Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta, tidak lupa
selawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw.,karena atas rahmat
dan karunia Allah makalah ini dapat kami selesaikan. Tak lupa kami ucapkan banyak terima
kasih kepada dosen, teman – teman dan semua yang telah berpartisipasi dalam pembuatan
Asuhan Keperawatan ini. Sehingga ASKEP yang berjudul “KANKER PAYUDARA“
diselesaikan dengan lancar.

Demikianlah Asuhan keperawatan ini kami susun. Dengan harapan asuhan


keperawatan dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Kami menyadari bahwa
askep ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, semua krtik dan saran senantiasa kami
harapkan untuk kesempurnaan agar menjadi lebih baik, jelas dan lebih sempurna.

Kepada Allah SWT.,kami mohon rahmat dan hidayah-Nya. Semoga usaha yang
dilakukan ini dalam keridaan-Nya selalu.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh.

Martapura , 9 April 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………...........….1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………......…2
BAB I PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG………………………………………………………...…........3
2. RUMUSAN MASALAH…………………………………………………...………....3
3. TUJUAN…………………………………………………………………...………….4
BAB II TINJAUAN TEORI
1. DEFINISI......................................................................................................................5
2. ETIOLOGI....................................................................................................................6
3. TANDA DAN GEJALA...............................................................................................7
4. PATOFLOW.................................................................................................................9
5. PENCEGAHAN...........................................................................................................10
6. PENANGANAN..........................................................................................................11
7. PENATALAKSANAAN.............................................................................................12
BAB III TINJAUAN KASUS
1. KONSEP DASAR KEPERAWATAN KANKER PAYUDARA……………………13
2. PENGKAJIAN KEPERAWATAN..............................................................................15
3. INTERVENSI..............................................................................................................16
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN..................................................................................20
5. IMPLEMENTASI........................................................................................................22
6. EVALUASI..................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kanker payudara merupakan penyakit yang paling ditakuti oleh kaum wanita,
penyebab kematian yang paling besar bagi perempuan berusia antara 18 hingga 54 tahun,
perempuan yang berusia 45 tahun memiliki resiko terjangkit kanker payudara berjumlah
25% lebih tinggi dibandingkan perempuan yang lebih tua (Lee, 2008, hlm 38).
Angka kejadian atau prevalensi kanker payudara akan selalu bertambah setiap tahun.
Penyakit kanker adalah salah satu penyebab kematian di dunia. Saat ini, kanker payudara
memiliki peringkat 5%-10% dari seluruh jenis kanker. Dilaporkan angka kejadian di
seluruh dunia melompat 2 kali lipat, ini merupakan tingkat kenaikan tertinggi sepanjang
30 tahun terakhir, WHO (World Healthy Organization) memperkirakan angka kejadian
dari tahun 2009 terdapat 11 juta yang terkena kanker dan tahun 2030 akan bertambah
menjadi 27 juta kematian akibat kanker dari 7 juta menjadi 17 juta, sehingga akan
didapatkan 75 juta orang yang hidup dengan kanker pada tahun 2030 nanti. Ditahun-
tahun mendatang problem kesehatan yang khususnya bagi Negara-negara berkembang
adalah kanker payudara, dengan peningkatan angka kejadian hingga 70%, dan pada
tahun 2002 secara global tercatat 10,9 juta kasus kanker dengan angka kematian 6,7 juta
orang (Yohanes, 2008).
Kenaikan jumlah kasus kanker payudara terkait dengan kenaikan masa hidup wanita
di seluruh dunia dan pertumbuhan populasi, selain itu, faktor
kebiasaan merokok dan diet memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
terjadinya kanker payudara (Wibisono, 2009, hlm 71).
Angka insiden tertinggi dapat ditemukan pada daerah di Amerika Serikat (mencapai
diatas 100/100.000, berarti ditemukan 100 penderita dari 100.000 orang), The Amerika
Cancer Society memperkirakan bahwa pada tahun 2000, 552.200 orang Amerika akan
meninggal akibat kanker, dan 40.800 atau 7% di antaranya adalah perempuan penderita
kanker payudara, ini berarti 15% perempuan yang meninggal disebabkan kanker
payudara (Purwoastuti, 2008, hlm. 14).
Ibrahim (2008) menyatakan bahwa, di Indonesia kanker payudara adalah jenis kanker
yang menempati urutan kedua sesudah kanker leher rahim pada wanita, hasil penelitian
membuktikan bahwa kanker payudara dari 26 kasus per 100.000 penduduk setiap
tahunnya wanita yang mengalami kanker payudara. Karena di Indonesia tidak
memprioritaskan penanggulangan masalah kanker dan masalah lain dianggap lebih

