Laporan Penelitian Pembekalan Keterampilan Berpikir Komputasi Pada Anak Usia Dini Meningkatkan Daya Saing Dalam Persaingan Global Di Abad 21
Laporan Penelitian Pembekalan Keterampilan Berpikir Komputasi Pada Anak Usia Dini Meningkatkan Daya Saing Dalam Persaingan Global Di Abad 21
Laporan Penelitian Pembekalan Keterampilan Berpikir Komputasi Pada Anak Usia Dini Meningkatkan Daya Saing Dalam Persaingan Global Di Abad 21
Disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran bahasa Indonesia yang dibina oleh
Dra. B. Rini Susanti, M.M.
Oleh:
Yohanes Yobel Yuantomo/180709715/B
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Pembekalan Keterampilan Berpikir Komputasi pada Anak Usia
Dini Meningkatkan Daya Saing dalam Persaingan Global di Abad 21”. Penulis
menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, makalah ini tidak
akan dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada Ibu Dra B. Rini Susanti, M.M. selaku dosen mata kuliah bahasa
Indonesia yang telah membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu penulis sangat membutuhkan saran dan kritik yang membangun guna
menyempurnakan makalah ini. Akhir kata penulis harap makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi para tenaga pendidik dan orangtua.
Penulis
ii
ABSTRAK
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
kompetisi pertama kali ditahun yang sama pada bulan November. Kesadaran
masyarakat tentang pentingnya membekali anak dengan keterampilan berpikir
komputasi masih sangat kurang. Selain itu kurangnya sosialisasi yang dilakukan
pemerintah tentang program ini membuat bebras menjadi lenyap dan kurang
dikenal masyarakat padahal keterampilan berpikir komputasi sangat diperlukan
bagi seseorang untuk bersaing di abad 21. Sampai saat ini penelitian tentang
pembekalan keterampilan berpikir komputasi kepada anak usia dini untuk
meningkatkan daya saing dalam persaingan global di abad 21 masih belum dapat
ditemukan.
Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pembekalan
keterampilan berpikir komputasi pada anak usia dini untuk meningkatkan daya
saing dalam persaingan global di abad 21. Apabila dijabarkan secara lebih spesifik,
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak karakteristik dan ciri-ciri yang
terdapat pada anak usia dini terhadap kecepatan dalam memahami dan mempelajari
keterampilan berpikir komputasi, mengetahui cara yang tepat untuk mengajarkan
anak keterampilan berpikir komputasi demi meningkatkan daya saing dalam
persaingan global di abad 21, dan mengetahui hubungan penguasaan keterampilan
berpikir komputasi terhadap peningkatan pola pemikiran analitis dan sistematis
yang dibuthkan dalam industri 4.0 di abad 21.
Di abad 21 teknologi dan informasi telah menjadi pilar utama yang tak
tergantikan. Oleh karena hal tersebut setiap orang dituntut untuk memiliki
kemampuan berpikir komputasi demi dapat bersaing di era digital. Penelitian ini
akan menambah kajian mengenai cara meningkatkan daya saing dalam persaingan
global di abad 21 lewat keterampilan berpikir komputasi yang diberikan pada anak
usia dini. Selain itu penelitian ini dapat mengembangkan metode yang tepat untuk
membekali anak usia dini dengan keterampilan berpikir komputasi berdasarkan
karakteristik dan ciri-ciri yang terdapat pada anak usia dini.
Pembekalan keterampilan berpikir komputasi pada anak usia dini
merupakan langkah yang tepat untuk mempersiapkan anak agar bisa bersaing di
masa depan. Sayangnya, kesadaran orangtua untuk membekali anak dengan
keterampilan berpikir komputasi masih sangat kurang karena pemerintah masih
2
belum gencar untuk mensosialisasikan pentingnya keterampilan berpikir
komputasi. Penelitian ini dapat membantu pemerintah untuk melakukan sosialisasi
kepada masyarakat mengenai pentingnya keterampilan berpikir komputasi bagi
anak usia dini di abad 21. Selain itu penelitian ini dapat menyadarkan orangtua
mengenai pentingnya keterampilan berpikir komputasi bagi anak agar dapat
bersaing dalam persaingan global di masa depan.
