dilakukan
dalam satu hitungan.

b. Menyarungkan pedang.
1) Aba-aba: “SARUNGKAN PEDANG = GERAK”.
2) Pelaksanaan:
a) Pada aba-aba peringatan, tangan kanan mengangkat pedang
ke atas hingga genggaman tangan berada satu kepal di depan dagu .
Mata pedang menghadap ke kiri, siku rapat pada badan, pedang tegak
lurus ke atas.
b) Bersamaan dengan itu tangan kiri memegang sarung
pedang.Tangan kanan diputar hingga siku terangkat ke atas, ujung
pedang menuju ke arah mulut sarung pedang. Mata pedang menuju
serong ke depan, pedang dimasukan ke dalam sarung pedang, hingga
tinggal satu kelebaran tangan.
c) Pada aba-aba pelaksanaan, tangan kanan menekan pedang ke
dalam sarung pedang selanjutnya tangan kanan melepaskan tali
pedang kemudian kembali ke sikap sempurna.

c. Dalam melakukan gerakan hunus/sarungkan pedang selalu diikuti dengan


pandangan mata.Dalam keadaan tertentu, hunus pedang dapat dilakukan bersama-
sama atas perintah/komando dari pimpinan.

d. Sikap sempurna.
1) Sikap sempurna dengan pedang tidak terhunus.
a) Aba-aba: “SIAP = GERAK”.
b) Pelaksanaan:
(1) Badan berdiri tegap.
(2) Kedua tumit rapat dengan kedua telapak kaki
membentuk sudut 45o.
(3) Lutut lurus dan paha dirapatkan, tumpuan berat badan
dibagi atas kedua kaki.
17

(4) Perut ditarik dan dada dibusungkan.


(5) Pundak ditarik sedikit kebelakang dantidak dinaikkan.
(6) Kedua tangan lurus dan rapat disamping badan,
pergelangan tangan lurus, tangan kiri memegang pedang jari-
jari tangan menggenggam tidak terpaksa dirapatkan pada paha.
(7) Punggung ibu jari menghadap kedepan merapat pada
jahitan celana.
(8) Leher lurus, dagu ditarik sedikit ke belakang.
(9) Mulut ditutup, pandangan mata lurus mendatar kedepan,
bernapas sewajarnya.

2) Sikap sempurna dengan pedang terhunus.


a) Aba-aba: “SIAP = GERAK”.
b) Pelaksanaan:
(1) Pada aba-aba pelaksanaan, tangan kiri memegang
sarung pedang seperti sikap sempurna tidak bersenjata.
(2) Memegang sarung pedang merapat pada paha kiri dan
sarung pedang lurus pada jahitan celana.
(3) Tangan kanan diletakan di tulang pinggang kanan,
sambil memegang hulu pedang seperti memegang
pensil. Ibu jarinya terletak setinggi kopel rim. Mata
pedang menuju lurus ke depan, punggung pedang
disandarkan pada lekukan bahu badan. Pandangan
mata lurus ke depan.
e. Sikap istirahat.

1) Sikap istirahat dengan pedang tidak terhunus.


a) Aba-aba: “ISTIRAHAT DITEMPAT = GERAK”.
b) Pelaksanaan: Seperti gerakan sikap istirahat ditempat tanpa
senjata.

2) Sikap istirahat dengan pedang terhunus.


a) Sikap istirahat parade berpedang:
(1) Aba aba:
(a) Parade:“PARADE - ISTIRAHAT DITEMPAT =
GERAK”.
(b) Untuk perhatian: “ISTIRAHAT DITEMPAT =
GERAK”.
(2) Pelaksanaan:
(a) Kaki membuat gerakan seperti gerakan istirahat
ditempat tidak bersenjata.
(b) Tangan kanan dibawa ke depan badan, pegangan
pedang di bawah dekat pusar.
(c) Tangan kiri memegang pergelangan tangan
kanan melalui atas pelindung tangan, pedang
menyerong ke kanan atas. (menempel pada ujung
bahu)
18

b) Sikap istirahat biasa berpedang.


(1) Aba aba:
(a) Parade: “ISTIRAHAT DITEMPAT = GERAK”.
(b) Untuk perhatian: “ISTIRAHAT DITEMPAT =
GERAK”.
(2) Pelaksanaan:
(a) Kaki membuat gerakan seperti gerakan istirahat
ditempat tidak bersenjata.
(b) Tangan kanan dibawa ke depan badan, pegangan
pedang di bawah dekat pusar bersamaan dengan itu
tangan kiri memegang pelindung tangan bagian atas.
(c) Tangan kanan memegang pelindung tangan dari
dalam.
(d) Tangan kiri dipindahkan memegang pergelangan
tangan kanan melalui atas pelindung tangan, pedang
menyerong ke kanan atas, punggung pedang tersandar
pada lengan bagian bawah.

