Anda di halaman 1dari 24

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

REPUBLIK INDONESIA

K E B I J A K A N P E M B AYA R A N K E T E R S E D I A A N
L AYA N A N D A L A M K E R J A S A M A P E M D A D E N G A N
BADAN USAHA UNTUK PENYEDIAAN
INFRASTRUKTUR DI DAERAH

Oleh:
Dr. Sumule Tumbo, SE, MM
Kasubdit Pendapatan Daerah Wilayah III

D I R E K T O R AT P E N D A PATA N D A E R A H
D I R E K T O R AT J E N D E R A L B I N A K E U A N G A N D A E R A H
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

DASAR HUKUM KPBU/KPDBU

▪ Perpres Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan


Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur;
▪ Permen PPN/Kepala Bappenas Nomor 2 Tahun 2020 tentang Perubahan
Atas Permen PPN/Kepala Bappenas Nomor 4 Tahun 2015 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam
Penyediaan Infrastruktur;
▪ Peraturan Kepala LKPP Nomor 19 Tahun 2015 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha Dalam Dalam Penyediaan Infrastruktur;
▪ Permendagri Nomor 96 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pembayaran
Ketersediaan Layanan (Availability Payment) Dalam Rangka Kerjasama
Pemerintah Daerah Dengan Badan Usaha Untuk Penyediaan Infrastruktur
di Daerah.

2
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

“Kami ingin pembiayaan “Kami ingin proyek yang


swasta yang terjangkau” layak secara finansial”

Pemerintah Investor
MENJEMBATANI PERBEDAAN:
Proses pengembangan proyek KPDBU utamanya dilakukan untuk
menemukan titik keseimbangan yang tepat antara KETERJANGKAUAN
dengan KELAYAKAN proyek. Titik keseimbangan yang tepat membantu
menjembatani perbedaan antara kebutuhan Pemerintah Daerah dan
ketertarikan Swasta.
3
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

KPDBU

Kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan Badan


Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur untuk kepentingan
umum dengan mengacu pada spesifikasi yang telah
ditetapkan sebelumnya oleh Kepala Daerah selaku
Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK), yang
sebagian atau seluruhnya menggunakan sumber daya
Badan Usaha dengan memperhatikan pembagian risiko di
antara para pihak.
4
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

TUJUAN KPDBU

➢ Mencukupi kebutuhan pendanaan secara berkelanjutan dalam


Penyediaan Infrastruktur melalui pengerahan dana swasta;
➢ Mewujudkan Penyediaan Infrastruktur yang berkualitas, efektif, efisien,
tepat sasaran, dan tepat waktu;
➢ Menciptakan iklim investasi yang mendorong keikutsertaan Badan Usaha
dalam Penyediaan Infrastruktur berdasarkan prinsip usaha secara sehat;
➢ Mendorong digunakannya prinsip pengguna membayar pelayanan yang
diterima, atau dalam hal tertentu mempertimbangkan kemampuan
membayar pengguna; dan/atau;
➢ Memberikan kepastian pengembalian investasi Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur melalui mekanisme pembayaran secara berkala
oleh pemerintah kepada Badan Usaha.

5
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

PRINSIP KPDBU

➢ Kemitraan, yakni KPDBU dilakukan berdasarkan ketentuan PUU dan persyaratan yang
mempertimbangkan kebutuhan kedua belah pihak;
➢ Kemanfaatan, yakni Penyediaan Infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah dengan
Badan Usaha untuk memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat;
➢ Bersaing, yakni pengadaan mitra kerjasama Badan Usaha dilakukan melalui tahapan
pemilihan yang adil, terbuka, dan transparan, serta memperhatikan prinsip persaingan
usaha yang sehat;
➢ Pengendalian dan pengelolaan risiko, yakni kerja sama Penyediaan Infrastruktur dilakukan
dengan penilaian risiko, pengembangan strategi pengelolaan, dan mitigasi terhadap risiko;
➢ Efektif, yakni kerja sama Penyediaan Infrastruktur mampu mempercepat pembangunan
sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan pengelolaan dan pemeliharaan infrastruktur;
dan
➢ Efisien, yakni kerja sama Penyediaan Infrastruktur mencukupi kebutuhan pendanaan secara
berkelanjutan dalam Penyediaan Infrastruktur melalui dukungan dana swasta.

