Wa0023
Wa0023
oleh
NUNUNG RATNA SARI
NIM 152310101219
i
LEMBAR PENGESAHAN
TIM PEMBIMBING
__________________________ _________________________
NIP.............................................. NIP...........................................
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... i
HALAMAN JUDUL............................................................................................... ii
ii
BAB 1. KONSEP DASAR PENYAKIT
1
. 1) A. Tiroidea superior yang merupakan cabang dari A. Carotis Externa
2) A. Tiroidea Inferior yang merupakan cabang dari A. Subclavia
3) A. Tiroidea Ima yang merupakan cabang dari Arcus Aorta
Saraf yang melewati tiroid adalah Nervus Rekurens. Saraf ini terletak di
dorsal tiroid sebelum masuk ke laring.
2
b. Fisiologi Tiroid
Kelenjar tiroid merupakan suatu kelenjar endokrin yang mensekresikan
hormon Tiroksin atau T4, triiodotironin atau T3 dan kalsitonin. Di dalam
darah sebagian besar T3 dan T4 terikat oleh protein plasma yaitu albumin,
Thyroxin Binding Pre Albumin (TBPA) dan Thyroxin Binding Globulin
(TGB). Sebagian kecil T3 dan T4 bebas beredar dalam darah dan berperan
dalam mengatur sekresi TSH. Hormon tiroid dikendalikan oleh thyroid-
stimulating hormone ( TSH ) yang dihasilkan lobus anterior glandula
hypofise dan pelepasannya dipengaruhi oleh thyrotropine-releasing hormone
( TRH ). Kelenjar thyroid juga mengeluarkan calcitonin dari parafolicular
cell, yang dapat menurunkan kalsium serum berpengaruh pada tulang.
Fungsi utama hormon tiroid T3 dan T4 adalah mengendalikan
aktivitas metabolik seluler. Kedua hormon ini bekerja sebagai alat pacu
umum dengan mempercepat proses metabolisme. Efeknya pada kecepatan
metabolisme sering ditimbulkan oleh peningkatan kadar enzim-enzim
spesifik yang turut berperan dalam konsumsi oksigen, dan oleh perubahan
sifat responsif jaringan terhadap hormon yang lain. Hormon tiroid
mempengaruhi replikasi sel dan sangat penting bagi perkembangan otak.
3
Adanya hormon tiroid dalam jumlah yang adekuat juga diperlukan untuk
pertumbuhan normal. Melalui efeknya yang luas terhadap metabolisme
seluler, hormon tiroid mempengaruhi setiap sistem organ yang penting.
Kelenjar tiroid berfungsi untuk mempertahankan tingkat metabolisme di
berbagai jaringan agar optimal sehingga mereka berfungsi normal. Hormon
tiroid merangsang konsumsi O2 pada sebagian besar sel di tubuh, membantu
mengatur metabolisme lemak dan karbohidrat, dan penting untuk
pertumbuhan dan pematangan normal.
4
1.2 Definisi Struma
Struma adalah Pembesaran tiroid menyeluruh atau sebagian (Martin Von
Planta, 2002). Apabila pada pemeriksaan kelenjar tyroid teraba suatu nodul,
maka pembesaran ini disebut struma nodosa. (Afiatma Tjokronegoro, dkk,
1996). Struma nodosa tanpa disertai hipertiroidisme disebut struma nodosa
non-toksik. (Afiatma Tjokronegoro, dkk, 1996) dan (Arif Mansjoeri, 1999)
1.3 Epidemiologi
Survey epidemiologi untuk struma endemik sering ditemukan di daerah
pegunungan seperti pegunungan Alpen, Himalaya, Bukit Barisan dan daerah
pegunungan lainnya. Untuk struma toksika prevalensinya 10 kali lebih sering
pada wanita dibanding pria. Pada wanita ditemukan 20-27 kasus dari 1.000
wanita, sedangkan pria 1-5 dari 1.000 pria
1.4 Etiologi
Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid
merupakan faktor penyebab pembesaran struma antara lain :
a. Defisiensi iodium
Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di daerah
yang kondisi air minum dan tanahnya kurang mengandung iodium,
misalnya daerah pegunungan. (Rendy,dkk,2012)
b. Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon
tyroid.(Rendy,dkk,2012)
Penghambatan sintesa hormon T4 (seperti substansi dalam kol,
lobak, bayam, kacang kedelai).
Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya :
thiocarbamide, sulfonylurea dan litium).
c. Hiperplasia dan involusi kelenjar tiroid
Pada setiap orang dapat dijumpai masa dimana kebutuhan terhadap
tiroksin bertambah. Terutama masa pertumbuhan, pubertas, menstruasi,
kehamilan, laktasi, menopause, infeksi atau stress lain. Pada masa masa
tersebut terjadi hyperplasia dan involusi kelenjar tiroid. Perubahan ini
5
dapat menimbulkan nodularitas kelenjar tiroid serta kelainan arsitektur
yang dapat berlanjut dengan berkurangnya aliran darah ke daerah
tersebut sehingga terjadi iskemia. (Mansjoer, 2001)
d. Hipotiroidisme primer yang disebabkan karena kegagalan kelenjar
tiroid atau kekurangan yodium, dimana kadar hormone tiroid dalam
sirkulasi darah kurang sehingga tidak ada inhibisi umpan balik neegatif
ke hipofisis anterior.(Sherwood, 2001)
e. Penyakit Grave. Adanya TSI merangsang pertumbuhan tiroid
meningkatkan sekresi hormone tiroid.(Rendy,dkk, 2012).
6
cairan yang berwarna jelas atau berwarna keputih-putihan, yang disebut dengan
getah bening. Dalam setiap tubuh manusia, terkandung kurang lebih sebanyak
600 kelenjar getah bening. Kelenjar getah bening ini terdapat di bagian tubuh
manusia, khususnya bagian submandibular (bagian bawah rahang bawah),
bagian ketiak, ataupun lipatan paha.
1.6 Patofisiologi
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk
pembentukan hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus,
masuk ke dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar
tyroid. Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang
distimuler oleh Tiroid Stimulating Hormon kemudian disatukan menjadi
molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk
dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan molekul yoditironin
(T3).
Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari sekresi
Tiroid Stimulating Hormon dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis,
sedang tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak aktif. Beberapa
obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme
tyroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan
7
umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar hypofisis.
Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar tyroid.
8
b. Adenoma/nodul padat : ISO atau hiperekoik, kadang disertai halo yaitu
suatu lingkaran hipoekoik disekilingnya.
c. Kemungkinan karsinoma : nodul padat, biasanya tanpa halo.
d. Tiroiditis : hipoekoik, difus meliputi seluruh kalenjer.
Pemeriksaan ini dibandingkan pemeriksaan sidik tiroid lebih
menguntungkan karena lebih dapat membedakan antara yang jinak dan
ganas.
4. Biopsi aspirasi jarum halus
Biopsi ini dilaklukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu
keganasan. Kerugian pemeriksaan dengan cara ini adalah dapat
memberikan hasil negatif palsu karena lokasi lokasi biopsi kurang tepat,
teknik biopsi kurang benar, pembuatan preparat yang kurang baik atau
positif palsu karena salah interpretasi oleh ahli sitologi.
5. Termografi
Termografi adalah metode pemeriksaan berdasarkan pengukuran suhu
kulit pada suatu tempat dengan memakai Dynamic Telethermography.
Pemeriksaan ini dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu
keganasan. Hasilnya disebut panas jika perbedaan panas dengan sekitarnya
> 0,90 C dan dingin apabila < 0,90 C. pada penelitian Alves dkk,
didapatkan bahwa pada yang ganas semua hasilnya panas. Pemeriksaan ini
paling sensitif dan spesifik bila dibandingkan dengan pemeriksaan lain.