3) Langkah tegap berpedang.


a) Langkah tegap berpedang dari sikap sempurna.
(1) Aba-aba:“LANGKAH TEGAP MAJU = JALAN.”.
(2) Pelaksanaan:
(a) Pada aba-aba peringatan tangan kanan
diturunkan sehingga punggung pedang beralih
dari lekukan bahu menjadi tersandar pada lengan,
ujung pedang berada di sebelah kanan dari
lengan bagian atas, posisi tangan kiri tetap.
(b) Pada aba-aba pelaksanaan kaki kiri dilangkahkan
ke depan, lutut lurus, telapak kaki diangkat ± 20
cmmenghadap ke depan, bersamaan dengan
tangan kanan dilenggangkan lurus ke depan .
(d) Kaki kanan dilangkahkan ke depan, lutut lurus,
telapak kaki diangkat ± 20 cmmenghadap ke
depan, tangan kiri tidak dilenggangkan.
(e) Setiap langkah dihentakkan, panjang langkah 65
cm dan tempo 103/menit.

b) Langkah tegap dengan pedang dari langkah biasa.


(1) Aba-aba:“LANGKAH TEGAP = JALAN”.
(2) Pelaksanaan:
(a) Pada aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kiri
ditambah satu langkah, kaki kiri dihentakan lutut
lurus, telapak kaki diangkat ± 20 cm, menghadap
ke depan, bersamaan dengan tangan kanan
dilenggangkan lurus ke depan.
19

(b) Kaki kanan dilangkahkan ke depan, lutut lurus,


telapak kaki diangkat ± 20 cm, menghadap ke
depan, tangan kiritidak dilenggangkan.
(c) Setiap langkah dihentakkan, panjang langkah 65
cm dan tempo 103/menit.

f. Hormat Kanan/Kiri berpedang.

1) Setelah mengambil Langkah Tegap, pada Aba-aba peringatan


“HORMAT KANAN/KIRI... “ tangan kanan/pedang ditarik ke pinggang kanan
sebagaimana sikap sempurna bersenjata pedang terhunus (lengan
kanan/pedang berhenti mengayun).
2) Aba-aba pelaksanaan GERAK” jatuh pada kaki kanan, bersamaan
dengan jatuhnya/langkah kaki kiri tangan kanan diangkat kedepan dagu
kurang lebih jarak satu kepal didepan dagu, dengan punggung tangan
menghadap ke depan, pedang tegak lurus keatas mata pedang menghadap
ke kiri lengan kanan atas tetap merapat pada badan.
3) Bersamaan dengan jatuhnya kaki kanan tangan kanan/pedang
diturunkan hingga tangan kanan lurus dan merapat disamping badan,
pedang membentuk sudut kurang lebih 135 derajat (antara pedang dengan
lengan kanan) dan serong ke depan kanan kurang lebih 22,5 derajat
bersamaan dengan itu pula kepala dipalingkan kurang lebih 45 derajat
kearah yang diberi hormat.
4) Pelaksanaan TEGAK:
a) Aba-aba pelaksanaan ‘’TEGAK .... GERAK’’ jatuh pada kaki
kanan, kemudian bersamaan dengan jatuhnya kaki kiri tangan
kanan/pedang dibawa kedepan dagu,punggung tangan menghadap
kedepan pedang tegak lurus keatas mata pedang menghadap ke kiri.
b) Bersamaan dengan jatuhnya kaki kanan, punggung pedang
dijatuhkan ke pundak kanan pemegangan gagang pedang berubah
sebagaimana pegangan pensil pergelangan tangan sedikit ditekuk
menyesuaikan posisi pedang saat itu siku tangan kanan ditekuk
(lengan atas dan bawah seperti membentuk huruf “V”), posisi
pergelangan tangan hampir sejajar dengan bahu kanan.”
c) Pada jatuhnya kaki kiri, tangan kanan/pedang dibawa ke
pinggang kanan sebagaimana sikap pada sikap sempurna.
d) Pada saat jatuhnya kaki kanan, tangan kanan diluruskan dan
rapat disamping badan.
e) Bersamaan dengan jatuhnya kaki kiri, tangan kanan/pedang
diayunkan kembali sesuai dengan gerakan langkah tegap.
f) Selanjutnya diberikan aba-aba langkah biasa LANGKAH
BIASA… JALAN”,aba-aba pelaksanaan JALAN” jatuh pada kaki kiri.

