Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Sepeda motor pada saat ini telah menjadi moda transportasi yang paling
digemari oleh masyarakat. Hal ini didukung dengan berlomba-lombanya para produsen
sepeda motor dalam memproduksi sepeda motor dengan berbagai macam model,
teknologi serta strategi pemasaran yang sangat menarik oleh para dealer-dealer resmi.
Perawatan yang sederhana serta tidak membutuhkan biaya perawatan yang terlalu
tinggi juga menambah alasan bagi masyarakat luas untuk memilih sepeda motor
sebagai moda transportasi. Maka tidak heran jumlah kendaraan bermotor di Indonesia
pada 2013 lalu mencapai 104,211 juta unit (kompasiana.com).
Berdasarkan kondisi tersebut, maka peluang pekerjaan dalam dunia industri
otomotif khususnya sepeda motor masih sangat luas. Dengan demikian maka para
lulusan SMK diharapakan mempunyai kompetensi yang memadai dalam bidang
perbaikan sepeda motor. Tuntutan tersebut juga akan berlaku bagi para guru SMK
untuk juga mampu menguasai materi tentang sepeda motor yang dibutuhkan siswanya
untuk menghadapi tuntutan zaman dan perkembangan teknologi.
Untuk menghadapi tantangan tersebut mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan
Teknik Otomotif yang dicetak sebagai tenaga pengajar mendapatkan mata kuliah
tentang praktikum sepeda motor. Tujuannya adalah agar para lulusan mahasiswa yang
menjadi tenaga pengajar dapat menyampaikan materi tentang kompetensi Sepeda
Motor yang dibutuhkan siswa SMK. Mengingat saat ini mata pelajaran sepeda motor
pada beberapa SMK hanya menjadi mata pelajaran muatan lokal dan jarang sekali
mendapat perhatian khusus sehingga beberapa guru sedikit menyepelekan tentang mata
pelajaran ini. Padahal peluang pekerjaan dalam bidang kompetensi ini masih sangat
luas.
Pada mata kuliah tersebut setiap mahasiswa diwajibkan mampu menyampaikan
materi tentang sepeda motor yang dibagi menjadi empat pokok pembahasan, yaitu

1
Kelompok 3│SISTEM KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR
system kerangka/chasis/body, system pemindah tenaga, system kelistrikan dan system
bahan bakar. Pada masing-masing system tersebut dijelaskan tentang cara kerja, fungsi
komponen serta diagnosis kerusakan yang terjadi.
Untuk menyampaikan materi sepeda motor yang harus disajikan maka
disusunlah makalah yang berjudul “Sistem Kelistrikan Sepeda Motor”. System
kelistrikan tersebut meliputi system penerangan, system pengapian, system pengisian,
dan system starter. System-sistem tersebut akan dibahas lebih jelas pada pembahasan
berikutnya.
Dengan ditulisnya makalah ini maka diharapkan mahasiswa mampu
menyajikan materi tentang sepeda motor dan menguasi kompetensinya serta dapat
dijadikan referensi tambahan tentang kompetensi system kelistrikan sepeda motor.

B. TUJUAN DAN MANFAAT


Tujuan dan manfaat dari ditulisnya makalah yang berjudul “Sistem Pengapian
Sepeda Motor” secara umum adalah untuk memenuhi kebutuhan materi tentang system
kelistrikan pada matakuliah sepeda motor. Tujuan khususnya adalah sebagai berikut:
1. Agar mahasiswa mampu membuat materi dan referensi tentang system
kelistrikan pada sepeda motor.
2. Agar mahasiswa mampu menguasai materi tentang system kelistrikan pada
sepeda motor.
3. Agar mahasiswa mampu menyampaikan materi tentang system kelistrikan
sepeda motor.
4. Agar mahasiswa mampu menguasai kompetensi tentang system kelistrikan
sepeda motor.

C. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah tentang system kelistrikan
sepeda motor ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan system kelistrikan pada sepeda motor?
2. System apa saja yang termasuk dalam system kelistrikan sepeda motor?

2
Kelompok 3│SISTEM KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR
3. Bagaimana cara kerja dari masing-masing system tersebut?
4. Bagaimana cara perawatan dan diagnosis kerusakan pada masing-masing
system tersebut?

3
Kelompok 3│SISTEM KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR
BAB II
PEMBAHASAN

A. SISTEM KELISTRIKAN PADA SEPEDA MOTOR


Hampir pada semua jenis kendaraan yang ada terdapat suatu system yaitu
system kelistrikan. Baik kendaraan yang menggunakan teknologi motor bensin ataupun
kendaraan yang menggunakan teknologi motor diesel. Lampu yang terdapat pada
kendaraan yang berfungsi sebagai system penerangan juga merupakan bagian dari
system kelistrikan. Bahkan untuk menggerakan suatu mesin/motor pada kendaraan
juga menggunakan arus listrik sebagai sumber energy utamnya, yaitu mengunakan
motor starter. Motor starter berfungsi mengubah arus listrik menjadi energy gerak
sehingga dapat menghidupkan suatu motor/mesin pada kendaraan.
Pada kendaraan yang menggunakan teknologi motor bensin sistem kelistrikan
memegang peranan penting. Pada motor bensin, proses pembakaran membutuhkan
suatu percikan bunga api yang dihasilkan oleh busi. Percikan bunga api oleh busi
tersebut merupakan hasil dari system kelistrikan, dimana arus listrik yang terdapat pada
busi terjadi konsleting sehingga menimbulkan percikan bunga api.
Sepeda motor yang juga menggunakan teknologi motor bensin pada saat
bekerjanya juga akan dipengaruhi oleh system kelistrikan. Pada sepeda motor, system
kelistrikan adalah “suatu system yang berfungsi menyediakan arus listrik untuk
mendukung sistem yang bekerja pada proses pembakaran dan sistem pendukung
lainnya yang bekerja untuk mendukung kinerja mesin”(belajar-otomotif-
blogspot.com). sistem tersebut diantaranya adalah system starter, system
pengisian/system pembangkit, system pengapian dan system penerangan atau system
kelistrikan body.
Berikut ini akan dibahas tentang fungsi, komponen, cara kerja dan diagnosa
kerusakan pada system-sistem tersebut.

B. SYSTEM STARTER
System starter atau yang dikenal juga dengan system penggerak mula
merupakan system yang berfungsi sebagai system yang memberikan tenaga putar

4
Kelompok 3│SISTEM KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR
pertama untuk mesin sehingga mesin tersebut menyala. Menurut Nugraha Setya dalam
Modul Sistem Starter UNY menyebutkan bahwa “Sistem starter berfungsi memberikan
tenaga putar bagi mesin untuk memulai siklus kerjanya”.
Pada system starter tenaga yang digunakan sebagai penggerak mula suatu
mesin bermacam-macam. Tetapi yang digunakan pada sepeda motor hanya dua jenis
yaitu sistem starter dengan penggerak motor listrik (elektrik starter) dan menggunakan
penggerak mekanik/tenaga manusia (kick starter).
Sistem kelistrikan pada sepeda motor melayani kinerja dari sistem starter
dengan penggerak motor listrik, yang bekerja dengan cara mengubah energy listrik
menjadi energy gerak/mekanik untuk penggerak mula suatu mesin/motor. Umumnya,
motor listrik dipasangakan pada poros engkol menggunakan perantara roda gigi ,aupun
rantai. Motor starter memperoleh sumber energy listrik dari baterai, sehingga motor
starter harus mampu menghasilkan momen yang besar dari energy listrik yang hanya
12 v dari baterai. Dengan menggunakan elektrik starter, maka kinerja manusia dalam
mengidupkan suatu mesin sepeda motor menjadi lebih mudah.
1. Komponen Sistem Elektrik Starter Sepeda Motor
a. Baterai. Merupakan sebuah alat elektro-kimia yang dibuat untuk mensuplai
energi listrik tegangan rendah (pada sepeda motor menggunakan 6 Volt dan
atau 12 Volt) ke sistem pengapian, starter, lampu dan komponen kelistrikan
lainnya. Baterai menyimpan listrik dalam bentuk energi kimia, yang
dikeluarkan apabila diperlukan sesuai beban/sistem yang memerlukannya.
b. Kunci kontak. Berfungsi sebagai saklar utama untuk menghubung dan
memutus (On-Off) rangkaian kelistrikan sepeda motor.
c. Relay starter. Sebagai relay utama sistem starter yang berfungsi untuk
mengurangi rugi tegangan yang disalurkan dari baterai ke motor starter.
d. Saklar starter. Berfungsi sebagai saklar starter yang bekerja pada saat kunci
kontak pada posisi ON.
e. Motor starter. Merupakan motor starter listrik (kebanyakan tipe DC) yang
berfungsi untuk mengubah tenaga kimia baterai menjadi tenaga putar yang
mampu memutarkan poros engkol untuk menghidupkan mesin

5
Kelompok 3│SISTEM KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR
Gambar 1. Letak Komponen Sistem Starter

2. Cara Kerja.
Sistem starter bekerja pada beberapa kondisi, yaitu pada saat kunci kontak
OFF, pada saat kunci kontak ON saklar starter belum tertekan dan saat kunci
kontak ON saklar starter ditekan.

Gambar 2. Skema rangkaian sistem starter

a. Pada saat kunci kontak OFF. Hubungan baterai sebagai sumber tegangan
listrik dengan rangkaian sistem starter terputus, tidak ada arus yang
mengalir sehingga sistem starter tidak dapat digunakan.

6
Kelompok 3│SISTEM KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR
b. Pada saat kunci kontak ON, saklar starter belum ditekan. Jika saklar starter
belum ditekan tetapi kunci kontak ON, maka arus dari baterai akan
mengalir ke relay starter akan tetapi motor starter belum menyala.
c. Pada saat kunci kontak ON saklar starter ditekan. Apabila tombol starter
ditekan (posisi START) pada saat kunci kontak ON, maka kemudian sistem
starter akan mulai bekerja dan arus akan mengalir :
Baterai ⇒ Sekering ⇒ Kunci Kontak (ON) ⇒ Kumparan Relay
Starter ⇒ Tombol Starter (START) ⇒ massa.
Motor starter akan bekerja memutarkan poros engkol dengan cara
mengubah arus listrik menjadi gerak putar.
d. Mekanisme penggerak motor starter. Motor starter dihubungkan pada
poros engkol melaluai dua mekanisme penggerak. Mekanisme penggerak
bertujuan untuk meningkatkan momen putar melalui gigi reduksi dan
mencegah berputarnya motor starter saat mesinsudah menyala. Kedua
mekanisme tersebut yaitu mekanisme menggunakan rantai penggerak dan
sprocket dan mekanisme penghubung menggunakan roda gigi.

Gambar 3. Mekanisme penggerak motor starter

Mesin akan mulai berputar karena digerakkan oleh motor listrik melalui
perantaraan rantai starter atau roda gigi. Agar setelah mesin hidup motor
starter tidak ikut berputar pada rotor flywheel dipasangkan mekanisme
kopling satu arah.

7
Kelompok 3│SISTEM KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR
Gambar 4. Cara kerja kopling satu arah

3. Pemeriksaan dan Perawatan Sistem Starter


a. Pemeriksaan dan perawatan baterai baterai
 Memeriksan cairan baterai/air aki.
 Memeriksa berat jenis baterai dengan hydrometer.
 Memeriksa selang-selang ventilasi baterai.
b. Pemeriksaan relay starter
 Menekan saklar starter saat kunci kontak ON. Harus terdapat bunyi klik
pada relay starter.
 Jika tidak terdapat bunyi klik maka periksa tegangan pada terminal
relay starter yang menuju tombol starter, harus terdapat tegangan 12 v.

8
Kelompok 3│SISTEM KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR
 Jika tidak ada tegangan maka periksa hubungan/kontinuitas pada
kumparan relay starter. Jika tidak ada hubungan ganti relay starter.
c. Memeriksa motor starter
 Melakukan pembongkaran dan pelepasan motor starter.
 Periksa komutator. Jika warna beubah maka terjadi huungan singkat
dengan kumparan armature.
 Pemeriksaan bantalan.
 Pemeriksaan kumparan armature. Pemeriksaan kontinuitas kumparan
dan kebocoran kumparan.
 Memeriksa sikat arang. Meliputi panjang sikat, pegas, hubungan
singkat terminal kabel dan kontinuitasnya.
d. Memeriksa mekanisme kopling satu arah
 Melepas kopling starter
 Memeriksa sil terhadap kerusakan.
 Memeriksa bantalan jarum.
 Memeriksa pengglinding kopling satu arah.

Gambar 5
Pemeriksaan mekanisme kopling satu arah
4. Diagnosis Kerusakan
Langkah utama sebelum melakukan diagnosis kerusakan adalah periksa
kabel-kabel pada sistem dari hubungan longgar atau berkarat. Berikut ini adalah
gejala kerusakan pada sistem starter dan diagnosa kerusakannya.

9
Kelompok 3│SISTEM KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR
a. Motor starter tidak berputar

b. Motor starter berputar pelan


 Tegangan baterai lemah.
 Ada tahanan yang berlebihan di dalam rangkaian kelistrikan sistem
starter.
 Kabel motor starter, kabel massa atau kabel positip baterai longgar.
 Sikat motor starter aus.

c. Motor starter berputar tetapi mesin tidak ikut berputar


 Kopling starter rusak.
 Rantai penggerak/sprocket atau roda gigi starter rusak.
d. Motor starter dan mesin berputar tetapi mesin tidak hidup

10
Kelompok 3│SISTEM KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR
 Putaran motor starter terlalu pelan.
 Sistem pengapian rusak.
 Problem lain pada mesin (kompresi rendah, busi kotor, dsb.)

C. SYSTEM PENGAPIAN
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa sepeda motor menggunakan teknologi
motor bensin pada proses pembakarannya membutuhkan percikan bunga api yang
disupali oleh sistem kelistrikan. Sistem kelistrikan yang menghasilkan percikan bunga
api pada proses pembakaran disebut dengan sistem pengapian.
Menurut Nugraha Setya dalam Modul Sistem Starter UNY menyebutkan bahwa
“Sistem pengapian berfungsi menghasilkan percikan bunga api pada busi pada saat
yang tepat untuk membakar campuran bahan bakar dan udara di dalam silinder”. Pada
sepeda motor, sistem pengapian terbagai menjadi beberapa macam. Menurut sumber
tegangannya terbagi menjadi sistem pengapian baterai (DC) dan sistem pengapian
magnet (AC). Menurut perkembangan teknologinya maka sistem pengapian dibagi
menjadi dua macam yaitu sistem pengapian konvensional (platina) dan sistem
pengapian elektronik (CDI).
Dikarenakan pada kondisi saat ini semua kendaraan telah menggunakan sistem
pengapian elektronik, maka pada pembahasan berikut ini akan dibahas mengenai
sistem pengapian elektronik baterai (DC) dan magnet (AC). Pengapian elektronik pada
sepeda motor lebih dikenal dengan sistem pengapian CDI (Capacitor Discharge
Ignition).
Sistem pengapian CDI merupakan sistem pengapian elektronik yang bekerja
dengan memanfaatkan pengisian (charge) dan pengosongan (discharge) muatan
kapasitor. Proses pengisian dan pengosongan muatan kapasitor dioperasikan oleh
saklar elektronik seperti halnya kontak platina (pada sistem pengapian konvensional).
Sebagai pengganti kontak platina, pada sistem pengapian elektronik digunakan
SCR/Silicon Controlled Rectifier (yang disebut Thyristor switch). SCR bekerja

11
Kelompok 3│SISTEM KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR
berdasarkan sinyal-sinyal listrik, sehingga pada sistem pengapian elektronik
didapatkan beberapa keuntungan yaitu :
1) Keuntungan Mekanik :
 Tidak terdapat gerakan mekanik/gesekan antar komponen pada SCR,
sehingga tidak terjadi keausan komponen.
 Tidak memerlukan perawatan/penyetelan dalam jangka waktu yang pendek
seperti pada sistem pengapian konvensional.
 Kerja sistem pengapian elektronik stabil (karena tidak ada keausan
komponen) sehingga bahan bakar relatif ekonomis karena pembakaran
lebih sempurna.
 Tidak sensitif terhadap air karena komponen sistem pengapian dapat
dikemas kedap air.
2) Keuntungan Elektrik
 Tegangan pengapian cukup besar dan konstan, sehingga pembakaran lebih
sempurna dan kendaraan mudah dihidupkan.
 Busi menjadi lebih awet karena pembakaran lebih sempurna.
3) Kekurangan Sistem Elektrik
 Apabila terjadi kerusakan terhadap salah satu komponen di dalam unit CDI,
berakibat seluruh rangkaian CDI tidak dapat bekerja dan harus diganti satu
unit.
 Biaya/harga penggantian unit CDI relatif lebih mahal.

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa sistem pengapian pada sepeda motor


menurut sumber tegangannya terbagi menjadi dua macam, yaitu pengapian baterai
(DC) dan pengapian arus bolak-balik (AC). Pengapian arus bolak-balik (AC) sumber
tegangan didapat dari alternator, sehingga arus yang digunakan merupakan arus bolak-
balik (AC). Sedangkan pengapian baterai (DC) sumber tegangan diperoleh dari
tegangan baterai (yang disuplay oleh sistem pengisian), sehingga arus yang digunakan
merupakan arus searah (DC).

12
Kelompok 3│SISTEM KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR
1. Sistem Pengapian Elektronik Magnet (CDI-AC)
Komponen-komponen yang bekerja pada sistem pengapian diantaranya
adalah:
a. Sumber Tegangan.
Berfungsi sebagai penyedia tegangan yang diperlukan oleh sistem pengapian.
Sumber tegangan sistem pengapian magnet elektronik AC merupakan sumber
tegangan AC (Alternating Current), berupa Alternator (Kumparan
Pembangkit/stator dan Magnet/rotor). Alternator berfungsi untuk mengubah
energi mekanis yang didapatkan dari putaran mesin menjadi tenaga listrik arus
bolak-balik (AC). Pada sepeda motor, rotor juga berfungsi sebagai fly wheel.
b. Kunci Kontak
Berfungsi sebagai saklar utama untuk menghubung dan memutus (On-Off)
rangkaian pengapian (dan rangkaian kelistrikan lainnya) pada sepeda motor.
Kunci kontak untuk pengapian AC merupakan tipe pengendali massa.
 Pada posisi OFF dan LOCK, kunci kontak membelokkan tegangan dari
sumber tegangan (alternator) yang dibutuhkan oleh sistem pengapian
ke massa melalui terminal IG dan E kunci kontak, sehingga sistem
pengapian tidak dapat bekerja. Di sisi lain, pada posisi OFF dan LOCK
kunci kontak juga memutuskan hubungan tegangan (+) baterai
(terminal BAT dan BAT 1) sehingga seluruh sistem kelistrikan tidak
dapat dioperasikan.
 Pada posisi ON, kunci kontak memutuskan hubungan terminal IG dan
E, sehingga tegangan yang dihasilkan oleh alternator diteruskan ke
sistem pengapian. Sistem pengapian dapat dioperasikan, disamping itu
hubungan terminal BAT dan BAT 1 terhubung sehingga seluruh sistem
kelistrikan dapat dioperasikan.

