Anda di halaman 1dari 114

BAB I

PENDAHULUAN

Pendidikan kesehatan atau Promosi kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau
usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Pendidikan
kesehatan juga merupakan suatu proses yang mempunyai masukan (input) dan keluaran (output).
Suatu proses pendidikan kesehatan yang menuju tercapainya tujuan pendidikan yaitu perubahan
perilaku, dipengaruhi banyak faktor yaitu faktor metode, faktor materi atau pesannya,
pendidik/petugas dan alat bantu peraga pendidikan yang dipakai.
Promosi kesehatan adalah proses membuat orang mampu meningkatkan kontrol terhadap,
dan memperbaiki kesehatan mereka (WHO, 1984). Sebagai perwujudan dari perubahan konsep
pendidikan kesehatan ini, secara organisasi struktural, maka pada tahun 1984, Divisi Pendidikan
Kesehatan (Health Education) di dalam WHO diubah menjadi Divisi Promosi dan Pendidikan
Kesehatan (Division on Health Promotion and Education). Pada awal tahun 2000, Departeman
Kesehatan Republik Indonesia, baru dapat menyesuaikan konsep WHO ini dengan mengubah
Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM) menjadi Direktorat Promosi Kesehatan dan
sekarang menjadi Pusat Promosi Kesehatan.
Pendidikan dan Promosi Kesehatan Kesehatan Masyarakat adalah proses pemberdayaan
perorangan, keluarga dan masyarakat, agar mereka mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Pemberdayaan tersebut dilakukan dengan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan, dengan kegiatan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, sesuai kondisi dan
potensi setempat, serta dengan cara mempengaruhi lingkungan melalui advokasi, bina suasana
dan cara-cara lain yang memungkinkan (www.promosikesehatan.com)
Pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan. Sedang dalam keperawatan, pendidikan kesehatan
merupakan satu bentuk intervensi keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik
individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui
kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai perawat pendidik. Menurut
(Notoatmodjo. S, 2003: 20)
Tujuan pedidikan dan atau promosi kesehatan adalah membuat orang lain mampu
meningkatkan kontrol terhadap, dan memperbaiki kesehatan masyarakat dengan basis filosofi

1|Page
yang jelas mengenai pemberdayaan diri sendiri (self empowerment). Tujuan utama pendidikan
kesehatan adalah agar orang mampu menerapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri, mampu
memahami apa yg dapat mereka lakukan terhadap masalahnya, dengan sumber daya yg ada pada
mereka ditambah dengan dukungan dari luar, dan mampu memutuskan kegiatan yg tepat guna
untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat (Mubarak, 2009).
Dalam Undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 dan WHO, tujuan pendidikan
kesehatan adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan; baik secara fisik, mental dan sosialnya, sehingga produktif secara ekonomi
maupun social, pendidikan kesehatan disemua program kesehatan; baik pemberantasan penyakit
menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan
lainnya (Mubarak, 2009). Sedangkan menurut Bloom (1908) tujuan pendidikan adalah
mengembangkan atau meningkatkan 3 domain perilaku yaitu kognitif (cognitive domain), afektif
(affective domain), dan psikomotor (psychomotor domain) (Notoatmodjo, 2003: 127).
Keberhasilan program pendidikan kesehatan yang meliputi perilaku kesehatan dan domain
kesehatan sangat besar peranannya guna mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Pendidikan kesehatan yang meliputi perilaku kesehatan dan domain kesehatan ini harus
didukung oleh semua pihak terutama masyarakatnya. Program ini bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat dan tentunya menyadarkan mereka tentang pentingnya kesehatan itu
sendiri. Kesehatan sendiri adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan
meningkatkan kesehatan masyarakat melalui pendidikan kesehatan. Dalam rangka meningkatkan
kesehatan masyarakat, maka perlu dilakukan pendidikan, khususnya pendidikan yang ditujukan
kepada masyarakat.
Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi, antara lain:
dimensi aspek kesehatan, dimensi tatanan atau tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan,dan
dimensi tingkat pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2003). Menurut dimensi pelaksanaannya,
pendidikan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi lima yaitu: Pendidikan kesehatan pada
tatanan keluarga (rumah tangga); Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah, dilakukan di
sekolah dengan sasaran murid; Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran
buruh atau karyawan yang bersangkutan; Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum, yang
mencakup terminal bus, stasiun, bandar udara, tempat-tempat olahraga, dan sebagainya;

2|Page
Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan, seperti: rumah sakit, Puskesmas,
Poliklinik rumah bersalin, dan sebagainya.
Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan
pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Pendidikan kesehatan juga
merupakan suatu proses yang mempunyai masukan (input) dan keluaran (output). Suatu proses
pendidikan kesehatan yang menuju tercapainya tujuan pendidikan yaitu perubahan perilaku,
dipengaruhi banyak faktor yaitu faktor metode, faktor materi atau pesannya, pendidik/petugas
dan alat bantu peraga pendidikan yang dipakai.

3|Page
BAB II
MERANCANG PEMBELAJARAN

Perencanan pembelajaran berkaitan dengan keputusan yang diambil pengajar dalam


mengkoordinasikan, mengimplementasikan dan mengevaluasi hasil pembelajaran (Burdon &
Byrd, 1999). Perencanaan pembelajaran merupakan satu tahapan dalam proses belajar mengajar.
Perencanaan menjadi sangat penting karena dapat berfungsi sebagai dasar, pemandu, alat kontrol
dan arah pembelajaran. Perencanaan pembelajaran yang baik akan melahirkan proses
pembelajaran yang baik pula. PP nomer 19 tahun 2005 yang berkaitan dengan standar proses
mengisyaratkan bahwa pengajar diharapkan dapat mengembangkan perencanaan pembelajaran,
yang kemudian dipertegas melalui Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar proses,
yang antara lain mengatur tentang perencanan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi
pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) atau Satuan Acara Pembelajaran (SAP).
Newman dalam bukunya Administrative Action Techniques of Organization and
Management mengemukakan bahwa, Perencanaan adalah menentukan apa yang akan dilakukan .
Perencanaan mengandung rangkaian-rangkaian putusan yang luas dan penjelasan-penjelasan dari
tujuan, penentuan kebijakan, penentuan program, penentuan metode-metode dan prosedur
tertentu dan penentuan kegiatan berdasarkan jadwal sehari-hari. Dalam konteks pengajaran,
perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media
pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi
waktu yang akan dilaksanakan pada saat tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dalam KBBI, pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk
hidup belajar (Pusat Bahasa 2005: 17). Beberapa pendapat dari para ahli tentang pengertian
perencanaan pembelajaran, sebagai berikut;
1. Perencanaan pembelajaran adalah persiapan mengajar yang berisi hal-hal yang perlu atau
harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang antara
lain meliputi unsur-unsur: pemilihan materi, metode, media, dan alat evaluasi (Pusat Bahasa
2005: 19).
2. Perencanaan pembelajaran adalah apa yang akan dikerjakan guru dan siswa di dalam kelas
dan di luar kelas (Reiser 1986 dalam Djoehaeni: 4).

4|Page
3. Menurut Nana dan Sukirman (2008: 8) Perencanaan pembelajaran merupakan penjabaran,
pengayaan dan pengembangan dari kurikulum. Dalam membuat perencanaan pembelajaran,
tentu saja guru selain mengacu pada tuntutan kurikulum, juga harus mempertimbangkan
situasi dan kondisi serta potensi yang ada di sekolah masing-masing. Hal ini tentu saja akan
berimplikasi pada model atau isi perencanaan pembelajaran yang dikembangkan oleh setiap
guru, disesuaikan dengan kondisi nyata yang dihadapi setiap sekolah.
4. Banghart dan Trull (Hernawan, 2007 : 68) juga mengungkapkan bahwa, perencanaan
pembelajaran merupakan proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media
pembelajaran, penggunaan pendekatan atau metode pembelajaran, dalam suatu alokasi waktu
yang akan dilaksanakan pada masa satu semester yang akan datang untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan.

Maka dapat ditarik benang merah bahwa perencanaan pembelajaran merupakan proses
yang diatur sedemikian rupa menurut langkah-langkah tertentu baik berupa penyusunan materi
pengajaran, penggunaan media, maupun model pembelajaran lainnya yang dimaksudkan agar
pelaksanaannya berjalan optimal. Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan salah satu standar yang harus dikembangkan adalah
standar proses. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan (Ayu,
2013).
Dengan demikian, maka keberhasilan dalam proses belajar mengajar diperlukan adanya
suatu ketetapan dan ketepatan dalam menentukan perangkat rencana dan pengaturan mengenai
isi dan bahan pelajaran serta cara yang akan digunakan untuk mengajar sebagai pedoman dalam
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Hal ini dapat terlepas dari para dosen yang secara
langsung ikut menentukan keberhasilan proses belajar mengajar, terutama dalam penentuan
pembuatan silabus. Untuk itu diperlukan suatu pedoman yang benar dalam penulisan penyusunan
Satuan Acara Perkuliahan (SAP).

A. Satuan Acara Pembelajaran


Satuan acara pembelajaran (SAP) merupakan panduan yang memberi arah kepada
fasilitator dalam menyajikan materi pembelajaran kepada para peserta, dalam kurun waktu

5|Page
tertentu dengan metoda dan alat bantu yang sesuai guna mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditentukan. SAP merupakan bagian tak terpisahkan yang melengkapi Kurikulum dan
RPS (Rencana Pembelajaran Semester) sebagai suatu suatu dokumen yang menjadi pegangan
seorang fasilitator melaksanakan tugasnya membawakan / mentransfer satu materi untuk
mencapai kompetensi yang diharapkan.
SAP atau Satuan Acara Pembelajaran, ada pula yang menyebutnya dengan Satpel atau
Satuan Pelajaran atau Kurikulum Mikro. SAP merupakan pedoman/panduan yang memberi
arah kepada fasilitator dalam menyajikan materi pembelajaran kepada para peserta, dalam
kurun waktu tertentu dengan metoda dan alat bantu yg sesuai guna mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan.
1. Komponen SAP
a. Identitas:
b. Capaian pembelajaran (CPTM)
c. Indikator pencapaian;
d. Materi pembelajaran/Bahan Kajian
e. Skenario/langkah-langkah pembelajaran
f. Penilaian
g. Sumber belajar/referensi
2. Rambu-rambu Pengisian SAP:
a. Identitas:
1) Fakultas : ..............................
2) Jurusan/Prodi : .......................
3) Mata Kuliah : ………………. (…sks)
4) Kode Mata Kuliah : ……………….
5) Semester : ..............................
6) Waktu Pertemuan : ….. × 50 menit
7) Pertemuan ke : …..
Diisi sesuai RPS (rencana pembelajaran semester)
b. Capaian pembelajaran (CPTM)
Capaian pembelajaran pertemuan (Tatap Muka) merupakan jabaran dari learning
outcomes (capaian pembelajaran mata kuliah) yang harus tercapai pada setiap tahap
pembelajaran berdasarkan indikator dan kriteria tertentu.

6|Page
c. Indikator pencapaian;
1) Penanda pemenuhan capaian pembelajaran khusus yang ditandai oleh perubahan
perilaku mahasiswa yang dapat diukur.
2) Kata kerja indikator bersifat operasional, dapat diukur.
3) Menggunakan kata kerja yang operasional.
4) Sebagai dasar untuk menyusun instrumen evaluasi / penilaian.
d. Materi pembelajaran/Bahan Kajian
1) Merupakan pokok-pokok materi pembelajaran yang relevan dengan capaian
pembelajaran yang diharapkan
2) Valid (sesuai dengan bidang kajian dan level prodi: keakuratan, keluasan,
kedalaman), praktis (ketersediaan, mudah digunakan), mendukung pemenuhan
capaian pembelajaran khusus
e. Skenario/langkah-langkah pembelajaran
Tahap/kegiatan, deskripsi kegiatan, metode dan media pembelajaran, dan estimasi
waktu

Kegiatan Uraian Kegiata Metode dan media Estimasi


Pembelajaran pembelajaran Waktu

Pendahuluan Menyampaikan deskripsi - ceramah, diskusi, 10 menit


singkat tentang desain LCD,
pembelajaran.....

Kegiatan Inti

Penutup dan
tindak lanjut

f. Penilaian.
1) Tuliskan soal-soal yang berkaitan dengan materi esensial dalam perkuliahan
tersebut.
2) Soal-soal disusun berdasarkan indikator yang telah dirumuskan.
3) Soal-soal ini dapat diberikan di akhir perkuliahan sebagai kuis atau sebagai tugas,
atau sebagai ujian tengah atau akhir semester.
4) Bentuk soal disesuaikan dengan karakteristik materi ajar dan
kompetensi/indikator yang telah dirumuskan.
g. Sumber belajar/referensi
Dikutip dari RPS/Silabus yang sesuai dengan pokok bahasan yang dikuliahkan.

7|Page
Contoh.
Textbook:
Dick, Walter, Lou Carrey and James O Carey. (2009). The systematic design of
instruction (Seventh edition). Ohio: Pearson, Allyn and Bacon

FORMAT/SISTEMATIKA SAP
1. Identitas:
Fakultas : ..............................
Jurusan/Prodi : .......................
Mata Kuliah : ………………. (…sks)
Kode Mata Kuliah : ……………….
Semester : ..............................
Waktu Pertemuan : ….. × 50 menit
Pertemuan ke : …..

2. Capaian pembelajaran (CPTM)


......................................................
......................................................

3. Indikator pencapaian;
a. ......................................................
b. ......................................................
c. ......................................................
dst.
4. Materi pembelajaran/Bahan Kajian
a. ......................................................
b. ......................................................
dst.
5. Skenario/langkah-langkah pembelajaran
Kegiatan Uraian Kegiata Metode dan Estimasi
Pembelajaran media Waktu
pembelajaran
Pendahuluan

Kegiatan Inti

Penutup dan
tindak lanjut

6. Penilaian.
a. Kuis

8|Page
b. Tugas,
c. Ujian Akhir Semester,
d. dsb

7. Sumber belajar/referensi
a. Textbook:
...................................................

b. Referensi:
...................................................
...................................................

Yogyakarta, .......................... 20...

Mengetahui, Dosen Pengampu


Ketua Jurusan/Prodi Mata Kuliah

................................................... ...................................................
NIP: NIP:

Catatan Kesesuaian Materi


Diperiksa oleh : perbaikan jika Dilarang memperbanyak dengan RPS Dibuat oleh :
ada sebagian atau seluruh isi
dokumen tanpa ijin tertulis
dari ...............................................

B. Satuan Acara Penyuluhan


SAP (Satuan Acara Penyuluhan) adalah seperangkat acara penyuluhan yang akan
diselenggarakan termasuk topik, tempat, sasaran, pemateri, dan konsep acara. Penyusunan
SAP terbagi menjadi tiga tahap. Tahap pendahuluan, tahap penyajian dan tahap penutup.
Kegiatan penyuluhan adalah tahap yang dilakukan penyuluh atau pemateri dan peserta
penyuluhan atau masyarakat untuk mengetahui perkembangan kesehatan di lingkungan
mereka. Materi penyuluhan tersebut dibatasi oleh pokok bahasan dan subpokok bahasan yang
ada pada suatu SAP. Tahap kegiatan itu terdiri atas tahap pendahuluan (introduction),tahap

9|Page
penyajian (presentation), dan tahap penutup (test and follow up). Berikut ini akan diuraikan
secara singkat pengertian tahap tersebut.
Tahap pendahuluan adalah tahap persiapan atau tahap awal sebelum memasuki
penyajian materi yang akan disuluhkan. Pada tahap ini penyuluh menjelaskan secara singkat
tentang materi yang akan diajarkan dalam pertemuan tersebut, manfaat materi tersebut dalam
kehidupan sehari-hari, hubungan materi tersebut dengan pengetahuan yang telah diketahui
masyarakat, serta tujuan yang harus dicapai masyarakat pada akhir pertemuan. Tahap ini
dimaksudkan untuk mempersiapkan mental masyarakat agar memerhatikan secara sungguh-
sungguh selama tahap penyajian. Tahap pendahuluan ini biasanya membutuhkan waktu 5
sampai 10 menit atau sekitar 5% dari waktu penyuluhan.
Tahap penyajian merupakan kegiatan belajar mengajar yang utama dalam suatu
pengajaran. Di dalamnya tercakup bagian-bagian sebagai berikut.
1. Uraian (explanation), baik dalam bentuk verbal maupun nonverbal seperti penggunaan

grafik, gambar, benda sebenarnya (realita), model, dan demonstrasi gerak.


2. Contoh dan non-contoh yang praktis serta konkret dari uraian konsep
3. Latihan merupakan praktik bagi masyarakat untuk menerapkan konsep abstrak yang
sedang dipelajari dalam bentuk kegiatan fisik. Sebagian besar (80-90%) dari waktu
kegiatan penyuluhan digunakan dalam tahap penyajian ini.
Tahap penutup merupakan tahap terakhir suatu penyuluhan, tahap ini meliputi 3
kegiatan, yaitu:
1. Pelaksanaan tes hasil penyuluhan untuk dijawab atau dikerjakan peserta penyuluhan
Seringkali tes tersebut dilaksanakan secara tidak formal dan tidak tertulis, tetapi diajukan
secara lisan untuk dijawab atau dikerjakan oleh peserta penyuluhan yang ditunjuk sebagai
sampel. Namun tes tersebut dapat juga dijawab atau dikerjakan oleh semua peserta didik
dan hal ini berarti akan menyita waktu pengajaran.
2. Umpan balik yang berupa informasi atau hasil tes
Tindak lanjut yang berupa petunjuk tentang apa yang harus dilakukan atau dipelajari
peserta penyuluhan selanjutnya, baik untuk memperdalam materi yang telah dipelajari
dalam pertemuan tersebut maupun untuk mempersiapkan diri dari wabah penyakit yang
menular di lingkungan masyarakat.

10 | P a g e
Tahap penutup ini hanya membutuhkan waktu sekitar 10-20 menit atau 10-15% dari
waktu pengajaran.

Dari uraian tentang kegiatan penyuluhan tersebut tampak bahwa didalamnya tercakup
komponen metode penyuluhan. Untuk menjelaskan suatu konsep abstrak penyuluhan dapat
menggunakan ceramah, sedangkan untuk memberikan contoh dalam bentuk kegiatan fisik
penyuluhan menggunakan metode demonstrasi. Itulah sebabnya sebagian orang tidak
menggunakan istilah metode penyuluhan ketika mereka sudah menggunakan istilah kegiatan
penyuluhan.

11 | P a g e
BAB III
MEDIA PEMBELAJARAN

A. Pengertian
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya
pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar mengajar. Para
pengajar dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh lembaga
pendidikan, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan
perkembangan dan tuntutan zaman.
Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara
harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan
dengan penerima pesan. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran
adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
Sedangkan menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk
menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Kemudian
menurut National Education Associaton(1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran
adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi
perangkat keras.
B. Manfaat dan Fungsi Media Pembelajaran
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya
dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi
semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.
Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya :
1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para
peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor
yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan
melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut.
Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka
obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata,
miniatur, model, maupun bentuk gambar – gambar yang dapat disajikan secara audio
visual dan audial.

12 | P a g e
2. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak
mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu
obyek, yang disebabkan, karena : (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c)
obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek
yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung
berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek
itu dapat disajikan kepada peserta didik.
3. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik
dengan lingkungannya.
4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan
5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
8. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai
dengan abstrak
Sedangkan secara umum media pembelajaran memiliki kegunaan antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indera
3. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber
belajar
4. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual auditor
dan kinestetiknya
5. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan
persepsi yang sama
Manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru
dengan siswa sehingga pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara lebh
khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci Kemp dan Dayton (1985) misalnya,
mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran yaitu :
1. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan
2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik

13 | P a g e
3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
4. Efisiensi dalam waktu dan tenaga
5. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
6. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja
7. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar
8. Merubah peran pengajar ke arah yang lebih positif dan produktif.
9. Menimbulkan minat sasaran pendidikan.
10. Mencapai sasaran yang lebih banyak.
11. Membantu mengatasi hambatan bahasa.
12. Merangsang sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesan-pesan kesehatan.
13. Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat.
14. Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada
orang lain.
15. Mempermudah penyampaian bahan pendidikan/informasi oleh para pendidik/pelaku
pendidikan.
16. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan.
Menurut penelitian ahli indra, yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke dalam
otak adalah mata. Kurang lebih 75-87% pengetahuan manusia diperoleh/disalurkan
melalui mata, sedangkan 13-25% lainnya tersalurkan melalui indra lain. Di sini dapat
disimpulkan bahwa alat-alat visual lebih mempermudah cara penyampaian dan
penerimaan informasi atau bahan pendidikan.
17. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami, dan akhirnya
memberikan pengertian yang lebih baik.
Media pembelajaran memberikan sumbangsih langsung terhadap proses belajar
mengajar. Efek yang ditimbulkanpun juga dapat dirasakan secara langsung, dimana peserta
didik atau siswa dapat secara langsung terlihat perkembangan belajarnya ketika
menggunakan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar.
Namun demikian penggunaan media pembelajaran harus direncanakan dan disesuaikan
dengan kebutuhan pembelajaran. Ini bertujuan agar media pembelajaran dapat berfungsi
dengan baik dan tidak menimbulkan efek negatif baik bagi guru, peserta didik, maupun
proses belajar mengajar itu sendiri. Perencanaan penggunaan media pembelajaran yang baik

14 | P a g e
akan membuat media pembelajaran berguna bukan hanya untuk pembelajaran saat itu saja,
namun juga untuk pembelajaran dimasa mendatang.
Dengan pemilihan dan penggunaan yang baik dimaksudkan agar media pembelajaran
visual dapat menjalankan fungsi-fungsi yang dimilikinya. Ada beberapa fungsi media
pembelajaran, Levie dan Lentz dalam Azhar (2013: 20) menyebutkan bahwa setidaknya
terdapat 4 fungsi yang dimiliki media pembelajaran:
1. Fungsi Atensi
Media pembelajaran berfungsi sebagai inti dimana mampu menarik dan mengarahkan
perhatian siswa agar dapat berkonsentrasi pada isi pelajaran yang berkaitan dengan
makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Sangat sering
ditemui bahwa siswa tidak fokus terhadap pembelajaran yang dilakukan, namun setelah
menggunakan media pembelajaran kemudian siswa tersebut dapat lebih diarahkan untuk
memperhatikan media pembelajaran yang digunakan.
2. Fungsi Afektif
Dapat dilihat dari kenikmatan siswa ketika belajar teks yang disertai gambar. Media
pembelajaran visual mampu menggugah emosi dan sikap siswa, siswa dapat menganalisis
dan menanggapi dengan perbuatan terhadap fenomena yang ditampilkan. Media
pembelajaran juga membuat siswa tidak pasif, bahkan siswa juga mempelajari dan
mempraktikan penggunaan media pembelajaran yang digunakan.
3. Fungsi Kognitif
Media pembelajaran visual yang berisi lambang-lambang visual atau gambar dapat
memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan
yang terkandung pada apa yang ditampilkan.
4. Fungsi Kompensatoris
Media visual yang memberi konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah
dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya
kembali. Media pembelajaran mampu mengakomodasi peserta didik yang lemah dan
lambat menerima dan mempelajari pelajaran yang disajikan tanpa menggunakan media.

15 | P a g e
C. Klasifikasi Media Pembelajaran
Berbagai cara dapat dilakukan untuk mengklasifikasi dan mengidentifikasi
media. Menurut bentuk informasi yang digunakan, anda dapat memisahkan dan
mengklasifikasi media penyaji dalam lima kelompok besar, yaitu media visual diam, media
visual gerak, media audio, media audio visual diam, dan media audio visual gerak.
Klasifikasi media ini dapat menjadi landasan untuk membedakan proses yang dipakai untuk
menyajikan pesan, bagaimana suara dan atau gambar itu diterima, apakah melalui
penglihatan langsung, proyeksi optik, proyeksi elektronik atau telekomunikasi.
Sementara Edgar Dale mengadakan klasifikasi media pembelajaran menurut tingkat
dari yang paling konkrit sampai yang paling abstrak. Klasifikasi tersebut kemudian dikenal
dengan nama “kerucut pengalaman” dari Edgar Dale dan dianut secara luas dalam
menentukan media, alat bantu serta alat peraga yang paling sesuai untuk pengalaman belajar.

Alat-alat yang digunakan oleh peserta didik dalam menyampaikan bahan


pendidikan/pengajaran, sering disebut sebagai alat peraga. Edgar Dale membagi alat peraga
tersebut menjadi 11 (sebelas) macam, dan sekaligus menggambarkan tingkat intensitas tiap-

16 | P a g e
tiap alat bantu tersebut dalam suatu kerucut. Menempati dasar kerucut adalah benda asli yang
mempunyai intensitas tertinggi disusul benda tiruan, sandiwara, demonstrasi, field
trip/kunjungan lapangan, pameran, televisi, film, rekaman/radio, tulisan, kata-kata.
Penyampaian bahan dengan kata-kata saja sangat kurang efektif/intensitasnya paling rendah.
Media Pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya. Mulai yang paling kecil
sederhana dan murah hingga media yang canggih dan mahal harganya. Ada media yang
dapat dibuat oleh pengajar sendiri, ada media yang diproduksi pabrik. Ada media yang
sudah tersedia di lingkungan yang langsung dapat kita manfaatkan, ada pula media yang
secara khusus sengaja dirancang untuk keperluan pembelajaran
Meskipun media banyak ragamnya, namun kenyataannya tidak banyak jenis media
yang biasa digunakan oleh pengajar di lembaga pendidikan. Beberapa media yang paling
akrab dan hampir semua lembaga pedidikan memanfaatkan adalah media cetak (buku).
selain itu banyak juga sekolah yang telah memanfaatkan jenis media lain gambar, model, dan
Overhead Projector (OHP) dan obyek-obyek nyata. Bahkan saat ini media lain seperti kaset
audio, video, VCD, slide (film bingkai), program pembelajaran komputer sudah tidak asing
lagi bagi sebagian besar pengajar.
Terdapat berbagai jenis media belajar, diantaranya:
1. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
2. Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
3. Projected still media : slide; over head projektor (OHP), LCD Proyektor dan sejenisnya
4. Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan
sejenisnya.
5. Study Tour Media : Pembelajaran langsung ke obyek atau tempat study seperti Museum,
Candi, dll.
Sejalan dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik yang bersifat visual,
audial, projected still media maupun projected motion media bisa dilakukan secara bersama
dan serempak melalui satu alat saja yang disebut Multi Media. Contoh : dewasa ini
penggunaan komputer tidak hanya bersifat projected motion media, namun dapat meramu
semua jenis media yang bersifat interaktif.

17 | P a g e
Anderson (1976) mengelompokkan media menjadi 10 golongan sebagai berikut :
No Golongan Media Contoh dalam Pembelajaran
I Audio Kaset audio, siaran radio, CD, telepon
II Cetak Buku pelajaran, modul, brosur, leaflet, gambar
III Audio-cetak Kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis
IV Proyeksi visual diam Overhead transparansi (OHT), Film bingkai
(slide)
V Proyeksi Audio visual Film bingkai (slide) bersuara
diam
VI Visual gerak Film bisu
VII Audio Visual gerak Film gerak bersuara, video/VCD, televisi
VIII Obyek fisik Benda nyata, model, specimen
IX Manusia dan lingkungan Guru, Pustakawan, Laboran
X Komputer CAI (Pembelajaran berbantuan komputer), CBI
(Pembelajaran berbasis komputer).

Sedangkan Allen mengemukakan tentang hubungan antara media dengan tujuan


pembelajaran, sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini :
Jenis Media 1 2 3 4 5 6
Gambar Diam S T S S R R
Gambar Hidup S T T T S S
Televisi S S T S R S
Obyek Tiga Dimensi R T R R R R
Rekaman Audio S R R S R S
Programmed Instruction S S S T R S
Demonstrasi R S R T S S
Buku teks tercetak S R S S R S
Keterangan :
R = Rendah S = Sedang T= Tinggi
1 = Belajar Informasi faktual
2 = Belajar pengenalan visual
3 = Belajar prinsip, konsep dan aturan
4 = Prosedur belajar
5= Penyampaian keterampilan persepsi motorik
6 = Mengembangkan sikap, opini dan motivasi
Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan
dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh : bila tujuan atau
kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat

18 | P a g e
untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan
maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik
(gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan. Di samping itu, terdapat
kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti: biaya, ketepatgunaan;
keadaan peserta didik; ketersediaan; dan mutu teknis.
D. Persiapan Penggunaan Media Pembelajaran
Semua media pembelajaran yang dibuat berguna sebagai alat bantu belajar dan tetap
harus diingat bahwa alat ini tidak dapat berfungsi mengajar dengan sendirinya. Kita harus
mengembangkan ketrampilan dalam memilih, mengadakan alat peraga secara tepat sehingga
mempunyai hasil yang maksimal.
Contoh : satu set flip chart tentang makanan sehat untuk bayi/anak-anak harus
diperlihatkan satu persatu secara berurutan sambil menerangkan tiap-tiap gambar beserta
pesannya. Kemudian diadakan pembahasan sesuai dengan kebutuhan pendengarnya agar
terjadi komunikasi dua arah. Apabila kita tidak mempersiapkan diri dan hanya
mempertunjukkan lembaran-lembaran flip chart satu demi satu tanpa menerangkan atau
membahasnya maka penggunaan flip chart tersebut mungkin gagal.
Penerapan media pembelajaran telah memberikan sumbangsih dan kontribusi yang
banyak terhadap proses pembelajaran. Banyak keuntungan dan manfaat yang bisa didapat
dari penggunaan media pembelajaran. Pada dasarnya media pembelajaran mendukung serta
membantu pengajar dalam menyampaikan materi yang ada dalam bahan ajar sehingga siswa
lebih mengerti dan memahami materi yang diajarkan. Media pembelajaran juga terbukti
mampu untuk meningkatkan minat belajar peserta ajar dimana dengan minat belajar peserta
ajar yang tinggi, maka pencapaian tujuan pembelajaran dan hasil belajar yang diinginkan bisa
lebih mudah dan cepat.
Media pembelajaran telah memberikan nilai tambah dalam proses belajar mengajar.
Sistem belajar mengajar konvensional akan menjadi berubah ketika media pembelajaran
dilibatkan dalam pembelajaran. Agar media pembelajaran dapat menjalankan peranannya
maka pemilihan dan penggunaan media pembelajaran tidak boleh dilakukan secara
sembarangan. Pemilihan media pembelajaran harus berdasarkan kriteria tertentu serta
memperhatikan berbagai hal yang menyangkut pembelajaran. pengajar juga harus menguasai
penggunaan media pembelajaran dimana nantinya penggunaan media pembelajaran yang

19 | P a g e
dipilih tersebut juga diajarkan kepada peserta ajar sehingga keberadaan media pembelajaran
dapat benar-benar mendukung pembelajaran dan tidak menghambat proses belajar mengajar.
Untuk mendapatkan kualitas media pembelajaran yang baik agar dapat memberikan
pengaruh yang signifikan dalam proses belajar mengajar, maka diperlukan pemilihan dan
perencanaan penggunaan media pembelajaran yang baik dan tepat. Pemilihan media
pembelajaran yang tepat ini menjadikan media pembelajaran efektif digunakan dan tidak sia-
sia jika diterapkan.
Arsyad (2013: 74) menjelaskan bahwa kriteria pemilihan media bersumber dari konsep
bahwa media pembelajaran merupakan bagian dari sistem instruksional secara keseluruhan.
Maka beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media pembelajaran yang
baik adalah sebagai berikut:
1. Sesuai Dengan Tujuan
Media pembelajaran harus dipilih berdasarkan tujuan instruksional dimana akan lebih
baik jika mengacu setidaknya dua dari tiga ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal
ini bertujuan agar media pembelajaran sesuai dengan arahan dan tidak melenceng dari
tujuan. Media pembelajaran juga bukan hanya mampu mempengaruhi aspek intelegensi
peserta didik, namun juga aspek lain yaitu sikap dan perbuatan.
2. Tepat Mendukung Materi yang Bersifat Fakta, Konsep, Prinsip, dan Generalisasi
Tidak semua materi dapat disajikan secara gamblang melalui media pembelajaran,
terkadang harus disajikan dalam konsep atau simbol atau sesuatu yang lebih umum baru
kemudian disertakan penjelasan. Ini memerlukan proses dan keterampilan khusus dari
siswa untuk memahami hingga menganalisis materi yang disajikan. Media pembelajaran
yang dipilih hendaknya mampu diselaraskan menurut kemampuan dan kebutuhan peserta
didik dalam mendalami isi materi.
3. Praktis, Luwes, dan Bertahan
Media pembelajaran yang dipilih tidak harus mahal dan selalu berbasis teknologi.
Pemanfaatan lingkungan dan sesuatu yang sederhana namun secara tepat guna akan lebih
efektif dibandingkan media pembelajaran yang mahal dan rumit. Simpel dan mudah
dalam penggunaan, harga terjangkau dan dapat bertahan lama serta dapat digunakan
secara terus menerus patut menjadi salah satu pertimbangan utama dalam memilih media
pembelajaran.

20 | P a g e
4. Mampu dan Terampil Menggunakan
Apapun media yang dipilih, pengajar harus mampu menggunakan media tersebut. Nilai
dan manfaat media pembelajaran sangat ditentukan oleh bagaimana keterampilan
pengajar menggunakan media pembelajaran tersebut. Keterampilan penggunaan media
pembelajaran ini juga nantinya dapat diturunkan kepada peserta didik sehingga peserta
didik juga mampu terampil menggunakan media pembelajaran yang dipilih.
5. Pengelompokan Sasaran
Pesrta didik terdiri dari banyak kelompok belajar yang heterogen. Antara kelompok satu
dengan yang lain tentu tidak akan sama. Untuk itu pemilihan media pembelajaran tidak
dapat disama ratakan, memang untuk media pembelajaran tertentu yang bersifat universal
masih dapat digunakan, namun untuk yang lebih khusus masing-masing kelompok
belajar harus dipertimbangkan pemilihan media pembelajaran untuk masing-masing
kelompok.
6. Hal yang perlu diperhatikan mengenai kelompok belajar peserta didik sebagai sasaran ini
misalnya besar kecil kelompok yang bisa digolongkan menjadi 4 yaitu kelompok besar,
kelompok sedang, kelompok kecil, dan perorangan. Latar belakang secara umum tiap
kelompok perlu diperhatikan seperti latar belakang ekonomi, sosial, budaya, dan lain-
lain. Kemampuan belajar masing-masing peserta didik dalam kelompok juga wajib
diperhatikan untuk memilih mana media pembelajaran yang tepat untuk dipilih.
7. Mutu Teknis
Pemilihan media yang akan digunakan harus memenuhi persyaratan teknis tertentu.
Pengajar tidak bisa asal begitu saja menentukan media pembelajaran meskipun sudah
memenuhi kriteria sebelumnya. Tiap produk yang dijadikan media pembelajaran tentu
memiliki standar tertentu agar produk tersebut laik digunakan, jika produk tersebut belum
memiliki standar khusus pengajar harus mampu menentukan standar untuk produk
tersebut agar dapat digunakan untuk media pembelajaran.
Dengan semakin banyaknya jenis dan macam media pembelajaran ini menjadikan
penentuan dan pemilihan media pembelajaran menjadi tidak mudah. Menentukan media
pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran harus dilakukan secara tidak
sembarangan. Tidak semua media pembelajaran cocok diterapkan untuk semua materi,
sangat perlu menentukan media pembelajaran yang tepat digunakan untuk suatu materi

21 | P a g e
pembelajaran tertentu. Media pembelajaran berbasis teknologi yang jauh mempermudah
penyampaian materi dibanding media pembelajaran lain tidak selalu tepat digunakan pada
materi tertentu. Menentukan jenis media pembelajaran yang akan digunakan dalam
pembelajaran harusnya berpedoman pada prinsip-prinsip tertentu. Arsyad (2013:101)
mengemukakan bahwa dalam mencari dan menentukan media pembelajaran yang akan
digunakan perlu memperhatikan prinsip-prinsip umum. Prinsip-prinsip umum tersebut
dituangkan dalam beberapa pertanyaan, antara lain:
1. Sudahkah anda mengidentifikasi dan mengungkapkan dengan jelas gagasan anda dan
membatasi topik bahasan?
2. Apakah program yang dikembangkan memiliki tujuan untuk menginformasikan,
memotivasi, atau instruksional?
3. Apakah anda sudah merumuskan tujuan yang akan dicapai melalui program ini?
4. Sudahkah anda mengevaluasi karakteristik peserta didik yang akan menggunakan
program ini?
5. Sudahkah anda siapkan kerangka (outline) isi pelajaran?
6. Sudahkah dipertimbangkan bahwa media apa saja yang paling sesuai untuk mencapai
tujuan?
7. Sudahkah anda membuat storyboard untuk paket pelajaran ini jika diperlukan?
8. Apakah anda telah menyiapkan naskah untuk frame per frame untuk dijadikan penuntun
saat mengambil gambar?
9. Jika perlu, sudahkah anda menentukan orang tertentu yang ahli di bidang masing-masing
untuk membantu anda dalam mempersiapkan materi pelajaran?
Ketika seorang pengajar mampu menjawab prinsip-prinsip umum di atas maka pengajar
tersebut akan dapat menentukan media pembelajaran yang akan diterapkan. Media
pembelajaran yang dipilih tersebut akan sesuai dengan materi dan tepat digunakan dalam
pembelajaran. Tidak hanya itu, prinsip-prinsip umum yang digunakan untuk menentukan
media pembelajaran diatas juga mempermudah pengajar dalam menyeleksi media
pembelajaran, sehingga pengajar tidak akan dibingungkan untuk menentukan media
pembelajaran karena memiliki telah menjawab dan menggunakan prinsip-prinsip umum
dalam menentukan media pembelajaran yang akan dipilih.

