Anda di halaman 1dari 13

BAGIAN ILMU BEDAH LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN FEBRUARI 2015


UNIV. MUHAMMADIYAH MAKASSAR

HERNIA UMBILIKALIS

OLEH :

NURUL RATNA SARI, S.Ked


10542 0110 09

PEMBIMBING/SUPERVISIOR:
dr. LUKMAN YASTA Sp. B

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : NURUL RATNA SARI, S. Ked.


Stambuk : 10542 0110 09
Judul laporan Kasus : Hernia Umbilikalis

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Bedah Fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, februari 2015


Pembimbing

dr.Lukman Yasta Sp.B

1
BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
Nama : Ny.N
Umur :50 Th
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat :JL. Rappokalling Blok B 8 No. 4
Pekerjaan :Pegawai Swasta
Agama :Islam
Status Pernikahan :Sudah Menikah
Pendidikan Terakhir : SLTA
Tanggal Masuk RS PELAMONIA : 03 februari 2015

II. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama:
Benjolan di perut
b. Keluhan Tambahan:
-
c. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) :
Pasien datang ke Rumah Sakit dengan keluhan benjolan di perut pada
bagian umbilikalis (pusar) yang dialami sejak 6 tahun yang lalu awalnya
benjolan berukuran kecil namun seiring waktu benjolan tersebut terus
membesar, berat dan tampak pada daerah umbilicalis (pusar) sering
mengeluarkan nanah dan darah sejak 1 tahun yang lalu terasa nyeri dan
berat. Nafsu makan baik, BAK baik BAB sering mengedan dan pasien
mempunyai riwayat melahirkan anak sebanyak 7 kali.

d. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) :


Pasien pernah mengalami hal yang sama sebelumnya. Riwayat
hipertensi (+), diabetes mellitus, asma, tumor, dan keganasan disangkal
pasien.
e. Riwayat Penyakit Keluarga (RPK) :
Tidak Terdapat keluarga yang menderita hal yang sama .

2
Riwayat Medikasi
Sebelumnya pernah berobat ke dokter namun tidak ada perubahan.
f. Riwayat Alergi
Pasien menyangkal adanya riwayat alergi terhadap makanan, obat,
ataupun substansi lain.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Kesan Gizi : Cukup
Tanda Vital : - Tekanan Darah :150/80 mmHg
- Nadi : 82 x/menit
- RR : 18x/menit
- Suhu : 36,5oC
STATUS GENERALIS

1. Kulit
- Warna : Sawo matang, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis, tidak ada
ruam dan tidak terdapat hipopigmentasi maupun hiperpigmentasi
- Rambut : Berwarna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
- Turgor : Baik
- Suhu Raba : Hangat

2. Kepala : normocephali, ubun-ubun besar cekung (-)


Mata
Bentuk : normal, kedudukan bola mata simetris
Palpebra : normal, tidak terdapat ptosis, lagoftalmus, oedema,
perdarahan, blepharitis
Gerakan : normal, tidak terdapat strabismus, nistagmus
Konjungtiva : anemis +/+
Sklera : tidak ikterik
Pupil : bulat, isokor, RCL +/+, RCTL +/+

3
Telinga
Bentuk : normotia
Liang telinga : lapang
Serumen : tidak ditemukan serumen pada telinga kanan maupun
kiri
Nyeri tarik auricular : tidak ada nyeri tarik pada auricular kanan maupun kiri
Nyeri tekan tragus : tidak ada nyeri tekan pada tragus kanan maupun kiri

Hidung
Bagian luar : normal, tidak terdapat deformitas, tidak hiperemis, tidak
ada sekret, tidak ada nyeri tekan
Septum : simetris, tidak ada deviasi
Mukosa hidung : tidak hiperemis, konka nasalis tidak edema

Mulut dan tenggorok


Bibir : normal, tidak pucat, tidak sianosis
Gigi-geligi : hygiene baik, tidak ada gigi yang tanggal
Mukosa mulut : normal, tidak hiperemis.
Lidah : normoglosia, tidak tremor, tidak kotor
Tonsil : ukuran T1/T1, tenang, tidak hiperemis
Faring : tidak hiperemis, arcus faring simetris, uvula di tengah
3. Leher :
Bendungan vena : tidak ada bendungan vena
Kelenjar tiroid : tidak membesar, mengikuti gerakan saat menelan
Trakea : di tengah
4. Kelenjar Getah Bening
Leher : tidak terdapat pembesaran di KGB leher
Aksila : tidak terdapat pembesaran di KGB aksila
Inguinal : tidak terdapat pembesaran di KGB inguinal
5. Thorax

Sela iga tidak melebar, tidak ada efloresensi yang bermakna

Paru-paru

4
 Inspeksi : simetris, tidak ada hemithoraks yang tertinggal pada saat
inspirasi, tipe pernapasan abdomino-thorakal
 Palpasi : vocal fremitus sama kuat pada kedua hemithorak
 Perkusi : sonor pada kedua hemithoraks
 Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak terdengar ronkhi maupun
wheezing pada kedua lapang paru
Jantung
 Inspeksi : tidak tampak pulsasi ictus cordis
 Palpasi : terdapat pulsasi ictus cordis pada ICS V, + 1 cm lateral dari
linea midklavikularis sinistra
 Perkusi :-
 Auskultasi : bunyi jantung I & II regular, tidak terdengar gallop maupun
murmur
6. Kelamin : Status Lokalis
7. Ekstremitas
 Inspeksi : tidak tampak deformitas
 Palpasi : akral hangat pada keempat ekstremitas, tidak terdapat
oedema pada keempat ekstremitas

STATUS LOKALIS

Regio Umbilicalis

 Inspeksi : Tampak pembengkakan pada daerah umbilcalis, tepi benjolan


berwarna kemerahan dan tampak sedikit bernanah.
 Palpasi : Permukaan tampak tidak rata, tepi regular , warna kulit sama
dengan warna sekitar, diameter ±5cm, konsistensi kenyal.

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Laboratorium(03 februari 2015)
Hasil Nilai Normal

Leukosit 9.000/Ul 5.000 – 10.000/Ul

Eritrosit 4,92 juta/mm3 4,5- 5,5 juta/mm3

5
Hemoglobin 14,6 g/dl 14 - 18 g/dl

Hematokrit 46 % 43 - 51 %

Thrombosit 98.000/mm3 150 – 400 ribu/mm3

LED 3 mm/jam 1 – 6 menit

Gula Darah Sewaktu 102 mg/dl 70-140 mg/dl

V. RESUME
Pasien datang ke Rumah Sakit dengan keluhan benjolan di perut pada bagian
umbilikalis (pusar) yang dialami sejak 6 tahun yang lalu awalnya benjolan
berukuran kecil namun seiring waktu benjolan tersebut terus membesar,
berat dan tampak pada daerah umbilicalis (pusar) sering mengeluarkan
nanah dan darah sejak 1 tahun yang lalu terasa nyeri dan berat. Nafsu makan
baik, BAK baik BAB sering mengedan dan pasien mempunyai riwayat
melahirkan anak sebanyak 7 kali.

Regio Umbilicalis

 Inspeksi : Tampak pembengkakan pada daerah umbilcalis, tepi benjolan


berwarna kemerahan dan tampak sedikit bernanah.
 Palpasi : Permukaan tampak tidak rata, tepi regular , warna kulit sama
dengan warna sekitar, diameter ±5cm, konsistensi kenyal.

VI. DIAGNOSA KERJA


Hernia umbilicalis

VII. PENATALAKSANAAN
 Non-Medikamentosa
Puasa untuk persiapan operasi
IVFD RL 20 tetes permenit
Cek tanda-tanda vital
 Operatif : Pembedahan dengan eksisi parsial dan rekonstruksi

6
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam :Dubia Ad Bonam
Ad functionam : dubia Ad Bonam
Ad sanationam : dubia Ad Bonam

Laporan Operasi
Diagnosis pre operatif : Hernia Umbilicalis
Diagnosis post operatif : Hernia Umbilicalis
Macam operasi : Eksisi Partial dan Rekonstruksi
Laporan pembedahan :
 Penderita tidur terlentang dibawah pengaruh anastesi
 Antisepsislapangan operasi
 Desinfeksi pada daerah penis dan sekitarnya
 Insisicoronal bagian distal melingkar.
 Dilakukan eksisipartial pada jaringan fibrosis.
 Lakukan skin graft
 kontrolperdarahan.
 Jahit Luka
 Operasiselesai.

Instruksi Post-Operasi :
- Awasi vital sign
- Infus RL
- Ceftriaxone 1 g / 8 jam/ IV
- Ranitidin / 8 jam / IV
- Ketorolac /8 jam/IV

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi
Silikonoma adalah granuloma kronik yang timbul karena adanya iritasi yang terus
menerus dalam jangka waktu yang lama dengan silikone.Silikonoma atau
sclerosinglipogranuloma sering adalah suatu kondisi kulit yang ditandai dengan
banyaknya granuloma-granuloma serta fibrosis yang terjadi pada jaringan lemak
subkutan akibat dari injeksisilikone maupun mineral oil
lainnya.Sclerosinglipogranuloma pada genitalia pria adalah suatu keadaan dimana
terdapat massasubkutan pada penis. Silikonoma penis terjadi akibat injeksi cairan
viskositas tinggi untuk tujuan membesarkan ukuran maupun merubah kontur penis.
Karena material tersebut tidak bisa di metabolisme oleh tubuh sehingga menimbulkan
reaksi tubuh terhadap benda asing. Akibatnya berisiko terhadap kesehatan dan
memerlukan intervensi segera agar tidak menyebabkan gangguan fungsi organ.

