Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. TUJUAN PEDOMAN
Tujuan pedoman ini adalah untuk memberikan arahan bagi
Inspektorat Kota Metro dalam menyusun perencanaan pengawasan
tahunan berbasis risiko dalam rangka mencapai kapabilitas
Inspektorat Kabupaten Pohuwato Level 3. Nantinya, panduan ini diharapkan
akan mempercepat proses pembelajaran Sumber Daya Manusia
(SDM) Inspektorat Kabupaten Pohuwato dalam menyusun perencanaan
pengawasan tahunan berbasis risiko.

B. RUANG LINGKUP

Pedoman ini dibuat dengan berpedoman pada buku saku dan


Pedoman Penyusunan PKPT Berbasis Risiko yang telah diterbitkan
oleh BPKP. Panduan ini mengatur tentang penyusunan perencanaan
pengawasan tahunan berbasis risiko. Sedangkan terkait penerapan
Manajemen Risiko seperti kriteria probabilitas, dampak, dan tingkat
risiko yang dapat diterima (risk appetite) tidak menjadi lingkup
panduan ini.

C. SISTEMATIKA PEDOMAN

Pedoman ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:


I. Pendahuluan
II. Tahapan Penyusunan Perencanaan Pengawasan berbasis Risiko
BAB II
TAHAPAN DALAM PENYUSUNAN
PERENCANAAN PENGAWASAN BERBASIS RISIKO

Langkah awal penyusunan perencanaan pengawasan berbasis risiko, Inspektorat


Kabupaten Pohuwato menetapkan program/kegiatan Organisasi Pemerintah Daerah
(OPD) yang dapat dilakukan pengawasan (auditable unit) dalam perencanaan
pengawasan tahunan. Dalam menyusun perencanaan pengawasan, Inspektorat
menggunakan risiko auditan dan faktor risiko diantaranya kebijakan pengawasan
Kementerian Dalam Negeri, kebijakan pengawasan Bupati, besaran anggaran
(materialitas keuangan), kepentingan publik, signifikansi urusan pemerintah daerah,
kemampuan Inspektorat dan pengawasan atas auditable unit yang dilakukan pengawas
lain dalam kurun waktu tertentu.berikut tahapan yang harus dilalui oleh Inspektorat
dalam penyusunan pengawasan berbasis risiko:

A. Menetapkan Kegiatan Inspektorat yang Wajib Dimasukkan dalam Perencanaan


Pengawasan Tahunan tanpa Mempertimbangkan Tingkat Risiko
Kegiatan-kegiatan pengawasan Inspektorat yang wajib dimasukkan ke dalam
perencanaan pengawasan tahunan tanpa mempertimbangkan tingkat risiko yaitu:
a) Penugasan yang merupakan amanat peraturan perundangan atau mandat bagi
Inspektorat, antara lain reviu RKA, reviu LKPD, dan evaluasi LAKIP.
b) Penugasan audit tujuan tertentu berdasarkan pengaduan masyarakat.
c) Permintaan manajemen/pimpinan untuk melakukan pengawasan terhadap suatu
program secara menyeluruh (100%), atau kegiatan tertentu.
d) Urusan Pemda/OPD yang tidak dilakukan audit/pengawasan dalam kurun waktu
tertentu.
B. Mengidentifikasi Program/Kegiatan OPD yang tidak Dimasukkan dalam
Perencanaan Pengawasan Tahunan
Program/kegiatan OPD yang tidak dimasukkan dalam perencanaan pengawasan
tahunan Inspektorat adalah program/kegiatan OPD yang menjadi objek pengawasan
pihak lain (BPK, BPKP, Irjen dan Inspektorat lain) pada tahun yang sama dengan
pengawasan yang dilakukan Inspektorat.

