Anda di halaman 1dari 23

RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR

MINUM (RISPAM) KOTA BENGKULU

BAB VIII – RENCANA PENDANAAN DAN INVESTASI

8.1. KEBUTUHAN INVESTASI, SUMBER DAN POLA PENDANAAN.


Untuk menyelenggarakan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang ada
saat ini, masih banyak yang mengalami kesulitan dalam pendanaan untuk
pengembangan pembangunan SPAM khususnya didaerah. Selama ini,
investasi untuk pengembangan SPAM lebih bergantung pada dana dari
pemerintah pusat melalui alokasi APBN dan pinjaman luar negeri, maupun
yang bersifat hibah. Selain itu, komitmen dan prioritas pendanaan dari
Pemerintah Daerah untuk pengembangan SPAM masih sangat rendah.
Dengan semakin berkurangnya sumber dana dari pemerintah, maka
tantangan ke depan yang dihadapi adalah perlu segera dicari jalan keluar
untuk mengatasi masalah-masalah tersebut sehingga nantinya dapat
mempercepat investasi infrastruktur bidang Cipta Karya sektor Air Minum
khususnya di daerah.
Permasalahan yang umumnya dihadapi dalam pola kebijakan investasi
dalam rangka mewujudkan iklim investasi sektor air minum yang lebih
menarik, antara lain;
a) Belum adanya peraturan daerah mengenai kerja sama pemerintah
dengan swasta.
b) Proses kerjasama yang memakan waktu lama.
c) Jaminan pendapatan dari penjualan air yang masih belum jelas.
d) Perubahan kebijakan daerah yang sering terjadi.

LAPORAN AKHIR VIII-1


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR
MINUM (RISPAM) KOTA BENGKULU

e) Tarif yang masih rendah.

8.1.1. Kebutuhan Investasi.


Besarnya Perkiraan Biaya pembangunan pengembangan sistem
penyediaan air minum Kota Bengkulu yang direncanakan, masih
merupakan biaya global. Sehingga tidak tertutup kemungkinan masih
terjadi perubahan pada saat dilakukan detailisasi. Perkiraan Biaya proyek
seluruhnya adalah sebesar Rp. 149.324.892.000,-

Adapun perkiraan biaya pembangunan pengembangan sistem penyediaan


air minum Kota Bengkulu tersebut dibagi dalam tahapan program sebagai
berikut :
 Program Pembangunan SPAM Jangka Pendek (Th 2016 s/d 2017) Rp.
28.766.568.000,-
 Program Pembangunan SPAM Jangka Menengah (Th 2016 s/d 2020)
Rp.52.079.821.000,-
 Program Pembangunan SPAM Jangka Panjang (Th 2021 s/d 2030) Rp.
68.478.503.000,-

Dengan rencana pembagian alokasi sumber dana investasi dari:

 APBN-SDA Rp. 410.000.000,-


 APBN-CK Rp. 4.161.000.000,-
 APBD I Rp. 25.693.892.000,-
 APBD II Rp. 119.060.000.000,-

Selengkapnya mengenai perkiraan biaya investasi pembangunan


pengembangan sistem penyediaan air minum Kota Bengkulu dapat dilihat
pada tabel berikut :

LAPORAN AKHIR VIII-2


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR
MINUM (RISPAM) KOTA BENGKULU

LAPORAN AKHIR VIII-3


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR
MINUM (RISPAM) KOTA BENGKULU

LAPORAN AKHIR VIII-4


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR
MINUM (RISPAM) KOTA BENGKULU