6
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

JENIS PROYEK INFRASTRUKTUR YANG DI-KPBU-KAN


1. infrastruktur transportasi;
2. infrastruktur jalan;
3. infrastruktur sumber daya air dan
11. infrastruktur konservasi energi;
irigasi; 12. infrastruktur Fasilitas Perkotaan;
4. infrastruktur air minum; 13. Infrastruktur fasilitas pendidikan;
5. infrastruktur sistem pengelolaan air 14. infrastruktur fasilitas sarana dan
limbah terpusat; prasarana olahraga, serta
6. infrastruktur sistem pengelolaan air kesenian;
limbah setempat; 15. infrastruktur kawasan;
7. infrastruktur sistem pengelolaan 16. infrastruktur pariwisata;
persampahan; 17. infrastruktur kesehatan;
8. infrastruktur telekomunikasi dan 18. infrastruktur lembaga
informatika; pemasyarakatan; dan
9. infrastruktur ketenagalistrikan; 19. infrastruktur perumahan rakyat.
10. infrastruktur minyak dan gas bumi
dan energi terbarukan;
Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis infrastruktur ekonomi dan infrastruktur sosial lainnya Pasal 5 ayat (2) dan ayat (5)
ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Perpres 38/2015
perencanaan pembangunan nasional. 7
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

MANFAAT DAN KONSEKUENSI KPBU/KPDBU

Manfaat untuk PJPK


▪ Meningkatkan kapasitas penyediaan infrastruktur
▪ Mengurangi kompleksitas pelaksanaan konstruksi, operasi, dan pemeliharaan
proyek
▪ Manfaat Value for Money (VfM) meningkatkan efektivitas pelayanan publik, dalam arti
pelayanan yang diberikan tepat sasaran, meningkatkan kesadaran akan uang publik
(public cost awareness) utk pelaksanaan akuntabilitas publik.
▪ PJPK dapat lebih fokus ke regulasi dan penataan
▪ Pembagian risiko

Konsekuensi untuk PJPK

▪ Proses pengembangan yang panjang dan kompleks


▪ Komitmen anggaran dalam jangka waktu panjang (sepanjang umur proyek
KPBU/KPDBU)
▪ Dibutuhkannya penguatan proses monitor dan evaluasi terhadap kinerja
Badan Usaha Pelaksana

PJPK: Penanggungjawab Proyek Kerjasama/KDH (tidak didelegasikan)


8
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

Proses Bisnis Pengembangan


KPDBU Sederhana

Pengembangan

Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3

PERENCANAAN PERSIAPAN TRANSAKSI

Tahap 6
Tahap 5 Tahap 4
PENGAKHIRAN &
OPERASI KONSTRUKSI
SERAH TERIMA

9
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

Lanjutan…

Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3

PERENCANAAN PERSIAPAN TRANSAKSI

1. Identifikasi dan Seleksi 1. Kajian Awal Prastudi 1. Penjajakan Minat


KPDBU Kelayakan (Outline Pasar (Market
2. Penganggaran Busines Case atau Sounding)
3. Pembentukan Tim “OBC”) 2. Penetapan lokasi
KPDBU 2. Kajian Akhir Prastudi 3. Pra-kualifikasi
4. Studi Pendahuluan Kelayakan (Final 4. Proses Lelang dan
5. Konsultasi Publik Business Case atau Penetapan Pemenang
“FBC”) 5. Penandatanganan
3. Rencana Dukungan Perjanjian
Pemerintah 6. Pemenuhan
4. Rencana Jaminan Pembiayaan.
Pemerintah
5. Pengadaan Tanah
6. Market Sounding
7. Pertimbangan
Mendagri/Gubernur

1
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

PEMBAYARAN KETERSEDIAAN LAYANAN DALAM RANGKA


KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN BADAN USAHA
DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DI DAERAH
SESUAI DENGAN
PERMENDAGRI NOMOR 96 TAHUN 2016

11
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

AVAILABILITY PAYMENT (AP)

▪ Dibayarkan oleh Pemda kepada Badan Usaha berdasarkan ketersediaan


layanan yg dibangun oleh Badan Usaha.
▪ Berbeda dengan tarif, pembayaran dalam skema AP dilakukan
berdasarkan evaluasi kinerja Badan Usaha.
▪ Mencapai Value for Money (VFM)/Nilai Manfaat Uang yang tinggi untuk
layanan publik yang berkualitas.
▪ VFM sebagai “kombinasi optimal dari keseluruhan biaya life-cycle dan
kualitas atau kesesuaian fungsi barang/jasa dalam memenuhi kriteria
pengguna.
▪ Sebagai metode dalam penyediaan layanan publik yang berkualitas yang
pada saat bersamaan dapat menekan beban finansial dari sektor publik.