Adapun sistematika penulisan makalah ini dibuat sedemikian rupa sehingga
mempermudah pembaca untuk lebih mudah memahami isi dari makalah ini. Penulis
mengelompokkan pembahasan makalah ke dalam beberapa bagian yaitu
pendahuluan, masalah, tujuan, dan sistematika. Pada bab pendahuluan berisi
pengenalan singkat mengenai permasalahan yang dibahas, permasalahan, tujuan
penulisan serta sistematika penulisan. Pada bab landasan teori berisi kajian teori-
teori yang digunakan dalam pembahasan mengenai pembekalan keterampilan
berpikir komputasi pada anak usia dini untuk meningkatkan daya saing dalam
persaingan global di abad 21. Pada bab isi menceritakan penjelasan mengenai
pembekalan keterampilan berpikir komputasi pada anak usia dini untuk
meningkatkan daya saing dalam persaingan global di abad 21. Pada bab terakhir
yaitu penutup yang berisi tentang kesimpulan mengenai pembahasan pembekalan
keterampilan berpikir komputasi pada anak usia dini untuk meningkatkan daya
saing dalam persaingan global di abad 21.
3
BAB II
KAJIAN TEORI
Teknologi dan informasi telah menjadi kebutuhan yang penting pada zaman
ini. Berbagai aspek dalam kehidupan sangat mengandalkan teknologi demi
mewujudkan hasil yang baik dan efisien. Dengan berkembangnya teknologi,
keterampilan berpikir komputasi pun menjadi suatu hal yang harus dimiliki oleh
setiap orang pada zaman ini demi dapat bersaing dalam persaingan global tak
terkecuali anak-anak. Anak-anak harus diberikan keterampilan berpikir komputasi
sejak usia dini demi mempersiapkan mereka di masa depan. Penelitian ini akan
membahas tentang pembekalan keterampilan berpikir komputasi pada anak usia
dini yang dapat meningkatkan daya saing dalam persaingan global di abad 21. Oleh
karena itu untuk mendukung tema penelitian yang akan dibahas, terdapat beberapa
teori yang berkaitan dengan tema penelitian.
4
yang sesuai dengan tahapan yang sedang dilalui oleh anak tersebut. Dari berbagai
definisi, penulis menyimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berusia 0-8
tahun yang sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun
mental (John, 2018). Anak usia dini memiliki karakteristik yang unik karena
mereka berada pada proses tumbuh kembang yang sangat pesat dan fundamental
bagi kehidupan berikutnya. Secara psikologis anak usia dini memiliki karakteristik
yang khas dan berbeda dengan anak yang usianya di atas delapan tahun. Anak usia
dini yang unik memiliki karakteristik sebagai berikut (Suryana, 2014, h.8).
5
2.1.3 Anak bersifat unik
Menurut Bredekamp (1987), anak memiliki keunikan sendiri seperti
dalam gaya belajar, minat, dan latar belakang keluarga. Keunikan dimiliki oleh
masing-masing anak sesuai dengan bawaan, minat, kemampuan dan latar
belakang budaya serta kehidupan yang berbeda satu sama lain. Meskipun
terdapat pola urutan umum dalam perkembangan anak yang dapat diprediksi,
namun pola perkembangan dan belajarnya tetap memiliki perbedaan satu sama
lain (Suryana, 2014, h.9).
