I. KEGIATAN PARADE
1. Sikap Istirahat.
2) Senjata dikalungkan.
a) Ketentuan umum dalam istirahat sebagai berikut:
b) Sikap istirahat diawali dari sikap sempurna.
c) Aba-aba dalam sikap istirahat senjata di samping badan
adalah:
(1) “ISTIRAHAT DI TEMPAT = GERAK”.
(2) “UNTUK PERHATIAN, ISTIRAHAT DITEMPAT =
GERAK”.
(3) “PARADE, ISTIRAHAT DITEMPAT = GERAK”.
d) Untuk gerakan istirahat perhatian, kepala dan pandangan
mataditujukan kepada yang memberikan perhatian maksimal 45º.
e) Khusus gerakan istirahat parade, pasukan upacara
melaksanakan istirahat di tempat dengan pandangan lurus ke depan
mulai dari awal sampai akhir amanat.
f) Pelaksanaan sikap istirahat posisi berdiri diatur dengan
ketentuan sebagai berikut:
(1) Kaki kiri dipindahkan kesamping kiri, dengan jarak
selebar bahu.
(2) tangan kiri dibawa kebelakangtangan kanan memengang
hulu popor.
(3) Pandangan mata tetap lurus ke depan.
3
2. Sikap sempurna.
a. Ketentuan umum dalam sikap sempurna sebagai berikut:
1) Sikap sempurna diawali dari sikap istirahat.
2) Aba-aba dalam sikap sempurna terdiri atas.
a) Pada posisi berdiri “SIAP = GERAK”.
b) Pada posisi duduk “DUDUK SIAP = GERAK”.
b. Pelaksanaan sikap sempurna posisi berdiri diatur dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) Sikap berdiri badan tegak.
2) Kedua tumit rapat dengan kedua telapak kaki membentuk sudut 45o.
3) Lutut lurus dan paha dirapatkan, tumpuan berat badan dibagi atas
kedua kaki.
4) Perut ditarik dan dada dibusungkan.
5) Pundak ditarik sedikit kebelakang dan tidak dinaikkan.
6) Kedua tangan lurus dan rapat disamping badan, pergelangan tangan
lurus, jari-jari tangan menggenggam tidak terpaksa dirapatkan pada paha.
7) Punggung ibu jari menghadap kedepan merapat pada jahitan celana.
8) Leher lurus, dagu ditarik sedikit ke belakang.
9) Mulut ditutup, pandangan mata lurus mendatar kedepan, bernapas
sewajarnya.
a. Menghunus pedang.
1) Aba-aba: “HUNUS PEDANG = GERAK”.
2) Pelaksanaan:
a) Pada aba-aba peringatan tangan kiri dipindahkan memegang
sarung pedang ± 10 cm di bawah cincin sarung pedang, jari-jari rapat,
buku-buku jari menghadap ke depan. Tangan kanan menarik pedang
ke luar selebar telapak tangan.
b) Pada aba-aba pelaksanaan, tangan kanan menghunus pedang
serong ke atas agak ke depan (± 15º), sehingga lengan lurus satu
garis dengan pedang. Mata pedang menghadap ke belakang.
c) Pedang dibawa tegak lurus di atas ke depan dagu sehingga
genggaman tangan kanan berada lebih kurang satu kepal di depan
dagu, mata pedang menghadap ke kiri.
d) Punggung pedang diletakan di atas bahu kanan dengan tangan
agar lurus diajukan ke depan dan setinggi bahu kanan.
e) Genggaman tangan kanan dipindahkan ditulang pinggang
kanan, siku-siku ke belakang dengan tidak terpaksa (wajar) dan
tangan kiri kembali ke sikap sempurna. Kedua gerakan ini dilakukan
dalam satu hitungan.
b. Menyarungkan pedang.
1) Aba-aba: “SARUNGKAN PEDANG = GERAK”.
2) Pelaksanaan:
(1) Pada aba-aba peringatan, tangan kanan mengangkat pedang
ke atas hingga genggaman tangan berada satu kepal di depan dagu .
Mata pedang menghadap ke kiri, siku rapat pada badan, pedang tegak
lurus ke atas.
(2) Bersamaan dengan itu tangan kiri memegang sarung
pedang.Tangan kanan diputar hingga siku terangkat ke atas, ujung
pedang menuju ke arah mulut sarung pedang. Mata pedang menuju
serong ke depan, pedang dimasukan ke dalam sarung pedang, hingga
tinggal satu kelebaran tangan.