9. Cara Penggunaan Bendera Penjuru

a. Sikap sempurna.
1) Aba-aba: “SIAP = GERAK”.
20

2) Pelaksanaan:
a) Pada aba-aba peringatan tangan kanan
dipindahkan/diluncurkan ke bawah kira-kira 1 atau 2 lebaran tangan.
b) Pada aba-aba pelaksanaan, mengambil/melakukan sikap
sempurna, tiang bendera penjuru rapat pada badan dipegang tangan
kanan seperti memegang senapan jari-jari rapat.

b. Istirahat di tempat.
1) Aba-aba: “ISTIRAHAT DITEMPAT = GERAK”.
2) Pelaksanaan:
a) Pada aba-aba peringatan tangan kanan
dipindahkan/diluncurkan ke atas ± 1 atau 2 lebar tangan.
b) Pada aba-aba pelakanaan dilakukan gerakan seperti istirahat
bersenjata senapan.

c. Gerakan berjalan dan berhenti.

1) Langkah biasa
a) Dari sikap sempurna ke langkah biasa.
b) Aba-aba: “MAJU = JALAN”.
c) Pelaksanaan:
(1) Pada aba-aba peringatan:”MAJU”.
(a) Tiang bendera penjuru diangkat oleh tangan
kanan setinggi ± 10 cm, bersamaan dengan itu diterima
oleh tangan kiri diatas tangan kanan.
(b) Tangan kiri membentuk sudut ± 90º.
(c) Selanjutnya tangan kanan diturunkan dan
memegang tiang bendera, punggung tangan kanan
menghadap ke depan telunjuk tangan kanan lurus ke
bawah merapat tiang bendera.
(d) Tangan kiri kembali dalam sikap sempurna.
(2) Pada aba-aba pelaksanaan:”JALAN”.
a) Kaki kiri diajukan ke depan, lutut lurus satu tapak
kaki diangkat rata sejajar dengan tanah setinggi kurang
lebih 20 cm, kemudian dihentakkan ketanah dengan
jarak 1 langkah, dan selanjutnya berjalan dengan
langkah biasa.
b) Tangan kanan tidak melenggang.

2) Berhenti.
a) Dari langkah biasa.
b) Aba-aba: “HENTI = GERAK”.
c) Pelaksanaan:
(1) Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki
kanan/kiri jatuh di tanah ditambah satu langkah, selanjutnya kaki
21

kanan/kiri dirapatkan kemudian tangan kiri memegang tiang


bendera rapat pada badan siku-siku membentuk sudut ± 90º,
tangan kanan memegang tiang bendera dari belakang di bawah
tangan kiri ± satu atau dua lebaran tangan, punggung tangan
menghadap ke samping.
(2) Selanjutnya tiang bendera diletakan di atas tanah
dengan diantar oleh tangan kiri, tiang bendera segaris dengan
ujung kaki.
(3) Tangan kiri kembali ke sikap sempurna.

3) Dari berjalan ke berjalan.


a) Dari langkah biasa ke langkah tegap.
(1) Aba-aba: “LANGKAH TEGAP = JALAN”.
(2) Pelaksanaan:
(a) Pada aba-aba peringatan tangan kiri memegang
tiang bendera dengan siku-siku membentuk sudut ± 90º
rapat pada badan, kemudian kedudukan tangan kanan
dipindahkan memegang tiang bendera dari belakang,
tangan tetap lurus ke bawah, punggung tangan
menghadap ke samping kanan.
(b) Pada aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kiri
ditambah satu langkah.
(c) Langkah pertama selebar 1 langkah, selanjutnya
seperti jalan biasa (panjang dan tempo) dengan cara
kaki dihentakkan terus menerus tetapi tidak dengan
berlebihan, telapak kaki menghadap kedepan, lutut lurus,
kaki tidak boleh diangkat tinggi.
(d) Tangan tidak melenggang.

b) Dari langkah tegap ke langkah biasa.


(1) Aba-aba: “LANGKAH BIASA = JALAN”.
(2) Pelaksanaan:
(a) Aba-aba peringatan tangan kanan memegang
tiang bendera dari depan, punggung tangan menghadap
ke depan, telunjuk tangan kanan lurus ke bawah merapat
tiang bendera.
(b) Aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kiri/kanan
setelah ditambah satu langkah kemudian
melaksanakan langkah biasa bersamaan dengan
itu tangan kiri dilenggangkan.

