Laporan Dinkes
Laporan Dinkes
Oleh :
KELOMPOK
Dwi Nurheni (2015030068)
Irvan Budi S (2015030074)
Nanda Ayu D (2015030083)
Nosi Aprilia R (2015030085)
Rizki Romodhona F (2015030097)
Veny Andesta (2015030100)
i
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh:
Dwi Nurheni (2015030068)
Irvan Budi S (2015030074)
Nanda Ayu D (2015030083)
Nosi Aprilia R (2015030085)
Rizki Romodhona F (2015030097)
Veny Andesta (2015030100)
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
ii
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulisan laporan yang berjudul “Laporan
PKL Pelayanan Gizi Masyarakat di Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo” dapat
terselesaikan dengan baik. Laporan ini tersusun berkat bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Maria Agustuniati, S. ST., M. Kes., selaku Pembimbing Lapang I yang telah
meluangkan waktu dan bimbingan serta arahan dalam penyusunan laporan.
2. Nurma Budi Ariyati, S.Gz., M.Gizi., selaku Pembimbing Lapang II yang telah
meluangkan waktu dan bimbingan serta arahan dalam penyusunan laporan.
3. Dewi Pertiwi DK, S.Gz., M.Gizi., selaku Pembimbing Akademik I yang telah
meluangkan waktu dan bimbingan serta arahan dalam penyusunan laporan.
4. Dodik Luthfianto, S.Pd., M.Si., selaku Pembimbing Akademik II yang telah
meluangkan waktu untuk dan bimbingan serta arahan dalam penyusunan
laporan.
5. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
penyusunan laporan yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari
sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan laporan ini.
Sukoharjo, Maret 2019
Penulis
iii
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR TABEL vii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1
B. Tujuan 2
1. Tujuan Umum 2
2. Tujuan Khusus 2
C. Manfaat 3
1. Bagi Mahasiswa 3
2. Bagi Perguruan Tinggi 3
3. Bagi Dinas Kesehatan 3
D. Ruang Lingkup PKL 3
1. Lokasi PKL 3
2. Jadwal pelaksanaan 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
A. Masalah Gizi Nasional 4
B. Model Perencanaan Program Gizi Masyarakat 10
C. Strategi dan Kebijakan Program Pangan dan Gizi 25
D. Program UPGK dan Penanggulangan Masalah Gizi Nasional 34
E. Program Gizi Institusi (UPGI) 35
F. Sistem Monitoring dan Evaluasi Program Gizi Masyarakat 37
BAB III METODE PENGAMBILAN DATA 40
A. Lokasi dan Waktu 40
B. Jenis dan Cara Pengumpulan Data 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 41
iv
v
v
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
vii
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mendapat ilmu dari lapangan dan membandingkan
ilmu yang diperoleh dengan dunia kerja yang sesungguhnya. Sehingga
dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi kompetisi pendidikan.
3
4
5
dari 11 g/dl selama masa kehamilan pada trismester I dan III, dan pada
trimester II apabila kadar hemoglobin kurang dari 10 g/dl. Pada masa
kehamilan darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim
disebut hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi bertambahnya sel
darah yang kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma darah
akan mengakibatkan terjadinya pengenceran darah. Perbandingan
tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18%, dan
hemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah
dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam
kehamilan antara 32 dan 36 minggu.
Anemia pada kehamilan didefinisikan sebagai konsentrasi
hemoglobin (Hb) <11,0 g/dl, anemia mempengaruhi lebih dari 56 juta
wanita diseluruh dunia, dua pertiga dari mereka berasal dari Asia,
Menurut Soekirman (2012), masalah anemia merupakan masalah gizi
mikro terbesar dan tersulit di seluruh dunia. Sebagian besar hasil
penelitian membuktikan bahwa anemia pada ibu hamil meningkatkan
risiko melahirkan bayi dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Zat
besi diperlukan untuk pembentukan energi, pengangkutan oksigen
darah serta penyusunan neurotransmitter dan DNA. Bayi yang lahir
dari ibu yang anemia akan mengalami defisiensi besi dengan akibat
disfungsi otak dan gangguan perbanyakan jumlah sel otak. Anemia gizi
besi pada ibu hamil berakibat luas, antara lain risiko berat bayi yang
dilahirkan rendah, pendarahan ibu, infeksi setelah lahir dan partus
lama (IPB, 2013). Manifestasi dari masalah gizi makro pada ibu hamil
KEK adalah bayi BBLR.
