Anda di halaman 1dari 26

Materi 10: Financial Literacy

Financial planning : “Tetapkanlah pos-pos anggaran”


Posted on October 8, 2013 by lpdppk6

Financial planning atau perencanaan keuangan dapat didefinisikan sebagai sebuah proses
dimana seorang individu berusaha untuk memenuhi tujuan-tujuan finansialnya melalui
pengembangan dan implementasi dari sebuah rencana keuangan (financial plan) yang
komprehensif. Hal ini diperlukan karena kebutuhan kita di masa yang akan datang perlu
untuk diproteksi. Proteksi inilah yang kita kenal dengan istilah investasi.

Melalui sebuah perencanaan keuangan yang baik, seseorang dapat mengelola keuangannya
menjadi lebih produktif karena telah diperhitungkan dengan cermat untuk mencapai suatu
target tertentu. Sebaliknya, tanpa suatu perencanaan keuangan yang matang, maka meskipun
seseorang mempunyai harta yang cukup banyak namun karena tidak dikelola dengan baik
harta tersebut menjadi tidak produktif dan cenderung menyusut dari waktu ke waktu baik dari
segi nilai maupun jumlah.

“Tetapkanlah pos-pos anggaran”.

Perlunya ditetapkan pos-pos anggaran (labelling) bertujuan memudahkan seseorang dalam


menyusun anggaran untuk berbagai tujuan keuangan yang dikehendaki, dan masing-masing
pos bisa jadi memiliki target waktu yang berbeda satu sama lain.

Tujuan keuangan seseorang memiliki variasi individu yang tinggi. Hal ini karena kebutuhan
seseorang berbeda-beda satu sama lain, dan fleksibilitas dalam kapan tujuan keuangan
tersebut ingin dicapai pun berbeda, serta perbedaan dalam besarnya nominal yang ingin
dicapai. Tujuan keuangan tersebut dapat bersifat rutin dan tidak rutin. Tujuan keuangan yang
rutin diantaranya pengeluaran rumah tangga, utang-utang baik cicilan KPR atau mobil
maupun kartu kredit, SPP sekolah anak, transportasi, tabungan, pengeluaran pribadi, dll.
Sementara tujuan keuangan yang tidak rutin diantaranya dana THR asisten rumah tangga,
dana qurban, dana liburan, dana pernikahan, dll. Porsi masing-masing tujuan prosentasenya
berbeda-beda. Ada tiga rasio keuangan yang perlu ditekankan; 1. besarnya dana tabungan
yang disisihkan secara rutin dari pendapatan total adalah lebih dari 10%, 2. nilai hutang tidak
boleh lebih dari 30% dari total pendapatan, 3. rasio liquiditas minimal sebesar empat kali
pengeluaran.

Adapun alasan pertama yang mendasari mengapa seseorang perlu melakukan suatu
perencanaan adalah karena mempertimbangkan harga-harga atau pembiayaan yang
cenderung naik, baik karena inflasi ataupun permintaan yang meningkat. Misalnya saja nilai
rata-rata inflasi mata uang yang sebesar 12% per tahun. Contoh lain adalah uang pangkal dan
SPP sekolah dalam satu tahun dapat mengalami kenaikan hingga dua kali kenaikan nilai
inflasi. Alasan kedua adalah karena seseorag memiliki banyak tujuan yang ingin dicapai
namun dengan keterbatasan dana yang dimiliki, atau sebaliknya banyak dana tapi tidak tahu
cara mengolahnya supaya memberikan hasil yang maksimal. Alasan terakhir adalah karena
adanya kecenderungan seseorang memiliki banyak asuransi tanpa tahu kebutuhannya.
Padahal asuransi bersifat sangat spesifik, dan isi polis yang tebal kadang menyulitkan
seseorang dalam menafsirkan isi polis asuransi tersebut.

“Bagaimana kita melakukan suatu perencanaan finansial? “

Yang pertama adalah dengan melakukan financial check-up. Dengan merinci penghasilan dan
pengeluaran, secara sekilas kita dapat menilai apakah kandisi keuangan seseoran itu sehat
atau tidak. Yang kedua adalah menetapkan tujuan untuk apa uang tersebt dialokasikan. Yang
ketiga adalah dengan membuat suatu financial plan. Tentukan berapa besaran uang yang
ingin disisihkan dan untuk berapa lama. Yang keempat adalah melakukan eksekusi terhadap
rencana keuangan yang sudah dibuat. Langkah terakhir adalah melakukan monitoring atau
pengawasan terhadap pelaksanaan rencana keuangan.

Salah satu cara dalam berinvestasi adalah melalui reksadana. Ada empat jenis reksadana yang
kita kenal. yang pertama adalah reksadana pasar uang yang kita kenal sebagai tabungan dan
deposito. Reksadana pasar uang baik sbagai investasi jangka pendek karena sifat
liquiditasnya yang tinggi. Jenis yang kedua adalah reksadana pendapatan tetap. Reksadana
jenis ini baik untuk investasi jangka menengah yakni dalam kurun waktu 5-10 tahun.
Reksadana jenis yang ketiga adalah reksadana saham. Reksadana saham baik untuk
digunakan sebagai investasi jangka panjang. Reksanada yang terakhir adalah reksadana
campuran. Reksadana ini juga memiliki sifat sebagai investasi jangka panjang, yakni lebih
dari sepuluh tahun.

======================0000==================

Kecerdasan Finansial (Finansial Quotient / Financial


Literacy)
Tuesday, 31 January 2012 09:25 *M Agus Nurdin

0 Comments

Dalam suatu seminar yang saya hadiri, Seto Mulyadi sebagai pakar pendidikan mengenalkan
4 Rudi dengan kecerdasan yang berbeda. Mereka adalah Rudi Hartono, Rudi Salam, Rudi
Hadi Suwarno dan BJ “Rudy” Habibie. Keempatnya orang-orang hebat dibidangnya
sehingga keempatnya tidak bisa dipertandingkan atau diadu. Dalam hal ketangkasan bermain
bulu tangkis pemenangnya adalah Rudi Hartono. Dalam hal bermain peran yang jago adalah
Rudi Salam sebagai aktor kawakan di Indonesia. Dalam hal kecerdasan intelegensi tidak
mampu mengalahkan BJ Habibie dan dalam kepiwaian menata rambut adalah Rudi Hadi
Suwarno sebagai hair stylist.

Empat macam kecerdasan di atas sejalan dengan pendapat Howard Gardner yang
mengenalkan multiple intelegence yaitu ada 8 macam kecerdasan. Di antaranya kecerdasan
matemathic logic, numeric, psikomotor, linguistic, spasial, interpersonal, intrapersonal,
music. Dengan adanya kecerdasan majemuk ini telah mengubah persepsi orang bahwa anak
yang terbaik adalah bukanlah anak yang memliliki intelegensi yang tinggi saja sebab
intelegensi seseorang bukan penentu kesuksesan. Saat ini orang bisa melihat anak dengan
lebih obyektif yakni melihat mereka sesuai bakat dan potensi yang ia miliki. Tinggal ia
diarahkan sesuai dengan bakat dan potensi mereka. Sebagaimana kita saksikan saat ini orang-
orang sukses sesuai bakat dan potensinya masing-masing. Dari 8 kecerdasan di atas,
barangkali ada yang memiliki kecerdasan ganda dengan satu kecerdasan yang dominan.
Namun ada satu kecerdasan yang harus dimiliki setiap orang untuk melengkapi
kecerdasaannya di atas yaitu kecerdasan finansial. Setiap kecerdasan di atas harus ditopang
oleh kecerdasan finansial sehingga kecerdasannya lebih berdaya guna bagi dirinya untuk
menopang kehidupannya. Sebagai contoh, banyak artis ataupun olahragawan yang sukses
secara materi di masa keemasan/kejayaannya kemudian di masa tuanya ia jatuh miskin dan
tidak mampu menghidupi dirinya sendiri. Bahkan ada yang menjual medali kebanggaannya
demi menyambung hidup. Artis atau olahragawan yang sukses pada masa kejayaannya adalah
orang telah sukses mengembangkan kecerdasan yang dimilikinya karena ia tidak memiliki
kecerdasan financial maka harta yang telah ia dapatkan habis sebelum waktunya.

Lalu apakah yang dimaksud dengan kecerdasan finansial? Kecerdasan finansial adalah
kemampuan seseorang untuk mengelola sumber daya baik di dalam dirinya sendiri maupun di
luar dirinya untuk memaksimalkan potensi dalam mengelola kekayaannya. Dalam hal
keuangan kecerdasan finansial ini meliputi 4 aspek yaitu bagaimana mendapatkan uang,
bagaimana mengelola uang, bagaimana menyimpan uang dan bagaimana menggunakan uang.
Dari definisi sederhana ini, kita menjadi tahu bahwa sebagian besar masyarakat masih
berkutat pada bagaimana mendapatkan uang, belum memikirkan tiga aspek lainnya. Apalagi,
merekapun masih bersusah payah untuk mendapatkan uang yang hanya satu aspek tersebut.
Maka kitapun menjadi tahu bahwa mengapa ada artis, olahragawan ataupun profesi lainnya
yang pada masa kejayaannya kaya raya bisa jatuh miskin di hari tuanya karena ia baru
mengerti tentang cara mendapatkan uang dan belum tahu dengan benar bagaimana cara
mengelola, menyimpan dan menggunakannya.

Di antara kecerdasan finansial yang harus kita bekalkan pada anak didik kita sebagai
pendukung dan penopang kecerdasan lain yang ia miliki adalah sebagai berikut ini:

1. Aspek cara mendapatkan uang


Melalui aspek ini kita mengarahkan anak-anak didik kita untuk menekuni bakat / potensi
yang dimiliki menjadi profesi yang menghasilkan uang baik melalui jalur formal maupun
informal. Dari aspek ini anak-anak kita akan mendapatkan pendapatan dari profesi yang ia
jalani. Ada dosen, dokter, pengacara, pilot, militer, seniman maupun pengusaha, dan beragam
profesi lainnya.

2. Aspek cara mengelola uang


Melalui aspek ini anak kita ajari bahwa berapapun gaji atau pendapatan besar yang ia
dapatkan, pekerjaan belum selesai yaitu bagaimana mengelola uang yang ia dapatkan dengan
benar. Anak didik kita ajari bahwa mereka punya PR besar yaitu menyisihkan sebagaian
pendapatan mereka menjadi investasi yang berpotensi memberikan pendapatan selain
pendapatan yang telah mereka jalani. Bukan sekadar menyisihkan sebagaian untuk tabungan
hari tua mereka. Maka pendapatan bisa dibagi menjadi 4 macam pengeluaran yaitu
Consumption, Social, Saving, Investation (CSSI). Besarannya bisa bervariasi yang mudah
adalah 70:10:10:10. Misal apabila pendapatan 1.000.000 maka dapat dibagi menjadi 700.000
untuk konsumsi, 100.000 untuk sosial (termasuk zakat, infaq, shodaqoh), 100.000 tabungan
dan 100.000 untuk investasi. Semakin besar pendapatan maka porsi konsumsi semakin kecil
sehingga porsi yang lain bisa lebih besar. Aspek ini adalah aspek yang sangat berat bagi
seseorang karena menuntut kecerdasan emosi yaitu mampu menunda kesenangan sehingga
pendapatan mereka tidak habis pada porsi konsumsi. Kebanyakan orang adalah pada saat
meningkat pendapatan mereka, meningkat pula pengeluaran mereka sehingga peningkatan
pendapatan tidak berdampak secara langsung pada tingkat keamanan finansial mereka. Pada
aspek ini anak diajarkan untuk mampu membedakan mana kebutuhan, mana keinginan.
Membedakan mana pengeluaran yang liabilitas yang hanya menguras kantong mereka, dan
pengeluaran untuk asset yang berpotensi pada penambahan pendapatan. Anak yang mampu
menunda kesenangan akan berpotensi menjadi orang sukses, anak yang tidak mampu
menunda kesenangan akan berpotensi gagal dalam pengelolaan keuangan. Hal ini sesuai
dengan peribahasa “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu
bersenang-senang kemudian”.

3. Aspek cara menyimpan uang / kekayaan


Pada aspek ini adalah upaya melindungi harta kekayaan agar tidak tergerus nilainya oleh laju
inflasi. Bahkan, tidak sekadar melindungi nilai tetapi berpotensi melipatkan pendapatan dan
kekayaan apabila ia bisa menyimpan dengan tepat. Pada aspek ini bukan berbicara sebagai
uang tabungan atau uang investasi melainkan sisa uang setelah semua porsi sudah
dianggarkan baik konsumsi, sosial, tabungan maupun investasi. Saat ini banyak orang yang
memiliki uang berlebih tetapi tidak tahu instrument apa yang tepat untuk melindungi harta
mereka dari monster inflasi.

Sebagai contoh sederhana pada tahun 2012 ini seseorang memiliki uang sebesar
1.000.000.000 rupiah yang ia depositokan dengan bunga sebesar 0.7%. Harga beras saat ini
adalah 8.000 per kg maka apabila dinilai dengan beras harta ia adalah 125.000 kg. Hartanya
pada akhir tahun adalah 1.000.000.000 + (0.7% x 1.000.000.000 x 12) = 1.084.000.000
(belum dipotong pajak). Harga beras pada akhir tahun adalah 9.000 rupiah. Maka apabila
dinilai dengan beras hartanya adalah senilai 120.444 Kg. Maka dalam satu tahun hartanya
sudah menyusut 4.556 Kg atau senilai 4.556 Kg x Rp. 8.000 =
36.448.000. Ketidaktahuannya dalam menyimpan menyebabkan nilai hartanya terus
menyusut meski secara nominal terus bertambah. Pada aspek ini seseorang harus memahami
dengan baik ketrampilan instrument investasi sehingga ia bisa melindungi nilai (hedging)
hartanya dari inflasi. Semakin besar harta yang ia miliki, semakin besar potensi penyusutan
yang akan ia alami.

4. Aspek cara menggunakan uang / kekayaan


Aspek terakhir ini adalah tahap terakhir yang hanya dimiliki oleh segelintir orang. Robert T
Kiyosaki menyebutnya “Kekuatan sesungguhnya dari uang”. Pada tahap inilah sejarah
mencatat apakah orang dikenal sebagai orang dermawan dan seolah tidak ada orang yang
menandinginya atau sebaliknya ia dikenal sebagai orang yang jahat karena salah dalam
menggunakan kekayaannya. Maka sejarah mencatat nama-nama seperti Abdurrahman bin
Auf, Usman bin Afan, Abu Bakar Ash Shidiq. Atau sebaliknya yaitu Qorun pada masa
Firaun. Rasulullah saw. berpesan pada Amr bin Ash saat hendak mengirimnya ke Mesir
bahwa sebaik-baik harta adalah harta yang diberikan pada laki-laki yang baik (sholih). Dalam
konteks Islam, aspek ini adalah menggunakan hartanya untuk kebaikan dirinya yaitu karena
hartanya ia masuk surga dan menggunakan hartanya untuk kebaikan Islam, umat Islam,
*CensureBlock* maupun alam.

Dari semua uraian di atas adalah membahas kecerdasan finansial secara global, belum secara
teknis dan detil. Hal yang pasti adalah bahwa kita tidak berhenti pada aspek mendapatkan
uang namun harus membekali anak didik kita dengan ketiga aspek yang lain. Kalau ada orang
kaya ataupun keturunan orang kaya sehingga memiliki warisan yang banyak kemudian ia
jatuh miskin tidak lain karena ia tidak memiliki bekal yang cukup tentang kecerdasan
finansial.

*Penulis adalah Wakasek Humas SMPIT NH

============================000000=======================

Walmart.com Shopping

Sunday, March 28, 2010


BUSINESS RICH CLASS by Heppy Trenggono
Pertemuan awal dengan pak Heppy Trenggono terjadi pada event “Alignment Training”
yang diselenggarakan JNA Syariah Business Coaching (Ust Samsul Arifin) di SEAMEO Biotrop
Kota Bogor pada 18 Oktober 2008. Beliau hadir memberikan materi “Financial Literacy”
sebuah ilmu tentang “financial mastery” yang beliau dapat dari guru bisnisnya di Amerika
yaitu Keith Cuningham. Heppy Trenggono adalah Pengusaha Sukses, founder & CEO United
Balimuda Group, sebuah perusahaan multinasional yang menjalankan usaha dengan konsep
dan landasan Syariah.

Kehadiran pengusaha asal Bawang Batang Jawa Tengah ini menjadi guru baru bagi
komunitas The Committer, peserta Business Coaching yang diselenggarakan oleh Ust Samsul
Arifin. Kedekatan kawan-kawan The Committer dengan pak Heppy karena barangkali kami
satu daerah (Propinsi Jateng) dan juga memiliki visi yang hampir sama dalam
mengembangkan bisnis secara syariah di Indonesia.

Sebagai pengusaha muslim yang telah sukses, pak Heppy ingin bisa memberikan inspirasi
dan bimbingan bagi pengusaha pemula yang memiliki minat menjalankan bisnis syariah
yang telah dipraktekkannya. Keahliannya dalam bisnis di dapatkan dari pengalaman
lapangan dan bimbingan dari Keith Cuningham, seorang business coach dari Amerika, yang
juga menjadi “Rich Dade”nya Robert T Kiyosaki. Setiap 6 bulan sekali p Heppy mengunjungi
Keith untuk belajar dan sharing.

Pertemuanku kedua dengan pak Heppy, saat aku hadir dalam seminar bisnis sehari di hotel
Metro di kawasan Johar Semarang, yang diselenggarakan oleh kawan-kawan The Committer
(Joko Waluyo cs). Pada saat itu beliau sampaikan rencana pendirian Indonesian Islamic
Business Forum (IIBF), sebuah forum untuk belajar bagi pengusaha muslim Indonesia. IIBF
inilah yang kelak menjadi wadah bagi pak Heppy untuk bisa bertemu dengan pengusaha-
pengusaha muslim untuk bisa berbagi ilmu dan pengalaman, kisah jatuh bangunnya dalam
mengelola bisnis sehingga kini memiliki Asset lebih dari 2 trilliun. Panitia pun diminta
kembali untuk menyiapkan pelatihan dua hari “Business Rich Class” yang digabungkan
dengan rencana louncing IIBF.

Pada 8 – 9 Agustus 2009, acara tersebut dilangsungkan dan aku ikut hadir sebagai peserta.
Acara “Business Rich Class” (BRC) ini juga dilaksanakan di Hotel Metro Johar Semarang.
Materi yang sungguh bagus sebagai pedoman seorang pengusaha: Successful Millionare
Business Formula beliau sampai dalam BRC ini.

Pertama, create peny-up demand. Cari order dulu baru dibuat bisnisnya. Sebuah bisnis
tentu akan berjalan jika produknya dibutuhkan orang. Yang perlu dilakukan menurut pak
Heppy, adalah jualan dulu suatu produk meski belum ada barangnya. Nah jika produk
tersebut memang dibutuhkan dan terjual, yakni ada order, maka kita baru cari atau bisa
ciptakan barang itu, dan bisnispun bisa kita jalankan.

Kedua, prepare management. Siapkan managemennya, dengan membantuk sebuah team


yang solid, yang siap untuk tumbuh dan berkembang. Seleksi team manajemen tersebut
dengan persyaratan : (a) passion (b) integrity (c) skill. Passion adalah kegairahan seseorang
dalam suatu posisi atau bisnis yang dijalaninya. Integrity adalah suatu karakter yang dimiliki
seseorang apakah jujur, tanggung jawab, bisa dipercaya karena akhlaknya yang mulia.
Bagaimana karakter seseorang kita lihat dulu, bisa gak menjadi team kita dengan memiliki
integritas yang tinggi. Skill adalah ketrampilan seseorang dengan posisi yang harus dia
pegang. Dengan ketrampilan yang sesuai maka dia akan bisa bekerja. Manajemen yang kita
siapkan harus dengan personal-personal yang memenuhi kriteria diatas.

Ketiga, create entry barrier. Bagaimana kita bisa membuat costumer/klien kita mengatakan
“It’s will be crazy”. Gila produk in! Mereka akan merasa rugi jika tidak membeli produk yang
kita buat. Sehingga produk bisnis kita selalu habis di pasaran.

Keempat, analyze risk/reward. Dianalisa dengan cermat setiap peluang atau tawaran bisnis
yang masuk. Jangan asal ambil, yang di belakang hari ternyata sebuah proyek yang rugi!
Perhitungkan kondisi proyek/peluang bisnis dan ambil yang resikonya kecil.

Beliau pun mengingatkan pada para pengusaha pemula, tentang 6 kesalahan yang akan
membuat sebuah bisnis bisa banhkrut atau hancur. Pertama, obsession with the product.
Terobsesi pada sebuah product yang belum disurvey. Terlalu yakin bahwa produk yang
dibuat pasti laku di pasaran. Investasi besar-besaran pada pembuatan produk namun
akhirnya tak bisa jualan karena tidak laku di pasar. Kedua, speed. Keinginan yang menggebu
untuk mempercapat bisnis yang dijalankan. Tidak ada bisnis yang akan berjalan dengan
kecepatan tinggi tanpa sebuah proses. Karenanya, tetap harus melalui tahapan, proeses
step bya step untuk menjadi besar.

Ketiga, technical success. Seorang pengusaha jika dirinya hobby atau sangat suka terhadap
ketrampilan teknis, misal seorang yang suka masak di dapur, maka dia tak akan sukses di
bisnis kuliner. Seorang yang sangat suka mengotak atik mesin otomotive di bengkel, maka
dia tak bisa sukses di bisnis bengkel. Karena sebuah bisnis bukan hanya masalah teknis,
tetapi juga marketing, negosiasi, komunikasi, manajemen, finansial dan lain-lain. Semua itu
harus menjadi perhatian bagi seorang pengusaha, bukan hanya masalah teknisnya!

Keempat, irrational exuberance. Kegmbiraan yang sangat besar secara irrasional. Jangan
mengambil keputuusan bisnis secara emosional. Saat negosiasi gunakan kalkulator bukan
emosi. Karena bisnis yang memberikan return yang fantastic harus disikapi dengan sangat
hati-hati. Contohnya tawaran bisnis PT. Q-sar.

Kelima, lack of 2nd idea. Kekurangan ide kedua. Bisnis itu marketing dan inovasi. Karenanya
seorang pengusaha harus selalu berinovasi dengan ide-ide baru yang kreatif. Setiap saat
permintaan pasar selalu berkembang. Kalau kita tidak punya kreativitas dengan produk-
produk baru, maka bisnis kita akan mati.

Keenam, run out of cash. Tidak ada cash in dalam bisnis kita. Jika penjualan besar-besaran
terjadi tapi hanya dalam bentuk piutang, maka bisnis akan bisa bangkrut. Dana cash dari
hasil saling produk bisnis kita harus ada untuk bisa menjalankan bisnis.

Inilah sebagian materi dari Business Rich Class by Heppy Trenggono yang sekaligus
lounching IIBF. Sebuah ilmu bisnis yang luar biasa dahsyat. Tinggal menunggu actionnya!
Insya allah. *** (14 Agustus 2009; 07.46)

=======================0000000000000===================

Cash flow is the King

Dua minggu lalu tepat pada tanggal 9 da 10 Januari 2010, saya mengikuti seminar “ Financial
Literacy” di Semarang yang difasilitatori oleh Bp. Heppy Trenggono, owner dari PT
Balimuda. Dari seminar tersebut ada beberapa hal yang dapat kami tangkap diantaranya
adalah cash flow adalah Raja. Cash flow adalah segalanya bagi keberlangsungan dan
kemajuan usaha. Omset dan profit sebesar apapun tanpa adanya cash flow yang baik,
perusahaan akan menghadapi banyak masalah. Ibarat tubuh cash flow adalah aliran darah jika
darah berhenti mengalir dibagian tubuh tertentu, akan menimbulkan kerusakan jaringan.
Apalagi jika penyumbatan terjadi di otak, maka akan menimbulkan kematian.

Suatu perusahaan yang tidak profit, tetapi mempunyai cash flow lancar, akan jauh lebih
bertahan dari pada, perusahaan yang dalam hitungan diatas kertas profit tetapi cash flownya
tersendat. Ada sebuah perusahaan dari group Astra, dalam laporan tahunannya selama 10
tahun, selalu dalam keadaan merugi, namun perusahaan tersebut asetnya bertambah sangat
fantastik. Ketika berdiri modal yang disetor hanya 7 milyar, tetapi 10 tahun kemudian
assetnya menjadi 100 milyar. Padahal perusahaan tersebut, selalu merugi dan tidak ada
penambahan modal sedikitpun. Bagaimana ini bisa terjadi?. Mereka mempunyai cash flow
sangat lancar. Dan mereka mempunyai pemasok yang dapat memberikan hutang dengan
tempo yang cukup lama. Dengan demikian mereka dapat menggunakan uang pemasok untuk
mengembangkan bisnisnya.

Permasalahan berikutnya adalah, bagaimana caranya agar cash flow perusahaan anda lancar?
Tentunya yang perlu diperhatikan pertama sekali adalah jenis usaha. Ada beberapa jenis
usaha yang system pembayarannya cash, seperti rumah makan atau restoran. Coba
bayangkan, rumah makan dengan omset 2 juta perhari umpamanya, modalnya paling hanya 1
juta. Jika rumah makan tersebut buka setiap hari maka, dalam satu bulan omsetnya menjadi
60 juta. Berapa modal yang diperlukan? Hanya satu juta. Modal 1 juta berputar sangat
kencangnya sehingga mampu menghasilkan transaksi 60 juta perbulan.

Coba bandingkan dengan perusahaan yang mempunyai profit dan omset perbulannya sama
tetapi masa pembayarannya 1 bulan. Modal yang dibutuhkan untuk mendapatkan omset 60
juta perbulan adalah minimal 30 juta. Jika modal sebesar 30 juta tersebut, di investasikan ke
usaha rumah makan seperti diatas, maka omset perbulannya akan diperoleh 1,8 milyar
perbulan. Anda bisa menghitung sendiri berapa keuntungannya.

Cara lain agar usaha anda mempunyai cash flow lancar adalah, anda harus berani memilih
transaksi dengan pembayaran tunai. Harga sedikit lebih miring, atau profit sedikit lebih
rendah, tetapi anda mendapatkan pembayaran tunai. Langkah ini memerlukan keberanian dan
ketegasan anda. Jangan mudah kompromi walaupun kepada pelanggan sekalipun. Katakan
kepada mereka, “ Anda memang membayar tunai, namun anda dapat menghemat uang anda”.
Saya mempunyai pemasok yang mengharuskan pembayaran selalu tunai. Saya sudah
berusaha untuk meminta pembayaran tempo. Namun mereka tetap tidak bergeming. Namun
oleh karena harga mereka cukup miring dibandingkan yang lain, maka saya tetap mengambil
barang dari mereka. Adalagi pemasok saya yang menerapkan pembayaran di muka. Oleh
karena harga dan kualitas barangnya sangat bersaing, maka kami dengan terpaksa membeli
kepadanya.

Straregi ini memang memerlukan keseriusan dan keberanian anda. Anda tidak kawatir dan
takut customer anda lari. Karena anda yakin harga dan kualitas produk anda tidak ada yang
mampu menyainginya. Jika perusahaan anda tidak memiliki produk yang demikian, tentu
anda akan mengalami kesulitan penjualan jika menerapkan strategi ini.

Cash flow yang lancar akan menjadikan perusahaan anda sangat liquid. Ini artinya anda akan
mempunyai banyak uang tunai yang dapat anda gunakan untuk mengembangkan usaha anda
menjadi lebih besar.

Apalagi jika anda mampu bernegosiasi dengan pemasok untuk memberikan masa
pembayaran yang cukup panjang, maka uang tunai anda akan melimpah.

Namun akan menjadi masalah, atau menjadi tidak berarti jika uang tunai yang anda miliki
tidak digunakan dengan baik demi perkembangan dan kemajuan perusahaan anda. Atau justru
akan menjadi malapetaka, jika anda mennggunakan uang tunai yang ada untuk hal-hal yang
konsumtip. Bijaksanalah saat anda menggunakan uang perusahaan anda. Tahanlah sementara
segala keinginan yang bermuara pada pengeluaran uang. Pikirkanlah dengan seksama ketika
anda akan mengeluarkan uang. Ketika anda telah memutuskan, bahwa uang memang perlu
dikeluarkan, tundalah sementara dan lakukan apa yang akan anda rencanakan tanpa
mengeluarkan uang. Tindakan ini dilakukan untuk memaksimalkan penggunaan uang anda.
Dengan demikian perusahaan anda tidak akan kekurangan modal dan mampu berkembang
dengan pesat.

Cobalah saya telah membuktikannya sendiri. Usaha saya tidak menggunakan uang bank
kecuali ketika saat pembelian tempat usaha kami yang pertama kali. Banyak tawaran dari
bank-baank pemerintah maupun swata nasional, tetapi kami tolak.Bahkan kini kami
berencana untuk melunasi hutang property tersebut. Sehingga benar-benar usaha kami
menggunakan uang sendiri. Kami bisa berkembang seperti ini karena kami menerapkan dua
strategi diatas, mengutamakan cashflow dan menggunakan uang dengan cermat.
Semoga bermanfaat.
See you and the top

Posted by Mualib Wijono at 15.25

==========000=========

Membuat Pengusaha Mencintai Angka


Cisarua, 24/01/2013. Banyak kisah dan testimony yang terjadi di tengah workshop Financial
Literacy di Cisarua, Puncak, Bogor akhir Januari 2013. Sebagian peserta mengaku jika
workshop itu membuat mereka harus memperhatiikan angka-angka dalam laporan keuangan
perusahaan sepulang dari workshop ini. “Saya akan meng-opname semua bagian untuk
mengecek ulang keuangan perusahaan saya,” kata Imam, seorang pengusaha broadcast dan
komunikasi. Imam mengaku selama ini dia tidak tahu persis tentang arus uang keluar masuk
di perusahaannya. Bulan lalu Imam sudah “meng-opname” semua bagian untuk memeriksa
keuangan perusahaan. “FL ini membuat saya harus mengopname lagi perusahaan saya segera
sepulang dari sini,” katanya yang disambut dengan tawa dan tepuk tangan peserta. FL ini,
lanjut Imam menyadarkannya bahwa uang yang dia dapatkan dan nikmati selama ini bukan
dari operasi bisnisnya tetapi dari profesinya sebagai konsultan.

“Ini IIBF bisa merubah pengusaha dari tidak senang dengan angka jadi mencintai angka-
angka,” kata Jaya Setia Budi. Komentar Jaya itu setelah dia melihat antusiasme peserta yang
mengikuti materi dasar dari angka-angka kecil dalam kolom-kolom Balance Sheet, Rugi Laba
ataupun Income statement. Jaya sendiri adalah peserta yang paling antusias dalam workshop
itu. Penulis buku “the power of kepepet” tahu benar jika banyak pengusaha yang memulai
bisnis dengan ilmu nekad. Ilmu dan skill bisnis baru diperoleh setelah bisnis itu berjalan.
“Banyak yang mengajarkan tentang finance, tapi yang diajarkan di IIBF ini beda,” ungkap
Jaya. Pernyataan Jaya ini dibenarkan oleh Hasan, pengusaha asal Aceh yang berlatar
belakang seorang sarjana teknik. “Ini ilmu praktis yang membuat saya memahami kekeliruan
saya selama ini sekaligus menunjukkan arah yang harus saya tuju dalam menjalani bisnis,”
tegas Hasan

Financial literacy sesungguhnya basic skill yang harus dikuasai oleh seorang pengusaha.
Finance atau keuangan selalu identik dengan ilmu akuntansi. Padahal untuk menjadi seorang
akuntan perlu waktu 4 atau 5 tahun. Itupun belum tentu fasih. Bagaimana jika masalah itu
sudah di depan mata, keuangan dalam keadaan panic, tidak tahu tombol mana yang harus
ditekan ketika sebuah keadaan terjadi. Apa harus investasi waktu 4-5 tahun untuk belajar
dulu. “FL bukan mengajarkan bapak ibu menjadi seorang akuntan, tetapi mengajarkan bapak
ibu menjadi seorang business owner,” kata Presiden IIBF, Heppy Trenggono. Pebisnis itu,
lanjut Heppy adalah seorang pilot yang harus memahami panel-panel yang ada dalam kokpit
pesawat. Angka-angka yang ada dalam panel itu menceritakan tentang suatu keadaan yang
terjadi dengan pesawat itu. “Bagaimana kita akan menerbangkan pesawat jika kita tidak
memahami angka-angka dan simbol-simbol yang ada dalam panel-panel itu?” kata Heppy
retoris. Kita pikir pesawat yang kita kemudikan sedang dalam keadaan “up”, padahal
panelnya menunjukkan dalam keadaan “down”. Jika keadaan itu terus dibiarkan maka
dipastikan pesawat akan crash.