(3) Pada aba-aba pelaksanaan, tangan kanan menekan pedang ke
dalam sarung pedang selanjutnya tangan kanan melepaskan tali
pedang kemudian kembali ke sikap sempurna.
4. Langkah Tegap.
a. Aba-aba:“LANGKAH TEGAP MAJU = JALAN.”.
b. Pelaksanaan:
7
5. Periksa kerapihan.
b. Tanpa Senjata.
1) Periksa kerapihan biasa.
a) Setelah aba – aba peringatan “PERIKSA KERAPIHAN”,
mengambil sikap sempurna.
b) Setelah aba-aba pelaksanaa “MULAI”,badan dibungkukkan
900, kedua kaki lurus, kedua tangan merapihkan dari bagian
bawah secara berurutan.
c) Dimulai dari kaki kiri dan kaki kanan (bagian tali sepatu/celana
bagian bawah).
d) Dilanjutkan merapihkan saku celana bagian lutut sebelah kiri
dan kanan (bila menggunakan PDL).
e) Berikutnya menarik ujung baju bagian bawah depan.
f) Menarik ujung baju bagian bawah belakang.
g) Merapihkan lidah/tutup saku dada bagian kiri dan kanan.
h) Merapihkan kerah baju bagian kiri dan kanan.
i) Membetulkan tutup kepala (topi/baret).
j) Selanjutnya tangan kembali ke sikap sempurna.
k) Setelah ada aba-aba pelaksanaan “SELESAI” kembali ke
sikap istirahat.
c) Pelaksanaan:
1) Setelah aba-aba peringatan mengambil sikapsempurna.
2) Pada saat aba-aba pelaksanaan pasukan
denganserentak membungkukkan badan 90º,tangan
kirimenepuk kaki kiri dan kaki kanan bagian bawah (dari bawah
lutut) kearah bawah secara berurutan.
3) Dilanjutkan menepuk saku celana bagian lutut sebelah
kiri dan kanan (bila menggunakan PDL).
4) Berikutnya memegang/menarik ujung baju bagianbawah
depan dan menegakkan badan, pandangan lurus kedepan.
5) Menepuk ujung baju bagian bawah belakang.
6) Menepuk lidah/tutup saku dada bagian kiri dankanan.
7) Menepuk/merapikan kerah baju bagian kiri dan kanan
diikuti dengan pandangn mata.
8) Membetulkan tutup kepala (topi/baret).
9) Selanjutnya tangan kembali ke sikap sempurna.
10) Setelah ada aba-aba pelaksanaan “SELESAI” kembali
ke sikap istirahat.
d. Senjata dikalungkan
6. Penghormatan.
b. Penghormatan bersenjata.
1) Hormat senjata laras panjang popor tetap posisi senjata
disamping badan, dilaksanakan sebagai berikut:
a) Aba-aba:“ HORMAT SENJATA = GERAK”.
b) Pelaksanaan:
11
7. Pasang/lepas sangkur.
1) Siapkan sangkur.
a) Dari sikap sempurna tergantung di kopel sebelah kiri badan.
b) Aba- aba: “SIAPKAN SANGKUR = GERAK”.
c) Pelaksanaan:
(1) Setelah aba-aba peringatan kepala menengok ke arah
sangkur bersamaan tangan kiri menepuk tangkai sangkur,
tangan kiri membuka kancing sangkur, tali kancing sangkur
dilipat ke balik tali sarung sangkur, selanjutnya kelima jari
tangan kiri rapat menempel tangkai sangkur dengan siku
membentuk sudut 45º.
(2) Pada aba-aba "GERAK" tangan kiri dan kepala
kembali membentuk sikap sempurna.
2) Kancingkan sangkur.
a) Dari sikap sempurna tergantung di kopel sebelah kiri badan.
b) Aba-aba: “KANCINGKAN SANGKUR = GERAK”.
c) Pelaksanaan:
(1) Setelah aba-aba peringatan, tangan kiri menepuk
tangkai sangkur diikuti pandangan mata senjata tetap di
samping badan.
(2) Tangan kiri mengunci kancing sangkur, ke empat jari
rapat dengan ibu jari siap menekan kancing sangkur, siku
membentuk sudut 45º.
(3) Pada aba-aba "GERAK" ibu jari tangan kiri menekan
kancing sangkur .
14
a. Menghunus pedang.
16
b. Menyarungkan pedang.
1) Aba-aba: “SARUNGKAN PEDANG = GERAK”.
