Alloh aza wa jalla telah memuliakan beberapa tempat atas tempat-tempat lainnya, sebagaimana Alloh
azza wa jalla telah memuliakan Kota Mekkah dan Madinah lebih mulia daripada tempat-tempat lain di
muka bumi ini.
Alloh azza wa jalla telah memuliakan sebagian individu atas individu-individu yang lainnya,
sebagaimana memuliakan sebagian nabi atas sebagian yang lainnya.
Dan dijadikan untuk sebagian makhluk kemuliaan atas makhluk-makhluk lainnya.
Termasuk apa yang diharamkan karena merupakan pohon adalah pohon bidara.
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
: قاطع السدر ييصُووبّ ا رأسه في النار
”Pemotong pohon bidara Alloh akan menunjuk kepalanya di neraka.
HR Al-Baihaki di dalam As-sunan Al-kubro, dan Syaikh al-Albani rohimahulloh menshohihkannya
dalam Shohihul Jami’
Ibnu Katsir dalam huraiannya apabila menafsirkan Surah Al Baqarah Ayat 102 berkaitan Syaitan yang
memfitnah Nabi Allah Sulaiman bahawa baginda menggunakan Sihir bukan Mukjizat meriwayatkan
bahwa yang paling bermanfaat dalam menghilangkan pengaruh sihir adalah dengan menggunakan apa
yang diturunkan Allah s.w.t. kepada RasulNya untuk menghilangkan hal itu yaitu membaca al-
muawwidzatian (al-Falaq dan an-Nas) dan Ayat Kursi kerana ayat-ayat itu dapat mengusir syaitan.:
Al Qurtubi menceritakan daripada Wahab untuk mengubati Sihir: “ Diambil 7 helai daun bidara
ditumbuk halus lalu dicampurkan air dan dibacakan Ayat Kursi dan diberi minum pada orang yang
terkena sihir tiga kali teguk dan baki airnya diguna untuk mandi ,Insya Allah akan hilang sihirnya”.
“Dan diutamakan membaca Qul A’uzubil Falak ,Qul A’uzubirabinnas juga ditambah Ayat Kursi kerana
ayat-ayat itu dapat mengusir Syaitan.”
( Tafsir Ibn Katsir Jilid Satu Terjemahan Singkat Halaman 171)
( Tafsirul QuranilAzim Juz: 1 halaman 372 )
Ummu ‘Athiyyah Rodhiyallohu ‘Anha berkata, “Nabi Shollallohu Alaihi Wa sallam pernah menemui
kami sedangkan kami kala itu tengah memandikan puterinya (Zainab), lalu Beliau bersabda:
‘Mandikanlah dia tiga, lima, (atau tujuh) kali, atau lebih dari itu. Jika kalian memandang perlu, maka
pergunakan air dan daun bidara. (Ummu ‘Athiyyah berkata, ‘Dengan ganjil?’ Beliau bersabda, ‘Ya.’)
dan buatlah di akhir mandinya itu tumbuhan kafur atau sedikit darinya.”
(H.R. al Bukhori 3/99-104, Muslim 3/47-48, Abu Dawud 2/60-61, an Nasa-i 1/266-267, at Tirmidzi
2/130-131, Ibnu Majah 1/445, Ibnul Jarud 258-259, Ahmad 5/84-85, 4076-4078, Syaikh al Albani –
Hukum dan Tata Cara Mengurus Jenazah hal 130-131).
‘Aisyah secara marfu’, “Salah seorang di antara kalian (wanita haidh) mengambil air yang dicampur
dengan daun bidara lalu dia bersuci dan memperbaiki bersucinya. Kemudian dia menuangkan air di
atas kepalanya seraya menggosoknya dengan gosokan yang kuat sampai air masuk ke akar-akar
rambutnya, kemudian dia menyiram seluruh tubuhnya dengan air. Kemudian dia mengambil secarik
kain yang telah dibaluri dengan minyak misk lalu dia berbersih darinya.” ‘Aisyah berkata, “Dia
mengoleskannya ke bekas-bekas darah.” (H.R. Muslim no. 332 dari ‘Aisyah)
3.Daun Bidara Dan Ruqyah
Ulama Wahab bin Munabih menyarankan untuk menggunakan tujuh lembar bidara yang dihaluskan.
