KOTA SURABAYA
2014
1
DAFTAR ISI PANDUAN KOMUNIKASI EFEKTIF
KATA PENGANTAR
SAMBUTAN KETUA
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
BAB V : EVALUASI
2
KATA PENGANTAR
1
BAB I
PENDAHULUAN
Standar akreditasi Rumah Sakit tahun 2011, salah
satu saran dari enam sasaran keselamatan pasien adalah
peningkatan komunikasi yang efektif dan sebagai SKP II.
Poin dalam SKP II adalah Rumah Sakit mengembangkan
pendekatan untuk meningkatkan efektivitas komunikasi
antar para pemberi layanan. Hal ini sesuai dengan Joint
commission International goals 2 The organization
develops an approach to improve the effectiveness of
communication among caregivers(JCI, 2012).
Barker (1971) membagi rerata waktu dalam sehari
yang dipergunakan untuk proses komunikasi sebagai
berikut mendengar 42%, bicara 32%, membaca 15% dan
menulis 11%. Hal ini menunjukkan dalam proses
komunikasi mendengar merupakan aktivitas yang paling
banyak dilakukan selama proses komunikasi berlangsung.
Komunikasi merupakan hal yang penting dalam
keselamatan pasien. Hal ini dapat disimak suatu penelitian
yang dilakukan oleh JCAHO than 2003 mencatat bahwa
dengan root cause analisis pada komunikasi yang kurang
baik 60% dari 2034 menyebabkan kesalahan medik
(medical error) dimana 75% menyebabkan kematian. 915
pasien meninggal karena kesalahan komunikasi. Sampai
tahun 2005 komunikasi masih sebagai penyebab kejadian
sentinel pada semua kategori.
Analisis akar masalahpada kejadian sentinel,
terdapat 5 penyebab utama yakni 1. Komunikasi, 2.
2
Assesemen pasien, 3. Kepatuhan terhadap terapi, 4.
Keamanan lingkungan, 5. Kepemimpinan (Woods, M.S,
2006).
3
BAB II
PENGERTIAN KOMUNIKASI EFEKTIF
Komunikasi merupakan proses bicara dalam
bahasa inggris diakronimkan sebaga TALK. TALK
merupakan akronim dari T (talk to each other) yakni
berbicara satu orang dengan orang lainnya, A (act
together to care for our residents, patients and
families) secara bersama memberikan pelayanan
antar petugas, residen, pasien dan keluarganya L
(listen to each other) yakni satu dengan lainnya saling
dengarkan dan K (know and understand each other)
yakni tahu dan mengerti satu dengan lainnya.
Komunikasi melibatkan pembicara (orang yang
memberi informasi), proses penyampaian informasi,
isi informasi dan pendengar (orang yang menerima
informasi) (Zumbrum, 2006)
Sebagai seorang pembicara, harus memperhatikan
beberapa faktor untuk memberi kesempatan kepada
pendengar untuk mendengar dan memahami isi
komunikasi.
Tibodeau (2003) menyampaikan enam hal
untuk meningkatkatkan komunikasi efektif yakni
1. Pesan disampaikan tepat waktu, pesan berubah
secara konstan dan bila terjadi keterlambatan
dalam menyampaikan pesan menyebabkan
informasi ketinggalan zaman (kuno).
4
2. Pesan hendaknya disampaikan dengan lengkap
sehingga pendengar dapat mengerti informasi yang
ingin disampaikan.
3. Informasi disampaikan dengan jelas
4. Informasi harus akurat dan inti permasalahan, tidak
membingungkan penerima (pendengar)
5. Pesan di verifikasi oleh penyampai berita
5
pendengar yang efektif fokuskan kepada isi
komunikasi, supaya menerima pesan dengan
benar.
4. Catat informasi yang menarik bagi pendengar.
Hal ini membantu konsentrasi dan ketertarikan
sebagai pendengar.
5. Ajukan pertanyaan dengan kata yang baik, hal
ini untuk memperjelas atau menilai
keberhasilan komunikasi dan umpan balik.
Pendengar yang baik berperan aktif dalam
proses komunikasi.
6
tindakan sebagai contoh pemberian KCl
secara iv bolus padahal penyampai berita yang
dimaksud pemberian KCl secara iv drip.
2. Menimbulkan konflik antara penyampaia berita
dengan penerima berita. Hal ini dapat
mempengaruhi mutu pelayanan medik yang
dilaksanakan di Rumah Sakit.
