Anda di halaman 1dari 5

Destilasi dan Analisis Minyak Atsiri Jahe Merah (Zingiber officinale

var. rubrum) dengan Fermentasi Basah


(Destilation and Analysist Red Ginger (Zingiber officinale var. rubrum) essential oil with wet-
fermentation)

1
Elizarni, S.T, M.Si 2Arfan Septiadi Munandar 3Ayu Agustina Putri
1
Guru SMK-SMAK Padang
2,3
Siswa Kelas XIII SMK-SMAK Padang

Laboraturium SMK-SMAK Padang


Jl. Alai Pauh V No.13 Kel. Kapalo Koto Kec. Pauh-Telp. (0751) 777703; Fax. (0751)
777704 Padang

ABSTRAK

Rendemen minyak atsiri jahe sangat kecil, maka perlu metode untuk meningkatkan rendemen minyak atsiri
tersebut. Pada penelitian ini dilakukan perlakuan awal berupa fermentasi basah. Jahe dihancurkan dan
ditambahkan air hingga terendam permukaannya pada wadah tertutup dengan starter ragi tape selama sembilan
jam. Selanjutnya destilasi uap dilakukan selama delapan jam. Hasil rendemen minyak jahe dengan fermentasi
basah didapatkan sebesar 1,17%. Kemudian dilakukan analisis terhadap kulaitas jahe yang difermentasi basah
dan didapatkan nilai dari bilangan penyabunan sebesar 1,9 mg/g , nilai dari bilangan ester sebesar 9,54mg.g,
bilangan asam sebesar 2,4 mg/g, Indeks bias sebesar 1,4865, berat jenis sebesar 0,9127 g/mL, dan putaran
optik sebesar +20,537o. Dari data fisik minyak atsiri hasil fermentasi yang didapatkan dari tiga puluh orang
panelis tidak terlatih yaitu minyak berwarna kuning, berbau menyengat memiliki kelengkatan pada kulit, dan
berasa sangat pedas.

Kata kunci: Jahe merah, Fermentasi basah, Destilasi, Minyak atsiri, Rendemen

ABSTRACT

The yield of ginger oil is little, so it needs methodes to increase the rendemen of it. In this research we do
fermentation process as pre-treatment in closed place and yeast as starter in nine hours. Next step is destilate
the ginger in eight hours with water destilation. The yield of ginger oil that we got is 1,17%. The analysist of
ginger oil with wet-fermentation gave data for saponification number is 1.91, for ester number is 9.54 mg/g, and
optical round is +20,537o. Physical data from 30 non-trained panelises that the essential oil is yellow, it has
strong odor,it is taped to skin and it is very spicy.

Keywords: Red ginger, Wet-fermentation, Destilation, Essential oil, Yield


PENDAHULUAN Salah satu cara untuk meningkatkan hasil
rendemen minyak atsiri yaitu dilakukan jalan
Indonesia kaya akan rempah-rempah. fermentasi. Fermentasi yang dilakukan bisa
Berbagai macam rempah tumbuh subur di kering maupun basah. Fermentasi akan
Indonesia. Rempah-rempah tersebut memiliki mendegradasi komponen dinding sel jaringan
nilai jual yang tinggi di luar negeri khususnya rimpang jahe sehingga jahe dapat mengeluarkan
Eropa dan negeri-negeri yang tak bisa rendemen minyak yang lebih maskimal.
menghasilkan rempah-rempah. Hal ini membuat Akibatnya, minyak yang didapatpun menigkat
Indonesia memiliki potensi yang tinggi dalam dari biasanya.
pasar rempah-rempah global. Rempah-rempah
tersebut dapat diolah menjadi berbagai macam Jahe yang digunakan sebagai olahan utama
produk salah satunya adalah minyak atsiri. minyak atsiri adalah Jahe merah. Jahe merah
memiliki kandungan minyak atsiri yang lebih
Menurut Data Badan Pusat Statistik (BPS), tinggi daripada jenis jahe lainnya Jahe merah
nilai ekspor minyak atsiri pada Januari – Maret atau jahe sunti memiliki rasa dan aroma pedas
2011 sebesar USD 135.362.814. Nilai ini yang sangat kuat. Pemberi rasa pedas ini adala
melonjak 32,26 % dibandingkan nilai ekspor tiga zat yang bernama zingerol. Selain itu jahe
bulan sebelumnya uang hanya mencapai USD mengandung zat kimia lain yaitu asates,
102.348.956. Dengan terbukanya pasar global caprilate, d-a-phallandrene, d-champene, d-
masih terbuka kesempatan di dalam borneol, farnisol, kurkumin, khavinol, linalool,
mengembangkan produksi minyak atsiri di metil heptenone, n-nonylaldehide, sineol, vitamin
Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari A,vitamin B, dan vitamin C, asam organik,
kecenderungan dan permintaan pasar dunia tepung kanji, serat, sitral, allicin, allin,
terhadap minyak atsiri dan penetapan harga diallydiasulfida, damar, glukominol, resin,
serta kualitasnya. geraniol, shogaol.(Budi Setyawan, 2015)
Potensi bahan baku atsiri di Indonesia begitu METODE PENELITIAN
melimpah. Ada sekitar empat puluh jenis yang 1. Waktu dan Tempat Penelitian
dihasilkan di bumi Indonesia, namun baru sekitar Penelitian ini dilakukan di Laboraturium
dua belas macam yang telah dikembangkan SMK-SMAK Padang. Penelitian ini dimulai dari
yaitu : minyak nilam, minyak akar wangi, minyak tanggal 18 Januari hingga 7 April 2017.
sereh wangi, minyak kenanga, minyak kayu
putih, minyak sereh dapur, minyak cengkeh, 2.Bahan
minyak cendana, minyak pala, minyak kayu Jahe merah dan ragi yang dibeli di Pasar
manis minyak kemukus, dan minyak lada. Saat Blok A padang, KOH-Alkohol(0,5N), KOH-
ini baru dikembangkan minyak atsiri baru Alkohol(0,02N), Indikator PP(1%), Asam
seperti minyak massoi, minyak jahe, minyak Sulfat(0,25N), Etanol(96%), Benzena, Asam
jeruk purut dan minyak daun kemangi. Klorida(0,02N)

Salah satu rempah yang dikembangan untuk 3.Alat


menjadi atsiri dan laku di pasaran adalah Jahe. Destilasi dilakukan dengan Labu Alas
Jahe adalah tanaman berbentuk rimpang yang bulat 500 mL dengan heating mantel dan
memiliki rasa pedas. Jahe biasa dimanfaatkan pendingin spiral (Gambar.1)
sebagai minuman atau campuran dalam bahan
makanan. Selain itu jahe juga digunakan
sebagai obat dan juga suplemen untuk
kebugaran tubuh. Keterangan:

Produksi minyak atsiri jahe hanya sedikit 1.Heating mantel


sekitar 1% dari berat jahe yang diolah. Akibatnya 2.Labu alas bulat
dibutuhkan bahan mentah yang banyak yaitu 3.Segitiga kontiniu
untuk memproduksi satu kilogram saja 4.Kondensor spiral
membutuhkan seratus kilogram jahe segar.
Harga jahe yang tidak stabil dan berbeda di
setiap wilayah menjadi tantangan besar bagi
pengusaha minyak atsiri. Karena sedikitnya
knadungan minyak atsiri yang dapat diambil
selama ini mengakibatkan permintaan tidak
sebanding dengan pasokan yang ada. Gambar.1 Rangkaian
alat
4. Prosedur penelitian 4.5. Penentuan indeks bias
4.1. Destilasi jahe dan perhitungan rendemen Dihidupkan refraktometer dan ditunggu
Ditimbang jahe yang sudah dibersihkan hingga stabil. Diteteskan aquadest ke prisma
sebanyak 150 g. Jahe dihancurkan dengan refraktometer dan dibersihkan prisma dengan
blender hingga menjadi bubur. Di masukkan ke alkohol. Diteteskan minyak atsiri jahe merah ke
wadah yang gelap dan ditambahkan air hingga atas prisma secara merata. Diatur garis
permukaan jahe terendam. Ditambahkan 0,75 g pembatas pada skala dan ditentukan niali indeks
ragi ke dalam wadah dan diaduk hingga merata. bias.
Ditutup wadah dengan rapat dan dibiarkan
selama sembilan jam. Setelah sembilan jam, Penentuan indeks bias berfungsi untuk
jahe dimasukkan ke dalam labu didih 500 mL. mengidentifikasi minyak atsiri. Karena setiap
Ditambahkan 200mL aquades ke dalam labu. minyak atsiri memiliki nilai indeks bias yang
Didestilsi pada rangkaian alat (Gambar.1) berbeda-beda.
selama delapan jam. Setelah tidak ada minyak
yang menetes lagi atau volume minyak pada 4.6. Penentuan bilangan penyabunan
segitiga kontiniu tidak bertambah, minyak atsiri Ditimbang 2 g sampel minyak atsiri.
yang didapatkan dipindahkan ke buret 25 mL. Ditambahkan 25 mL KOH-Alkohol (0,002 N).
Diukur volume minyak atsiri yang didapatkan. Direfluk selama satu jam dengan pendingin
Dihitung rendemen dengan rumus: tegak. Dititar dengan Asam klorida (0,002N)
hingga Titik Akhir Titrasi berwarna pink seulas.
Rendemen =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑀𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒 ℎ
× 100% Dilakukan duplo dan juga pada blanko. Besar
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐽𝑎 ℎ𝑒 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 bilangan penyabunan dapat dihitung dengan
rumus:
4.2. Penentuan berat jenis
Dibersihkan piknometer dengan air 𝑉𝑏 −𝑉𝑠 × 𝐻𝐶𝑙 ×𝑀𝑟 𝐾𝑂𝐻
Bilangan pennyabunan =
kemudian dengan alkohol dan dikeringkan. 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Ditimbang berat piknometer kosong.
Dimasukkan aquadest dengan suhu 25oC ke Keterangan: Vb = Volume HCl untuk blanko
dalam piknometer dan ditimbang. Dimasukkan Vs = Volume HCl untuk sampel
minyak atsiri dengan suhu 25oC ke dalam
piknometer dan ditimbang. Dihitung berat jenis Penentuan bilangan penyabunan berguna
minyak atsiri dengan rumus: untuk mengetahui jumlah lemak pada minyak
atsiri.
(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 −𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔 )
Berat jenis = 4.7. Penentuan bilangan asam
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖 𝑎𝑖𝑟 ×𝜌 𝑎𝑖𝑟
Ditimbang 2 g minyak atsiri. Dilarutkan
Berat jenis ditentukan untuk mengetahui dengan 8 mL etanol:benzen (1:1) netral. Dititar
kemurnian atau keaslian dari miyak jahe yang dengan KOH-Alkohol (0,2 N) hingga Titik Akhir
diperoleh. Penentuan berat jenis dilakukan Titrasi berwarna pink seulas. Dilakuakn secara
dengan piknometer 10 mL. duplo. Besar bilangan asam dapat dihitung
dengan rumus:
4.3. Penentuan putaran optik
Dihidupkan alat dan ditunggu hingga stabil. Bilangan asam =
𝑉 𝐾𝑂𝐻 × 𝐾𝑂𝐻 ×𝑀𝑟 𝐾𝑂𝐻
Diatur parameter pada alat sesuai referensi. 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Dibersihkan tabung polarimeter dengan air
kemudian dengan alkohol dan dikeringkan. Penentuan bilangan asam berguna untuk
Dimasukkan air ke dalam tabung dan dikalibrasi menentukan kualitas dari minyak atsiri. Semakin
alat. Dimasukkan minyak atsiri ke dalam tabung besar bilangan asam semakin buruk kualitasnya.
dan diperiksa putaran optiknya.
4.8. Penentuan bilangan ester
Penentuan putaran optik dilakukan untuk Ditimbang 2 g sampel minyak atsiri.
mengetahui kemurnian atau keaslian minyak Dilarutkan dengan etanol:benzen (1:1).
jahe. Setiap minyak atsiri memiliki putaran optik Ditambahkan 25 mL KOH-Alkohol (0,5 N).
yang berbeda tergantung komposisi dari minyak Direfluk selama satu jam dengan pendingin
atsiri tersebut. Penentuan putaran optik tegak. Dititar dengan Asam Sulfat (0,25N)
dilakukan dengan menggunakan polarimeter hingga Titik Akhir Titrasi berwarna pink seulas.
pada panjang gelombang 589 nm dan panjang Dilakukan duplo dan juga pada blanko. Besar
tabung 100 mm. bilangan ester dapat dihitung dengan rumus:
𝑉𝑏 −𝑉𝑠 × 𝐻2𝑆𝑂4 ×𝑀𝑟 𝐾𝑂𝐻
Bilangan ester =
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Keterangan: Vb = Volume H2SO4 untuk blanko