22 | P a g e
E. Jenis Media Pendidikan Kesehatan
Berdasarkan cara produksi media pendidikan kesehatan dibagi menjadi tiga golongan,
yaitu media cetak, media elektronik, dan media luar ruang.
1. Media Cetak
Media cetak, yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual. Media
cetak pada umumnya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata
warna. Fungsi utama media cetak ini adalah memberi informasi dan menghibur. Adapun
macam-macamnya adalah koran (Surat Kabar), poster, leaflet, pamflet, majalah, booklet,
dan stiker.
a. Poster
Poster merupakan pesan singkat dalam bentuk gambar, dengan tujuan untuk
mempengaruhi seseorang atau kelompok agar tertarik pada objek materi yang
diinformasikan (Effendy, 1995). Poster juga merupakan media cetak yang berisi
pesan-pesan/informasi kesehatan, yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di
tempat-tempat umum atau di kendaraan umum.
Poster merupakan gambar-gambar yang dirancang sedemikian rupa sehingga menarik
perhatian audience, sedikit menggunakan kata-kata, dicetak pada sehelai kertas/bahan
lain yang ditempelkan pada tempat tertentu. Sebuah poster harus didesain
menggugah/menarik perhatian khalayak terhadap suatu isu, sehingga dapat
menyampaikan secara tepat.
Kelebihan Poster:
1) Khalayak dapat mengatur tempo dalam membaca, dapat mengulang bacaannya
kembali dan mengatur cara membaca.
2) Informasi yang disampaikan lebih jelas dan lengkap.
3) Biaya percetakan lebih murah.
4) Lebih mudah untuk mempromosikan.
Kekurangan Poster:
1) Mudah sobek.
2) Lebih lama untuk memahami poster, dibutuhkan kemampuan membaca dan
perhatian, karena tidak bersifat auditif dan visual.

23 | P a g e
3) Membutuhkan proses penyusunan dan penyebaran yang kompleks dan waktu
yang relatif lama.
4) Jika terkena air terkadang luntur, tergantung kertas dan tinta printer yang
digunakan.
b. Pamflet
Pamflet adalah terbitan tidak berkala yang dapat terdiri dari satu hingga sejumlah
kecil halaman, tidak terkait dengan terbitan lain, dan selesai dalam sekali terbit.
Pamflet satu halaman bisa merupakan cetakan satu muka saja maupun cetakan dua
muka atau bolak-balik. Tentu saja untuk cetakan dua muka, kualitas medianya pun
lebih baik. Pada umumnya, pamflet dicetak dengan kualitas bagus karena
dimaksudkan untuk membangun citra yang baik terhadap layanan atau produk yang
diinformasikan dalam pamflet tersebut.
Berbeda dengan poster yang didesain agar orang bisa mudah membaca informasi
walaupun dalam posisi bergerak, pamflet atau brosur ditujukan agar dibaca secara
khusus. Pada beberapa jenis, pamflet dimaksudkan agar orang menyimpannya agar
sekali waktu digunakan bila membutuhkan informasi.
Kelebihan Pamflet:
1) Praktis.
2) Bisa diberikan kepada konsumen sebagai pengingat
3) Biaya percetakan lebih murah.
4) Memberikan informasi yang sangat jelas.
Kekurangan Pamflet:
1) Mudah sobek.
2) Membutuhkan waktu lama untuk memahami isi pamflet.
3) Harus bisa mengolah layout dengan tepat agar tidak membosankan.
c. Leaflet
Leflet adalah bentuk penyampaian informasi tulisan-tulisan melalui lembaran yang
dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar, atau kombinasi
(Notoatmodjo, 2003). Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan
kalimat-kalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang
sederhana. Ada beberapa yang disajikan secara berlipat. Leaflet digunakan untuk

24 | P a g e
memberikan keterangan singkat tentang suatu masalah, misalnya deskripsi
pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare dan pencegahannya,
dan lain-lain. Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada saat pertemuan-pertemuan
seperti pertemuan FGD, pertemuan Posyandu, kunjungan rumah, dan lain-lain.
Leaflet dapat dibuat sendiri dengan perbanyakan sederhana seperti di photo copy.
Leaflet adalah produk dokumentasi dan komunikasi yang menyediakan pengenalan
dan gambaran mengenai sebuah organisasi atau kegiatan. Sebuah leaflet bisa
digunakan untuk mempromosikan LSM/ organisasi berbasis masyarakat dengan
kegiatannya, mempublikasikan layanan atau kegiatan, dan berkomunikasi dengan
pesan – pesan yang spesifik. Biasanya berisi laporan singkat dan informasi yang jelas
untuk menyediakan gambaran yang jelas dan sederhana ketimbang deskripsi yang
mendetail. Leaflet dapat ditujukan kepada khalayak luas (seperti masyarakat umum)
atau komunitas khusus (seperti donor), berisi pesan singkat karena biasanya tidak
lebih dari dua halaman kertas A4.
Beberapa pertanyaan kunci sebelum membuat sebuah leaflet adalah:
1) Apakah sasaran dari leaflet tersebut komunitas umum atau khusus? Bagaimana
hal ini berpengaruh terhadap jenis informasi yang ingin disampaikan?
2) Bagaimana tampilan untuk leaflet yang bisa mempresentasikan LSM/
organisasi/kepentingan berbasis masyarakat?
3) Apakah bahasa/ komunikasi yang dibuat sesuai dengan sasaran?Berapa banyak
leaflet yang ingin disediakan?
4) Bagaimana hal ini berpengaruh pada gaya yang dipilih – seperti jumlah warna
dan jenis kertas?
Persyaratan umum dalam penggunaan metode ini yakni : harus dirancang sedemikian
rupa sehigga mudah ditangkap/dimengerti oleh sasaran, tidak menimbulkan salah
persepsi pada sasaran, harus menyolok agar menarik perhatian penerima informasi
secara spontan (ariesmada.net). Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun
leaflet :
1) Gunakan desain yang menarik perhatian komunitas sasaran dan buat leaflet
berbeda dari yang lain.
2) Hindari desain yang berlebihan dengan gaya yang terlihat mahal.

25 | P a g e
3) Pilih bentuk yang sesuai dengan tempat pengiriman, seperti seukuran amplop atau
tempat leaflet.
4) Gunakan kata – kata yang sederhana, jelas, dan fokus dalam membuat leaflet anda
cepat dan mudah dibaca.
5) Gunakan peta/ gambar dan diagram yang sederhana pada leaflet untuk
menggambarkan apa yang menjadi tujuan.
Cara penggunaan leaflet dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dapat
ditempel di papan pengumuman puskesmas, rumah sakit, atau tempat lain yang
mudah dilihat oleh masyarakat, dapat diberikan kepada sasaran setelah selesai
penyuluhan kesehatan. Agar efektif maka bentuk leaflet tulisannya terdiri dari 200 –
400 huruf dengan tulisan cetak biasanya diselingi dengan gambar, harus dapat dibaca
sekali pandang, ukuran biasanya 20 x 30 cm, dapat berupa leaflet tentang DHF,
penanggulangan diare, imunisasi, dsb (nersopi.blogspot.com).
Leaflet merupakan bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak
dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat
dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta
mudah dipahami. Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat materi yang dapat
menggiring peserta didik untuk menguasai satu atau lebih KD.
Salah satu unsure dalam leaflet adalah foto atau gambar. Foto/gambar memiliki
makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan. Foto/gambar sebagai bahan ajar
tentu saja diperlukan satu rancangan yang baik agar setelah selesai melihat sebuah
atau serangkaian foto/gambar siswa dapat melakukan sesuatu yang pada akhirnya
menguasai satu atau lebih KD.
Menurut Weidenmann dalam buku Lehren mit Bildmedien menggambarkan bahwa
melihat sebuah foto/gambar lebih tinggi maknanya dari pada membaca atau
mendengar. Melalui membaca yang dapat diingat hanya 10%, dari mendengar yang
diingat 20%, dan dari melihat yang diingat 30%. Foto/gambar yang didesain secara
baik dapat memberikan pemahaman yang lebih baik. Bahan ajar ini dalam
menggunakannya harus dibantu dengan bahan tertulis. Bahan tertulis dapat berupa
petunjuk cara menggunakannya dan atau bahan tes.

26 | P a g e
Keuntungan Leaflet :
1) Leaflet menarik untuk dilihat.
2) Mudah untuk dimengerti.
3) Merangsang imajinasi dalam pemahaman isi leaflet.
4) Lebih ringkas dalam penyampaian isi informasi.
Kelemahan Leaflet :
1) Salah dalam desain tidak akan menarik pembaca.
2) Leaflet hanya untuk dibagikan, tidak bisa di pajang/ ditempel.
3) Dibutuhkan kemampuan membaca dan perhatian, karena tidak bersifat auditif dan
visual.
d. Flif chart (lembar balik)
Menurut Notoatmodjo (2003) flif chart merupakan media penyampaian pesan atau
informasi-informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya berbentuk buku
dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan lembaran baliknya berisi
kalimat sebagai pesan atau informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut.
e. Booklet
Booklet adalah media komunikasi massa yang bertujuan untuk menyampaikan pesan
yang bersifat promosi, anjuran, larangan-larangan kepada khalayak massa, dan
berbentuk cetakan. Sehingga akhir dari tujuannya tersebut adalah agar masyarakat
yang sebagai obyek memahami dan menuruti pesan yang terkandung dalam media
komunikasi massa tersebut. Sesuatu itu tak mungkin bisa lepas dari keunggulan dan
kelemahan.
Kelebihan booklet :
1) Keunggulan dari booklet itu adalah bahwa booklet ini menggunakan media cetak
sehingga biaya yang dikeluarkannya itu bisa lebih murah jika dibandingkan
dengan menggunakan media audio dan visual serta juga audio visual.
2) Proses booklet agar sampai kepada obyek atau masyarakat bisa dilakukan
sewaktu-waktu.
3) Proses penyampaiannya juga bisa disesuaikan dengan kondisi yang ada.
4) Lebih terperinci dan jelas, karena lebih banyak bisa mengulas tentang pesan yang
disampaikannya.

27 | P a g e
Kelemahan Booklet :
1) Booklet ini tidak bisa menyebar ke seluruh masyarakat, karena disebabkan
keterbatasan penyebaran booklet.
2) Tidak langsungnya proses penyampaiannya, sehingga umpan balik dari obyek
kepada penyampai pesan tidak secara langsung (tertunda).
3) Memerlukan banyak tenaga dalam penyebarannya.
f. Stiker
Stiker merupakan salah satu dari sekian banyak media komunikasi yang digunakan,
keefektifan sebuah stiker dalam menyampaikan pesan bergantung pada beberapa hal
yaitu: penampilan, ukuran stiker harus optimum, kualitas cetakan yang baik, awet dan
terjangkau serta bahasa yang digunakan dalam penyampaian harus singkat padat dan
jelas, serta menarik.
Kelebihan Stiker :
1) Mudah ditempelkan,
2) Lebih praktis, dalam artian penempatan di mana saja lebih mudah, dan tidak
membutuhkan sesuatu untuk menempelkannya.
3) Hasil cetakan lebih murah dan terjangkau.
4) Pengerjaannya relatif simple dan mudah.
5) Tidak butuh waktu lama untuk membuatnya.
6) Kalau bosan tinggal dicopot.
7) Perawatannya ringan dan sederhana.
Kekurangan Stiker :
1) Mengecap jika ditempel, dan kadang-kadang juga menggerus cat tembok.
2) Mudah tergores dan sobek.
3) Harus berfikir dua kali dalam penempatannya agar tidak tergores maupun dalam
penempatannya.
g. Koran (Surat Kabar)
Koran merupakan lembaran-lembaran kertas bertuliskan kabar berita dan sebagainya
yang terbagi ke dalam kolom-kolom. Koran (dari bahasa Belanda: Krant, dari bahasa
Perancis courant) atau surat kabar adalah suatu penerbitan yang ringan dan mudah

28 | P a g e
dibuang, biasanya dicetak pada kertas berbiaya rendah yang disebut kertas koran,
yang berisi berita-berita terkini dalam berbagai topik.
Kelebihan Koran:
1) Biasanya relatif tidak mahal.
2) Flexibility (bebas tentukan pasar/sasaran, ukuran, jenis, frekuensi tayang,warna)
3) Dapat dinikmati lebih lama.
4) Market coverage : surat kabar mampu menjangkau daerah-daerah perkotaan
sesuai cakupan wilayahnya.
5) Positive consumer attitude : aktualitas informasi yang sampaikan digunakan juga
sebagai acuan pembaca.
Kekurangan Koran:
1) Mudah diabaikan.
2) Short life span : meski jangkauannya luas dan massal serta dapat
didokumentasikan, pembaca surat kabar hanya butuh waktu kurang lebih 15 menit
hingga 30 menit untuk membacanya serta umumnya hanya sekali saja
membacanya. Selain itu, usia informasinya hanya 24 jam setelah itu sudah
dianggap basi.
3) Clutter : Jika isi dan tata letaknya kacau akan mempengaruhi pemaknaan dan
pemahaman isi pesan oleh pembacanya.
4) Limited coverage of certains group : beberapa kelompok tertentu tidak bisa
dijangkau oleh surat kabar, misalnya masyarakat usia di bawah 15 tahun.
5) Products criteria ; beberapa produk tidak dapat diiklankan dengan menggunakan
surat kabar karena memerlukan demonstrasi atau memerlukan pertimbangan
tertentu.
6) Poor reprodution ; kualitas cetak tak sebaik majalah atau brosur
h. Majalah
Media yang mengandalkan tulisan atau teks yang berisi bermacam-macam artikel
dalam topik yang bervariasi dan populer yang ditujukan kepada masyarakat umum
dan ditulis dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti oleh banyak orang. Majalah
biasanya diterbitkan mingguan, dwimingguan, atau bulanan.

29 | P a g e
Kelebihan Majalah:
1) Khalayak sasaran (kemampuan menjangkau khalayak lebih segmented)
2) Penerimaan Khalayak (produk diangkat sejajar dengan prestige majalah tersebut).
3) Long Life Span, usia edar paling lama, disimpan lama, dibaca selama 60-90 menit,
serta berulang-ulang dan disimpan
4) Format orang membaca secara lambat, sampai lebih dari sehari, memungkinkan
memuat info secara detail, dan juga format iklan kreatif.
5) Kualitas Visual sangat prima, didukung dengan kertas, pencetakan, dan jilid.
6) Alat Promosi efektif
Kelemahan Majalah:
1) Fleksibilitas Terbatas (materi iklan harus jauh hari sebelumnya, halaman menarik
sudah laku oleh pengiklan besar)
2) Relatif mahal
3) Tidak cepat, pembaca tidak langsung membaca majalah begitu terbit
4) Distribusi, peredarannya lambat,dan kadang daerah tertentu tak terjangkau
2. Media Elektronik
Media elektronika yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar
dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika. Adapun macam-macam
media tersebut adalah TV, radio, film, cassete, CD Audio,dan media online.
a. Radio
Media suara atau audio identik dengan media radio yang memang pendengarnya
hanya bisa menikmati suara saja tanpa ada visualisasi ataupun teks.
Kelebihan radio:
1) Dalam hal penyampaian informasi atau berita lebih cepat bahkan bisa saat itu
juga.
2) Biasanya media ini bisa dinikmati sambil melakukan aktifitas yang lainnya. Jadi
pendengar tidak harus memantau di depan radio, tetapi bisa menemani aktifitas
pendengarnya di mana pun.
3) Biaya produksi ataupun biaya yang diperlukan khalayak untuk mendengarkan
radio relatif murah, bahkan bisa didengar tanpa menggunakan listrik tetapi

30 | P a g e
menggunakan baterai. Hal inilah mengapa sampai sekarang radio masih digemari
oleh khalayak apalagi yang ada di pedesaan.
4) Pendengar yang buta huruf pun bisa memahami apa yang disampaikan oleh siaran
radio. Jadi khalayak yang tidak berpendidikan pun bisa menikmati media ini,
berbeda dengan koran yang memang khalayaknya harus bisa membaca.
5) Bahasa yang digunakan bersifat bahasa tutur, jadi mudah dimengerti oleh
pendengarnya.
6) Pendengar tidak terbatas baik dari segi umur, pendidikan, wilayah dan
sebagainya. Meskipun sekarang sudah banyak radio yang tersegmentasi.
Kekurangan radio:
1) Informasi yang disampaikan hanya sekilas dan tidak bisa diulang, jadi pendengar
tidak bisa mengerti secara detail tentang berita yang disampaikan, karena memang
bahasanya sederhana dan tidak didukung oleh visualisasi. Pendengar hanya bisa
membayangkan saja.
2) Jumlah berita yang disampaikan oleh radio terbatas, tidak sebanyak media cetak (
koran). Dalam waktu satu jam mungkin hanya tersaji 2 atau 3 berita, itu pun berita
yang paling penting dan sensasional.
3) Karena radio penyebarannya melalui alat pemancar, maka khalayak pun juga
hanya bisa menikmati radio selama terjangkau oleh daya pancar radio tersebut.
Apalagi kalau cuaca yang kurang baik biasanya radio agak melemah daya
pancarnya. Sehingga khalayak yang jauh tidak bisa menikmati siaran radio.
4) Saat mendengarkan berita di radio kita harus mengikuti jadwal atau waktu dimana
radio tersebut akan menyajikan siaran berita.
b. Kaset dan CD Audio
Kaset dan CD Audio adalah penyimpanan data yang hanya berupa suara yang di
temukan oleh phillips pada tahun 1963 di Eropa dan tahun 1964 di Amerika Serikat
dengan nama compact cassette seiring perkembangan teknologi komunikasi dan
informasi ditemukanlah beberapa media audio diantaranya CD dan DVD, MP3,
Audio Digital,tetapi sebelum ditemukan media seperti yang disebut diatas telah ada
media yang masih sangat sederhana yaitu piringan hitam.

31 | P a g e
Kelebihan Kaset dan CD Audio:
1) Dapat diulang-ulang/di review
2) Pengguna dapat menyesuaikan waktu
3) Pengguna dapat menggunakan sesuai kebutuhan
4) Pengguna dapat mendengar sambil melakukan aktifitas lain.
Kelemahan Kaset dan CD Audio:
1) Sulit menentukan lokasi pesan jika pesan itu berada di tengah-tengah pita
2) Tidak ada gambar, grafik, diagram sebagai bahan klarifikasi
3) Momunikasi satu arah
4) Hanya mengandalkan indra pendengaran, sehinngga kurang optimal
c. Televisi
Televisi adalah media massa elektronik terkenal yang berfungsi sebagai penerima
siaran gambar bergerak beserta suara (audio-visual), baik itu monokrom (hitam-putih)
maupun berwarna.
Kelebihan televisi :
1) Dapat dinikmati oleh siapa saja.
2) Dapat menjangkau daerah yang luas.
3) Waktu siarannya sudah tertentu.
4) Memiliki daya penyampaian dan pengaruh yang kuat karena dapat memberikan
kombinasi antara suara dengan gambar yang bergerak.
5) Memudahkan para audiensnya untuk memahami yang diiklankan.
6) Tidak memerlukan keahlian dan kemampuan membaca seperti pada media cetak.
Dengan gambar-gambar, semua orang sudah cukup mengerti maknanya.
Kekurangan televisi :
1) Biaya relatif tinggi.
2) Hanya dapat dinikmati sebentar (pesan berlalu sangat cepat).
3) Khalayak yang selektif (tidak setajam media lainnya kemungkinan menjangkau
segmen tidak tepat karena pemborosan geografis).
4) Kesulitan teknis.
5) Tidak semua tempatdapat dicapai gelombang penyiaran televisi.

32 | P a g e
6) Tidak semua orang memiliki pesawat televisi melihat harganya yang relatif
mahal.
d. Film
Film disebut juga gambar hidup (motion pictures), yaitu serangkaian gambar diam
(still pictures) yang meluncur secara cepat dan diproyeksikan sehingga menimbulkan
kesan hidup dan bergerak. media film merupakan salah satu bentuk media
komunikasi yang memeiliki potensi digunakan untuk pembelajaran baik by
design maupun by utilization.
Kelebihan Media Film:
1) Memberikan pesan yang dapat diterima secara lebih merata oleh siswa.
2) Sangat bagus untuk menerangkan suatu proses.
3) Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.
4) Lebih realistis, dapat diulang-ulang dan dihentikan sesuai dengan kebutuhan.
5) Membrikan kesan yang mendalam, yang dapat mempengaruhi sikap siswa.
Kekurangan Media Film:
1) Harga produksinya cukup mahal.
2) Pembuatannya memerlukan banyak waktu dan tenaga.
3) Memerlukan operator khusus untuk mengoperasikannya.
e. Media Online
Media online adalah media yang berbasiskan teknologi komunikasi interaktif dalam
hal ini jaringan komputer, dan oleh karenanya ia memiliki ciri khas yang tidak
dimiliki media konvensional lainnya, salah satunya adalah pemanfaatan Internet
sebagai wahana di mana media tersebut ditampilkan, sekaligus sarana produksi dan
penyebaran informasinya. Oleh karena itu, peranan teknologi komunikasi dalam hal
ini internet, sangatlah besar dalam mendukung setiap proses penyelenggaraan
media online. Besarnya pengaruh teknologi Internet dalam penyelenggaraan
media online ditunjukkan lewat pengeksplorasian setiap karakter yang dimiliki
internet yang kemudian diadopsi oleh media online.
Kelebihan online:
1) Berita langsung dapat di terbitkan. Setelah diposting secara otomatis bisa
langsung terbit tanpa harus di cetak.

33 | P a g e
2) Memiliki banyak pilihan.
3) Gabungan dari audio, visual, gambar dan tulisan.
Kelemahan online:
1) Untuk mendapatkan berita harus selalu terhubung dengan internet, jadi hanya
orang yang mampu untuk browsing yang bisa menikmati media online atau dari
kalangan tertentu.
2) Biaya relatif mahal, karena harus memiliki PC atau laptop dan paling tidak wifi,
atau hotspot,atau speedy
3) Belum meratanya jaringan internet. Apalagi di pedesaan yang jauh dari jaringan
internet. Karena biasanya hanya orang perkotaan yang bisa meng akses internet.
4) Kebanyakan isi belum bisa di pertanggungjawabkan. Karena kebanyakan media
online tidak ada peng edit atau filter. Jadi penulis/ atau yang memosting berita
biasanya dari berbagai macam kalangan.
3. Media Luar Ruang
Media luar ruang yaitu media yang menyampaikan pesannya di luar ruang secara
umum melalui media cetak dan elektronika secara statis, misalnya billboard, spanduk,
banner.
a. Media Spanduk
Spanduk dapat diartikan sebagai media penyampaian informasi berupa kain jenis
tertentu. Panjang spanduk rata-rata berukuran sekitar lima hingga delapan meter
dengan lebar menyesuaikan. Spanduk lazim dipasang di tepi atau tengah jalan.
Dibentangkan atau diikat pada tembok, tiang listrik maupun pepohonan yang banyak
terdapat di tepian jalan. Spanduk berisi huruf atau kalimat informatif dan gambar
menarik mata (eye catching).
Kelebihan Spanduk:
1) Kelonggaran pembacanya untuk menangkap pesan dari informasi yang tercetak
dibentangan kain tersebut. Mereka tidak dituntut agar terburu-buru ketika
membaca lalu memahami apa yang dimaksud oleh tulisan atau gambar pada
spanduk.
2) Pembaca bebas mengatur kapan ia hendak membaca spanduk tanpa khawatir
pesan pada spanduk mendadak hilang atau tidak terbaca lagi. Tidak seperti pada

34 | P a g e
media eletronik seperti televisi atau radio yang punya rentang waktu tertentu. Jika
lewat rentang waktu tersebut, pesan atau informasi yang disampaikan tidak bisa
diakses kembali.
3) Pembaca spanduk dapat mengulang-ulang membaca atau melihat pesan pada
spanduk. Secara psikologis, pesan yang terus menerus dibaca dapat lebih bertahan
lama dan sangat efektif memengaruhi pola pikir pembacanya. Ini membuat pesan
atau informasi pada spanduk akan lebih mengena pada sasarannya.
4) Selain itu, dengan terus menerus membaca pesan di spanduk, kemungkinan
distorsi informasi dapat ditekan seminimal mungkin. Informasi yang disampaikan
melalui spanduk akan dipahami secara gamblang dan jelas tanpa ada
kemungkinan disalahpahami maksudnya. Kelebihan lain dari spanduk berkaitan
dengan sifatnya yang bisa tahan lama. Bahkan, bila spanduk itu tidak dicopot dari
tempatnya, maka selama itu pula spanduk tetap efektif menyampaikan informasi
kepada pembacanya.
5) Spanduk pun merupakan salah satu jenis media penyampaian informasi yang
efektif dalam menyampaikan pesannya melalui kata atau gambar. Selain dapat
terlihat dari jarak jauh, jika ada kata atau gambar yang kurang dipahami oleh
seseorang, ia dapat menanyakannya langsung pada orang lain. Intinya, kelebihan
spanduk ada pada karakteristiknya yang sederhana tapi efektif dalam
menyampaikan pesan atau informasi tertentu. Spanduk adalah media yang murah
meriah.
Kekurangan Spanduk:
1) Meskipun termasuk media murah meriah, spanduk juga merupakan media yang
paling sering tidak dipedulikan oleh orang-orang. Ini karena kekuatan spanduk
terletak pada pengolahan kata-kata dan gambar. Jika kata-kata atau gambar tidak
menarik, maka keberadaan spanduk pun jadi sia-sia.
2) Dibutuhkan orang yang ahli dalam menyusun atau mengonsep spanduk sehingga
menarik perhatian orang-orang untuk melihat dan membaca pesan yang ditulis di
spanduk itu. Ini tentunya bukan pekerjaan yang gampang.
3) Kekurangan spanduk lainnya adalah pada proses memasang spanduk yang tidak
mudah. Bandingkan dengan media lain seperti selebaran atau pamflet yang bisa

35 | P a g e
cepat dan tak perlu usaha keras dalam menyebarkannya. Sedangkan spanduk,
butuh usaha berlebih ketika hendak memasangnya, termasuk juga ketika
mencopot spanduk yang telah habis ‘masa pakainya’.
4) Bahannya dari kain, spanduk rentan mengalami kerusakan berupa robek karena
hembusan angin atau perilaku dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab
yang menyobek atau merusak spanduk dengan sengaja.
b. Banner
Banner merupakan salah satu bentuk iklan promosi produk dan jasa atau sarana untuk
memperkenalkan produk atau jasa kepada konsumen atau target pasar. Banner
mempunyai ciri khas yang berbeda dengan teks tulis biasa, banner biasanya berbentuk
berupa gambar yang tema gambarnya sesuai dengan informasi yang ingin
disampaikan kepada target audiance.
Kelebihan Banner:
1) Menunjukkan produk spesial atau promo ditoko, sehingga menarik perhatian.
2) Mudah dipindahkan.
3) Biaya lebih terjangkau.
4) Mudah diaplikasikan dalam berbagai bentuk promo baik secara singkat dalam
jangka waktu yang lama.
Kekurangan Banner:
1) Mudah tergores dan sobek.
2) Harus pintar memilih lokasi dalam penempatannya.
3) Terlalu memakan tempat.
c. Billboard
Billboard adalah iklan luar ruang dengan ukuran besar. Saat ini, billboard masih
termasuk model iklan luar ruang yang banyak digunakan, apalagi di perkotaan.
Pemasangannya bisa menggunakan struktur mandiri yang permanen, maupun
menempel pada konstruksi bangunan permanen. Pada perkembangan selanjutnya,
muncul pula digital billboard berupa gambar atau running text yang menggunakan
listrik sebagai catu daya. Megatron dan videotron termasuk dalam digital billboard
ini.

36 | P a g e
Ada pula billboard yang bersifat mobile atau sering disebut mobile billboard,
misalnya dipasang pada badan bus atau kendaraan besar lainnya. Tapi tulisan iseng di
belakang bak truk misalnya “Kunanti Jandamu”, tentu saja tidak dapat dikategorikan
ke dalam billbard ini.
Kelebihan Billboard:
1) Relatif Murah
2) Media luar ruang / billboard sesungguhnya memerlukan pembiayaan yang relatif
murah karena berlaku selama 1 tahun untuk sekali kontrak/pembayaran.
3) Penjadwalan / penempatan media luar ruang relatif fleksibel karena dapat
ditempatkan pada lokasi-lokasi yang dianggap paling tepat untuk suatu produk
yang akan diiklankan.
4) Mengingatkan pesan secara terus-menerus
5) Billboard yang dipasang pada lokasi-lokasi strategis seperti perempatan jalan
memiliki terpaan secara terus-menerus bagi pengguna jalan yang melewatinya.
6) Dengan ukuran yang besar dan pencahayaan yang sempurna billboard bahkan
dapat menarik setiap pengguna jalan.
7) Dampak yang jauh adalah mampu mempengaruhi langsung untuk mencoba atau
membeli produk yang diiklankan dalam billboard.
8) Potensi Kreatif
Kekurangan Billboard:
1) Pesan Terbatas
2) Karena waktu baca / penglihatan yang sekelebat, pesan-pesan pada media luar
ruang dibuat sangat terbatas atau singkat.
3) Tidak efektif bagi pengendara mobil
4) Pengendara mobil yang membutuhkan konsentrasi penuh, kadang-kadang
mengesampingkan berbagai hal yang ia lewati, termasuk billboard yang
mengiklankan produk tertentu, apalagi membaca secara jelas.
5) Kendaraan umum yang penuh sesak
6) Dalam kota-kota besar seperti Jakarta, di mana kendaraan umum adalah sarana
transportasi bagi sebagian besar masyarakat, menyebabkan kondisi yang penuh
sesak dan menyulitkan untuk sekedar melihat ke luar kendaraan.

37 | P a g e
7) Sasaran Pengrusakan
8) Media-media luar ruang rentan terhadap pengrusakan dari masyarakat yang tidak
menyenangi adanya media iklan yang dipasang.

38 | P a g e
BAB IV
PROBLEM BASED LEARNING

A. Latar Belakang
Seiring dengan semakin berkembangnya zaman, sistem pendidikan di dunia juga
semakin berkembang, terutama sistem pendidikan untuk Keperawatan. Meskipun demikian
di Indonesia sendiri walaupun telah berkembang, namun masih dinilai sangat lemah dan
buruk serta jauh dari sistem pendidikan yang telah diterapkan Negara lain. Hal tersebut
membuat sumber daya manusia yang ada di Negara kita kalah dari Negara lain, terutama
mutu dan kualitas pendidikannya. Oleh karena itu masih sangat diperlukan untuk
meningkatkan kembali sistem pendidikan yang ada di Indonesia.
Melihat dari situasi tersebut, AIPNI yang merupakan lembaga / Institusi yang salah
satu tugasnya menentukan/menetapkan sistem pendidikan yang digunakan untuk
pembelajaran pada program studi Ilmu Keperawatan mulai menerapkan sistem Kurikulum
Berbasis Kompetensi dengan menggunakan pendekatan Problem Based Learning atau yang
lebih dikenal sebagai sistem pembelajaran yang mengajarkan mahasiswa untuk dapat bekerja
secara kelompok di dalam menyelesaikan suatu masalah yang diambil dari permasalahan dari
dunia nyata yang lebih lanjutnya akan digunakan seven jump di dalam tutorial untuk
memecahkan masalah yang telah disajikan sebelumnya sehingga mahasiswa dalam hal ini
diharuskan untuk berperan aktif didalam diskusi / pembelajaran tersebut serta diharapkan
untuk dapat mengasah kemampuan berfikir seoptimal mungkin.
Dalam pendidikan konvensional, mahasiswa lebih banyak menerima pengetahuan dari
perkuliahan dan literatur yang diberikan oleh dosen. Mereka diharuskan untuk mempelajari
beragam cabang ilmu dan menghapal begitu banyak informasi. Setelah lulus dan menjadi
ners, mereka menghadapi banyak masalah yang tidak dapat diselesaikan dari pengetahuan
yang mereka dapat selama kuliah. Sistem pendidikan konvensional cenderung membentuk
mahasiswa sebagai pembelajar pasif. Mahasiswa tidak dibiasakan berpikir kritis dalam
mengidentifikasi masalah, serta aktif dalam mencari cara penyelesaiannya (UII, 2007).
Sedangkan PBL dipandang lebih efektif daripada kurikulum konvensional yang hanya
berpusat pada kuliah dan praktikum semata. Pandangan ini didukung oleh hasil penelitian
yang dilakukan Hsu dan Ong yang menyebutkan bahwa mahasiswa merasa lebih senang,

39 | P a g e
termotivasi, kemampuan komunikasinya meningkat, dan sangat menikmati aktivitas belajar
dalam PBL dibanding dalam kurikulum konvensional. Selain itu mereka berpendapat bahwa
basic science yang diperoleh lebih relevan sehingga dapat menerapkan ilmu tersebut dalam
clinical training dengan lebih baik (Cahyani, 2008).
B. Sejarah PBL
Problem-Based Learning (PBL) telah digunakan sebagai suatu metode pembelajaran
sejak lama. Pada tahun 1889 suatu metode yang dikenal “multiple working hypotheses”
diperkenalkan (Prihatanto,2008). Program inovatif PBL pertama kali diperkenalkan oleh
Faculty of Health Sciences of McMaster University di Kanada pada tahun 1966. Yang
menjadi ciri khas dari pelaksanaan PBL di Mc Master adalah filosofi pendidikan yang
berorientasi pada masyarakat, terfokus pada manusia, melalui pendekatan antar cabang ilmu
pengetahuan dan belajar berdasar masalah.
Kemudian pada tahun 1976, Maastricht Faculty of Medicine di Belanda menyusul
sebagai institusi pendidikan kedokteran kedua yang mengadopsi PBL. Kekhasan pelaksanaan
PBL di Maastrich terletak pada konsep tes kemajuan (progress test) dan pengenalan
keterampilan medik sejak awal dimulainya program pendidikan. Dalam perkembangannya,
PBL telah diadopsi baik secara keseluruhan atau sebagian oleh banyak fakultas kedokteran di
dunia dan begitu pula pada Fakultas atau Prodi Keperawatan (UII, 2007).
C. Definisi dan Mekanisme PBL
Problem Based Learning (PBL) adalah metode pendidikan yang mendorong mahasiswa
untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian
masalah-masalah di dunia nyata. Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan
keingintahuan mahasiswa sebelum mulai mempelajari suatu subyek. PBL menyiapkan
mahasiswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mampu untuk mendapatkan dan
menggunakan sumber-sumber belajar secara tepat.
Selain itu, PBL merupakan kurikulum dan proses. Kurikulum PBL menuntut kemahiran
mahasiswa dalam pengetahuan yang kritis, keahlian memecahkan masalah, strategi
pembelajaran mandiri, dan kemampuan berpartisipasi dalam tim melalui masalah yang
dipilih dan didisain hati-hati. Proses PBL merupakan tiruan dari pendekatan sistemik yang
biasa digunakan untuk memecahkan masalah atau menjawab tantangan dalam kehidupan dan
karier profesi (Nur Cahyani, 2008).

40 | P a g e
Tuntutan pendidikan kedokteran yang semakin bersifat student-centered, dan memiliki
kompetensi sesuai standar lulusan dokter yang diakui dunia, serta tuntutan kurikulum yang
lebih integratif menjadi pertimbangan digunakannya metode PBL sebagai salah satu metode
pembelajaran di fakultas kedokteran (Rukmini, 2006). PBL telah memberikan perkembangan
pesat dan menjawab kebutuhan pendidikan kedokteran terutama pada konsepnya yang
student-centered dan integratif.
Hal tersebut tentu berbeda dengan metode konvensional yang memegang konsep
teacher-centered learning (Prihatanto, 2008). Bila dalam metode konvensional mahasiswa
mendengarkan dosen memberikan ilmu, pada sistem PBL mahasiswa aktif mencari
pengetahuan dan dosen bertindak sebagai fasilitator bagi mahasiswanya. Akan tetapi,
perubahan pendekatan dari teacher-centered learning menjadi student-centered learning
menuntut kehati-hatian dalam penerapannya. Pergeseran fokus tersebut berdampak pada
perubahan aspek pembelajaran, sejak dari disain kurikulum, pemilihan strategi belajar, peran
dosen dan mahasiswa, lingkungan belajar sampai dengan pengukuran hasil belajar.
PBL juga berperan sebagai strategi instruksional yang mendukung belajar aktif. Strategi
ini dapat dipakai sebagai kerangka pengembangan suatu modul, kursus, program atau
kurikulum (Emilia, 2006). Ciri-ciri utama PBL adalah sebagai berikut: belajar berfokus pada
mahasiswa, proses belajar menggunakan diskusi kelompok kecil, dosen berperan sebagai
fasilitator atau pemandu, problem merupakan cara untuk menorganisir dan sebagai pemicu
belajar, problem merupakan media untuk mengembangkan keterampilan pemecahan
masalah, mendukung belajar secara mandiri. Beberapa konsep yang perlu dipahami dari
penerapan PBL berupa tutorial, self-directed learning, dan pleno.
D. Tutorial
Pembelajaran dengan PBL mengambil tema yang beragam dan berbasis sistem blok.
Dalam PBL, mahasiswa menggunakan “trigger material” berupa kasus atau skenario yang
didiskusikan antarmahasiswa untuk mendefinisikan tujuan belajar mereka sendiri. Skenario
dibahas dalam dua kali pertemuan atau diskusi kecil yang dikenal dengan istilah tutorial.
Tutorial terdiri dari sekelompok mahasiswa dalam kuantitas kecil (10-12 orang) dan
seorang instruktur atau tutor yang bisa berupa dosen. Diskusi tutorial sebaiknya dapat
mencapai deep learning. Kondisi tersebut dapat dicapai dengan adanya efektivitas kelompok
tutorial. Kelompok tutorial yang aktif dicirikan dengan dinamika kelompok yang baik, tutor

41 | P a g e
yang mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, partisipasi aktif semua mahasiswa dalam
kelompok tersebut dan kualitas skenario yang baik sebagai trigger material sehingga dapat
memotivasi belajar. Tutor berfungsi sebagai learning facilitator dan knowledge transmission.
Untuk mensukseskan tutorial, mahasiswa berkomunikasi secara aktif, mendengarkan satu
sama lain, berpartisipasi secara aktif, memiliki minat terhadap kelompok, dan keterlibatan
semua mahasiswa dalam satu kelompok sangatlah penting (Tams,2006).
Dalam tutorial PBL, dikenal suatu metode yang dinamai The Seven Jumps atau Seven
Jumps Method (SJM). SJM merupakan metode pembelajaran yang dikembangkan oleh
Gijselaers (1995) sebagai metode pembelajaran untuk tutorial calon dokter pada
University of Limburg-Maastricht dengan pendekatan PBL. Sesuai dengan namanya, pada
metode ini terdapat tujuh langkah pembelajaran yang harus dilakukan oleh mahasiswa.
E. Proses di Dalam PBL
Proses yang digunakan di dalam pembelajaran PBL yaitu dengan menggunakan metoda
7 langkah atau yang biasa disebut seven jump yang digunakan didalam tutorial. Tutorial
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang berpusat pada pembelajaran secara mandiri yang
dilaksanakan dengan cara berdiskusi antar anggota di dalam satu kelompok yang pada
akhirnya di harapkan untuk dapat memecahkan masalah – masalah yang telah dihadapkan
pada kelompok tersebut.
Langkah – langkah seven jump adalah sebagai berikut :
1. Langkah I : (Identifikasi Istilah/Konsep) Identifikasi dan klarifikasi istilah konsep yang
belum diketahui / dipahami yang terdapat di dalam skenario
Agar memahami masalah, mahasiswa perlu berusaha mencari istilah-istilah dan konsep
yang belum jelas atau asing dari skenario kemudian menjelaskannya untuk menyamakan
persepsi.
Contohnya, si A mengajukan istilah "anatomi" karena menurut si A dia belum paham
betul dengan istilah "anatomi", yang lain juga bisa berpendapat tentang istilah-istilah
yang belum mereka pahami. Setelah istilah-istilah tersebut terkumpul dan tidak ada lagi
yang ingin diajukan, sekarang saatnya membahas istilah-istilah tersebut satu-satu dengan
pengetahuan yang dimiliki oleh peserta diskusi. Selanjutnya menentukan konsep tentang
pembahasan-pembahasan yang sekiranya akan dibahas, contohnya seperti "Sistem
Pencernaan dan Endokrin".