Kemudian dilarutkan dalam air dan dibacakan ayat Kursi, surat al Kafirun, al Ikhlash, al Falaq dan an
Naas. (Boleh juga dibacakan ayat-ayat al-Qur’an lainnya) Lalu dipergunakan untuk mandi atau
diminum. (lihat Mushannaf Ma’mar bin Rasyid 11/13).
Menumbuk tujuh helai daun pohon Sidr (daaun bidara) hijau di antara dua batu atau sejenisnya, lalu
menyiramkan air ke atasnya sebanyak jumlah air yang cukup untuk mandi dan dibacakan di dalamnya
ayat-ayat al Qur-an.
Setelah membacakan ayat-ayat tersebut pada air yang sudah disiapkan tersebut, hendaklah dia
meminumnya sebanyak tiga kali, dan kemudian mandi dengan menggunakan sisa air tersebut. Dengan
demikian, insya Allah penyakit (sihir) akan hilang. Dan jika perlu, hal itu boleh diulang dua kali atau
lebih, sehingga penyakit (sihir) itu benar-benar sirna. Hal itu sudah banyak dipraktekkan, dan dengan
izin_Nya,Allah memberikan manfaat padanya. Pengobatan tersebut juga sangat baik bagi suami yang
tidak bisa berhubungan badan karena terkena sihir.
Buah bidara dari kultivar unggul dapat dimakan dalam keadaan segar, atau diperas menjadi minuman
penyegar, juga dikeringawetkan, atau dibuat manisan. Di Asia Tenggara, buah yang belum matang
dimakan bergaram. Pernah dilaporkan bahwa buah bidara juga direbus dan menghasilkan sirop.
Di Indonesia, daun mudanya diolah sebagai sayuran; daun-daunnya dapat pula dijadikan pakan. Di
India, pohon bidara merupakan salah satu dari beberapa jenis tanaman yang digunakan untuk
pemeliharaan serangga lak; ranting-ranting yang terbungkus oleh sekresi serangga itu dipungut untuk
diproses menjadi sirlak. Kulit kayu dan buahnya menghasilkan bahan pewarna. Kayunya berwarna
kemerahan, bertekstur halus, keras, dan tahan lama, dan digunakan sebagai kayu bubut, alat rumah
tangga, dan alat-alat lain. Buah, biji, daun, kulit kayu, dan akarnya berkhasiat obat, terutama untuk
membantu pencernaan dan sebagai tapal untuk luka. Di Jawa, misalnya, kulit kayunya digunakan
untuk menyembuhkan gangguan pencernaan, sedangkan di Malaysia bubur kulit kayunya dapat
dimanfaatkan untuk obat sakit perut.
Bidara acap dipertukarkan identitasnya dengan bidara cina (Ziziphus zizyphus; sinonim Z. jujuba
Miller, Z. vulgaris Lamk.).Sebutan yang sekarang ini sering kita dengar dengan panggilan Daun Bidara
cina adalah karena Bidara yang terakhir ini dibudidayakan di Cina bagian utara.Dan di Indonesia orang
menyebut daun bidara dengan sebutan bidara cina karena juga dalam sebuah sumber ada suatu daerah
yang disitu banyak tinggal orang keturunan cina dan menanam daun bidara.Daerah tersebut pun kini
dinamakan daerah Bidaracina.
a. Ambil daun bidara pada bilangan ganjil, paling sedikit 7 lembar daun, taruh di penggilingan/cobek
dan tumbuklah hingga halus (dicampur sedikir air)
c. Atau dicampur dan diaduk dalam seember air untuk buat mandi
d. Bisa juga di tambah air hujan, ambil air hujan lansung dari atas memakai wadah yang besar
e,Untuk sakit asam urat dan kolestrol, persendiaan ngilu lebih baik di tambah garam beryodium.
jangan lupa sebelum dibuat mandi atau diminun bacakan dulu ayat-ayat ruqyah. Jika dibuat untuk
mandi lebih afdhol air daun bidara ditaruh di bateup dan pasien berendam selama 10 menit atau jika
tidak ada pada bilasan pertama gunakan air daun bidara lalu gosok-gosok ketubuh dan diamkan selama
5 menitan lalu biilasan kedua gunakan air biasa dan sabun mandi.