Menurut Ansari, et al (2016), anemia mempengaruhi hampir
dua pertiga dari wanita hamil di negara-negara berkembang dan
memberikan kontribusi untuk morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi
berat badan lahir rendah (BBLR). Anemia pada ibu hamil dapat
menyebabkan bayi lahir dengan BBLR (Zaluchu, 2007).
4. Berat Badan di Bawah Garis Merah (BGM)
9
Prioritas (P) =
Keterangan:
M = Magnitude (besarnya masalah yang dihadapi)
I = Important (pentingnya jalan keluar menyelesaikan
masalah)
V = Vunerability (ketepatan jalan keluar untuk masalah)
C = Cost (biaya yang dikeluarkan) dimana kriterianya
ditetapkan:
Nilai 1 = Biaya sangat murah
Nilai 2 = Biaya murah
Nilai 3 = Biaya cukup murah
Nilai 4 = Biaya mahal
Nilai 5 = Biaya sangat mahal
b. Metode Hanlon
Metode ini digunakan dalam penetapan altematif prioritas
jenis intervensi yang akan dilakukan menggunakan 4 kriteria yaitu
kelompok kriteria 1 yang besamya masalah (magnitude), kelompok
kriteria 2 merupakan kelompok dengan tingkat kegawatan masalah
(emergency/seriousness), kelompok kriteria 3 yaitu kemudahan
penanggulangan masalah (causability), dan kelompok kriteria 4
yaitu dapat atau tidaknya program dilaksanakan menggunakan
istilah PEARL faktor (Hanlon dan Picken, 2005).
Metode Hanlon dalam proses awalnya menggunakan
pendapat anggota secara curah pendapat (brain storming) untuk
menentukan nilai dan bobot. Berdasarkan masing-masing
kelompok kriteria diperoleh nilai dengan jalan melakukan scoring
dengan skala tertentu, kemudian kelompok kriteria tersebut
dimasukkan kedalam formula dan semakin tinggi nilai hasil yang
diperoleh maka hasil tersebut yang menjadi prioritas jenis program
yang didahulukan (menjadi prioritas intervensi) (Hanlon dan
15
Picken, 2005).
Langkah-langkah untuk melaksanakan metode Hanlon sebagai
berikut (Hanlon dan Picken, 2005):
1) Menetapkan kriteria kelompok 1: besarnya masalah
(magnitude)
Anggota kelompok merumuskan faktor apa saja yang
digunakan untuk menentukan besarnya masalah, misalnya
besarnya %tasi prevalensi penduduk yang menderita langsung
karena penyakit tersebut, besarnya pengeluaran biaya yang
diperlukan perorang rata-rata perbulan untuk mengatasi
masalah kesehatan tersebut, besarnya kerugian yang diderita
2) Menetapkan kriteria kelompok II: kegawatan
(emergensy/seriousness)
Pada langkah ini kelompok menentukan tingkat
kegawatan misalnya dengan melihat faktor-faktor seperti
tingkat kegawatannya, kecenderungannya, dan tingkat
keganasannya. Berdasarkan 3 faktor ini anggota menentukan
nilai dengan skala 0-10.
3) Menetapkan kriteria kelompok III: kemudahan penanggulangan
Setiap anggota katakanlah jumlah anggota 6 orang
memberikan nilai antara 1-5 berdasarkan prakiraan kemudahan
penanggulangan masing-masing masalah. Angka 1 berarti
bahwa masalah tersebut sulit ditanggulangi dan angka 5 berarti
bahwa masalah tersebut mudah dipecahkan. Kelompok
menentukan kriteria berdasarkan kemampuan dan tersedianya
sumber daya untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan
kriteria sebagai berikut (Symond, 2013):
1 = Amat sulit
2 = Sulit
3 = Cukup sulit/cukup mudah
4 = Mudah
5 = Sangat mudah
4) Menetapkan kriteria kelompok kriteria IV yaitu PEARL faktor
16
dan Tujuan strategi dan kebijakan program pangan dan gizi dimaksudkan
sebagai acuan bagi pelaksana program di lingkup Direktorat Jenderal Bina
Gizi dan KIA dalam melaksanakan kegiatannya. Tujuan yang ingin dicapai
adalah tercapainya peningkatan status kesehatan masyarakat melalui
terselenggaranya kegiatan di lingkup Direktorat Jenderal Bina Gizi dan
KIA untuk mencapai indikator kinerja program yaitu %tase persalinan di
fasilitas pelayanan kesehatan dan persentase ibu hamil Kurang Energi
Kronik (KEK). Sasaran pokok RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional) tahun 2015-2019 adalah :
a. Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak
b. Meningkatnya pengendalian penyakit
c. Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
terutama didaerah terpencil, tertinggal dan perbatasan.
d. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu
Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN (Sistem Jaminan Sosial
Nasional) Kesehatan.