42 | P a g e
2. Langkah II : (Identifikasi Masalah) Menentukan masalah – masalah untuk didiskusikan.
Mahasiswa berusaha mencari masalah inti dan masalah tambahan dalam skenario. Disini
peserta diskusi mengajukan berbagai macam pertanyaan tentang skenario tersebut.
Contohnya "Apa yang terjadi pada si P ?", "Apa itu sistem pencernaan ?", dll.
3. Langkah III : (Analisa Masalah) Sesi brainstorming untuk mendiskusikan daftar
masalah yang telah disepakati. Setiap mahasiswa wajib member saran atau hipotesis
tentang suatu penjelasan yang memungkinkan.
Brainstorming yaitu curah pendapat dengan menggali masalah dan berusaha menjelaskan
konsep dengan menggunakan pengetahuan yang mereka kuasai sebelumnya (prior
knowledge). Intinya pada langkah ini mahasiswa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
telah diajukan pada langkah sebelumnya.
4. Langkah IV : (Strukturisasi) Periksa langkah 2 dan 3 dan menyusunnya menjadi sebuah
solusi sementara.
Berdasarkan langkah 2 dan 3 mahasiswa mengelompokkan masalah-masalah dan konsep
lalu membentuk pola/skema yang sistematis dan terangkai secara logis.
5. Langkah V : (Identifikasi Tujuan Belajar) Perumusan sasaran belajar.setiap anggota
dapat mengusulkan sasaran belajar yang akan dicapai agar dapat memahami daftar
masalah yang telah disepakati.
Merumuskan hal-hal yang perlu dipelejari lebih lanjut secara mandiri (tutor harus
memastikan tujuan belajar yang dipilih mahasiswa minimal sama dengan daftar learning
objective yang telah ditetapkan kurikulum). Jadi, pertanyaan-pertanyaan yang belum
terbahas dan learning objective yang belum tercapai di sesi hari pertama akan
dirumuskan dan dipelajari secara mandiri di rumah/dimana pun sebagai bahan diskusi
pada sesi hari kedua.
MASA BELAJAR MANDIRI (jeda satu hari) : Perpustakaan, diskusi kelompok kecil, kuliah,
internet, konsultasi pakar, dsb.
6. Langkah VI : (Presentasi Hasil Belajar Mandiri) Belajar mandiri. Setiap anggota
mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan daftar masalah yang telah disepakati
melalui berbagai sumber belajar mandiri.

43 | P a g e
Melaporkan hasil belajar mandiri/temuan informasi terkait dengan tujuan belajar yang
dirumuskan bersama langkah 5. Pada langkah ini, mahasiswa kembali melakukan diskusi
lagi dengan Learning Outcome yang sudah dipelajari.
7. Langkah VII : (Sistesis) Kelompok berdiskusi mengenai informasi yang telah mereka
dapatkan.

F. Manfaat PBL
Manfaat di dalam PBL sangat banyak, cukup komplek dan ambigu yang artinya
bergantung pada pemahaman dan pembelajaran peserta didik di dalam mengartikan makna
tersebut, antara lain :
1. Berfikir Tingkat tinggi (Higher-Order Thinking)
Skenario masalah yang tidak lengkap memanggil keluar (membangkitkan) berfikir kritis
dan kreatif peserta didik, menebak Apa jawaban yang benar yang dikehendaki pengajar
untuk saya temukan
2. Pembelajaran bagaimana belajar (Learning How To Learn)
PBL mengembangkan metakognisi dan pembelajaran diri yang teratur dengan meminta
peserta didik untuk menghasilkan cara mereka sendiri mendefinisikan masalah, mencari
informasi, menganalisis data dan membuat serta menguji hipotesis, membandingkan
strategi lain, dan membaginya dengan siswa lain dan strategi dari pembimbing
3. Keaslian (Authenticity)
PBL melibatkan peserta didik dalam mempelajari informasi dalam cara yang sama ketika
mengingatnya kembali dan menerapkan dalam situasi yang akan datang dan menilai
pembelajaran dengan cara mendemonstrasikan pemahaman dan bukan kemahiran belaka.

44 | P a g e
BAB V
KOMUNIKASI DAN KONSELING

Seorang perawat masa depan, disamping harus mampu mengikuti perkembangan ilmu
dan teknologi keperawatan yang sedemikian cepat, juga harus mempunyai kemampuan
berkomunikasi yang baik. Saat ini pilihan pasien terhadap perawat atau pelayanan kesehatan
adalah pada perawat yang ramah, mau menjelaskan dan menjawab pertanyaan pasien serta
menghargai pasien. Pasien akan merasa puas dengan pelayanan kesehatan bila perawat
mampu berkomunikasi dengan baik. Bahkan terkadang kesembuhan seorang pasien dapat
terjadi karena ditunjang adanya komunikasi yang baik antara perawat dan pasien. Seorang
perawat juga mempunyai peran penting dalam mengubah perilaku masyarakat yang kurang
baik bagi kesehatan. Hal ini akan lebih mudah dilakukan bila hubungan baik perawat dengan
pasien dan masyarakat sudah terbina.
Sebagai perawat yang profesional, perlu ditumbuhkan hubungan yang baik antara
perawat dengan pasien. Bila orang menyukai, mempercayai dan merasa enak berhubungan
dengan perawat tersebut, maka akan lebih mudah bagi perawat tersebut untuk mendapatkan
informasi penting yang akan menunjang diagnosis dan penatalaksanaan medis. Contohnya,
karena budaya masyarakat Indonesia masih banyak hal-hal yang dianggap tabu, tanpa
komunikasi yang baik akan sulit bagi perawat untuk mendiagnosis penyakit yang dianggap
memalukan di mata masyarakat. Pasien pada awalnya akan malu berterus terang dan banyak
menyembunyikan informasi penting. Misalnya pada penyakit menular seksual, pasien akan
menyembunyikan fakta riwayat berhubungan dengan pekerja seks komersial. Tetapi apabila
perawat mampu berkomunikasi dengan baik maka pasien akan terbuka dan memudahkan
perawat dalam mengambil kesimpulan medis.
Dengan komunikasi yang baik, pasien juga akan melaksanakan terapi dengan yakin dan
benar, sehingga menunjang kesembuhan pasien. Sebuah kejadian nyata, di sebuah tempat
pelayanan kesehatan minim komunikasi, seorang nenek yang sakit diberi 3 macam obat tanpa
diberi penjelasan lebih lanjut. Perawat dan petugas kesehatan merasa tidak perlu memberi
penjelasan aturan minum secara lisan karena sudah tertulis di bungkus masing-masing obat
diminum 3x1. Tiga hari kemudian nenek kembali ke tempat tersebut dan mengatakan
penyakitnya sama sekali tidak berkurang. Setelah ditanya lebih lanjut ternyata persepsi nenek

45 | P a g e
tersebut 3x1 adalah: obat A diminum pagi, obat B diminum siang dan obat C diminum
malam. Melihat ilustrasi ini dapat kita lihat, komunikasi perawat-pasien yang kurang bisa
berakibat tidak baik bahkan fatal.

A. Teori Dasar Komunikasi


Komunikasi berasal dari kata “communicare” yang berarti berpartisipasi atau
memberitahukan dan “communis” yang berarti milik bersama. Ada beberapa pengertian
komunikasi, yaitu:
1. Pertukaran pikiran atau keterangan dalam rangka menciptakan rasa saling mengerti serta
saling percaya demi terwujudnya hubungan yang baik antara seseorang dengan orang
lainnya.
2. Pertukaran fakta, gagasan, opini atau emosi antar dua orang atau lebih.
3. Suatu hubungan yang dilakukan melalui surat, kata-kata, simbol atau pesan yang
bertujuan agar tiap manusia yang terlibat dalam proses dapat saling tukar menukar arti
dan pengertian terhadap sesuatu.
Tujuan utama komunikasi adalah menimbulkan saling pengertian, bukan persetujuan.
Dalam suatu komunikasi seseorang bisa saja tidak menyetujui pesan yang disampaikan,
tetapi apabila orang tersebut memahami pesan tersebut maka dikatakan komunikasi telah
berjalan baik.
Ada unsur-unsur yang berperan dalam komunikasi, yaitu:
1. Sumber
Sumber (pengiriman berita atau komunikator) adalah tempat asalnya pesan. Dalam
manajemen, sumber ini dapat berasal dari perorangan, kelompok dan atau institusi serta
organisasi tertentu.
2. Pesan
Pesan/ berita adalah rangsangan/ stimulasi yang disampaikan sumber pada sasaran. Pesan
tersebut pada dasarnya adalah hasil pemikiran atau pendapat sumber yang ingin
disampaikan pada orang lain. Penyampaian pesan banyak macamnya, dapat dalam bentuk
kata-kata (simbol berupa kata-kata) atau dalam bentuk bukan kata-kata (simbol berupa
gerakan tubuh, gerakan tangan, ekspresi wajah dan gambar). Isi simbolik dari pesan
disebut informasi, dan jika sifatnya sebagai sesuatu yang baru disebut inovasi.

46 | P a g e
3. Media
Media (alat pengirim pesan atau saluran pesan) adalah alat atau saluran yang dipilih oleh
sumber untuk menyampaikan pesan pada sasaran.
Ada 2 macam media yaitu:
a. Media massa
Contoh media massa adalah surat kabar, majalah, film, radio dan televisi. Keuntungan
media massa adalah sasaran yang dicapai (coverage) cukup banyak, sehingga lebih
efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga. Kerugiannya adalah sulit diketahui
keberhasilan komunikasi yang dilakukan karena umpan balik sulit diperoleh.
Kerugian lain adalah tidak dapat menyampaikan semua jenis pesan, misalnya pesan
yang bersifat pribadi, tabu atau yang dinilai akan mendatangkan akibat negatif pada
masyarakat.
b. Media antar pribadi
Contoh media antar pribadi adalah interaksi antara sumber dan sasaran, pembicaraan
melalui telepon, surat menyurat dan pembicaraan perorangan lainnya. Keuntungan
dari cara ini adalah dapat disampaikan pesan secara lengkap dan terperinci dengan
demikian keberhasilan komunikasi dapat diketahui melalui umpan balik yang
diterima. Pesan yang disampaikan dapat mencakup berbagai jenis pesan, termasuk
yang bersifat rahasia atau pribadi. Kerugiannya adalah jangkauan sasaran terbatas
serta membutuhkan waktu, tenaga dan biaya cukup besar, apalagi jika jumlah sasaran
yang dituju besar.
4. Sasaran
Sasaran (penerima pesan atau komunikan) adalah yang menerima pesan, artinya kepada
siapa pesan tersebut ditujukan. Komunikan bisa berupa orang perorang, sekelompok
orang, satu organisasi atau institusi atau masyarakat luas.
5. Umpan balik
Umpan balik (feedback) adalah reaksi dari sasaran terhadap pesan yang disampaikan,
yang dimanfaatkan oleh sumber untuk memperbaiki dan ataupun menyempurnakan
komunikasi yang dilakukan. Dengan adanya reaksi ini, sumber akan mengetahui apakah
komunikasi berjalan dengan baik atau tidak. Jika hasilnya baik disebut positif dan jika
hasilnya buruk disebut negatif.

47 | P a g e
6. Akibat
Akibat (impact) adalah hasil dari komunikasi, yakni terjadinya perubahan pada diri
sasaran. Perubahan dapat pada pengetahuan, sikap atau perilaku. Terjadinya perubahan
perilaku adalah tujuan akhir komunikasi.

PESAN

SUMBER SASARAN AKIBAT

MEDIA

UMPAN BALIK

BAGAN HUBUNGAN ANTAR UNSUR KOMUNIKASI

Macam-macam komunikasi:
1. Ditinjau dari media yang digunakan
a. Komunikasi visual, seperti surat kabar, majalah, pameran, poster, leaflet.
b. Komunikasi audio seperti radio, kaset, telepon.
c. Komunikasi audiovisual, seperti film, televisi, drama, ceramah, sandiwara.
2. Ditinjau dari hubungan sumber dan sasaran
a. Komunikasi langsung atau tatap muka (face to face communication) seperti
wawancara, ceramah, konferensi diskusi.
b. Komunikasi tidak langsung (indirect communication) seperti surat menyurat, surat
kabar, majalah, buku, poster dan leaflet.
3. Ditinjau dari umpan balik yang diperoleh
a. Komunikasi dua arah (two way communication) di mana sasaran turut
mengemukakan pendapatnya.
b. Komunikasi satu arah (one way communication) di mana sasaran hanya sebagai
pendengar saja.
Proses komunikasi bisa berlangsung secara primer dan sekunder. Komunikasi secara
primer adalah proses penyampaian paduan pikiran dan perasaan seseorang secara langsung
kepada orang lain dengan menggunakan lambang/ simbol. Lambang tersebut dapat berupa

48 | P a g e
lambang verbal dan non verbal. Bahasa non verbal meliputi cara berbicara, penampilan,
postur tubuh, gerakan tubuh, ekspresi wajah, kedekatan. Komunikasi sekunder adalah proses
penyampaian paduan pikiran dan perasaan seseorang pada orang lain dengan menggunakan
suatu sarana sebagai media, misalnya surat, radio, televisi, koran dll (Effendy, 2002).
Hambatan dalam proses komunikasi:
1. Fisiologis
2. Psikologis
3. Budaya
4. Politik
5. Ekonomi
6. Teknologi
Konseling merupakan tahap dalam komunikasi yang harus diciptakan, supaya hal-hal yang
dapat menghambat kelancaran proses komunikasi dapat dihindari. Apabila situasi yang
menyenangkan kedua belah pihak tercipta, diharapkan informasi yang dibutuhkan akan
diperoleh dengan memuaskan. Untuk menciptakan konseling, disamping perlu
menumbuhkan rasa saling percaya, maka perlu berkomunikasi dengan jelas. Dalam
sambungrasa yang dilakukan, perlu diingat bahwa pihak pertama sebaiknya tidak seperti
menginterogasi pihak kedua. Sikap yang hangat namun tidak berlebihan, akan mempermudah
pihak kedua untuk memberikan informasi yang dibutuhkan.
Untuk itu ada 3 hal yang harus diperhatikan :
1. Berbicara dengan jelas
Sangat penting dalam komunikasi untuk berbicara, menulis atau menyajikan suatu pesan
dengan sederhana dan jelas. Bahasa yang dipakai hendaknya dapat dimengerti. Kalimat
yang diucapkan hendaknya tidak berbelit-belit. Bila perlu dapat ditunjang alat bantu
seperti gambar, poster dsb.
2. Mendengar aktif dan memberi perhatian
Mendengar adalah salah satu cara menyatakan perhatian. Dengarkan baik-baik apa yang
dikatakan orang pada anda. Dorong agar orang tersebut mau berbicara dengan bebas,
namun demikian tetap harus diarahkan supaya tidak keluar dari alur topik yang
dibicarakan. Jangan menghentikan atau menyela pembicaraan, dan mendebat mereka,
karena hal tersebut akan memutus komunikasi, sehingga kemungkinan ada hal-hal atau

49 | P a g e
informasi yang hilang. Pada waktu mendengarkan orang berbicara, jangan melihat hal
lain atau menyibukkan diri dengan pekerjaan lain. Bila hal ini terjadi orang akan
menganggap anda tidak memberi perhatian pada mereka.
3. Mendiskusikan dan menjelaskan
Setelah mendengarkan, anda harus meyakinkan diri bahwa sudah menangkap pesan
tersebut dengan benar. Caranya antara lain bisa dengan bertanya untuk mendapatkan
gambaran lebih jelas, atau membuat ringkasan tentang apa yang sudah anda dengarkan.
Bentuk dari metode individual ada 2 (dua) bentuk :
1. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)
a. Kontak antara klien dengan petugas lebih intensif
b. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu penyelesaiannya.
c. Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan berdasarkan kesadaran, penuh
pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku)
2. Interview (wawancara)
a. Merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan
b. Menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, untuk
mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai
dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila belum maka perlu penyuluhan
yang lebih mendalam lagi.
B. Bimbingan Konseling
1. Pengertian
Menurut Ahmadi (1991: 1), bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan
kepada individu (peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki mampu
mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami
lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik.
Sementara Walgito (2004: 4-5), mendefinisikan bahwa bimbingan adalah bantuan atau
pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam
menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan hidupnya, agar individu dapat mencapai
kesejahteraan dalam kehidupannya. Jones (Insano, 2004 : 11) menyebutkan bahwa
konseling merupakan suatu hubungan profesional antara seorang konselor yang terlatih
dengan klien. Hubungan ini biasanya bersifat individual atau seorang-seorang, meskipun

50 | P a g e
kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang dan dirancang untuk membantu klien
memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya, sehingga
dapat membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya. Jadi pengertian bimbingan dan
konseling yaitu suatu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada konseli agar konseli
mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan juga mampu mengembangkan
potensi yang dimilikinya.
2. Tujuan
a. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial konseli
adalah:
1) Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi,
keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, Sekolah/Madrasah, tempat kerja,
maupun masyarakat pada umumnya.
2) Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling
menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
3) Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara
yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), sertadan
mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
4) Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik

yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis.
5) Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
6) Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat
7) Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain,
tidak melecehkan martabat atau harga dirinya. Memiliki rasa tanggung jawab,
yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya.
8) Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan
dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahim dengan
sesama manusia.
9) Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat
internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.
10) Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.