3
penting, baik masalah ekonomi, politik, maupun masalah kesehatan lain misalnya
infeksi.
B. RUMUSAN MASALAH

1. pengertian dari kanker payudara ?


2. sebutkan etiologi dari kanker payudara ?
3. jelaskan tanda dan gejala dari kanker payudara ?
4. bagaimana bentuk patoflow dalam kanker payudara ?
5. bagaiman pencegahan dari kanker payudara ?
6. bagaimana proses penatalaksanaan dari kanker payudara ?
C. TUJUAN
1. Dapat mengetahui pengertian dari kanker payudara
2. dapat mengetahui tentang etiologi dari kanker payudara
3. mengetahui tentang tanda dan gejala dari kanker payudara
4. patoflow
5. mengetahui tentang pencegahan dari kanker payudara
6. mengetahui penatalaksanaan dari kanker payudara

4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara.
Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun
jaringan ikat pada payudara.
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus
tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk bejolan di payudara. Jika
benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar
(metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah
bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa
bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit. (Erik T, 2005, hal : 39-40.
Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh
yang berubah menjadi ganas. (http//www.pikiran-rakyat.com.jam 10.00, Minggu Tanggal
29-8-2005, sumber : Harianto, dkk)
B. ETIOLOGI
Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor resiko
pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu :
1. Tinggi melebihi 170 cm
Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara karena
pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya perubahan
struktur genetik (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya berubah ke arah sel ganas.
2. Masa reproduksi yang relatif panjang.
a) Menarche pada usia muda dan kurang dari usia 10 tahun.
b) Wanita terlambat memasuki menopause (lebih dari usia 60 tahun)
3. Wanita yang belum mempunyai anak
Lebih lama terpapar dengan hormon estrogen relatif lebih lama dibandingkan wanita
yang sudah punya anak.
4. Kehamilan dan menyusui
Berkaitan erat dengan perubahan sel kelenjar payudara saat menyusui.
5. Wanita gemuk
Dengan menurunkan berat badan, level estrogen tubuh akan turun pula.
6. Preparat hormon estrogen : Penggunaan preparat selama atau lebih dari 5 tahun.
7. Faktor genetic

5
Kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2 – 3 x lebih besar pada wanita yang
ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker payudara. (Erik T, 2005, hal : 43-
46).
C. Anatomi fisiologi payudara
1. Anatomi payudara
Secara fisiologi anatomi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus,
sinus laktiferus, ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa dari
payudara kurang lebih 75% ke aksila. Sebagian lagi ke kelenjar parasternal terutama
dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula pengaliran yang ke kelenjar
interpektoralis.
2. Fisiologi payudara
Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan
pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas,
sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh ekstrogen dan
progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan
duktus berkembang dan timbulnya asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar
hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum
menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan
yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi payudara
menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak
mungkin dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna
karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang.
Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara
menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan
tumbuh duktus baru.
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu
diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui
duktus ke puting susu. (Samsuhidajat, 1997, hal : 534-535)

3. Patofisiologi
Kanker payudara bukan satu-satunya penyakit tapi banyak, tergantung pada
jaringan payudara yang terkena, ketergantungan estrogennya, dan usia permulaannya.
Penyakit payudara ganas sebelum menopause berbeda dari penyakit payudara ganas