6. Pertanda tumor
Pada pemeriksaan ini yang diukur adalah peninggian tiroglobulin (Tg)
serum, kadar Tg serum normal antara 1,3 – 30 ng/ml, pada kelainan jinak
rata-rata 323 ng/ml, dan pada keganasan rata-rata 424 ng/ml.
1.8 Penatalaksanaan
1. Dengan pemberian kapsul minyak beriodium terutama bagi penduduk di
daerah endemik sedang dan berat. (Tarwoto,dkk,2012)
9
2. Edukasi
Program ini bertujuan merubah prilaku masyarakat, dalam hal pola makan
dan memasyarakatkan pemakaian garam beriodium. (Tarwoto,dkk,2012)
3. Penyuntikan lipidol (Yodium dalam minyak)
4. Sasaran penyuntikan lipidol adalah penduduk yang tinggal di daerah
endemik dengan dosis untuk orang dewasa dan anak di atas enam tahun 1
cc – 2 cc, sedang kurang dari enam tahun diberi 0,2 cc – 0,8 cc. ini
dilakukan dalam upaya pencegahan sementara kekurangan yodium
(Tarwoto,dkk,2012)
5. Strumektomi
Dilakukan pada stuma yang besar dan menyebabkan keluhan mekanik.
Diindikasikan juga pada struma yang tidak mengecil setelah dilakukan
biopis aspirasi jarum halus. Nodul panas dengan diameter > 2,5 mm
dilakukan operasi karena akan mudah timbul hipertiroidisme
6. L- tiroksin selama 4-5 bulan
Preparat dini diberikan apabila terdapat nodul hangat, lalu dilakukan
pemeriksaan sidik tiroid ulang. Apabila nodul mengecil maka terapi
diteruskan. Apabila tidak mengecil bahkan membesar, dilakukan biopsi
atau operas.
7. Biopsi jarum halus
Cara ini dilakukan pada kista tiroid hingga nodul kurang dari 10 mm.
1.9 Komplikasi
1. Gangguan menelan atau bernafas
2. Gangguan jantung baik berupa gangguan irama hingga pnyakit jantung
kongestif (jantung tidak mampu memompa darah keseluruh tubuh)
3. Osteoporosis, terjadi peningkatan proses penyerapan tulang sehingga
tulang menjadi rapuh, keropos dan mudah patah.
10
1.10 Clinical Pathway
11
BAB 2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
14
Simbol-simbol yang digunakan dalam genogram:
15
6. Pola konsep diri
Bagaimana persepsi pasien terhadap pengobatan dan perawatan
yang akan dilakukan.
7. Pola hubungan-peran
Perang keluarga dangat dibutuhkan dalam merawat dan mengobati
penyakit yang dideria pasien
8. Pola seksual-seksualitas
Tahap ini mengkaji selama sakit terdapat gangguan atau tidak yang
berhubungan dengan reproduksi.
9. Pola mekanisme koping
Pasien membutuhkan dukungan keluarga dalam melakukan
pengobatan dan perawatan
10. Pola nilai dan kepercayaan
Pasien selalu optimis dan berdoa agar penyakit yang diderita dapat
sembuh dengan cepat.
a. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Pada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadarannya
composmentis
Kepala dan leher
Periksa kesimetrisan kepala, bentuk dan ukuran , ekspresi terhadap
kecemasan. Untuk bagian leher pada klien dengan pre operasi
terdapat pembesaran kelenjar tiroid. Pada post operasi thyroidectomy
biasanya didapatkan adanya luka operasi yang sudah ditutup dengan
kasa steril yang direkatkan dengan hypafik serta terpasang drain.
Drain perlu diobservasi dalam dua sampai tiga hari.
Sistim pernafasan
Pada pasien struma terkadang pasien susah bernapas karena ada
penekanan pada trakea. Pada pasien post operasi biasanya pernafasan
lebih sesak akibat dari penumpukan sekret efek dari anestesi, atau
karena adanya darah dalam jalan nafas.