Tabel 1. Indikator Pembinaan Gizi Masyarakat Tahun 2015-2019
Target
Sasaran Indikator 2015 2016 2017 2018 2019
(%) (%) (%) (%) (%)
Meningkatnya Persentase Ibu hamil 13 50 65 80 95
Pelayanan KEK yang mendapat
Gizi makanan tambahan
Masyarakat Persentase Ibu hamil 82 85 90 95 98
yang mendapat Tablet
Tambah Darah (TTD)
Persentase bayi kurang 39 42 44 47 50
dari 6 bulan yang
mendapat Asi
eksklusif
Persentase bayi baru 38 41 44 47 50
lahir mendapat Inisiasi
Menyusu Dini (IMD)
Persentase balita kurus 70 75 80 85 90
yang mendapat
makanan tambahan
Persentase remaja 10 15 20 25 30
putri yang mendapat
Tablet Tambah Darah
(TTD)
32
dilakukan untuk menilai kemajuan kegiatan dan hasil yang dicapai dalam
upaya peningkatan gizi masyarakat yang dilakukan oleh masing-masing
wilayah/daerah (Depkes, 2008).
Menurut Mubarak (2009), langkah-langkah dalam evaluasi sebagai
berikut:
a) Menentukan tujuan evaluasi
b) Menentukan bagian apa dari program yang akan dievaluasi
c) Mengumpulkan data awal (baseline data)
d) Mempelajari tujuan program
e) Menentukan tolak ukur (indikator)
f) Menentukan cara atau metode menilai, alat penilaian, dan sumber
datanya
g) Mengumpulkan data
h) Mengolah dan menyimpulkan data yang didapat
i) Umpan balik (feedback) dan saran-saran untuk program berikutnya.
Tujuan evaluasi menurut Minijaya (2004) adalah :
a) Memperbaiki kebijakan pelaksanan dan perencanaan program yang
akan datang
b) Memperbaiki alokasi sumber daya
c) Memperbaiki pelaksaan suatu kegiatan yang sedang berjalan
d) Untuk mengadakan perencanaan kembali yang lebih baik terhadap
suatu program
BAB III
METODE PENGAMBILAN DATA
40
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41
42
2) Sekretaris
Tugas sekretaris adalah melaksanakan perumusan
konsep dan pelaksanaan kebijakan, pengkoordinasian,
pemantauan, evaluasi, pelaporan meliputi keuangan, hukum,
informasi, kehumasan, keorganisasian dan ketatalaksanaan,
pembinaan ketatausahaan, kearsipan, kerumahtanggaan,
kepegawaian, pengelolaan dan pematauan saham aset, dan
pelayanan administrasi di lingkungan Dinas Kesehatan.
Fungsi dari sekretaris adalah pengkoordinasian
penyusunan kebijakan, rencana, program, kegiatan, dan
anggaran di lingkungan Dinas Kesehatan. Melakukan
pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang
meliputi keuangan, hukum, hubungan masyarakat,
ketatausahaan, kearsipan, kerumahtanggaan, dan pelayanan
administrasi di lingkungan Dinas Kesehatan. Melakukan
pengkoordinasian, pembinaan dan penataan organisasi dan tata
laksana di lingkungan Dinas Kesehatan. Pengkoordinasian dan
penyusunan peraturan perundang-undangan serta pelaksanaan
advokasi hukum di lingkungan Dinas Kesehatan.
Pengkoordinasian pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern
47
Motivasi kader
yang kurang
68
A. Kesimpulan
1. Struktur organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo terdiri dari
kepala dinas, sekretaris yang membawahi sub bagian perencanaan dan
keuangan serta sub bagian umum dan kepegawaian, bidang kesehatan
masyarakat membawahi seksi kesehatan keluarga dan gizi masyarakat,
seksi promosi dan pemberdayaan masyarakat serta seksi kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, bidang pencegahan dan
pengendalian penyakit membawahi seksi surveilans dan imunisasi,
seksi pencegahan dan pengendalian penyakit menular, seksi
pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan
jiwa, bidang pelayanan dan sumber daya kesehatan membawahi seksi
pelayanan dan pembiayaan kesehatan, seksi farmasi makanan,
minuman, alat kesehatan dan peralatan kesehatan rumah tangga, seksi
sumber daya manusia dan sertifikasi kesehatan.