51 | P a g e
b. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar)
adalah:
1) Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami
berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.
2) Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca
buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan
aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan.
3) Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
4) Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan
membaca buku, mengggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan
diri menghadapi ujian.
5) Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan,
seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri
dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi
tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas.
6) Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.
c. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir adalah :
1) Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait
dengan pekerjaan.
2) Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang
kematangan kompetensi karir.
3) Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang
pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan
sesuai dengan norma agama.
4) Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran)
dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi
cita-cita karirnya masa depan.
5) Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali
ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan
sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.
6) Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan

52 | P a g e
secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat,
kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.
7) Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila
seorang konseli bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus
mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir
keguruan tersebut.
8) Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan
dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki.
3. Fungsi Konseling
a. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar
memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan,
pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan
mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya

dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.


b. Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa
mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk
mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor
memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari
perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.
c. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih
proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli.
Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi
sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan
program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu
konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat
digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah
pendapat (brain storming),home room, dan karyawisata.
d. Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif.
Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah
mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.

53 | P a g e
Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.
e. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli
memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan
penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri
kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama
dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.
f. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala
Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program
pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan
konseli. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai konseli,
pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan konseli
secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih
metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan
kemampuan dan kecepatan konseli.
g. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli
agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan
konstruktif.
h. Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli
sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak
(berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap
konseli supaya memiliki pola berfikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan
yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang
produktif dan normatif.
i. Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh
aspek dalam diri konseli.
j. Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli
supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta
dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi
yang akan menyebabkan penurunan produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini
diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan)

54 | P a g e
sesuai dengan minat konseli.
4. Manfaat Konseling
a. Bimbingan konseling akan membuat diri kita merasa lebih baik, merasa lebih
bahagia, tenang dan nyaman karena bimbingan konseling tersebut membantu kita
untuk menerima setiap sisi yang ada di dalam diri kita.
b. Bimbingan konseling juga membantu menurunkan bahkan menghilangkan tingkat
tingkat stress dan depresi yang kita alami karena kita dibantu untuk mencari sumber
stress tersebut serta dibantu pula mencari cara penyelesaian terbaik dari permasalahan
yang belum terselesaikan itu.
c. Bimbingan konseling membantu kita untuk dapat memahami dan menerima diri
sendiri dan orang lain sehingga akan meningkatkan hubungan yang efektif dengan
orang lain serta dapat berdamai dengan diri sendiri.
d. Perkembangan personal akan meningkat secara positif karena adanya bimbingan
konseling.
5. Asas Konseling
a. Asas Kerahasiaan (confidential); yaitu asas yang menuntut dirahasiakannya segenap
data dan keterangan klien yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan
yang tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini, konselor
berkewajiban memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga
kerahasiaanya benar-benar terjamin,
b. Asas Kesukarelaan; yaitu asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan
klien mengikuti/ menjalani layanan/kegiatan yang diperuntukkan baginya. Konselor
berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan seperti itu.
c. Asas Keterbukaan; yaitu asas yang menghendaki agar klien yang menjadi sasaran
layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik dalam memberikan
keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan
materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Konselor berkewajiban
mengembangkan keterbukaan klien. Agar klien mau terbuka, konselor terlebih dahulu
bersikap terbuka dan tidak berpura-pura. Asas keterbukaan ini bertalian erat dengan
asas kerahasiaan dan dan kekarelaan.
d. Asas Kegiatan; yaitu asas yang menghendaki agar klien yang menjadi sasaran

55 | P a g e
layanan dapat berpartisipasi aktif di dalam penyelenggaraan/kegiatan bimbingan.
Konselor perlu mendorong dan memotivasi klien untuk dapat aktif dalam setiap
layanan/kegiatan yang diberikan kepadanya.
e. Asas Kemandirian; yaitu asas yang menunjukkan pada tujuan umum bimbingan dan
konseling; yaitu klien sebagai sasaran layanan/kegiatan bimbingan dan konseling
diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri, dengan ciri-ciri mengenal diri
sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan, serta
mewujudkan diri sendiri. Konselor hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan
bimbingan dan konseling bagi berkembangnya kemandirian klien.
f. Asas Kekinian; yaitu asas yang menghendaki agar obyek sasaran layanan bimbingan
dan konseling yakni permasalahan yang dihadapi klien dalam kondisi
sekarang. Kondisi masa lampau dan masa depan dilihat sebagai dampak dan memiliki
keterkaitan dengan apa yang ada dan diperbuat klien pada saat sekarang.
g. Asas Kedinamisan; yaitu asas yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran
layanan (klien) hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus
berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap
perkembangannya dari waktu ke waktu.
h. Asas Keterpaduan; yaitu asas yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh konselor maupun pihak lain,
saling menunjang, harmonis dan terpadukan. Dalam hal ini, kerja sama dan
koordinasi dengan berbagai pihak yang terkait dengan bimbingan dan konseling
menjadi amat penting dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya.
i. Asas Kenormatifan; yaitu asas yang menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma, baik norma agama, hukum,
peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan – kebiasaan yang berlaku.
Bahkan lebih jauh lagi, melalui segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling
ini harus dapat meningkatkan kemampuan klien dalam memahami, menghayati dan
mengamalkan norma-norma tersebut.
j. Asas Keahlian; yaitu asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan
dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Profesionalitas
konselor harus terwujud baik dalam penyelenggaraaan jenis-jenis layanan dan

56 | P a g e
kegiatan bimbingan dan konseling dan dalam penegakan kode etik bimbingan dan
konseling.
k. Asas Alih Tangan Kasus; yaitu asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak
mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas
atas suatu permasalahan klien kiranya dapat mengalih-tangankan kepada pihak yang
lebih ahli.
l. Asas Tut Wuri Handayani; yaitu asas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan
dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana mengayomi
(memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan
dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada klien untuk maju.
6. Prinsip Konseling
a. Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua konseli.
Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua konseli atau konseli,
baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria maupun wanita; baik
anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan dalam
bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan
(kuratif); dan lebih diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan (individual).
b. Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi.
Setiap konseli bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan
konseli dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip
ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah konseli, meskipun
pelayanan bimbingannya menggunakan teknik kelompok.
c. Bimbingan menekankan hal yang positif.
Dalam kenyataan masih ada konseli yang memiliki persepsi yang negatif terhadap
bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi.
Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya merupakan proses
bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan
cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan
dorongan, dan peluang untuk berkembang.
d. Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam Bimbingan dan
konseling.

57 | P a g e
Bimbingan diarahkan untuk membantu konseli agar dapat melakukan pilihan dan
mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan informasi
dan nasihat kepada konseli, yang itu semua sangat penting baginya dalam mengambil
keputusan. Kehidupan konseli diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan
memfasilitasi konseli untuk mempertimbangkan, menyesuaikan diri, dan
menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat. Kemampuan
untuk membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan
yang harus dikembangkan. Tujuan utama bimbingan adalah mengembangkan
kemampuan konseli untuk memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan.
e. Bimbingan dan konseling Berlangsung dalam Berbagai Setting (Adegan) Kehidupan.
Pemberian pelayanan bimbingan tidak hanya berlangsung di instansi kesehatan, tetapi
juga di lingkungan keluarga, sekolah, perusahaan/industri, lembaga-lembaga
pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya. Bidang pelayanan bimbingan
pun bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan
pekerjaan.
C. Skenario
1. Bapak Suryo, adalah penduduk di desa Barokah yang mempunyai sifat pemarah. Beliau
sangat kaya raya namun kadang arogan, memandang rendah orang lain karena
menganggap dirinya paling terkenal dan disegani di desa. Beliau adalah penderita
penyakit hipertensi. Apabila sakit beliau selalu memeriksakan diri perawat spesialis di
Rumah Sakit Swasta ternama di kota dengan alasan tidak mau antri lama dan tidak
percaya dengan pengobatan di PUSKESMAS yang obatnya murah. Suatu ketika sakit pak
Suryo kambuh, beliau merasa pusing dan kaku kuduk. Sopir pribadinya sedang cuti
sehingga tidak ada yang mengantar ke kota. Terpaksa pak Suryo mendatangi
PUSKESMAS. PUSKESMAS saat itu penuh dengan pasien, pak Suryo tidak sabar dan
terlihat gelisah, berulang kali beliau marah-marah dengan petugas loket. Setelah 1 jam
menunggu, tiba giliran pak Suryo masuk ruang perawat dengan wajah emosi.
2. Ny. Siyem, 40 th, adalah istri seorang buruh bangunan, ibu rumah tangga yang berasal
dari desa, dan tidak pernah mengenyam pendidikan formal. Sudah setahun ini keluarga
Ny. Siyem tinggal di kota Kabupaten. Ny Siyem yang pada dasarnya sangat pendiam dan
sering mempunyai perasaan rendah diri, jadi semakin sulit bergaul dengan orang lain,

58 | P a g e
apabila berbicara tergagap-gagap, sulit merangkai kalimat, dan berbicara dengan suara
sangat pelan. Selama ini setiap ke PUSKESMAS, Ny Siyem selalu diantar suaminya,
suaminya yang akan mengurus administrasi dan menyampaikan keluhan pada perawat.
Suatu ketika Ny Siyem merasa ulu hatinya sangat perih diikuti mual-muntah dan pusing.
Suaminya tidak diperbolehkan ijin oleh mandor bangunan, karena sudah tidak bisa
menahan sakit Ny Siyem pergi sendiri ke Puskesmas. Dengan takut-takut Ny Siyem
memberanikan diri mendaftar di loket, kemudian duduk menunggu antrian. Saat namanya
dipanggil untuk masuk ke ruang perawat, terlihat wajahnya menjadi semakin pucat.
3. Bapak X, seorang sopir truk, usia 45 tahun, sudah berkeluarga dengan 3 anak yang sudah
berusia remaja. Karena pekerjaannya, bapak X sering pergi keluar kota berhari-hari dan
mempunyai kebiasaan ”jajan” di kota-kota yang disinggahinya. Suatu ketika badannya
meriang dan kencingnya mengeluarkan nanah. Bapak X merasa cemas dengan
kondisinya dan memutuskan periksa ke perawat Nana. Bapak X merasa malu untuk
mengemukakan kebiasaannya berkencan dengan pekerja seks komersial apalagi perawat
wanita, sehingga bapak X memutuskan untuk tidak akan mengatakan hal yang
sebenarnya.
4. Kerjakan skenario di bawah ini!

1 Ruang Substansi Materi: Nasehat untuk penderita DM dewasa dan


Lingkup penatalaksaannnya.
Target waktu : 10 menit

2 Tujuan Setelah Bermain Peran , mahasiswa akan dapat


Pembelajaran 1. Menjelaskan dan memperagakan penggunaan secara aman
obat antidiabetik untuk penderita DM
2. Menyusun alternatif perencanaan untuk pasien dengan kasus
hipoglikemia

3 Skenario dan Skenario


Peran Pemain Ns Fani berhadapan dengan Ny. Faujah 46 tahun hidup sendirii di
rumah, kedua anaknya sedang tugas belajar.Ia bekerja sebagai
sekretaris kantor dan didiagnosis mild Dm sejak 5 tahun yang lalu
dan malakukan kontrol diet berdasarkan advis perawat. Ia tidak
pernah menggunakan obat antidiabetik. Akir-akhir ini ia menderita
pnemoni dan dirawat di RS. Perawat di RS menyarakan untuk
menggunakan obat antidiabetik oral. Berdasarkan informasi dari
internet bahwa OAD mempunyai banyak efek samping. Ia sangat
ketakutan akan terjadinya kemungkinan hipoglikemia dan

59 | P a g e
meninggal.
Peran Pemain :
Siswa I : berperan sebagai Ns Fani
1. Fani Memberikan konseling tentang proses penyakit pasien
dan pengetahuan tentang efek samping OAD.
2. Mendiskusikan tanda dan simptom hipoglikemi dan
menjelaskan secara rinci yang dapat dilakukan pasien ketika
terjadi gejala hipoglikemi
3. Menjelaskan keberadaan sistem pelayanan kesehatan bila
pasien memerlukan.
Siswa II : berperan sebagai Ny Faujah
1. Mampu memberikan informasi tentang keluhannya, dan
riwayat penyakitnya sesuai dengan pertanyaan yang diajukan
oleh Ners Bambang.
2. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan
permasalahan penyakitnya yang belum jelas.
Audiens Amati proses bermain peran dalam hal :
1. Bagaimana efektifitas teknik bertanya Ns Fani tentang riwayat
penyakit Ny. Faujah ?
2. Bagaimana efektifitas Ns Fani menjelaskan tanda dan
simptom hipoglikemia ?
3. Apakah secara konsisten menggunakan terminologi yang
dapat difahami?
4. Apakah Ns Fani juga memberikan rencana tindak lanjut untuk
Ny. Faujah ?

PROSEDUR PELAKSANAAN
Lakukanlah konseling dengan prosedur berikut ini :
1. Mengawali pertemuan
§ Ucapkan salam dan perkenalkan diri
§ Tanyakan identitas pasien
§ Tanyakan maksud kedatangan pasien
§ Beri situasi yang nyaman bagi pasien
§ Tunjukkan sikap empati dan dapat dipercaya
2. Mendengar aktif
§ Berkonsentrasi pada pembicaraan
§ Lakukan kontak mata
§ Perlihatkan minat pada pembicaraan

60 | P a g e
§ Perlihatkan sikap tubuh sesuai pembicaraan
§ Dorong lawan bicara mengungkapkan isi pikirannya
§ Tanyakan kejelasan
§ Tanyakan secara detail
§ Tinggalkan asosiasi dan opini
§ Jaga emosi
§ Tidak terburu-buru
§ Beri jeda bila diperlukan
3. Menutup pertemuan
§ Simpulkan kembali masalah pasien, kekhawatiran dan harapannya
§ Pelihara dan jaga harga diri pasien, hal-hal yang bersifat pribadi dan kerahasiaan
pasien sepanjang waktu
§ Perlakukan pasien sebagai mitra sejajar dan minta persetujuannya dalam memutuskan
suatu hal
PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Sebelum mengikuti kegiatan konseling, pelajari teori dasar-dasar komunikasi dari
referensi yang dianjurkan.
2. Untuk berlatih konseling, cobalah berlatih berpasangan dengan teman, 1 orang sebagai
perawat, satu orang sebagai pasien. Gunakan prosedur pelaksanaan sebagai acuan.
Lakukan bergantian, bila 1 pasang mahasiswa sedang berlatih, teman dalam kelompok
menyaksikan dan setelah itu memberi masukan. Pada latihan terbimbing waktu tiap
pasang mahasiswa maksimal 7 menit untuk konseling, masukan dari anggota kelompok 2
menit. Sisa waktu pada latihan terbimbing digunakan instruktur untuk memberi feedback.
Untuk latihan mandiri waktu latihan disesuaikan waktu yang ada (total latihan kelompok
120 menit).
3. Lakukan konseling dengan situasi sesuai skenario yang dipilih. Antar pasangan sebaiknya
mencoba skenario yang berbeda, misal pasangan 1 berlatih skenario 1, pasangan 2
berlatih skenario 2. Karena waktu terbatas, mahasiswa disarankan berlatih sendiri
skenario yang belum sempat dicobanya diluar waktu pertemuan skills lab.

61 | P a g e
4. Pada akhir kegiatan akan dilakukan evaluasi. Mahasiswa disyaratkan mengikuti 100%
kegiatan untuk dapat mengikuti evaluasi. Penilaian berdasarkan checklist evaluasi. Batas
lulus adalah 75 %.
Checklist penilaian ketrampilan konseling
NO ASPEK YANG DINILAI SKOR
0 1 2
1 Mengawali pertemuan
Mengucapkan salam pada awal pertemuan
Memperkenalkan diri
Menanyakan identitas pasien
Menanyakan maksud kedatangan pasien
Memberikan situasi yang nyaman bagi pasien
Menunjukkan sikap empati dan dapat dipercaya
2 Mendengar aktif
Mampu berkonsentrasi
Melakukan kontak mata
Memperlihatkan minat pada pembicaraan
Mendorong lawan bicara mengungkapkan isi pikirannya
Memperlihatkan sikap tubuh sesuai pembicaraan
Menanyakan kejelasan
Menanyakan secara detail
Meninggalkan asosiasi dan opini
Menjaga emosi
Tidak terburu-buru
Memberi jeda bila diperlukan
3 Menutup pertemuan
Menyimpulkan kembali masalah pasien
Menjaga harga diri pasien dan rahasia pasien
Memperlakukan pasien sebagai mitra sejajar dan meminta
persetujuannya dalam memutuskan suatu hal
Keterangan :
2 : dilakukan, dengan benar, atau bila pada kasus tersebut tidak perlu dilakukan
1 : dilakukan, tidak benar
0 : tidak dilakukan

62 | P a g e
BAB VI
METODE PENDIDIKAN KELOMPOK

Metode pendidikan Kelompok harus memperhatikan apakah kelompok itu besar atau
kecil, karena metodenya akan lain. Efektifitas metodenya pun akan tergantung pada besarnya
sasaran pendidikan.
A. Kelompok besar
1. Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah:
a. Persiapan
Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi dari yang
akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri dengan:
1) Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau disusun
dalam diagram atau skema.
2) Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalah singkat, slide,
transparan, lcd proyektor, sound sistem, dan sebagainya.
b. Pelaksanaan
Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah tersebut
dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai sasaran (dalam arti
psikologis), penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Sikap dan penampilan yang menyakinkan, tidak bolah bersikap ragu-ragu dan
gelisah.
2) Suara hendaknya cukup keras dan jelas.
3) Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah.
4) Berdiri di depan (dipertengahan). Tidak boleh duduk.
5) Menggunakan alat-alat bantu lihat (AVA) semaksimal mungkin.
2. Seminar : hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke
atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang
suatu topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat.

