Anda di halaman 1dari 26

No.

Dokumen:

DOKUMEN RANCANGAN 19DRP.SM.A7-16516


PENGEMBANGAN PRODUK
ATROFAT® OPHTHALMIC Tanggal Pengesahan:

Laboratorium Farmasetika
Fakultas Farmasi
OINTMENT
Universitas Hasanuddin

Disusun Oleh

ForDev Scientist PackDev Scientist

Ririn Priska Winata Nur Rahmi


N111 16 516 N111 16 332

ProsDev Scientist AnDev Scientist

Azhari Johar Mathar Dini Rusdayanti Ade Irma Sudirman


N111 16 045 N111 15 318 N111 16 036

Diseujui Oleh

Asisten Dosen Instruktur Laboratorium

Nasha Al Sakinah Achmad Himawan

PT. DAR7A Farma


Makassar-Indonesia
Atrofat® Ophthalmic Ointment, 1%/3,5 g, 19DRP.SM.A7-16516

Bagian 1 Identitas Produk

No. Item Uraian

1 Nama Produsen PT. DAR7A Farma

2 Nama Produk Atrofat® Opthalmic Ointment

3 Kandungan Bahan Aktif Atropin Sulfat

4 Kekuatan Sediaan 1%

5 Nomor Registrasi DKL 1900700130 A1


Untuk menimbulkan midriasis pada kondisi tertentu,
6 Indikasi Sediaan mengobati siklopegia (hilangnya kemampuan melihat jarak
dekat), dan untuk mengobati infeksi atau inflamasi
7 Golongan Obat Obat Keras

Bagian 2 Quality Target Product Profile (QTPP)

No. Elemen QTPP Target Justifikasi

1 Bentuk Sediaan Semi padat Berdasarkan acuan Farmakope


Indonesia ada beberapa bentuk sediaan
2 Desain sediaan Salep obat mata yaitu salep mata
Menghasilkan sediaan yang mengobati
3 Rute Pemberian Topikal
miosis dan siklopegia pada mata
Untuk menghasilkan sediaan yang
4 Kekuatan Sediaan 1% memiliki dosis tepat dalam mengobati
miosis dan siklopegia pada mata
Atropine sulfat segera
diabsorpsi secara
transkonjungtiva dan
didistribusikan melewati
5 Farmakokinetika Berdasarkan acuan dari pustaka
mata dengan konsentrasi
tertinggi terdapat pada
kornea dan vitreous dan
aqueous humor.
Untuk menghasilkan sediaan yang stabil
6 Stabilitas 2 tahun sehingga dapat bertahan selama masa
penyimpanan
Untuk menghasilkan sediaan yang
7 Wadah Primer Tube aluminium
mudah untuk digunakan

Paraf &
Inisial Halaman2dari26
Atrofat® Ophthalmic Ointment, 1%/3,5 g, 19DRP.SM.A7-16516

Bagian 3 Quality Attribute (Drug Product)

No. Quality Attribute Target Justifikasi


Pemerian Salep Berdasarkan acuan Farmakope Indonesia
Bau Tidak berbau Untuk menghasilkan sediaan dengan
Warna Putih bau, warna, dan rasa yang dapat diterima
Atribut
1 Rasa Tidak berasa oleh pasien
Fisik
Untuk menghasilkan sediaan dengan
Bobot 3,5 g volume yang sesuai dengan yang
diinginkan
Sediaan salep mata harus melalui uji
2 Sterilitas Steril
sterilitas
Jika 1 jumlah partikel dari
10 tube tidak lebih dari 50
Bahan asing dan
3 partikel dan jika tidak lebih Sesuai yang tertera pada FI V
partikel
dari 1 tube maka
mengandung 8 partikel
Ukuran partikel dan
4 berkisar 50-100 µm Sesuai dengan yang telah ditetapkan
distribusi partikel
5 Kandungan pengawet Tidak kurang dari 20% Sesuai yang tertera di USP 39
Jika 1 jumlah partikel dari
10 tube tidak lebih dari 50
6 Partikel logam partikel dan jika tidak lebih Sesuai dengan yang telah ditetapkan
dari 1 tube maka
mengandung 8 partikel
Umumnya digunakan pada sediaan salep
7 Integritas Wadah Aluminium
mata
Keseragaman
8 Tidak ≤ 98,5% dan ≥ 101,0% Sesuai dengan FI V
kandungan
Rata-rata isi dari 10
kontainer tidak kurang dari
jumlah yang diberi pada
label, dan konten bersih
dari setiap wadah tunggal
adalah tidak kurang dari
9 Minimum Fill Sesuai yang tertera di USP 39
90% dari jumlah berlabel
adalah 60 g atau 60 ml atau
kurang dari 95% dari yang
berlabel jumlah dimana
jumlah berlabel lebih dari
60 g atau 60 ml.
Hasil berada dalam kisaran
pengujian produk, dan RSD
Keseragaman dalam tidak lebih dari 6% atau
10 Sesuai yang tertera di USP 39
wadah sebagaimana ditentukan
dalam spesifikasi dalam
monografi
Sesuai dengan yang tertera pada pdf
11 Viskositas 300.000-1.000.000 cps
dispers sistem
12 Kandungan antioksidan Klorobutanol 0,5% Sesuai dengan formula yang digunakan

13 pH 4,5-6,2 dibuat sama dengan pH pada cairan mata

Paraf &
Inisial Halaman3dari26
Atrofat® Ophthalmic Ointment, 1%/3,5 g, 19DRP.SM.A7-16516

Bagian 4 Rancangan Formula

Tiap 3,5 g sediaan mengandung

Atropin Sulfat 1%
Lanolin Anhidat 10%
Parafin Cair 10%
Klorobutanol 0,5%
Alfa-tokoferol 0,001%
Air Steril untuk Injeksi 0,07 ml
Vaselin Putih ad 100%

Bagian 5 Dasar Formulasi

A. Dasar Pembuatan Sediaan


1. Formulasi sediaan yang diberikan secara lokal pada mata baik melalui konjugtiva atau
kelopak mata digunakan untuk mengobati kelainan secara lokal seperti glaukoma. Jenis-
jenis sediaan terdiri atas larutan, suspensi, dan salep. Aplikasi sediaan optalmik
memungkinkan agen terapeutik bekerja secara langsung pada mata sehingga
memungkinkan obat bekerja lebih efektif dibandingkan diberikan secara oral. Selain itu
sediaan memiiki efek samping yang lebih rendah dan pemberian yang lebih mudah pada
pasien (1: 135-136)
2. Tidak dibuat dalam bentuk suspensi karena bersifat tidak stabil sehingga diperlukan
kemampuan khusus untuk memformulasi sediaan suspensi, dapat terjadi sedimentasi,
adanya interaksi antara partikel-partikel dan membentuk caking. (1: 26-27)
3. Sediaan optalmik atropin sulfat dalam bentuk larutan menyebabkan efek samping sistemik
yang lebih besar bagi anak-anak dibandingkan dalam bentuk salep mata sehingga
penggunaan salep mata sangat populer baik untuk anak-anak maupun pasien
pascaoperasi (4: 15009, 2:857)
4. Sediaan salep mata memiliki durasi kontak dengan permukaan mata yang lebih lama
sehingga dapat meningkatkan absorpsi ke dalam jaringan okular dan dihasilkan
bioavailabilitas dari obat yang jauh lebih tinggi (5: 285, 2:857)
5. Sediaan salep mata menggunakan basis yang sesuai (contohnya vaselin) akan menurunkan
tingkat iritasi pada mata. Basis salep akan memungkinkan difusi obat ke dalam cairan mata
serta mempertahankan aktivitasnya dalam waktu tertentu (3: 962, 8: 48)