6
sesudah masa menopause (postmenopause). Respon dan prognosis penanganannya
berbeda dengan berbagai penyakit berbahaya lainnya.
Beberapa tumor yang dikenal sebagai “estrogen dependent” mengandung
reseptor yang mengikat estradiol, suatu tipe ekstrogen, dan pertumbuhannya
dirangsang oleh estrogen. Reseptor ini tidak manual pada jarngan payudara normal
atau dalam jaringan dengan dysplasia. Kehadiran tumor “Estrogen Receptor Assay
(ERA)” pada jaringan lebih tinggi dari kanker-kanker payudara hormone dependent.
Kanker-kanker ini memberikan respon terhadap hormone treatment (endocrine
chemotherapy, oophorectomy, atau adrenalectomy). (Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1589)
D. TANDA DAN GEJALA
Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari jaringan
payudara di sekitarnya, tidak menimbulkan nyeri dan biasanya memiliki pinggiran yang
tidak teratur.
Pada stadium awal, jika didorong oleh jari tangan, benjolan bisa digerakkan dengan
mudah di bawah kulit. Pada stadium lanjut, benjolan biasanya melekat pada dinding dada
atau kulit di sekitarnya. Pada kanker stadium lanjut, bisa terbentuk benjolan yang
membengkak atau borok di kulit payudara. Kadang kulit diatas benjolan mengkerut dan
tampak seperti kulit jeruk.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan adalah benjolan atau massa di ketiak,
perubahan ukuran atau bentuk payudara, keluar cairan yang abnormal dari puting susu
(biasanya berdarah atau berwarna kuning sampai hijau, mungkin juga bernanah),
perubahan pada warna atau tekstur kulit pada payudara, puting susu maupun areola
(daerah berwana coklat tua di sekeliling puting susu), payudara tampak kemerahan, kulit
di sekitar puting susu bersisik, puting susu tertarik ke dalam atau terasa gatal, nyeri
payudara atau pembengkakan salah satu payudara. Pada stadium lanjut bisa timbul nyeri
tulang, penurunan berat badan, pembengkakan lengan atau ulserasi kulit.

7
1. Klasifikasi kanker payudara

Tumor primer (T)

a) Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan

b) To : Tidak terbukti adanya tumor primer

c) Tis : Kanker in situ, paget dis pada papila tanpa teraba tumor

d) T1 : Tumor < 2 cm

T1a : Tumor < 0,5 cm

T1b : Tumor 0,5 – 1 cm

T1c : Tumor 1 – 2 cm

e) T2 : Tumor 2 – 5 cm

f) T3 : Tumor diatas 5 cm

g) T4 : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke dinding thorax


atau

kulit.

T4a : Melekat pada dinding dada

T4b : Edema kulit, ulkus, peau d’orange, satelit

8
T4c : T4a dan T4b

T4d : Mastitis karsinomatosis

2. Nodus limfe regional (N)

a) Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan

b) N0 : Tidak teraba kelenjar axila

c) N1 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang tidak melekat.

d) N2 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang melekat satu sama lain
atau melekat pada jaringan sekitarnya.

e) N3 : Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral

3. Metastas jauh (M)

a) Mx : Metastase jauh tidak dapat ditemukan

b) M0 : Tidak ada metastase jauh

c) M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula

4. Stadium Kanker Payudara :

a) Stadium I : tumor kurang dari 2 cm, tidak ada limfonodus terkena (LN) atau
penyebaran luas.

b) Stadium IIa : tumor kurang dari 5 cm, tanpa keterlibatan LN, tidak ada
penyebaran jauh. Tumor kurang dari 2 cm dengan keterlibatan LN

c) Stadium IIb : tumor kurang dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. Tumor lebih besar
dari 5 cm tanpa keterlibatan LN

d) Stadium IIIa : tumor lebih besar dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. semua tumor
dengan LN terkena, tidak ada penyebaran jauh

9
e) Stadium IIIb : semua tumor dengan penyebaran langsung ke dinding dada atau
kulit semua tumor dengan edema pada tangan atau keterlibatan LN
supraklavikular.