12
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

TUJUAN PERTIMBANGAN MENDAGRI/GUB

1. Kesesuaian KPDBU

Untuk meneliti dan menilai kesesuaian dokumen rencana kegiatan KPDBU dengan
RPJMD, RKPD, KUA dan PPAS.

2. Kelayakan Kemampuan Keuangan Daerah

Untuk meneliti dan menilai kelayakan kemampuan keuangan daerah pada tahapan studi
awal atau Outline Business Case (“OBC”) dan studi penyiapan atau Final Business Case
(“FBC”)

13
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

Manfaat AP Bagi Pemda


•Tidak
f ada pembayaran selama ➢ AP dibayarkan untuk penyediaan jasa layanan.
Konstruksi ➢ PJPK tidak perlu membayar biaya konstruksi.

Pembayaran bersifat jangka AP dibayarkan selama periode operasi (30 s.d 50 Tahun).
panjang Sehingga dapat mengatasi keterbatasan fiskal daerah

Pembayaran dilakukan untk ➢ Jumlah pembayaran setiap tahun disesuaikan dengan


perjanjian kontrak.
penyediaan jasa layanan ➢ Jumlah AP disesuaikan terhadap inflasi.
Struktur Pembayaran AP Jumlah AP meliputi:
Jumlah a) Design dan Konstruksi
(Rp) b) Operasi dan Pemeliharaan
c) Bunga pembayaran ke Bank
d) Profit untuk Badan Usaha

Jumlah AP

Waktu

Periode Operasi (15 Tahun


Periode Konstruksi (3 Tahun)

14
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

Perbedaan Skema Konvensional (APBD) dengan AP


Konvesional (APBD) AP

Penganggaran dan Dipecah dalam beberapa Kegiatan Hanya Satu


Kontraktual (Design, Konstruksi, Operasi, (KPDBU/Kontrak AP)
Pemeliharaan)
Jangka Waktu 1. Konstruksi : a. 1 Tahun Anggaran 1. Sesuai Perjanjian/kontrak
b. Tahun Jamak/Multiyears

2. Pemeliharaan (setiap Tahun) 2. Pemeliharan oleh Badan Usaha

Beban Risiko Publik Bersama

Sumber Pendaanan
untuk Konstruksi Publik Badan Usaha

Pembayaran (Tahunan) Jumlah Jumlah


(Rp) (Rp) Relatif datar
Berat di Awal (Sesuai kontrak 30 s.d 50 thn)

Waktu Waktu

Konstruksi Operasi Konstruksi Operasi


15
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

➢ PJPK menganggarkan dana Pembayaran Ketersediaan


Layanan dalam APBD.
➢ Dana Pembayaran Ketersediaan Layanan dilakukan secara
PEMBAYARAN berkala pada setiap tahun anggaran selama jangka waktu
yang diatur dalam perjanjian KPDBU dan dianggarkan dalam
KETERSEDIAAN APBD pada kelompok belanja langsung serta diuraikan pada
jenis, objek dan rincian objek belanja barang dan jasa pada
SKPD berkenaan.

➢ Pelaksanaan anggaran dimulai dengan penyusunan


Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat
Daerah (DPA-SKPD) dan Surat Penyediaan Dana.
➢ Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah berkenaan
PELAKSANAAN menyusun DPA-SKPD untuk Pembayaran Ketersediaan
ANGGARAN Layanan setelah Peraturan Daerah tentang APBD dan
Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD
ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan

16
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

Pasal 34 Permendagri Nomor 96 Tahun 2016

➢ Bupati/Walikota menyampaikan dokumen rencana KPDBU


yang memuat antara lain hasil studi awal atau Outline
Business Case (OBC) dan studi penyiapan atau Final
Business Case (FBC) serta proyeksi penghitungan
pembayaran ketersediaan layanan kepada Gubernur untuk
mendapatkan pertimbangan.