Gambar 6. Kunci kontak

13
Kelompok 3│SISTEM KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR
c. Koil Pengapian
Koil pengapian (Ignition Coil), berfungsi untuk menaikkan tegangan yang
diterima dari sumber tegangan (alternator) menjadi tegangan tinggi yang
diperlukan untuk pengapian.

Gambar 7. Koil pengapian

d. Unit CDI arus bolak-balik (AC-CDI)


Unit AC-CDI, merupakan serangkaian komponen elektronik yang berfungsi
sebagai saklar rangkaian primer pengapian, menghubungkan dan memutuskan
arus listrik yang dimanfaatkan untuk melakukan pengisian (charge) dan
pengosongan (discharge) muatan kapasitor, kemudian dialirkan melalui
kumparan primer koil pengapian untuk menghasilkan arus listrik tegangan
tinggi pada kumparan sekunder dengan cara induksi elektromagnet.

RECTIFIER CAPACITOR
(1) (3)

THYRISTOR
RECTIFIER
SWITCH
(2)

(4)

14
Kelompok 3│SISTEM KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR
Keterangan :
1) Dari sumber tegangan alternator.
2) Dari signal generator.
3) Ke ignition coil.
4) Massa CDI
CDI adalah sebagai berikut : Rectifier bekerja menyearahkan arus AC yang
dihasilkan oleh sumber tegangan (alternator) maupun oleh signal generator
(pick up coil).
Kapasitor (capacitor) menyimpan energi hasil induksi dari kumparan stator
alternator dimana terdapat magnet permanen yang berputar (rotor alternator) di
dekat kumparan stator.
Thyristor switch merupakan saklar elektronik yang akan mengosongkan
kapasitor yang sudah bermuatan tersebut, sinyal trigger didapatkan dari arus
yang dihasilkan oleh pick up coil yang mengalir melalui kaki Gate (G).
Akibatnya Thyristor aktif dan menghubungkan kedua terminal kapasitor
melalui terhubungnya terminal Anoda (A) dan Katoda (K) pada Thyristor.
Kapasitor akan melepaskan muatannya secara cepat (discharge) melalui
kumparan primer koil pengapian (Ignition Coil) untuk menghasilkan induksi
pada kumparan primer maupun induksi tegangan tinggi pada kumparan
sekunder koil pengapian.

e. Kumparan Pembangkit Pulsa (pick up coil)


Kumparan Pembangkit Pulsa (Signal generator/Pick up coil), bekerja bersama
reluctor sehingga menghasilkan sinyal trigger (pemicu) yang dimanfaatkan
oleh Thyristor untuk mendischarge seluruh muatan kapasitor.
Pick up coil terdiri dari suatu lilitan kecil yang akan menghasilkan arus listrik
AC apabila dilewati oleh perubahan garis gaya magnit yang dilakukan oleh
reluctor yang terpasang pada rotor alternator. Prinsip kerja pick up coil dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.

15
Kelompok 3│SISTEM KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR
1 2 3

(+)

(-)
1 2 3

Gambar 8. Prinsip kerja kumparan penghasil pulsa


Keterangan :
1) Reluctor mencapai pickup coil
2) Reluctor di tengah pick up coil
3) Reluctor meninggalkan pick up coil

f. Busi
Busi terbagi menjadi 3 jenis, yaitu busi panas, busi dingin dan busi sedang.
Busi dingin adaalah busi yang mempunyai kemampuan untuk menyerap dan
melepas/membuang panas dengan cepat sekali. Busi dingin biasanya
digunakan pada mesin yang temperatur kerja dalam ruang bakarnya tinggi.
Sedangkan busi panas adalah busi dengan kemampuan menyerap dan melepas
panas yang lambat. Jenis ini digunakan untuk mesin yang temperatur kerja
dalam ruang bakarnya rendah. Berikut ini adalah penjelasan tentangsistem
kode busi.

16
Kelompok 3│SISTEM KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR
Berikut ini akan dibahas tentang bagaimana cara kerja dari sistem
pengisian elektronik arus bolak-balik CDI-AC dan gambar skema sistem
pengapian magnet elektronik.

17
Kelompok 3│SISTEM KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR
Gambar 9 skema sistem pengapian magnet elektronik.

a. Pada saat kunci kontak OFF


Kunci kontak dalam posisi terhubung dengan massa. Arus listrik yang
dihasilkan sumber tegangan (Alternator) dibelokkan ke massa melalui kunci
kontak, tidak ada arus yang mengalir ke unit CDI sehingga sistem pengapian
tidak bekerja dan motor tidak dapat dihidupkan.
b. Pada saat kunci kontak ON
Hubungan ke massa melalui kunci kontak terputus sehingga arus listrik yang
dihasilkan alternator akan mengalir masuk ke sistem pengapian.
Ketika rotor alternator (magnet) berputar, kumparan stator menghasilkan arus
listrik ⇒ disearahkan dioda ⇒ mengisi kapasitor sehingga muatan kapasitor
penuh.
Pada saat yang ditentukan (saat pengapian), arus sinyal dihasilkan oleh signal
generator (pick up coil). Arus sinyal pick up coil ⇒ Gate (G) Thyristor switch
dan mengaktifkan Thyristor. Thyristor aktif (kaki Anoda ke Katoda terhubung)
dan arus listrik dapat mengalir dari kaki Anoda (A) ⇒ Katoda (K). Hal ini
akan menyebabkan kapasitor terdischarge (dikosongkan muatannya) dengan
cepat ⇒ melalui kumparan primer koil pengapian ⇒ massa koil pengapian.
Pada kumparan primer koil pengapian dihasilkan tegangan induksi sendiri
sebesar 200 – 300 V.

18
Kelompok 3│SISTEM KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR
Akhirnya pada kumparan sekunder koil pengapian akan timbul induksi
tegangan tinggi sebesar ± 20 KVolt ⇒ disalurkan melalui kabel busi ke busi
untuk diubah menjadi pijaran api listrik.

2. Sistem Pengapian Elektronik Baterai (CDI-DC)


Setelah membahas sistem pengapian elektronik magnet (CDI-AC), dalam
pembahasan selanjutnya akan dibahas tentang sistem pengapian elektronik baterai
(CDI-DC). Komponen sistem pengapian baterai akan dijelaskan sebagai berikut.
a. Sumber tegangan.
Sumber tegangan DC (Direct Current), berupa Baterai yang didukung oleh
sistem pengisian (Kumparan Pengisian, Magnet dan Rectifier/Regulator),
berfungsi sebagai penyedia tegangan DC yang diperlukan oleh sistem
pengapian.

Gambar 10. Baterai

b. Kunci kontak.
Berbeda dengan kunci kontak pada sistem pengapian elektronik magnet, kunci
kontak pada sistem pengapian elektronik baterai menggunakan sistem
pengendali positip.
 Pada posisi ON, kunci kontak menghubungkan tegangan (+) baterai ke
seluruh sistem kelistrikan (termasuk sistem pengapian) untuk
mengoperasikan seluruh sistem kelistrikan yang ada.

19
Kelompok 3│SISTEM KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR
 Pada posisi OFF dan LOCK, kunci kontak memutuskan hubungan
kelistrikan dari sumber tegangan (terminal (+) baterai) yang dibutuhkan
oleh seluruh sistem kelistrikan, sehingga seluruh sistem kelistrikan
tidak dapat dioperasikan.

Gambar 11. Kunci kontak dan terminalnya

c. Koil pengapian
Koil pengapian (Ignition Coil), berfungsi untuk menaikkan tegangan yang
diterima dari sumber tegangan (alternator) menjadi tegangan tinggi yang
diperlukan untuk pengapian.

Gambar 12. Koil


d. Unit DC-CDI
Merupakan serangkaian komponen elektronik yang berfungsi sebagai saklar
rangkaian primer pengapian, menghubungkan dan memutuskan arus listrik
yang dimanfaatkan untuk melakukan pengisian (charge) dan pengosongan
(discharge) muatan kapasitor, kemudian dialirkan melalui kumparan primer

20
Kelompok 3│SISTEM KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR
koil pengapian untuk menghasilkan arus listrik tegangan tinggi pada kumparan
sekunder dengan cara induksi elektromagnet.

1) Dari sumber tegangan


2) Dari signal generator (pick up coil)
3) Ke ignition coil
4) Massa CDI
Prinsip kerja dari komponen DC CDI adalah sebagai berikut:
 DC-DC Conventer merupakan serangkaian komponen elektronik yang
menaikkan tegangan sumber (baterai) dan menyearahkannya lagi untuk
dialirkan ke kapasitor. Kapasitor (capacitor) menyimpan energi hasil
induksi dari DCDC Conventer sampai kapasitas muatannya penuh.
 Thyristor switch merupakan saklar elektronik yang akan
mengosongkan kapasitor yang sudah bermuatan tersebut, sinyal trigger
didapatkan dari arus yang dihasilkan oleh pick up coil yang terlebih
dahulu diperkuat di dalam rangkaian penguat sinyal (amplifier),
dialirkan ke kaki Gate (G). Akibatnya Thyristor aktif dan
menghubungkan kedua terminal kapasitor melalui terhubungnya
terminal Anoda (A) dan Katoda (K) pada Thyristor.
 Kapasitor akan melepaskan muatannya secara cepat (discharge)
melalui kumparan primer koil pengapian (Ignition Coil) untuk
menghasilkan induksi pada kumparan primer maupun induksi tegangan
tinggi pada kumparan sekunder koil pengapian.

21
Kelompok 3│SISTEM KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR
e. Kumparan pembangkit pulsa (signal generator)
Bekerja bersama reluctor sehingga menghasilkan sinyal trigger (pemicu) yang
dimanfaatkan oleh Thyristor untuk mendischarge seluruh muatan kapasitor.
Komponen ini sama dengan komponen pada sistem pengapian elektronik
magnet.
f. Busi.
Berfungsi mengeluarkan arus listrik tegangan tinggi menjadi loncatan bunga
api melalui elektrodanya. Loncatan bunga api terjadi disebabkan adanya
perbedaan tegangan diantara kedua kutup elektroda busi (± 20.000 volt).

Pembahasan tentang cara kerja sistem pengapian elektronik baterai (CDI-


DC) akan dijelaskan sebagai berikut.

Gambar 13. Rangkaian sistem pengapian elektronik baterai

a. Saat kunci kontak OFF


Hubungan sumber tegangan dengan rangkaian sistem pengapian terputus,
tidak ada arus yang mengalir sehingga motor tidak dapat dihidupkan.
b. Saat kunci kontak ON
Kunci kontak menghubungkan sumber tegangan ((+) baterai) dengan
rangkaian sistem pengapian, sehingga arus listrik dari baterai dapat
disalurkan ke unit CDI (DC-DC Conventer).

22
Kelompok 3│SISTEM KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR
Ketika rotor alternator (magnet) berputar, reluctor ikut berputar. Pada saat
reluctor mulai mencapai lilitan pick up coil, lilitan pick up coil akan
menghasilkan sinyal listrik yang dimanfaatkan untuk mengaktifkan
Switch Transistor (Tr) pada DC-DC Conventer. Kumparan primer dan
sekunder (Kump.) pada DC-DC Conventer akan bekerja secara induksi
menaikkan tegangan sumber ⇒ disearahkan lagi oleh dioda (D) ⇒
mengisi kapasitor (C) sehingga muatan kapasitor penuh.
*) Sinyal yang dihasilkan lilitan pick up coil tersebut belum mampu
membuka gerbang (Gate) Thyristor switch (SCR) sehingga SCR
belum bekerja.
Pada saat yang hampir bersamaan (saat pengapian), arus sinyal yang
dihasilkan oleh signal generator (pick up coil) mampu membuka gerbang
SCR sehingga SCR menjadi aktif dan membuka hubungan arus listrik
dari kaki Anoda (A) ⇒ Katoda (K).
Hal ini akan menyebabkan kapasitor terdischarge (dikosongkan
muatannya) dengan cepat ⇒ melalui kumparan primer koil pengapian ⇒
massa koil pengapian. Pada kumparan primer koil pengapian dihasilkan
tegangan induksi sendiri sebesar 200 – 300 V.
Akhirnya pada kumparan sekunder koil pengapian akan timbul induksi
tegangan tinggi sebesar ± 20 KVolt ⇒ disalurkan melalui kabel busi ke
busi untuk diubah menjadi pijaran api listrik.

Setelah membahas komponen dan cara kerja sistem pengapian, maka


pembahasan berikutnya adalah perwatan dan pemeriksaan komponen sistem
pengapian.
a. Pemeriksaan alternator
 Pemeriksaan tahanan kumparan pembangkit/stator Pemeriksaan
dapat dilakukan dalam keadaan stator tetap terpasang. Dengan ohm
meter.

23
Kelompok 3│SISTEM KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR
.

Gambar 14. Pemeriksaan alternator


 Pemeriksaan magnet/rotor secara visual (keretakan, kotoran, kondisi
pasak/spie pada poros engkol).

Gambar 15. Pemeriksaan magnet rotor


b. Pemeriksaan dan perawatan baterai
 Memeriksa cairan baterai.
 Memeriksa berat jenis baterai
 Memeriksa cairan baterai

24
Kelompok 3│SISTEM KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR
c. Pemeriksaan kunci kontak
 Memeriksa hubungan antar terminal menggunakan ohm meter.
.

Gambar 16. Pemeriksaan kunci kontak dan terminalnya.


d. Pemeriksaan koil pengapian
 Memeriksa tahanan kumparan primer 0,5-1 Ω.
 Memeriksa tahanan kumparan skunder dengan cap busi 7,2-8,8 KΩ.
 Memeriksa tahanan kumparan skunder tanpa cap busi 11,5-14,5 KΩ

Gambar 17. Pemeriksaan terminal pada koil pengapian

25
Kelompok 3│SISTEM KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR
 Memeriksa kabel tegangan tinggi busi secara visual dan dengan tes
percikan. Percikan yang baik lebih dari 6 mm

Gambar 18. Pemerksaan kabel tegangan tinggi


e. Pemeriksaan CDI
 Memeriksa kontinuitas antar terminal dengan menggunakan ohm
meter.

(+) SW EXT FP/PC E IGN


(-)
SW ~ ~ ~ ~
EXT 16 260 180 ~
FP/PC 260 ~ 60 ~
E 18 ~ 22 ~
IGN ~ ~ ~ ~
Keterangan:
1) SW : Switch (Bl/W)
2) EXT : Exiter (Bl/R)
3) FP/PC : Fixed Pulser/Pick up coil (Bu/Y)
4) E : Earth (G/W)
5) IGN : Ignition (Bl/Y)
f. Pemeriksaan kumparan pembangkit pulsa
 Memeriksa tahanan kumparan menggunakan Ohm Meter. Tahanan
pick up coil : 50 – 200 Ω (Honda).
g. Pemeriksaan dan penyetelan busi
 Memeriksa keausan elektroda busi
 Memeriksa warna hasil pembakaran pada ujung insulator dan
elektroda busi.

26
Kelompok 3│SISTEM KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR
Gambar 19. Ujung celah busi
Keterangan:
1) Normal : Ujung insulator dan elektroda berwarna coklat
atau abu-abu. Kondisi mesin normal dan penggunaan nilai
panas busi yang tepat.
2) Tidak normal : Terdapat kerak berwarna putih pada ujung
insulator dan elektroda akibat kebocoran oli pelumas ke ruang
bakar atau karena penggunaan oli pelumas yang berkualitas
rendah.
3) Tidak Normal : Ujung insulator dan elektroda berwarna hitam
disebabkan campuran bahan bakar & udara terlalu kaya atau
kesalahan pengapian. Setel ulang, apabila tidak ada perubahan
naikkan nilai panas busi.
4) Tidak Normal : Ujung insulator dan elektroda berwarna hitam
dan basah disebabkan kebocoran oli pelumas atau kesalahan
pengapian.
5) Tidak Normal : Ujung insulator berwarna putih mengkilat dan
elektroda meleleh disebabkan pengapian terlalu maju atau
overheating. Coba atasi dengan menyetel ulang sistem
pengapian, campuran bahan bakar & udara ataupun sistem
pendinginan. Apabila tidak ada perubahan, ganti busi yang
lebih dingin.
 Membersihkan insulator dengan sikat baja.
 Menyetel celah elektroda busi. Celah : 0,6 – 0,7

27
Kelompok 3│SISTEM KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR
Gambar 20. Penyetelan celah busi
h. Pemeriksaan timming pengapian
Pemeriksaan menggunakan timming light dengan langkah sebagai berikut:
 Memasang timing light

 Mesin dihidupkan pada putaran stasioner (± 1.300 rpm).

 Arahkan timing light ke tanda penyesuai pada tutup magnet

Gambar 21. Penyetelan top kompresi


 Waktu pengapian tepat apabila terlihat “Garis-F” sejajar dengan
tanda “Penyesuai”.

F
TEPAT

Gambar 22. Penyetelan timming pengapian


 Apabila “Garis-F” terlihat sebelum melewati “Penyesuai”, berarti
pengapian terlalu cepat (Voor).
 Sebaliknya, Apabila “Garis-F” terlihat sesudah melewati
“Penyesuai”, berarti pengapian terlaku lambat.

28
Kelompok 3│SISTEM KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR
 Pada saat putaran tinggi, waktu pengapian tepat apabila terlihat
“Penyesuai” di tengah tanda “Advance (//)”.

ADVANCE

Gambar 23. Penyetelan timming pengapian


 Pada umumnya, waktu pengapian untuk sistem pengapian
elektronik tidak dapat disetel karena konstruksi dudukan komponen
(pick up coil dan reluctor, dsb) dibuat tetap.
 Jika pengapian tidak tepat maka disebabkan adanya komponen
sistem pengapianyang mengalami kerusakan.

D. SISTEM PENGISIAN DAN PENERANGAN


Sistem pengisian dan penerangan sepeda motor merupakan dua sistem yang
saling berkaitan. Hal tersebut dapat dilihat karena sistem tersebut bekerja pada saat
kendaraan/motor sudah menyala. Beberapa sistem penerangan yang dapat bekerja
sebelum motor/kendaraan menyala ada beberapa saja, diantaranya lampu tanda belok
maupun klakson. Berikut ini adalah skema rangkaian kedua sistem.

Gambar 24. Skema rangkaian sistem pengisian dan penerangan

29
Kelompok 3│SISTEM KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR
1. Sistem Pengisian
Sistem pengisian berfungsi sebagai pendukung fungsi baterai. Fungsi
baterai pada sepeda motor adalah untuk mensuplai kebutuhan listrik pada
komponen-komponen sistem kelistrikan seperti motor starter, lampu-lampu dan
sistem kelistrikan lainnya. Satu hal yang perlu diingat adalah kapasitas baterai yang
sangat terbatas, sehingga tidak akan dapat mensuplai kebutuhan tenaga listrik
secara terus-menerus.
Baterai harus selalu terisi penuh agar dapat mensuplai kebutuhan listrik
setiap waktu yang diperlukan oleh sistem kelistrikan pada sepeda motor tersebut.
Untuk itu pada sepeda motor diperlukan sistem pengisian yang memproduksi
tenaga listrik untuk mengisi kembali baterai sekaligus mendukung kinerja baterai
mensuplai kebutuhan listrik ke sistem yang membutuhkannya pada saat sepeda
motor dihidupkan. Berikut ini adalah skema gamar sistem pengisian.

Gambar 25. Skema sistem pengisian


Sistem pengisian terdiri dari beberapa komponen, komponen tersebut akan
dijelaskan sebagai berikut.
a. Sumber Tegangan
Sumber Tegangan, berfungsi sebagai penyedia tegangan yang digunakan untuk
mengisi baterai dan mensuplai kebutuhan sistemsistem kelistrikan. Sumber
tegangan yang digunakan pada sistem pengisian sepeda motor merupakan
sumber tegangan AC

30
Kelompok 3│SISTEM KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR
(Alternating Current), yang sering disebut Alternator. Alternator terdiri atas
Kumparan Pembangkit (Kumparan Stator) dan Magnet permanen (Rotor),
berfungsi untuk mengubah energi mekanis yang didapatkan dari putaran mesin
menjadi tenaga listrik arus bolakbalik (AC).

Gambar 26. Kumparan stator dan rotor

b. Baterai
Baterai, merupakan penyimpan tenaga listrik yang dihasilkan oleh sistem
pengisian, energi listrik diubah kedalam bentuk energi kimia. Baterai juga
berfungsi sebagai penyedia tenaga listrik sementara (dalam bentuk tegangan
DC) yang diperlukan oleh sistem-sistem kelistrikan sepeda motor, dengan
didukung oleh sistem pengisian.
Pada saat kita akan mengisi baterai menggunakan battery charger, besar arus
dan lamanya waktu pengisian tergantung dari kapasitas baterai dan prosentase
pengosongan baterai yang didapatkan dari hasil pengukuran b.j elektrolit.
arus untuk pengisian normal maksimal 10% dari kapasitas baterai, sedangkan
untuk pengisian cepat besarnya arus pengisian maksimal 50% dari kapasitas
baterai.
c. Rectifier
merupakan serangkaian komponen elektronik, fungsi utama rectifier adalah
sebagai penyearah arus bolak-balik yang dihasilkan alternator menjadi arus

31
Kelompok 3│SISTEM KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR
searah. Pada sistem pengisian sepeda motor, rectifier juga berfungsi sebagai
pengatur/pembatas (regulator) arus dan tegangan pengisian yang masuk ke
baterai maupun ke lampu-lampu pada saat tegangan baterai sudah penuh
maupun pada putaran tinggi.
Terdapat berbagai jenis rectifier yang digunakan pada sistem pengisian sepeda
motor, diantaranya : a) silikon rectifier, b) silikon regulator rectifier, c)
selenium rectifier, dan d) regulator rectifier.

a) b) c) d)
Gambar 27. Jenis rectifier
d. Sekring
Sebagai pengaman dalam rangkaian sistem kelistrikan. Sekring yang biasa
digunakan pada sistem pengisian adalah 10 A.

2. Sistem Penerangan
Sistem penerangan juga dapat disebut sebagai sistem kelistrikan body
standard. Sistem tersebut digunakan sebagai salah satu sistem yang aplikable pada
sepeda motor. Fungsi utama dari sistem penerangan adalah untuk menerang jalan
bagi pengendara saat malam hari. Selain itu sistem tersebut dapat digunakan
sebagai aksesoris tambahan pada sepeda motor.
Komponen sistem penerangan lebih sederhana, yaitu baterai sebagai
sumber tegangan, saklar, sekring dan lampu/beban. Akan tetapi skema rangkaian
pada kendaraan membutuhkan pembahasan yang lebih mendalam.
Sistem penerangan terbagi menjadi dua jenis, yaitu sistem penerangan AC
dan sistem penerangan DC.
a. Sistem Penerangan AC
Sumber tegangan didapat dari alternator, sehingga arus yang digunakan
merupakan arus bolak-balik (AC). Sistem penerangan tipe AC banyak

32
Kelompok 3│SISTEM KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR
digunakan pada kendaraan tipe Cub. Sistem penerangan tipe AC mempunyai
kelemahan dimana untuk mengoperasikan lampu harus menyalakan motor
terlebih dahulu, disamping itu nyala lampu tidak stabil, sangat tergantung
kepada naik-turunnya putaran motor (rpm). Berikut ini skema rangkaiannya.

