Anda di halaman 1dari 4

Pada dasarnya, masyarakat Indonesia sebagai suatu kesatuan telah lahir jauh sebelum lahirnya

(secara formal) masyarakat Indonesia. Peristiwa sumpah pemuda antara lain merupakan bukti yang
jelas. Peristiwa ini merupakan suatu consensus nasional yang mampu membuat membuat
masyarakat Indonesia terintegrasi di atas gagasan Bhineka Tunggal Ika.

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, yang hidup tersebar di seluruh tanah air,
yang memiliki berbagai macam ragam budaya. Sehingga menimbulkan keanekaragaman institusi
dalam masyarakat

Manusia sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial selalu berupaya untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya berupa kebutuhan utama, sosial dan integrative (suparlan, 1986).

Organisasi sosial dalam ranah antropologi sosial lebih bersifat integral. Bahwa manusia memiliki
kekhususan secara individu, terikat pengalaman yang berbeda, memiliki pemahaman yang
berbeda, dan lain sebagainya dan pada akhirnya melestarikan nilai yang telah di sepakati bersama
oleh semua anggota yang di sebut sebagai kebudayaan. Koentjaraningrat melihat organisasi sosial
sebagai unsur yang universal. Karena itu, dimana ada masyarakat, berarti di situlah terdapat unusr
yang mendorong manusia berada dalam satu pengaturan, pengorganisasian, atau pengelompokan
yang berfungsi menunang kebutuhan yang berkaitan langsung dengan kehidupan.

Sistem budaya merupakan wujud yang abstrak dari kebudayaan. Sistem budaya atau cultural
system merupakan ide-ide dan gagasan manusia yang hidup bersama dalam suatu masyarakat.
Sistem budaya juga bisa di katakana sebagai adat istiadat, yang mencakup sistem norma, nilai
budaya, dan agama. Fungsi nya yaitu menata dan memantapkan tindakan-tindakan serta tingkah
laku manusia.

Unsur budaya menurut Bronislaw Malinowski : (1) sistem normal sosial, yang memberikan
kemungkinan kepada masyarakat untuk bekerja sama dan menyesuaikan diri. (2) organisasi
ekonomi, (3) alat atau lembaga pendidikan (keluarga), (4) organisasi politik.

Sistem budaya merupakan komponen-komponen dari suatu kebudayaan, menurut Keesing (dalam
Saifuddin, 2005), komponen tersebut adalah : (1) kebudayaan sebagai sistem adaptif yang fungsi
utamanya adalah penyesuaian diri masyarakat terhadap lingkungannya. (2) kebudayaan sebagai
sistem kognitif yang tersusun dari apapn yang di ketahui dalam berpikir menurut cara tertentu yang
berlaku bagi warga kebudayaan. (3) kebudayaan sebagai sistem struktur dari symbol-simbol yang
dilimiliki analogi dengan struktur pemikiran manusia. (4) kebudayaan sebagai sistem symbol yang
terdiri symbol-simbol dan makna-makna yang di miliki bersama-sama, yang dapat di identifikasi,
dan bersifat public.

M. Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat di pergunakan untuk
menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan.

Sementara itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang di bentuk oleh masyarakat, baik
yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum yang berfungsi sebagai sarana
partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara.

Materialism adalah falsafah atau paham yang berpendapat bahwa kebenaran itu terletak pada
benda. Artinya segala sesuatu itu benar apabila secara materi dapat di lihat nyata. Materialistik
adalah watak yang diwujudkan melalui sikap hidup yang mendambakan materi, ingin menguasai
dan memiliki benda.

Materialisme kebudayaan tidak dapat dilepaskan dari nama Marvin Haris, yang mengusulkan
nama pendekatan itu sendiri (Saifudin, 2006, p-235). Meterialisme kebudayaan didasarkan pada
konsep bahwa kondisi-kondisi materi masyarakat menentukan kesadaran manusia, dan bukan
sebaliknya.

Materialisme didasarkan pada konsep bahwa dunia ini terdiri dari objek-objek materi yang
berinteraksi dan berpotongan satu sama lain dalam berbagai keadaan, tetap maupun bergerak.

Marvin Haris sangat di pengaruhi oleh gagasan Marxis tentang basis (base) dan suprastructure
(saifudin, 2006, pp. 236). Marxis (1979) menyebut “basis” sebagai “infrastructure”, yakni
“geografi”. Ia memodifikasi skema Marxis dengan memasukan unsu reproduksi manusia ke dalam
basis (infrastructure), bersama-sama dengan mode ekonomi dari reproduksi.

Haris (1982), menyatakan bahwa “materialism kebudayaan”, atau teori umum apapun seperti
Marxisme atau strukturalisme, adalah suatu kumpulan konsep dan orientasi teoritis yang tidak
sendirinya dapat diuji atau cenderung di buktikan secara empiris (Saifudin, 2006, p.237)
Emile Durkheim, tokoh sosiologi, berkebangsaan Prancis, peletak dasar sosiologi modern,
membagi kelompok sosial atas 2 jenis berdasarkan ikatan sosial. Adapaun solidaritas sosial yang
di maksud adalah mekanik dan organik.

Solidaritas mekanik adalah ciri yang menandai bagi masyarakat sederhana yang hidup terpisah
dalam kelompok-kelompok kecil. Pada masyarakat ini belum ada pembagian kerja atau
spesialisasi dan dalam hal pekerjaan dilakukan bersama-sama. Hubungan sosial yang terjadi
diantara anggota masyarakat cenderung akrab dan didasarkan pada sistem nilai yang sama.
Contoh, masyarakat pedesaan

Solidaritas organik adalah bentuk solidaritas yang mengikat masyarakat kompleks atau beragam
yang telah mengenal pembagian kerja secara rinci. Dengan demikian, muncul keahlian tertenu
yang di miliki setiap anggota masyarakat yang mengakibatkan setiap golongan masyarakat saling
tergantung sama lain dan tidak dapat hidup secara sendiri tanpa melakukan hunungan atau kerja
sama dengan golongan lain dalam masyarakat.

Solidaritas mekanik, relative beridi sendiri (tidak bergantung keapda orang lain) dalam keefisien
kerja, terjadi di masyarakat sederhana, primitive, dan tradisonal, merupakan ciri dari masyarakat
yang tidak terorganisir, beban lebih berat, individualis rendah, dan represif yaitu tidak bisa dipaksa
sendiri. Sedangkan solidaritas organik adalah saling berkaitan dan mempengaruhi dalam
keefisienan kerja, dilangsungkan oleh masyarakat yang kompleks , ciri dari masyarakat modern
atau perkotaan, kerja terorganisir dengan baik, beban ringan, individualis tinggi, dan adanya
pembagian kerja.

Relativisme buday adalah prinsip bahwa kepercayaan dan aktivitas setiap orang harus di pahami
menurut budaya orang itu sendiri. Prinsip ini di rintis sebagai aksioma dalam penelitian
Antropologi Franz Boaz. Selain itu, relativisme budaya adalah pandangan yang menyatakan bahwa
semua keyakinan, adat istiadat, dan etika bersifat relative bagi setiap orang, tergatng konteks
sosialnya sendiri. Dengan kata lain, “benar” dan “salah” bersifat hanya berlaku bagi orang-orang
tertetnu di dalam budaya-budaya tertentu. Apa yang dianggap bermoral dalam suatu masyarakat
bisa di anggap tidak bermoral di tempat lain, sehingga pandangan ini menganggap kalua tidak ada
standar moralitas yang bersifat universal.
Universalisme vs Partikularisme, partikularisme lebih mengedepankan aspek-aspek personal
yang dilandasi adanya hubungan emosional disbanding peraturan yang berlaku, sedangkan
universalisme memfokuskan diri terhadap tanggung jawab tiap personal kepada peraturan-
peraturan yang ada dari pada memikirkan nasib orang lain walaupun masih ada hubungan darah.

Anda mungkin juga menyukai