B. Dasar Pemilihan Bahan Aktif dan Kekuatan Sediaan


1. Salep mata umumnya mengandung bahan obat yang digunakan untuk mengobati inflamasi
atau infeksi pada mata. Atropin sulfat konsentrasi 1% sebagai antimuskarinik juga dapat
menimbulkan midriasis atau dilatasi pada pupil dan sikloplegia (hilangnya kemampuan
melihat jarak dekat) serta mengatasi inflamasi pada iris. Konsentrasi ini dapat digunakan
baik anak-anak maupun dewasa. (1: 148, 4: 15008)
2. Atropin sulfat memiliki onset yang lebih kecil saat bekerja sebagai agen midriasis dan
sikloplegia serta waktu kerja yang lebih lama daripada obat golongan antikolinergik
lainnya. Otot konstriktor pupilari tergantung pada aktivasi kolinoseptor muskarinik. Saat
aktivasi reseptor muskarinik dihambat oleh atropin sulfat maka akan menghasilkan

Paraf &
Inisial Halaman4dari26
Atrofat® Ophthalmic Ointment, 1%/3,5 g, 19DRP.SM.A7-16516

aktivitas dilator simpatis dan midriasis, kemudian peran penting kedua dari obat
antimuskarinik adalah melemahkan kontraksi dari otot siliaris atau sikloplegia (4: 15010, 9:
118)
3. Tidak digunakan atropin base karena kelarutan atropin dalam air yang sangat buruk yaitu
sangat sukar larut dalam air sehingga digunakan dalam bentuk garamnya yaitu atropin
sulfat yang menjadi sangat mudah larut dalam air (6: 1219)
4. Atropin sulfat dalam formulasi sediaan mata digunakan pada konsentrasi 0,5-1% yang
dapat digunakan baik untuk anak-anak berusia hingga 12 tahun dan untuk orang dewasa,
sebagai pengobatan mata yang mengalami inflamasi (6: 1220)
5. Atropin biasanya dipakai dengan kekuatan 0,5-1% yang cukup untuk menyebabkan
midriasis selama beberapa hari sampai seminggu (24: 59)

C. Dasar Pemilihan Bahan Tambahan


Vaseline putih
1. Salep yang mengandung basis petrolatum (vaseline) atau minyak mineral sangat bagus
untuk sistem penghantaran obat yang berefek sikloplegia seperti atropin sulfat (10:
1779)
2. Basis vaseline memiliki potensi iritasi yang lebih rendah dibandingkan dengan basis
yang lainnya. Vaseline putih adalah vaseline (kuning) yang telah dihilangkan warnanya.
Tujuan penggunaannya sama dengan vaseline kuning tapi secara estetika, vaseline
putih lebih diterima oleh pasien daripada vaseline kuning karena warnanya yang lebih
cerah (3:962, 3258)
3. Vaseline putih memiliki sifat seperti vaseline kuning tapi lebih disukai karena tidak
memiliki warna sehingga digunakan vaseline putih. Beberapa sediaan farmasi
termasuk sediaan optalmik sebaiknya tidak berwarna atau tidak mengandung bahan
tambahan pewarna (2: 1077, 5: 138)
4. Vaseline putih juga termasuk dalam salep yang digunakan sebagai lubrikan sediaan
optalmik dan salah satu kegunaannya cocok untuk mata kering (6: 2031)

Parafin cair
1. Parafin cair digunakan sebagai bahan tambahan utama dalam sediaan farmasetik topikal
karena sifat emoliennya dimanfaatkan sebagai basis salep. Pada sediaan optalmik, parafin
digunakan karena efeknya yang melembabkan serta cocok untuk disterilkan dengan
metode panas kering (7: 445-446)
2. Basis suatu salep tidak boleh menyebabkan iritasi pada mata dan harus memungkinkan
difusi zat obat melalui sekresi yang membasahi mata. Basis salep untuk sediaan optalmik
harus memilki titik leleh yang mendekati temperatur tubuh, baik untuk kenyamanan
pasien maupun pelepasan obat. Basis berupa campuran vaselin dan parafin cair sangat
sering digunakan sebagai basis salep mata baik untuk tujuan pengobatan maupun bukan
tujuan pengobatan (5: 285-286)
3. Salep yang mengandung campuran vaselin dan parafin cair banyak digunakan karena
memiliki banyak keuntungan seperti efek emolien yang sangat baik untuk pengobatan
mata kering dan mencegah meningkatnya penguapan air mata. Keuntungan lain dari
Vaselin putih dan parafin cair yang dikombinasikan adalah untuk meningkatkan/mencapai
viskositas salep yang diinginkan (2: 866, 1: 79)

Paraf &
Inisial Halaman5dari26
Atrofat® Ophthalmic Ointment, 1%/3,5 g, 19DRP.SM.A7-16516

Lanolin anhidrat
1. Sediaan salep yang mengandung vaseline dan parafin sebagai basis utama biasanya
ditambahkan lanolin agar basis dapat bercampur dengan air. Perbandingan dari basis-basis
ini dapat divariasikan untuk mencapai konsistensi dan suhu lebur yang diinginkan. Lanoline
juga dapat meningkatkan absorpsi bahan aktif dan konsistensi yang seragam walaupun
dibawah kondisi klimatik (2: 866, 1078)
2. Lanolin yang digunakan dalam konsentrasi 5-10% pada formulasi sediaan topikal berperan
sebagai pembawa hidrofobik. Saat dikombinasikan dengan minyak nabati atau vaseline,
akan dihasilkan efek emolien yang dapat berpenetrasi ke dalam kulit dan membantu
absorpsi dari bahan aktif (1: 80-81, 7: 378-380)
3. Basis serap seperti lanolin anhidrat berguna sebagai bahan tambahan dalam formulasi
untuk menggabungkan sedikit volume dari bahan obat bentuk larutan ke dalam basis
hidrokarbon (vaseline). Hal ini dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mencampurkan
larutan tersebut ke dalam basis serap lalu kemudian campuran ini ditambahkan lagi ke
dalam basis hidrokarbon. Lanolin anhidrat mengandung air tidak lebih dari 0,25% (5: 273)

Klorobutanol
1. Pengawet pada suatu sediaan mata harus memiliki efek mengiritasi yang sangat rendah,
contohnya yaitu klorobutanol, benzalkonium klorida yang sangat sering digunakan pada
sediaan mata (5: 141)
2. Pengawet pertama yang direkomendasikan pada sediaan salep mata adalah klorobutanol.
Klorobutanol dinyatakan memiliki spektrum luas karena mampu menghambat bakteri gram
positif dan gram negatif khususnya mikroba P.aeruginosa yang sama sekali tidak boleh ada
dalam sediaan mata. (2: 864-866)
3. Tidak digunakan pengawet benzalkonium klorida karena beberapa bakteri khususnya
bakteri patogen terhadap mata yaitu P.aeruginosa ditemukan telah resisten terhadap
pengawet ini (1:144)