C. Menetapkan Program/ Kegiatan yang akan Dilakukan Pengawasan dengan


Pendekatan Berbasis Risiko
Dalam menetapkan program/kegiatan yang akan dilakukan pengawasan dengan
pendekatan berbasis risiko adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan Urusan Pemerintah Daerah (Pemda) atau OPD yang Menjadi
Prioritas Pengawasan
Penetapan urusan Pemda atau OPD bertujuan untuk memilih urusan
Pemda/OPD yang memiliki kontribusi besar dalam pencapaian tujuan/sasaran
strategis Pemerintah Daerah untuk dijadikan objek pengawasan.
Penetapan prioritas urusan Pemda atau OPD dilakukan melalui:
a) Identifikasi nama-nama urusan Pemda/OPD serta informasi terkait lainnya
seperti:
1) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD);
2) Rencana Strategis Inspektorat;
3) Kebijakan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (JakWas)
yang ditetapkan oleh Kementerian Dalam Negeri, Pemerintah Provinsi
dan/atau Pemerintah Kabupaten/Kota;
4) Rencana Kerja dan Anggaran (RKA);
5) Laporan hasil audit sebelumnya;
6) Isu yang sedang berkembang di masyarakat yang dapat diperoleh melalui
media cetak maupun media elektronik.
b) Pemberian urutan prioritas urusan Pemda atau OPD.
Pemberian urutan prioritas urusan Pemda/OPD dengan mempertimbangkan
faktor risiko dan diberikan skor 1-5. Urutan prioritas didasarkan pada total
skor tertinggi sampai total skor terendah seluruh faktor risiko.
Beberapa faktor risiko yang digunakan untuk memberikan urutan prioritas
urusan OPD antara lain:
1) Jumlah Anggaran
Adapun skala risiko nya adalah sebagai berikut:
a) Jika Prosentase Jumlah Anggaran OPD terhadap anggaran Pemda >
2,01%, maka skor = 5
b) Jika Prosentase Jumlah Anggaran OPD terhadap anggaran Pemda
1,51% s.d. 2,00%, maka skor = 4
c) Jika Prosentase Jumlah Anggaran OPD terhadap anggaran Pemda
1,01% s.d. 1,51%, maka skor = 3
d) Jika Prosentase Jumlah Anggaran OPD terhadap anggaran Pemda
0,51% s.d. 1,00%, maka skor = 2
e) Jika Prosentase Jumlah Anggaran OPD terhadap anggaran Pemda
0,00% s.d. 0,50%, maka skor = 1
2) NILAI LKIP
Adapun skala risiko nya adalah sebagai berikut:
a) Jika Nilai LAKIP OPD adalah D maka skor = 5
b) Jika Nilai LAKIP OPD adalah CC maka skor = 4
c) Jika Nilai LAKIP OPD adalah B maka skor = 3
d) Jika Nilai LAKIP OPD adalah BB maka skor = 2
e) Jika Nilai LAKIP OPD adalah A maka skor = 1
3) Kontribusi ke Tujuan Strategis
Adapun skala risiko nya adalah sebagai berikut:
a) Jika signfikan terhadap tujuan strategis, maka skor = 5
b) Jika tidak signfikan terhadap tujuan strategis, maka skor = 1
Kemudian hasil ketiga faktor risiko tersebut dijumlah dan lakukan
identifikasi sebagai berikut:
a) Jika total skor 13-15 = sangat tinggi
b) Jika total skor 10-12 = tinggi
c) Jika total skor 6-9 = sedang
d) Jika total skor 3- = rendah
Kemudian lakukan analisis terhadap program OPD terhadap skor yang tinggi
dan sangat tinggi untuk dilakukan analisis risiko terhadap program OPD.
2. Menetapkan urutan prioritas berdasarkan skor atas faktor-faktor pemilihan
program/kegiatan
c) Pemberian urutan prioritas urusan Program OPD.
Adapun faktor risiko yang digunakan yaitu:
1) Faktor Kunci Keberhasilan
Adapun skala risiko nya adalah sebagai berikut:
a) Jika faktor kunci keberhasilan merupakan bagian faktor utama = 5
b) Jika faktor kunci keberhasilan merupakan bagian sangat penting = 4
c) Jika faktor kunci keberhasilan merupakan bagian penting = 3
d) Jika faktor kunci keberhasilan merupakan bagian kurang penting = 2
e) Jika faktor kunci keberhasilan merupakan bagian tidak penting penting
=1

2) Prosentase Program tersebut terhadap anggaran OPD


Adapun skala risiko nya adalah sebagai berikut:
a) Jika Prosentase Jumlah Anggaran Program terhadap Anggaran OPD >
20,10%, maka skor = 5
b) Jika Prosentase Jumlah Anggaran Program terhadap Anggaran OPD
15,10% s.d. 20,00% dari APD, maka skor = 4
c) Jika Prosentase Jumlah Anggaran Program terhadap Anggaran OPD
10,10% s.d. 15,10%, maka skor = 3
d) Jika Prosentase Jumlah Anggaran Program terhadap Anggaran OPD
5,10% s.d. 10,00%, maka skor = 2
e) Jika Prosentase Jumlah Anggaran Program terhadap Anggaran OPD
0,00% s.d. 5,10%, maka skor = 1
3) Dampak Pengawasan
Adapun skala risiko nya adalah sebagai berikut:
a) Jika berdampak signifikan sangat tinggi= 5
b) Jika berdampak signifikan tinggi = 4
c) Jika berdampak signifikan sedang = 3
d) Jika berdampak signifikan kecil = 2
e) Jika tidak berdampak signifikan = 1
4) Risiko Inheren
Skor diambil dari Risk Register OPD dengan skala 1-5
3. Menetapkan program/kegiatan dalam rencana pengawasan tahunan
berdasarkan kapasitas pengawasan (jumlah objek pengawasan yang
mampu ditangani Inspektorat)
Inspektorat memilih program/kegiatan yang akan menjadi objek pengawasan
berdasarkan ranking masing-masing program/kegiatan untuk dimasukkan dalam
program pengawasan tahunan. Jumlah/kuantitasnya disesuaikan dengan
kapasitas pengawasan (jumlah objek pengawasan yang mampu ditangani)
Inspektorat.

Anda mungkin juga menyukai