10. Mengheningkan cipta.


a. Pada saat melakukan mengheningkan cipta, hadirin/ tamu/undangan (dalam
keadaan berdiri) dan peserta upacara tidak melakukan gerakan apapun
(termasuk Irup) selain menun-dukkan kepala (tanpa membuka tutup kepala)
memusatkan pikiran/perhatian.
22

b. Mengheningkan cipta dipimpin oleh Irup dengan aba-aba: “Mengheningkan


cipta, mulai”. Irup dibenarkan menambah ucapan pendahuluan bila masih
ada keperluan lain, misalnya ada anggota yang baru saja meninggal dunia.
c. pada aba-aba pelaksanaan “MULAI”, menundukkan kepala dagu merapat ke
dada, pandangan mata membentuk sudut 45° ke arah depan.
d. Satsik/genderang dan atau sangkakala memperdengarkan lagu
mengheningkan cipta.

11. Letakkan senjata. (Senapan laras panjang)


a. Meletakkan senjata.
1) Dari sikap sempurna.
2) Aba-aba:
a) "LETAKKAN SENJATA = MULAI”.
b) "SELESAI" (Diucapkan setelah rangkaian kegiatan selesai)
3) Pelaksanaan:
a) Posisi sikap sempurna senjata di samping badan.
b) Setelah aba-aba pelaksanaan "MULAI", senjata diputar hingga
mengarah ke samping kanan, pejera ke arah kiri.
c) Kaki kiri maju satu langkah ke depan dengan dihentakkan.
d) Melaksanakan sikap berlutut, lutut kaki kanan menyentuh ke
tanah, senjata diletakkan dengan laras mengarah ke depan,
pandangan mata tertuju ke ujung laras, selanjutnya senjata
diletakkan ke tanah.
e) Setelah senjata berada di tanah, Komandan/ Pemimpin
pasukan memberikan aba-aba "SELESAI".
f) Berdiri membentuk sikap sempurna tanpa senjata.

b. Memegang senjata.
1) Dari sikap sempurna.
2) Aba-aba:
a) “SENJATA DITANGAN = MULAI”.
b) "SELESAI" (Diucapkan setelah rangkaian kegiatan selesai)
3) Pelaksanaan:
a) Setelah aba-aba pelaksanaan "MULAI", kaki kiri majusatu
langkah ke depan dengan dihentakkan.
b) Melaksanakan sikap berlutut, lutut kaki kanan menyentuh ke
tanah, tangan kanan memegang penuh senjata pada bagian
lade atas.
c) Setelah senjata dipegang, maka Komandan/ Pemimpin
pasukan memberikan aba-aba "SELESAI".
d) Secara bersamaan badan berdiri, senjata dibawa ke samping
badan, membentuk sikap sempurna.

12. Silangkan Senjata.


a. Menyilangkan senjata barisan bersaf.
23

1) Bentuk barisan bersaf harus berhitung terlebih dahulu.


2) Dari sikap sempurna senjata disamping badan.
3) Aba- aba: “NOMOR 2, 5 DAN 9 SEBAGAI PENYILANG –
SILANGKAN SENJATA = MULAI”.
4) Pelaksanaan:
a) Setelah aba-aba petunjuk "NOMOR 2,5 DAN 9 SEBAGAI
PENYILANG", nomor 2,5 dan 9 mengulangi aba-aba petunjuk.
b) Setelah aba-aba pelaksanaan "SILANGKAN SENJATA MULAI",
semua Personel membungkukkan badan, tangan kiri
memegang lade bagian bawah.
c) Penyilang dan Personel sebelah kanan penyilang
memindahkan tangan kanan ke hulu popor, Personel sebelah
kiri penyilang memindahkan tangan kiri ke hulu popor.
d) Penyilang meletakkan senjata di depan badan, senjata tegak
lurus, laras senjata berada di sebelah kanan kepala, tumit
popor berada di antara tengah-tengah ujung sepatu.
e) Personel di sebelah kanan penyilang melangkahkan kaki kiri
serong ke kiri bersamaan dengan meletakkan laras menyilang
di atas magazen senjata penyilang.
f) Personel di sebelah kiri penyilang melangkahkan kaki kanan
serong ke kanan bersamaan dengan meletakkan laras
menyilang di atas magazen senjata penyilang.
g) Banjar nomor 7 menyerahkan senjatanya ke banjar nomor 6
yang berada di samping kanannya untuk disilangkan ke
senjata penyilang.
h) Setelah aba-aba "SELESAI" secara bersamaan badan
berdiri, membentuk sikap sempurna.
i) Sedangkan senjata selebihnya diberikan secara beranting
kearah penyilang yang terdekat.

b. Menyilangkan senjata barisan berbanjar.