7
BAB III
IMPLEMENTASI KOMUNIKASI EFEKTIF
Komunikasi efektif dapat terjadi dengan mengunakan
suatu format baku agar komunikasi terstandar dan
berlangsung secara efektif dan efisien. Salah satu format
baku yang dipergunakan oleh JAHCO adalah format SBAR.
1. Apakah SBAR?
Komunikasi verbal atau komunikasi tulis yang kurang
adekuat merupakan sumber kesalahan yang serius pada
pusat pelayanan kesehatan. Analisis akar masalah
ditemukan sebagai sumer kesalahan yang terjadi secara
umum disebabkan dari kedua macam komunikasi ini.
Terdapat beberapa hambatan dalam komuikasi antar
petugas pemberi pelayanan karena factor hirarki, gender,
suku, perbedaan gaya komunikasi antar disiplin ilmu dan
gaya komunikasi individual.
SBAR merupakan kerangka komunikasi yang
mempermudah mengatasi hambatan dalam komunikasi.
SBAR merupakan bentuk struktur mendasari komunikasi
antara pemberi informasi dengan penerima informasi.
SBAR mudah diingat yang praktis untuk komunikasi atau
percakapan. SBAR tersusun sebagai berikut:
S = Situation
B = Background
A = Assessment
R = Recommendation
8
Tujuan dan keuntungan menggunakan SBAR (Byred et al,
2009):
1. Meningkatkan keamanan keselamatan pasien
(patient safety)
2. Memberikan standar untuk penyebaran atau berbagi
informasi.
3. Meningkatkan kekuatan atau kejelasan dari para
pemebri pelayanan kesehatan dalam mengajukan
permintaan peribahan perawatan pasien atau untuk
menyelesaikan informasi dalama keadaan kritis
dengan benar dan akurat
4. Meningkatkan efektivitas kerja tim
5. Dapatdipergunakan pada daerah spesifik COPD.
2. Penggunaan SBAR
SBAR dipergunakan sebagai landasan menyusun
komunikasi verbal, tertulis lewat menyusun surat, dari
berbagai keadaan perawatan pasien antara lain:
1. Pasien rawat jalan dan pasien rawat inap
2. Komunikasi pada kasus atau kondisi urgen dan non
urgen
3. Komunikasi dengan pasien, perorangan atau lewat
telepon
4. Keadaan khusus antara dokter dengan perawat
5. Membantu konsultasi antara dokter dengan dokter
6. Mendiskusikan dengan konsultasn professional lain
misal terapi respiasi, fisioterapi
7. Komunikasi dengan mitra bestari
8. Komunikasi pada saat perubahan shift jaga
9. Meningkatkan perhatian
9
10. Serah terima dari petugas ambulan kepada staf
rumah sakit
10
Penilaian terhadap masalah yang ditemukan terkait
dengan apa yang menjadi masalah pada pasien. Berilah
Kesan pasien secara klinis serta hal yang terkait dengan
hal tersebut. Jelaskan pula tindakan yang sudah diberikan
kepada pasien untuk mengatasi permasalahan sambil
menunggu rekomendasi yang diterima petugas.
11
Komunikasi efektif harus dicatat dengan akurat pada
rekam medik atau catatan pasien. Catatan tersebut
harus dapat dibaca (Legible), ditanda tangani (Signed),
diberi tanggal (Dated), dituliskan waktu serta ditulis
dengan menggunakan tinta warna hitam.
Contoh SBAR
12
CONTOH SBAR PASIEN DALAM KEADAAN KRITIS
Ubah terapi
Beri obat…., cek tanda vital setiap…… menit
Bila pasien tidak ada perubahan dalam
waktu……. Menit, laporkan lagi
Konfirmasi
Petugas < saya sudah jelas tindakan kepada
pasien adalah……., akan saya laporkan lagi
dalam waktu……>
13
PPDS-dokter IGD-perawat/bidan melaporkan keadaan
pasien kepada DPJP
14
Petugas Laboratorium ke Perawat Ruang Bogenvil
Situation: Assalamu’alaikum, Saya Ahad dari Instalasi Patologi
Klinik. Spesimen darah pasien Ny. A, RMK no: 77890 beku.
15
BAB IV
STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI EFEKTIF
16
Membudayakan pelaksanaan komunikasi efektif
merupakan hal yang cukup sulit. Sehingga perlu
ditanamkan pengertian nilai serta kepercayaan kepada
semua petugas bahwa dengan melakukan komunikasi
efektif dapat menyelamatkan pasien.
17
BAB VI
PENUTUP
18
DAFTAR PUSTAKA
19