Anda di halaman 1dari 4

STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN JASA KEAGENAN (Studi Kasus PT Pos Indonesia dalam

Mengaktifkan
Agenpos)
KARTIKA NIRMALASANDY
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

PT Pos Indonesia (Persero) merupakan sebuah perusahaan ekspedisi


tertua di Indonesia yang menawarkan layanan jasa pengiriman baik surat
maupun barang serta berbagai pembayaran. Dalam perjalanan bisnisnya,
perusahaan berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini telah
mengalami dinamika yang luar biasa, mulai dari kerugian, krisis citra, hingga
isu kebangkrutan. Berbagai cara dilakukan untuk mengembalikan citra postif
perusahaan, salah satunya adalah dengan mengikut sertakan masyarakat
sebagai mitra dalam kegiatan bisnis dengan membuka sistem yang mirip
franchise berbasis teknologi bernama “Agenpos”. Dalam perkembangannya,
jumlah Agenpos yang terdaftar selalu meningkat dari tahun ke tahun. Namun,
fakta menunjukkan bahwa tidak semua Agenpos yang terdaftar tersebut aktif
beroperasi menjalankan bisnis. Situasi ini membuat perusahaan harus
mengatur strategi bagaimana membuat para Agenpos yang terdaftar tersebut
menjadi aktif kembali beroperasi.
Pandangan perusahaan mengenai strategi paling tepat dalam
mengatasi permasalahan akan pasifnya Agenpos adalah strategi berbasis
komunikasi pemasaran. Berdasarkan hasil penelitian yang didapat dengan
cara wawancara, observasi langsung di lapangan, dan sumber-sumber
dokumentasi maupun pustaka lainnya, PT Pos Indonesia menggunakan dua
macam strategi yaitu Strategi Melalui Event dan Strategi Optimalisasi
Operasi dan Outlet. Target sasaran utama atau biasa disebut target primer
yang dipilih tak lain adalah mitra atau pemilik Agenpos yang pasif.
Sementara target sekunder yang ditujukan adalah masyarakat umum sebagai
konsumen akhir (end user) yang berpotensi melakukan transaksi di Kantor
Pos atau menggunakan jasa layanan Pos. Penentuan target sekunder ini
dilakukan dengan asumsi bahwa semakin banyak masyarakat mengetahui
layanan pos maka akan berujung pada semakin banyak pula pengguna jasa
180
STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN JASA KEAGENAN (Studi Kasus PT Pos Indonesia dalam
Mengaktifkan
Agenpos)
KARTIKA NIRMALASANDY
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

layanan Pos. Sementara jika telah berhasil membuat semakin banyak


masyarakat menggunakan layanan Pos, maka pemilik Agenpos akan sadar
bahwa bisnisnya memiliki pasar yang signifikan sehingga mereka tergerak
untuk mengaktifkan Agenposnya kembali.
Untuk pesan yang dibawa, strategi komunikasi pemasaran dengan
tujuan mengaktifkan Agenpos yang mulai dilaksanakan pada tahun 2014 ini
menggunakan gaya pesan komunikasi motivatif dan informatif. Dalam
pelaksanaannya, strategi komunikasi pemasaran diwujudkan pada dipilihnya
program-program komunikasi pemasaran sebagai taktik (tactic) dari strategi
komunikasi pemasaran itu sendiri. Adapun program-program komunikasi
pemasaran tersebut antara lain adalah Event and Experiences, Personal
Selling, Sales Promotion, Advertising, Publicity, Interactive Marketing dan
Word of Mouth. Dari serangkaian program-program tersebut, didapat hasil
peningkatan jumlah Agenpos yang aktif sebesar 2% dari total keseluruhan
Agenpos yang terdaftar. Meskipun terkesan tidak terlalu signifikan, namun
apa yang telah dilakukan perusahaan telah cukup membantu mengurangi
banyaknya agen yang dihapus. Prosentase peningkatan justru dicapai oleh
pertambahan jumlah Agenpos yang terdaftar yaitu sebesar 258% dari target
yang ditentukan perusahaan. Sementara pada level pelaksana teknis, dengan
sumber data yang didapat pada Kantor Pos wilayah kerja Yogyakarta
menunjukkan bahwa strategi komunikasi pemasaran ini sangat berpengaruh
terdapat peningkatan jumlah aktifnya Agenpos yang terdaftar. Terbukti dari
jumlah keseluruhan yang terdaftar sebanyak 122 agen, tak ada satupun
Agenpos yang pasif. Fakta ini menunjukkan bahwa strategi komunikasi
pemasaran cocok diaplikasikan pada Agenpos di wilayah kerja Yogyakarta.
Sementara di wilayah lain, mengingat kecilnya prosentase peningkatan
keaktifan Agenpos dari total keseluruhan yang terdaftar di seluruh Indonesia,
pengaplikasian strategi ini belum tentu dapat sukses dilakukan. Hal membuat
peneliti menyimpulkan bahwa serangkaian strategi yang dilakukan dalam
upaya mengaktifkan Agenpos belum bisa dikatakan berhasil secara sempurna,
karena strategi belum bisa digeneralisasikan untuk cocok diaplikasikan pada

181
STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN JASA KEAGENAN (Studi Kasus PT Pos Indonesia dalam
Mengaktifkan
Agenpos)
KARTIKA NIRMALASANDY
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

seluruh wilayah persebaran Agenpos di Indonesia.


Sementara untuk tahap-tahap perencanaan hingga evaluasi strategi
yang dianalisis melalui konsep Kotler, peneliti menyimpulkan bahwa apa
yang dilakukan PT Pos Indoesia dalam memahami strategi dan
mengembangkannya sudah berhasil dilaksanakan dengan baik. Meskipun
beberapa langkah tidak secara tersurat dirumuskan dalam strategi, namun
peneliti melihat apa yang dilakukan PT Pos Indonesia telah mencakup seluruh
tahap strategi komunikasi pemasaran.
Kesimpulan peneliti dalam mengkategorikan jenis strategi komunikasi
pemasaran yang dilakukan sesuai dengan hasil temuan penelitian
menghasilkan, bahwa PT Pos Indonesia menggunakan atau mengombinasikan
dua jenis strategi secara bersamaan yaitu Pull Strategy dan Push Strategy
yang digagas oleh Chris Fill. Sementara apabila ditinjau dari pemikiran
DeLozier, strategi yang paling sesuai dengan apa yang dilakukan perusahaan
adalah jenis Product - Benefit Strategies. Kesimpulan akan jenis Pull dan
Push Strategy ini dilihat melalui target strategi yang ditentukan dan taktik
yang digunakan, sementara Product - Benefit Strategies dilihat melalui isi
pesan yang dibawa. Dengan mempelajari data dan fakta dari awal peluncuran,
perkembangan, pemecahan masalah dan strategi yang pernah dilakukan,
program Agenpos sebagai jasa keagenan berbentuk franchise dari PT Pos
Indonesia telah cukup berhasil memenuhi kriteria bisnis franchise yang
bersifat Replicable, Controllable, Sustainable, Marketable, dan Profitable,

B. SARAN
Kepada PT Pos Indonesia, terdapat beberapa saran bagi perusahaan
dari pihak mitra yang peneliti dapat dari proses wawancara, antara lain:
pertama, perusahaan/pusat diharapkan sesering mungkin melakukan
kunjungan pada Agenpos. Dengan sering melakukan kunjungan, para pemilk
Agenpos merasa diperhatikan. Kedua, optimalisasi pick up segera
direalisasikan merata ke seluruh wilayah Indonesia karena dianggap sangat
menguntungkan bagi mitra maupun konsumen. Ketiga, perusahaan diharap

182
STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN JASA KEAGENAN (Studi Kasus PT Pos Indonesia dalam
Mengaktifkan
Agenpos)
KARTIKA NIRMALASANDY
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

segera membangun solusi untuk transaksi manual dan deposit menggunakan


metode transfer Bank sehingga mitra tidak diharuskan untuk datang ke
Kantor Pos untuk menyerahkan uang deposit.
Kemudian dari peneliti pribadi, peneliti menyarankan untuk terus
mengembangkan strategi baik dari segi penjualan, komunikasi pemasaran,
optimalisasi outlet maupun strategi internal perusahaan khususnya untuk
Agenpos, agar Agenpos selalu dapat memenuhi target yang telah ditetapkan.
Untuk Iklan Above the Line berupa TVC, peneliti menyarankan agar
perusahaan dapat segera membuat dan menyebarkannya karena peneliti
menemukan bahwa kompetitor-kompetitor swasta telah mencuri start dalam
mempromosikan jasa layanannya secara gencar melalui situs video unggahan.
Kemudian untuk tahap evaluasi baik bulanan, tahunan maupun setiap
kegiatan yang dilakukan, peneliti menyarankan perusahaan untuk
melakukannya melalui riset komprehensif sehingga didapat data yang rinci
baik berupa angka dan fakta yang dapat digunakan untuk mengetahui
program komunikasi pemasaran mana yang paling efektif dilakukan maupun
sebaliknya. Jika perusahaan tidak memiliki sumber daya untuk melakukan hal
tersebut, perusahaan dapat menyewa lembaga-lembaga khusus riset diluar
perusahaan untuk membantu mengevaluasi maupun melakukan berbagai
survei terkait Agenpos.
Sementara dari sisi akademis, peneliti berharap ada penelitian
selanjutnya yang lebih mendalam membahas tentang evaluasi strategi dan
dampak dari masing-masing program-program komunikasi pemasaran. Selain
itu peneliti juga menyarankan ada penelitian lanjutan yang membahas peran
pemerintah dalam pengelolaan Agenpos mengingat posisi perusahaan PT Pos
Indonesia merupakan Badan Usaha Milik Negara yang tak lain merupakan
perusahaan tipe Public Enterprises, sementara Agenpos yang merupakan
perpanjangan tangan dari PT Pos Indonesia justru berstatus sebagai Private
Enterprises. Peneliti juga menyarankan pada peneliti selanjutnya untuk lebih
melengkapi data-data yang belum sempat dipaparkan oleh peneliti seperti
jumlah biaya dan pendapatan dalam nominal angka.

183

Anda mungkin juga menyukai