8.1.2. Sumber dan Pola Pendanaan.


Dalam rangka mendapatkan gambaran kinerja penyelenggaraan SPAM
saat ini serta kebutuhan investasi yang diharapkan, diperlukan suatu
kebijakan yang berkelanjutan mengenai upaya-upaya percepatan investasi
di bidang air minum dengan menggalang berbagai sumber dana baik
pemerintah, swasta atau masyarakat, sehingga diharapkan menghasilkan
“action plan” percepatan investasi sektor air minum guna mencapai
sasaran Millenium Development Goals (MDG), sasaran kualitas pelayanan
SPAM yang disyaratkan dalam PP No.16 Tahun 2005 tentang
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dan sasaran nasional bidang
air minum.
Telah diamanatkan dalam undang-undang otonomi daerah bahwa peran
daerah dalam pendanaan dan pembiayaan pembangunan di daerah akan
semakin besar. Investasi infrastruktur di daerah cenderung memerlukan
peran pemerintah pusat yang masih dominan hal ini disebabkan oleh
kebutuhan investasi yang besar. Upaya memaksimalkan potensi sumber
dana pembangunan infrastruktur akan melibatkan pemerintah dan swasta
pada segala modus pembangunan (PP No. 1 tahun 2008).
Peran tiap stakeholders akan tergantung dari kebutuhan dan peluang yang
terjadi. Berbagi peran membutuhkan orientasi yang dapat dikonsepkan
dalam skenario pengembangan wilayah.
Atas dasar pemikiran tersebut dan untuk memenuhi kebutuhan akan
sumber pendanaan, diperlukan berbagai kajian tentang sumber-sumber
dana investasi dan alternatif-alternatif/opsi-opsi sumber pendanaan,
dengan mempertimbangkan aturan dan tata tertib yang ada. Alternatif
sumber atau opsi pendanaan tersebut adalah:
1. Internal Cash
Alternatif ini mengasumsikan bahwa semua kebutuhan investasi akan
didanai dengan keuangan dari hasil operasional. Menggunakan dana
pinjaman dari bank komersial
Alternatif ini mengasumsikan bahwa kebutuhan investasi akan ditutup
oleh pinjaman komersial hingga kondisi keuangan internal cukup untuk

LAPORAN AKHIR VIII-5


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR
MINUM (RISPAM) KOTA BENGKULU

membiayai kebutuhan investasi tersebut. Pada simulasi pinjaman


komersial ini, pinjaman diambil pada 5 (lima) tahun pertama,
kebutuhan investasi selanjutnya dipenuhi oleh keuangan internal,
dengan asumsi kinerja teknis dan keuangan seperti di atas maka
diharapkan hasil operasional perusahaan cukup mampu untuk
menutup kebutuhan biaya-biaya tersebut. Persyaratan pinjaman
komersial biasanya akan tergantung pada:
- Tingkat suku bunga komersil per tahun
- Jangka waktu pembayaran, jangka waktu pendek termasuk masa
tenggang 2 tahun, biasanya 8 – 10 tahun.
2. Mengundang investor untuk melakukan investasi dibawah program
kemitraan di kawasan potensial tertentu yang belum mampu untuk
dilayani PDAM.
Pemerintah mendorong iklim investasi yang melibatkan swasta guna
mempercepat penyediaan infrastruktur berdasarkan prinsip usaha
yang sehat. Terkait dengan kondisi tersebut, pemerintah melakukan
reformasi guna menarik minat pihak swasta, baik dari dalam maupun
luar negeri, dalam berinvestasi di sektor infrastruktur.
Melalui Kementerian Negara PPN/Bappenas, pemerintah membentuk
Pusat Kerjasama Pemerintah Swasta (PKPS) untuk memfasilitasi
terlaksananya transaksi kerjasama proyek-proyek infrastruktur antara
pemerintah dan swasta. PKPS memiliki fungsi yang penting sebagai
pusat informasi proyek infrastruktur di Indonesia, mulai dari persiapan,
kajian komersial, perencanaan, pendanaan, eksekusi, dokumentasi,
hingga evaluasi. Dengan cakupan data yang lengkap, minat investor
mendanai proyek diharapkan meningkat.
Adapun peraturan-peraturan yang mengatur kerjasama KPS dalam
pengembangan SPAM antara lain:
 PERPRES 67 Th 2005 jo. PERPRES 13 Th 2010
Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam
Penyediaan Infrastruktur Memuat antara lain:

LAPORAN AKHIR VIII-6


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR
MINUM (RISPAM) KOTA BENGKULU