Alfa-tokoferol
1. Beberapa bahan tambahan yang mudah teroksidasi seperti parafin membutuhkan
antioksidan yang sesuai untuk mengatasi terjadinya oksidasi seperti BHT, BHA, dan alfa
tokoferol (7: 446)
2. Adanya bahan petrolatum (vaseline) yang merupakan basis hidrokarbon dapat distabilisasi
menggunakan alfa tokoferol (11: 341-342)
3. Alfa tokoferol adalah zat yang bersifat sangat lipofilik sehingga cocok untuk basis
hidrokarbon seperti vaselin. Dibandingkan dengan antioksidan lainnya, tidak digunakan
antioksidan BHA maupun BHT karena dapat mengiritasi mata sehingga tidak cocok untuk
sediaan optalmik (7: 31, 74, 76)

D. Dasar Pemilihan Bahan Kemas Primer


1. Sediaan topikal seperti untuk mata, hidung, rektal dan juga vaginal selalu menggunakan
tube atau syringe, untuk salep mata biasanya digunakan tube aluminium kecil dengan
volume 3,5 g (5: 280)
2. Pada USP, disarankan untuk salep mata harus dikemas dalam tabung salep yang dapat
dilipat. Tabung ini memiliki ujung yang sempit yang memudahkan aplikasi salep yang
sempit ke mata (5: 287)
3. Jika menggunakan tube aluminium maka akan lebih hemat dan juga ringan serta
memberikan daya tarik seperti timah namun biayanya lebih rendah (12 : 1436)

Paraf &
Inisial Halaman6dari26
Atrofat® Ophthalmic Ointment, 1%/3,5 g, 19DRP.SM.A7-16516

4. Tube aluminium lebih sering digunakan dibandingkan dengan timah bukan hanya karena
harganya yang lebih murah, tetapi juga karena mampu bertahan pada suhu panah (2:
1036)

E. Dasar Pemilihan Metode Sterilisasi


1. Sterilisasi akhir pada salep sulit dilakukan mengingat viskositasnya yang relatif tinggi dan
hanya dapat dilakukan pada suhu tertentu, sehingga salep biasanya diproduksi dan
dikemas dalam kondisi aseptik. Komponen dari basis biasanya disiapkan dalam tong
pencampur tertutup dimana dapat diberikan pemanasan yang bertujuan membantu
peleburan dan pencampuran dari bahan, serta yang paling penting untuk mensterilkan
dasar salep. Bahan aktif steril kemudian dapat ditambahkan ke basis steril dan dicampur
sampai homogen. Pengisian salep ke dalam wadah akhir dilakukan pada kondisi aseptik (1:
150).
2. Sediaan salep mata dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik
yang ketat serta memenuhi syarat Uji Sterilitas. Bila bahan tertentu yang digunakan dalam
formulasi tidak dapat disterilkan dengan cara biasa, maka dapat digunakan bahan yang
memenuhi syarat Uji Sterilitas dengan pembuatan secara aseptis. Jika memungkinkan,
penyaringan dengan penyaring membran steril secara aseptik merupakan metode yang
lebih baik. Jika dapat ditunjukkan bahwa pemanasan tidak mempengaruhi stabilitas
sediaan, sterilisasi obat dalam wadah akhir dengan otoklaf juga merupakan metode yang
baik (8: 48).
3. Pada pembuatan salep mata, basis salep dipanaskan dengan bahan tambahan dan
dilakukan penyaringan lalu dilakukan sterilisasi secara panas 150oC selama 1 jam. Jika
bahan aktif mudah larut dalam air, maka dilarutkan dengan air steril, larutan kemudian
dimasukkan secara bertahap kedalam dasar yang meleleh dan campuran diaduk terus-
menerus hingga dingin. Jika bahan aktif tidak larut pada air, maka bahan aktif dicampurkan
dengan basis. Salep mata harus disiapkan dalam keadaan aseptis dan wadah yang steril
(23: 104).
4. Sterilisasi akhir dengan metode standar pada salep memiliki permasalahan, dimana
metode sterilisasi uap atau metode etilen oksidasi tidak efektif karena kedua metode
tersebut tidak mampu berpenetrasi pada basis salep. Meskipun sterilisasi panas kering
dapat berpenetrasi pada dasar salep, panas tinggi yang dibutuhkan dapat menimbulkan
ancaman terhadap stabilitas zat obat dan memungkinkan pemisahan dasar salep dari
komponen lainnya. Karena kesulitan ini , sterilisasi akhir umumnya tidak dilakukan.
Sebaliknya, metode pengolahan aseptik yang ketat digunakan karena masing-masing
komponen obat dan bahan tambahan diberikan secara steril dan secara aseptik yang
memenuhi persyaratan sterilitas (5 : 286).
5. Basis yang berminyak seperti lanolin anhidrat, vaselin dan parafin cair disterilkan setelah
ketiga bahan tersebut dilebur dan disaring menggunakan kertas saring dan corong panas
yang kemudian hasil leburannya disterilisasi dengan menggunakan uap panas dari oven
dengan suhu tidak kurang 160oC (22 : 249).
6. Untuk alat-alat gelas yang tidak berskala dapat disterilisasi dengan oven (11: 404-411).

Paraf &
Inisial Halaman7dari26
Atrofat® Ophthalmic Ointment, 1%/3,5 g, 19DRP.SM.A7-16516

C. Dasar Penentuan Spesifikasi Sediaan


Spesifikasi 1
Organoleptis
1. Tidak berwarna atau putih, warna basis salep yang digunakan (17 : 20).
2. Tidak berbau, umumnya salep tidak memiliki bau atau berbau basis (17 : 20).
3. Tidak berasa, hanya untuk penggunaaan oral (8:193)

Spesifikasi 2
1. Berdasarkan hasil dari BPOM, bahwa cemaran mikroba ALT/AKK/ Staphiloccoccus aureus
dan Pseudomonas aerugenosa pada salep yaitu negatif (15 :18)
2. Sediaan optalmik harus dalam keadaan steril (1:135)
3. Pengujian sterilitas dilaksanakan pada kondisi aseptik (8: 1359)

Spesifikasi 3
pH
1. pH sediaan yaitu 7,4 dibuat sama dengan pH pada cairan mata (11: 224)
2. PH obat-obatan ophthalmic sangat penting. Air mata normal memiliki pH sekitar 7,4 dan
memiliki beberapa kapasitas buffer. Banyak obat mata, seperti garam alkaloid, asam
lemah dan hanya memiliki kapasitas buffer yang lemah (22: 3)
3. Air mata (isotonic to eyes) memiliki pH sekitar 6,2-6,8 (23 :5 )
4. PH cairan lakrimal adalah 7,4 dan cairan ini memiliki kapasitas buffer yang baik (karena
adanya asam karbonat, asam organik lemah dan protein), mampu menetralkan formulasi
yang tidak diserap secara efektif pada rentang pH yang luas nilai (3.5-10.0) (1:138).

