Anda di halaman 1dari 4

Uji Aktivitas Enzim Diastase Pada Madu

Nurul Pratiwi1, Miya Riski Utari2, Lutfiyah Wardaningrum3,


Tri Retnaningsih4, Septiyani Lita Dewi5

Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi


UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412

Email: nurulp1907@gmail.com

Abstrak

Madu adalah cairan alami yang umumnya mempunyai rasa manis yang dihasilkan oleh lebah madu dari sari
bunga tanaman (floral nektar) atau bagian lain dari tanaman (ekstra floral nektar) atau ekskresi serangga. Madu
mengandung enzim pencernaan pati. Enzim merupakan substansi yang paling banyak terdapat pada sel-sel hidup
dan mempunyai fungsi penting sebagai katalisator reaksi kimia. Salah satu enzim utama pada madu yaitu enzim
diastase. Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui uji aktivitas enzim diastase pada madu yang menjadi
salah satu parameter kualitas madu. Identifikasi aktivitas enzim diastase dilakukan dengan mengukur intensitas
degradasi warna biru yang terjadi ketika dilakukan penambahan amilum dan kalium iodida. Hasil dari percobaan
menunjukkan hasil positif hanya diperoleh pada sampel madu hitam, namun aktivitas enzim diastase dalam
madu tersebut kurang baik. Sedangkan 6 sampel madu lainnya memberikan hasil yang negatif.

Kata Kunci: madu, enzim diastase, uji aktivitas enzim

1. PENDAHULUAN minuman alami yang mempunyai peranan


penting dalam kehidupan manusia. Madu dapat
Menurut Standar Nasional Indonesia 01- digunakan sebagai bahan tambahan pada industri
3545-2004, madu adalah cairan alami yang pangan, obat-obatan dan kecantikan. Pada
umumnya mempunyai rasa manis yang industri pangan, madu dapat digunakan sebagai
dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga pemanis. Pada industri obat-obatan, madu
tanaman (floral nektar) atau bagian lain dari digunakan karena mengandung antioksidan dan
tanaman (ekstra floral nektar) atau eksreksi antimikroba. Madu juga dapat digunakan secara
serangga. Madu adalah zat alami yang dihasilkan rutin untuk membalut luka, luka bakar dan borok
lebah dari bahan baku nektar dan merupakan di kulit untuk mengurangi sakit dan bau dengan
senyawa kompleks yang dihasilkan dari kelenjar cepat (Mulu et al, 2004). Pada industri kosmetik,
tanaman dalam bentuk larutan gula. Nektar madu dimanfaatkan karena mengandung
dikumpulkan lebah pekerja untuk dioleh dengan antioksidan yang dapat berguna untuk
mencampurnya dengan air liur kemudian memperlambat penuaan (Gheldof dan Engeseth,
disimpan dalam sel-sel yang terdapat pada sisiran 2002).
sarang, sehingga menjadi madu yang matang Madu mengandung enzim pencernaan pati.
(Sarwono, 2001). Enzim utama pada madu yaitu invertase (α-
Madu merupakan salah satu bahan glucosidase), diastase (α-amilase) dan glukosa
pengibatan luka dari zaman dahulu yang kembali oksidase. Aktivitas enzim diastase menjadi salah
diperkenalkan pada pengobatan modern di satu kriteria untuk menentukan kualitas madu
Australia dan Eropa yang diikuti dengan (White, 1979). Enzim diastase memiliki peran
pengembangan regulasi produk-produk penting untuk menilai kualitas madu dan
perawatan luka. Khasiat terapeutiknya digunakan sebagai indikator kemurnian madu
dihubungkan dengan aktivitas antimikroba dan karena enzim tersebut berasal dari tubuh lebah.
kemampuannya untuk menstimulasi Namun aktivitas enzim tersebut akan berkurang
penyembuhan luka dengan cepat (Cooper dan akibat dari penyimpanan dan pemanasan madu.
Hausman, 2007). Di beberapa negara, aktivitas enzim diastase
Madu memiliki sifat fungsional karena digunakan sebagai indikator untuk kemurnian
berfungsi sebagai salah satu bahan makanan atau dan kesegaran madu (Azeredo, 2003).
Di Indonesia, madu memiliki kisaran nilai akuades. Campuran dihomogenkan dan
yang besar dalam setiap komponennya. Hal ini ditambahkan 10 ml larutan pati 1% kemudian
menyebabkan ditetapkannya standar mutu madu dipanaskan pada suhu 40C dalam penangas air
di Indonesia yang tercantum dalam Standar selama 1 jam. Ditambahkan 3 tetes larutan
Nasional Indonesia (SNI) 01-3545-2004. kalium iodida ke dalam larutan sampel dan
diamati perubahan intensitas warna biru yang
Tabel 1. Persyaratan Mutu Madu terjadi. Adanya aktivitas enzim diastase ditandai
dengan penurunan intensitas warna biru pada
Jenis Uji Satuan Persyaratan larutan sampel.
Aktivitas enzim DN min. 3
diastase 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hidroksimetilfur mg/kg maks. 50 Pada percobaan ini, aktivitas enzim
fural (HMF) diastase diukur secara kualitatif yang dinyatakan
dengan nilai positif dan negatif.
Kadar air % b/b maks. 22
Tabel 2. Hasil Percobaan Aktivitas Enzim
Gula pereduksi % b/b min. 65 Diastase Pada Madu
(dihitung
sebagai glukosa) Jenis Uji
Sukrosa % b/b maks. 5 Aktivitas Enzim Diastase
Sampel Hasil Uji Waktu
Keasaman ml NaOH maks. 50 Perubahan
1 N/kg A Negatif -
B Positif 1 jam 30 menit
Padatan yang % b/b maks. 0,5 C Negatif -
tak larut dalam D Negatif -
air E Negatif -
F Negatif -
Kadar abu % b/b maks. 0,5 G Negatif -

