Anda di halaman 1dari 14

BIDARA (SIDR) :POHON YANG MEMPUNYAI KEHORMATAN/KEMULIAN

Alloh aza wa jalla telah memuliakan beberapa tempat atas tempat-tempat lainnya, sebagaimana Alloh
azza wa jalla telah memuliakan Kota Mekkah dan Madinah lebih mulia daripada tempat-tempat lain di
muka bumi ini.
Alloh azza wa jalla telah memuliakan sebagian individu atas individu-individu yang lainnya,
sebagaimana memuliakan sebagian nabi atas sebagian yang lainnya.
Dan dijadikan untuk sebagian makhluk kemuliaan atas makhluk-makhluk lainnya.
Termasuk apa yang diharamkan karena merupakan pohon adalah pohon bidara.
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
: ‫قاطع السدر ييصُووبّ ا رأسه في النار‬
”Pemotong pohon bidara Alloh akan menunjuk kepalanya di neraka.
HR Al-Baihaki di dalam As-sunan Al-kubro, dan Syaikh al-Albani rohimahulloh menshohihkannya
dalam Shohihul Jami’

Pohon bidara terdapat dalam Al-Qur’an di banyak tempat, di antaranya


1. Dalam Surat An-Najm yang menceritakan kisah Mi’roj nya Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam,
beliau melihat Malaikat Jibril dalam bentuk aslinya dimana Jibril mempunyai 600 sayap.
Alloh azza wa jalla berfirman:
(‫غ‬ ‫أغفغتيغمايرونغهي غعغلىَ غما يغغرىَ * غولغقغغد غرآَهي نغغزلغةة أيغخغرىَ * إعنغد إسغدغرإة اغليمغنتغغهىَ * إعنغدغها غجننةي اغلغمأغغوىَ * إإغذ يغغغغشىَ السسغدغرةغ غما يغغغغشىَ * غما غزا غ‬
َ‫ت غربسإه اغليكغبغرى‬‫صُير غوغما طغغغىَ * لغقغغد غرغأىَ إمغن آَغيا إ‬
‫) اغلبغ غ‬
“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu
yang lain. (yaitu) di Sidratil Muntaha . Di dekatnya ada syurga tempat tinggal, . (Muhammad
melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya
(muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya.
Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling
besar”. (QS. An-Najm : 13-15)
Imam Al-Bukhori dan Muslim telah meriwayatkan dari hadits Anas rodhiyallohu ‘anhu dari
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam dalam kisah Isro’ dan Mi’roj, Beliau bersabda:
”kemudian Jibril membawaku sampai di Sidrotul Muntaha, yang sedang diliputi sesuatu yang saya
tidak mengetahuinya”. Dia berkata: “kemudian memasuki surga dan melihat didalamnya kubah-
kubah yang terbuat dari mutiara dan tanahnya kasturi”.
Dalam riwayat lainnya: “Diperlihatkan kepadaku Sidrotul Muntaha , buahnya seperti tempayan
besar, daunnya seperti telinga gajah, dan di pangkalnya ada 4 sungai: dua sungai bathin, dua sungai
dhohir, maka aku bertanya kepada Jibril, maka dia menjawab: adapun dua sungai yang bathin di
surga dan dua sungai yang dhohir adalah sungai Nil dan sungai Eufrat.
2. Dalam Surat Al-Waqi’ah tentang kelompok kanan dari penghuni surga berada di bawah pohon
bidara yang tidak berduri.
Alloh azza wa jalla berfirman:
( ‫بّ * غوغفاإكهغةة غكإثيِغرةة‬‫ضوةد * غوإظلل نمغميدوةد * غوغماء نمغسيكو ة‬ ‫ح نمن ي‬ ‫طغل ة‬
‫ضوةد * غو غ‬ ‫بّ اغليِغإميِإن * إفي إسغدةر نمغخ ي‬ ‫بّ اغليِغإميِإن غما أغ غ‬
‫صغحا ي‬ ‫) غوأغ غ‬
‫صغحا ي‬
“Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. Berada di antara pohon bidara
yang tidak berduri, dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya), dan naungan yang
terbentang luas,dan air yang tercurah, dan buah-buahan yang banyak,”QS. al-Waqi’ah (56) : 27-
32
Dalam tafsir disebutkan pohon bidara yang dimaksud adalah yang telah dihilangkan durinya
ataupun buahnya yang lebat, demikian pendapat Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhuma.
Berkata Ibnu Katsir rohimahulloh setelah menukil beberapa pendapat (tentang pohon bidara dalam
ayat tersebut): Dhohirnya yang dimaksud adalah pohon bidara di dunia banyak durinya dan sedikit
buahnya, adapun di akhirat kebalikannya, tidak ada durinya dan buahnya banyak.
3. Dalam Surat Saba ketika mengabarkan tentang kisah Negeri Saba
Alloh subhanahu wa ta’alla berfirman:
( ‫ضوا فغأ غغرغسغلغنا غعلغغيِإهغم غسغيِغل اغلغعإرإم غوبغندغلغنايهم بإغجننتغغيِإهغم غجننتغغيِإن غذغواغتىَ أييكةل غخغمةط غوأغغثةل غوغشغيةء سمن إسغدةر قغإليِةل‬‫) فغأ غغعغر ي‬
Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti
kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon
Atsl dan sedikit dari pohon Bidara (QS. Saba :16)

Pohon bidara mempunyai manfaat dan kegunaan,diantaranya:


1. Daun Bidara digunakan memandikan Jenazah
Daun bidara dapat membersihkan kotoran, oleh karena itu Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam
berkata kepada para wanita yang sedang memandikan jenazah putrid beliau zainab“Mandikanlah
dia dengan basuhan ganjil, tiga, lima, atau lebih dari itu kalau kalian pandang perlu. Mandikan
jenazahnya dengan air dicampur daun bidara, dan basuhan yang terakhir dicampur dengan
sedikit kapur barus.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim).
Juga sabda Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam tentang seseorang yang berihrom kemudian
meninggal karena terlempar oleh untanya sendiri:”Mandikanlah dia dengan air dan daun
bidara”(HR Bukhori dan Muslim).
2. Daun bidara dignakan untuk Pengobatan Penyakit Sihir dan Guna-guna.
Daun bidara juga bemanfaat-dengan izin Alloh tentunya- untuk pengobatan gangguan sihir, ‘ain
(mata jahat) dan suami yang tercegah dari menggauli istrinya, oleh karena itu para ulama
menjelaskan caranya adalah ambil tujuh helai daun bidara yang bagus, kemudian bacakan doa dan
ruqyah, tumbuk dan campurkan ke dalam air kemudian air digunakan untuk mandi dan minum si
sakit.
3. Dan termasuk dari faidah Tanaman Bidara sebagaimana disebutkan oleh Ibnul Qoyyim
rohimahulloh diantaranya: Buahnya bisa dimakan, mengobati diare, obat untuk penyakit perut,
memperkuat fungsi hati dan empedu, meningkatkan nafsu makan, dll.
KHASIAT DAUN BIDARA UNTUK GANGUAN JIN