➢ Pertimbangan sebagaimana dimaksud dilakukan untuk


meneliti dan menilai kesesuaian rencana kegiatan KPDBU
dengan RPJMD, RKPD, KUA dan PPAS, kelayakan kemampuan
keuangan daerah pada tahapan studi awal atau Outline
Business Case (OBC) dan studi penyiapan atau Final Business
Case (FBC). 17
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

Dokumen-Dokumen Utama yang Dibutuhkan


untuk Pengajuan Pertimbangan AP

Neraca pada Perda Pelaksanaan


1 SK Tim KPBU/Simpul KPDBU 2 Pertanggungjawaban Keuangan Daerah
selama 3 (tiga) tahun terakhir

Kerangka acuan kegiatan KPDBU, yaitu


Dokumen-dokumen Perencanaan (a.l.
3 RPJPD, RPJMD, RKPD, KUA-PPAS) 4 Draf OBC/OBC Akhir dan Draf
FBC/FBC Akhir

Pernyataan tidak mempunyai tunggakan


5 Rencana keuangan KPDBU 6 atas pengembalian pinjaman yang
berasal dari Pemerintah

Perbandingan total pembayaran AP dan


Perhitungan rasio kemampuan total pinjaman tidak melebihi 75% (tujuh
7 keuangan daerah untuk memenuhi 8 puluh lima persen) dari jumlah
kewajiban Tahun I AP baru penerimaan umum APBD tahun
sebelumnya

1
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

STRUKTUR APBD
1. Pendapatan Daerah
2. Belanja Daerah
a. Belanja Tidak Langsung
1) Belanja Pegawai
2) Belanja Bunga Penganggaran
3) Belanja Subsidi untuk Availability
4) Belanja Hibah Payment (AP)
5) Belanja Bantuan Sosial
melalui belanja,
sesuai karakterisitik
6) Belanja Bagi Hasil
untuk jasa layanan
7) Bantuan Keuangan
8) Belanja Tak Terduga
b. Belanja Langsung:
1) Belanja Pegawai
2) BELANJA BARANG DAN JASA
3) BELANJA MODAL
3. Pembiayan Daerah (Investasi) ........ ? 19
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

Penyusunan Anggaran AP
Diusulkan
(berdasarkan kewenangan)

Pemerintah Prov Pemerintah Kab/Kota

SKPD SKPD

APBD Provinsi APBD Kab/Kota

Akun belanja

Kelompok Belanja Langsung, diuraikan pada jenis, objek belanja


barang dan Jasa berkenaan
(pembayaran atas ketersediaan jasa layanan rumah sakit/jalan...) 20
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

Pelaksanaan Anggaran

▪ Pelaksanaan pembayaran AP wajib dialokasikan


oleh PJPK berdasarkan perjanjian KPDBU dalam
Perda tentang APBD dan Perkada tentang
Penjabaran APBD.
▪ Pelaksanaan pembayaran AP yang dialokasikan
oleh PJPK wajib disetujui oleh DPRD selama masa
perjanjian KPDBU.

21
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

KETENTUAN LAIN-LAIN

BUMD
selaku
PJPK ▪ Direksi BUMD dapat bertindak sebagai PJPK.

▪ Dalam hal Direksi BUMD sebagai PJPK, pembayaran AP


untuk penyediaan infrastruktur di daerah dilaksanakan
berdasarkan perjanjian kerjasama.

▪ Pendanaan pengadaan tanah dapat bersumber dari


BUMD atau dari Badan Usaha Pelaksana melalui
kerjasama dengan BUMD yang bersangkutan.

▪ Pengaturan BUMD dalam skema KPDBU untuk


penyediaan infrastruktur di daerah lebih lanjut
berpedoman pada peraturan perundang-undangan di
bidang pengelolaan keuangan daerah.

22
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

Hal-hal Teknis Yang Menjadi


Perhatian Dalam Pemberian AP

➢ Availibility Payment dalam kerangka KPDBU diharapkan mampu mengatasi


keterbatasan kemampuan fiskal daerah dan menyediakan layanan yang
berkualitas.
➢ Mendorong digunakannya prinsip pengguna membayar pelayanan yang diterima,
atau dalam hal tertentu mempertimbangkan kemampuan membayar pengguna;
➢ Memberikan kepastian pengembalian investasi Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur melalui AP.
➢ Minat Badan Usaha atau Swasta bekerjasama dengan pemerintah daerah
melalui KPDBU menjadi tinggi, apabila daerah dapat memberikan jaminan
bahwa tidak ada hambatan dalam pembayaran setiap tahun, tidak tergantung
pada political will & dampak Pemilukada.
➢ Untuk kepastian pelaksanaan program dan kegiatan melalui skema Availibility
Payment KPDBU agar dituangkan ke dalam dokumen perencanaan
(RPJMD, RKPD serta KUA-PPAS dll).

23
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai