Anda di halaman 1dari 8

UJI KANDUNGAN HIDROKSIMETILFURFURAL (HMF)

SEBAGAI PARAMETER KUALITAS MADU

Audi Rizki Koesprimadisari1), Dian Arrisujaya2)*, Resty Syafdaningsih1)


1)
Balai Besar Industri Argo
Jl. IR. H. Juanda No.11, Paledang, Bogor Tengah, Kota Bogor 16122
2)
Program Studi Kimia FMIPA Universitas Nusa Bangsa Bogor
Jl. K.H. Soleh Iskandar Km. 4 Tanah Sareal Bogor 16166
*
e-mail: d1anarrisujaya@gmail.com

ABSTRACT
Hydroxymethylfurfural Content Test as Parameter Quality of Honey
Determination hydroxymethylfurfural (HMF) levels in honey had been done refer to method in SNI
3545:2013. Average of the HMF levels is 64,72 mg/kg whereas SNI decided maximal limit was 50 mg/kg so honey
quality is not good enough. To support testing result, calculation of reapeatabily with relative standard deviation
(RSD) Horwitz and accuracy with % recovery was done. The result of reapeatabilty showed that analyst
reapeatability was good because the relative standard deviation less than 2/3 RSD Horwitz. The result of accuracy
was good because both treatment gave recovery 89,28 % and 106,43 %, which in the range of acceptance recovery
test for analite concentration about 50 mg/kg.

Keywords : HMF, Hydroxymethylfurfural, Honey, Quality of Honey , Reapeatability, Accuracy

ABSTRAK
Penentuan kadar hidroksimetilfurfural (HMF) pada madu telah dilakukan dengan metode yang mengacu
pada SNI 3545:2013. Rata-rata hasil kandungan hidroksimetilfurfural adalah 64,72 mg/kg sedangkan batas maksimal
yang ditetapkan SNI adalah 50 mg/kg sehingga kualitas contoh madu tersebut kurang baik. Untuk menunjang hasil
pengujian, maka dilakukan perhitungan repeatabilitas dengan menggunakan Standar Baku Relatif (SBR) Horwitz dan
perhitungan akurasi menggunakan % perolehan kembali. Hasil perhitungan repeatabilitas menunjukkan bahwa
repeatabilitas analisis HMF baik karena nilai simpangan baku lebih kecil dari 2/3 SBR Horwitz. Perhitungan akurasi
pun menunjukan hasil yang baik karena kedua perlakuan memberi hasil perolehan kembali sebesar 89,28 % dan
106,43 %, yang masuk kedalam batas keberterimaan uji perolehan kembali untuk konsentrasi analit dalam contoh
sekitar 50 mg/kg.

Kata Kunci : HMF, Hidroksimetilfurfural, Madu, Kualitas Madu, Reapitabilitas, Akurasi

PENDAHULUAN Diantaranya yaitu apabila kadar sukrosa


madu naik, kadar enzim fluktuatif, kadar abu
Seiring maraknya peredaran madu fluktuatif, kandungan mineral turun,
palsu, masyarakat seharusnya memiliki perbedaan aroma dan rasa, dan kandungan
pengetahuan yang cukup terkait keaslian hidroksimetilfurfural (HMF) berubah.
madu. Secara kasat mata, menentukan HMF pada dasarnya adalah pecahan
keaslian madu memang sulit dilakukan. dari sukrosa dan fruktosa. Kandungan HMF
Namun, madu asli memiliki kandungan maksimal pada madu adalah 50 mg/kg. Jika
bahan kimia yang berbeda dengan madu lebih dari angka tersebut, dapat dipastikan
palsu. Dari kandungan-kandungan alami bahwa madu tersebut palsu atau dicampur
madu dan uji laboratorium mengenai karena adanya gula tambahan dari bahan
keberadaan zat-zat di dalam madu, kita yang dicampurkan. Dari segi perban-dingan,
dapat mengetahui keaslian madu. Terdapat glukosa pada madu asli cenderung lebih
beberapa indikasi dalam uji kuantitas yang banyak dibandingkan gula yang lain.
diperkirakan menandakan bahwa suatu Sedangkan pada madu palsu, kandungan
madu adalah madu palsu atau campuran. sukrosa cenderung lebih menonjol. Selain
45 | …………………………………………………….Uji Kandungan Hidroksimetilfurfural (HMF) sebagai Parameter Kualitas Madu

