Laporan Kasus Neonatus Hiperbilirubinemia
Laporan Kasus Neonatus Hiperbilirubinemia
HIPERBILIRUBINEMIA
Pembimbing:
dr. Effendi Reksodihardjo, Sp.A
Oleh:
Marisa Fatkiya
201720401011155
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunia-Nyalah maka tinjauan pustaka dan laporan kasus yang
berjudul “Ikterus Neonatorum” ini dapat selesai tepat pada waktunya. Adapun
tujuan dari penulisan tinjauan pustaka dan laporan kasus ini adalah sebagai salah
mendapat bantuan dari bergagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini
2. dr. Debby C. Sumantri Sp. A; dr. Retno, Sp.A; dr. Ahmad Mahfur, Sp.A; dr.
Hakimah Maimunah, Sp.A, dan semua staf medis bagian ilmu kesehatan anak
Penulis menyadari bahwa tinjauan pustaka ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan sehingga
dihasilkan tinjauan pustaka dan laporan kasus yang lebih baik di kemudian hari.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1
PENDAHULUAN
pertama kehidupannya.2
pada bayi baru lahir tahun 2003 sebesar 58% untuk kadar bilirubin ≥5
mg/dL dan 29,3% untuk kadar bilirubin ≥12 mg/dL pada minggu pertama
4
bilitubin ≥13 mg/dL, RS Dr. Kariadi Semarang dengan prevalensi ikterus
Agustus 2012 sampai Januari 2013 sebanyak 100 kasus. Faktor risiko yang
bilirubin pada sistem saraf pusat di ganglia basalis dan beberapa nuklei
mencapai 4,6 juta jiwa per tahun, dengan angka kematian bayi sebesar
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
dengan pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin
tak terkonjugasi yang berlebih. Ikterus secara klinis akan mulai tampak
pada bayi baru lahir apabila kadar bilirubin serum 5-7 mg/dL. Sedangkan
standar deviasi atau lebih dari kadar yang diharapkan berdasarkan umur
dibanding orang dewasa normal. Hal ini dapat terjadi karena jumlah
eritosit pada neonatus lebih banyak dan usianya lebih pendek. Keadaan
bayi kuning (ikterus) sangat sering terjadi pada bayi baru lahir, terutama
pada BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah). Banyak sekali penyebab bayi
kuning ini, yang sering terjadi adalah karena belum matangnya fungsi hati
bayi untuk memproses eritrosit (sel darah merah). Pada bayi usia sel darah
hati bayi. Saat lahir hati bayi belum cukup baik untuk melakukan
2.2 Epidemiologi
6
Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Nasional Cipto Mangunkusumo
selama tahun 2003, menemukan prevalensi ikterus pada bayi baru lahir
sebesar 58% untuk kadar bilirubin di atas 5 mg/dL dan 29,3% dengan
kadar bilirubin di atas 5 mg/dL dan 23,8% memiliki kadar bilirubin di atas
2.3 Patofisiologi
1. Metabolisme Bilirubin
dari heme dengan bantuan enzim heme oksigenase yaitu suatu enzim yang
sebagian besar terdapat dalam sel hati, dan organ lain. Pada reaksi tersebut
biliverdin reduktase. Biliverdin bersifat larut dalam air dan secara cepat
7
dengan biliverdin, bilirubin bersifat lipofilik dan terikat dengan hydrogen
serta pada pH normal bersifat tidak larut. Jika tubuh akan mengeksresikan,
Gambar 2.1
Metabolisme Bilirubin
bilirubin pada bayi baru lahir disebabkan oleh masa hidup eritrosit bayi
lebih pendek (70-90 hari) dibandingkan dengan orang dewasa (120 hari),
peningkatan degradasi heme, turn over sitokrom yang meningkat dan juga
8
2. Transportasi Bilirubin
Bayi baru lahir mempunyai kapasitas ikatan plasma yang rendah terhadap
merupakan zat non polar dan tidak larut dalam air dan kemudian akan di
2) Bilirubin bebas
melalui ginjal.
3. Asupan Bilirubin
4. Konjugasi Bilirubin
9
enzim uridine diphospate glukuronosyl transferase (UDPG – T). Katalisa
5. Eksresi Bilirubin
eksresikan melalui feses. Setelah berada dalam usus halus bilirubin yang
sirkulasi enterohepatik.1
Terdapat perbedaan antara bayi baru lahir dan orang dewasa, yaitu
pada mukosa usus halus dan feses bayi baru lahir mengandung enzim β-
selanjutnya dapat diabsorbsi kembali. Selain itu pada bayi baru lahir,
neonatus cukup bulan sehat dan 3-4 mg/kgBB per 24 jam pada orang
10
dewasa sehat. Sekitar 80 % bilirubin yang diproduksi tiap hari berasal dari
badan karena massa eritrosit lebih besar dan umur eritrositnya lebih
pendek.
kerusakan sel hati atau kerusakan duktus biliaris, yang kemudian dapat
2.4 Etiologi3
Dasar Penyebab
terlambat
11
Penurunan bilirubin clearance
Tabel 2.1
Faktor yang Berhubungan dengan Ikterus Fisiologis
Dasar Penyebab
(Rh, AB0)
galaktosemia)
Sepsis
ileus mekonium
12
Kemampuan konjugasi) hipoglikemia
Tabel 2.2
Penyebab Neonatal Hiperbilirubinemia Indirek
a. Faktor Maternal
b. Faktor Perinatal
c. Faktor Neonatus
- Prematuritas
- Faktor genetik
- Polisitemia
- Hipoglikemia
2.6 Klasifikasi4,5,6
Ikterus fisiologis : Terjadi setelah 24 jam pertama. Pada bayi cukup bulan
13
sampai 15 mg/dL. Peningkatan/akumulasi bilirubin serum <
5 mg/dL/hr.