2) Pelaksanaan:
a) Pada aba-aba peringatan, tangan kanan mengangkat pedang
ke atas hingga genggaman tangan berada satu kepal di depan dagu .
Mata pedang menghadap ke kiri, siku rapat pada badan, pedang tegak
lurus ke atas.
b) Bersamaan dengan itu tangan kiri memegang sarung
pedang.Tangan kanan diputar hingga siku terangkat ke atas, ujung
pedang menuju ke arah mulut sarung pedang. Mata pedang menuju
serong ke depan, pedang dimasukan ke dalam sarung pedang, hingga
tinggal satu kelebaran tangan.
c) Pada aba-aba pelaksanaan, tangan kanan menekan pedang ke
dalam sarung pedang selanjutnya tangan kanan melepaskan tali
pedang kemudian kembali ke sikap sempurna.
d. Sikap sempurna.
1) Sikap sempurna dengan pedang tidak terhunus.
a) Aba-aba: “SIAP = GERAK”.
b) Pelaksanaan:
(1) Badan berdiri tegap.
(2) Kedua tumit rapat dengan kedua telapak kaki
membentuk sudut 45o.
(3) Lutut lurus dan paha dirapatkan, tumpuan berat badan
dibagi atas kedua kaki.
17
a. Sikap sempurna.
1) Aba-aba: “SIAP = GERAK”.
20
2) Pelaksanaan:
a) Pada aba-aba peringatan tangan kanan
dipindahkan/diluncurkan ke bawah kira-kira 1 atau 2 lebaran tangan.
b) Pada aba-aba pelaksanaan, mengambil/melakukan sikap
sempurna, tiang bendera penjuru rapat pada badan dipegang tangan
kanan seperti memegang senapan jari-jari rapat.
b. Istirahat di tempat.
1) Aba-aba: “ISTIRAHAT DITEMPAT = GERAK”.
2) Pelaksanaan:
a) Pada aba-aba peringatan tangan kanan
dipindahkan/diluncurkan ke atas ± 1 atau 2 lebar tangan.
b) Pada aba-aba pelakanaan dilakukan gerakan seperti istirahat
bersenjata senapan.
1) Langkah biasa
a) Dari sikap sempurna ke langkah biasa.
b) Aba-aba: “MAJU = JALAN”.
c) Pelaksanaan:
(1) Pada aba-aba peringatan:”MAJU”.
(a) Tiang bendera penjuru diangkat oleh tangan
kanan setinggi ± 10 cm, bersamaan dengan itu diterima
oleh tangan kiri diatas tangan kanan.
(b) Tangan kiri membentuk sudut ± 90º.
(c) Selanjutnya tangan kanan diturunkan dan
memegang tiang bendera, punggung tangan kanan
menghadap ke depan telunjuk tangan kanan lurus ke
bawah merapat tiang bendera.
(d) Tangan kiri kembali dalam sikap sempurna.
(2) Pada aba-aba pelaksanaan:”JALAN”.
a) Kaki kiri diajukan ke depan, lutut lurus satu tapak
kaki diangkat rata sejajar dengan tanah setinggi kurang
lebih 20 cm, kemudian dihentakkan ketanah dengan
jarak 1 langkah, dan selanjutnya berjalan dengan
langkah biasa.
b) Tangan kanan tidak melenggang.
2) Berhenti.
a) Dari langkah biasa.
b) Aba-aba: “HENTI = GERAK”.
c) Pelaksanaan:
(1) Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki
kanan/kiri jatuh di tanah ditambah satu langkah, selanjutnya kaki
21
b. Memegang senjata.
1) Dari sikap sempurna.
2) Aba-aba:
a) “SENJATA DITANGAN = MULAI”.
b) "SELESAI" (Diucapkan setelah rangkaian kegiatan selesai)
3) Pelaksanaan:
a) Setelah aba-aba pelaksanaan "MULAI", kaki kiri majusatu
langkah ke depan dengan dihentakkan.
b) Melaksanakan sikap berlutut, lutut kaki kanan menyentuh ke
tanah, tangan kanan memegang penuh senjata pada bagian
lade atas.
c) Setelah senjata dipegang, maka Komandan/ Pemimpin
pasukan memberikan aba-aba "SELESAI".
d) Secara bersamaan badan berdiri, senjata dibawa ke samping
badan, membentuk sikap sempurna.