itu, dengan pengujian kimia sederhana Madu asli juga memiliki aktivitas
menggunakan pH meter kita dapat menge- enzim diastase yang tinggi. Enzim merupa-
tahui keaslian madu. Madu yang diuji ter- kan senyawa kompleks yang tidak dapat
bukti asli apabila memiliki pH antara 3,4 dibuat oleh manusia. Enzim diastaste itu
sampai 4,5. Madu yang memiliki campuran sendiri merupakan enzim yang berfungsi
atau secara keseluruhan palsu, biasanya untuk mengubah karbohidrat kompleks atau
memiliki pH di atas atau di bawah kisaran polisakarida menjadi karbohidrat sederhana
tersebut yaitu pada angka 2,4 – 3,3 atau di atau monosakarida. Enzim ini secara alami
atas angka 5. berada di dalam madu dan sulit didapatkan
Kadar HMF dapat menjadi indikator dari bahan lainnya. Apabila madu yang
kerusakan madu oleh pemanasan yang diuji memiliki aktivitas enzim diastase
berlebihan atau karena penambahan gula minimal 3, maka madu tersebut adalah madu
invert (sebuah campuran bagian yang sama asli. Sedangkan pada madu palsu, aktivitas
dari glukosa dan fruktosa yang dihasilkan enzim ini hanya berkisar pada angka yang
dari hidrolisis sukrosa). Kedua perlakuan sangat rendah yaitu 0,005 hingga 0,1. Selain
tersebut akan meningkatkan kadar HMF itu terdapat pula enzim lain di dalam madu
(Winarno, 1982). Semakin lama penyim- yaitu invertase yang berfungsi untuk
panan menyebabkan kadar HMF pada madu memecah molekul sukrosa menjadi glukosa
semakin tinggi (White, 1994). dan fruktosa, glukosa oksidase yang
Kenaikan kadar HMF juga disebabkan berperan sebagai pembantu oksidasi glukosa
oleh suhu penyimpanan. Hal tersebut di- menjadi asam peroksida, peroksidase yang
dukung oleh hasil penelitian Almayanthy melakukan proses oksidasi metabolisme,
(1998) yang menunjukkan bahwa kadar serta lipase.
HMF madu yang disimpan pada suhu 28°C Madu mengandung banyak mineral
lebih tinggi dibandingkan pada suhu 3°C seperti natrium, kalsium, magnesium,
dan 5°C. Warna madu akan semakin gelap alumunium, besi, fosfor, dan kalium.
seiring meningkatnya kadar HMF karena Vitamin-vitamin yang terdapat dalam madu
oksigen dari udara akan mengoksidasi HMF adalah tiamin (B1), riboflavin (B2), asam
sehingga membentuk warna gelap pada askorbat (C), piridoksin (B6), niasin, asam
madu (Bogdanov et al., 2004). pantotenat, biotin, asam folat, dan vitamin K
Tingginya kadar HMF dalam madu (Suranto, 2004).
akan menurunkan kualitas madu karena Perbedaan nyata antara madu murni dan
kandungan HMF dalam memiliki ke- madu tidak murni terletak pada komposisi
terkaitan dengan beberapa karakteristik kimianya (Sutami, 2003). Terdapat
kimia madu lainnya seperti kadar air, pH, beberapa cara untuk mengetahui kemurnian
kadar asam bebas, kadar gula pereduksi, madu, salah satunya dapat dilakukan uji gula
serta aktivitas enzimatik dalam madu dengan cara Kromato-grafi Cair Kinerja
(Kowalski et al., 2013). Kadar maksimum Tinggi (KCKT) atau High Peformance
HMF dalam madu yang ditetapkan oleh Liquid Cromatografi (HPLC) (Ratnayani et
Codex Alimentarius dan European Union al., 2008).
adalah maksimum 40 mg/kg untuk madu Analisis kimia yang membutuhkan
yang berasal dari daerah beriklim subtropis tenaga ahli dan peralatan khusus, tidak
dan maksimum 80 mg/kg untuk madu yang semua orang dapat melakukannya, maka
berasal dari dearah beriklim tropis pengujian madu pada prakteknya di
(Bogdanov, 2011). lapangan sering diuji dengan cara-cara
SNI menetapkan kadar HMF dalam berdasarkan pengetahuan atas informasi
madu yakni tidak melebihi 50 mg/kg (SNI yang berhubungan di masyarakat walaupun
3545:2013). Selain itu pada beberapa pe- belum dapat dibuktikan keakuratannya.
nelitian menyebutkan bahwa HMF me- Beberapa cara yang sering digunakan
miliki sifat toksisitas, mutagenik dan masyarakat untuk menilai kemurnian madu
karsinogenik (Chi et al., 1998; Jankowski et antara lain menguji kemurnian madu seperti
al., 2002). menggunakan semut, perembesan madu bila
ditetes ke koran, korek api yang dicelupkan