70 persen pebisnis itu financially incompetence. Maka banyak yang jarang bahkan enggan
melihat angka dalam laporan keuangannya. Terutama jika angka itu banyak yang “merah”.
Padahal itu angka itu memilki banyak cerita tentang apa yang terjadi dalam bisnis kita. IIBF
menekankan kepada pengusaha untuk disiplin. Salah satu disiplinnya adalah Disiplin Bisnis.
Dalam disiplin bisnis seorang pengusaha harus menguasai cashflow. Jika pemasaran itu
kehidupan maka cashflow itu adalah “darah” yang membuat bisnis itu sehat atau tidak.
Karena itu dia harus positif dan positif berarti sehat. Maka jika cashflow negative dan
perusahaan masih bisa berjalan, artinya ada yang masih memberi hutang kepada bisnis itu.
Cash adalah bottom line sebuah bisnis bukan profit. Menguasai cashflow artinya kita faham
apa yang harus kita jaga dalam cashflow, kita faham apa yang harus dkendalikan dalam
cashflow, dan kita faham bagaimana membuat uang yang di luar sana dapat mengalir ke
dalam rekening kita.

Financial Literacy mengajarkan para pebisnis bagaimana membuat laporan dan membaca
laporan keuangan, sekaligus menganalisa apakah sebuah perusahaan itu sehat atau tidak
hanya dengan melihat hal-hal sederhana dalam laporan keuangannya. Selama perjalanan 3
hari dalam workshop ini membawa para peserta masuk ke dalam masalah yang ada dalam
bisnisnya masing-masing yang membuat mereka semakin bersemangat. Itulah sebabnya
mengapa workshop ini membuat pengusaha mencintai angka. Karena angka itu adalah ukuran
atau capaian dari bisnis yang dijalankannya. (2as)

Berita Terbaru

 Kalimat Toyyibah adalah Sumber Akar yang Kuat Cisarua, 24/01/2013. Banyak kisah
dan testimony yang terjadi di tengah workshop Financial Literacy di Cisarua, ...
 PP IIBF Akan Luncurkan Program Terjemah Qur’an Mudah Keluarga IIBF Cisarua,
24/01/2013. Banyak kisah dan testimony yang terjadi di tengah workshop Financial
Literacy di Cisarua, ...
 Selamat Tinggal Bank Konvensional Cisarua, 24/01/2013. Banyak kisah dan testimony
yang terjadi di tengah workshop Financial Literacy di Cisarua, ...
 IIBF Buka Club Mentoring Cisarua, 24/01/2013. Banyak kisah dan testimony yang
terjadi di tengah workshop Financial Literacy di Cisarua, ...
 IIBF Bantah Heppy Trenggono Caketum PBB Cisarua, 24/01/2013. Banyak kisah dan
testimony yang terjadi di tengah workshop Financial Literacy di Cisarua, ...
 Riawan Amin : Direktorat Perbankan Syariah Harus Dibubarkan Cisarua, 24/01/2013.
Banyak kisah dan testimony yang terjadi di tengah workshop Financial Literacy di
Cisarua, ...
 Rapuhnya Sistem Ekonomi Dunia Cisarua, 24/01/2013. Banyak kisah dan testimony
yang terjadi di tengah workshop Financial Literacy di Cisarua, ...
 Rumus Menjaga Rumah Tangga Cisarua, 24/01/2013. Banyak kisah dan testimony
yang terjadi di tengah workshop Financial Literacy di Cisarua, ...
 Islamic Capital Investment Cisarua, 24/01/2013. Banyak kisah dan testimony yang
terjadi di tengah workshop Financial Literacy di Cisarua, ...
 Perlu Lembaga “Buffer” Untuk Produksi Kedelai Cisarua, 24/01/2013. Banyak kisah
dan testimony yang terjadi di tengah workshop Financial Literacy di Cisarua, ...

==========000==========

William Shakers
January 5th by chienue

Oleh Ir. H. Heppy Trenggono, M.Kom.

Hari ini, jumat 23 April 2010, rencana untuk bertemu dengan William Shaker sahabat saya di
New York saya tunda, jam 7.00 pagi ini saya dengan istri, kakak dan ponakan bergegas
menuju Renaisance Hotel New Jersey untuk bertemu Pak Hasan Toha Putra yang kebetulan
sedang berada di Amerika Serikat bersama dengan rombongannya. Pak Hasan adalah dewan
Pembina IIBF Jawa Tengah, bisa dikatakan dari tangan beliaulah kelahiran IIBF segera
diterima secara luas oleh tokoh-tokoh dan pengusaha senior di Jawa Tengah.

William Shakers adalah pengusaha, imigran, pekerja keras, sekaligus anak muda yang
inspiring. Dia hidup di New York bersama dengan ibunya yang sudah tua, tidak memiliki
saudara satupun kecuali ibunya itu.

Berbeda dengan banyak pengusaha yang saya kenal, William Shaker memiliki usaha yang
unik, berjualan kacamata “tiruan” secara online, istilah yang dia pakai adalah “replica
sunglasses” sebagai kata ganti dari “imitasi”. Bekerja sendirian dan hanya dibantu dengan
seorang karyawan yang dia sebut sebagai “my runner”. Will hanya berjualan secara online,
melalui website, tidak memiliki toko dimanapun kecuali di internet.

Bagi saya, yang sangat menarik adalah keberhasilannya membangun bisnis sederhana yang
benar-benar bisa menghasilkan uang! Bisnis yang dia bangun telah mengantarkan dia
memiliki kehidupan yang mewah, “In New York, You are my guest” begitulah dia selalu
mengingatkan saya sambil berjanji akan mengantarkan saya kemanapun di New York dengan
mobil mewahnya dan mentraktir selama saya di New York, sebuah kualitas kehidupan yang
sangat jarang ditemukan di New York, rata-rata orang di New York bekerja keras untuk
hidupnya.

Will sangat concern dengan biaya investasi, untuk membangun websitenya dia mengaku
tidak melakukannya sendiri tetapi menggunakan jasa web developer di India yang dia
temukan via internet. Memerlukan kerja keras dan kesabaran hingga dia menemukan barang-
barang imitasi terbaik dan termurah, dia ceritakan hampir seluruh barang dagangannya
berasal dari luar negeri. Bisnisnya beroperasi dengan biaya yang super efisien, dia selalu
mengontrol dari belahan dunia manapun dia berada, dan setiap hari ada seorang karyawan
yang stand by untuk memfollow up setiap transaksi yang masuk. Dalam beberapa tahun ini
Will telah mendapatkan lebih dari 4,000 customer yang 80% diantara mereka adalah pembeli
wholesales, pembeli yang membeli secara rutin kepada Will melalui websitenya
www.impostercity.com, www.voguewear.com, www.replicawholeshalessunglasses.com,
www.nywholesalessunglasses.com. Pelajaran yang kita tangkap dari seorang William Shaker
adalah bahwa “keberhasilan bisnis bukanlah tentang apa yang kita lakukan, tetapi tentang
bagaimana kita melakukannya”. Saya yakin banyak orang yang bisa memulai bisnis seperti
yang dia lakukan, tetapi berapa banyak orang yang bisa membangun bisnisnya hingga benar-
benar menghasilkan uang? William Shaker tidak hanya sekedar membuat website dan
menunggu order, dia bekerja keras untuk membuat bagaimana caranya agar bisnisnya
berjalan dan menghasilkan uang.

Dia melakukan berbagai strategi tentang bagaimana agar orang bisa menemukan websitenya
dan tertarik untuk membeli, dia mencari barang-arang terbaik dari seluruh penjuru dunia, dia
memastikan bahwa orang yang membeli dari dia mendapatkan harga terbaik dan
mendapatkan untung ketika menjual lagi secara retail, dia memastikan setiap order barangnya
harus ada dan dikirim dengan cepat, dan memastikan setiap orang yang pernah membeli akan
kembali membeli. Pada pertemuan yang terakhir dengan Will tahun lalu, dia mentargetkan
untuk menelpon semua pelanggan yang tidak kembali lagi, dan akan menanyakan kepada
pelanggannya “Apa yang harus saya lakukan untuk membuat anda membeli kembali kepada
saya?” Itulah William Shaker, dan pagi ini Alhamdulillah senang sekali saya bisa bertemu
dengan pak Hasan di New Jersey.

==========000==========

BISNIS DENGAN MODAL “0”

Oleh Ir. H. Heppy Trenggono, M.Kom. [President Director United Balimuda]

Berbicara tentang memulai bisnis, banyak orang langsung terhenti langkahnya karena merasa
tidak memiliki modal untuk memulainya. “Saya sebenarnya ingin menjadi pebisnis, tapi saya
tidak punya modal” begitulah kira-kira komentar dari rata-rata para pemula yang saya
jumpai, dan modal yang dibicarakan disini maksudnya adalah uang cash yang dimiliki untuk
memulai bisnis.

Dalam konteks yang lain, sebuah angka statistik membuktikan bahwa 50% bisnis tutup
sebelum ulang tahunnya yang kedua, 80% tutup sebelum ulang tahun yang kelima. Dan yang
sangat menarik untuk dicermati, ternyata salah satu sebab mengapa mereka gulung tikar
dalam usia yang sangat muda adalah “Easy Money”, uang dan kredit yang terlalu mudah
didapat. Kok bisa begitu?

Ternyata easy money membuat pebisnis menjadi bodoh. Dengan uang dan kredit yang mudah
didapat mereka memiliki kesempatan yang sangat luas untuk menutupi kesalahan-kesalahan
dalam berbisnis. Contohnya ketika sales tidak mencapai target, ketika piutang tidak tertagih,
ketika team tidak dapat menyelesaikan tugas tepat waktu, ketika pendapatan tidak dapat
menutupi biaya yang harus dikeluarkan, maka dengan easy money dan easy credit anda akan
merasa baik-baik saja. Ini karena selalu dapat menutup kekurangan cash flow tanpa
melakukan perbaikan kinerja, sehingga rendahnya sales tidak mempengaruhi psikologi
perusahaan, dan team anda seolah-olah mendapatkan pesan “mencapai target sales tidak
penting di perusahaan ini”.
Banyak entrepreneur berlari dari satu masalah ke masalah yang lebih dalam karena selalu
menutupi kesalahannya dalam berbisnis tidak dengan cara melakukan perbaikan fundamental
dalam melakukan bisnis. Ketika bisnis mengalami kesulitan keuangan yang disebabkan oleh
kinerja yang payah yang mereka lakukan adalah dengan melakukan restrukturisasi keuangan,
dengan memberikan talangan uang cash baik yang diambil dari kocek pribadinya maupun
dengan cara menghutang, bahkan banyak di antara yang saya jumpai mereka menutup
masalah keuangan dengan cara memakai uang rentenir yang berbunga tinggi.

Mereka memimpin dengan uangnya, sampai satu titik bisnis mereka benar-benar berhenti
karena beban keuangan sudah sangat dalam sedangkan kinerja bisnisnya tidak pernah
membaik seperti yang dibayangkan. Entrepreneur sukses memimpin perusahaan bukan
dengan uangnya tetapi dengan waktunya!