Mengobati Gangguan Sihir dengan daun bidara

1. Dalil bahawa Daun Bidara beserta Rukyah mengubati Sihir:

Ibnu Katsir dalam huraiannya apabila menafsirkan Surah Al Baqarah Ayat 102 berkaitan Syaitan yang
memfitnah Nabi Allah Sulaiman bahawa baginda menggunakan Sihir bukan Mukjizat meriwayatkan
bahwa yang paling bermanfaat dalam menghilangkan pengaruh sihir adalah dengan menggunakan apa
yang diturunkan Allah s.w.t. kepada RasulNya untuk menghilangkan hal itu yaitu membaca al-
muawwidzatian (al-Falaq dan an-Nas) dan Ayat Kursi kerana ayat-ayat itu dapat mengusir syaitan.:

Al Qurtubi menceritakan daripada Wahab untuk mengubati Sihir: “ Diambil 7 helai daun bidara
ditumbuk halus lalu dicampurkan air dan dibacakan Ayat Kursi dan diberi minum pada orang yang
terkena sihir tiga kali teguk dan baki airnya diguna untuk mandi ,Insya Allah akan hilang sihirnya”.
“Dan diutamakan membaca Qul A’uzubil Falak ,Qul A’uzubirabinnas juga ditambah Ayat Kursi kerana
ayat-ayat itu dapat mengusir Syaitan.”
( Tafsir Ibn Katsir Jilid Satu Terjemahan Singkat Halaman 171)
( Tafsirul QuranilAzim Juz: 1 halaman 372 )

Berikut ini beberapa khasiat atau manfaat daun bidara:

1.Daun Bidara Dan Memandikan Jenazah

Ummu ‘Athiyyah Rodhiyallohu ‘Anha berkata, “Nabi Shollallohu Alaihi Wa sallam pernah menemui
kami sedangkan kami kala itu tengah memandikan puterinya (Zainab), lalu Beliau bersabda:
‘Mandikanlah dia tiga, lima, (atau tujuh) kali, atau lebih dari itu. Jika kalian memandang perlu, maka
pergunakan air dan daun bidara. (Ummu ‘Athiyyah berkata, ‘Dengan ganjil?’ Beliau bersabda, ‘Ya.’)
dan buatlah di akhir mandinya itu tumbuhan kafur atau sedikit darinya.”
(H.R. al Bukhori 3/99-104, Muslim 3/47-48, Abu Dawud 2/60-61, an Nasa-i 1/266-267, at Tirmidzi
2/130-131, Ibnu Majah 1/445, Ibnul Jarud 258-259, Ahmad 5/84-85, 4076-4078, Syaikh al Albani –
Hukum dan Tata Cara Mengurus Jenazah hal 130-131).

2.Daun Bidara dan Wanita Haidh

‘Aisyah secara marfu’, “Salah seorang di antara kalian (wanita haidh) mengambil air yang dicampur
dengan daun bidara lalu dia bersuci dan memperbaiki bersucinya. Kemudian dia menuangkan air di
atas kepalanya seraya menggosoknya dengan gosokan yang kuat sampai air masuk ke akar-akar
rambutnya, kemudian dia menyiram seluruh tubuhnya dengan air. Kemudian dia mengambil secarik
kain yang telah dibaluri dengan minyak misk lalu dia berbersih darinya.” ‘Aisyah berkata, “Dia
mengoleskannya ke bekas-bekas darah.” (H.R. Muslim no. 332 dari ‘Aisyah)
3.Daun Bidara Dan Ruqyah

Ulama Wahab bin Munabih menyarankan untuk menggunakan tujuh lembar bidara yang dihaluskan.
Kemudian dilarutkan dalam air dan dibacakan ayat Kursi, surat al Kafirun, al Ikhlash, al Falaq dan an
Naas. (Boleh juga dibacakan ayat-ayat al-Qur’an lainnya) Lalu dipergunakan untuk mandi atau
diminum. (lihat Mushannaf Ma’mar bin Rasyid 11/13).
Menumbuk tujuh helai daun pohon Sidr (daaun bidara) hijau di antara dua batu atau sejenisnya, lalu
menyiramkan air ke atasnya sebanyak jumlah air yang cukup untuk mandi dan dibacakan di dalamnya
ayat-ayat al Qur-an.

Setelah membacakan ayat-ayat tersebut pada air yang sudah disiapkan tersebut, hendaklah dia
meminumnya sebanyak tiga kali, dan kemudian mandi dengan menggunakan sisa air tersebut. Dengan
demikian, insya Allah penyakit (sihir) akan hilang. Dan jika perlu, hal itu boleh diulang dua kali atau
lebih, sehingga penyakit (sihir) itu benar-benar sirna. Hal itu sudah banyak dipraktekkan, dan dengan
izin_Nya,Allah memberikan manfaat padanya. Pengobatan tersebut juga sangat baik bagi suami yang
tidak bisa berhubungan badan karena terkena sihir.