6
2.2 Berpikir Komputasi
Berpikir komputasi adalah salah satu keterampilan dasar yang tidak hanya
dimiliki oleh seorang ilmuan komputer melainkan dimiliki oleh setiap orang. Setiap
anak harus diajarkan keterampilan berpikir komputasi untuk membuat mereka
dapat membaca, menulis, dan berhitung (Riley, 2014, p.xiii). Kemampuan ini
meliputi empat hal yaitu dekomposisi, pengenalan pola, abstraksi, dan algoritma.
Dekomposisi adalah kemampuan yang mampu memecah masalah dari masalah
yang besar ke bagian-bagain kecil yang mampu dikelola dengan lebih mudah.
Pengenalan pola adalah kemampuan yang mampu untuk Mengidentifikasi pola-
pola yang serupa dan terjadi dalam sebuah masalah. Abstraksi adalah kemampuan
untuk melakukan generalisasi terhadap pembentukan pola, melihat karakteristik
dasarnya, dan menyingkirkan detail yang tidak perlu. Algoritma adalah kemampuan
untuk membuat langkah-langkah runtut dalam menyelesaikan masalah (Hebat
Group, 2018).
Terdapat karakteristik yang terdapat dalam berpikir komputasi apabila
diterapkan dalam memecahkan suatu masalah.
7
Berpikir komputasi ditujukan untuk menyelesaikan masalah baik itu
masalah yang rumit maupun yang sederhana. Masalah yang diselesaikan tidak
hanya masalah seputar ilmu komputer, melainkan juga untuk menyelesaikan
beragam masalah. Machine learning misalnya, telah menggubah bagaimana ilmu
statistika dimanfaatkan. Sedangkan dalam bidang ilmu biologi, data mining (yang
merupakan konsep komputasi) dapat melakukan pencarian pada sejumlah besar
data untuk menemukan pola-pola. Harapannya adalah struktur data dan algoritma
dapat menggambarkan struktur protein dengan cara yang menjelaskan fungsi-
fungsi mereka (Sammir, 2015).
8
langkah-langkah logis yang digunakan dalam proses berpikir hingga sampai pada
sudut kesimpulan (Surya, 2013, h.181). Hal ini juga diperkuat oleh Bloom yang
menyatakan bahwa kemampuan berpikir analitis menekankan pada pemecahan
materi kedalam bagian-bagian yang lebih khusus atau kecil dan mendeteksi
hubungan-hubungan dan bagian-bagian tersebut dan bagian-bagian itu diorganisir.
Bloom membagi aspek analisis ke dalam tiga kategori yaitu:
1) Analis bagian seperti melakukan pemisalan fakta, unsur yang didefinisikan,
argumen, asumsi, dalil, hipotesis, dan kesimpulan (Hutomo, 2018).
2) Analisis hubungan seperti menghubungkan antara unsur-unsur dari suatu sistem
matematika (Hutomo, 2018).
3) Analisis sistem seperti mampu mengenalunsur-unsur dan hubungannya dengan
struktur yang terorganisirkan (Hutomo, 2018).
Penjabaran dari ketigakategori tersebut menurut Suharsimi meliputi
berbagai keterampilan, yaitu: memperinci, mengasah diagram, membedakan,
mengidentifikasi, mengilustrasi, menyimpulkan, menunjukkan dan membagi.
Kemampuan analisis yang dapat diukur adalah kemampuan mengidentifikasi
masalah, kemampuan menggunakan konsep yang sudah diketahui dalam suatu
permasalahan dan mampu menyelesaikan suatu persoalan dengan cepat. Ross
mengungkapkan beberapa indikator kemampuan analitis yaitu:
1) Memberikan alasan mengapa sebuah jawaban atau pendekatan suatu masalah
adalah masuk akal (Hutomo, 2018).
2) Membuat dan mengevaluasi kesimpulan umum berdasarkan atas penyelidikan
atau penelitian (Hutomo, 2018).
3) Meramalkan atau menggambarkan kesimpulan atau putusan dari informasi
yang sesuai (Hutomo, 2018).