 Kemudahan dan keleluasaan akses mitra Badan Usaha


 Ketegasan pembagian/ alokasi resiko investasi
 Dimungkinkan adanya jaminan Pemerintah (Pasal 17 B dan Pasal 17
C)
 Dimungkinkan adanya dukungan pemerintah (Government Support)
 Permen PU No. 12 Tahun 2010
Tentang Pedoman Kerjasama Pengusahaan Pengembangan SPAM
Memuat pedoman:
 Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
 Kerjasama BUMN/BUMD dengan Badan Usaha
 Perencanaan Proyek KPS
 Tata Cara Pelelangan KPS
Ketentuan:
 PJPK: Menteri (dapat didelegasikan kepada BPP SPAM) /Kepala
Daerah (dapat didelegasikan kepada Sekda/Kadis).
 Tugas PJPK: perencanaan, penyiapan, transaksi dan
manajemen Kerjasama.
 Daerah kerjasama: wilayah yang secara teknis belum
terjangkau pelayanan BUMN/BUMD dan belum termuat dalam
business plan PDAM.
 Lingkup kerjasama: unit air baku, unit produksi, unit distribusi,
unit pelayanan, unit pengelolaan. Lingkup yang tidak
dikerjasamakan dapat diserahkan kepada BUMN/BUMD atau
BLU.
 Bentuk kerjasama: BOT untuk seluruh pengembangan SPAM
atau bentuk kerjasama lain
 Pemilihan mitra: pelelangan sesuai peraturan perundang-
undangan.
 Prinsip: harus ada pengalihan aset hasil kerjasama kepada
Pemerintah/Pemda.

LAPORAN AKHIR VIII-7


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR
MINUM (RISPAM) KOTA BENGKULU

 Tarif : ditetapkan oleh Kepala Daerah berdasarkan Perjanjian.


3. Mengusahakan pinjaman lunak dengan jangka waktu pengembalian
minimal 15 tahun termasuk masa tenggang 5 tahun dari lembaga
keuangan internasional melalu pinjaman SLA atau rekening
Pembangunan Daerah (RPD).
4. Hibah bantuan teknis bilateral atau multilateral melalui pemerintah
pusat.
Tujuannya adalah memberikan akses sambungan air minum perpipaan
kepada masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang belum memiliki
akses sambungan air minum perpipaan dari PDAM.
Kriteria Daerah Penerima Hibah
 Pemprov atau Pemkab/Pemkot dan PDAM yang tidak mempunyai
tunggakan utang, atau PDAM yang mempunyai tunggakan utang,
namun sudah mengikuti/ sedang dalam proses Restrukturisasi
Utang.
 Tersedia kapasitas air untuk didistribusikan kepada pelanggan
baru.
Kriteria Penerima Manfaat
 MBR yang ditetapkan oleh masing – masing Kepala Daerah.
 Kriteria MBR minimal dengan acuan daya listrik yang terpasang
pada rumah tangga tersebut ≤ 1300 VA dan 50% di antara
target sasaran tersebut memiliki daya listrik ≤ 900 VA.
 Bersedia dan memenuhi persyaratan sebagai pelanggan PDAM.
Kriteria Teknis Sambungan Rumah
 Layanan SR tersebut adalah sambungan baru, yang dipasang
setelah penandatanganan NPPH.
 Spesifikasi teknis SR yang dibuat harus memenuhi standar mutu
yang berlaku di PDAM dan mengacu pada standar teknis yang
dikeluarkan oleh Kementerian PU dan SNI.
Besaran Dana Hibah
 Sampai dengan 1.000 SR = Rp. 2.000.000/ SR.

LAPORAN AKHIR VIII-8


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR
MINUM (RISPAM) KOTA BENGKULU

 Lebih dari 1.001 SR = Rp. 3.000.000/ SR.