Cemaran logam Berdasarkan data hasil percobaan di atas


Timbal (Pb) mg/kg maks. 1,0 diketahui bahwa hanya madu pada sampel B
Tembaga (Cu) mg/kg maks. 5,0 yang memberikan hasil positif dan artinya
Arsen (As) mg/kg maks. 0,5 terdapat aktivitas enzim diastase di dalam madu
tersebut. Sedangkan untuk sampel lainnya yang
Percobaan ini bertujuan untuk menguji memberikan nilai negatif dapat diartikan bahwa
keberadaan aktivitas enzim diastase secara di dalam madu tersebut tidak terdapat aktivitas
kualiatif pada madu yang dijual di pasaran. enzim diastase.
Enzim diastase akan bekerja dengan
2. METODE PERCOBAAN molekul substrat, sehingga akan menghasilkan
senyawa glukosa. Enzim ini akan menghidrolisis
Sampel yang digunakan pada percobaan ikatan glikosidik β-1,4 sehingga amilosa terurai
ini yaitu madu kelengkeng curah (A), madu menjadi glukosa (Lynd, 2002). Dalam percobaan
hitam (B), madu ‘Golden Age’ (C), madu ‘As- ini, substrat yang dimaksud untuk kerja
Syifa’ (D), madu ‘Nusantara’ (E), madu pengujian aktivitas enzim diastase adalah larutan
‘Pramuka Multiflora’ (F) dan madu lebah tanpa pati 1%.
merek (G). Amilosa pati berbentuk helix tunggal,
Peralatan yang digunakan adalah tabung memiliki bentuk mirip dengan siklodekstrin
reaksi, pipet tetes, neraca analitik, erlenmeyer, dengan permukaan bagian dalam yang relatif
penangas air dan stopwatch. Sedangkan bahan hidrofobik sehingga dapat berikatan dengan
yang dibutuhkan yaitu larutan pati 1%, larutan molekul air dan relatif mudah hilang lalu
kalium iodida dan akuades. digantikan oleh lipid hidrofobik atau molekul
Sebanyak 1 gram sampel ditimbang dalam aromatik (Aiyer, 2005).
tabung reaksi dan dilarutkan dengan 4 ml
Pemanasan yang dilakukan bertujuan oleh enzim diastase pada madu dalam uji
untuk meningkatkan aktivitas enzim diastase agar aktivitas enzim dengan menggunakan iodine akan
berada pada keadaan optimumnya. Sehingga disertai dengan perubahan warna larutan, urutan
proses hidrolisis pati menjadi glukosa dapat perubahan warna larutan tersebut adalah sebagai
memberikan hasil maksimum. berikut: pati (biru)  dekstrin (biru kecokelatan)
Setelah proses pemanasan dilakukan  akrodekstrin (coklat)  eritridekstrin (merah)
selama 1 jam, sampel madu ditambahkan dengan  maltosa (kuning)  glukosa (bening).
larutan kalium iodida. Penggunaan larutan Larutan iodin yang tersubstitusi ke dalam
kalium iodida dalam percobaan ini berfungsi pati, akan memutuskan ikatan glikosida dalam
sebagai indikator keberadaan pati dalam madu, pati oleh enzim sehingga terurai menjadi
karena rantai amilosa pada pati dapat berikatan molekul-molekul yang lebih sederhana.
dengan molekul iodium. Menurut Ophardt Akibatnya banyak terbentuk gugus OH bebas
(2003), setiap lingkaran helix amilosa dapat yang dapat disubstitusi oleh iodin. Hal ini
mengikat sekitar dua atom iodium dan menyebabkan konsentrasi molekul iodin
menghasilkan warna biru akibat adanya interaksi berkurang sedangkan konsentrasi molekul air
donor-akseptor antara air dan polyiodides yang bertambah. Maka apabila pati terhidrolisis
kekurangan elektron. sempurna larutan akan berubah menjadi jernih,
Penurunan intensitas warna biru pada hal inilah yang terjadi pada sampel madu B.
larutan sampel yang telah ditambahkan larutan Mekanisme reaksi hidrolisis pati oleh enzim
kalium iodida menunjukkan adanya aktivitas diastase sehingga menghasilkan glukosa dapat
enzim diastase, karena pati telah diubah menjadi diwakilkan pada Gambar 1.
glukosa. Menurut Gardjito (1992), proses
perubahan pati menjadi glukosa yang dilakukan