63 | P a g e
B. Kelompok kecil
1. Diskusi kelompok
Dibuat sedemikian rupa sehingga saling berhadapan, pimpinan diskusi/penyuluh duduk
diantara peserta agar tidak ada kesan lebih tinggi, tiap kelompok punya kebebasan
mengeluarkan pendapat, pimpinan diskusi memberikan pancingan, mengarahkan, dan
mengatur sehingga diskusi berjalan hidup dan tak ada dominasi dari salah satu peserta.
Supaya semua anggota kelompok bebas berpartisipasi maka formasi duduk peserta diatur
sehingga dapat berhadapan/saling memandang, misalnya. bentuk lingkaran atau segi
empat. Pemimpin diskusi juga duduk diantara peserta sehingga tidak menimbulkan kesan
ada yang lebih tinggi. Mereka harus merasa berada dalam taraf yang sama, sehingga tiap
anggota kelompok mempersiapkan kebebasan/keterbukaan untuk mengeluarkan
pendapat. Memulai diskusi: Pimpinan harus memberikan pancingan-pancingan dapat
berupa pertanyaan-pertanyaan/kasus-kasus sehubungan dengan topik yang dibahas. Agar
lebih bersuasana, pemimpin kelompok harus mengarahkan & mengatur jalannya diskusi
sehingga semua orang dapat kesempatan berbicara, tidak menimbulkan dominasi salah
seorang peserta.
2. Curah pendapat (Brain Storming)
Merupakan modifikasi diskusi kelompok, dimulai dengan memberikan satu masalah,
kemudian peserta memberikan jawaban/tanggapan, tanggapan/jawaban tersebut
ditampung dan ditulis dalam flipchart/papan tulis, sebelum semuanya mencurahkan
pendapat tidak boleh ada komentar dari siapa pun, baru setelah semuanya mengemukaan
pendapat, tiap anggota mengomentari. Prinsipnya sama dengan motode diskusi
kelompok. Bedanya, pada permulaannya pemimpin kelompok memancing dengan satu
masalah, lalu tiap peserta memberikan jawaban-jawaban atau tanggapan (curah
pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung, ditulis dalam
flipchart/papantulis. Setelah semua anggota mengeluarkan pendapatnya, setiap anggota
dapat mengomentari, akhirnya terjadi diskusi.
3. Bola salju (Snow Balling)
Dalam rangka mengaktifkan siswa dalam pembelajaran perlu diupayakan dengan
berbagai strategi dan metode pembelajaran yang bervariasi. Salah satu metode
pembelajaran yang bisa mengaktifkan siswa adalah metode snowballing. Secara bahasa

64 | P a g e
snowballing berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari dua kata, yaitu snow = salju dan
ball = bola.
Dinamakan metode snowballing dikarenakan dalam pembelajaran siswa melakukan tugas
individu kemudian berpasangan. Dari pasangan tersebut kemudian mencari pasangan
yang lain sehingga semakin lama anggota kelompok semakin besar bagai bola salju yang
menggelinding.
Metode ini digunakan untuk mendapatkan jawaban yang dihasilkan dari siswa secara
bertingkat. Dimulai dari kelompok yang lebih kecil berangsur-angsur kepada kelompok
yang lebih besar sehingga pada akhirnya akan memunculkan dua atau tiga jawaban yang
telah disepakati oleh siswa secara kelompok.
Menurut Hisyam Zaini, dkk., metode ini digunakan untuk mendapatkan jawaban yang
dihasilkan dari kelompok kecil kemudian dilanjutkan dengan kelompok yang lebih besar
sehingga pada akhirnya akan memunculkan dua atau tiga jawaban yang telah disepakati
oleh peserta didik secara berkelompok. Strategi ini akan berjalan dengan baik jika materi
yang dipelajari menuntut pemikiran yang mendalam atau yang menuntut peserta didik
untuk berfikir analisis bahkan mungkin sintesis. Materi-materi yang bersifat faktual, yang
jawabannya sudah ada di dalam buku teks mungkin tidak tepat diajarkan dengan strategi
ini.
Tiap orang dibagi menjadi pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang). Kemudian dilontarkan
suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih kurang 5 menit tiap 2 pasang bergabung
menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya.
Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan
pasangan lainnya dan demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.
4. Kelompok kecil-kecil (Buzz group)
Metode buzz group yaitu cara pembahasan suatu masalah yang dalam pelaksanaannya
siswa dibagi dalam kelompok kecil antara 3-4 orang membahas suatu masalah yang
diakhiri dengan penyampaian hasil pembahasannya oleh setiap juru bicara pada
kelompok besar/kelas. Sama seperti diskusi, diskusi buzz group adalah pembahasan suatu
topik dengan cara tukar pikiran antara dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok
kecil, yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Metode ini dapat membangun
suasana saling menghargai perbedaan pendapat dan juga meningkatkan partisipasi peserta

65 | P a g e
yang masih belum banyak berbicara dalam diskusi yang lebih luas serta dapat
mengembangkan kesamaan pendapat atau kesepakatan untuk mencari suatu rumusan
terbaik mengenai suatu persoalan.
Setelah diskusi buzz group, proses dilanjutkan dengan diskusi kelas atau diskusi umum
yang merupakan lanjutan dari diskusi buzz group yang dimulai dengan pemaparan hasil
diskusi buzz group. Komunikasi dalam diskusi ini terjadi dimana tiap anggota kelompok
menyatakan ide-idenya yang dicatat oleh sekretaris. Sekretaris menyimpulkan hasil
diskusi dan akan disampaikan pada diskusi kelas. Diskusi buzz group biasanya hanya
memerlukan waktu 10-20 menit. Hasil belajar yang diharapkan dalam metode buzz group
yaitu membandingkan persepsinya yang mungkin berbeda-beda tentang bahan diskusi,
membandingan informasi yang diperoleh masing-masing sehingga peserta dapat saling
memperbaiki pengertian, persepsi, informasi, interpretasi sehingga dapat dihindarkan
kekeliruan (Hasibuan dan Moedjiono, 1995:21). Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode
diskusi buzz group adalah suatu metode yang membagi kelas besar menjadi kelompok-
kelompok kecil yang terdiri dari 3-4 peserta untuk memecahkan masalah yang diberikan
guru. Hasil diskusi ditulis oleh salah satu peserta dan dikumpulkan ke pengampu diskusi.
Kemudian pengampu membahas materi diskusi untuk mencapai suatu kesimpulan yang
benar (Hasibuan dan Moedjiono, 1995:21).
5. Memainkan peranan (Role Play)
adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi
dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa
dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada
umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang
diperankan.
Beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peranan tertentu untuk
memainkan peranan tertentu, misalnya sebagai perawat puskesmas, sebagai perawat atau
bidan, dll, sedangkan anggota lainnya sebagai pasien/anggota masyarakat. Mereka
memperagakan bagaimana interaksi/komunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas.
6. Permainan simulasi (Simulation Game)
Merupakan gambaran role play dan diskusi kelompok. Pesan-pesan disajikan dalam
bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara memainkannya persis seperti

66 | P a g e
bermain monopoli dengan menggunakan dadu, gaco (penunjuk arah), dan papan main.
Beberapa orang menjadi pemain, dan sebagian lagi berperan sebagai nara sumber.
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah. Kata
simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura. Dengan demikian, simulasi
dalam metode mengajar dimaksudkan sebagai cara untuk menjelaskan sesuatu (bahan
pelajaran) melalui perbuatan yang bersifat pura-pura atau melalui proses tingkah laku
imitasi, atau bermain peranan mengenai suatu tingkah laku yang dilakukan seolah-olah
dalam keadaan yang sebenarnya.
Dalam kamus Bahasa Inggris karangan Echols dan Shadily (1992:527) bahwa simulasi
berarti pekerjaan tiruan/meniru. Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI, 2002:1068) bahwa simulasi merupakan metode pelatihan yang meragakan
sesuatu dalam bentuk tiruan yang mirip dengan keadaan yang sesungguhnya.
Pengertian model permainan simulasi (simulation game model) menurut Richard
Kindsvatter (1996:269) adalah A simulation is a dynamic model illustrating a physical
(nonhuman) or social (human) system that is abstracted from reality and simplified for
study purposes. (Permainan simulasi adalah sebuah model penggambaran yang dinamis
tentang suatu sistem sosial (manusia) atau fisik (bukan manusia) yang diabstraksi dari
realita dan disederhanakan untuk alasan studi).
a. Langkah – Langkah Simulasi
1) Persiapan Simulasi
a) Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh
simulasi.
b) Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan.
c) Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, peranan yang
harus dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang disediakan.
d) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada
siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi.
2) Pelaksanaan Simulasi
a) Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran.
b) Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.

67 | P a g e
c) Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat
kesulitan.
d) Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan untuk
mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang
disimulasikan.
3) Penutup
a) Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi cerita yang
disimulasikan.Guru harus mendorong agar siswa dapat memberikan kritik dan
tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi.
b) Merumuskan kesimpulan.

68 | P a g e
BAB VII
METODE PENDIDIKAN MASSA

Metode (pendekatan) ini digunakan untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan


yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa. Sasaran dari pendidikan massa adalah
umum, tidak membedakan umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial
ekonomi, dan sebagainya, maka pesan-pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang
sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pendekatan ini digunakan untuk
membangun kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi awareness, belum begitu diharapkan
untuk sampai pada perubahan perilaku. Bila kelak dapat berpengaruh terhadap perubahan
perilaku merupakan hal yang wajar. Pada umumnya pendekatan ini tidak langsung, biasanya
menggunakan media massa.
Oleh karena sasaran pendidikan ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan
golongan umur, jenis kelamin pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan
sebagainya, maka pesan-pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian
rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk
menggugah awareness atau kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi, dan belum begitu
diharapkan untuk sampai pada perubahan perilaku. Namun demikian bila kemudian juga dapat
berpengaruh terhadap perubahan perilaku juga merupakan hal yang wajar.
Bentuk pendekatan massa antara lain:
1. Ceramah umum, metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah,
biasanya sering digunakan pada acara hari kesehatan nasional, pejabat berpidato dihadapan
massa rakyat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan.
Kelebihan:
a. Dapat dipakai pada sasaran orang dewasa;
b. Dapat dipakai pada kelompok yang lebih besar;
c. Tidak terlalu banyak melibatkan alat bantu pengajaran; serta
d. Dapat menyampaikan pesan atau informasi dengan baik.
Kekurangan:
a. Pembicara harus menguasai topik pembicaraan;
b. Peserta menjadi pasif;

69 | P a g e
c. Dapat menjadi kurang menarik;
d. Daya ingat biasanya terbatas; serta
e. Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
2. Tulisan-tulisan di majalah atau surat kabar, misalnya dalam bentuk artikel, tanya jawab atau
konsultasi tentang kesehatan dan penyakit.
Kelebihan:
a. Tahan lama;
b. Mencakup banyak orang;
c. Biaya rendah;
d. Dapat dibawa kemana-mana;
e. Tidak perlu listrik; serta
f. Mempermudah pemahaman dan dapat meningkatkan gairah belajar.
Kekurangan:
a. Tidak dapat menstimulir efek gerak dan efek suara; dan
b. Mudah terlipat.
3. Siaran berprogram adalah penyampaian informasi secara terprogram melalui siaran radio dan
televisi yang bertujuan untuk merubah sikap, pengetahuan, dan tindakan masyarakat.
Kelebihan:
a Dapat mencakup sasaran yang lebih luas;
c. Dapat dipakai secara efektif untuk menambah pengetahuan umum; dan
d. Sumber tanaga pengajar dapat dikurangi seminimal mungkin.
Kekurangan:
a. Pesawat penerima siaran belum merata dimikki oleh sasaran;
b. Memerlukan perencanaan dan desain yang matang dan memakan waktu lama;dan
c. Memerlukan penyiar yang telah mahir dibidang siaran.
4. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan, tentang suatu penyakit
atau masalah kesehatan.
Kelebihan:
a. Simulasi dapat memberikan wawasan yang lebih luas melalui memainkan peran dan
diskusi kelompok;
b. Simulasi adalah metode kelompok kecil yang unik, menarik, lengkap, padat dan jelas;

70 | P a g e
c. Dapat mengatasi rasa jenuh atau bosan;
d. Meningkatkan keterampilan bicara;
e. Dapat menciptakan sesuatu yang ber-atmosphere sehingga menghasilkan kesan yang
baik;
f. Permainan simulasi dapat memberikan kesenangan yang bermanfaat;
g. Permainan simulasi dapat membangkitkan ketenangan dalam menyampaikan dan
mendengarkan penyampaian serta mengurangi ketegangan;
h. Simulasi membangkitkan rasa percaya diri dan keberanian;
i. Simulasi meningkatkan kualitas bahasa seseorang;
j. Simulasi dapat membuat anggota kelompok lebih aktif;
k. Simulasi bisa jadi obat mujarab mengatasi rasa takut;
l. Simulasi merangsang imajinasi dan kemampuan verbal dalam kelompok; serta
m. Simulasi dapat memberikan kemudahan dalam menangkap pesan – pesan yang ada
Kekurangan:
a. Rumit dalam pelaksanaannya;
b. Perlu persiapan matang;
c. Waktu yang dibutuhkan cukup banyak;
d. Perlu keterampilan dalam mengkoordinasi pelaksanaannya; serta
e. Tidak dapat dilaksanakan secara langsung, butuh perencanaan atau strategi
yang kompleks.
5. Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, pamflet, leaflet, booklet
dan sebagainya.
Kelebihan :
a. Tahan lama;
b. Jangkauannya mencakup banyak orang;
c. Biaya tidak terlalu tinggi;
d. Tidak perlu menggunakan listrik;
e. Dapat mengungkit rasa keindahan; serta
f. Mempermudah pemahaman mengenai masalah kesehatan yang diinformasikan.
Kekurangan :
a. Media ini tidak dapat menstimulir efek suara dan efek gerak;

71 | P a g e
b. Mudah terlipat, kecuali Billboard; serta
c. Tidak dapat menjangkau semua orang khususnya bagi masyarakat yang buta huruf.
6. Pidato atau diskusi melalui media elektronik. Pada dasarnya metode ini merupakan bentuk
pendidikan kesehatan massa untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan yang dikemas
dalam suatu acara dengandipandu oleh penyiar/presenter yang telah mahir dibidang
kesehatan.
Kelebihan:
a. Jangkauan relatif lebih besar;
b. Efektif karena media elektronik sudah dikenal masyarakat;
c. Mengikutsertakan semua pancaindera;
d. Lebih mudah dipahami;
e. Lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak;
f. Bertatap muka;
g. Penyajian dapat dikendalikan; serta
h. Dapat diulang-ulang.
Kekurangan:
a. Biaya lebih tinggi;
b. Sedikit rumit;
c. Perlu listrik;
d. Perlu alat canggih untuk produksinya;
e. Perlu persiapan matang;
f. Peralatan selalu berkembang dan berubah;
g. Perlu keterampilan penyimpanan; serta
h. Perlu terampil dalam pengoperasian.
7. Kampanye adalah tindakan yang mempengaruhi dengan cara apapun untuk membuat orang
berpihak pada kita. Sasaran dari kampanye ini tidak memihak apakah dari masyarakat
menengah ke bawah atau menengah ke atas.
Kelebihan:
a. Dapat menjangkau banyak orang dari semua kalangan; dan
b. Memiliki unsur persuasive yang kuat.

72 | P a g e
Kekurangan:
a. Media atau cara yang digunakan untuk mempromosikan kampanye butuh dana yang tidak
sedikit;
b. Butuh waktu yang lama untuk mempersiapkan kampanye; dan
c. Harus dikemas secara menarik agar banyak orang yang ikut berpartisipasi.

73 | P a g e
BAB VIII
MENGUJI DAN MENILAI MAHASISWA

A. Pendahuluan
Evaluasi merupakan suatu langkah sangat strategis dalam proses belajar mengajar .
Karena evaluasi merupakan suatu upaya untuk melakukan perbaikan mutu pembelajaran,
meskipun manfaat ini bukan satu satunya dari kegiatan evaluasi. Setidaknya ada tiga manfaat
yang dapat diharapkan dari evaluasi (1) mendapatkan informasi (2) membuat keputusan dan
(3) meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Kedudukan evaluasi dalam siklus belajar
mengajar berikut:

Menentukan
Tujuan Belajar

Tindak Lanjut
Melaksanakan
Metode Instruksional

Melakukan
Evaluasi

Gambar 1. Siklus Pembelajaran

Secara umum ada dua macam evaluasi dalam pendidikan , yang pertama ; evaluasi
Hasil Belajar Siswa dan kedua; Evaluasi Proses Belajar Mengajar (Evaluasi Menjerial)
mengevalausi semua komponen pembelajaran mulai dari sarana dan prasarana, kurikulum,
strategi pembelajaran, cara mengajar dosen, cara belajar siswa. Evaluasi hasil belajar siswa
merupakan bagian dari evaluasi proses belajar. Penilaian keberhasilan belajar adalah suatu
usaha untuk mengetahui seberapa jauh tujuan pendidikan yang tekah ditetapkan sebelumnya
telah dapat dicapai. Evaluai merupakan proses yang berjalan secara berkesinambungan
berdasarkan kriteria yang jelas. Para Dosen harus mampu memilih dan mengembangkan alat
evaluasi yang cocok, valid dan reliabel .

74 | P a g e
Pemilihan alat dan cara pengukuran apapun harus dikuasai oleh para dosen melalui
banyak latihan dan pengalaman berdasarkan teori yang telah dipelajari. Para penilai juga
harus selalu terbuka meneriam umpan balik darai semua pihak, teman sejawat, mahasiwa
ataupun para ahlinya mengenai alat evaluasi yang dikembangkan.

B. Maksud dan Tujuan Evaluasi


Secara klasik tujuan evaluasi adalah untuk membedakan kegagalan dan keberhasilan
seorang siswa. Namun dalam perkembangannya evaluasi juga mempunyai tujuann untuk
memberikan umpan balik kepada siswa maupun kepada pengajar sebagai pertimbangan
untuk melakukan perbaikan, untuk kepentingan jaminan terhadap pengguna lulusan sebagai
tanggung jawab institusi yang telah meluluskan .

C. Objek Evaluasi
Evaluasi dalam pendidikan dapat dilakukan terhadap semua komponen pendidikan
atau objek evaluasi , mulai dari komponen input, proses dan otput. Komponen input
meliputi :
1. Kemampuan awal mahasiswa
2. Materi perkuliahan
3. Sarana prasarana perkuliahan
4. Tim Dosen
5. Kurikulum Pendidikan .
Sedangkan Komponen Proses meliputi:
1. Penerapan strategi Pembelajaran.
2. cara belajar mahasiswa
3. cara mengajar Dosen.
Dan Komponen Otput berupa Hasil Belajar Mahasiswa yang lazim disebut pengukuran dan
penilaian hasil belajar.

D. Dasar Pemikiran Penilaian dalam Pendidikan


Pendidikan adalah suatu proses untuk merubah perilaku peserta didik diakhir
pendidikannya. Perilaku manusia demikian kompleks sehingga tidak dapat dinilai dengan

75 | P a g e
menggunakan satu parameter saja termasuk perilaku dalam pendidikan. Informasi yang
diperoleh dari pengukuran harus dapat ditafsirkan menjadi kemampuan utuh yang jauh lebih
luas sehingga faktor representativitas menjadi salah satu permasalahan tersendiri dalam
evaluasi pendidikan. Beberapa dasar pemikiran dalam penilaian adalah;
1. Penafsiran komponen perilaku yang berdiri sendiri-sendiri hanya mampunyai sedikit arti
dalam menilai keseluruhan perilaku individu.
2. Penilaian terhadap kemampuan individu yang bersifat kompleks akan selalu
menimbulkan kesalahan. Kesalahan itu dapat dikurangi namun tidak pernah dapat
dihilangkan.
3. Bila pengemabngan alat ukur dilakukan oleh sekelompok orang yang terlatih akan
menghasilkan penilaian yang lebih dapat dipercaya (valid).
4. Seorang individu akan belajar lebih baik apabila mengetahui kemajuan hasil belajarnya
dari evaluasi.