f) Stadium IV : semua tumor dengan metastasis jauh. (Setio W, 2000, hal : 285)

10
E. PATOFLOW

F. PENCEGAHAN
Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan adanya benjolan di
payudaranya. Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan sendiri. Sebaiknya pemeriksaan
dilakukan sehabis selesai masa menstruasi. Sebelum menstruasi, payudara agak
membengkak sehingga menyulitkan pemeriksaan. Cara pemeriksaan adalah sebagai
berikut :

1. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada payudara.
Biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak terletak pada ketinggian
yang sama. Perhatikan apakah terdapat keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke
dalam. Bila terdapat kelainan itu atau keluar cairan atau darah dari puting susu,
segeralah pergi ke dokter.

2. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua payudara.

3. Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa lagi.

4. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang kepala, dan sebuah
bantal di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri dengan telapak jari-jari kanan.

11
Periksalah apakah ada benjolan pada payudara. Kemudian periksa juga apakah ada
benjolan atau pembengkakan pada ketiak kiri.

5. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar susu bila
diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan mudah digerakkan. Bila
ada tumor, maka akan terasa keras dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat
dipindahkan dari tempatnya). Bila terasa ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih,
segeralah pergi ke dokter. Makin dini penanganan, semakin besar kemungkinan untuk
sembuh secara sempurna. Lakukan hal yang sama untuk payudara dan ketiak kanan
(www.vision.com jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005, sumber : Ramadhan)

G. PENANGANAN

1. Pembedahan

a) Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran). Mulai dari lumpektomi
sampai pengangkatan segmental (pengangkatan jaringan yang luas dengan kulit
yang terkena).

b) Mastektomi total dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua kelenjar
limfe dilateral otocpectoralis minor.

c) Mastektomi radikal yang dimodifikasi

d) Seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksial

e) Mastektomi radikal : Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor


dibawahnya : seluruh isi aksial.

f) Mastektomi radikal yang diperluas

Sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar limfe mamaria


interna.

2. Non pembedahan

a) Penyinaran

12
Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada
kanker lanjut; pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe aksila.

b) Kemoterapi

Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut.

c) Terapi hormon dan endokrin

Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen,


coferektomi adrenalektomi hipofisektomi. (Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1596 –
1600).

H. PENATALAKSANAAN

Biasanya pengobatan dimulai setelah dilakukan penilaian secara menyeluruh terhadap


kondisi penderita, yaitu sekitar 1 minggu atau lebih setelah biopsi. Pengobatannya terdiri
dari pembedahan, terapi penyinaran, kemoterapi dan obat penghambat hormon.

Terapi penyinaran digunakan untuk membunuh sel-sel kanker di tempat pengangkatan


tumor dan daerah sekitarnya, termasuk kelenjar getah bening.

Kemoterapi (kombinasi obat-obatan untuk membunuh sel-sel yang berkembangbiak


dengan cepat atau menekan perkembangbiakannya) dan obat-obat penghambat hormon
(obat yang mempengaruhi kerja hormon yang menyokong pertumbuhan sel kanker)
digunakan untuk menekan pertumbuhan sel kanker di seluruh tubuh.

13
14
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara, pengumpulan
riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan laboratorium dan diagnostik, serta
review catatan sebelumnya.
Langkah-langkah pengkajian yang sistemik adalah pengumpulan data, sumber
data, klasifikasi data, analisa data dan diagnosa keperawatan.
a) Pengumpulan data
Adalah bagian dari pengkajian keperawatan yang merupakan landasan proses
keperawatan. Kumpulan data adalah kumpulan informasi yang bertujuan untuk
mengenal masalah klien dalam memberikan asuhan keperawatan .
b) Sumber data
Data dapat diperoleh melalui klien sendiri, keluarga, perawat lain dan petugas
kesehatan lain baik secara wawancara maupun observasi.Data yang disimpulkan
meliputi :
1) Data biografi /biodata
Meliputi identitas klien dan identitas penanggung antara lain : nama, umur,
jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
2) Riwayat keluhan utama.
Riwayat keluhan utama meliputi : adanya benjolan yang menekan payudara,
adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak, nyeri.
3) Riwayat kesehatan masa lalu
 Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya.
 Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama .
4) Pengkajian fisik meliputi :
 Keadaan umum
 Tingkah laku
 BB dan TB
5) Pengkajian head to toe
6) Pemeriksaan laboratorium : Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya
menurun, leukosit meningkat, trombosit meningkat jika ada penyebaran
ureum dan kreatinin.
7) Pemeriksaan urine, diperiksa apakah ureum dan kreatinin meningkat.
8) Tes diagnostik yang biasa dilakukan pada penderita carsinoma mammae
adalah sinar X, ultrasonografi, xerora diagrafi, diaphanografi dan
pemeriksaan reseptor hormon.
9) Pengkajian pola kebiasaan hidup sehari-hari meliputi :
 Nutrisi