16
Sistim Neurologi
Pada pemeriksaan reflek hasilnya positif dan tidak ada gangguan
dalam sistem ini.
Sistim gastrointestinal
Pasien akan susah menelan. Jika dioperasi akan terjadi komplikasi
yang paling sering adalah mual akibat peningkatan asam lambung
akibat anestesi umum, dan pada akhirnya akan hilang sejalan dengan
efek anestesi yang hilang.
Eliminasi
Penurunan peristaltik usus dapat menimbulkan konstipasi
Mekanisme koping
Dapat mengalami stres akan perubahan bentuk tubuh. Kaji
bagaimana klien mengatasi stressor, bagaimana support sistem yang
dilakukan.
Makanan/cairan
Perubahan pola makan, nafsu makan menurun disebabkan klien
susah menelan,
Rasa nyeri/kenyamanan
Nyeri bersifat individual, tergantung pada ambang respon nyeri
klien. Tetapi pada prinsipnya nyeri sering tidak dialami klien
terutama untuk klien pre operasi
Pemeriksaan B1-B6
1. B 1 : Breathing (Pernafasan/Respirasi)
- Pola napas : Dinilai kecepatan, irama, dan kualitas.
- Bunyi napas: Bunyi napas normal; Vesikuler, broncho vesikuler.
- Penurunan atau hilangnya bunyi napas dapat menunjukan adanya
atelektasis, pnemotorak atau fibrosis pada pleura.
- Rales (merupakan tanda awal adanya CHF. emphysema) merupakan
bunyi yang dihasilkan oleh aliran udara yang melalui sekresi di
dalam trakeobronkial dan alveoli.
- Ronchi (dapat terjadi akibat penurunan diameter saluran napas dan
peningkatan usaha napas)
- Bentuk dada : Perubahan diameter anterior – posterior (AP)
menunjukan adanya COPD
- Ekspansi dada : Dinilai penuh / tidak penuh, dan kesimetrisannya.
17
- Ketidaksimetrisan mungkin menunjukan adanya atelektasis, lesi pada
paru, obstruksi pada bronkus, fraktur tulang iga, pnemotoraks, atau
penempatan endotrakeal dan tube trakeostomi yang kurang tepat.
- Pada observasi ekspansi dada juga perlu dinilai : Retraksi dari otot-
otot interkostal, substrernal, pernapasan abdomen, dan respirasi
paradoks (retraksi abdomen saat inspirasi). Pola napas ini dapat
terjadi jika otot-otot interkostal tidak mampu menggerakan dinding
dada.
- Sputum.
Sputum yang keluar harus dinilai warnanya, jumlah dan
konsistensinya. Mukoid sputum biasa terjadi pada bronkitis kronik
dan astma bronkiale; sputum yang purulen (kuning hijau) biasa
terjadi pada pnemonia, brokhiektasis, brokhitis akut; sputum yang
mengandung darah dapat menunjukan adanya edema paru, TBC, dan
kanker paru.
- Selang oksigen
Endotrakeal tube, Nasopharingeal tube, diperhatikan panjangnya
tube yang berada di luar.
18
- Pengisian kapiler : normal kurang dari 3 detik
- Nadi perifer : ada / tidak dan kualitasnya harus diperiksa. Aritmia
dapat terjadi akibat adanya hipoksia miokardial.
- PMI (Point of Maximal Impuls): Diameter normal 2 cm, pada
interkostal ke lima kiri pada garis midklavikula. Pergeseran lokasi
menunjukan adanya pembesaran ventrikel pasien hipoksemia kronis.
- Edema : Dikaji lokasi dan derajatnya.
3. B 3 : Brain (Persyarafan/Neurologik)
- Tingkat kesadaran
Penurunan tingkat kesadaran pada pasien dengan respirator dapat
terjadi akibat penurunan PCO2 yang menyebabkan vasokontriksi
cerebral. Akibatnya akan menurunkan sirkulasi cerebral.