Vs = Volume H2SO4 untuk sampel KESIMPULAN

Bilangan ester berfungsi untuk kualitas Pada destilasi dengan menggunakan


bau dari minyak atsiri dan juga sebagai fermentasi basah menghasilkan 0,07 % lebih
identifikasi dari minyak atsiri tersebut. banyak minyak atsiri daripada non-fermentasi
dengan perlakuan destilasi dan bahan baku
4.9. Uji Organoleptik yang sama. Pada analisis minyak atsiri jahe
Dilakukan penilaian terhadap warna hasil destilasi dengan fermentasi basah
(kuning, kuning kecoklatan, coklat), rasa (kurang didapatkan hasil untuk berat jenis minyak
pedas, pedas, sangat pedas), bau (kurang sebesar 0,9127 g/mL, untuk putaran optik
menyengat, menyengat, sangat menyengat), sebesar +20,536o, untuk indeks bias sebesar
dan kelengketan (kurang lengket, lengket, 1,4865, untuk bilangan penyabunan sebesar
sangat lengket) dari minyak atsiri sesuai pilihan 1,91 mg/g, untuk bilangan asam sebesar 2,40
yang telah disediakan. Penilaian organoleptik ini mg/g, untuk bilangan ester 9,54 mg/g. Pada
dilakukan oleh 30 orang panelis tidak terlatih penilaian organoleptik didapatkan hasil bahwa
yang terdiri dari siswa-siswi SMK-SMAK Padang. minyak atsiri yang dihasilkan berwarna kuning,
berbau sangat menyengat, berasa pedas, dan
HASIL DAN PEMBAHASAN lengket pada kulit.

Pada peneltian ini digunakan tiga buah SARAN


acuan untuk parameter analisis yaitu SNI 06-
1312-1998, ISO:7355, dan EOA (Essential Oil Pada penelitian selanjutnya agar dapat
Association) untuk minyak jahe. divariasikan perbandingan jumlah ragi yang
diberikan dan juga lama waktu fermentasi. Pada
No. Parameter Hasil Acuan proses destilasi agar suhu dikontrol sehingga
tidak terjadi degradasi zat-zat yang bersifat
1 Rendemen 1,17% 1-3% thermolabile pada minyak atsiri jahe.
minyak atsiri
0,8720 - DAFTAR PUSTAKA
2 Berat jenis 0,9127 g/mL 0,8890
(SNI) Anonim. (1998). Minyak Jahe SNI 06-1312-1998.
o
Putaran
+20,537
o (-32 ) - (-
o
Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
3 optik 14 ) (SNI)
1,4853 - Guenther, E. 1987. Minyak Atsiri Jilid I
4 Indeks bias 1,4865 1,4920 (Terjemahan). Jakarta: Penerbit UI-press.
(SNI)
Bilangan Maks. 20 Guenther, E. 1949.Essential oilsVol I, II, III. Van
5 1,91 mg KOH/g Nostrand, New York
penyabunan (EOA)
Bilangan Maks. 5
6 asam
2,40 mg KOH/g
(ISO) Hapsoh, Hasanah, Y., dan Julianti, E. (2010).
Budidaya dan Teknologi Pascapanen Jahe.
Bilangan Maks. 15
7 ester
9,54 mg KOH/g
(SNI)
Medan: Penerbit USU-press.

Warna Kuning
Kuning Hieronymus, Budi Santoso. 1989. Jahe.
8 (EOA) Yogyakarta: Kanisius
Sangat
9 Bau Sangat menyengat menyengat Lutony, T. L. (2002). Minyak Atsiri. Jakarta:
(EOA) Penerbit Penebar Swadaya.
Sangat
10 Rasa Pedas pedas Latony, Tony Luqman. Yeyet, Rahmayati. 1999.
(EOA) Produksi perdagangan minyak atsiri. Jakarta:
11 Kelengketan Lengket - Penebar swadaya.

Paimin, F. B. (2000). Budidaya Pengolahan dan


Pada penentuan putaran optik didapatkan Perdagangan Jahe. Jakarta: Penerbit
hasil +20,537o. Hal ini dapat disebabkan karena Penebar Swadaya.
destilasi pada suhu tinggi yang membuat zat
zingiberen yang memliki putaran optik negatif Rismunandar. 1981. Hama Tanaman Pangan
dan Pembasmiannya. Bandung: Sinar Baru
rusak sehingga jumlahnya menjadi lebih sedikit
dibandingkan zat-zat yang memiliki putaran optik Setyawan, Budi. 2015. Peluang usaha budidaya
positif. jahe. Yogyakarta: Pustaka baru press.
Setyaningrum, Hesti D. 2013. Jahe. Jakarta:
Penebar swadaya.

Wiyanto,Gimo. dkk. 2014.Panen rupiah dari


ladang jahe. Yogyakarta: Bhafana publishing.

Anda mungkin juga menyukai