antara lain:
pada segi istilah, Komponen kurikulum mengalami perubahan. Pada kurikulum 1998 menyebutkan
tujuan pendidikan dengan menggunakan istilah tujuan umum dan tujuan khusus. Sedangkan
kurikulum 2006 mengganti dengan istilah standar kompetensi dan kompetensi dasar. Perubahan
tersebut disebabkan perubahan orientasi kurikulum yaitu kurikulum berbasis kompetensi yang mulai
dirintis tahun 2004 dengan isitlah KBK atau Kurikulum berbasis Kompetensi. Pada tahun 2013,
Istilah standar Kopetensi diganti menjadi Kompetensi Inti. Istilah KI dan KD masih berjalan sampai
sekarang.
Berkaitan dengan komponen tujuan, Kurikulum 2013 versi 2016 membagikanya menjadi 4 istilah
yang menjadi bagian dari komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terbaru yaitu
kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, dan tujuan pembelajaran.
Perubahan format rencana pelaksanaan pembelajaran terkadang menjadi alasan guru tidak membuat
RPP.
Kalau mengkaji esensi komponen RPP berdasarkan teori kurikulum, maka komponen-komponen
RPP tidak lepas dari komponen kurikulum, yaitu tujuan, isi, proses, dan penilaian. Keempat
komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan seperti satu tubuh. Pertanyaan
yang perlu diperhatikan adalah:
2. Peraturan yang mengatur tentang pembelajaran belum dibaca dengan utuh atau
bahkan tidak pernah dibaca.
Peraturan tentang pendidikan terus terbit dengan cepat setelah diterapkan Kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 terus disempurnakan sehingga regulasi terbit silih berganti selama 5 tahun ini.
Peraturan tahun 2013 belum sempat dibaca dan dikaji, sudah muncul peraturan tahun 2015.
Terakhir terbit regulasi tahun 2016.
Perubahan regulasi terbatas pada empat standar nasional pendidikan yaitu standar kompetensi
lulusan, standar isi, standar oroses, dan standar penilaian.
Sekarang peraturan yang berlaku adalah peraturan kementerian pendidikan dan kebudayaan tahun
2016 yaitu nomor, 20, 21, 22, 23, dan 24. Kemudian disusul dengan turunannya berupa pedoman-
pedoman yang diterbitkan oleh direktorat terkait. Kondisi seperti ini sering dijadikan sebab guru-guru
tidak menyusun RPP, apalagi minat baca regulasi sangat kurang. Kalaupun ada yang memiliki minat
baca yang tinggi, belum tentu memiliki daya baca yang kuat.
Artinya, kondisi tersebut berkaitan erat dengan Budaya membaca. Budaya membaca yang
didengungkan dengan istilah literasi. Oleh karena itu, solusi utama adalah meningkatkan minat dan
daya baca.
3. Kemudahan mendapatkan file RPP dari guru satu ke guru lain yang sebenarnya tidak
bisa diterapkan di kelas karena modalitas, karakteristik, potensi siswanya berbeda, namun
RPP tersebut tetap saja digunakan.
Perkembangan teknologi memberikan pilihan kepada guru untuk menjadi guru yang kreatif atau guru
kontra produktif. Bahkan teknologi mempermudah guru menjadi guru kreatif dan produktif.
Dibandingkan guru di zaman dulu, mereka mendapatkan informasi dan sumber belajar sebanyak dan
semudah sekarang. Mereka harus memikirkan sendiri bagaimana menyusun dan mengembangkan
RPP. Sekarang guru sangat mudah mendapatkan referensi. Salah caranya dengan pola ATM, yaitu:
a. Guru yang memiliki RPP yang baik dan Proses Pembelajaran baik serta keduanya sesuai
b. Guru yang memiliki RPP yang baik dan Proses Pembelajaran yang baik tapi tidak ada kesesuaian
antara RPP dan Proses.
c. Guru yang memiliki RPP yang baik tapi tidak menjalankan proses pembelajaran dengan baik.
d. Guru yang tidak memiliki RPP tapi menjalankan proses pembelajaran dengan baik.
e. Guru yang tidak memiliki RPP dan tidak tidak menjalankan proses pembelajaran dengan baik.