4.Daun Bidara Untuk Makanan atau Minuman

Buah bidara dari kultivar unggul dapat dimakan dalam keadaan segar, atau diperas menjadi minuman
penyegar, juga dikeringawetkan, atau dibuat manisan. Di Asia Tenggara, buah yang belum matang
dimakan bergaram. Pernah dilaporkan bahwa buah bidara juga direbus dan menghasilkan sirop.
Di Indonesia, daun mudanya diolah sebagai sayuran; daun-daunnya dapat pula dijadikan pakan. Di
India, pohon bidara merupakan salah satu dari beberapa jenis tanaman yang digunakan untuk
pemeliharaan serangga lak; ranting-ranting yang terbungkus oleh sekresi serangga itu dipungut untuk
diproses menjadi sirlak. Kulit kayu dan buahnya menghasilkan bahan pewarna. Kayunya berwarna
kemerahan, bertekstur halus, keras, dan tahan lama, dan digunakan sebagai kayu bubut, alat rumah
tangga, dan alat-alat lain. Buah, biji, daun, kulit kayu, dan akarnya berkhasiat obat, terutama untuk
membantu pencernaan dan sebagai tapal untuk luka. Di Jawa, misalnya, kulit kayunya digunakan
untuk menyembuhkan gangguan pencernaan, sedangkan di Malaysia bubur kulit kayunya dapat
dimanfaatkan untuk obat sakit perut.

5.Daun Bidara atau daun bidara cina

Bidara acap dipertukarkan identitasnya dengan bidara cina (Ziziphus zizyphus; sinonim Z. jujuba
Miller, Z. vulgaris Lamk.).Sebutan yang sekarang ini sering kita dengar dengan panggilan Daun Bidara
cina adalah karena Bidara yang terakhir ini dibudidayakan di Cina bagian utara.Dan di Indonesia orang
menyebut daun bidara dengan sebutan bidara cina karena juga dalam sebuah sumber ada suatu daerah
yang disitu banyak tinggal orang keturunan cina dan menanam daun bidara.Daerah tersebut pun kini
dinamakan daerah Bidaracina.

Cara penggunaan daun bidara adalah :

a. Ambil daun bidara pada bilangan ganjil, paling sedikit 7 lembar daun, taruh di penggilingan/cobek
dan tumbuklah hingga halus (dicampur sedikir air)

b. Setelah halus, campurkan dalam segelas air untuk diminum

c. Atau dicampur dan diaduk dalam seember air untuk buat mandi

d. Bisa juga di tambah air hujan, ambil air hujan lansung dari atas memakai wadah yang besar
e,Untuk sakit asam urat dan kolestrol, persendiaan ngilu lebih baik di tambah garam beryodium.

jangan lupa sebelum dibuat mandi atau diminun bacakan dulu ayat-ayat ruqyah. Jika dibuat untuk
mandi lebih afdhol air daun bidara ditaruh di bateup dan pasien berendam selama 10 menit atau jika
tidak ada pada bilasan pertama gunakan air daun bidara lalu gosok-gosok ketubuh dan diamkan selama
5 menitan lalu biilasan kedua gunakan air biasa dan sabun mandi.

Pohon Bidara – Misteri dan Khasiatnya


Jual bibit pohon bidara, hubungi bapak Ahmad 021-95198798 tangerang – indonesia.
Ketika mendengar kata bidara, langsung terlintas dalam benak kita adalah kata bidara cina. Pohon
bidara yang kita bahas disini sangatlah berbeda dengan pohon bidara cina.
Pohon bidara ada yang berada di Surga, ada pohon bidara yang di langit tertinggi, dan ada pohon
bidara yang di dunia ini.
Pohon bidara sangatlah banyak manfaatnya. Daun bidara banyak manfaatnya. Buah bidara banyak
manfaatnya. Salah satu khasiat daun bidara adalah untuk membantu dalam pengobatan ruqyah
syar’iyyah (ruqyah yang sesuai syari’at Islam).
Jika ingin mengetahui ilmu tentang pohon bidara maka silahkan membaca kisah perjalanan isro’ mi’roj
Nabi Muhammad ShollaLLOOHU ‘Alayhi Wa sallam. Di dalam kisahnya akan kita dapatkan
kebenaran tentang apa sebenarnya sidratul muntaha, sehingga Nabi Muhammad ShollaLLOOHU
‘Alayhi Wa sallam sempat terpesona di sidratul muntaha.
simak juga artikel di bawah ini yang dikutip darihttp://abusahlaalbantani.baitulkahfi.com/:
Wahai anakku -semoga ALLOH menurunkan hidayah dan taufiq untuk selalu memahami Islam dengan
pemahaman yang benar-, baru saja aku mendapat sms dari seorang shohabat yang menanyakan tentang
Apa itu Sidratul Muntaha? Shohabat tersebut lalu menelponku sesaat setelah mengirimkan sms, guna
menginformasikan alasannya menanyakan hal tersebut, ia berkata,” Wahai Abu Sahla, akhir-akhir ini
sering sekali aku mendengar kisah tentang perjalanan Isro’ Mi’roj Nabi Muhammad ShollaLLOOHU
‘Alaihi Wa sallam, lalu satu hal yang menggelitik hatiku yakni pertanyaan tentang apakah sebenarnya
Sidratul Muntaha itu? Bolehkah mempertanyakan hal tersebut? Apakah pertanyaan itu dapat merusak
aqidahku?”Aku berkata, “Wahai shohabatku -semoga ALLOH selalu menjaga tauhidmu sampai akhir
hayatmu-, jarang sekali aku menemukan orang Islam yang mau mencari tahu tentang Sidratul
Muntaha, semoga penjabaranku yang sedikit ini mampu meneguhkan ‘aqidahmu.”
Sidrotul Muntaha adalah sebuah pohon sidr/ sidroh/ bidara yang menandai akhir langit ke tujuh,
sebuah batas dimana makhluq tidak dapat melewatinya.
Berasal dari kata Sidroh dan Muntaha.
Sidroh artinya pohon bidara.
Muntaha artinya tempat berkesudahan (puncak ketinggian).
Sidrotul muntaha berarti pohon bidara tempat berkesudahan (pohon bidara sebagai puncak ketinggian
langit ke tujuh).
Disebut demikian karena tempat ini tidak bisa dilewati lebih jauh lagi oleh manusia dan merupakan
tempat diputuskannya segala urusan yang naik dari dunia di bawahnya maupun segala perkara yang
turun dari atasnya.
Sidrotul muntaha digambarkan sebagai pohon bidara yang sangat besar, tumbuh mulai langit keenam
hingga langit ke tujuh.
Dedaunannya selebar telinga gajah dan buah-buahannya sebesar tempayan besar.
Sidrotul muntahā adalah sebuah pohon yang terdapat di bawah ‘Arsy ALLOH, pohon tersebut
memiliki daun yang sama banyaknya dengan sejumlah makhluq ciptaan ALLOH.
POHON BIDARA DI SURGA
ALLOH berfirman,
“Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. Berada di antara pohon bidara yang
tidak berduri.”
{Q.S. al Waqi’ah (56): 27-28}
DZAT ANWATH ADALAH POHON BIDARA
Abu Waqid al Laitsi (al Harits bin ‘Auf – wafat th. 68 H) berkata,”Kami pergi keluar bersama
RosuluLLOH ShollaLLOOHU ‘Alaihi Wa sallam menuju Hunain. Waktu itu kami baru saja lepas dari
kekafiran (masuk Islam). Ketika itu orang-orang musyrik memiliki sebatang pohon bidara disebut Dzat
Anwath. Mereka selalu mendatanginya dan menggantungkan senjata-senjata perang mereka pada
pohon itu. Tatkala kami melewati sebatang pohon bidara, kamipun berkata, ‘Wahai RosuluLLOH,
buatkanlah untuk kami Dzat Anwath sebagaimana mereka mempunyai Dzat Anwath.’ Maka
RosuluLLOH ShollaLLOOHU ‘Alaihi Wa sallam bersabda, “ALLOOHU Akbar. Itulah tradisi (orang-
orang sebelum kalian). Demi ALLOH yang diriku hanya berada di tangan-NYA, kamu benar-benar
telah mengatakan suatu perkataan seperti yang dikatakan oleh Bani Isroil kepada Musa, “Buatkanlah
untuk kami sesembahan sebagaimana mereka itu mempunyai sesembahan.” Musa menjawab,
“Sungguh, kamu adalah kaum yang tidak mengerti.” (Q.S. al A’roof (7): 138). Kamu benar-benar
mengikuti tradisi orang-orang sebelum kamu.”
{H.R. at Tirmidzi 2180, an Nasa-i – Al Kubro 11185, Ahmad 5/218, Ibnu Hibban 6720, Abu Ya’la
1441, Ibnu Abi Syaibah 15/101, ath Thobroni – Al Kabir 3290, shohih}
LARANGAN MENEBANG POHON BIDARA
Syaikh Salim bin ‘Ied al Hilali, dalam kitab al Manaahisy Syar’iyyah fii Shohiihis Sunnah an
Nabawiyyah (Ensiklopedi Larangan menurut al Qur-an dan as Sunnah – Pustaka Imam as-Syafi’i,
2006, hlm. 3/308-309) berkata:
RosuluLLOH ShollaLLOOHU ‘Alaihi Wa sallam bersabda, “Sesungguhnya orang yang menebang
pohon bidara akan dituang api neraka di kepalanya.”
{H.R. al Baihaqi 4/117, dari ‘Aisyah RodhiyaLLOOHU ‘Anhuma, shohih}
RosuluLLOH ShollaLLOOHU ‘Alaihi Wa sallam bersabda, “ALLOH akan menuangkan (air panas) ke
atas kepala penebang pohon bidara di dalam Neraka.”
{H.R. al Baihaqi 6/141, Mu’awiyah bin Haidah RodhiyaLLOOHU ‘Anhu)
Kandungan Bab:
1. Harom hukumnya menebang pohon bidara.
2. Para ‘Ulama berselisih pendapat tentang larangan menebang pohon bidara kepada beberapa
pendapat:
1. Abu Dawud berkata, “Hadits ini cukup ringkas. Artinya barangsiapa menebang pohon bidara yang
tumbuh di padang pasir tempat berteduh para musafir dan hewan ternak, tanpa ada kemaslahatan
sedikitpun maka ALLOH akan menuangkan air panas ke atas kepalanya di Neraka nanti.”
2. Ath Thohawi berpendapat, “Bahwa hadits ini mansukh, sebab Urwah bin az Zubair salah seorang
perawi hadits ini pernah menebang pohon bidara untuk diolah menjadi beberapa pintu.” (lihat
Musykilul Aatsaar (VII/427))
Diriwayatkan dari Hasan bin Ibrohim, ia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Hisyam bin Urwah
tentang hukum menebang pohon bidara. Pada saati itu ia sedang bersandar pada kayu milik Urwah dan
berkata, ‘Tidakkah engkau perhatikan pintu-pintu dan kusen-kusen ini?’ Pintu dan kusen ini terbuat
dari pohon bidara milik Urwah. Dahulu Urwah menebang pohon tersebut yang tumbuh di tanahnya
dan berkata, ‘Tidak mengapa menebang pohon bidara’.”
{H.R. Abu Dawud (5241)}
Ath Thohawi berkata, “Urwah seorang yang jujur dan memiliki ilmu yang dalam tidak mungkin
meninggalkan hadits yang ia ketahui shohih dari Nabi ShollaLLOOHU ‘Alaihi Wa sallam, kemudian
meng’amalkan sesuatu yang bertentangan dengan hadits tersebut, kecuali jika memang demikian
hukumnya. Jadi jelaslah apa yang kita sebutkan tadi bahwa hadits ini sudah dimansukhkan.”
3. Maka larangan tersebut adalah pohon bidara yang tumbuh di tanah harom. Pendapat ini dipegang
oleh as Suyuthi dalam kitab Raf’ul Khudr’an Qat’is Sidr (II/57). Ia berkata, “Menurutku makna yang
terkuat adalah larangan menebang pohon sidr yang ada di tanah harom sebagaimana yang tercantum
dalam riwayat ath Thobroni.”
Syaikh kami (Muhammad Nashiruddin al Albani) menyetujui pendapat as Suyuthi tersebut di dalam
kitabnya Silsilah al Ahaadits ash Shohiihah (II/177).
Saya katakan, “Dalam riwayat ath Thobroni di dalam al Ausath (2441) pada hadits ‘Abdulloh bin
Hubasyi, ‘Yakni pohon bidara yang tumbuh di tanah haram.’ Tambahan ini dishohihkan oleh syaikh
kami dalam Silsilah al Ahaadits ash Shohiihah (614).
Oleh karena itu mengartikan hadits seperti yang tercantum dalam riwayat tambahan tersebut lebih