Gambar 1. Mekanisme Reaksi Hidrolisis Pati

Sedangkan untuk sampel madu lainnya perubahan sifat fisikokimia pada madu, seperti
yang memberikan nilai negatif, hal ini dapat penurunan atau kenaikan pH, terpapar panas
terjadi karena adanya kemungkinan enzim terlalu lama ataupun telah terjadi pencemaran
dalam sampel madu-madu tersebut sudah rusak, oleh logam berat. Menurut Achmadi (1991),
baik akibat pemanasan yang dilakukan selama enzim merupakan protein dan hanya aktif pada
proses percobaan ataupun karena lamanya keadaan tertentu. Enzim akan cepat rusak
waktu penyimpanan madu dalam toko atau apabila kondisi terlalu asam, terlalu basa,
mungkin bisa juga diakibatkan karena cara terkena panas atau logam berat.
penyimpanan dan pengemasan produk yang
kurang baik sehingga mengakibatkan adanya
3. KESIMPULAN Mulu, A., Tessema, B., Derbie, F., 2017. In
vitro assessment of the antimicrobial
Berdasarkan hasil percobaan yang telah potential of honey on common human
dilakukan, hanya sampel madu B yang pathogens. Ethiopian J. Health Dev.
memberikan nilai positif yang ditandai dengan (EJHD) 18 (2).
adanya penurunan intensitas warna biru pada Ophardt, Charles E. 2003. Carbohydrate
sampel, dimana penurunan intensitas warna biru MiniTopics; Starch-Iodine. Virtual
ini menandakan enzim diastase yang terdapat Chembook. Elmhurst College
pada madu tersebut masih aktif dan mampu Sarwono. 2001. Lebah Madu. Jakarta: Agro
mengubah pati menjadi glukosa. Media Pustaka.
Sedangkan sampel madu yang lain White, J. W. 1979. Composition of Honey.
memberikan hasil yang negatif karena beberapa Cambridge University Press. In: Crane E.
sebab yang dimungkinkan karena telah terjadi
penurunan aktivitas maupun kerusakan enzim
diastase pada madu tersebut. Sehingga pati
yang ditambahkan dalam sampel tidak dapat
dihidrolisis yang ditandai dengan tidak adanya
perubahan intensitas warna biru setelah
beberapa jam.

4. DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, S. 1991. Analisis Kimia Produk


Lebah Madu dan Pelatihan Staf
Laboratorium.
Aiyer, Prasanna V. 2005. Review: Amylases
and Their Applications. African Journal
of Biotechnology Vol. 4 (13), pp. 1525-
1529.
Azeredo, L D; Azeredo, M A A; De Souza, S
R; Dutra, V M L. 2003. Protein contents
and physicochemical properties in honey
samples of Apis mellifera of different
floral origins. Food Chemistry 80 (2):
249-254
Badan Standar Nasional. Standar Nasional
Indonesia (SNI) 01-3454-2004 tentang
Madu. ICS 67.180.10
Cooper, G.M dan Hausman, R.E. 2007. An
Overview of Cells and Cell Research. In
The Cell: A Molecular Approach (4th
Edition). Washington DC: ASM Press.
Gardjito, Murdijati. 1992. Ilmu Pengantar Ilmu
Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi.
Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Gheldof, N., Xiao-Hong dan Engeseth, N.J.
2002. Identification and Quantification of
Antioxidant Componens of Honey from
Various Floral. Journal Agricultural and
Food Chemistry 50:5870-5877.
Lynd L.R. Weimer PJ. Van Zyl WH. Pretorius
IS. 2002. Microbial Amylase utilization:
fundamentals and biotechnology.
Microbiol Mol Biol Rev 2002;66:506–77.

Anda mungkin juga menyukai