2. Pelaksanaan Defile.
a. Dalam hal pelaksanaan defile, setelah pasukan tersusun dalam formasi defile
dan Irup telah menempatkan diri di mimbar defile, komandan defile menghadap Irup
dan menyampaikan penghormatan kemudian laporan: “LAPOR, DEFILE SIAP
DIMULAI”. Setelah Irup memerintahkan: “KERJAKAN”, komandan defile
mengulangi: “KERJAKAN”, kemudian balik kanan kembali ke pasukan untuk
memimpin pelaksanaan defile.
b. Yang berada di mimbar defile hanya Irup, sedangkan yang lainnya yang
berhak menerima penghormatan menempatkan diri di kiri dan kanan mimbar defile.
Apabila yang bertindak sebagai Irup adalah Kas Angkatan ke atas, maka yang
berada di mimbar defile dapat lebih dari satu orang sesuai dengan maksud dan
tujuan upacara.
c. Setelah diberikan aba-aba oleh Komandan Defile, pasukan bergerak dengan
ketentuan sebagai berikut:
1) Pada dasarnya pasukan bergerak dengan urutan sebagai berikut:
Satsik bergerak paling depan diikuti oleh kelompok lambang-lambang
kesatuan, kemudian dilanjutkan dengan pasukan. Khusus untuk Satsik atau
unit drum bandyang akan bertugas sebagai musik pengiring defile, dapat
mengikuti sebagai bagian dari pasukan defile atau langsung mendahului ke
tempat yang disiapkan untuk mengiringi defile di depan mimbar defile,
(mimbar upacara dapat digunakan sebagai mimbar defile atau disiapkan
mimbar defile tersendiri sesuai dengan kebutuhan/keadaan lapangan).
2) Satsik.
26
3. Langkah Biasa.
a. Dari sikap sempurna.
b. Aba-aba:“MAJU = JALAN”.
c. Pelaksanaan.
1) Langkah pertama kaki kiri dihentakkan, kaki lurus, telapak kaki
diangkat ± 20 cm, bersamaan itu lengan kanan dilenggangkan lurus
ke depan membentuk sudut 90º sejajar dengan bahu, punggung ibu
jari menghadap ke atas, lengan kiri dilenggangkan ke belakang
dengan sudut 30º.
2) Langkah selanjutnya dilakukan secara bergantian, kaki kanan
dilangkahkan ke depan, telapak kaki diangkat ± 20 cm, bersamaan itu
tangan kiri dilenggangkan lurus ke depan membentuk sudut 45º,
punggung ibu jari menghadap ke atas, tangan kanan dilenggangkan
ke belakang dengan sudut 30º.
4. Langkah Defile.
28
.
a. Tanpa senjata.
1) Dari berjalan langkah biasa.
2) Aba-aba:“LANGKAH DEFILE = JALAN”.
3) Pelaksanaan.
(1) Dari langkah biasa jatuh pada kaki kiri ditambah satu langkah
kaki kiri dihentakkan, lutut lurus, , kaki diangkat ± 20 cmtelapak
kaki menghadap kedepan,bersamaan itu lengan kanan
dilenggangkan lurus ke depan membentuk sudut 90º sejajar
dengan bahu, punggung ibu jari menghadap ke atas, lengan
kiri dilenggangkan ke belakang dengan sudut 30º.
(2) Langkah selanjutnya dilakukan secara bergantian, kaki kanan
dihentakkan, lutut lurus, kaki diangkat ± 20 cmtelapak kaki
menghadap kedepan, bersamaan itu lengan kiri dilenggangkan
lurus ke depan membentuk
sudut 90º sejajar dengan bahu, punggung ibu jari menghadap
ke atas, lengan kiri dilenggangkan ke belakang dengan sudut
30º.
a. Tanpa Senjata
1) Gerakan hormat kanan. Aba-aba :HORMAT KANAN = GERAK.
2) Pelaksanaan: Gerakan ini dilakukan pada waktu barisan berjalan
dengan langkah tegap.
Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan jatuh ditanah
ditambah satu langkah, bersamaanlangkah berikutnya tangan kanan
melaksanakan penghormatan dengan kepala dipalingkan dan pandangan
5mata diarahkan kepada yang diberi hormat sampai 45°, banjar kanan tetap
melihat kedepan untuk memelihara arah
TEGAK dengan aba-aba “TEGAK = GERAK”. Aba-aba pelaksanaan
diberikan pada waktu kaki kanan jatuh ditanah ditambah satu langkah,
bersamaan langkah berikutnya tangan kanan diayunkan kebelakang 30°,
selanjutnya melaksanakan langkah defile sampai aba-aba langkah biasa.
29