dikedepankan.
Adapun pernyataan mansukh adalah pernyataan yang keliru. Sebab yang dijadikan hujjah adalah hadits
yang diriwayatkan Urwah bukan pendapat atau hasil ijtihadnya.
Kemudian dianalogikan dengan pohon bidara yang tumbuh di padang pasir tempat berteduhnya para
musafir dan binatang ternak, ALLOHU A’lam.”
DAUN BIDARA DAN MEMANDIKAN JENAZAH
Ummu ‘Athiyyah RodhiyaLLOOHU ‘Anha berkata, “Nabi ShollaLLOOHU ‘Alaihi Wa sallam pernah
menemui kami sedangkan kami kala itu tengah memandikan puterinya (Zainab), lalu Beliau bersabda,
‘Mandikanlah dia tiga, lima, (atau tujuh) kali, atau lebih dari itu. Jika kalian memandang perlu, maka
pergunakan air dan daun bidara. (Ummu ‘Athiyyah berkata, ‘Dengan ganjil?’ Beliau bersabda, ‘Ya.’)
dan buatlah di akhir mandinya itu tumbuhan kafur atau sedikit darinya.”
{H.R. al Bukhori 3/99-104, Muslim 3/47-48, Abu Dawud 2/60-61, an Nasa-i 1/266-267, at Tirmidzi
2/130-131, Ibnu Majah 1/445, Ibnul Jarud 258-259, Ahmad 5/84-85, 4076-4078, Syaikh al Albani –
Hukum dan Tata Cara Mengurus Jenazah hal 130-131}
DAUN BIDARA DAN WANITA HAIDH
‘Aisyah secara marfu’, “Salah seorang di antara kalian (wanita haidh) mengambil air yang dicampur
dengan daun bidara lalu dia bersuci dan memperbaiki bersucinya. Kemudian dia menuangkan air di
atas kepalanya seraya menggosoknya dengan gosokan yang kuat sampai air masuk ke akar-akar
rambutnya, kemudian dia menyiram seluruh tubuhnya dengan air. Kemudian dia mengambil secarik
kain yang telah dibaluri dengan minyak misk lalu dia berbersih darinya.” ‘Aisyah berkata, “Dia
mengoleskannya ke bekas-bekas darah.” (H.R. Muslim no. 332 dari ‘Aisyah)
DAUN BIDARA DAN RUQYAH
Daun bidara sangat efektif untuk membantu proses penyembuhan penyakit karena gangguan jin.
Ulama Wahab bin Munabih menyarankan untuk menggunakan tujuh lembar bidara yang dihaluskan.
Kemudian dilarutkan dalam air dan dibacakan ayat Kursi, surat al Kafirun, al Ikhlash, al Falaq dan an
Naas. (Boleh juga dibacakan ayat-ayat al-Qur’an lainnya) Lalu dipergunakan untuk mandi atau
diminum. (lihat Mushannaf Ma’mar bin Rasyid 11/13)
Menumbuk tujuh helai daun pohon Sidr (daaun bidara) hijau di antara dua batu atau sejenisnya, lalu
menyiramkan air ke atasnya sebanyak jumlah air yang cukup untuk mandi dan dibacakan di dalamnya
ayat-ayat al Qur-an. Setelah membacakan ayat-ayat tersebut pada air yang sudah disiapkan tersebut,
hendaklah dia meminumnya sebanyak tiga kali, dan kemudian mandi dengan menggunakan sisa air
tersebut. Dengan demikian, insya ALLOH penyakit (sihir) akan hilang. Dan jika perlu, hal itu boleh
diulang dua kali atau lebih, sehingga penyakit (sihir) itu benar-benar sirna. Hal itu sudah banyak
dipraktekkan, dan dengan izin-NYA, ALLOH memberikan manfaat padanya. Pengobatan tersebut juga
sangat baik bagi suami yang tidak bisa berhubungan badan karena terkena sihir.
POHON BIDARA DI DUNIA
Kandungan Hasil analisis di India (angka, pertama) dan di Thailand (dalam kurung) merupakan
komposisi per 100 g bagian yang dapat dimakan: air 86 (71,5) g, protein 0,8 (0,7) g; lemak 0,1 (1,7) g;
karbohidrat 12,8 (23,7) g; Ca 30 (30) m, P 30 (30) mg, vitamin A 70 (50) SI, vitamin C 50-150 (23)
mg. Nilai energinya 230 (470) kJ/100 g. Deskripsi Berperawakan pohon atau perdu yang menyemak,
tingginya mencapai kira-kira 15 m, tumbuh tegak atau menyebar dengan cabang-cabangnya yang
menjuntai; letak rantingnya simpangsiur, berbulu kempa; penumpunya berduri, menyendiri dan lurus
(berukuran 5-7 mm) atau berbentuk dimorfik berpasangan, cabang yang kedua lebih pendek dan
melengkung, duri kadang-kadang tidak ada; pohonnya selalu hijau atau setengah meranggas. Daunnya
tunggal, letaknya berselang-seling, berbentuk bundartelur-jorong sampai bundar-telur-lonjong,
berukuran (2-9) cm x (1,5-5) cm, tepinya sedikit beringgit atau rata, berkilap dan tak berbulu pada
lembaran sebelah atasnya, berbulu kempa yang rapat, berwarna putih pada lembaran sebelah
bawahnya, dengan 3 tulang daun membujur yang nyata; tangkai daunnya 8-15 mm panjangnya.
Perbungaannya muncul dari ketiak daun, berbentuk payung menggarpu, panjangnya 1-2 cm, tersusun
atas 7-20 kuntum bunga; gagang perbungaan panjangnya 2-3 mm; bunganya berdiameter 2-3 mm,
berwarna kekuningan, sedikit harum, gagang bunganya 3-8 mm panjangnya; daun kelopaknya
bercuping 5, berbentuk delta, bagian luarnya berambut, bagian dalamnya gundul; daun mahkota 5
helai, sedikit berbentuk sudip yang cekung, terlentik; benang sarinya 5 utas; bakal buahnya beruang 2,
tangkai putiknya bercabang dua, cakramnya bercuping 10 atau beralur-alur. Buahnya bertipe buah
batu, berbentuk bulat sampai bulat telur, dapat mencapai ukuran 6 cm x 4 cm untuk yang
dibudidayakan, dan umumnya jauh lebih kecil untuk yang liar; kulit buahnya halus atau kasar,
berkilap, tipis tetapi liat, berwarna kekuningan sampai kemerahan atau kehitaman; daging buahnya
berwarna putih, mengeripik (crisp), banyak mengandung sari buah, rasanya agak asam sampai manis,
menjadi menepung pada buah yang matang penuh. Bijinya terletak dalam batok yang berbenjol dan
beralur tidak beraturan, yang berisi 1-2 inti biji yang berwarna coklat.
MANFAAT DAN KHASIAT POHON BIDARA
Buah bidara dari kultivar unggul dapat dimakan dalam keadaan segar, atau diperas menjadi minuman
penyegar, juga dikeringawetkan, atau dibuat manisan. Di Asia Tenggara, buah yang belum matang
dimakan bergara,m. Pernah dilaporkan bahwa buah bidara juga direbus dan menghasilkan sirop. Di
Indonesia, daun mudanya diolah sebagai sayuran; daun-daunnya dapat pula dijadikan pakan. Di India,
pohon bidara merupakan salah satu dari beberapa jenis tanaman yang digunakan untuk pemeliharaan
serangga lak; ranting-ranting yang terbungkus oleh sekresi serangga itu dipungut untuk diproses
menjadi sirlak. Kulit kayu dan buahnya menghasilkan bahan pewarna. Kayunya berwarna kemerahan,
bertekstur halus, keras, dan tahan lama, dan digunakan sebagai kayu bubut, alat rumah tangga, dan
alat-alat lain. Buah, biji, daun, kulit kayu, dan akarnya berkhasiat obat, terutama untuk membantu
pencernaan dan sebagai tapal untuk luka. Di Jawa, misalnya, kulit kayunya digunakan untuk
menyembuhkan gangguan pencernaan, sedangkan di Malaysia bubur kulit kayunya dapat
dimanfaatkan untuk obat sakit perut.
Jual bibit pohon bidara, hubungi bapak Ahmad 021-95198798 tangerang – indonesia.
keyword: pohon bidara, bidara, daun bidara, khasiat daun bidara, toko indo, buah bidara, sidratul
muntaha, terpesona di sidratul muntaha, jual bibit pohon bidara, jual bibit tanaman, jual bibit tanaman
buah, jual bibit buah, jual bibit bunga
Misteri dan Khasiat Daun Bidara.Sobat Dharma,Mungkin diantara sobat pernah mendengar atau
mungkin pernah menggunakan yang namanya Daun Bidara.Bidara atau widara (Ziziphus
mauritiana) adalah sejenis pohon kecil penghasil buah yang tumbuh di daerah kering. Tanaman ini
dikenal pula dengan pelbagai nama daerah seperti widara untuk daerah Sunda Atau Jawa,atau
dipendekkan menjadi dara (Jawa).Dalam bahasa arab sendiri Bidara berasal dari kata Sidroh artinya
pohon bidara.Dalam hal ini sidroh atau Bidara ada sejarah tersendiri dengan kaitannya perjalanan Nabi
Muhammad SAW dalam isra' mi'raj. Pohon bidara sangatlah banyak manfaatnya. Daun bidara banyak
manfaatnya. Buah bidara banyak manfaatnya.Namun dalam artikel ini saya hanya akan
berbagiinfo mengenai Misteri dan khasiat daun bidara.