Sebuah kontradiksi, para pemula menganggap bahwa uang adalah kunci sukses bisnis,
kenyataannya uang justru bisa menjadi pembunuh bisnis, karena uang yang mudah membuat
entrepreneur bodoh. Kalau kita lihat kisah sukses para pebisnis, sebagian besar diantara
mereka justru memulai bisnis dengan serba kekurangan modal, inilah yang memaksa mereka
selalu berfikir kreatif, karena tidak ada pilihan kecuali harus meningkatkan kinerja
perusahaan untuk bertahan hidup dan berkembang.

Mereka memulai usaha dengan modal seadanya, mengumpulkan uang lewat bisnis kecil dan
melangkah ke bisnis selanjutnya yang lebih besar. Sebenarnya apa yang mereka lakukan
dalam dunia entrepreneurship disebut “Financial Bootsrapping”, meminimalisasi uang cash
yang diperlukan ketika memulai sebuah bisnis.

Financial bootstrapping bisa dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari cara mendapatkan
barang dengan tempo pembayaran yang panjang, berbagi sarana bisnis dengan orang lain,
penerapan inventory minimum, dan sebagainya. Banyak buku-buku yang memberikan
inspirasi bagaimana anda memulai bisnis dengan modal yang sangat terbatas (mereka
menyebutnya modal 0 atau modal dengkul), saya juga baru menyadari bahwa saya
melakukan financial bootstrapping ketika memulai bisnis, barangkali itulah sebabnya saya
ditulis sebagai salah seorang yang termasuk dalam buku 10 Pengusaha yang sukses
membangun bisnis dari 0 terbitan Gramedia.

Cerita yang sangat menginspirasi datang dari Dell Computer yang memulai bisnis hanya
dengan US 1.000 dolar, dan dalam beberapa tahun bisa membawa Dell Computer menjadi
bisnis dengan skala ratusan juta dollar.

Pertanyaannya “Dapatkah anda memulai bisnis dengan uang cash sejuta sampai sepuluh juta
rupiah saja?”

Sumber: Republika | Senin, 28 September 2009

KNOCK THE RIGHT DOOR

January 5th by chienue

Oleh Ir. H. Heppy Trenggono, M.Kom. [President Director United Balimuda]


Usai memenangkan sebuah pertempuran, seorang jenderal di sebuah kerajaan China kuno
membawa pasukannya pulang ke kota raja. Agar cepat sampai tujuan dia memerintahkan
pasukannya mengambil jalan pintas hingga tiba di pinggir sebuah sungai yang cukup lebar.
Sang Jendral kemudian bertanya kepada seorang anak kecil yang sedang bermain di tempat
itu.

“Nak, bisa tidak kuda-kuda saya melewati sungai ini?” tanyanya.

“Bisa,” jawab anak kecil itu dengan sangat yakin.

Jendral itupun memerintahkan pasukan untuk menyeberangi sungai itu. Makin ke tengah air
makin dalam hingga Jendral dan pasukan berkudanya hanyut terbawa arus. Dengan susah
payah Jenderal ini menyelamatkan diri dengan berenang ke pinggir. Di pinggir sungai dia
bertemu lagi dengan anak kecil tadi.

“Hei anak kecil,..! tadi kamu bilang kami bisa menyeberang sungai ini,” katanya dengan
penuh amarah. “Mengapa kamu bohong?”

“Saya tak tidak bohong,” jawab anak kecil itu tenang. “Saya melihat kudamu besar-besar dan
saya yakin kudamu bisa menyeberang. Bebek saja yang tubuhnya jauh lebih kecil bisa
dengan mudah menyeberang sungai ini,” jawab anak ini tanpa rasa bersalah.

Cerita Cina kuno ini juga sering terjadi pada seorang entrepereneur ketika sedang
menghadapi masalah. Dia bertanya kepada seseorang yang dia anggap bisa menjawab
masalahnya. Tetapi baru tahu bahwa jawabannya itu salah setelah masalah semakin dalam
karena mengikuti saran itu.

Minggu lalu seorang pengusaha ekspedisi di Jakarta datang ke saya menceritakan tentang
kerugian yang dialaminya. “Pak Heppy, saya baru kehilangan uang 4,2 miliar,” begitu
katanya. “Kok bisa?” tanyaku singkat.

“Uang itu saya beli property setelah mendengar saran dari seorang trainer bisnis,” jawabnya.

Pengusaha ini kemudian panjang lebar menceritakan sejarah usahanya dan kronologis
pertemuannya dengan trainer itu. Dari kisah pengusaha ini diketahui bahwa Sang trainer yang
memberi saran itu dulunya adalah seorang professional yang dikenal sebagai ahli marketing
yang sangat handal. Kemudian mengundurkan diri sebagai professional dan mendirikan
sebuah lembaga training bisnis.

Trainer ini telah menolong puluhan perusahaan dengan meningkatkan angka penjualannya.
Track Record ini yang membuat pengusaha tadi yakin mengikuti saran trainer itu. Padahal
masalah yang dihadapinya bukan masalah penjualan tetapi keputusan untuk berinvestasi.

Atas saran Si Trainer pengusaha itu kemudian membeli property senailai 4,2 miliar dalam
bentuk beberapa unit rumah. Akibatnya dia mengalami kesulitan cash flow sehingga
mengganggu operasional usahanya.

Salahkah Si Trainer itu? Tidak. Dia tidak bermaksud menjerumuskan pengusaha itu. Bahkan
sebaliknya ingin membantu pengusaha untuk keluar dari masalahnya.
Sama seperti anak kecil yang hampir menenggelamkan jendral dan pasukannya tadi. Anak itu
tidak bermaksud menenggelamkan jendral dan pasukannya. Dia hanya menyarankan
berdasarkan keyakinannya saja setelah membandingkan antara kuda dan bebek. Tetapi dia
sendiri tidak pernah mengalami langsung bagaimana caranya menyeberangi sungai itu.
Apalagi sampai mengetahui kedalaman air dan kekuatan arusnya.

Agar tidak mengalami hal yang sama seperti jendral itu maka kita harus bertanya kepada
orang yang tepat sesuai dengan masalah yang kita hadapi. Ketika saya mengalami kejatuhan
usaha dan terlilit utang yang cukup besar saya memutuskan mencari seorang mentor bisnis.

Teman dekat saya, seorang ustadz menasehati saya dengan kalimat yang singkat yang selalu
saya ingat, “Hep, mencari ilmu itu harus dengan ilmu”. Dengan nasehat singkat itu membuat
saya selalu berupaya untuk mencari orang yang tepat untuk bertanya tentang masalah bisnis
saya. Seorang mentor saya di Austin Texas menganjurkan untuk mencari orang yang tepat ini
dengan sebuah ungkapan pendek, “Knock The Right Door”.

Sumber: Republika | Senin, 09 November 2009

=========000==========

KENALI MASALAH PERUSAHAAN ANDA...!

January 5th by chienue

Oleh Ir. H. Heppy Trenggono, M.Kom. [President Director United Balimuda]

Seorang dokter pemilik sebuah rumah sakit di Bekasi menyampaikan masalah keuangan yang
dihadapi rumah sakit yang dikelolanya kepada saya. “Pak Heppy, saya memiliki masalah
keuangan yang cukup rumit. Selama satu tahun ini keuangan saya chaos. Padahal pemasukan
cukup baik . Tingkat hunian kamar rawat inap diatas 41 persen setiap bulan. Herannya, setiap
bulan saya harus terus nombok 100 hingga 200 juta setiap bulan,” katanya malam itu.

Rumah sakit Pak dokter itu baru berdiri selama setahun ini. Sebelumnya dia mengelola
sebuah klinik dan cukup berhasil. Karena cita-citanya ingin menyediakan layanan kesehatan
yang prima dan islami di lingkungannya Pak Dokter ini mendirikan rumah sakit dengan
tingkat pelayanan yang lebih massif.

Dari laporan keuangan yang diberikannya kepada saya, sebenarnya masalah yang dihadapi
Pak dokter ini adalah “masalah biasa” yang dihadapi oleh pengusaha yang sedang start up.
Namun karena tidak bisa melihat masalah perusahaannya masalah yang biasa saja dianggap
sebagai masalah yang rumit.

Ibaratnya, sebelumnya Pak Dokter ini hanya mengendarai sepeda dan sekarang dia sudah
membawa mobil. Tentu saja sangat berbeda skill yang dibutuhkan untuk menyetir mobil
dengan sebuah sepeda.

Ada tiga jenis masalah yang dihadapi sebuah perusahaan, yakni masalah Normal, Abnormal
dan Life Threatening. Masalah Normal adalah masalah biasa yang hampir selalu ada dalam
setiap perusahaan.
Seperti seorang bayi yang sering terbangun dan menangis di tengah malam atau menjelang
pagi. Tidak perlu diberi obat tidur untuk mendiamkan sang bayi. Bahkan bila obat tidur terus
diberikan setiap kali dia menangis justru akan mengancam kehidupan bayi itu.

Masalah Abnormal adalah masalah yang tak lazim ada dalam sebuah perusahaan. Masalah
jenis ini bisa muncul dari berbagai sebab. Umumnya masalah ini sering bersumber dari owner
perusahaan itu.

Sedangkan Masalah Life Threatening atau masalah yang mengancam hidup adalah masalah
luar biasa yang dapat membunuh perusahaan. Cara mengambil utang yang salah atau
penanganan masalah normal yang keliru dapat menjadi masalah Life Threatening. Seperti
bayi yang bangun dan menangis tengah malam yang terus diberi obat tidur tadi. Masalahnya
normal tapi karena penanganannya yang salah berubah menjadi masalah yang mengancam
hidup.

Maka sebelum menentukan tindakan apa yang akan diambil terhadap masalah yang terjadi
dalam perusahaan anda, kenalilah dulu masalah apa yang terjadi dalamnya. Salah satu cara
cepat untuk mendiagnosa masalah itu adalah laporan keuangan perusahaan.

Sayangnya banyak pengusaha yang tidak mau melihat atau memeriksa laporan keuangan
perusahaannya. Alasannya beragam, ada yang takut melihat laporan itu karena banyak yang
“merah” . Ada juga karena tidak bisa membaca laporan keuangan. Kalaupun bisa tetapi tidak
fluent sehingga tidak bisa dengan cepat mendiagnosa masalah. Padahal dari sebuah laporan
keuangan yang singkat mengandung sebuah cerita yang panjang tentang apa yang sedang
terjadi dalam sebuah perusahaan.

Agar fluent membaca laporan keuangan maka ilmu tentang uang mutlak harus dikuasai . Di
IIBF keahlian itu disebut dengan Financial Literacy dan setiap anggota IIBF harus
menguasainya. Untuk menguasai itu cukup dengan mengikuti kelas financial literacy yang
diadakan IIBF terdekat. Agar setiap muncul masalah dalam perusahaan dapat segera dideteksi
tanpa harus menunggu menjadi masalah yang lebih serius. Sebab banyak yang salah
memberikan treatment akibat tidak bisa mengetahui masalah sebenarnya.

Jadi kenalilah masalah perusahaan anda.

Sumber: Republika | Selasa, 13 Oktober 2009

=============00000===========

MEMULAI...!!