1) Dari sikap sempurna senjata disamping kanan badan.
2) Aba-aba: "BANJAR TENGAH SEBAGAI PENYILANG - SILANGKAN
SENJATA = MULAI”.
3) Pelaksanaan:
a) Setelah aba-aba petunjuk "BANJAR TENGAH SEBAGAI
PENYILANG", banjar tengah mengulangi aba-aba petunjuk.
b) Setelah aba-aba pelaksanaan "MULAI", semua Personel
membungkukkan badan, tangan kiri memegang lade bagian
bawah.
c) Banjar kanan dan banjar tengah memindahkan tangan kanan
ke hulu popor, banjar kiri memindahkan tangan kiri ke hulu
popor.
24

d) Banjar tengah memindahkan senjata tegak lurus di depan


badan, laras senjata berada di sebelah kanan kepala, tumit
popor berada tengah-tengah antara ujung sepatukiri dan kanan.
e) Banjar kanan melangkahkan kaki kiri serong ke kiri bersamaan
dengan meletakkan laras menyilang di atas magazen senjata
banjar tengah, banjar kiri melangkahkan kaki kanan serong ke
kanan bersamaan dengan meletakkan laras menyilang di atas
magazen senjata banjar tengah.
f) Setelah aba-aba "SELESAI" secara bersamaan badan berdiri,
membentuk sikap sempurna.
g) Sedangkan senjata selebihnya diberikan secara estafet kearah
penyilang yang terdekat.

c. Melepaskan senjata barisan bersaf.


1) Dari sikap sempurna senjata disilangkan.
2) Aba-aba: "LEPASKAN SENJATA = MULAI”.
3) Pelaksanaan:
a) pada aba-aba pelaksanaan bersama membungkukkan badan,
untuk personel sebelah kanan penyilang melangkahkan kaki kiri
ke serong kiri, untuk Personel sebelah kiri dan banjar nomor 7
melangkahkan kaki kanan ke serong kanan.
b) Tangan kanan memegang hulu popor, tangan kiri memegang
lade bagian atas senjata masing-masing kecuali banjar nomor
7.
c) Personel banjar nomor 6 menyerahkan senjata milik banjar
nomor 7 dengan tangan kiri, banjar nomor 7 menerima senjata
dengan tangan kanan memegang hulu popor, tangan kiri
memegang lade bagian atas dalam posisi tetap membungkuk,
banjar nomor 6 kembali memegang senjatanya.
d) Setelah aba-aba "SELESAI" badan berdiri tegap
bersamaan dengan kaki ditarik membentuk sikap depan
senjata.
e) Dilanjutkan tegak senjata membentuk sikap sempurna.

d. Melepaskan senjata barisan berbanjar.


1) Dari sikap sempurna senjata disilangkan.
2) Aba-aba: "LEPASKAN SENJATA = MULAI”.
3) Pelaksanaan:
a) Setelah aba-aba pelaksanaan bersama-sama membungkukkan
badan, banjar kanan melangkahkan kaki kiri ke serong kiri, untuk
banjar kiri melangkahkan kaki kanan ke serong kanan.
25

b) Tangan kanan memegang hulu popor, tangan kiri memegang


lade bagian atas.
c) Setelah aba-aba "SELESAI" badan berdiri tegap bersamaan
kaki ditarik membentuk sikap depan senjata.
d) Dilanjutkan tegak senjata membentuk sikap sempurna senjata
di samping badan.

II. KEGIATAN DEFILE.

1. Yang berhak menerima Penghormatan saat Defile:


a. Inspektur Upacara (Irup).
b. Semua penerima anugerah tanda kehormatan RI berupa bintang.
c. Komandan/Panglima lama dan baru setelah dilakukan upacara serah terima
untuk kesatuan tingkat Divisi/ Kotama ke atas.
d. Para Perwira yang diwisuda purnawira, yang pernah menjabat Kas Angkatan
ke atas.

2. Pelaksanaan Defile.
a. Dalam hal pelaksanaan defile, setelah pasukan tersusun dalam formasi defile
dan Irup telah menempatkan diri di mimbar defile, komandan defile menghadap Irup
dan menyampaikan penghormatan kemudian laporan: “LAPOR, DEFILE SIAP
DIMULAI”. Setelah Irup memerintahkan: “KERJAKAN”, komandan defile
mengulangi: “KERJAKAN”, kemudian balik kanan kembali ke pasukan untuk
memimpin pelaksanaan defile.
b. Yang berada di mimbar defile hanya Irup, sedangkan yang lainnya yang
berhak menerima penghormatan menempatkan diri di kiri dan kanan mimbar defile.
Apabila yang bertindak sebagai Irup adalah Kas Angkatan ke atas, maka yang
berada di mimbar defile dapat lebih dari satu orang sesuai dengan maksud dan
tujuan upacara.
c. Setelah diberikan aba-aba oleh Komandan Defile, pasukan bergerak dengan
ketentuan sebagai berikut:
1) Pada dasarnya pasukan bergerak dengan urutan sebagai berikut:
Satsik bergerak paling depan diikuti oleh kelompok lambang-lambang
kesatuan, kemudian dilanjutkan dengan pasukan. Khusus untuk Satsik atau
unit drum bandyang akan bertugas sebagai musik pengiring defile, dapat
mengikuti sebagai bagian dari pasukan defile atau langsung mendahului ke
tempat yang disiapkan untuk mengiringi defile di depan mimbar defile,
(mimbar upacara dapat digunakan sebagai mimbar defile atau disiapkan
mimbar defile tersendiri sesuai dengan kebutuhan/keadaan lapangan).