Untuk menilai tingkat kesadaran dapat digunakan suatu skala
pengkuran yang disebut dengan Glasgow Coma Scale (GCS).
GCS memungkinkan untuk menilai secara obyektif respon pasien
terhadap lingkungan. Komponen yang dinilai adalah : Respon
terbaik buka mata, respon motorik, dan respon verbal. Nilai
kesadaran pasien adalah jumlah nilai-nilai dari ketiga komponen
tersebut.
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon
seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadaran
dibedakan menjadi :
Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya..
Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan
dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat
pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi,
mampu memberi jawaban verbal.
Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada
respon terhadap nyeri.
Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon
terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek
muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
Perubahan tingkat kesadaran dapat diakibatkan dari berbagai faktor,
termasuk perubahan dalam lingkungan kimia otak seperti keracunan,
kekurangan oksigen karena berkurangnya aliran darah ke otak, dan
tekanan berlebihan di dalam rongga tulang kepala.
Adanya defisit tingkat kesadaran memberi kesan adanya hemiparese
serebral atau sistem aktivitas reticular mengalami injuri. Penurunan
19
tingkat kesadaran berhubungan dengan peningkatan angka
morbiditas (kecacatan) dan mortalitas (kematian).
GCS (Glasgow Coma Scale) yaitu skala yang digunakan untuk
menilai tingkat kesadaran pasien, (apakah pasien dalam kondisi
koma atau tidak) dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan
yang diberikan.
Respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal yaitu reaksi
membuka mata , bicara dan motorik. Hasil pemeriksaan dinyatakan
dalam derajat (score) dengan rentang angka 1 – 6 tergantung
responnya.
Eye (respon membuka mata) :
(4) : spontan
(3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya
menekan kuku jari)
(1) : tidak ada respon
Verbal (respon verbal) :
(5) : orientasi baik
(4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang )
disorientasi tempat dan waktu.
(3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas,
namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”)
(2) : suara tanpa arti (mengerang)
(1) : tidak ada respon
Motor (respon motorik) :
(6) : mengikuti perintah
(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi
rangsang nyeri)
(4) : withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi
stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada
& kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh,
dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(1) : tidak ada respon
Hasil pemeriksaan kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol
E…V…M…
Selanjutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi adalah 15
yaitu E4V5M6 dan terendah adalah 3 yaitu E1V1M1.
Refleks pupil
- Reaksi terhadap cahaya (kanan dan kiri)
- Ukuran pupil (kanan dan kiri; 2-6mm)
- Dilatasi pupil dapat disebabkan oleh : stress/takut, cedera neurologis
penggunaan atropta, adrenalin, dan kokain. Dilatasi pupil pada
pasien yang menggunakan respirator dapat terjadi akibat hipoksia
cerebral.
20
Kontraksi pupil dapat disebabkan oleh kerusakan batang otak,
penggunaan narkotik, heroin.
21
adanya demam, infeksi. Pada pasien yang menggunkan ventilator,
infeksi dapat terjadi akibat gangguan pembersihan jalan napas dan
suktion yang tidak steril.
- Integritas kulit
- Perlu dikaji adanya lesi, dan dekubitus
22
2.3 Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan uoaya
Ketidakefektifan pola
keperawatan selama 3x24 jam pola napas pernapasan
nafas b/d obstruksi jalan
kembali normal dengan criteria hasil: Auskultasi bunyi napas
nafas, pembengkakan,
Menunjukan pola pernapasan yang efektif, Observasi adanya tanda hipoventilasi
perdarahan dan spasme
yang dibuktikan dengan status ventilasi Monitor vital sign
laryngeal
dan pernapasan yang tidak terganggu Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Tidak ada suara napas tambahan Informasikan pada pasien dan keluarga tentang teknik
Tidak ada penggunaan otot aksesoris, relaksasi untuk memperbaiki pola pernapasan. Uraikan
tidak sesak tekniknya ( teknik bibir mencucu dan pernapasan
Ekspansi dada simetris abdomen)
Kedalaman inspirasi dan kemudahan Anjurkan pasien untuk istrahat dan anjurkan napas
pernapasan dalam
Frekunsi pernapasan normal 16-24 x/mnt Berikan oksigen sesuai intruksi
2 Gangguan komunikasi Tujuan: Setelah dilakukan tindakan Kaji dan dokumentasikan kemampuan untuk berbicara
23
verbal berhubungan keperawatan selama 2x 24 jam, hambatan Bicara secara jelas, tenang, perlahan menghadap kearah
dengan cedera pita komunikasi verbal teratasi dengan criteria pasien
suara/kerusakan laring, hasil: Berikan perawatan yang rileks, tidak terburu-buru
edema jaringan, dan Menunjukan tidak ada gangguan dalam Jelaskan pada klien penyebab gangguan komunikasi
ketidaknyamanan komunikasi Anjurkan keluarga untuk memberikan stimulasi
Mengkomunikasikan kebutuhan pada komunikasi
perawat atau keluarga Dorong pasien untuk berkomunikasi perlahan dan
Melakukan komunikasi alternative mengulang permintaan
misalnya menggunakan sarana/alat, bahasa Beri penguatan positif atas upaya klien
isyarat Anjurkan teknik komunikasi alernatif
Libatkan pasien dan keluarga dalam mengembangkan
rencana komunikasi
3 Ketidakseimbangan nutrisi Tujuan: Setelah dilakukan tindakan Kaji adanya alergi makanan
kurang dari kebutuhan keperawatan selama 3x 24 jam, nutrisi dapat Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
tubuh berhubungan terpenuhi dengan criteria hasil: Monitor lingkungan selama makan
dengan kesulitan untuk Hasil laboratorium dalam batal normal Monitor turgor kulit
menelan (albumin serum, HCT,Hb) Monitor intake nutrisi
24
Tidak ada penurunan berat badan lebih Atur posisi semi fowler selama makan
dari 20% Yakinkan diet yang dimakan mengandung serat untuk
BB dalam batas normal (BBI/IMT dalam mencegah konstipasi
batas normal (acuan pada rumus Brocha Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat
atau rumus BBI) nutrisi
Pertahankan terapi iv line
Kolaborasi ahli gisi tentang diet untuk nutrisi klien
4 Ansietas b/d kurang Tujuan: Setelah dilakukan tindakan Identifikasikan tingkat kecemasan
pengetahuan klien tentang keperawatan selama 1 x24 jam, ansietas Gunakan pendekatan yang menenangkan
penyakit dan klien teratasi dengan criteria hasil: Temani pasien untuk memberikan ketenangan dan dan
pengobatannya dan akan Klien mampu mengidentifikasi dan mengurangi ketakutan
dilakukannya tindakan mengungkapkan gejala cemas Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
prosedur pembedahan Mengidentifikasi dan menunjukan tekhnik Ajarkan teknik relaksasi
mengurangi cemas Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
Vital sign dalam batas normal ketakutan dan persepsi
Postur tubuh, ekspresi, bahasa tubuh dan Dengarkan dengan penuh perhatian
tingkat aktivitas menunjukan Berikan informasi faktual tentang diagnosis, tindakan
25
berkurangnya kecemasan dan prognosis
Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
prosedur
Kolaborasi pemberian obat untuk menurunkan ansietas
1. Memberikan edukasi mengenai diet tinggi kalsium dan vitamin D. Pemberian suplemen kalsium dapat berupa tablet
ataupun cair. Kebutuhan kalsium orang dewasa per hari sebanyak 800 mg.
2. Memberikan edukasi tentang pentingnya konsumsi obat-obatan seumur hidup bagi pasien pasca tiroidektomi.
3. Anjurkan klien untuk memeriksa kadar kalsium darah sebanyak tiga kali dalam setahun.
26
DAFTAR PUSTAKA
27