Gambar 28. Skema rangkaian sistem penerangan AC

b. Sistem Penerangan DC
Sumber tegangan diperoleh dari tegangan baterai (yang disuplay oleh sistem
pengisian), sehingga arus yang digunakan merupakan arus searah (DC).
Keuntungan sistem penerangan tipe DC :
 Lampu penerangan dapat dioperasikan walaupun motor dalam kondisi
dimatikan
 Nyala lampu terang dan stabil, tidak tergantung kepada putaran motor
(rpm)

3. Pemeriksaan dan Perawatan Komponen Sistem Pengisian dan Penerangan


a. Pemeriksaan Alternator
 Pemeriksaan tahanan kumparan pembangkit/stator Pemeriksaan dapat
dilakukan dalam keadaan stator tetap terpasang. Dengan ohm meter.

33
Kelompok 3│SISTEM KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR
.

Gambar 29. Pemeriksaan alternator


 Pemeriksaan magnet/rotor secara visual (keretakan, kotoran, kondisi
pasak/spie pada poros engkol).

Gambar 30. Pemeriksaan magnet rotor


b. Pemeriksaan dan Perawatan Baterai
 Memeriksa cairan baterai.
 Memeriksa berat jenis baterai
 Memeriksa cairan baterai

34
Kelompok 3│SISTEM KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR
c. Pemeriksaan rectifier
d. Pemeriksaan tegangan pengisian
Motor dalam kondisi hidup, dan baterai dalam kondisi terisi penuh.
Pasangkan Volt meter dan Amper meter, kemudian lakukan pengukuran.
Tegangan pengisian yang diatur : 14,0 – 16,0 V pada 5000 rpm (Arus : 0,5
A – 5 A)

Gambar 31. Pemeriksaan tegangan pengisian


e. Pemeriksaan tegangan yang diatur pada lampu kepala
Tegangan penerangan yang diatur adalah 10,5 – 14,5 V pada 5000 rpm.

Gambar 32. Pemeriksaan tegangan pada lampu kepala


f. Memeriksa hubungan terminal saklar lampu penerangan dan saklar dim
pada tiap posisi kerjanya menggunakan Ohm meter

Gambar 33. Pemeriksaan hubungan saklar lampu

35
Kelompok 3│SISTEM KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR
g. Penggantian bolam lampu
 Lepaskan tutup/batok lampu depan
 Lepaskan tutup debu bola lampu depan, dorong soket bola
 lampu dan putar berlawanan arah jarum jam dan lepaskan soket.

Gambar 34. Melepas Tutup Debu dan Soket Lampu


 Lepaskan bola lampu depan.
 Pasang bola lampu baru dengan mentepatkan tonjolannya dengan alur
pada unit lampu depan.

Gambar 35. Memasang Bola Lampu Depan


 Pasang soket bola lampu dan tutup soket bola lampu dengan tanda
“TOP” menghadap ke atas.

Gambar 36. Memasang soket bolam lampu

36
Kelompok 3│SISTEM KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR
4. Diagnose Kerusakan pada Sistem Pengisian dan Penerangan
a. Tidak ada arus listrik – Kunci kontak dalam keadaan hidup :
 Baterai mati, disebabkan oleh :
 Baterai tidak terisi
 Elektrolit baterai kering/menguap
 Kerusakan pada sistem pengisian
 Kabel baterai lepas/putus
 Sekering utama putus
b. Tenaga listrik lemah – Kunci kontak dalam keadaan hidup :
 Baterai lemah, karena :
 Elektrolit baterai kurang/Tinggi permukaan elektrolit rendah
 Muatan baterai bekurang
 Kerusakan pada sistem pengisian
 Kabel baterai longgar/kendor
c. Tenaga listrik kadang-kadang ada/tidak ada :
 Hubungan kabel baterai longgar/kendor
 Hubungan kabel sistem pengisian longgar/kendor
 Ada hubungan singkat pada sistem penerangan
d. Tenaga listrik lemah – Mesin dalam keadaan hidup :
 Baterai tidak terisi penuh, karena :
 Elektrolit baterai kurang
 Ada satu atau lebih dari sel baterai yang rusak/mati
 Kerusakan pada sistem pengisian
e. Pengisian baterai berlebihan
 Ada rangkaian terbuka atau hubungan singkat pada kabel massa
regulator/rectifier.
 Ada kelonggaran/kontak yang kurang baik pada kabel massa
regulator/rectifier.
 Regulator/rectifier rusak.

37
Kelompok 3│SISTEM KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR
f. Lampu depan tidak menyala atau bola lampu sering terbakar pada saat
mesin dihidupkan
a) Saklar lampu dan/atau lampu jauh rusak
b) Bola lampu rusak
c) Kumparan penerangan alternator rusak
d) Regulator/rectifier rusak
e) Konektor tidak terhubung dengan baik atau longgar.
g. Arah sinar lampu depan tidak berpindah ketika saklar lampu jauh ditekan
a) Bola lampu terbakar
b) Saklar lampu jauh rusak
c) Konektor tidak terhubung dengan baik atau longgar.

38
Kelompok 3│SISTEM KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Terdapat 4 sistem kelistrikan pada sepeda motor, yaitu sistem starter, sistem
pengapian, sistem pengisian dan penerangan. Keempat sistem tersebut saling berkaitan
bekerja, maka diperlukan pembahasan yang menyeluruh pada keempa sistem tersebut
Dari pembahasan tentang sistem kelistrkan sepeda motor yang telah dibahas di
atas menunujukan bahwa pembahasan pada bagian ini teramat sagat luas. Akan tetapi
pada beberapa sistem terdapat komponen-komponen yang sama dengan cara kerja yang
sama.

B. SARAN
Pembahasan dari keempat sistem kelistrikan tersebut berkutat pada komponen, cara
kerja, pemeriksaan dan perawatan, serta diagnose kerusakan. Akan tetapi seiring
berkembanganya teknologi, sistem-sistem tersebut mengalami berbagai macam
perubahan. Maka diharapkan bagi para pembaca untuk terus mencari kekurangan yang
dari apa yang telah dituliskan pada makalah ini.

39
Kelompok 3│SISTEM KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR
DAFTAR PUSTAKA

Nugraha Beni, Sistem Starter Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta


Nugraha Beni, Sistem Pengapian Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Nugraha Beni, Sistem Pengisian dan Penerangan Fakultas Teknik Universitas Negeri
Yogyakarta

40
Kelompok 3│SISTEM KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR

Anda mungkin juga menyukai