Sobat Dharma semua,dalam artikel sebelumnya dalam blog ini sudah di posting mengenai Tata cara
ruqyah. Sebagaimana tuntunan Nabi SAW,ruqyah adalah methode pengobatan yang di anjurkan bila
kita mengalami ganguan penyakit non medis.Nah dalam kaitan ruqyah pula daun bidara ini di
postingkan dalam blog ini.Dalam beberpa hadits daun Bidara adalah salah satu jenis tumbuhan yang
bisa digunakan untuk membantu dalam pengobatan ruqyah syar’iyyah (ruqyah yang sesuai syari’at
Islam). Daun bidara juga bisa digunakan untuk bersuci wanita yang sedang haidh. Daun bidara juga
digunakan untuk campuran air memandikan jenazah. Daun bidara juga biasa digunakan untuk sayur,
dan pakan ternak.

Berikut ini beberapa khasiat atau manfaat daun bidara:

1.Daun Bidara Dan Memandikan Jenazah


Ummu ‘Athiyyah Rodhiyallohu ‘Anha berkata, “Nabi Shollallohu Alaihi Wa sallam pernah menemui
kami sedangkan kami kala itu tengah memandikan puterinya (Zainab), lalu Beliau bersabda:
‘Mandikanlah dia tiga, lima, (atau tujuh) kali, atau lebih dari itu. Jika kalian memandang perlu, maka
pergunakan air dan daun bidara. (Ummu ‘Athiyyah berkata, ‘Dengan ganjil?’ Beliau bersabda, ‘Ya.’)
dan buatlah di akhir mandinya itu tumbuhan kafur atau sedikit darinya.”
(H.R. al Bukhori 3/99-104, Muslim 3/47-48, Abu Dawud 2/60-61, an Nasa-i 1/266-267, at Tirmidzi
2/130-131, Ibnu Majah 1/445, Ibnul Jarud 258-259, Ahmad 5/84-85, 4076-4078, Syaikh al Albani –
Hukum dan Tata Cara Mengurus Jenazah hal 130-131).

2.Daun Bidara dan Wanita Haidh


‘Aisyah secara marfu’, “Salah seorang di antara kalian (wanita haidh) mengambil air yang dicampur
dengan daun bidara lalu dia bersuci dan memperbaiki bersucinya. Kemudian dia menuangkan air di
atas kepalanya seraya menggosoknya dengan gosokan yang kuat sampai air masuk ke akar-akar
rambutnya, kemudian dia menyiram seluruh tubuhnya dengan air. Kemudian dia mengambil secarik
kain yang telah dibaluri dengan minyak misk lalu dia berbersih darinya.” ‘Aisyah berkata, “Dia
mengoleskannya ke bekas-bekas darah.” (H.R. Muslim no. 332 dari ‘Aisyah)

3.Daun Bidara Dan Ruqyah


Ulama Wahab bin Munabih menyarankan untuk menggunakan tujuh lembar bidara yang
dihaluskan. Kemudian dilarutkan dalam air dan dibacakan ayat Kursi, surat al Kafirun, al Ikhlash, al
Falaq dan an Naas. (Boleh juga dibacakan ayat-ayat al-Qur’an lainnya) Lalu dipergunakan untuk
mandi atau diminum. (lihat Mushannaf Ma’mar bin Rasyid 11/13).
Menumbuk tujuh helai daun pohon Sidr (daaun bidara) hijau di antara dua batu atau sejenisnya, lalu
menyiramkan air ke atasnya sebanyak jumlah air yang cukup untuk mandi dan dibacakan di dalamnya
ayat-ayat al Qur-an.