2) Satsik.
26

a) Satsik bergerak/berjalan dan memperdengar-kan lagu-lagu


mars. Pada waktu melewati depan mimbar defile hanya komandannya
saja yang melaksanakan penghormatan.
b) Setelah berdefile di depan Irup dan telah melalui bendera
pelencang keempat, Satsik menempat-kan diri berhadapan dengan
Irup, (di seberang jalan yang digunakan untuk berdefile) untuk
mengiringi pasukan berdefile dengan lagu-lagu hingga selesai. Apabila
dalam hal ini keadaan tempat tidak mengizinkan, maka Satsik
menempatkan diri di sebelah kanan/kiri Irup (mimbar defile) atau di
tempat lain.
c) Apabila Satsik mempunyai peralatan yang sukar untuk dibawa
berjalan, maka Satsik tidak ikut berjalan dan langsung menempatkan
diri untuk mengiringi pasukan yang berdefile.
3) Lambang Kesatuan bergerak/berjalan langkah tegap. Pada saat
melewati mimbar defile, membalas penghormatan yang disampaikan
oleh Irup. Kecuali Presiden/Wapres RI selaku Irup. Sedangkan para
undangan berdiri dan untuk prajurit TNI wajib menyampaikan
penghormatan, selanjutnya duduk kembali setelah lambang kesatuan
melewatinya. Apabila Irup adalah Presiden/Wapres RI, maka
lambang-lambang kesatuan memberikan penghormatan kepada Irup
sebagai berikut:
a) mulai dari bendera pelencang kedua sampai dengan bendera
pelencang ketiga;
b) aba-aba disampaikan oleh komandan kelompok pembawa
lambang; dan
c) lambang kesatuan setelah melaksanakan defile kembali ke
tempat semula/kedudukan saat parade.
4) Komandan defile.
a) Setelah berjalan melalui depan Irup (mimbar) dan melewati
bendera pelencang keempat, komandan defile menempatkan diri
kurang lebih dua langkah di sebelah kanan depan segaris
dengan mimbar defile dan mengambil sikap sempurna.
b) Pada saat itu pimpinan pasukan selanjutnya dilaksanakan oleh
komandan pasukan masing-masing.
c) Setelah defile selesai, komandan defile menghadap Irup dan
laporan: “DEFILE TELAH DILAKSANAKAN, LAPORAN
SELESAI”. Setelah Irup memerintahkan: “BUBARKAN”,
komandan defile mengulangi: “BUBARKAN”, diakhiri dengan
penghormatan perorangan.
5) Pasukan berjalan kaki.
a) Setelah sampai di depan bendera pelencang pertama komandan
defile memberikan aba-aba: “LANGKAH DEFILE, JALAN”,
pasukan berjalan dengan langkah defile.
b) Setelah sampai di depan bendera pelencang kedua, komandan
defile memberikan aba-aba: “HORMAT KANAN, GERAK”,
pasukan melakukan hormat kanan, dengan ketentuan kepala
dipalingkan ke kanan 45º terkecuali banjar kanan untuk
27

memelihara arah pasukan.Untukyang bersenjata pedang


terhunus melaksanakan hormat pedang.
c) Setelah pasukan sampai di bendera pelencang ketiga, komandan
defile memberikan aba-aba: “TEGAK, GERAK”, pasukan
melakukan tegak dari menghormat dan setelah sampai di
bendera pelencang keempat melakukan langkah biasa, melalui
aba-aba komandan defile: “LANGKAH BIASA, JALAN”.
6) Pasukan bermotor.
a) Mereka yang duduk/berdiri di dalam kendaraan tetap
duduk/berdiri di tempatnya dengan menegakkan tubuhnya,
pandangan tetap ke depan dimulai dari bendera pelencang
pertama sampai keempat dan istirahat di tempat setelah melewati
bendera pelencang keempat.
b) Untuk pasukan bermotor kendaraan tempur, para komandan
peleton (Danton) ke atas menyampaikan penghormatan dengan
berdiri.
c) Untuk pasukan bermotor bukan kendaraan tempur, para Danton
menyampaikan penghormatan dalam keadaan duduk siap,
sedang komandan kompi (Danki) ke atas menyampaikan
penghormatan dengan berdiri.
d) Pelaksanaan penghormatan dimulai saat melintasi bendera
pelencang kedua dan berakhir pada saat melintasi bendera
pelencang ketiga.
e) Pasukan pengendara sepeda motor, baik komandan maupun
bukan komandan menyampaikan penghormatan dengan tetap
melihat ke depan tanpa memalingkan kepala ke arah Irup.
f) Kecepatan kendaraan menyesuaikan situasi dan kondisi.
7) Pasukan berkuda. Untuk pasukan berkuda hanya Danton ke atas
yang menyampaikan penghormatan hormat pedang, sedangkan
anggota lainnya mengambil sikap duduk siap.