Catatan: Jumlah Dana Hibah yang diberikan kepada Pemda maksimal
sebesar dana APBD yang telah dikeluarkan untuk kegiatan ini.
Persyaratan Mengikuti Program Hibah
 Memiliki daftar calon penerima manfaat.
 Memiliki Dokumen Pelaksanaan (DPA) paling sedikit sebesar dana
hibah untuk jumlah sambungan rumah yang direncanakan
pertahun.
 Memiliki dokumen perencanaan teknis (DED) untuk SR yang akan
dibangun.
 Bersedia untuk dilakukan verifikasi dan audit.
 Menyediakan dana operasional yang diperlukan untuk kegiatan di
masing-masing Pemda penerima hibah, termasuk untuk
operasional Pejabat Fungsional (PIU).
5. Pinjaman komersial melalui lembaga keuangan nasional atau
internasional dengan atau tanpa jaminan donor dan/atau pemerintah
pusat.
Pinjaman kepada pihak perbankan merupakan salah satu alternatif
dalam bidang pendanaan untuk percepatan pengembangan SPAM,
sumber pendanaan dengan cara fasilitas kredit investasi PDAM kepada
perbankan nasional. Pemerintah telah memberikan dukungan dengan
mengeluarkan peraturan-peraturan yang mengatur tentang pemberian
jaminan dan subsidi bunga oleh Pemerintah dalam rangka percepatan
pelayanan air minum.
Peraturan-peraturan yang mengatur tentang pinjaman kepada
perbankan untuk percepatan pengambangan SPAM antara lain:
 Perpres No. 29 Tahun 2009
Tentang Pemberian Jaminan dan Subsidi Bunga Oleh Pemerintah
Pusat dalam Rangka Percepatan Penyediaan Air Minum.

LAPORAN AKHIR VIII-9


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR
MINUM (RISPAM) KOTA BENGKULU

Dalam rangka percepatan penyediaan air minum, Pemerintah


Pusat dengan memperhatikan kemampuan keuangan negara
dapat memberikan:
 Jaminan atas pembayaran kembali kredit PDAM kepada
bank; dan
 Subsidi atas bunga yang dikenakan oleh bank. (Pasal 1)
Jaminan:
Jaminan Pemerintah Pusat adalah sebesar 70% dari jumlah
kewajiban pembayaran kembali kredit investasi PDAM yang telah
jatuh tempo, sedangkan sisanya sebesar 30% menjadi resiko bank
yang memberikan kredit investasi (Pasal 2).
Subsidi Bunga:
Tingkat bunga kredit investasi yang disalurkan bank kepada
PDAM, ditetapkan sebesar BI rate ditambah paling tinggi 5%,
dengan ketentuan:
 Tingkat bunga sebesar BI rate ditanggung PDAM; dan
 Selisih bunga di atas BI rate paling tinggi sebesar 5%
menjadi subsidi yang ditanggung Pemerintah Pusat. (Pasal 12)
 PMK No. 229 Tahun 2009
Tentang Tatacara Pelaksanaan Pemberian Jaminan dan Subsidi
Bunga Oleh Pemerintah Pusat Dalam Rangka Percepatan
Penyediaan Air Minum.
 Permen PU No. 21 Tahun 2009
Tentang Pedoman Teknis Kelayakan Investasi Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum oleh PDAM.

LAPORAN AKHIR VIII-10


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR
MINUM (RISPAM) KOTA BENGKULU

Gambar 8.1
Alur Skema Penjaminan
Ketentuan:
 Perjanjian Kredit = Bank menetapkan kriteria penilaian sesuai
ketentuan perbankan.
 Dalam rangka permohonan penjaminan pinjaman didahului
dengan umbrella agreement antara Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah dan PDAM.
 Penjaminan Pemerintah Pusat kepada Bank sebesar 70% atas
kewajiban pokok dan bunga PDAM terhadap Bank (kewajiban
yang gagal bayar).
 Pemerintah Pusat Membayar ke Bank (apabila terjadi gagal
bayar).
 Pembagian beban masing-masing 40% Pemerintah Pusat dan
30% Pemerintah Daerah atas pembayaran jaminan Pemerintah
Pusat sebesar 70%. Bagian 30% dapat dibayar dengan APBD
atau dikonversi menjadi utang Pemerintah Daerah ke
Pemerintah Pusat.
 PDAM dan Pemerintah Pusat mengadakan Perjanjian Pinjaman.
Persyaratan Pemberian Jaminan Pemerintah dan Subsidi Bunga
a Jaminan Pemerintah Pusat diberikan kepada PDAM sbb (Pasal 6):
 PDAM yang tidak mempunyai tunggakan kepada
Pemerintah Pusat wajib menunjukkan kinerja ”sehat” (Audit
Kinerja BPKP) dan melakukan penetapan tarif Full Cost
Recovery.