Kadar
1. Persyararatan kadar Atropin sulfat tidak kurang dari 98,5 % dan tidak lebih dari 101,0 % (8 :
184).
2. Persyaratan kadar Salep mata Atropin sulfat berdasarkan USP adalah 90-110% (USP : 309)
3. Atropin sulfat salep optalmik adalah atropin sulfat dalam basis salep oftalmik yang cocok,
mengandung tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110% (23)

Partikel Logam
1. Sediaan salep mata harus melalui uji sterilitas dan uji partikel logam (3 : 3259)
2. Uji partikel logam dalam salep mata dirancang untuk membatasi jumlah dan ukuran
partikel logam yang diperbolehkan yaitu dengan syarat jika 1 jumlah partikel dari 10 tube
tidak lebih dari 50 partikel dan jika tidak lebih dari 1 tube maka mengandung 8 partikel
(8:1563)
3. Salep mata harus bebas dari partiel kasar dan harus memenuhi syarat partikel logam pada
uji salep mata. Hal ini ditujukan untuk membatasi jumlah partikel logam yang
diperbolehkan dalam salep mata (17 :1039)

Spesifikasi 4
Viskositas
1. Viskositas merupakan sifat cairan yang terkait dengan ketahanan terhadap aliran.
Menentukan suhu penting karena perubahan viskositas dengan suhu; umumnya, viskositas
cairan berkurang dengan peningkatan suhu ( 5 :539).
2. Viskositas salep mata yaitu 300.000-1.000.000. Hal ini perlu diuji karena sediaan farmasi
memiliki berbagai macam viskositas (21: 504).

Paraf &
Inisial Halaman8dari26
Atrofat® Ophthalmic Ointment, 1%/3,5 g, 19DRP.SM.A7-16516

Uji Kebocoran
1. Dilakukan dengan memilih 10 tube,uji ini dikatakan memenuhi syarat jika tidak ada
satupun kebocoran dari 10 tube yang diuji pertama (5: 1613)

Ukuran Partikel
1. Tujuan dari analisis ukuran partikel dalam farmasi adalah untuk memperoleh data
kuantitatif tentang ukuran, distribusi, dan bentuk obat dan komponen lain yang akan
digunakan dalam formulasi farmasi. Mungkin ada perbedaan besar dalam ukuran partikel,
morfologi kristal, dan karakter amorf di dalam dan di antara zat. Ukuran partikel yang
diperkiran terdapat dalam salep diperkirakan berkisar 50-100 µm (5:185).

Bagian 6 Informasi Bahan Aktif

A. Uraian Farmakologi

No. Item Uraian


1 Nama Atropin Sulfat
2 Kelas farmakologi Antimuskarinik
Untuk menimbulkan midriasis pada kondisi tertentu, mengobati
siklopegia (hilangnya kemampuan melihat jarak dekat), dan untuk
3 Indikasi
mengobati infeksi atau inflamasi

Atropin sebagai antimuskarinik bekerja dengan menghambat


m.constricor pupillae dan m.ciliaris (melalui penghambatan
reseptor M3 muskarinik) lensa mata, sehingga menyebabkan
4 Mekanisme kerja midriasis dan sikloplegia (paralisis mekanisme akomodasi).
Midriasis mengakibatkan fotofobia, sedangkan sikloplegia
menyebabkan hilangnya kemampuan melihat jarak dekat.

Semua pasien yang diberi antimuskarinik harus diperiksa terlebih


dahulu untuk menyingkirkan adanya glaukoma, karena penyakit ini
5 Kontraindikasi merupakan kontraindikasi utama antikolinergik. Peninggian
tekanan intraokuler terus-menerus dapat menyebabkan kebutaan.

Pada orang muda efek samping mulut kering, gangguan miksi,


meteorisme sering terjadi, tetapi tidak membahayakan. Pada orang
6 Efek samping lanjut usia dapat terjadi efek sentral terutama berupa sindrom
demensia. Alergi terhadap atropin jarang ditemukan.

Gejala keracunan timbul dalam 15-20 menit, dimulai dengan


pusing, mulut kering, tidak dapat menelan, sukar bicara, dan
perasaan haus sekali karena air liur tidak ada. Penglihatan menjadi
7 Toksisitas
kabur dan kemampuan melihat jarak dekat hilang. Midriasis yang
hampir maksimal menyebabkan fotofobia.

Atropin biasanya dipakai dengan kekuatan 0,5-1% diberikan


8 Dosis dan pemberian melalui bagian dalam kelopak mata bawah.

9 Interaksi obat -
10 Farmakokinetika Efek maksimum midriatik terjadi 30-40 menit setelah pemberian

Paraf &
Inisial Halaman9dari26
Atrofat® Ophthalmic Ointment, 1%/3,5 g, 19DRP.SM.A7-16516

No. Item Uraian


secara topikal pada mata. Atropine sulfat segera diabsorpsi secara
transkonjungtiva dan didistribusikan melewati mata dengan
konsentrasi tertinggi terdapat pada kornea dan vitreous dan
aqueous humor.

B. Data Fisikokimia Bahan Aktif

No. Item Uraian

1 Nama Atropin Sulfat


(8-methyl-8-azabicyclo[3.2.1]octan-3-yl) 3-hydroxy-2
2 Nama IUPAC
phenylpropanoate;sulfuric acid
C34H48N2O10S
3 Rumus Molekul

4 Berat Molekul 676,83 g/mol


Bentuk Hablur atau serbuk hablur
Warna Putih
5 Pemerian
Bau Tidak berbau

Rasa Tidak berasa

Titik Lebur 118,5OC


Profil Termal (Dalam
6 Titik Didih -
Keadaan Padat)
Suhu Dekomposisi Tidak ada dekomposisi pada suhu 120oC
Dalam Air Sangat mudah larut dalam air
7 Kelarutan Mudah larut dalam etanol, terlebih
Dalam Pelarut Lain dalam etanol mendidih, mudah larut
dalam gliserin
8 pKa 9,8

9 pH (Dalam Larutan) 4,5-6,2


10 Koefisien Partisi -

11 Log P Log Kow = 1,83

12 Polimorfisme -

13 Bentuk Kristal Ortorombik prisma


14 Higroskopisitas Atropin sulfat anhidrat bersifat higroskopis

15 Ukuran Partikel -
Nyata -
16 Kerapatan
Ruah -

Paraf &
Inisial Halaman10dari26
Atrofat® Ophthalmic Ointment, 1%/3,5 g, 19DRP.SM.A7-16516

No. Item Uraian

Mampat -

17 Rumus Bangun

B. Data Fisikokimia Bahan Aktif (Lanjutan)

Spektrum, Termogram dan Fotomikrograf


17 Spektrum Serapan UV-Visible 18 Spektrum Inframerah

19 Termogram (DSC) 20 Termogram (TGA)


- -

21 Difraktogram Sinar-X 22 Fotomikrograf (SEM)


- -

Paraf &
Inisial Halaman11dari26
Atrofat® Ophthalmic Ointment, 1%/3,5 g, 19DRP.SM.A7-16516