Sobat Dharma semua,dalam artikel sebelumnya dalam blog ini sudah di posting mengenai Tata cara
ruqyah. Sebagaimana tuntunan Nabi SAW,ruqyah adalah methode pengobatan yang di anjurkan bila
kita mengalami ganguan penyakit non medis.Nah dalam kaitan ruqyah pula daun bidara ini di
postingkan dalam blog ini.Dalam beberpa hadits daun Bidara adalah salah satu jenis tumbuhan yang
bisa digunakan untuk membantu dalam pengobatan ruqyah syar’iyyah (ruqyah yang sesuai syari’at
Islam). Daun bidara juga bisa digunakan untuk bersuci wanita yang sedang haidh. Daun bidara juga
digunakan untuk campuran air memandikan jenazah. Daun bidara juga biasa digunakan untuk sayur,
dan pakan ternak.
Setelah membacakan ayat-ayat tersebut pada air yang sudah disiapkan tersebut, hendaklah dia
meminumnya sebanyak tiga kali, dan kemudian mandi dengan menggunakan sisa air tersebut. Dengan
demikian, insya Allah penyakit (sihir) akan hilang. Dan jika perlu, hal itu boleh diulang dua kali atau
lebih, sehingga penyakit (sihir) itu benar-benar sirna. Hal itu sudah banyak dipraktekkan, dan dengan
izin_Nya,Allah memberikan manfaat padanya. Pengobatan tersebut juga sangat baik bagi suami yang
tidak bisa berhubungan badan karena terkena sihir.
Sobat Dharma semua,setelah mengetahui misteri dan khasiat daun bidara,dalam postingan ini sekaligus
meng informasikan bahwa mulai saat ini Dharma Sehatsudah menyediakan Serbuk Bidara
Cina.Serbuk bidara cina di ambil dari exstra daun bidara cina, insya Allah bermanfaat untuk
membantu mengatasi berbagai macam penyakit ganguan Jin seperti :Santet.guna-guna, pelet, teluh,
guna-guna, sihir dan lain-lain.Serbuk extrak daun bidaracina sangat cocok untuk Ruqyah
Serbuk Extrak bidara cina siap digunakan untuk membantu penobatan therapi ruqyah.Serbuk extrak
bidara cina ini cara penggunaannya adalah digunakan untuk mandi.
( غأغفغتيغمايرونغهي غعغلىَ غما يغغرىَ * غولغقغغد غرآَهي نغغزلغةة أيغخغرىَ * إعنغد إسغدغرإة اغليمغنتغغهىَ * إعنغدغها غجننةي اغلغمأغغوىَ * إإغذ يغغغغشىَ السسغدغرةغ غما يغغغغشىَ * غما غزا غ
َت غربسإه اغليكغبغرى
صُير غوغما طغغغىَ * لغقغغد غرغأىَ إمغن آَغيا إ
) اغلبغ غ
“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang
lain. (yaitu) di Sidratil Muntaha . Di dekatnya ada syurga tempat tinggal, . (Muhammad melihat
Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (muhammad)
tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah
melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar”. (QS. An-Najm : 13-15)
Imam Al-Bukhori dan Muslim telah meriwayatkan dari hadits Anasrodhiyallohu ‘anhu dari
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam dalam kisah Isro’ dan Mi’roj, Beliau bersabda: ”kemudian
Jibril membawaku sampai di Sidrotul Muntaha, yang sedang diliputi sesuatu yang saya tidak
mengetahuinya”. Dia berkata: “kemudian memasuki surga dan melihat didalamnya kubah-kubah yang
terbuat dari mutiara dan tanahnya kasturi”.
Dalam riwayat lainnya: “Diperlihatkan kepadaku Sidrotul Muntaha , buahnya seperti tempayan besar,
daunnya seperti telinga gajah, dan di pangkalnya ada 4 sungai: dua sungai bathin, dua sungai dhohir,
maka aku bertanya kepada Jibril, maka dia menjawab: adapun dua sungai yang bathin di surga dan dua
sungai yang dhohir adalah sungai Nil dan sungai Eufrat.