LAPORAN AKHIR VIII-11


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR
MINUM (RISPAM) KOTA BENGKULU

 PDAM yang mempunyai tunggakan kepada Pemerintah


Pusat diwajibkan mengikuti Program Restrukturisasi dan
mendapat persetujuan Menteri Keuangan.
b Setiap pemberian jaminan Pemerintah Pusat didahului dengan
perjanjian induk (Umbrella Agreement) antara Pemerintah Pusat
c.q Menteri Keuangan, Pemerintah Daerah dan PDAM.
c Pernyataan kesediaan Pemerintah Daerah
(Gubernur/Walikota/Bupati) wajib mendapat persetujuan dari
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan dilakukan sebelum
penandatanganan Umbrella Agreement (Pasal 5).
Untuk dokumen pendukung permohonan pemberian jaminan
pemerintah dan subsidi bunga, sekurang-kurangnya memuat:
 Konsep Perjanjian Induk (Umbrella Agreement);
 Pernyataan kesediaan Kepala Daerah untuk menanggung beban
utang 30%;
 Pernyataan kesediaan Kepala Daerah untuk pemotongan DAU dan
atau DBH;
 Persetujuan DPRD untuk pernyataan Kepala Daerah butir 2 dan
butir 3 melalui putusan sidang paripurna;
 Draftfinal perjanjian kredit;
 Konsep Surat Jaminan Pemerintah Pusat yang telah disetujui oleh
Bank Pemberi Kredit
 PDAM yang telah mengikuti restrukturisasi (Surat Persetujuan
Menkeu);
 PDAM sehat dan tarif rata-rata lebih besar dari biaya rata-rata
(berdasarkan laporan hasil audit kinerja BPKP); dan
 Rekening PDAM di Bank Pemberi Kredit.
Alternatif-alternatif tersebut diperlukan dengan memperhitungkan
keuntungan dan kerugiannya. Alternatif pertama biasanya sulit/jarang
terlaksana. Hal ini disebabkan karena pada pengembangan SPAM
memerlukan nilai investasi yang cukup tinggi.

LAPORAN AKHIR VIII-12


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR
MINUM (RISPAM) KOTA BENGKULU

Semua alternatif tersebut perlu dipertimbangkan, mengingat kondisi


kinerja PDAM sebagai operator dan daerah sebagai pemilik SPAM.
Diperlukan juga pertimbangan peraturan terkait, yaitu skema pendanaan
sistem penyediaan air minum, dimana pola investasi untuk
pengembangan pada unit air baku sampai unit produksi didanai oleh
pemerintah pusat. Unit air baku akan didanai oleh APBN pusat melalui
Direktoran Jenderal Sumber Daya Air, dan unit produksi melalui Direktorat
Jenderal Cipta Karya. Sedangkan unit distribusi didanai ioleh daerah,
dimana dari distribusi utama/primer sampai distribusi sekunder oleh APBD
I dan dari distribusi sekunder sampai tersier atau pelanggan oleh APBD II
dan atau swadaya. Secara skematik dapat dilihat pada gambar berikut:
 Unit air baku merupakan tanggung jawab pemerintah pusat (APBN)
melalui Dirjen Sumber Daya Air
 Unit produksi 30% APBN melalui Dirjen Cipta Karya
 Dan unit distribusi 25% melalui pendanaan pemerintah baik
penerusan APBN, APBD I propinsi, APBD II swadaya

Gambar 8.2.
Skema Pendanaan Sistem Penyediaan Air minum

8.2. DASAR PENENTUAN ASUMSI KEUANGAN.

LAPORAN AKHIR VIII-13


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR
MINUM (RISPAM) KOTA BENGKULU