C. Uraian Stabilitas

No. Item Uraian

A Dalam Keadaan Padat


Tidak ada dekomposisi nyata yang diberikan pada sterilisasi
1 Pengaruh Suhu selama 20 menit pada suhu 1200C sampai pH 6 atau lebih tinggi
diperoleh dimana dihidrolisis menjadi lebih cepat (Kenneth : 236)
Atropin sulfat mengembang pada paparan udara kering dan
2 Pengaruh Cahaya
perlahan berefek terhadap cahaya (AHFS : 6904)
merupakan ester yang dapat terdekomposisi yang disebabkan
3 Pengaruh Kelembaban oleh hidrolisis khususnya pada rentang pH tertentu (Kenneth :
232)
B Dalam Larutan
- Atropin sulfat 0,1% dalam air stabil 4 bulan jika disimpan
pada wadah kaca (Kenneth : 237).
1 Pengaruh Pelarut
- Pada Larutan Asam, Atropin sulfat stabil mencapai pH 3,5
(Kenneth : 237).
2 Pengaruh pH 5-6,8 (Fastrack : 140).
Atropin Sulfat sebagai larutan harus terlindung dari cahaya
3 Pengaruh Cahaya
(Kenneth : 237).
C Inkompatibilitas
Garam merkuri (International Programme on Chemical Safety
1 Gugus Fungsi
Evaluation, 2002)
Inkompatibilitas dengan basa, tanin, bromida, borax dan iodida
2 Ion Logam
(International Programme on Chemical Safety Evaluation, 2002)
3 Senyawa Tertentu Dalam wadah tertutup rapat
Garam merkuri (International Programme on Chemical Safety
D Saran Penyimpanan
Evaluation, 2002)

Bagian 7 Informasi Bahan Tambahan

A. Bahan Tambahan 1

No. Item Uraian

1 Nama Alpha Tocopherol

Copherol F1300; (_)-3,4-dihydro-2,5,7,8-tetramethyl-2-(4,8,12-


trimethyltridecyl)-2H-1-benzopyran-6-ol; E307; RRR-a-
2 Nama IUPAC
tocopherolum; synthetic alpha tocopherol; all-rac-a-tocopherol;
dl-a-tocopherol;5,7,8-trimethyltocol.
3 Rumus Molekul C29H50O2
4 Berat Molekul 430,72

5 Pemerian Bentuk Kental, cairan berminyak

Paraf &
Inisial Halaman12dari26
Atrofat® Ophthalmic Ointment, 1%/3,5 g, 19DRP.SM.A7-16516

No. Item Uraian

Warna Tidak berwarna atau kekuningan-coklat

Bau -
Rasa -

6 Titik Lebur 235o C


Praktis tidak larut dalam air
Dalam Air
7 Kelarutan
Sangat larut dalam aseton,
Dalam Pelarut Lain
etanol, eter, dan minyak nabati.
8 pKa -

9 pH (Dalam Larutan) -

10 Higroskopisitas -
Tokoferol dioksidasi perlahan oleh oksigen atmosfer dancepat
dengan garam besi dan perak. Produk oksidasi
termasuktocopheroxide, tocopherylquinone, dan
tocopherylhydroquinone,
11 Stabilitas serta dimer dan trimer. Tocopherol ester lebih stabiloksidasi dari
tokoferol bebas tetapi akibatnya kurangantioksidan yang efektif.
Tokoferol harus disimpan di bawah gas lembam, dalam kedap
udarawadah di tempat yang sejuk, kering dan terlindung dari
cahaya.
Tokoferol tidak sesuai dengan peroksida dan ion logam,terutama
12 Inkompatibilitas
besi, tembaga, dan perak. Tokoferol dapat diserapmenjadi plastik.
13 Penanganan -
14 Toksisitas -

15 Saran Penyimpanan Wadah kedap udara

16 Konsentrasi 0,001 – 0,05 % v/v

B. Bahan Tambahan 2

No. Item Uraian

1 Nama Petroleum
Merkur; mineral jelly; petroleum jelly; Silkolene; Snow White;
SoftWhite; vaselinum flavum; yellow petrolatum; yellow
2 Nama IUPAC
petroleum
jelly.
3 Rumus Molekul -
4 Berat Molekul -

Paraf &
Inisial Halaman13dari26
Atrofat® Ophthalmic Ointment, 1%/3,5 g, 19DRP.SM.A7-16516

No. Item Uraian

Bentuk Lembut massa tak tertahankan


Petrolatum berwarna pucat hingga
Warna
5 Pemerian berwarna kuning dan tembus
Bau Tidak berbau

Rasa Tidak berasa

6 Titik Lebur 38-600C


Praktis tidak larut dalam air
Dalam Air
Praktis tidak larut dalam aseton, etanol,
7 Kelarutan panas atau dinginetanol (95%), gliserin,
Dalam Pelarut Lain Larut dalam benzena, karbondisulfida,
kloroform, eter, heksana, dan
palingtetap dan minyakmudah menguap
8 pKa -

9 pH (Dalam Larutan) -
10 Higroskopisitas -
11 Stabilitas Vaselin tidak boleh dipanaskan untuk waktu yang lama
12 Inkompatibilitas Bersifat inert dan hanya memiliki sedikit inkompatibilitas
Amati tindakan pencegahan normal yang sesuai dengan keadaan
13 Penanganan danjumlah material yang ditangani Untuk tempat kerja yang
direkomendasikanbatas pemaparan
14 Toksisitas -
Petrolatum harus disimpan dalam wadah tertutup baik,
15 Saran Penyimpanan
dilindungidari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering.
16 Konsentrasi Hingga 100%

C. Bahan Tambahan 3

No. Item Uraian

1 Nama Parafin

2 Nama IUPAC Hard wax; paraffinum durum; paraffinum solidum; paraffin wax

3 Rumus Molekul CnH2n+2

4 Berat Molekul -

Bentuk Zat padat


Tembus cahaya, kurang berwarna atau
5 Pemerian Warna
putih
Bau Tidak berbau

Paraf &
Inisial Halaman14dari26
Atrofat® Ophthalmic Ointment, 1%/3,5 g, 19DRP.SM.A7-16516

No. Item Uraian

Rasa Tidak berasa

6 Titik Lebur 96-105oC

Dalam Air Praktis tidak larut dalam air


Larut dalam kloroform, ether, minyak
7 Kelarutan lemak dan mudah larut dalam etanol.
Dalam Pelarut Lain
Praktis tidak larut dalam aseton dan
etanol 95%
8 pKa -

9 pH (Dalam Larutan) -

10 Higroskopisitas -
11 Stabilitas Parafin bersifat stabil
12 Inkompatibilitas -

13 Penanganan -

14 Toksisitas Tidak toksik dan tidak menyebabkan iritasi

15 Saran Penyimpanan Parafin disimpan ditempat yang sejuk


16 Konsentrasi -

D. Bahan Tambahan 4

No. Item Uraian

1 Nama Klorobutanol
Acetone chloroform; anhydrous chlorbutol; chlorbutanol;
chlorobutanolumanhydricum; chlorbutol; chloretone; Coliquifilm;
2 Nama IUPAC
Methaform; Sedaform; trichloro-tert-butanol; b,b,b-trichloro-
tertbutylalcohol; trichloro-t-butyl alcohol.
3 Rumus Molekul C4H7Cl3O
4 Berat Molekul 177,46
Bentuk Mudah menguap, kristal

Warna Berwarna hingga putih


5 Pemerian
Bau -

Rasa -
6 Titik Lebur 76-78o C
Larut dalam air, sangat mudah larut
Dalam Air
dalam air panas
7 Kelarutan
Sangat mudah larut dalam aseton, asam
Dalam Pelarut Lain
asetat, kloroform dan eter

Paraf &
Inisial Halaman15dari26
Atrofat® Ophthalmic Ointment, 1%/3,5 g, 19DRP.SM.A7-16516

No. Item Uraian

8 pKa -

9 pH (Dalam Larutan) -

10 Higroskopisitas -
11 Stabilitas Bersifat volatile
Inkom terhadap Magnesium trisilikat, polyethylene, and
12 Inkompatibilitas
polyhydroxyethylmethacrylate dan polysorbate 80
13 Penanganan -

14 Toksisitas -

15 Saran Penyimpanan Disimpan ditempat yang sejuk

16 Konsentrasi 0.5% w/v

E. Bahan Tambahan 5

No. Item Uraian

1 Nama Lanolin
Anhydrous lanolin, Adeps lanae; cera lanae; E913; lanolina;
2 Nama IUPAC
lanolin anhydrous; Protalan anhydrous; purified lanolin;
3 Rumus Molekul -

4 Berat Molekul -
Bentuk Zat padat lunak
Warna Pucat kuning
5 Pemerian
Bau Tidak berbau
Rasa manis

6 Titik Lebur -
Dalam Air Praktis tidak larut dalam air
7 Kelarutan Larut dalam kloroform, ether, minyak,
Dalam Pelarut Lain
benzene,
8 pKa -
9 pH (Dalam Larutan) -

10 Higroskopisitas -

11 Stabilitas Lanolin bersifat stabil


12 Inkompatibilitas Inkompatibilitas dengan prooksidan, dan bahan aktif tertentu

13 Penanganan -

Paraf &
Inisial Halaman16dari26
Atrofat® Ophthalmic Ointment, 1%/3,5 g, 19DRP.SM.A7-16516

No. Item Uraian

14 Toksisitas Tidak toksik dan tidak menyebabkan iritasi

15 Saran Penyimpanan Parafin disimpan ditempat yang sejuk

16 Konsentrasi -

Bagian 8 Peralatan, CPPs dan Sterilisasi

A. Peralatan
No. ID Alat Nama Alat/Tipe Merek Jumlah No.SOP
1 TB-OH-PA-O1 Timbangan - 1 SOP-LABFAR-A1-012
OV-MM-UN- Oven - 1 SOP-LABFAR-A1-007
2
01
3 AV-AA-X2-01 Autoklaf - 1 SOP-LABFAR-A1-009
4 PO-LU-OO-00 Lumpang dan Alu - 1 SOP-LABFAR-A1-006
5 AG-CP-00-00 Cawan porselen - 6 SOP-LABFAR-A1-015
6 AB-PI-00-00 Pinset - 2 -
7 AP-SP-00-00 Spatel - 2 SOP-LABFAR-A1-025
8 AL-TS-00-00 Tube salep - 6 -
9 AP-SU-00-00 Sudip - 1 SOP-LABFAR-A1-025
10 AG-BP-00-00 Batang pengaduk - 1 SOP-LABFAR-A1-016
11 AG-PV-00-00 Pipet Skala - 2 SOP-LABFAR-A1-005
12 AG-BE-00-00 Kain Kasa - 2 SOP-LABFAR-A1-002
13 SE-SE-00-00 Sendok Tanduk - 2 SOP-LABFAR-A1-024
14 - Enkas - 1 SOP-LABFAR-A1-009
15 - Kertas Perkamen - 30 SOP-LABFAR-A1-015
16 - Benang godam - 1 SOP-LABFAR-A1-012
17 - Aluminium Foil - 1 SOP-LABFAR-A1-007
19 - Bunsen - 1 SOP-LABFAR-A1-009
20 - Gunting - 1 -
21 AG-GU-00-00 Gelas ukur 5 ml - 1 -
22 AG-ER-00-00 Erlenmeyer 25 ml - 1 -
B. Critical Process Parameters (CPPs)
Parameter QA* yang
Tahap Bahan Alat Syarat
Kritis Berhubungan
Suhu, waktu
Alat dan bahan yang
Prep Autoklaf dan Oven loading pattern yang digunakan, Steril
digunakan
tekanan
Ketidakmurnian,
Homogenitas, Viskositas
pH, Batas
Kecepatan 300.000-
mikroorganisme,
Basis, Atropin pencampuran, Suhu
Densitas,Viskosit 1.000.000 cps,
Mix Sulfat, Klorobutanol Lumpang dan alu pada saat proses
as, Ukuran pH 7,4, Steril,
dan Alfatokoferol pengerjaan,dan
partikel dan syarat kadar
ukuran filter
Distribusi 90%-120%
saringan
partikel
Fill-Seal Hasil Mix Kertas Perkamen, Kecepatan pH, Densitas, Viskositas

Paraf &
Inisial Halaman17dari26
Atrofat® Ophthalmic Ointment, 1%/3,5 g, 19DRP.SM.A7-16516

dimasukkan dalam Tube pengisian, suhu Steriitas, 300.000-


wadah pengisisan Ketidakmurnian, 1.000.000 cps,
Ukuran Partikel pH 7,4, Steril,
dan Distribusi
syarat kadar
partikel, Batas
90%-120%
endotoksin
Kemasan primer
Pack Dikemas Etiket dan Dos Ukuran wadah -
dan sekunder
Catatan:
*QA: Quality Attribute
Prep: Preparasi/Sterilisasi; Mix: Mixing; Filtr: Filtrasi; Fill-Seal: Filling dan Sealing; PostSter: Sterilisasi Akhir; Pack: Pengemasan Primer

C. Sterilisasi
ID Alat/
No. Nama Alat/Bahan Metode Sterilisasi Ref.
Bahan
- Vaseline Putih Panas kering (oven) 160oC selama Ansel :
1
1 jam 446
- Lanolin Panas kering (oven) 160oC selama Ansel :
2
1 jam 446
- Parafin Cair Panas kering (oven) 160oC selama Ansel :
3
1 jam 446
- Tube Panas kering (oven) 160oC selama FI III : 20
4
1 jam
PO-LU-OO-00 Lumpang dan Alu Panas kering (oven) 150˚C selama Scoville :
5
1 jam 405
AB-PI-00-00 Pinset Panas kering (oven) 150oC selama Parrot :
6
1 jam 286
AG-CP-00-00 Cawan porselen Panas kering (oven) 150˚C selama Scoville :
7
1 jam 405
AB-PI-00-00 Spatel Autoklaf 121o selam 30 menit Scoville :
8
405
AP-SP-00-00 Pipet Autoklaf 121o selam 30 menit Parrot :
9
286
Karet pipet Panas kering (oven) 121oC selama Parrot :
10
30 menit 286
- Perkamen Panas kering (oven) 150˚C selama Scoville :
11
1 jam 405
AP-SU-00-00 Batang pengaduk Panas kering (oven) 150˚C selama Scoville :
12
1 jam 405
AG-BP-00-00 Sudip Autoklaf 121o selama 30 menit Parrot :
13
286
AG-BE-00-00 Kertas saring Autoklaf 121o selama 30 menit Parrot :
14
286
- Gunting Panas kering (oven) 150˚C selama Parrot :
15
1 jam 286
AG-GU-00-00 Erlenmeyer 25 ml Autoklaf 121o selama 30 menit Parrot :
16
286
AG-ER-00-00 Gelas Ukur 5 ml Autoklaf 121o selama 30 menit Parrot :
17
286