4) Mempertimbangkan validitas dari argumen dengan menggunakan berpikir
deduktifdan induktif (Hutomo, 2018).
5) Menggunakan data yang mendukung untuk menjelaskan mengapa cara yang
digunakan dalam jawaban adalah benar (Hutomo, 2018).
9
2.4 Berpikir Sistematis
Sistematis merupakan cara berpikir atau berbuat yang bersistem yaitu
berurutan, runtun dan tidak tumpang tindih. Sistematis juga diartikan sebagai suatu
bentuk usaha untuk menguraikan serta merumuskan sesuatu hal dalam konteks
hubungan yang logis serta teratur sehingga membentuk sistem secara menyeluruh,
utuh dan terpadu yang mampu menjelaskan berbagai rangkaian sebab akibat yang
terkait suatu objek tertentu. Menurut sugiyono, dalam metode ilmiah sistematis
diartikan sebagai suatu proses yang dipakai dalam penelitian dengan menggunakan
berbagai langkah yang bersifat logis (Artikelsiana, 2018).
Berpikir sistematis atau system thingking merupakan sebuah pendekatan
holistik untuk memandang sebuah masalah secara menyeluruh di mana elemen-
elemen di dalamnya saling berinteraksi satu sama lain. sekilas pengertiannya
memang hampir mirip dengan pengertian sistematis, tetapi dalam arti yang lebih
khusus. Dalam pemikiran ini, seseorang harus menekankan semua hubungan
berbagai elemen, sehingga mendapatkan solusi terbaik. Dengan menggunakan cara
berpikir ini, diharapkan solusi yang diberikan lebih realistis dan akurat. Cara
berpikir ini baik digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang rumit.
Terutama masalah yang memiliki feedback eksternal maupun internal. Dalam cara
berpikir ini, untuk memahami suatu masalah harus memahami keseluruhan sistem.
Suatu hal yang kecil pun bisa menjadi solusi dari suatu hal yang lebih besar.
Pemikiran ini tidak hanya diterapkan dalam ilmu pengetahuan ilmiah. Tetapi bisa
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (Artikelsiana, 2018).
Dari pengertian sistematis dapat disimpulkan bahwa terdapat karakteritik
system thinking yaitu:
2.4.1 Cara berpikir menyeluruh dan tidak berpikir secara sebagian (Artikelsiana,
2018).
2.4.2 Melihat suatu hal dengan gambaran yang lebih luas dan besar (Artikelsiana,
2018).
2.4.3 Mencari tahu efek yang akan ditimbulkan dari sebuah aksi (Artikelsiana,
2018).
10
2.4.4 Identifikasi suatu hubungan tertentu mempengaruhi sistem tersebut
(Artikelsiana, 2018).
2.4.5 Memahami konsep dari sebuah perilaku dinamis (Artikelsiana, 2018).
2.4.6 Memahami cara kerja struktur sistem yang membentuk perilaku
(Artikelsiana, 2018).
2.4.7 Mencoba melihat suatu hal dari sudut pandang yang berbeda (Artikelsiana,
2018).
Berpikir sistematis dapat digunakan dalam berbagai hal seperti manajemen bisnis,
analisis bisnis, komputasi, kesehatan, pembangunan berkelanjutan, manufaktor dan
masih banyak lainnya. Berpikir sistematis penting untuk dilakukan guna mencari
solusi terbaik untuk sebuah permasalahan dan mengetahui dampak apa saja yang
terjadi dari pengambilan solusi tersebut. Proses ini tidak hanya dilakukan dalam
sebuah penelitian saja tetapi juga permasalahan sehari-hari (Artikelsiana, 2018).