Proyeksi keuangan di buat sebelum rencana investasi program


dilaksanakan, dengan tujuan untuk dapat menilai sampai sejauh mana
dampak dari kegiatan tersebut dapat memberikan cost recovery yang
memadai serta terciptanya kondisi likuiditas dan profitabiltas usaha
sehingga kelancaran kegiatan usaha dapat terpelihara.
Sesuai dengan sifatnya, proyeksi keuangan yang dibuat semata-mata
hanya merupakan suatu estimasi berdasarkan asumsi-asumsi tertentu.
Dengan demikian kelayakan asumsi memegang peranan yang sangat
menentukan atas keakuratan hasil proyeksi.
Asumsi-asumsi yang dipakai dalam analisa keuangan/financial adalah:
1. Jangka waktu pinjaman tidak melebihi jangka waktu perencanaan
RISPAM
2. Untuk menjaga intensitas air baku, masa kerja operasional
pendistribusian Jaringan Distribusi Utama (JDU) adalah 8 sampai 9
jam perhari.
3. Tingkat kebocoran (sampai JDU) tidak melebihi 20%
4. % Loan Disbursement adalah 2 (dua) tahap dalam 2 tahun
5. Masa tenggang pembayaran bunga dan cicilan adalah tahun 3 atau
tahun 5
6. Tingkat suku bunga adalah 8%, lebih tinggi dari tingkat bunga acuan
7. Kenaikan harga air curah mengikuti penyesuaian kenaikan tarif
yaitu 20% setiap 2 tahun mulai 2016.
8. Harga Pokok Produksi (HPP) tahun 1 antara Rp. 1.100,- sampai
dengan Rp 3.500,-
9. Tingkat penyesuaian harga pokok produksi (HPP) setiap 2 tahun
diperhitungkan 10%-20%

8.3. ANALISIS KELAYAKAN KEUANGAN.


Dalam melakukan perhitungan proyeksi keuangan konsultan akan
menyajikannya sesuai dengan analisa dan permasalahan yang telah
dikemukaan diatas, serta skenario yang telah disusun. Namun untuk lebih

LAPORAN AKHIR VIII-14


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR
MINUM (RISPAM) KOTA BENGKULU

memberikan gambaran lengkap berikut dibawah ini komponen-komponen


yang juga ikut dijadikan sebagai bahan perhitungan proyeksi keuangan.

8.3.1. Tahun Dasar Proyeksi.


Proyeksi keuangan disusun untuk kurun waktu selama 15 (Lima Belas)
tahun dengan Tahun Dasar adalah tahun 2015 dan akhir tahun proyeksi
adalah tahun 2030 sesuai dengan rencana investasi.

8.3.2. Faktor Inflasi.


Faktor inflasi yang dipergunakan untuk menilai biaya barang modal dan
biaya-biaya lainnya ditetapkan sebesar 6 % / Tahun

8.3.3. Pertumbuhan Penduduk.


Pertumbuhan penduduk sangat erat kaitannya dengan jumlah kebutuhan
Air yang korelasinya langsung terhadap kuantitas produksi air yang harus
disediakan PDAM Kota Bengkulu untuk meningkatkan jumlah pelanggan
dan perluasan cakupan pelayanan. Pertumbuhan penduduk ditetapkan
sebesar 2,85 % / Tahun.

8.3.4. Proyeksi Produksi.


Dalam hal proyeksi keuangan, proyeksi produksi air yang disusun oleh tim
teknis juga mutlak diperlukan untuk mengetahui seberapa besar potensi
sumber air baku yang ada untuk dapat memenuhi kebutuhan sesuai
dengan proyeksi keuangan. Proyeksi produksi akan mencakup hal sebagai
berikut :
 Persentase Pelayanan yang diasumsikan setiap tahun
 Jumlah Jiwa Penduduk Terlayani
 Komposisi Jumlah penduduk terlayani dalam kelompok pemakaian
air (Domestik : Sambungan Rumah dan HU ; Non Domestik :
Sambungan Komersial, Sambungan Khusus – Pelabuhan, dll)

LAPORAN AKHIR VIII-15


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR
MINUM (RISPAM) KOTA BENGKULU

 Total Proyeksi Sambungan teruraikan dalam kelompok-kelompok


pemakaian air seperti tersebut diatas.
 Total Penambahan Sambungan
 Proyeksi Produksi Air (Air Diproduksi, Air yang didistribusikan, Air
yang hilang) dalam satuan liter/detik hingga M3 / tahun.

8.3.5. Harga Dasar Air.


Harga dasar air ditetapkan berdasarkan harga rata-rata dengan membagi
antara volume air terjual dengan jumlah pelanggan tahun sebelumnya dan
diasumsikan mengalami kenaikan pada periode/tahun-tahun tertentu yang
ditetapkan dalam proyeksi.
Untuk Proyeksi Keuangan PDAM Tirta Dharma Kota Bengkulu Harga dasar
air ditetapkan Rp. 2300

8.3.6. Faktor Pengali Harga Dasar.


Dalam menyusun proyeksi keuangan, harga air/m3 berubah secara
progresif sesuai dengan blok pemakaian pada masing-masing kelompok
pelanggan, Faktor pengali ini sangat menunjang dalam hal peningkatan
pendapatan karena semakin banyak air yang digunakan oleh masing-
masing kelompok pelanggan maka harga per m3 yang harus dibayarkan
akan semakin tinggi/mahal.
Untuk Faktor Pengali atau rata-rata tertimbang ditetapkan sebesar 1,32

8.3.7. Proyeksi Penjualan.


Dari beberapa komponen tersebut diatas maka dapat disusun proyeksi
penjualan dimana pada proyeksi penjualan ini sudah tergambar jelas
proyeksi air diproduksi dan proyeksi air terjual / yang dapat didistribusikan

LAPORAN AKHIR VIII-16


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR
MINUM (RISPAM) KOTA BENGKULU

kepada pelanggan, dan dapat pula diketahui potensi pendapatan (omzet)


yang dapat diperoleh PDAM

8.3.8. Proyeksi Laba – Rugi.


Proyeksi Laba-Rugi merupakan bagian dari proyeksi keuangan yang
menyajikan tingkat keuntungan / kerugian yang diperoleh dari hasil
aktifitas operasional perusahaan dalam kurun waktu tertentu sesuai
dengan umur proyeksi yang telah ditetapkan (2016-2030)
Proyeksi Laba-Rugi diperhitungkan dengan menyajikan komponen-
komponen berikut dibawah ini :
Pendapatan
Komponen pendapatan yang dihitung dalam proyeksi adalah :
- Pendapatan Penjualan Air : Pendapatan yang diperoleh dari
penjualan air/konsumsi air pelanggan
- Pendapatan Non Air : pendapatan yang diperoleh dari komponen
rekening air yang ditagihkan kepada pelanggan yaitu : Administrasi
pelanggan, Jasa Pemasangan Sambungan, Denda, penyambungan
kembali, dan lainnya.
- Pendapatan Kemitraan
- Pendapatan Air Limbah

Biaya-biaya
Biaya-Biaya yang diperhitungkan dalam proyeksi adalah biaya-biaya yang
sama seperti biaya-biaya yang tercantum dalam laporan keuangan PDAM,
yaitu :
- Biaya Langsung : Terdiri dari Biaya Sumber Air, Biaya Pengolahan
Air, Biaya Transmisi dan Distribusi, Biaya Kemitraan, Biaya Air
Limbah.
- Biaya Tidak langsung : Terdiri dari Biaya umum dan Administrasi.
- Biaya Penyusutan Aktiva Tetap dan Inventaris

LAPORAN AKHIR VIII-17


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR
MINUM (RISPAM) KOTA BENGKULU

Pendapatan / Biaya-biaya lainnya


Pandapatan lain-lain meliputi : Pendapatan jasa giro, Deposito, dan
pendapatan lainnya diluar operasional langsung PDAM
Biaya-biaya lainnya meliputi : Biaya Administrasi Bank, Pajak bunga giro,
dan biaya-biaya lainnya yang bukan merupakan biaya non operasional
secara langsung.