Paraf &
Inisial Halaman18dari26
Atrofat® Ophthalmic Ointment, 1%/3,5 g, 19DRP.SM.A7-16516

Bagian 9 Rancangan Spesifikasi Sediaan dan Rujukan Metode Pemeriksaan

No. Kriteria Ref Spesifikasi Ref Rujukan Metode


FISIKA
Tidak berwarna
1. Pemerian - dan tidak - Dilihat langsung
berbau
Memilih 10 tube
uji ini dikatakan
Letakkan tube
mememnuhi
diatas lembaran
syarat apabila
FI V : FI V : kertas penyerap
2. Uji kebocoran tidak ada
1613 1613 dalam oven
satupun
dengan suhu 60° ±
kebocoran dari
3° selama 8 jam
10 tube yang
diuji pertama.
Visikometer
Brookfield
dimasukkan ke
PDF : 300.000- PDF :
3. Viskositas dalam produk uji
504 1.000.000 cps 504
dan catat nomor
spindel dan
kecepatannya
Jika 1 jumlah
partikel dari 10 Metode
tube tidak lebih menggunakan
dari 50 partikel cawan petri dan
FI V: FI V:
4. Partikel logam dan jika tidak pengamatan
1563 1563
lebih dari 1 tube dilakukan dibawah
maka mikroskop
mengandung 8 perbesaran 30 kali.
partikel
KIMIA
Tidak ≤ 98,5% Dilakukan dengan
FI V : FI V :
1. Kadar dan tidak ≥ cara Kromatografi
184 184
101,0% Cair Kinerja Tinggi
Hasil berada
dalam kisaran
pengujian
produk, dan
RSD tidak lebih
USP : dari 6% atau USP : Sesuai dengan
2. Keseragaman sediaan (kandungan)
309 sebagaimana 309 penetapan kadar
ditentukan
dalam
spesifikasi
dalam
monografi
Scovill Scovill Sampel
3. pH 7,4
e’s : e’s : dimasukkan ke

Paraf &
Inisial Halaman19dari26
Atrofat® Ophthalmic Ointment, 1%/3,5 g, 19DRP.SM.A7-16516

224 224 dalam vial


pengukuran
menggunakan pH
meter Lutron
Harga Rf bercak
utama larutan
Fi IV Fi IV
4. Uji Identifikasi (KLT) uji sesuai Metode KLT
920 920
dengan larutan
baku
MIKROBIOLOGI
Dibuat
pengenceran
BPOM BPOM sampel dan
1. Staphylococcus aureus : 18 Negatif/g : 18 digunakan
medium NA
kemudian
inkubasi
Dibuat
pengenceran
BPOM BPOM sampel dan
2. Pseudomonas aeruginosa : 18 Negatif/g : 18 digunakan
medium NA
kemudian
inkubasi
Tidak Metode
FI V FI V
mengandung inokulasilangsung
3. Sterilitas <71> <71>
mikroba atau ke dalam media
steril uji

Paraf &
Inisial Halaman20dari26
Atrofat® Ophthalmic Ointment, 1%/3,5 g, 19DRP.SM.A7-16516

Bagian 10 Rancangan Pengemasan

No. Rincian
Kemasan Primer (No. Rancangan: 19 BKP.A7.001-16332)
Jenis : Tube
1 Bahan : Aluminium
Ketebalan : 0,5 mm
Dimensi : 7 x 1,4 x 2 cm
Bobot : 1,882 g per luas area
Kemasan Sekunder (No. Rancangan: 19 BKS.A7.001-16332)
Jenis : Folding Box
2 Bahan : Formika
Dimensi : 7,1 x 1,5 x 2,1 cm
Volume : 3,5 g
Bobot : 1,417 g per luas area
Leaflet (No. Rancangan: 19 LFT.A7.001-16332)
Jenis : Kertas
Bahan : Hvs 70 gsm
3 Ketebalan : 70,05 mm
Volume : 15 x 7 cm
Dimensi : 15 x 7 cm
Bobot : 0,777 g per luas area
Label (No. Rancangan: 19 LBL.A7.001-16332)

4 Jenis : Stiker bening


Bahan : Plastik
Dimensi : 4,5 x 4,6 cm

Paraf &
Inisial Halaman21dari26
Atrofat® Ophthalmic Ointment, 1%/3,5 g, 19DRP.SM.A7-16516

Bagian 11 Perhitungan dan BoM

A. Perhitungan Bahan
Perhitungan Tiap 1 Tube
1
 Atropin Sulfat = x 3,5 g = 0,035 g
100

10
 Parafin = x 3,5 g = 0,35 g
100

10
 Lanolin anhidrat = x 3,5 g = 0,35 g
100

0,5
 Klorobutanol = x 3,5 g = 0,0175 g
100

0,001
 Alphatokoferol = x 3,5 g = 0,000035 g
100

 Basis Vaselin = 3,5 g – (0,035 g + 0,35 g + 0,35 g + 0,0175 g + 0,000035 g) = 3,5 g – 0,7525 g
=2,748 g

Perhitungan dilebihkan 10%

10
 Atropin Sulfat = x 0,035 g = 0,0035 + 0,035 g = 0,0385 g
100

10
 Parafin = x 0,35 g =0,035 g + 0,35 g = 0,385 g
100

10
 Lanolin = x 0,35 g =0,035 g + 0,35 g = 0,385 g
100

10
 Klorobutanol = x 0,0175 g = 0,00175 g + 0,0175 g = 0,01925 g
100

10
 Alphatokoferol = x 0,000035 g = 0,0000035 g + 0,000035 g = 0,0000385 g
100

10
 Basis Vaselin = x 2,748 g = 0,2748 g + 2,748 g = 3,0228 g
100

Perhitungan Batch

 Atropin Sulfat = 0,0385 g x 6 = 0,231 g

 Parafin =0,35 g x 6 = 2,1 g

 Lanolin = 0,35 g x 6 = 2,1 g

Paraf &
Inisial Halaman22dari26
Atrofat® Ophthalmic Ointment, 1%/3,5 g, 19DRP.SM.A7-16516