January 5th by chienue

Oleh Ir. H. Heppy Trenggono, M.Kom. [President Director United Balimuda]

“Kau sendirilah penghambat terbesarmu. Bangkitlah lebih tinggi darimu.” (Al-Hafidz, Sufi
Persia)

Saat saya mengisi workshop di Universitas Diponegoro, Semarang, ada sebuah pernyataan
yang mengejutkan. “Setelah memulai usaha, saya justru punya utang pak Heppy. Tapi saya
sudah tak minta uang lagi pada orang tua,” kata Nur Sodik yang masih mahasiswa.
Mendengar itu saya bilang: ”Itulah hidup. Tapi ada hal yang patut anda syukuri kan. Yaitu
memulai untuk usaha. Sebab semua orang yang sukses pasti mengalami proses yang sama.”

Memulai. Itu sebuah kunci penting dalam entrepreneurship. Tanpa memulai tidak akan
pernah ada hasil. Lalu pertanyaannya, kapan sebaiknya mulai masuk ke dunia
entrepreneurship? Jawabnya jelas, ketika masih muda. Lihat orang-orang sukses seperti Bill
Gates dan Warren Buffet. Mereka semua mulai usaha ketika masih muda, bahkan ada yang
masih di masa remaja.

Entrepreneurship itu sebuah perjalanan. Tidak bisa dibangun hanya dalam waktu sehari.
Orang perlu jatuh bangun. Itulah kunci sukses. Dari sini akan tumbuh jiwa entrepreneurship
yang kuat. Sodik dan siapapun yang ingin terjun di dunia entrepreneurship pasti punya
impian. Mulailah dari kecil dan ikuti saja iramanya, niscaya kapabilitas akan datang dengan
sendiri.

Memulai itu bagian dari self intrepreneurship. Memahami entrepreneurship bukan semata-
mata memahami soal wirausaha. Entrepreneurship adalah sebuah konsep yang memiliki
prinsip sentral. Artinya kita yang menentukan nasib sendiri, karena di dalamnya ada self
leadership, ada self starter. Pola hidup maupun cara hidup, kita tentukan sendiri. Kita
tentukan kehidupan, bukan kehidupan yang menetukan kita.

Berdagang itu sebuah artikulasi. Ketika masuk membangun entrepreneurship mahasiswa,


yang kita ciptakan bukan pengusaha. Tetapi bagaimana mendorong mahasiswa agar memiliki
pemikiran seperti pengusaha. Entrepreneurship bukan sekadar membangun usaha atau bisnis.
Entrepreneurship adalah pola atau konsep hidup. Bukan hanya untuk menghasilkan para
usawahawan, namun yang amat penting bagaimana jiwa intrepreneurship yang ada di dalam
diri bisa dimunculkan.

Itulah yang saya lakukan di beberapa perguruan tinggi selama ini. Kalau ada yang muncul
jadi pemimpin, maka dia harus jadi pemimpin yang paham percaturan ekonomi.

Bagi mahasiswa memahami entrepreneurship adalah membuka sebuah wacana atau midset.
Lulus kuliah bukan semata mencari kerja, melainkan bagaimana bisa menciptakan lapangan
kerja. Di Malaysia mudah mencari pekerjaan, sehingga berduyun-duyun didatangi orang
Indonesia, India, Nepal dan Bangladesh. Tetapi satu hal yang kita lupakan. Di Indonesia
memang susah cari kerja namun mudah membuat lapangan pekerjaan.

Tetapi coba perhatikan. Mengapa banyak program pemberdayaan pemerintah kok selalu
gagal. Karena mindsetnya tidak diubah. Kita sibuk mengajarkan menjual bakso sekaligus
menyediakan modalnya. Namun tiga bulan berikut bangkrut. Mengapa? Kita lupa. Kita bikin
semua orang seragam untuk jualan bakso. Tetapi mindset dengan intrepreneurshipnya yang
harus tumbuh dengan kesadaran dari dalam justru kita abaikan.

Mengapa saya memilih mahasiswa? Bagi saya mahasiswa adalah bagian penting sejarah
negeri ini. Mahasiswa tak boleh berdiri di menara gading karena merupakan bagian dari
gerak langkah bangsa ini ke depan. Mahasiswa bukan koboi seperti yang dikatakan Soe Hok
Gie, yang baru turun jika ada kejahatan. Mahasiswa adalah ikon perubahan. Tidak hanya di
bidang politik, tetapi juga ekonomi kerakyatan.
Indonesia memerlukan mahasiswa atau generasi muda yang mampu menjawab tantangan
zaman. Bukan mahasiswa yang hanya bisa meminta, tetapi mahasiwa yang mampu bergerak
dengan jiwa dan kemandirian. Dengan gerak mahasiswa, terbukti Indonesia bisa berubah.
Tetapi juga akhirnya tak cukup dengan yel-yel menggelegar dalam setiap demontrasi.

Harus ada perubahan mendasar. Yakni mendorong jadi pribadi yang hebat. Dan yang
terpenting untuk itu adalah pengambilan keputusan untuk ‘memulai’. Sisanya adalah
keteguhan.

Sumber: Majalah Khalifah | Edisi 12, Juli 2009

=====0000====

MENGUAK KEINGINAN KONSUMEN

January 5th by chienue

Oleh Ir. H. Heppy Trenggono, M.Kom. [President Director United Balimuda]

Ibu Susi, seorang pengusaha di Tanjung Priok, Jakarta, yang menekuni produksi sabun cair
berbagai jenis menanyakan kepada saya tentang strategi yang harus dilakukan agar produk –
produkya laku di pasar. Pasalnya, usaha yang digelutinya selama ini tidak mengalami
kemajuan yang berarti setelah beberapa tahun ditekuni.

Saat ini beliau sedang menyiapkan produk baru dalam kemasan yang berbeda yaitu sabun
cair kemasan 1 liter. Pertanyaan beliau kepada saya “apakah langkah saya sudah tepat?
Menurut pak Heppy apakah produk ini akan mampu meningkatkan omzet perusahaan saya
secara signifikan?”

Inovasi, seperti yang dilakukan oleh Ibu Susi adalah sebuah keniscayaan dalam bisnis,
malahan kalau kita hendak menyederhanakan pemikiran, berbicara mengenai fungsi bisnis
sebenarnya hanya ada dua saja yaitu Inovasi dan Marketing.

Inovasi harus selalu dilakukan karena pasar selalu bergerak, kompetisi selalu bergerak, dan
keinginan konsumen juga selalu bergerak. Kalau Indofood, Wingsfood, Unilever, dan
pemain-pemain yang sudah besar juga melakukan inovasi dan meluncurkan produk-produk
baru setiap hari mengapa kita tidak?

Sekarang pertanyaannya adalah apakah produk baru kita akan diterima pasar dan mampu
mendongkrak penjualan kita atau tidak? Inovasi yang akan menghasilkan produk yang
disukai konsumen adalah inovasi yang terjadi di pasar, bukan yang terjadi di laboratorium.
Saya sering mengatakan bahwa salah satu kegagalan bisnis adalah karena obsesi kita kepada
produk yang akan kita jual, karena kita terlalu menyukai ide kita, kita menganggap bahwa ide
kita adalah ide yang brilian.

Artinya, banyak kegagalan bisnis yang disebabkan karena produknya sangat disukai oleh kita
sendiri tetapi tidak disukai oleh konsumen! Inovasi yang efektif adalah inovasi yang
merupakan hasil perbincangan kita dengan konsumen, hasil “conversation” dengan mereka,
hasil dari proses untuk mengetahui apa “keinginan tersembunyi” mereka.
Banyak pendekatan yang biasa dilakukan oleh perusahaan dalam melahirkan produk dan jasa,
untuk mengetahui customer behaviour dan mendapatkan consumer insight dengan berbagai
pendekatan, mulai dari memakai jasa survey yang sangat mahal, melakukan focus group
discussion sampai dengan metode kuesioner yang banyak kita jumpai.

Begitu pentingnya pekerjaan mengetahui “keinginan konsumen” ini bahkan beberapa


perusahaan memiliki organisasi tersendiri dan anggaran yang sangat besar untuk urusan ini.
Unilever membangun organisasi yang melibatkan 400 Insight Manager dengan investasi tak
kurang dari 300 juta Euro.

Lantas, apakah kita juga harus melakukan dengan anggaran yang begitu besar untuk berhasil?
Jawabannya tentu tidak! Bahkan semua metode yang kita sebutkan di atas tidak menjamin
bahwa kita mengetahui apa yang sebenarnya diinginkan oleh konsumen.

Pendekatan formal seperti yang saya sebutkan di atas bahkan cenderung melewatkan hal-hal
yang sebenarnya terjadi di lapangan, apalagi jika semua pendekatan formal tersebut
dihubungkan dengan iming-iming insentif yang akan diberikan kepada responden.

Apa yang harus Ibu Susi lakukan adalah “berbicara dengan konsumen”, Ibu Susi harus selalu
memasang mata Ibu, memasang telinga Ibu, dan menghidupkan hati ibu untuk selalu
memantau apapun yang berhubungan dengan keinginan konsumen, motivasi konsumen,
ataupun ketidak puasan konsumen.

Melakukan “pembicaraan dengan konsumen” yang saya maksud adalah melakukan


pembicaraan dengan sebenarnya, dengan cara yang natural, berbicara ketika mereka
berbelanja, ketika mereka mencuci, ketika mereka arisan, ketika mereka mengembalikan
produk, ketika mereka mengantarkan anak di sekolah. Apapun, intinya ketika mereka dalam
situasi natural sehari-hari, mengamati mereka dalam habitat aslinya.

Perusahaan-perusahaan besar di dunia melakukan hal tersebut, bahkan ada di antara mereka
yang menugaskan Direksinya untuk tinggal selama beberapa minggu di rumah konsumen
untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di lapangan dan mengetahui keinginan
tersembunyi mereka.

Dalam melahirkan dan melakukan inovasi produk pada salah satu perusahaan saya Balimuda
Food yang memproduksi berbagai makanan seperti mashed potato merk POTAYO, kripik
kentang asli merk DIENG, dan berbagai produk lainnya yang dikembangkan. Data dari
lembaga survey saya gunakan pada saat saya memilih produk pertama kali, pada saat product
invention, terutama untuk mengetahui market size dan growth-nya, namun selebihnya saya
lebih mengandalkan “conversation with customer”. Buat saya, hal ini lebih murah, lebih
akurat, lebih insightful, dan lebih menggairahkan karena saya dapat melihat ekspresi mereka
ketika mereka berbicara.

Semakin banyak kita “berbicara dengan konsumen” semakin kita bisa merasakan kepedihan
mereka, semakin jelas kita mengetahui apa yang diinginkan oleh mereka. Bagaikan melihat
lukisan mozaik, semakin banyak partikel yang membentuk lukisan tersebut maka semakin
jelas bentuk lukisan yang dihasilkan.

Mengetahui apa yang diinginkan konsumen bukan pekerjaan mudah, namun juga tidak selalu
mengharuskan penggunaan metodologi yang rumit. “Berbicaralah dengan mereka”, ketahui
keinginan mereka. Mengetahui apa yang diinginkan konsumen, menyiapkan produknya, dan
memberikan produk tersebut kepada mereka, itulah kunci sukses bisnis anda

=====0000====

KELUAR DARI KEMELUT

January 5th by chienue

Resensi Buku Menjadi Bangsa Pintar Karya Ir. H. Heppy Trenggono, M.Kom.
Oleh Muhammad Husnil [Peneliti Laboratorium Kota Paramadina]

Biasanya, di tengah perayaan kemerdekaan bulan Agustus timbul pertanyaan yang selalu
diulang: benarkah kita merdeka? Pertanyaan itu, tentu saja, retoris. Tapi pertanyaan itu
penting kita ajukan demi menguji seberapa jujur kita menanggapi keadaan bangsa ini yang
sebenarnya. Pasalnya, setelah 64 tahun merdeka bangsa ini masih tertatih-tatih mengejar
ketinggalan. Dan itu dipicu oleh pemerintah yang hingga saat ini belum juga memenuhi
sejumlah hak-hak mendasar warganya seperti pendidikan murah dan pemerataan ekonomi
masyarakat. Padahal, kita memiliki sumber daya alam yang sangat potensial untuk menjadi
modal agar bangsa ini maju.

Tak ada yang tak ingin menjadi bangsa maju. Tapi kenapa ada negara yang luasnya tak
seberapa seperti Belanda dan tak memiliki sumber daya alam bisa maju sementara Indonesia
yang luas dan memiliki sumber daya alam melimpah masih tertatih-tatih? Hal ini membuat
pengusaha muda seperti Heppy Trenggono kaget sekaligus kecewa.

Ia tak habis pikir, Indonesia pernah ditaklukkan oleh Belanda yang negaranya lebih kecil dari
Indonesia. Selama lebih dari 350 tahun pula. Meski kecewa, ia tak lantas mengeluarkan
sumpah serapah atau aksi mengutuk Belanda. Ia justru menawarkan jalan keluar. Setelah
lama menimbang kelebihan dan kekurangan negeri ini, ia pun menuliskan tawarannya itu
dalam buku Menjadi Bangsa Pintar.

Menurut Presiden Direktur United Balimuda itu, kemajuan sebuah bangsa ditentukan oleh
mentalitasnya, cara berpikirnya. Indonesia, katanya dengan optimis, sangat bisa dan mampu
berjaya kembali. Karena dalam sejarahnya Indonesia memang memiliki trah sebagai bangsa
pintar dan pernah jaya. Banyak kisah menggetarkan yang lahir dari bangsa ini. Simak saja
Kerajaan Majapahit. Di bawah kekuasaan Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada, kekuasaan
Majapahit melebar ke negeri jiran seperti Tumapel (sekarang Brunei Darussalam). Itu dari
sejarah Nusantara, sedangkan dari masa kemerdekaan kita melihat mentalitas itu dari sosok
Soekarno dan Sjahrir.

Pada 1955, Soekarno memprakarsai Konferensi Asia-Afrika di Bandung; Sjahrir berjuang


melalui diplomasi di luar negeri dan pernah memukau anggota PBB ketika ia
mempromosikan kemerdekaan Indonesia. Mereka memiliki mentalitas maju, mentalitas
sebagai bangsa unggul. Mereka berdua tidak ingin bangsa Indonesia terus-menerus berada
dalam cengkeraman kaum kolonialis. Indonesia harus merdeka. Tapi sayang, mentalitas itu
tidak dimiliki para pemimpin setelahnya. Oleh karena itu, bangsa ini terus-menerus terpuruk
ke dalam jurang krisis.
Penyebab utama krisis itu adalah karena sebagian besar kita, terutama elite politik, mengidap
mental indolance, yaitu kondisi mentalitas bangsa yang berfikir dan bersikap atas sesuatu
masalah dengan cara meniru pada kebiasaan-kebiasaan sebagaimana yang dilihat, dan
akhirnya membentuk pola pikir. Karena korupsi sudah sistematis, maka banyak orang
menganggap korupsi adalah hal yang wajar. Inilah yang disebut mental indolance.

Untuk menghidupkan kembali kejayaan bangsa ini sebenarnya mudah saja. Syaratnya, kita
harus mengelola segala yang kita miliki dengan baik, entah itu sumber daya alam atau
sumber daya *CensureBlock* Namun, mula pertama kita harus mengubah mentalitas, cara
berpikir kita. Untuk bisa memajukan bangsa ini, kita harus mengubah cara pandang agar
menjadi bangsa pintar.

Dalam buku ini, Heppy Trenggono memaparkan sejumlah cara pandang agar kita menjadi
bangsa maju. Misalnya, kita harus meyakinkan diri bahwa kita adalah bangsa yang menjadi
pemain, bukan penonton. Bahwa hidup adalah permainan, banyak sudah orang
mengamininya. Tapi satu hal yang alpa, bahwa konsep itu mengandaikan adanya penonton.
Tak mungkin ada permainan tanpa ada penonton. Dalam hal ini, di antara kedua posisi itu
tentu pemainlah yang memegang peran utama. Pasalnya, ia yang menentukan permainan.
Apakah hendak dibuat indah, mencengangkan, ataupun menegangkan. Sementara penonton
tidak lebih dari sekedar berkomentar.

Dalam hal ini, kita patut acungkan jempol kepada presiden pertama kita, Soekarno, atau
perdana menteri pertama, Sjahrir, yang telah berjasa mengharumkan Indonesia ke dalam
percaturan internasional. Mereka berdua adalah sosok pemimpin yang memiliki mentalitas
maju, yang ingin menjadi pemain dan tidak hanya menonton.

Selain itu, kita juga harus memantapkan jalan kita saat ini sebagai bangsa penjual bukan
pembeli. Pemerintah harus mulai memikirkan pengelolaan sumber daya alam oleh bangsa
sendiri untuk dijual ke pasar luar negeri sebagai barang jadi, dan bukan sebaliknya menjual
bahan mentah (barang modal) lalu membeli barang jadi. Bukankah aneh, di satu sisi bumi
Indonesia adalah ladang minyak, tapi di sisi lain Indonesia adalah pengimpor minya terbesar
di dunia. Kondisi ini ironis, sebab minyak yang kita beli itu sebagian berasal dari perut bumi
kita sendiri.

Kehadiran buku ini kian menambah ragam solusi bagi bangsa ini untuk keluar dari kemelut.
Kelebihannya, buku ini menawarkan solusi sederhana, dan karena itu sangat mudah untuk
dipraktikkan. Inilah yang membedakan buku ini dari buku-buku mengenai kebangsaan dan
keindonesiaan lainnya yang rata-rata merupakan buku “serius”. Karena disajikan secara
ringan disertai nuansa reflektif, buku ini bisa dinikmati dengan santai tanpa perlu “memeras”
otak. Tetapi sayang, kenikmatan membaca akan sedikit terganggu akibat penyuntingan
naskah yang kurang ketat hingga di sana-sini terdapat banyak kesalahan ketik.

_________________________________

Data Buku
Judul : Menjadi Bangsa Pintar
Penulis : Heppy Trenggono
Editor : Arif Ma’ruf Suha, dkk.
Penerbit : Penerbit Republika
Cetakan : I, Juli 2009
Ukuran : 20,5 x 13,5 cm
Tebal : vi + 164 halaman
ISBN : 9789791102605

=====0000====

Membuat Produk yang bakal Meledak...!

January 5th by chienue

Oleh Ir. H. Heppy Trenggono, M.Kom. [President Director United Balimuda]

Suatu pagi di bulan Juni lalu, Sodik yang datang bersama beberapa pengusaha Semarang
menemui saya ketika saya baru mendarat di airport Ahmad Yani untuk sebuah acara yang
mereka adakan. Dia bertanya kepada saya sambil membawa sebuah produk,

“Pak Heppy ini produk yang baru saya kembangkan, sirup jahe pak, kira-kira bisa meledak
nggak pak, produk ini baru lho pak masih belum beredar di pasaran” begitu kira-kira yang dia
sampaikan kepada saya.

Saya sempat mencicipi sirup jahe yang dibuat Sodik itu. Menurut saya rasanya enak sekali
karena kebetulan saya juga sangat menyukai wedang jahe dari dulu. Produk ini juga praktis
dan mudah disajikan setiap saat. Dan yang penting lagi produk ini dibuat dengan biaya
produksi yang sangat kompetitif per botolnya, sehingga dengan harga jual yang tidak
terlampau tinggi bisa mendapatkan margin yang cukup bagus.

Apakah produk ini akan meledak dan menghasilnya uang buat kita? Apakah produk ini akan
disukai masyarakat? Jawabnya adalah mungkin ya dan mungkin tidak!
Kesalahan yang sering kali kita lakukan dalam meluncurkan produk atau jasa adalah kita
menganggap bahwa kita tahu apa yang diinginkan oleh target market kita. Bagaimana kita
tahu sedangkan customer sendiri tidak tahu apa yang mereka inginkan. Kalau kita tahu apa
yang customer inginkan tentu bisnis menjadi sangat mudah bagi kita, dan kalau customer
tahu apa yang mereka inginkan maka bisnis juga menjadi mudah buat kita.

Sebelum memulai meluncurkan sebuah produk langkah yang paling aman untuk kita lakukan
adalah dengan mencari tahu dulu apa yang customer inginkan. Find out what they want!
Bicaralah dengan target market, dengan calon customer yang akan kita bidik sebagai sasaran
pemasaran produk anda.

Apa yang membuat mereka sakit, apa yang mengkhawatirkan mereka, apa yang membuat
mereka frustasi, apa yang membuat mereka merasa senang, merasa aman, merasa terpenuhi,
sehingga anda benar-benar tahu produk seperti apa apa yang harus anda buat dan lebih
penting lagi anda tahu apa yang harus anda komunikasikan kepada target market anda
tersebut.

Sebagian besar orang memulai dengan pengembangan produk dan kemudian menjualnya, dan
baru mengetahui apakah customer menginginkannya atau tidak setelah barangnya laku atau
tidak. Banyak kegagalan bisnis terjadi karena pendekatan yang digunakan terbalik. Mereka
meluncurkan produk yang tidak diinginkan oleh target market. Mereka mengandalkan inovasi
dan kreatifitas yang didasarkan pada obsesi diri sendiri bukan obsesi customer. Namun
banyak sukses bisnis dilahirkan dengan produk-produk yang sederhana bahkan beberapa
terkesan tidak bermutu, namun kenyataannya produk tersebut diserbu oleh customer.

“Tara Nasiku” adalah contoh sebuah produk yang dilahirkan oleh pemain besar di industri
consumer goods di negeri ini dan telah menyedot bermilyar-milyar biaya pemasaran untuk
meng-edukasi masyarakat. Namun hari ini kita lihat “Tara Nasiku” tidak dibeli oleh target
market, kenapa? Karena target market tidak menginginkannya!

Selalu ada cara untuk mengetahui apa yang diinginkan oleh customer, tidak mudah memang,
tapi membangun produk dengan asumsi kita mengetahui apa yang customer inginkan adalah
sebuah risiko tinggi!

“Jadi bagaimana dengan sirup jahe saya pak? Apakah akan meledak?”