Pola ikterus fisiologis pada bayi baru lahir sebagai berikut: kadar
mg/dL.
ikterus pada hari pertama. Ikterus ini biasanya timbul pada hari kedua,
dua. Bayi dengan gejala ikterus ini tidak sakit dan tidak memerlukan
14
Bilirubin melebihi 15mg% pada bayi prenatur
waktu.
2.7 Diagnosis
dapat digunakan apabila tidak ada alat. Pemeriksaan ini sulit diterapkan
dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila
pencahayaan yang kurang. - Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari
keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang tampak
kuning.7
15
Usia Kuning terlihat pada Tingkat Keparahan
Ikterus
manapuna
seterusnya
Tabel 2.3
Perkiraan Klinis Tingkat Keparahan Ikterus
direk, bila kadar bilirubin total > 20 mg/dL atau usia bayi > 2
minggu.4
16
Kadar bilirubin
Daerah (mg/dL)
Penjelasan
ikterus Premat
ur Aterm
Tabel 2.4
Hubungan Kadar Bilirubin dengan Daerah Ikterus Menurut Kramer
2.8 Penatalaksanaan
Fototerapi
Transfusi tukar
Evaluasi
Bayi baru lahir harus diobeservasi dalam 24-72 jam pasca dipulangkan
Bayi harus diperiksa pada usia 72 jam jika pulang sebelum 24 jam.
Bayi harus diperiksa pada usia 96 jam jika pulang antara 24-47,9 jam.
Bayi harus diperiksa pada usia 120 jam jika pulang antara 48-72 jam.
Follow up yang lebih dini (dalam 24-48 jam) harus dilakukan pada bayi
17
waktu rawat yang singkat, atau bayi dengan level bilirubin yang cukup
tinggi.
semakin berat atau jika pemeriksaan klinis tidak jelas mengenai tingkat
kuning.
Tabel 2.5
Panduan terapi sinar dan tukar pada bayi prematur17
Gambar 2.2
Panduan terapi sinar untuk bayi dengan usia gestasi ≥35 minggu.
18
Gambar 2.3
Panduan transfusi tukar untuk bayi dengan usia gestasi ≥35
minggu.
2.9 Komplikasi
bilirubin indirek) di basal ganglia dan nuclei batang otak. Patogenesis kern
icterus.
Pada bayi sehat yang menyusu kern icterus terjadi saat kadar
bilirubin >30 mg/dL dengan rentang antara 21-50 mg/dL. Onset umumnya
19
pada minggu pertama kelahiran tapi dapat tertunda hingga umur 2-3
minggu.
1. Bentuk akut :
retrocollis, demam.
2. Bentuk kronis
A. Umum
sawar darah otak dan penetrasi sel otak, sehingga mengakibatkan disfungsi
20
bilirubin tak terkonjugasi dapat mengakibatkan neurotoksik pada sel
Konsentrasi bilirubin yang spesifik pada bayi preterm dengan risiko kern
ikterus sampai saat ini tidak teridentifikasi. Insiden kern ikterus dalam
grup ini tidak diketahui, dan hubungan antara serum bilirubin dengan
perkembangan neuron pada bayi berat badan sangat rendah masih belum
jelas.
B. Ensefalopati
Ensefalopati bilirubin klinis terdiri dari 2 tahap yaitu fase akut dan
fase kronis. Pada fase awal dan intermediate dari fase akut bersifat
ganti dan foto terapi). Pada fase lanjut dan kronis bersifat irreversible
(menetap).