11
BAB III
PEMBAHASAN
12
yang menarik perhatiannya (Suryana, 2014, h.9). Dari aspek tersebut dapat
disimpulkan bahwa apabila orangtua atau tenaga pendidik memberikan dukungan
kepada anak untuk membuat mereka tertarik mempelajari keterampilan berpikir
komputasi maka anak akan lebih cepat untuk menguasai keterampilan berpikkir
komputasi daripada saat mereka sudah beranjak dewasa. Hal tersebut disebabkan
mereka masih memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga mereka tidak
menganggap proses belajar sebagai beban.
13
mengilutrasikan isi soal tersebut. Gambar yang disertakan dalam soal dapat
merangsang imajinasi anak untuk membayangkan bagaimana maksud dari soal
tersebut. Pada usia dini, anak memiliki imajinasi dan fantasi yang tinggi dan setiap
anak memiliki imajinasi yang berbeda-beda (Suryana, 2014, h.10). Apabila melihat
aspek tersebut, anak mungkin akan menjawab pertanyaan dengan cara yang
berbeda-beda dan sebagai tenaga pendidik anak tidak boleh disalahkan karena
menjawab soal dengan cara yang berbeda.
14
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Setiap anak memiliki keunikan sendiri dalam urusan gaya belajar mereka.
Oleh karena itu, tenaga pendidik harus memperhatikan bagaimana cara mereka
belajar demi membangun ketertarikan anak untuk mempelajari keterampilan
berpikir komputasi. Meskipun anak pada usia dini memiliki daya ingat yang luar
biasa, mereka cepat bosan terhadap sesuatu tak terkecuali pembelajaran
keterampilan berpikir komputasi. Untuk mengatasi hal tersebut, tenaga pendidik
harus berhasil menyajikan materi pembelajaran secara ringkas dan menarik agar
anak tidak cepat bosan dan dapat memahami materi dengan baik. Pada usia ini anak
juga memiliki imajinasi yang luar biasa dan setiap anak memiliki imajinasi yang
berbeda-beda. Oleh karena itu tenaga pendidik dapat memberikan gambar untuk
mengilustrasikan soal yang tersedia agar anak dapat membayangkan bagaiamana
maksud pertanyaan dari soal tersebut.
15
Saat berlatih keterampilan berpikir komputasi, tanpa disadari seseorang juga
mengasah kemampuan berpikir analitis dan sistematis yang mereka miliki. Hal
tersebut disebabkan pada saat menjawab pertanyaan tentang berpikir komputasi,
seseorang harus terlebih dahulu menganalisa soal untuk mendapatkan solusi-solusi
yang mungkin. Setelah itu barulah solusi terbaik akan dipilih untuk menjawab
permasalahan yang tersedia dengan menekankan semua hubungan berbagai elemen.
Cara berpikir tersebut adalah cara berpikir secara sistematis. Kedua cara berpikir
ini sangat dibutuhkan di abad 21 yang telah mendorong industri dunia menuju
industri 4.0 dimana teknologi telah mengambil bagian penting di dalamnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Artikelsiana. 2018. 99+ Pengertian Sistematis dan Manfaatnya Menurut Para Ahli,
(Online), (http://www.artikelsiana.com/2018/11/pengertian-
sistematis.html), diakses 28 November 2018.
Bretz, Rudy. 1983. Media for Interactive Communication. Beverly Hills: SAGE
Publication
Hebat Group. 2017. Bekali Anak dengan Keahlian Abad 21, Berpikir Komputasi.
(Online), (https://www.bernas.id/50602-bekali-anak-dengan-keahlian-abad-
21-berpikir-komputasi.html), diakses 26 November 2018.
John, Dewey. 2018. Pengertian Anak Usia Dini Menurut Beberapa Cendekiawan.
(Online), (https://www.silabus.web.id/anak-usia-dini/), diakses 25
November 2018.
Riley, David D. dan Kenny A. Hunt. 2014. Computational Thinking For The
Modern Problem Solver. La Crosse: CRC Press.
Surya, Hendra. 2013. Cara Belajar Orang Genius. Jakarta: Percetakan PT Gramedia.
17