B. Anatomi
Penis terdiri dari radixpenis yang terfiksasi dan korpus penis yang tergantung
bebas.Corpus penis terdiri dari dua permukaan yaitu permukaan dorsum penis dan
ventralyang berada dekat uretra. Jaringanerektil penis tersusun dalam tiga kolom
longitudinal yaitu sepasang korpuskavernosum dan sebuah korpusspongiosum di
bagian tengah. Pada bagian distal corpus spongiosum penis melebar membentuk glands
penis. Pada ujung glands penis terdapat celah yang merupakan muara uretra disebut
ostiumuretraexterna. Glands dilapisi kulit tipis berlipat yang dapat ditarik ke proksimal
yang disebut preputium. Preputium ini dibuang saat dilakukan tindakan sirkumsisi.

8
C. Epidemiologi
Penggunaansilikone cair, paraffin maupun mineral oil jenis lain dengan tujuan
memperbesar ukuran dan merubah kontur penis sudah dikenal pada komunitas primitif.
Walaupun banyak komplikasi serius akibat praktek ini, tren semacam ini semakin
populer hingga abad ke 20. Kasussilikonoma penis telah banyak dilaporkan dalam
literatur internasional paling banyak terjadi di Asia, Rusia, dan EropaTimur. Pasien
terbanyak laki-laki dewasa muda.

D. Etiologi
Silikonoma atau sclerosinglipogranuloma terjadi akibat penggunaan injeksizat
seperti silikone, paraffin maupun mineral oil lainnya.

E. Histopatologi
Silikonoma terjadi akibat injeksi silikone maupun mineral oil jenis lain. Granuloma
semacam ini disebabkan oleh proses radang kronik yang bersamaan dengan infeksi
akibat adanya benda asing dalam interstisial, sedangkan tubuh tidak memiliki enzim
untuk memetabolisme bahan eksogen yang berada di interstisial sehingga terjadi reaksi
penolakan terhadap benda asing. Proses radang ini diperantarai oleh makrofag, limfosit
dan kadang-kadang sekelompok sel raksasa berinti banyak. Sifat khas peradangan ini
adalah pengumpulan makrofag dalam jumlah besar dan agregasi makrofag menjadi
gumpalan- gumpalan nodular yang disebut granuloma. Granuloma biasanya terbentuk
karena adanya agen penyerang yang menetap di jaringan yang resisten terhadap usaha
tubuh untuk membuangnya. Agen-agen semacam itu dapat berupa bahan-bahan tidak
9
larut tetapi steril. Gambaran histopatologi pada penyakit ini adanya substitusi jaringan
subkutan dengan ruang kistik minyak. Ruang ini muncul sebagai kista kosong ketika
dilakukan pengecatan dengan hematoksilin dan eosin.

F. Gejala Klinis
Reaksi penolakan terhadap benda asing muncul dalam bentuk peradangan
sehingga menyebabkan gejala klinis seperti nyeri, edema, jaringan parut, ulserasi,
perubahan warna kulit dan pembengkakan pada penis, deformitas, nekrosis, nyeri saat
ereksi dan ketidak mampuan melakukan aktifitas seksual.gejala-gejala tersebut
kebanyakan muncul setelah beberapa bulan sampai beberapa tahun setelah injeksi.

G. Terapi
Terapi definitif pada pasien dengan kasus silikonoma penis meliputi eksisi dan
pengangkatan lengkap massa yang terdapat pada jaringan kulit maupun subkutan yang
bisa menyebabkan gangguan fungsi organ, teknik ini merupakan metode yang tepat
untuk menghindari gejala penyakit ini muncul lagi di masa depan. Terdapat juga teknik
lain yaitu kombinasi antara teknik di atas dengan teknik penggunaan Scrotal Flaps atau
Split Thickening Skin Grafts. Pada teknik scrotal flaps setelah seluruh massa diangkat,
kemudian dilakukan skin flap menggunakan kulit skrotum yang di Vaskularisasi oleh
cabang posterior arteri pudenda interna atau cabang anterior arteri pudenda eksterna
sebagai flap. Split Thickening Skin Grafts merupakan skin graft yang meliputi seluruh
bagian epidermis dan dermis. Cara ini lebih dapat diterima dari segi
kosmetikadan perbaikan fungsi seksual. Bisa menggunakan kulit dari bagian inguinal
maupun kulit asli dari penis.

H. Prognosis
Pengangkatan seluruh massa merupakan satu-satunya penanganan yang efektif dan
tepat. Kekambuhan dapat terjadi pada kasus eksisi yang tidak lengkap.

10
DAFTAR PUSTAKA

 Tanggo V, Budi As.Differentiation Management In Reconstruction Of Penile


Siliconoma. Departement Of Plastic Reconstructive and Esthetic Surgery
Airlangga University, Dr Soetomo General Hospital Surabaya. Indonesia: 2012

 Bayraktar N, Basar I. Penile Paraffinoma. Hindawi Publishing Corporation. Case


Report In Urology. 2012

 Jong, Wim de. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2 . EGC : Jakarta

 Marijata. 2006. Pengantar Dasar Bedah Klinis. Unit Pelayanan Kampus fakultas
Kedokteran Universitas Gajah Mada : Yogyakarta

 Sabiston, David C. 1994. Buku Ajar Bedah Bagian 1. EGC : Jakarta


1

Anda mungkin juga menyukai