21
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
a. Nama : By. D
b. Tanggal Lahir : Jombang, 20 Desember 2018
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Alamat : Diwek, Jombang
e. Tanggal MRS : 28 Desember 2018
Identitas Orang Tua Pasien
A. Ibu
1. Nama : Ny. M
2. Umur : 27 Tahun
3. Pekerjaan : IRT
4. Pendidikan : SMP
B. Ayah
1. Nama : Tn. AE
2. Umur : 29 Tahun
3. Pekerjaan : Swasta
4. Pendidikan : SMA
22
Riwayat kehamilan ibu :
24
Sistem cardiovaskular:
- Suara jantung : reguler, HR 144 x/menit
- Auskultasi : lemah, S1 S2 tunggal
- Murmur : tidak
- Denyut nadi perifer : normal
- CRT : 3 detik
Sistem gastrointestinal:
- Inspeksi : cembung, warna kekuningan
- Bising usus : (+) normal
- Palpasi abdomen : soefl, turgor kulit baik
- Umbilicus : layu(-), tidak ada tanda infeksi
- Anus : ada
Clue and Cue :
Bayi perempuan
Usia 8 hari
Aterm
BBL 3700 gram
Ikterus tampak mulai wajah, dada, kedua tangan (tidak sampai telapak
tangan), serta kedua kaki (sampai pergelangan kaki)
Kremer IV
Problem List :
Ikterus
Initial Diagnosis :
BCB SMK
Ikterus neonatorum
Planning Diagnosis :
- Bilirubin total dan indirek
Planning Therapy :
Foto terapi
Planning Monitoring
- Tanda-tanda vital (suhu)
- Keluhan utama
- Kadar bilirubin
Planing Edukasi
Menjelaskan kepada keluarga tentang keadaan pasien
Menjelaskan tentang pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan
Menjelaskan tentang tatalaksana yang akan diberikan kepada pasien
Pemeriksaan Penunjang
(28/12/2018)
Pemeriksaan Laboratorium
Bil total : 17,45
Bil. Direk : 1,11
26
TGL SUBJEK OBJEK Assesment PLANNING
28/12/ Sesak (-) GT BB RR S BCB Planning Dx :
2018 Retraksi (-) Kuat 3520 144 44 37,4 S Bilirubin
Hipe rbilirubin
07.00 Muntah (-) Kepala : AICD -/+/-/- emia Planning tx :
BAB BAK (+) Leher : pemb.KGB (-) Fototerapi
Instab suhu (-) Thorax:
Retensi (-) paru ves/ves, Rh +/+, wh -/-, retraksi +/+
Cor
S1
S2 Tunggal
Abdomen : BU+N, soefl
Eks : HKM, CRT <2, edema --/--
29/12/20
18 Sesak (-) GT BB HR RR S BKB Planning Dx :-
07.00 Muntah (-) Kuat 3570 140 46 37,2 SMK Planning tx :
Hiperbilirubin
BAB BAK (+) Kepala : AICD -/+/-/- tampak kuning emia
Instab suhu (-) Leher : pemb.KGB (-) Fototerapi 1x24 jam
Retensi (-) Thorax: Termoregulasi
Wajah tampak paru ves/ves, Rh +/+, wh -/-, retraksi +/+ ASI 8x40 cc
kuning
Cor S 1 S2 Tunggal
Abdomen : BU+N, soefl
Eks : HKM, CRT <2, edema -/-
30/12/20
18 Sesak (-) GT BB HR RR S BCB Planning Dx :
07.00 Muntah (-) Kuat 3600 140 40 36,9 SMK -
BAB BAK (+) Kepala : AICD -/+/-/- Planning tx :
Hiperbilirubin
Instab suhu (-) Leher : pemb.KGB (-) emia KRS
Retensi (-) Thorax: -
Tampak kuning paru ves/ves, Rh +/+, wh -/-, retraksi
hingga paha
+/+ Cor S 1 S2 Tunggal
menghilang Abdomen : BU+N, soefl
Eks : HKM, CRT <2, edema -/-
27
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini pasien lahir saat usia kehamilan ibu 38/39 minggu dengan
berat lahir 3700 gram serta mengalami hiperbilirubinemia. Hal ini sesuai dengan
teori yang mengatakan bahwa 60% bayi cukup bulan akan mengalami
hiperbilirubinemia dan 80% terjadi pada bayi kurang bulan. Bayi kurang bulan
maupun bayi berat lahir rendah mempunyai angka kejadian tigabelas kali lebih
kemudian hari ke 8 sampai bawah pusat, jika dilihat dari penilaian Kremer maka
pasien termasuk Kremer III dengan perkiraan kadar bilirubin 7-15mg/dL. Pada
pemeriksaan kadar bilirubin total sebesar 17,45 dan bilirubin direk sebesar 1,11
foto terapi pada bayi usia ≥ 35 minggu dengan kadar bilirbin 19,10 pada hari ke 7,
maka pasien ini termasuk medium risk sehingga dapat dimulai fototerapi. Pada
hari ke 2 perawatan icterus mulai menghilang dan hanya ada pada leher sampai
wajah sehingga dilakukan foto terapi 1x24 jam untuk mencegah kenaikan
28
yaitu meningkatnya produksi biliruin, penurunan ekskresi bilirubin, dan
terjadi pada minggu pertama kehidupan, dan tampak jelas pada hari ke 6 dan 7,
29
BAB V
KESIMPULAN
Ikterus merupakan masalah yang sering timbul pada bayi baru lahir
terutama pada minggu pertama kehidupa. Diagnosis dan tatalaksana yang tepat
dan sesuai dengan kondisi neonatus merupakan faktor yang penting dalam
penanganan kasus ikterus pada bayi baru lahir agar tidak menjadi keadaan yang
lebih parah. Pemilihan terapi baik menggunakan fototerapi atau tranfusi tukar
30
DAFTAR PUSTAKA
31