3. Langkah Biasa.
a. Dari sikap sempurna.
b. Aba-aba:“MAJU = JALAN”.
c. Pelaksanaan.
1) Langkah pertama kaki kiri dihentakkan, kaki lurus, telapak kaki
diangkat ± 20 cm, bersamaan itu lengan kanan dilenggangkan lurus
ke depan membentuk sudut 90º sejajar dengan bahu, punggung ibu
jari menghadap ke atas, lengan kiri dilenggangkan ke belakang
dengan sudut 30º.
2) Langkah selanjutnya dilakukan secara bergantian, kaki kanan
dilangkahkan ke depan, telapak kaki diangkat ± 20 cm, bersamaan itu
tangan kiri dilenggangkan lurus ke depan membentuk sudut 45º,
punggung ibu jari menghadap ke atas, tangan kanan dilenggangkan
ke belakang dengan sudut 30º.

4. Langkah Defile.
28

.
a. Tanpa senjata.
1) Dari berjalan langkah biasa.
2) Aba-aba:“LANGKAH DEFILE = JALAN”.
3) Pelaksanaan.
(1) Dari langkah biasa jatuh pada kaki kiri ditambah satu langkah
kaki kiri dihentakkan, lutut lurus, , kaki diangkat ± 20 cmtelapak
kaki menghadap kedepan,bersamaan itu lengan kanan
dilenggangkan lurus ke depan membentuk sudut 90º sejajar
dengan bahu, punggung ibu jari menghadap ke atas, lengan
kiri dilenggangkan ke belakang dengan sudut 30º.
(2) Langkah selanjutnya dilakukan secara bergantian, kaki kanan
dihentakkan, lutut lurus, kaki diangkat ± 20 cmtelapak kaki
menghadap kedepan, bersamaan itu lengan kiri dilenggangkan
lurus ke depan membentuk
sudut 90º sejajar dengan bahu, punggung ibu jari menghadap
ke atas, lengan kiri dilenggangkan ke belakang dengan sudut
30º.

b. Dengan bersenjata popor lipat.


1) Dari berjalan langkah biasa.
2) Aba-aba:“LANGKAH DEFILE = JALAN”.
3) Pelaksanaan.
a) Pada aba-aba peringatan tangan kiri memegang lade, pada
aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kiri ditambah satu langkah kaki
kiri dihentakkan, lutut lurus, ,kaki diangkat ± 20 cmtelapak kaki
menghadap kedepan.
b) Langkah selanjutnya dilakukan secara bergantian, kaki kanan
dihentakkan, lutut lurus, kaki diangkat ± 20 cmtelapak kaki menghadap
kedepan.
.
5. Hormat Kanan.

a. Tanpa Senjata
1) Gerakan hormat kanan. Aba-aba :HORMAT KANAN = GERAK.
2) Pelaksanaan: Gerakan ini dilakukan pada waktu barisan berjalan
dengan langkah tegap.
Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan jatuh ditanah
ditambah satu langkah, bersamaanlangkah berikutnya tangan kanan
melaksanakan penghormatan dengan kepala dipalingkan dan pandangan
5mata diarahkan kepada yang diberi hormat sampai 45°, banjar kanan tetap
melihat kedepan untuk memelihara arah
TEGAK dengan aba-aba “TEGAK = GERAK”. Aba-aba pelaksanaan
diberikan pada waktu kaki kanan jatuh ditanah ditambah satu langkah,
bersamaan langkah berikutnya tangan kanan diayunkan kebelakang 30°,
selanjutnya melaksanakan langkah defile sampai aba-aba langkah biasa.
29

b. Dengan bersenjata popor lipat.