15
Kebiasaan makan, frekuensi makan, nafsu makan, makanan pantangan,
makanan yang disukai, banyaknya minum. Dikaji riwayat sebelum dan
sesudah masuk RS.
 Eliminasi
Kebiasaan BAB / BAK, frekuensi, warna, konsistensi, sebelum dan
sesudah masuk RS.
 Istirahat dan tidur
Kebiasaan tidur, lamanya tidur dalam sehari sebelum dan sesudah sakit.
c) Klasifikasi Data
Data pengkajian :
1) Data subyektif
 Data yang diperoleh langsung dari klien dan keluarga, mencakup hal-hal
sebagai berikut : klien mengatakan nyeri pada payudara, sesak dan
batuk, nafsu makan menurun, kebutuhan sehari-hari dilayani di tempat
tidur, harapan klien cepat sembuh, lemah, riwayat menikah, riwayat
keluarga.
2) Data obyektif
 Data yang dilihat langsung atau melalui pengkajian fisik atau penunjang
meliputi : asimetris payudara kiri dan kanan, nyeri tekan pada payudara,
hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik.

d) Analisa Data
Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan pengembangan daya
pikir yang berdasarkan ilmiah, pengetahuan yang sama dengan masalah yang
didapat pada klien.
2. Diagnosa Keperawatan

a) Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.

b) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu.

c) Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.

d) Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah

e) Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.

f) Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan


penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.

16
g) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake tidak
adekuat.

3. Perencanaan

Perencanaan keperawatan adalah pengembangan dari pencatatan perencanaan


perawatan untuk memenuhi kebutuhan klien yang telah diketahui.Pada perencanaan
meliputi tujuan dengan kriteria hasil, intervensi, rasional, implementasi dan evaluasi.

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa


tumor ditandai dengan :

DS : Klien mengeluh nyeri pada sekitar payudara sebelah kiri menjalar ke kanan.

DO : Klien nampak meringis

Klien nampak sesak

Nampak luka di verban pada payudara sebelah kiri

Tujuan : Nyeri teratasi

Kriteria :

a) Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang

b) Nyeri tekan tidak ada

c) Ekspresi wajah tenang

d) Luka sembuh dengan baik

Intervensi :

a) Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi dan penyebaran.

Rasional : Untuk mengetahui sejauhmana perkembangan rasa nyeri yang


dirasakan oleh klien sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk intervensi
selanjutnya.

17
b) Beri posisi yang menyenangkan.

Rasional : Dapat mempengaruhi kemampuan klien untuk rileks/istirahat secara


efektif dan dapat mengurangi nyeri.

c) Anjurkan teknik relaksasi napas dalam.

Rasional : Relaksasi napas dalam dapat mengurangi rasa nyeri dan memperlancar
sirkulasi O2 ke seluruh jaringan.

d) Ukur tanda-tanda vital

Rasional : Peningkatan tanda-tanda vital dapat menjadi acuan adanya peningkatan


nyeri.

e) Penatalaksanaan pemberian analgetik

Rasional : Analgetik dapat memblok rangsangan nyeri sehingga dapat nyeri tidak
dipersepsikan.

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu.

Ditandai dengan :

DS : Klien mengeluh sakit jika lengan digerakkan.

Klien mengeluh badan terasa lemah.

Klien tidak mau banyak bergerak

DO : klien tampak takut bergerak.

Tujuan : Klien dapat beraktivitas

Kriteria :

 Klien dapat beraktivitas sehari – hari.

 Peningkatan kekuatan bagi tubuh yang sakit.

18
Intervensi :

 Latihan rentang gerak pasif sesegera mungkin.

Rasional : Untuk mencegah kekakuan sendi yang dapat berlanjut pada keterbatasan
gerak.

 Bantu dalam aktivitas perawatan diri sesuai keperluan

Rasional : Menghemat energi pasien dan mencegah kelelahan.

 Bantu ambulasi dan dorong memperbaiki postur.

Rasional : Untuk menghindari ketidakseimbangan dan keterbatasan dalam gerakan


dan postur.

Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.Ditandai dengan :

DS :

 Klien mengatakan takut ditolak oleh orang lain.

 Ekspresi wajah tampak murung.

 Tidak mau melihat tubuhnya.

DO : klien tampak takut melihat anggota tubuhnya.

Tujuan : Kecemasan dapat berkurang.

Kriteria :

 Klien tampak tenang

 Mau berpartisipasi dalam program terapi

Intervensi :

 Dorong klien untuk mengekspresikan perasaannya.

19
Rasional : Proses kehilangan bagian tubuh membutuhkan penerimaan, sehingga
pasien dapat membuat rencana untuk masa depannya.

 Diskusikan tanda dan gejala depresi.

Rasional : Reaksi umum terhadap tipe prosedur dan kebutuhan dapat dikenali dan
diukur.

 Diskusikan tanda dan gejala depresi

Rasional : Kehilangan payudara dapat menyebabkan perubahan gambaran diri,


takut jaringan parut, dan takut reaksi pasangan terhadap perubahan tubuh.

 Diskusikan kemungkinan untuk bedah rekonstruksi atau pemakaian prostetik.

Rasional : Rekonstruksi memberikan sedikit penampilan yang lengkap,


mendekati normal.

Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah

Ditandai dengan :

DS : klien mengatakan malu dengan keadaan dirinya

DO :

 Klien jarang bicara dengan pasien lain

 Klien nampak murung.

Tujuan : klien dapat menerima keadaan dirinya.

Kriteria :

 Klien tidak malu dengan keadaan dirinya.

 Klien dapat menerima efek pembedahan.

Intervensi :

20
 Diskusikan dengan klien atau orang terdekat respon klien terhadap penyakitnya.

Rasional : membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses


pemecahan masalah.

 Tinjau ulang efek pembedahan

Rasional : bimbingan antisipasi dapat membantu pasien memulai proses adaptasi.

 Berikan dukungan emosi klien.

Rasional : klien bisa menerima keadaan dirinya.

 Anjurkan keluarga klien untuk selalu mendampingi klien.

Rasional : klien dapat merasa masih ada orang yang memperhatikannya.

Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.

Ditandai dengan :

DS : Klien mengeluh nyeri pada daerah sekitar operasi.

DO :

 Adanya balutan pada luka operasi.

 Terpasang drainase

 Warna drainase merah muda

Tujuan : Tidak terjadi infeksi

Kriteria :

 Tidak ada tanda – tanda infeksi.

 Luka dapat sembuh dengan sempurna.

Intervensi :

21
 Kaji adanya tanda – tanda infeksi.

Rasional : Untuk mengetahui secara dini adanya tanda – tanda infeksi sehingga
dapat segera diberikan tindakan yang tepat.

 Lakukan pencucian tangan sebelum dan sesudah prosedur tindakan.

Rasional : Menghindari resiko penyebaran kuman penyebab infeksi.

 Lakukan prosedur invasif secara aseptik dan antiseptik.

Rasional : Untuk menghindari kontaminasi dengan kuman penyebab infeksi

 Penatalaksanaan pemberian antibiotik.