8.3.9. Analisa Arus Kas (Cash Flow).


Arus Kas (Cash Flow) di tampilkan untuk mengetahui sejauhmana
pengaruh Nilai Investasi yang ditanamkan terhadap kegiatan operasional
harian untuk mencapai kondisi yang profitable (menguntungkan) atau
setidaknya full cost recovered sehingga kontinuitas usaha PDAM dapat
dipertahankan, dan sejauhmana tingkat kemampuan pengembalian atas
nilai investasi yang telah ditanamkan apabila skema investasinya
didasarkan pada pinjaman.

8.3.10. Proyeksi Keuangan


Tabel 8.2.
Asumsi Dasar Perhitungan
TEKNIS :
1 Jumlah Konsumen per Sambungan
Dengan Sambungan Langsung 5 orang/SL
Dengan Hidran Umum 100 orang/HU
2 Pemakaian Air
Dengan Sambungan Langsung 125 liter/orang/hari
Dengan Hidran Umum 30 liter/orang/hari
3 Tingkat Kebocoran 20% dari produksi
UMUM
1 1 bulan 30 hari
2 1 tahun 12 bulan
PEMBIAYAAN
Harga Kaporit 75,000 Rp/kg
Pembubuhan kaporit 7 ppm

LAPORAN AKHIR VIII-18


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR
MINUM (RISPAM) KOTA BENGKULU

2,400,
Gaji rata-rata karyawan 000 Rp/bulan
Inflasi 6.0% per tahun
Kenaikan gaji personil 10.0% per tahun
Biaya Pemeliharaan Rutin 10.0% dari biaya langsung
Penggantian Meter Tahunan (Mulai dari jumlah
2011) 10.0% sambungan
300,00
Biaya Penggantian Meter 0 rp/unit
1,500,
Biaya Pasang Sambungan Baru 000 rp/unit
Sumber : Hasil Analisa Konsultan, 2015

Tabel 8.3.
Asumsi Pendapatan
PENDAPATAN
Tarif Dasar 2013
Berdasarkan Keputusan Walikota
1 2.300 Rp/m3
Bengkulu Nomor : 1 Tahun 2011,
tanggal 12 Januari 2011
2 Faktor Tarif Rata-rata 1,14 dari tarif dasar
3 Kenaikan Tarif setiap 3 tahun
Kenaikan 3 tahun ke 1 60%
Kenaikan 3 tahun ke 2 40%
Kenaikan 3 tahun ke 3 30%
Kenaikan 3 tahun ke 4 dst 30%
Kenaikan Biaya Administrasi &
4 Pasang 20% setiap 3 tahun

LAPORAN AKHIR VIII-19


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR
MINUM (RISPAM) KOTA BENGKULU

5 Pendapatan Non Air 10% dari pendapatan


air
6 Harga Pemasangan 1.500.000 Rp/unit
7 Pajak Pendapatan/Kontribusi PAD 0% dari keuntungan

Tabel 8.4.
Struktur Tarif

LAPORAN AKHIR VIII-20


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR
MINUM (RISPAM) KOTA BENGKULU

LAPORAN AKHIR VIII-21


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR
MINUM (RISPAM) KOTA BENGKULU

LAPORAN AKHIR VIII-22


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR
MINUM (RISPAM) KOTA BENGKULU

8.3.11 Kesimpulan Analisa dan Proyeksi.


Dari hasil analisa dan perhitungan diatas dapat diketahui bahwa tingkat
pengembalian atas investasi (IRR – Internal Rate of Return) mencapai
13,22 %. Angka ini menunjukkan tingkat pengembalian yang cukup baik
bagi PDAM Kota Bengkulu karena Pengembalian nilai investasi dapat
dicapai dalam waktu kurang dari 30 (tiga puluh) Tahun dengan nilai
sekarang (Present Value) mencapai 95%. Apabila hasil analisa dan
proyeksi dikaitkan dengan rencana investasi maka proyek ini dikatakan
Layak/Dapat diterima.

LAPORAN AKHIR VIII-23

Anda mungkin juga menyukai