Sumber: Republika | Kamis, 20 Agustus 2009

=============000000============

ILMU DAN KETERAMPILAN BISNIS

January 5th by chienue

Oleh Ir. H. Heppy Trenggono, M.Kom. [Presiden Direktur United Balimuda]

Ada banyak alasan mengapa kita memulai bisnis. Namun ada tiga alasan utama yang
membuat kita mau memulai bisnis. Tiga alasan itu adalah Financial Freedom, Passive
Income, dan More Time.

Financial Freedom, kita memulai bisnis karena keinginan kita untuk terbebas dari masalah
keuangan dan keterbatasan kemampuan keuangan. Kita ingin mampu memiliki segala sesuatu
sesuai dengan keinginan, misalnya ingin membeli rumah bagus, kendaraan, atau baju bagus
tanpa harus menunggu saat ada diskon. Atau ingin makan di restaurant favorit bersama
keluarga dan bebas memilih makanan kesukaan tanpa harus melihat besaran angka yang ada
di sebelah kanan menu yang kita inginkan.

Passive Income, dengan memilili bisnis kita membayangkan akan memiliki penghasilan
tanpa harus selalu bekerja untuk mendapatkannya. Kita ingin bisnis yang kita miliki
mengirimkan uang secara terus menerus. Ingin memiliki pendapatan yang terus mengalir
selagi kita berlibur, selagi kita bepergian, bahkan kalau perlu selagi kita tidur.

More Time, hampir sebagian besar orang yang memulai bisnis membayangkan akan memiliki
waktu yang lebih fleksibel. Tidak seperti ketika masih menjadi pekerja yang sangat terikat
dengan aturan dan disiplin, harus masuk sesuai jam kerja lima hari dalam seminggu, bahkan
kadang – kadang harus masuk di hari libur. Dengan memiliki bisnis sendiri kita berharap bisa
berlibur kapan saja, mengantar dan menjemput anak ke sekolah, pulang kampung (buat saya
sesuatu yang istimewa), atau mau melakukan apapun kapan saja tanpa harus izin sakit, izin ke
ini, izin ke itu yang tidak menyenangkan sama sekali.
Setelah kita memulai berbisnis, hampir semua entrepreneurs yang saya jumpai dan termasuk
saya tentunya pada awal – awal saya berbisnis, bukannya mendapatkan tiga hal di atas malah
justru semakin jauh dari yang kita harapkan. Bukan Financial Freedom yang kita dapatkan
malah semakin hari semakin banyak utang yang kita gali, bisnis seolah-olah tak pernah henti-
hentinya membutuhkan tambahan modal.

Bulan lalu kita menyuntik dana, bulan ini tak terhindarkan lagi kita harus mencari utang
kesana kemari untuk menutupi cash flow, kalau tidak kita tutupi maka karyawan tidak gajian,
maka supplier tidak akan mengirimkan lagi barangnya kepada kita, dan begitulah terus tanpa
ada hentinya sehingga hutang semakin dalam.

Passive Income? Kita sudah lupa lagi bahwa kita pernah membayangkan memiliki passive
income dari bisnis, karena setiap hari kita selalu disibukkan dengan berbagai persoalan.
Bulan lalu penjualan merosot sehingga bulan ini kita harus fokus untuk membenahi
penjualan. Ketika penjualan mulai kita tangani dan membaik muncul masalah piutang yang
membengkak sehingga cash flow kita terganggu. Besok, inventory kita yang terlalu tinggi
dan macet di gudang, dan lagi- lagi cash flow selalu menjadi masalah.

Kita jadi frustasi karena tim kita sangat tergantung dengan kita, tidak bisa memutuskan
sendiri, tidak ada inisiatif, harus selalu kita kejar-kejar, bahkan banyak perintah-perintah kita
yang tidak berjalan atau tidak dijalankan. Bukannya passive income yang kita dapat tetapi
very very very active income yang ada.

Setelah berbisnis, bukan More Time atau waktu berlebih yang kita dapatkan, kita bahkan
sudah tidak bisa lagi pulang sore seperti ketika kita menjadi pegawai dulu. Sabtu dan minggu
kadang kadang harus mengurusi bisnis, waktu untuk keluarga terganggu, libur menjadi
barang mahal bagi kita. Ketika menjadi pegawai, kita senang kalau ada tanggal merah.
Namun, setelah jadi entreprenuer justru sebaliknya, sebal kalau ada tanggal merah, karena
yang lain libur kita tetap memikirkan pekerjaan sendirian.

Banyak entrepreneur yang kehilangan orientasi dalam berbisnis karena semakin peliknya
situasi, semakin dalamnya permasalahan dan semakin kompleksnya proses bisnis yang
dihadapi seiring dengan bertumbuhnya bisnis yang dimiliki. Umumnya entrepreneur memulai
bisnis dengan bekal semangat dan mimpi besar, dan terus demikian semakin lama bisnisnya
bertumbuh tanpa mengimbangi dirinya dengan bekal pengetahuan dan ketrampilan dalam
berbisnis secara memadai.

Kalau kita lihat berbagai profesi yang ada dalam kehidupan sehari-hari, hampir semua
membutuhkan pengetahuan dan keterampilan, menjadi dokter, pengacara, dosen, guru,
bahkan tukang kayu, tukang las, ataupun pengemudi, semuanya memerlukan bekal
pengetahuan dan keterampilan. Pengemudi perlu pengetahuan tentang jalan-jalan,
pengetahuan tentang kendaraan yang dibawanya, dan juga perlu keterampilan dalam
mengemudi, menghadapi kemacetan, melewati jalan menanjak, dan memberhentikan
kendaraannya dengan aman.

Demikian juga dengan entrepreneur, kita tidak dapat membangun bisnis sesuai dengan
keinginan kita tanpa pengetahuan dan keterampilan, membangun bisnis yang menjadi mesin
pencetak uang bagi kita, bisnis yang jalan tanpa setiap saat mengharuskan kehadiran kita, dan
bisnis yang bisa mengantarkan kita meraih impian-impian kita.
Pengetahuan dan Keterampilan, itulah kuncinya. Menjadi entrepreneurs dituntut untuk selalu
menuntut ilmu dan belajar, tidak hanya belajar dari pengalaman kita sendiri tetapi juga harus
belajar dari pengalaman orang lain, dengan membaca buku, majalah, atau mencari mentor
dari entrepreneur yang sudah berhasil membangun bisnis. Dengan pengetahuan dan
ketrampilan yang kita miliki sebagai entreprenuer kita akan terhindar dari berbagai persoalan
yang sebenarnya tidak perlu terjadi. *)

Sumber: Republika | 15 Juli 2009

============0000==========

Sukses Bisnis Bukan tentang Apa yang Anda Lakukan


January 5th by chienue

Oleh Ir. H. Heppy Trenggono, MKomp (President Director United Balimuda)

Ketika suatu saat Anda ingin menjamu orang yang sangat penting bagi Anda, apakah itu
rekan bisnis atau teman lama atau customer Anda, restoran mana kira – kira yang akan anda
pilih? Hampir dapat dipastikan anda akan memilih restoran yang terbaik bukan? Restoran
yang berkelas, yang menyediakan makanan enak dengan suasana yang menyenangkan.

Dan yang hampir pasti anda tidak akan memilih Mc Donald untuk kepentingan Anda
tersebut, karena Anda menganggap bahwa restoran yang terbaik itu jauh lebih baik
makanannya ketimbang mc Donald. Di mc donald hanya ada ayam goreng biasa saja, seperti
ayam goreng di restoran siap saji yang lain, tidak ada istimewanya, burgernya yang segede
mangkok, kurang cocok untuk orang penting yang akan kita jamu.

Kalau kita perhatikan mengapa banyak restoran yang kita anggap istimewa di masa lalu
sekarang banyak yang tidak kita lihat lagi keberadaanya? Mengapa diantaranya banyak yang
gulung tikar sedangkan mc Donald yang sejak dulu kita kenal, yang makanannya biasa-biasa
saja itu masih terus mencetak uang bermilyar-milyar jumlahnya sampai hari ini. Saya punya
teman salah satu pemasok ayam di salah satu gerai mc Donald yang buka 24 jam, dia
mengatakan penjualan gerai itu saja memerlukan ribuan ekor ayam setiap harinya!

Banyak orang menganggap bahwa sukses bisnis sangat tergantung dari produk apa yang kita
jual ke pasar, mereka menganggap bahwa semakin unik ide kita maka semakin besar peluang
untuk sukses. Sehingga apa yang banyak dilakukan orang adalah mencari ide bagus, ide
cemerlang, sesuatu yang belum ada di pasar, produk yang benar – benar unik.

Banyak orang yang terjebak dalam ide yang mereka kembangkan sendiri. Seseorang dengan
idenya ibarat seorang ibu dengan bayinya, mereka sangat mencintainya dan selalu
menganggap ide mereka adalah ide terbaik. Mereka menganggap bahwa ide tersebut yang
akan mengantarkannya kepada sukses dalam berbisnis.

Kenyataannya tidak semua ide bagus mengantarkan kita pada sukses bisnis, bahkan dalam
banyak kasus ide bagus membuat kita berdarah-darah, meluncurkan produk yang sama sekali
belum dikenal pasar membutuhkan ekstra tenaga yang luar biasa. Pasar yang belum siap akan
menjadi persoalan besar untuk kelangsungan bisnis kita.
Apapun bisnis yang dijalankan, ada yang berhasil berkembang dengan baik dan ada yang
mati di tengah jalan, ada yang menghasilkan uang buat kita dan ada yang justru
menghabiskan uang kita.

Kita lihat berapa banyak restauran padang yang ada di sekitar kita, berapa banyak warung
tegal yang ada di sekitar kita, berapa banyak perusahaan yang menjual kacang tanah, menjual
kripik, menjual air minum? mereka bukan pemain tunggal, dan yang pasti mereka tidak
mengandalkan ide bagus sebagai produknya.

Namun mengapa banyak diantara mereka yang berguguran? Atau mungkin diantara mereka
ada yang berguguran karena produknya yang jelek? Mengapa diantara mereka banyak yang
berhasil? Kunci sukses dalam bisnis tidak tergantung dari “apa yang anda lakukan”, tetapi
sangat tergantung dari “bagaimana anda melakukannya”.

Kalau anda akan memulai bisnis, ambilah salah satu produk yang anda kenal dengan baik,
produk yang benar-benar diinginkan oleh pasar, produk yang jelas-jelas akan dibeli oleh
customer, yang sudah ada pasarnya, yang pasarnya sedang berkembang, bangunlah
keunggulan dengan cara “bagaimana anda melakukannya”

Pelajarilah bagaimana pemain bisnis sukses dalam menjalankan bisnisnya, bagaimana cara
mereka memperlakukan pelanggannya, bagaimana cara mereka melakukan pemasaran,
bagaimana mereka berhubungan dengan suppliernya, bagaimana cara mereka merekrut dan
memilih team mereka, bagaimana mereka membangun corporate culture, itulah yang
menentukan sukses atau tidaknya sebuah bisnis. *)

Sumber: Republika Online | Selasa, 11 Agustus 2009

Anda mungkin juga menyukai