Rasional : Menghambat perkembangan kuman sehingga tidak terjadi proses


infeksi.

Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan penyakitnya

berhubungan dengan kurangnya informasi.

Ditandai dengan :

DS : Klien sering menanyakan tentang penyakitnya.

DO : Ekspresi wajah murung/bingung.

Tujuan : Klien mengerti tentang penyakitnya.

Kriteria :

 Klien tidak menanyakan tentang penyakitnya.

 Klien dapat memahami tentang proses penyakitnya dan pengobatannya

Intervensi :

22
 Jelaskan tentang proses penyakit, prosedur pembedahan dan harapan yang akan
datang.

Rasional : Memberikan pengetahuan dasar, dimana pasien dapat membuat pilihan


berdasarkan informasi, dan dapat berpartisipasi dalam program terapi.

 Diskusikan perlunya keseimbangan kesehatan, nutrisi, makanan dan pemasukan


cairan yang adekuat.

Rasional : Memberikan nutrisi yang optimal dan mempertahankan volume


sirkulasi untuk mengingatkan regenerasi jaringan atau proses penyembuhan.

 Anjurkan untuk banyak beristirahat dan membatasi aktifitas yang berat.

Rasional : Mencegah membatasi kelelahan, meningkatkan penyembuhan, dan


meningkatkan perasaan sehat.

 Anjurkan untuk pijatan lembut pada insisi/luka yang sembuh dengan minyak.

Rasional : Merangsang sirkulasi, meningkatkan elastisitas kulit, dan menurunkan


ketidaknyamanan sehubungan dengan rasa pantom payudara.

 Dorong pemeriksaan diri sendiri secara teratur pada payudara yang masih ada.
Anjurkan untuk Mammografi.

Rasional : Mengidentifikasi perubahan jaringan payudara yang mengindikasikan


terjadinya/berulangnya tumor baru.

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak


adekuat, ditandai dengan :

DS :

 Klien mengeluh nafsu makan menurun

 Klien mengeluh lemah

DO :

23
 Setengah porsi makan tidak dihabiskan.

 Klien nampak lemah.

 Nampak terpasang cairan infus 32 tetes/menit.

 Hb 10,7 gr %

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria :

 1.Nafsu makan meningkat

 2.Klien tidak lemah

 3.Hb normal (12 – 14 gr/dl)

Intervensi :

 Kaji pola makan klien

Rasional : Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi klien dan merupakan asupan


dalam tindakan selanjutnya.

 Anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil tapi sering

Rasional : dapat mengurangi rasa kebosanan dan memenuhi kebutuhan nutrisi


sedikit demi sedikit.

 Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi.

Rasional : agar menambah nafsu makan pada waktu makan.

 Anjurkan untuk banyak makan sayuran yang berwarna hijau.

Rasional : sayuran yang berwarna hijau banyak mengandung zat besi penambah
tenaga.

24
 Libatkan keluarga dalam pemenuhan nutrisi klien

Rasional : partisipasi keluarga dpat meningkatkan asupan nutrisi untuk kebutuhan


energi.

4. Implementasi

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana


rencana keperawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah
ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas
yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien Agar implementasi perencanaan
dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi
prioritas perawatan klien, kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau dan
mencatat respons pasien terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan informasi
ini kepada penyedia perawatan kesehatan lainnya. Kemudian, dengan menggunakan
data, dapat mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan dalam tahap proses
keperawatan berikutnya.

25
5. Evaluasi

Tahapan evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang


diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan
kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan. Tahap akhir dari proses
keperawatan perawat mengevaluasi kemampuan pasien ke arah pencapaian hasil.

26
DAFTAR PUSTAKA

Doenges M., (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta

Dixon M., dkk, (2005), Kelainan Payudara, Cetakan I, Dian Rakyat, Jakarta.

Mansjoer, dkk, (2000), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta.

Sjamsuhidajat R., (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta

Tapan, (2005), Kanker, Anti Oksidan dan Terapi Komplementer, Elex Media Komputindo,
Jakarta.

27

Anda mungkin juga menyukai