Setelah membacakan ayat-ayat tersebut pada air yang sudah disiapkan tersebut, hendaklah dia
meminumnya sebanyak tiga kali, dan kemudian mandi dengan menggunakan sisa air tersebut. Dengan
demikian, insya Allah penyakit (sihir) akan hilang. Dan jika perlu, hal itu boleh diulang dua kali atau
lebih, sehingga penyakit (sihir) itu benar-benar sirna. Hal itu sudah banyak dipraktekkan, dan dengan
izin_Nya,Allah memberikan manfaat padanya. Pengobatan tersebut juga sangat baik bagi suami yang
tidak bisa berhubungan badan karena terkena sihir.

4.Daun Bidara Untuk Makanan atau Minuman


Buah bidara dari kultivar unggul dapat dimakan dalam keadaan segar, atau diperas menjadi minuman
penyegar, juga dikeringawetkan, atau dibuat manisan. Di Asia Tenggara, buah yang belum matang
dimakan bergaram. Pernah dilaporkan bahwa buah bidara juga direbus dan menghasilkan sirop.
Di Indonesia, daun mudanya diolah sebagai sayuran; daun-daunnya dapat pula dijadikan pakan. Di
India, pohon bidara merupakan salah satu dari beberapa jenis tanaman yang digunakan untuk
pemeliharaan serangga lak; ranting-ranting yang terbungkus oleh sekresi serangga itu dipungut untuk
diproses menjadi sirlak. Kulit kayu dan buahnya menghasilkan bahan pewarna. Kayunya berwarna
kemerahan, bertekstur halus, keras, dan tahan lama, dan digunakan sebagai kayu bubut, alat rumah
tangga, dan alat-alat lain. Buah, biji, daun, kulit kayu, dan akarnya berkhasiat obat, terutama untuk
membantu pencernaan dan sebagai tapal untuk luka. Di Jawa, misalnya, kulit kayunya digunakan
untuk menyembuhkan gangguan pencernaan, sedangkan di Malaysia bubur kulit kayunya dapat
dimanfaatkan untuk obat sakit perut.

5.Daun Bidara atau daun bidara cina


Bidara acap dipertukarkan identitasnya dengan bidara cina (Ziziphus zizyphus; sinonim Z.
jujuba Miller, Z. vulgaris Lamk.).Sebutan yang sekarang ini sering kita dengar dengan panggilan Daun
Bidara cina adalah karena Bidara yang terakhir ini dibudidayakan di Cina bagian utara.Dan di
Indonesia orang menyebut daun bidara dengan sebutan bidara cina karena juga dalam sebuah sumber
ada suatu daerah yang disitu banyak tinggal orang keturunan cina dan menanam daun bidara.Daerah
tersebut pun kini dinamakan daerah Bidaracina.

Cara mendapatkan Daun Bidara Cina

Sobat Dharma semua,setelah mengetahui misteri dan khasiat daun bidara,dalam postingan ini sekaligus
meng informasikan bahwa mulai saat ini Dharma Sehatsudah menyediakan Serbuk Bidara
Cina.Serbuk bidara cina di ambil dari exstra daun bidara cina, insya Allah bermanfaat untuk
membantu mengatasi berbagai macam penyakit ganguan Jin seperti :Santet.guna-guna, pelet, teluh,
guna-guna, sihir dan lain-lain.Serbuk extrak daun bidaracina sangat cocok untuk Ruqyah

Serbuk Extrak bidara cina siap digunakan untuk membantu penobatan therapi ruqyah.Serbuk extrak
bidara cina ini cara penggunaannya adalah digunakan untuk mandi.

Harga Serbuk Extrak Bidaracina


Serbuk extrak daun bidaracina siap pakai ini hanya cukup membayar Rp 80.000/paket (Tambah
ongkos kirim untuk yang jarak jauh).
Satu paket serbuk extrak daun bidaracina berisi 1bungkus serbuk dalam kemasan plastik klip.
Hubungi saja 08170133458 untuk mendapatkannya.
Salam Sehat.
POHON YANG MEMPUNYAI KEHORMATAN/KEMULIAN
Alloh aza wa jalla telah memuliakan beberapa tempat atas tempat-tempat lainnya, sebagaimana Alloh
azza wa jalla telah memuliakan Kota Mekkah dan Madinah lebih mulia daripada tempat-tempat lain di
muka bumi ini.
Alloh azza wa jalla telah memuliakan sebagian individu atas individu-individu yang lainnya,
sebagaimana memuliakan sebagian nabi atas sebagian yang lainnya.
Dan dijadikan untuk sebagian makhluk kemuliaan atas makhluk-makhluk lainnya.
Termasuk apa yang diharamkan karena merupakan pohon adalah pohon bidara.

Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:


: ‫قاطع السدر ييصُووبّ ا رأسه في النار‬
”Pemotong pohon bidara Alloh akan menunjuk kepalanya di neraka.
HR Al-Baihaki di dalam As-sunan Al-kubro, dan Syaikh al-Albani rohimahullohmenshohihkannya
dalam Shohihul Jami’
Pohon bidara terdapat dalam Al-Qur’an di banyak tempat, di antaranya
1. Dalam Surat An-Najm yang menceritakan kisah Mi’roj nya Nabishollallohu ‘alaihi wa
sallam, beliau melihat Malaikat Jibril dalam bentuk aslinya dimana Jibril mempunyai 600
sayap.
Alloh azza wa jalla berfirman:

( ‫غ‬‫أغفغتيغمايرونغهي غعغلىَ غما يغغرىَ * غولغقغغد غرآَهي نغغزلغةة أيغخغرىَ * إعنغد إسغدغرإة اغليمغنتغغهىَ * إعنغدغها غجننةي اغلغمأغغوىَ * إإغذ يغغغغشىَ السسغدغرةغ غما يغغغغشىَ * غما غزا غ‬
َ‫ت غربسإه اغليكغبغرى‬
‫صُير غوغما طغغغىَ * لغقغغد غرغأىَ إمغن آَغيا إ‬
‫) اغلبغ غ‬

“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang
lain. (yaitu) di Sidratil Muntaha . Di dekatnya ada syurga tempat tinggal, . (Muhammad melihat
Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (muhammad)
tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah
melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar”. (QS. An-Najm : 13-15)

Imam Al-Bukhori dan Muslim telah meriwayatkan dari hadits Anasrodhiyallohu ‘anhu dari
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam dalam kisah Isro’ dan Mi’roj, Beliau bersabda: ”kemudian
Jibril membawaku sampai di Sidrotul Muntaha, yang sedang diliputi sesuatu yang saya tidak
mengetahuinya”. Dia berkata: “kemudian memasuki surga dan melihat didalamnya kubah-kubah yang
terbuat dari mutiara dan tanahnya kasturi”.
Dalam riwayat lainnya: “Diperlihatkan kepadaku Sidrotul Muntaha , buahnya seperti tempayan besar,
daunnya seperti telinga gajah, dan di pangkalnya ada 4 sungai: dua sungai bathin, dua sungai dhohir,
maka aku bertanya kepada Jibril, maka dia menjawab: adapun dua sungai yang bathin di surga dan dua
sungai yang dhohir adalah sungai Nil dan sungai Eufrat.
1. Dalam Surat Al-Waqi’ah tentang kelompok kanan dari penghuni surga berada di bawah
pohon bidara yang tidak berduri.
Alloh azza wa jalla berfirman:

‫ضوةد * غوإظلل نمغميدوةد * غوغماء نمغسيكو ة‬


( ‫بّ * غوغفاإكهغةة غكإثيِغرةة‬ ‫طغل ة‬
‫ح نمن ي‬ ‫بّ اغليِغإميِإن * إفي إسغدةر نمغخ ي‬
‫ضوةد * غو غ‬ ‫بّ اغليِغإميِإن غما أغ غ‬
‫صغحا ي‬ ‫) غوأغ غ‬
‫صغحا ي‬

“Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. Berada di antara pohon bidara
yang tidak berduri, dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya), dan naungan yang terbentang
luas,dan air yang tercurah, dan buah-buahan yang banyak,”QS. al-Waqi’ah (56) : 27-32
Dalam tafsir disebutkan pohon bidara yang dimaksud adalah yang telah dihilangkan durinya ataupun
buahnya yang lebat, demikian pendapat Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhuma.
Berkata Ibnu Katsir rohimahulloh setelah menukil beberapa pendapat (tentang pohon bidara dalam
ayat tersebut): Dhohirnya yang dimaksud adalah pohon bidara di dunia banyak durinya dan sedikit
buahnya, adapun di akhirat kebalikannya, tidak ada durinya dan buahnya banyak.
1. Dalam Surat Saba ketika mengabarkan tentang kisah Negeri Saba
Alloh subhanahu wa ta’alla berfirman:
( ‫ضوا فغأ غغرغسغلغنا غعلغغيِإهغم غسغيِغل اغلغعإرإم غوبغندغلغنايهم بإغجننتغغيِإهغم غجننتغغيِإن غذغواغتىَ أييكةل غخغمةط غوأغغثةل غوغشغيةء سمن إسغدةر قغإليِةل‬
‫) فغأ غغعغر ي‬
Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti
kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl
dan sedikit dari pohon Bidara (QS. Saba :16)

Pohon bidara mempunyai manfaat dan kegunaan,diantaranya:


DAUN BIDARA DAN MEMANDIKAN JENAZAH

Ummu ‘Athiyyah RodhiyaLLOOHU ‘Anha berkata, “Nabi ShollaLLOOHU ‘Alaihi Wa sallam pernah
menemui kami sedangkan kami kala itu tengah memandikan puterinya (Zainab), lalu Beliau bersabda,
‘Mandikanlah dia tiga, lima, (atau tujuh) kali, atau lebih dari itu. Jika kalian memandang perlu, maka
pergunakan air dan daun bidara. (Ummu ‘Athiyyah berkata, ‘Dengan ganjil?’ Beliau bersabda, ‘Ya.’)
dan buatlah di akhir mandinya itu tumbuhan kafur atau sedikit darinya.”
{H.R. al Bukhori 3/99-104, Muslim 3/47-48, Abu Dawud 2/60-61, an Nasa-i 1/266-267, at Tirmidzi
2/130-131, Ibnu Majah 1/445, Ibnul Jarud 258-259, Ahmad 5/84-85, 4076-4078, Syaikh al Albani –
Hukum dan Tata Cara Mengurus Jenazah hal 130-131}

pada kenyataannya penduduk jawa kuno/zaman dahulu sangat dekat dengan dunia mistik seperti ilmu
yang cenderung negatif/prewangan /ilmu hitam,susuk yang beraneka macam, maka biasanya orang
meninggal dimandikan dengan air daun kelor dan air daun bidara dengan tujuan di samping anjuran
Nabi (dimandikan daun bidara) ada manfaat yang lain, jiaka orang yang mati itu memiliki ilmu hitam
atau susuk emas atau lain nya supaya luntur/punah dan netral sehingga tidak mendapat masalah di
alam barzah (orang meninggal tidak boleh membawa harta benda seperti emas dll)

DAUN BIDARA DAN WANITA HAIDH

‘Aisyah secara marfu’, “Salah seorang di antara kalian (wanita haidh) mengambil air yang dicampur
dengan daun bidara lalu dia bersuci dan memperbaiki bersucinya. Kemudian dia menuangkan air di
atas kepalanya seraya menggosoknya dengan gosokan yang kuat sampai air masuk ke akar-akar
rambutnya, kemudian dia menyiram seluruh tubuhnya dengan air. Kemudian dia mengambil secarik
kain yang telah dibaluri dengan minyak misk lalu dia berbersih darinya.” ‘Aisyah berkata, “Dia
mengoleskannya ke bekas-bekas darah.” (H.R. Muslim no. 332 dari ‘Aisyah)

Anda mungkin juga menyukai