2. Masalah gizi yang terjadi di kabupaten Sukoharjo terdiri dari 5 hal
yaitu ibu hamil anemia, ibu hamil KEK, ASI eksklusif, status gizi
balita dan balita bawah garis merah.
3. Identifikasi masalah gizi di Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo
terdiri dari status gizi balita berdasarkan BB/U, balita yang berada di
bawah garis merah, ibu hamil dengan anemia, ASI eksklusif.
4. Prioritas masalah yang terdapat di Dinas Kesehatan Kabupaten
Sukoharjo adalah ASI eksklusif.
5. Alternatif pemecahan masalah gizi di Dinas Kesehatan Kabupaten
Sukoharjo adalah melakukan pemberian makanan tambahan bagi ibu
hamil KEK, pemberian tablet tambah darah bagi ibu hamil, ASI
eksklusif, IMD, pemberian makanan tambahan, sosialisasi,
meningkatkan pengetahuan kader dan kelas ibu hamil.
6. Model perencanaan program gizi masyarakat adalah berdasarkan
capaian atau cakupan program gizi tahun sebelumnya yang masih
rendah, yang dievaluasi penyebabnya dan diajukan anggarannya.
77
78
Adriana, D. 2011. Tumbuh Kembang Dan Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta :
Salemba Medika.
Almatsier, S. 2013. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ansari, NB,. Badruddin SH,. Karmaliani R,. Harris H,. Jehan I,. Pasha O,. Moss
N,. McClure EM,. Goldenberg R.L. 2008. Anemia Prevalence And Risk
Factors In Pregnant Women In An Urban Area of Pakistan. Food and
Nutrition Bulletin, vol. 29(2). The United Nations University.
Aries, M. D. 2006. Estimasi Kerugian Ekonomi Akibat Status Gizi Buruk dan
Biaya Penanggulangannya pada Balita di Berbagai Provinsi Di
Indonesia. Jurnal Gizi dan Pangan.1(2):26-33.
Buzan, T. 2008. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Denas Symond. 2013. Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan Dan Prioritas Jenis
Intervensi Kegiatan Dalam Pelayanan Kesehatan di Suatu
Wilayah.Yogyakarta : Graha Ilmu
Departemen Gizi dan Kesehatan FKM UI. 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Rajawali Press.
Departemen Kesehatan RI. 2005. Pengertian Balita Bawah Garis Merah (BGM).
Jakarta.
Depkes RI. 2008. Pedoman Pemantauan Status Gizi (PSG) dan Keluarga Sadar
Gizi (Kadarzi). Jakarta: Depkes RI.
Fritschel, H., Tera C., John W.H., and Andrew M. 2014. Global Nutrition Report
2 Actions and Accountability to Accelerate the World’s Progress on
Nutrition. Washington, DC : International Food Policy Research Institute.
Hasan, Y. Saputra, W. 2008. Ketahanan Pangan dan Kemiskinan: Implementasi
dan Kebijakan Penyesuaian. Jurnal Ipteks Terapan. 2(1):146-168.
Kemenkes RI. 2013. Pusat Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2014. Modul Pelatihan Surveilans Gizi. Jakarta: Direktorat Bina
Kemenkes RI. 2014. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2014-2019.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Pemantauan Status Gizi
Dilakukan di Seluruh kabupaten/Kota di Indonesia. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI.
Marut, U.D. 2007. Aspek Sosial Ekonomi dan Kaitannya dengan Masalah Gizi
Kurang di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Jurnal Gizi dan
Pangan. 2(3):36 43.
Novitasari, DA. 2012. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Gizi Buruk pada Balita yang
Dirawat di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Skripsi. Program Pendidikan
Sarjana Kedokteran UniveRSitas Diponegoro.
Proverawati, A dan Wati, E.K. 2011. Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi
Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Proverawati, A.A.S. 2009. Buku Ajar Gizi dan Kebidanan. Nuha Medika,
Yogyakarta.
Rufia. 2014. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Variasi Makanan dengan Status
Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Mandiangin Kota Bukittinggi
Tahun 2014. Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi. 5(2).
Sulistiyoningsih, H. 2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Supariasa, IDN., Bakri, B., Pajar, I. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC
Penerbit Buku Kedokteran.
Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi. 2004. Ketahanan Pangan dan Gizi di
Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Program dan Abstrak. Jakarta,
Indonesia: LIPI.