1) Gerakan hormat kanan/kiri. Aba-aba :HORMAT KANAN = GERAK.
2) Pelaksanaan : Gerakan ini dilakukan pada waktu barisan
berjalan dengan langkah tegap.
Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan jatuh ditanah
ditambah satu langkah, bersamaan langkah berikutnya tangan kanan
melaksanakan penghormatan dengan kepala dipalingkan dan pandangan
mata diarahkan kepada yang diberi hormat sampai 45°, banjar kanan tetap
melihat kedepan untuk memelihara arah.
TEGAK dengan aba-aba “TEGAK = GERAK”. Aba-aba pelaksanaan
diberikan pada waktu kaki kanan jatuh ditanah ditambah satu langkah,
bersamaan langkah berikutnya tangan kanan diayunkan kebelakang 30°,
selanjutnya melaksanakan langkah defile sampai aba-aba langkah biasa.

c. Hormat Kanan saat Defile


1) Setelah mengambil Langkah Tegap, pada Aba-aba peringatan
"HORMAT KANAN/KIRI.... bendera penjuru diangkat dengan tangan kanan,
lengan kanan bawah tegak lurus keatas, ditekuk pada sikunya telunjuk jari
kanan lurus keatas disamping kanan tiang bendera ketiak kanan tetap
merapat/tidak terbuka, posisi bendera penjuru tegak lurus keatas, bersamaan
dengan itu tangan kiri melintang didepan dada punggung lengan menghadap
kedepan membentuk sudut kurang lebih 90 derajat dengan lengan kanan.
2) Aba - aba pelaksanaan "GERAK" jatuh pada kaki kanan, bersamaan
dengan jatuhnya kaki kiri tangan kanan/bendera penjuru diangkat lurus
keatas sehingga tangan kanan betul-betul lurus sempurna tangan kiri
menyesuaikan pemegangannya.
3) Bersamaan dengan jatuhnya kaki kanan tangan kanan/bendera
penjuru dikibaskan hingga tangan kanan/bendera penjuru mendatar
lurus/horizontal ke depan punggung tangan kanan menghadap keatas,
telunjuk jari kanan tetap lurus ke depan menempel pada tiang bendera.
Pandangan tetap lurus ke depan.
4) Pelaksanaan TEGAK:
a) Aba-aba pelaksanaan "TEGAK .... GERAK" jatuh pada kaki
kanan, kemudian bersamaan dengan jatuhnya kaki kiri tangan
kanan/bendera penjuru diangkat tegak lurus keatas tangan kanan
lurus sempurna, tangan kiri menyesuaikan.
b) Bersamaan dengan jatruhnya kaki kanan, bendera penjuru
dibawa turun tegak lurus ke samping badan oleh tangan bersamaan
dengan itu tangan kiri menangkap tiang benderapada posisi sedikit
diatas tangan kanan.
c) Pada jatuhnya kaki kiri, bendera penjuru dihentakkan turun
merapat di samping dengan kedua tangan, dan selanjutnya
menyesuakan pembawaan bendera dalam kondisi langkah tegap.
d) Selanjutnya diberikan aba-aba langkah biasa “LANGKAH
BIASA... JALAN”, aba-aba pelaksanaan “JALAN” jatuh pada kaki kiri.
30

6. Macam-macam penghormatan lainnya saat Defile.

a) Penghormatan saat Defile di atas kendaraan.

1) Penghormatan Berkendaraan Roda 2 dan 3. Penghormatan


Berkendaraan Roda 2 dan 3 dalam keadaan berjalan saat Defile,
dilaksanakan sebagai berikut:
a) Dari sikap duduk di atas kendaraan, mengurangi kecepatan.
b) Melaksanakan penghormatandengan cara hormat kepala.
c) Setelah mendapat balasan, kembali ke sikap semula.

2) Penghormatan Berkendaraan Roda 4 atau Lebih saat Defile:

a) Penghormatan Berkendaraan Roda 4 atau lebih terhadap


setiap atasan dilaksanakan sebagai berikut:
(1) Dari sikap duduk didalam kendaraan, mengurangi
kecepatan.
(2) Melaksanakan penghormatan perorangan dengan cara
hormat tangan.
(3) Setelah mendapat balasan, kembali ke sikap semula.

b) Apabila di dalam kendaraan terdapat lebih dari satu orang,


maka Penghormatan sebagaimana dilakukan oleh yang tertua.

b) Penghormatan saat defile di atas kuda. Penghormatan saat menunggang


kuda terhadap Irup dilaksanakan sebagai berikut:
1) Dari sikap duduk di atas kuda, mengurangi kecepatan.
2) Melaksanakan penghormatan dengan cara hormat tangan.
3) Kedua kaki bertumpu pada sanggurdi (pijakan kaki).
4) Setelah mendapat balasan, kembali ke sikap semula.

c) Penghormatan Kepada Lambang Kesatuan saat Defile. Irup


memberikan penghormatan kepada lambang kesatuan pada saat melintas di
depannya.

Anda mungkin juga menyukai