 Klorobutanol = 0,01925 g x 6 = 0,1155 g

 Alphatokoferol = 0,0000385 g x 6 = 0,000231 g

 Basis Vaselin = 3,0228 g x 6 = 18,137 g

Perhitungan 70 g

1
 Atropin Sulfat = x 70 g = 0,7 g
100

10
 Parafin = x 70 g = 7 g
100

10
 Lanolin = x 70 g = 7 g
100
0,5
 Klorobutanol = x 70 g = 0,35 g
100

0,001
 Alphatokoferol = x 70 g = 0,0007 g = 1 kapsul Nature- E (Sediaan Nature- E
100
mengandung 100 IU perkapsul, 1 IU = 0,667 mg. 1 kapsul Nature- E mengandung 66,7
alfatocoferol

 Air Steril = 1 ml

 Basis Vaselin = 70 g – (1 g + 10 g + 10 g + 0,16 g + 0,001 g +0,5 g) = 70 g – 21,661 g = 48,40 g

B. Bill of Material
Besar Bets = 7 gram
Item Per Butir Per Bets
Nama Bahan Fungsi
No Jumlah UoM Jumlah UoM
1 Atropin Sulfat Bahan Aktif 0,0385 g 0,231 g
2 Klorobutanol Pengawet 0,01925 g 0,1155 g
3 Parafin Basis 0,385 g 2,1 g
4 Lanolin Basis 0,385 g 2,1 g
5 Alphatokoferol Antioksidan 0,00003 g 0,00023 g
85 1
6 Vaselin Putih Basis 3,62 g 18,137 g
7 Air Steril Pelarut 0,07 ml 1 ml
8 Tube BKP 1 Buah 6 Buah
9 Tutup Tube BKP 1 Buah 6 Buah
10 Label BKS 1 Buah 6 Buah
11 Brosur BKS 1 Buah 6 Buah
12 Folding Box BKS 1 Buah 6 Buah
BKP = Bahan Kemas Primer; BKS = Bahan Kemas Sekunder
Rincian Perhitungan:

Paraf &
Inisial Halaman23dari26
Atrofat® Ophthalmic Ointment, 1%/3,5 g, 19DRP.SM.A7-16516

Bagian 12 Rancangan Proses Produksi

Tahap A Penyiapan Bahan Baku dan Bahan Kemas

1. Disiapkan alat, bahan dan bahan kemas yang akan digunakan


2. Ditimbang Atropin Sulfat sebanyak 0,7 g, Parafin sebanyak 7 g, Lanolin sebanyak 7 g, Klorobutanol
sebanyak 0,35 g, Alphatokoferol sebanyak 1 kapsul dan Vaselin putih sebanyak 48,40 g

Tahap B Penyiapan dan Sterilisasi Bahan Kemas Primer

1. Vaselin putih,lanolin anhidrat dan Parafin cair disaring cair terlebih dahulu diwadah terpisah
2. Setelah disaring, basis disterilkan menggunakan uap panas oven suhu 150o C
3. Disterilkan bahan dan alat menggunakan metode yang telah ditentukan

Tahap C Pencampuran

1. Dilarutkan 0,7 g Atropin sulfat dengan 1 ml air steril (larutan 1)


2. Kemudian Larutan 1 dimasukkan ke dalam lumpang lalu ditambahkan 7 g lanolin anhidrat digerus
hingga homogen
3. Setelah homogen, dimasukkan 48,40 g vaselin putih dan 7 g parafin cair dimasukkan ke dalam
lumpang dan digerus bersama bahan lain selama 2 menit
4. Ditambahkan Klorobutanol dan alfa tokoferol digerus ke dalam lumpang bersama bahan-bahan
yang lain, gerus hingga homogen

Tahap D Pengisian dan Penyegelan

1. Salep mata kemudian ditimbang masing-masing 3,5 gram


2. Dimasukkan kedalam tube yang telah disterilkan menggunakan kertas perkamen yang telah dilapisi
parafin dengan menggunakan batang pengaduk secara aseptik
3. Tutup screw cap tube

Tahap E Pemberian Label

1. Ditempelkan label pada Tube

Tahap I Pengemasan Sekunder

1. Dimasukkan Tube kedalam wadah sekunder


2. Dimasukkan brosur ke dalam wadah sekunder

Paraf &
Inisial Halaman24dari26
Atrofat® Ophthalmic Ointment, 1%/3,5 g, 19DRP.SM.A7-16516

Bagian 13 Referensi

1. Jones. 2008. D. FASTtrack: Pharmaceutics – Dosage Form and Design. London. Pharmaceutical
Press.

2. Osol, A. and J.E. Hoover, et al. (eds.). 1975. Remington's Pharmaceutical Sciences. 15th ed. Easton,
Pennsylvania: Mack Publishing Co.

3. Swarbrick, James. 2007. Encyclopedia of Pharmaceutical Technology. Third edition Volume 1. USA.
Informa Health Care.

4. AHFS. 2004. AHFS Drug Information. Bethesda: American Society of Health System Pharmacists.

5. Ansel, Howard, C. 2005. Pharmaceutical Dosage Form and Drug Delivery System 9th Edition. China:
The Point.

6. Sweetman, Sean C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference. Thirty-sixht edition. London.
Pharmaceutical press.

7. Rowe, R.C., Sheckey, P.J., and Quinn, M.E. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth
Edition. London: Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association.

8. Dirjen POM. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Depkes RI..

9. Katzung, Bertram G. 2012. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 10. EGC, Jakarta

10. Alfred G dan Louis SG. 2011. Goodman and Gilman's The Pharmacological Basis of Therapeutics.
Edisi 12. New York : The McGraw-Hill Companies, Inc.

11. Scoville. 1957. The Art of Compounding, In McGraw-Hill Book Company second edition: New York.

12. Lachman, Leon, dkk.2012. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta: UI Press.

13. Prescription

14. Aulton, M., E. 2002. Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design. London: Churchill Living
Stone.

15. BPOM. 2014. Persyaratan Mutu Obat Tradisional. Jakarta: BPOM RI

16. Cox, Shayne. 2008. Pharmaceutical Manufacturing Handbook. Canada: Wiley Interscience

17. Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Depkes RI..

18. Eynold, James. E., F. 1982. Martindale The Extra Pharmacopeia, 36th Edition. London: The
Pharmaceutical Press.

19. Flourence, Alexander. Modern Pharmaceutics. Pinehurst, North Carolina

20. Harvey,Richard A. 2009. Farmakologi Ulasan Bergambar. Jakarta: EGC


21. Norman Weiner, Pharmaceutical Dosage Forms disperse System volume.3. University of Michigan.
Ann Arbor, Michigan
22. Sprowls JB. Prescription Pharmacy Dosage Formulation and Pharmaceutical Adjunncts second
Edition. US America; j. B. Lippincot Company. 1997.
23. D, Whittet, W.B Hugo. Sterilization and Disinfection. London; University Collage Hospital

Paraf &
Inisial Halaman25dari26
Atrofat® Ophthalmic Ointment, 1%/3,5 g, 19DRP.SM.A7-16516

24. Gunawan, S. 2010. Farmakologi dan Terapi Edisi 6. Jakarta: UI Press.

Paraf &
Inisial Halaman26dari26

Anda mungkin juga menyukai