1. Dalam Surat Al-Waqi’ah tentang kelompok kanan dari penghuni surga berada di bawah
pohon bidara yang tidak berduri.
Alloh azza wa jalla berfirman:
“Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. Berada di antara pohon bidara
yang tidak berduri, dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya), dan naungan yang terbentang
luas,dan air yang tercurah, dan buah-buahan yang banyak,”QS. al-Waqi’ah (56) : 27-32
Dalam tafsir disebutkan pohon bidara yang dimaksud adalah yang telah dihilangkan durinya ataupun
buahnya yang lebat, demikian pendapat Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhuma.
Berkata Ibnu Katsir rohimahulloh setelah menukil beberapa pendapat (tentang pohon bidara dalam
ayat tersebut): Dhohirnya yang dimaksud adalah pohon bidara di dunia banyak durinya dan sedikit
buahnya, adapun di akhirat kebalikannya, tidak ada durinya dan buahnya banyak.
1. Dalam Surat Saba ketika mengabarkan tentang kisah Negeri Saba
Alloh subhanahu wa ta’alla berfirman:
( ضوا فغأ غغرغسغلغنا غعلغغيِإهغم غسغيِغل اغلغعإرإم غوبغندغلغنايهم بإغجننتغغيِإهغم غجننتغغيِإن غذغواغتىَ أييكةل غخغمةط غوأغغثةل غوغشغيةء سمن إسغدةر قغإليِةل
) فغأ غغعغر ي
Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti
kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl
dan sedikit dari pohon Bidara (QS. Saba :16)
Ummu ‘Athiyyah RodhiyaLLOOHU ‘Anha berkata, “Nabi ShollaLLOOHU ‘Alaihi Wa sallam pernah
menemui kami sedangkan kami kala itu tengah memandikan puterinya (Zainab), lalu Beliau bersabda,
‘Mandikanlah dia tiga, lima, (atau tujuh) kali, atau lebih dari itu. Jika kalian memandang perlu, maka
pergunakan air dan daun bidara. (Ummu ‘Athiyyah berkata, ‘Dengan ganjil?’ Beliau bersabda, ‘Ya.’)
dan buatlah di akhir mandinya itu tumbuhan kafur atau sedikit darinya.”
{H.R. al Bukhori 3/99-104, Muslim 3/47-48, Abu Dawud 2/60-61, an Nasa-i 1/266-267, at Tirmidzi
2/130-131, Ibnu Majah 1/445, Ibnul Jarud 258-259, Ahmad 5/84-85, 4076-4078, Syaikh al Albani –
Hukum dan Tata Cara Mengurus Jenazah hal 130-131}
pada kenyataannya penduduk jawa kuno/zaman dahulu sangat dekat dengan dunia mistik seperti ilmu
yang cenderung negatif/prewangan /ilmu hitam,susuk yang beraneka macam, maka biasanya orang
meninggal dimandikan dengan air daun kelor dan air daun bidara dengan tujuan di samping anjuran
Nabi (dimandikan daun bidara) ada manfaat yang lain, jiaka orang yang mati itu memiliki ilmu hitam
atau susuk emas atau lain nya supaya luntur/punah dan netral sehingga tidak mendapat masalah di
alam barzah (orang meninggal tidak boleh membawa harta benda seperti emas dll)
‘Aisyah secara marfu’, “Salah seorang di antara kalian (wanita haidh) mengambil air yang dicampur
dengan daun bidara lalu dia bersuci dan memperbaiki bersucinya. Kemudian dia menuangkan air di
atas kepalanya seraya menggosoknya dengan gosokan yang kuat sampai air masuk ke akar-akar
rambutnya, kemudian dia menyiram seluruh tubuhnya dengan air. Kemudian dia mengambil secarik
kain yang telah dibaluri dengan minyak misk lalu dia berbersih darinya.” ‘Aisyah berkata, “Dia
mengoleskannya ke bekas-bekas darah.” (H.R. Muslim no. 332 dari ‘Aisyah)