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 6, No.2, Juli 2016, 44 – 51
Uji Kandungan Hidroksimetilfurfural (HMF) sebagai Parameter Kualitas Madu……………………………………………………. | 46

dalam madu murni masih dapat menyala, Metode


berwarna kuning tua, madu akan 1. Analisis Hidroksi Metilfurufal
mengkristal jika diaduk ke dalam kuning a. Pembuatan Larutan Blanko
telur, menyimpan gas atau udara, tidak Akuades ditambahkan larutan Carrez I
membeku bila dimasukan ke dalam lemari dan Carez II masing-masing 0,50 mL hingga
es. Berdasarkan informasi tersebut berkem- batas volume 50 mL.
banglah beberapa cara pengujian kemurnian
madu. Pengujian tersebut belum teruji ke- b. Preparasi Sampel
efektifannya. Preparasi sampel dilakukan untuk
Ansori (2002) melakukan pengujian menjernihkan larutan dengan pengendapan
kemurnian madu yang ditambahkan dengan protein yang akan dianalisa menggunakan
sukrosa, fruktosa, glukosa dan gula aren spektro-fotometer UV. Sampel madu
dengan menggunakan uji bakar, uji rembes, sebanyak 5 gram dilarutkan dengan akuades
uji koagulasi, uji kristalisasi, dan uji larut, hingga volume 25 mL. Larutan sampel
dan dari kelima uji tersebut hanya uji larut ditambahkan larutan Carrez I dan Carrez II
yang paling akurat untuk menguji kemurnian masing-masing sebanyak 0,50 mL.
madu. Selain kelima uji tersebut masih Kemudian larutan ditambahkan akuades dan
banyak uji lainnya yakni uji kelarutan, uji dihomogenkan hingga volume 50 mL.
pemanasan, uji tarik, uji lengket, uji ikan Larutan sampel disaring hingga jernih.
mentah, uji buih, dan uji iod yang telah Larutan sampel sebanyak 1 mL ditambahkan
diketahui akurasinya menggunakan beberapa akuades sebanyak 19 mL merupakan larutan
sampel madu palsu. A.
Madu memiliki banyak manfaat Larutan pembanding dibuat dari natrium
sehingga marak terjadi pemalsuan madu. bisulfit 0,2% 10 mL dan natrium bisulfit
Masyarakat perlu mengetahui kualitas madu 0,1% 9 mL dan dihomogenkan. Larutan
yang dikonsumsinya. Salah satunya dengan pembanding ini merupakan larutan B.
melakukan pengujian kandungan
hidroksimetilfurfural (HMF) dalam madu. c. Pengujian Sampel
Dari segi ilmu kimia, terdapat beberapa Larutan A dan larutan B dibaca
analisa yang bisa dilakukan untuk menggunakan spektrofotometer pada
mengetahui keaslian madu. Analisis karbon, panjang gelombang 284 nm dan 336 nm.
analisis mikroskopis, analisis HMF, analisis
polaritas cahaya merupakan beberapa uji 2. Perhitungan
yang biasa dilakukan untuk mengetahui Perhitungan konsentrasi hidroksi-
keaslian madu. Uji kimia yang dilakukan metilfurfural (HMF) dapat dilakukan dengan
adalah analisis hidroksi-metilfurfural menggunakan rumus yang terdapat pada SNI
(HMF). Pengukuran kadar HMF pada madu 3545:2013.
menggunakan spektro-fotometer, dan
pengolahan data hasil analisis
hidroksimetilfurfural meliputi Standar Baku
Relatif (SBR) Horwitz dan % perolehan
kembali atau recovery.

Keterangan:
BAHAN DAN METODE 126 : bobot molekul HMF
16830 : absortivitas molar HMF pada
Bahan dan Alat panjang gelombang 284 nm
Bahan yang digunakan yaitu madu, 1000 : mg/g
akuades, larutan Carrez I, larutan Carrez II, 10 : cL/L
natrium bisulfit 0,2%, dan kertas saring. 100 : gram madu yang dilaporkan
Peralatan yang digunakan yaitu 5 : bobot sampel dalam gram
neraca analitik, alat-alat kaca dan
spektrofotometer UV/Vis HP 8453.

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 6, No.2, Juli 2016, 44 – 51
47 | …………………………………………………….Uji Kandungan Hidroksimetilfurfural (HMF) sebagai Parameter Kualitas Madu

HASIL DAN PEMBAHASAN berfungsi untuk mengendapkan protein.


Larutan natrium bisulfit digunakan sebagai
Analisis hidroksimetilfurfural (HMF) pembanding. Hasil pengukuran konsentrasi
pada madu dilakukan dengan menggunakan HMF dapat dilihat pada Tabel 1.
metode spektrofotometri. Analisis HMF Dari tabel dapat dilihat konsentrasi rata-
dilakukan untuk mengetahui kualitas madu rata HMF yang didapat pada sampel madu
yang dipengaruhi oleh pemanasan yang lebih besar yaitu 64,72 mg/kg dari batas
berlebihan, penambahan gula invert dan maksimal yang ditetapkan SNI adalah 50
suhu penyimpanan madu. Kualitas madu mg/kg sehingga kualitas sampel madu
tidak dapat ditentukan hanya dengan analisis tersebut kurang baik. Perhitungan
HMF, tetapi perlu dilakukan analisis lainnya konsentrasi hidroksimetilfurfural terdapat
seperti aktivitas enzim diastase, kadar air, pada Lampiran 2.
gula pereduksi, sukrosa. Tingginya nilai HMF (64,72 mg/kg) bisa
Analisis HMF dapat memberikan disebabkan oleh kerusakan yang terjadi dari
informasi yang diperlukan untuk proses pemanasan madu setelah dipanen
memperkirakan total paparan panas dari maupun proses penyimpanan yang kurang
setiap jenis madu. Termasuk panas yang baik (terkena sinar matahari langsung).
digunakan dalam pengolahan, penyimpanan Penelitian yang dilakukan oleh Soleha
atau pengiriman. Madu yang baru dipanen (2015) membandingkan pengaruh suhu
pun sudah mengandung HMF dan tidak pemananasan dan lama penyimpanan
bergantung pada jenis madunya. terhadap kualitas madu asal Desa Terasa.
Analisis HMF ini menggunakan Hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada
beberapa pereaksi yang memiliki fungsi Tabel 2.
tersendiri. Larutan Carrez I dan Carrez II

Tabel 1. Konsentrasi HMF pada Madu Dibandingkan dengan SNI 3545:2013


Ulangan Hasil Analisis (mg/kg)
1 60.63
2 59.71
3 65.46
4 65.95
5 66.21
6 66.65
7 68.44
Rata-rata 64.72
SNI 3545:2013 50.00

Tabel 2. Kadar HMF Madu Asal Desa Terasa Berdasarkan Lama Penyimpanan dan Waktu
Pemanasan
Sampel Perlakuan Kadar HMF (mg/kg)
S1 Penyimpanan 1 bulan 32,2063
S2 Penyimpanan 2 bulan 55,6775
S3 Penyimpanan 3 bulan 61,7024
S4 Penyimpanan 4 bulan 88,7168
S35 Pemanasan 35°C 54,8764
S90 Pemanasan 90°C 68,5644
S110 Pemanasan 110°C 182,3035
Sumber : Soleha, 2015

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 6, No.2, Juli 2016, 44 – 51
Uji Kandungan Hidroksimetilfurfural (HMF) sebagai Parameter Kualitas Madu……………………………………………………. | 48

Tabel 3. Repeatabilitas Hasil Analisis Hidroksimetilfurfural (HMF)


Ulangan Hasil Analisis (mg/kg)
1 60.63
2 59.71
3 65.46
4 65.95
5 66.21
6 66.65
7 68.44
Jumlah : 517.77
Rata-rata : 64.72
SB : 3.0141
SBR perhitungan : SB/rata-rata x 100 %
SBR perhitungan : 4.66
SBR Horwitz : 2(1-0.5 log C)
SBR Horwitz : 8.5414
2/3 SBR Horwitz : 5.6943

Untuk menunjang hasil pengujian, dengan metode adisi (penambahan standar).


maka dilakukan pula perhitungan Dapat dilihat dalam persamaan berikut :
repeatabilitas dilakukan menggunakan
Standar Baku Relatif (SBR) Horwitz
dengan rumus 2(1-0.5 log C). Tujuan dari
pengulangan adalah untuk mengetahui
presisi data yang diperoleh oleh analis. Sampel yang akan dianalisis
Pengulangan dilakukan sebanyak tujuh kali ditambahkan sejumlah standar yang telah
karena percobaan keseksamaan dilakukan diketahui konsentrasinya lalu dilakukan
terhadap minimal enam replika sampel analisis bersama dengan sampel lainnya.
yang diambil dari campuran sampel dengan Selisih kedua hasil dibandingkan dengan
matriks yang homogen. Perhitungan konsentrasi yang sebenarnya. Dengan C1
repeatabilitas hasil analisis hidroksi- adalah konsentrasi dari analit dalam
metilfurfural terdapat pada Tabel 3. Dari campuran sampel + sejumlah tertentu
hasil yang didapatkan dapat disimpulkan analit, C2 adalah konsentrasi dari analit
bahwa repeatabilitas analisis HMF baik dalam sampel, dan C3 adalah konsentrasi
karena nilai simpangan baku lebih kecil dari analit yang ditambahkan kedalam
dari 2/3 SBR Horwitz. sampel. Hasil perhitungan perolehan
Perhitungan akurasi didapatkan dari % kembali dapat dilihat pada Tabel 4.
perolehan kembali atau recovery.
Perolehan kembali atau recovery dilakukan

Tabel 4. Persen Perolehan Kembali (% recovery)


Konsentrasi
Konsentrasi Rata-rata
Konsentrasi standar yang
Sampel sampel + Jumlah konsentrasi %
No standar yang ditambahkan
(gram) standar standar sampel Recovery
ditambahkan dalam sampel
(mg/kg) (mg/kg)
(mg/kg)
1 5.1381 116.85 58.39 89.28
0.2 mL 1500 ppm 64.72
2 5.9582 118.31 50.35 106.43

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 6, No.2, Juli 2016, 44 – 51
49 | …………………………………………………….Uji Kandungan Hidroksimetilfurfural (HMF) sebagai Parameter Kualitas Madu

Batas keberterimaan uji perolehan analisis ini adalah kesalahan fotometri yang
kembali untuk konsentrasi analit dalam disebabkan oleh larutan yang terlalu pekat.
sampel sekitar 50 mg/kg adalah 80-110%. Dalam SNI 3545:2013 disebutkan bahw “
Uji perolehan kembali yang dilakukan dari Bila absorban lebih tinggi dari 0,6 untuk
dua kali perlakuan didapatkan hasil yang memperoleh hasil yang teliti, larutan
memenuhi syarat keberterimaan. Pengujian sampel diencerkan dengan air sesuai
pertama memberi hasil perolehan kembali kebutuhan. Demikian juga dengan larutan
sebesar 89,28% dan pengujian kedua pembanding (larutan referensi) encerkan
memberi hasil perolehan kembali sebesar dengan cara sama dengan menggunakan
106,43%. larutan NaHSO3 0,1% nilai absorban yang
Perbedaan hasil yang diperoleh dari diperoleh dikalikan dengan faktor
kedua pengujian tersebut dapat disebabkan pen encer n se el perhi n n”.
oleh beberapa faktor saat persiapan sampel, Prosedur kerja yang digunakan pun
diantaranya: sedikit berbeda dengan yang tercantum
a. Neraca yang tidak dalam kondisi baik pada SNI 3545:2013. Perbedaan ini terjadi
dan bersih saat penimbangan. Untuk saat proses pemipetan sampel dan
menghindarinya dapat dilakukan pengencerannya. Dalam SNI 3545:2013
pembersihan bagian pinggan neraca, jumlah sampel yang dipipet adalah 5 mL,
penempatan posisi gelembung udara namun pada pengerjaannya jumlah sampel
dibagian tengah lingkaran dan peneraan yang dipipet hanya 1 mL. Hal ini dilakukan
neraca sebelum digunakan. karena absorban yang didapatkan akan
b. Bahan kimia yang terkontaminasi. lebih dari 0,6 bila sampel dipipet sebanyak
Untuk menghindarinya dapat dilakukan 5 mL. Perbedaan pada proses pengenceran
dengan memberi label pada setiap bahan pun terjadi karena dalam SNI 3545:2013
kimia yang digunakan, mengambil jumlah akhir larutan yang akan dibaca pada
bahan kimia dengan peralatan yang spektrofotometer adalah 10 mL, jumlah
bersih dan menutup kembali bahan tersebut dikhawatirkan tidak mencukupi
kimia setelah digunakan. jika digunakan untuk membilas kuvet
c. Kesalahan saat pemipetan standar. spektrofotometer.
Untuk menghindarinya dapat dilakukan Pembacaan pada spektrofotometer
dengan bekerja secara teliti. dilakukan pada panjang gelombang 284 nm
d. Larutan yang kurang homogen. Untuk dan 336 nm, kedua panjang gelombang
menghindarinya dapat dilakukan dengan tersebut berada pada daerah radiasi UV.
melakukan penghomogenan larutan Untuk dapat dibaca pada daerah radiasi UV,
sampel dengan baik. sampel harus mengandung kromofor. Pada
e. Kesalahan saat proses pengenceran. HMF, yang menjadi kromofor adalah gugus
Untuk menghindarinya dapat dilakukan C=C dan C=O, sedangkan gugus hidroksi (-
dengan bekerja secara teliti dan OH) berperan sebagai auksokrom.
menggunakan gelas ukur dengan rentang
skala yang lebih kecil.
f. Peralatan yang kurang bersih. Untuk KESIMPULAN
menghindarinya dapat dilakukan dengan
membilas kembali peralatan yang akan Dari hasil analisis hidroksi-
digunakan menggunakan air suling atau metilfurfural (HMF) pada madu
larutan yang akan digunakan, dan bila menunjukkan nilai hidroksimetilfurfural
diperlukan peralatan yang kering maka melebihi batas persyaratan yang ditetapkan
setelah pembilasan dapat dilakukan oleh SNI 3545:2013. Hal tersebut
pengeringan dalam oven. menunjukan telah terjadi kerusakan pada
sampel madu yang dianalisis sehingga
Selain kesalahan saat persiapan madu tersebut memiliki kualitas yang
sampel, terdapat pula kesalahan yang dapat kurang baik. Kerusakan tersebut dapat
disebabkan oleh spektrofotometer. disebabkan oleh proses pemanasan madu
Kesalahan yang mungkin terjadi dalam setelah dipanen maupun proses

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 6, No.2, Juli 2016, 44 – 51
Uji Kandungan Hidroksimetilfurfural (HMF) sebagai Parameter Kualitas Madu……………………………………………………. | 50

penyimpanan yang kurang baik (terkena madu kelengkeng dengan metode


sinar matahari langsung). kromatografi cair kinerja tinggi.
Perhitungan repeatabilitas dengan Jurnal Kimia. 2 (2) : 77-86.
menggunakan Standar Baku Relatif(SBR)
Soleha, R. M. 2015. Pengaruh Suhu
Horwitz dan akurasi dengan menggunakan
Pemanasan dan Lama Penyim-
% perolehan kembali atau recovery
panan Terhadap Kualitas Madu
menunjukkan nilai yang baik.
Asal Desa Terasa Berdasarkan
Kandungan 5-(Hidroksimetil)
Furan-2-Karbaldehida (HMF).
DAFTAR PUSTAKA
Skripsi. Jurusan Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Almayanthy, D. 1998. Kualitas madu randu Alam, Universitas Hasanuddin.
pada suhu penyimpanan yang Makassar.
berbeda. Skripsi. Fakultas Peter-
Suranto, A. 2004. Khasiat & Manfaat
nakan, IPB. Bogor.
Madu Herbal. PT Agro Media
Ansori, F. M. 2002. Studi keakuratan Pustaka. Depok.
beberapa cara uji keaslian madu.
Sutami, A. 2003. Pengaruh waktu
Skripsi. Jurusan Teknologi Hasil
penyimpanan dalam refrigerator
Ternak, Fakultas Peternakan, IPB.
terhadap komposisi kimia madu asli
Bogor.
dan madu palsu. Skripsi. Jurusan
Badan Standardisasi Nasional. 2013. SNI Ilmu Produksi Ternak, Fakultas
3545:2013 Madu. Peternakan, IPB. Bogor.
Bogdanov, S., K. Ruoff, L. P. Oddo. 2004. White, J. W. 1994. The role of HMF and
Physico-Chemical Methods For diastase assays in honey quality
The Characterisation Of Unifloral evaluation. Bee World. 75(3): 104-
Honeys: A Review. Apidologie. 117
35(2): 4-17.
Winarno, F. G. 1982. Madu : Teknologi,
Bogdanov, S. 2011. Honey as Nutrient and Khasiat dan Analisa. Ghalia
Food Function Food. Bee Product Indonesia. Jakarta.
Science.
Chi, W., C. B. Zhang, Y. H. Lao, L. Y.
Guo. 1998. Investigation of the
Restriction on The Formation of
HMF. J.Pharm. 14(1): 101-104.

Kowalski, S., M. Lukasiewicz, A. Duda-


Chodak, G. Ziec. 2013. 5-
Hydroxymethyl-2-Furfural Heat-
Induced Formation Occurance in
Food and Biotransfromation: a
Review. Polish Journal of Food
and Nutrition Science. 63 (4): 207-
225.
Ratnayani, K., N. M. A. D. Adhi S., I .G.
A. M. A. S. Gitadewi. 2008.
Penentuan kadar glukosa dan
fruktosa pada madu randu dan

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 6, No.2, Juli 2016, 44 – 51
51 | …………………………………………………….Uji Kandungan Hidroksimetilfurfural (HMF) sebagai Parameter Kualitas Madu

Lampiran 1. Hasil Pembacaan Hidroksimetilfurfural (HMF) dengan Spektrofotom

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 6, No.2, Juli 2016, 44 – 51

Anda mungkin juga menyukai