E. Tes dan Pengukuran dan Penilaian dalam Pendidikan


Tes dapat diartikan sebagai pertanyaan atau tugas yang terencana untuk memperoleh
informasi tentang objek atau peserta didik yang setiap butir pertanyyan tersebut mempunyai
jawaban yang dianggap benar.
Pengukuran dalam pendidikan dapat diartikan sebagai pemberian batas-batas
kuantifikasi kepada suatu kompetensi atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh seseorang
setelah menjalani program pendidikannya. Dalam upaya pengukuran ini harus mengikuti
seperangkat ketentuan yang telah disepakati oleh para ahli khususnya di bidang pendidikan.
Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa terdapat dua karakter utama dalam
pengukuran yaitu (1) penggunaan angka atau skala tertentu dan (2) menurut aturan atau
formulasi tertentu.
Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil suatu keputusan berdasarkan
informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar menggunakan standart tertentu.
Ada dua cara pendekatan dalam melakukan penilaian yaitu penialain acuan norma atau PAN
(norm referenced evaluation) dan penialaian acuan patokan atau PAP (criterion referenced
evaluation). Penilaian acuan norma adalah suatu penilaian keberhasilan hasil belajar
seseorang dengan cara membandingkannya terhadap hasil belajar rata-rata kelompok atau

76 | P a g e
kelasnya. Penilaian ini bersifat relatif tergantung tingkat kemampuan rata-rata kelasnya dan
simpang baku pada kurva normal. Penilaian Acuan Patokan adalah suatu cara penilaian
terhadap tingkat keberhasilan belajar seseorang dengan cara membandingkan dengan capaian
batas komptensi minimal yang telah dipersayaratkan dalam tujuan pendidikan sebelumnya
atau nilai batas lulus.

F. Kegunaan Evaluasi Hasil Belajar dalam Pendidikan


1. Seleksi: untuk keperluan ini harus digunakan alat tes yang dapat meramalkan
keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam suatu kegiatan tertentu dimasa yang akan
datang. Namun dalam kenyataan tes seleksi semacam ini hanya digunakan untuk
memisahkan antara orang yang akan diterima dan ditolak, bukan untuk memperoleh
calon yang paling besar kemungkinannya untuk berhasil dalam program yang akan
dilakukan.
2. Penempatan: sering digunakan dalam program-program pelatihan atau kursus untuk
menempatkan seseorang pada kelas yang cocok sesuai dengan batas kemampuan
awalnya.
3. Diagnosis dan Remidial: adalah suatu tes yang digunakan untuk mengukur kelebihan
dan kelemahan seseorang (diagnostik) dan dilanjutkan dalam rangka untuk perbaiakn
perbaikan (remidial).
4. Motivasi Belajar Mahasiswa: suatu hasil tes hendaknya dapat memotivasi mahasiswa.
bagi mahasiswa yang nilainya kurang akan menjadi pacuan untuk lebih berusaha
memperbaiki kekurangannya dan bagi mahasiswa yang nilainya baik dapat memotivasi
untuk mempertahankan serta mempelajari bahan pengayaan.
5. Perbiakan Kurikulum Pendidikan: perbaikan kurikulum pendidikan harus diawali
dengan evaluasi sebagai pijakan perbaikan penyempurnaan. Upaya perbaikan kurikulum
akan menjadi sia-sia bila tidak didasari temuan dari hasil evaluasi.

G. Hubungan Tujuan Pembelajaran dengan Evaluasi


Pertanyaan yang sering muncul ketika dosen menulis soal adalah “apakah yang harus
dikuasai oleh mahasiswa dalam mata kuliah ini?” Jawaban pertanyaan itu sebenarnya
terdapat dalam tujuan pembelajaran (learning objective). Evaluasi yang berbasis tujuan

77 | P a g e
pendidikan atau kompetensi inilah yang dapat memberikan infromasi tercapai atau tidaknya
tujuan pembelajarannya. Oleh karena dalam tujuan pembelajaran setidaknya telah
terumuskan substansi yang harus dikuasai serta jenjang penguasaan menurut taksonomi
pendidikan yang dikehendaki. Hal ini penting karena taksonomi pendidikan akan membantu
dosen untuk menyusun alat tes sesuai jenjang ranah yang diharapkan dari tujuan pendidikan.
Dengan demikian dosen tidak akan terjebak melakukan pengukuran hanya pada jenjang
ingatan atau pemahaman.
Didalam menilai kemajuan suatu proses pembelajaran dikenal adanya evaluasi
formatif atau diagnostik dan evaluasi sumatif. (1) Evaluasi Formatif bertujuan utnuk
memberikan umpan balik kepada siswa sehingga siswa tahu apa yang seharusnya akan
dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan. Bagi pengajar hasil evaluai formatif dapat
digunakan untuk memperbaiki startegi pembelajarannya agar lebih baik lagi. Oleh karenanya
hasil evaluasi formatif tidak boleh dipakai untuk pertimbangan tingkat kelulusan siswa. Bila
perlu naskah tes formatif bersifat anonim dengan menggunakan kode siswa agar naninya
dapat diambil kembali setelah dikoreksi. (2) Evaluasi Sumatif adalah evaluasi yang
hasilnya dapat digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan pencapaian tujuan
pendidikan, pengambilan keputusan kenaikan tingkat, menetapkan kedudukan siswa dalam
kelasnya atau pertimbangan pemberian gelar atau ijazah.
Evaluasi pendidikan berarti suatu upaya untuk menentukan seberapa jauh tujuan
pendidikan yang telah dirumuskan telah dapat dicapai oleh siswa. Tujuan pendidikan
merupakan sperangkat kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa setelah menjalani proses
pendidikannya. Permasalahannya masih sering tujuan pendidikan tidak dirumuskan secara
jelas sehingga sukar untuk melakukan evaluasi. Apa yang masih terjadi adalah pengajar
melakukan evaluasi berdasarkan kebiasaan sebelumnya atau menurut seleranya tanpa
mengetahui apa yang hendak diukur.
Dalam taksonomi pendidikan perilaku individu dibagi menjadi ranah kognitif, afektif
dan psikomotor. Ketiga ranah tersebut akan melekat dalam setiap kompetensi siswa yang
akan diukur. Permasalahannya adalah banyak alat tes yang dikembangkan hanya mampu
mengukur kemampuan pada ranah kognitif sedangkan kedua ranah yang lain sering
terabaikan karena kesulitan dan ketidak praktisan dalam melakukan proses pengukuran.

78 | P a g e
Dengan demikian pengembangan alat tes akan menghadapi permasalahan yang
berhubungan dengan persyaratan karatersitik alat tes, kejelasan ranah dalam taksonomi
perilaku yang akan diukur dan pertimabngan faktor psikologis siswa.

H. Karakteristik Alat Tes


Banyak persyaratan yang harus dipenuhi dalam mengembangkan alat evaluasi
pendidikan, setidaknya harus memiliki empat kualitas pokok, yang berhubuingan dengan
karaktersitik alat tes yaitu (1) kesahihan atau validitas (2) keajegan atau reliabilitas dan
(3) objektivitas .
1. Kesahihan atau Validitas
Validitas suatu alat tes adalah ukuran sejauh mana ketepatan alat tes itu mampu
mengukur komptensi siswa yang seharusnya diukur? Validitas suatu alat tes dapat
ditinjau dari aspek substansi atau isi (content validity) yaitu; seberapa jauh alat tes itu
dapat mengukur capain tujuan pendidikan. Contoh validitas isi dapat dinilai dengan
melihat apakah soal-soal tes sudah mengukur semua kemampuan yang ada dalam tujuan
pendidikan. Validitas juga dapat ditainjau dari aspek prediktif (predictive validity);
seberapa jauh alat tes itu dapat memprediksi hasil yang diperoleh siswa saat ini dapat
membantu menyelesaikan tujuan pendidikan selanjutnya. Contoh validitas prediktif
adalah seberapa jauh alat tes dapat meramalkan kemampuan hasil yang diperoleh di
bagian Fisiologi dapat membantu kemampuan belajarnya di mata kuliah Klinik.
2. Keajegan atau reliabilitas
Sejauhmana alat tes mampu mengukur secara konsisten (ajeg) dari waktu ke waktu atau
dari pengamat satu ke pengamat lain pada kelompok siswa yang sama. Contohnya bila
suatu alat tes digunakan untuk menguji kemampuan kelompok siswa yang sama dalam
selang waktu yang berbeda menghasilkan kesimpulan yang tidak jauh berbeda maka
dapat dikatakan reliabel.
3. Objektivitas
Sebenarnya hampir sama dengan konsep reliabilitas yaitu berhubungan dengan tingkat
kesesuaian hasil penilaian antar beberapa orang penilai terhadap jawaban tes. Dengan
kata lain bila makin banyak para penilai sepakat tentang jawaban yang diberikan oleh
siswa maka alat test itu makin objektif. Hasil koreksi tes pilihan ganda tidak lagi

79 | P a g e
tergantung dari siapa yang mengkoreksi bahkan mesinpun dapat digunakan untuk
melakukan koreksi. Oleh karena itu soal tes pilihan ganda disebut juga bentuk tes
objektif.

I. Peran Taksonomi dalam Evaluasi Pendidikan


Seperti penjelasan sebelumnya bahwa mendidik betujuan untuk merubah perilaku
siswa yang terdiri atas kemempuan kognitif, psikomotor dan afektif. Permaslahannya adalah
pada akhir pembelajarannya, siswa harus dapat menunjukkan bahwa ia telah dapat
melakukan prestasi minimal yang dipersyaratkan dalam tujuan pendidikan. Oleh karena itu
kegunaan Taksonomi pendidikan dalam evaluasi adalah:
1. Untuk menyusun tujuan pendidikan agar dapat dilakukan pengukuran sesuai dengan
komponen kompetensinya
2. Untuk menyusun alat evaluasi sesuai dengan ranah yang akan diukur. Artinya spesifikasi
setiap alat ukur harus dikembangkan betolak dari ranah yang akan diukur.
3. Taksonomi pendidikan akan membantu menetapkan tingkat kesukaran alat tes. Karena
dalam taksonomi pendidikan, setiap ranah disusun secara hirargikal dari tingkat yang
paling sederhana sampai ke tingkat yang paling kompleks.
4. Taksonomi pendidikan akan membantu dosen dalam melakukan revisi alat tes yang
belum sesuai dengan tingkat kompetensi yang diukur.

J. Perencanaan Evaluasi Hasil Belajar


Perencanaan evaluasi hasil belajar adalah suatu upaya agar tujuan evaluasi yang telah
ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien tanpa menimbulkan kerugian yang tidak
diinginkan. Artinya dengan perencanaan yang baik maka kita dapat mengurangi bahkan
menghindari pemborosan waktu, tenaga, dana serta risiko yang timbul.
Langkah-langkah Perencanan dalam Evaluasi Hasil Belajar adalah sebagai berikut:
Menentukan Tujuan Evaluasi, Membuat Kisi Spesifikasi Butir Soal, Memilih jenis soal yang
sesuai dan menyunting soal, Pengadministrasian Tes.
1. Menentukan Tujuan Evaluasi
Tujuan evaluasi bila dilihat dari kemanfaatnya dapat dibedakaan menjadi tujuan
diagnosis (tes formatif) dan untuk kelulusan Mahasiswa (tes sumatif). Penilain untuk

80 | P a g e
tujuan diagnosis bisa dilakukan sebelum pembelajaran dimulai untuk menentukan
kemampuan awal atau prasyarat peserta ajar sebagai dasar pertimbangan penyusunan
strategi pembelajaran selanjutnya atau untuk penempatan. Memahami kesiapan peserta
ajar untuk memulai pendidikan yang akan ditempuh adalah penting bagi tenaga pengajar
dengan harapan dapat disusun program pembelajaran sesuai dengan ambang kesiapan
peserta ajar. Tes diagnostik juga dapat dilakukan di tengah-tengah pembelajaran untuk
kepentingan tenaga pengajar melakukan revisi dan penyempurnaan strategi
pembelajarannya.
Penilaian untuk kelulusan peserta ajar diadakan pada akhir pembelajaran atau jenjang
pendidikan bertujuan untuk memberikan pengakuan bagi peserta ajar yang telah
mengakhiri proses pendidikannya.
2. Membuat Kisi Spesifikasi
Guna menjamin kesahihan (content validity) perangkat tes cara yang lazim dilakukan
adalah membuat kisi spesifikasi. Kisi ini berupa tabel atau matriks yang terdiri kolom dan
baris. Kolom memuat tentang Pokok bahasan dan sub pokok bahasan. Baris memuat
tentang jenjang kemampuan berdasarkan taksonomi pendidikan misalnya menurut
Bloom.
Contoh 1 : Kisi tes Objektif Ilmu Dasar Keperawatan I terdiri atas 50 butir soal pilihan
ganda
Mata Kuliah : Histologi
Semester : II
Waktu Ujian : 50 menit
Jumlah Butir Tes : 50 soal
Tipe Tes : Tes Objektif Pilihan Ganda
No Pokok Bahasan Jenjang Kemampuan
C1 C2 C3 C4,5,6 Jumlah %
1 Sel dan Jaringan 4 1 1 1 7
2 Sistem Muskuloskeletal 5 2 1 8
3 Sistem Kardiovaskuler 3 1 1 5
4 Sistem Pernafasan 4 2 1 7
5 Sistem Pencernaan 5 2 1 8
6 Sistem Perkemihan 3 1 1 2 7
7 Sistem Persyarafan 5 1 1 1 8
Jumlah 29 8 8 5 50 100

81 | P a g e
Keterangan Jenjang Kemampuan :
C1: Proses berfikir ingatan (pengetahuan)
C2: Proses berfikir pemahaman
C3: Proses berfikir penerapan (Aplikasi)
C4,5,6 : proses berfikir analisis, sintesis, evaluasi
Contoh 2 : Kisi Spesifikasi untuk soal tes uraian dalam Mata kuliah Metodologi
Penelitian Kesehatan
Mata Kuliah : Metodologi Penelitian Kesehatan
Semester : IV
Waktu Ujian : 100 menit
Jumlah Butir Tes : 10 soal
Tipe Tes : Tes Uraian
No Pokok Bahasan Jenis Soal Jenjang Jumlah %
Tertutup Terbuka kemampuan
1 Langkah Metodologis 1 C3 1 10
Penelitian
2 Perumusan Masalah 2 C3 2 20
Penelitian
3 Perumusan Hipotesis 1 C4,5,6 1 10
4 Variabel Penelitian 1 C3 1 10
5 Rancangan Penelitian 2 C4,5,6 2 20
observasional
6 Rancangan Penelitian 3 C4,5,6 3 30
Eksperimen
Jumlah 10 10 100

3. Memilih Jenis Soal yang Sesuai dan Menyunting Soal


Untuk mengisi kolom dan baris dalam kisi spesifikasi soal perlu melihat kembali tujuan
pendidikannya agar dapat menentukan dan memilih soal yang sesuai dengan tujuan itu.
Setiap tujuan pendidikan mempunyai variasi dalam tingkat kesukaran serta jenjang
kompetensi yang diinginkan. Tidak mungkin untuk mengukur tujuan pendidikan dengan
jenjang yang tinggi hanya menggunakan soal-soal pada taraf pengetahuan (C1)
pemahaman (C2) saja. Demikian juga setiap tipe soal mempunyai kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Misalnya tes uraian memiliki kemampuan lebih dalam

82 | P a g e
hal mengukur ranah kemampuan pada tingkatan tinggi, namun sifat representativitasnya
kurang. Sebaliknya tipe soal objektif mempunyai kemampuan lebih dalam hal
representativitas namun kurang dalam hal untuk mengukur ranah kemampuan tingkat
tinggi.
Akan tetapi menurut Ebel dan Frisbie tidak ada tipe soal yang paling baik untuk
mengukur ranah kognitif. Pemilihan soal yang akan digunakan lebih banyak ditentukan
oleh kemampuan dan waktu yang tersedia pada penyusunan tes daripada aspek
kemampuan yang akan diukur.
Dalam memilih butir soal perlu dipertimbangkan aspek tingkat kesukaran soal. Soal yang
terlalu mudah atau terlalu sukar tidak akan memberikan informasi yang banyak tentang
kemampuan siswa. Pada umunya para ahli konstruksi tes berpendapat bahwa tes yang
baik adalah tes yang mempunyai tingkat kesukaran di sekitar 0,50. Makin dekat tes ke
titik itu makin makin mampu tes itu membedakan antara kelompok yang mampu dan
kurang mampu.
a. Fromat butir soal juga perlu dipertimbangkan berkaitan dengan tingkat kemampuan
yang akan di ukur. Misalnya dalam tes objektif ada beberapa format: pilihan ganda
biasa.
b. pilihan ganda analsisi hubungan sebab akibat
c. pilihan ganda analisis kasus
d. pilihan ganda analisis menggunkan tabel, diagram, gambar atau grafik.
Kesemuanya itu dapat dipilih berdasarkan tingkat kemampuan yang akan diukur. Jumlah
butir soal tidak ada ketentuan yang pasti tetapi perlu diingat bahwa jumlah butir soal
berhubungan dengan reliabilitas tes dan representasi kompetensi yang akan di tes.
Semakin besar jumlah butir soal dalam alat tes akan semakin tinggi reliabilitasnya dan
semakin tinggi representativitasnya.
Membuat atau mengkonstruksi soal meskipun merupakan pekerjaan rutin dari pengajar
akan tetapi membuat soal yang memenuhi sarat yang baik tidaklah semudah yang kita
bayangkan, karena harus mempertimbangkan berbagai aspek di atas. Butir soal tipe
apapun dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar bila butir–butir soal tersebut
dikonstruksi dengan baik dan sesuai dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Alat

83 | P a g e
tes harus disusun sehingga benar-benar mewakili pengukuran materi keseluruhan yang
telah dipelajari .
4. Pengadministrasian Tes
Pengandministrasian tes merupakan suatu langkah mulai dari penyuntingan naskah tes
penggandaan sampai dengan pelaksanaan tes. Langkah penyuntingan dimaksudkan agar
peserta tes dapat mengerahkan kemampuan terbaiknya dalam mengerjakan tes tersebut.
Pada langkah ini perlu dilakukan Review atau menelaah soal-soal yang telah kita
sunting. Terutama untuk soal tes objektif apakah semua pilihan (optiom) sudah homogen
dan dapat berfungsi dengan baik. Saran dari sejawat dosen sangat membantu dalam hal
ini.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyuntingan naskah adalah:
a. tes objektif hendaknya secara tertulis
b. pokok bahasan di urut dari yang awal dan terakhir, dari mudah ke yang sukar
c. dilakukan pengelompokan untuk tipe soal yang sejenis
d. petunjuk mengerjakan tes harus jelas
e. batang soal (stem) dan pilihan (option) pada halaman yang sama
f. hindari urutan kunci jawaban menurut pola tertentu.
Setelah naskah selesai disunting kemudian digandakan. Pada penggandaan naskah tes ada
banyak hal yang perlu diperhatikan terutama format pengetikan, kerahasiaan dan
kejelasan setiap naskah tes. Pada saat penggandaan usahakan:
a. ada jarak yang cukup antar butir soal
b. angka atau huruf dalam butir soal harus sama dengan di lembar jawaban
c. grafik, diagram dan gambar harus cukup jelas
d. setiap naskah tes harus sama jelasnya.

84 | P a g e
BAB IX
EVALUASI KOGNITIF

A. Alat Tes Ranah Kognitif


Ranah kognitif dapat dinyatakan juga sebagai keterampilan dalam pengetahuan atau
keterampilan intelektual; merupakan kemampuan untuk menyebutkan kembali dari
ingatannya informasi yang pernah dialaminya dan mampu menerapkannya dalam situasi lain
sesuai dengan keperluan yang berbeda. Menurut Bloom (1956) bahwa keterampilan kognitif
dapat diklasifikasikan berdasarkan jenjang yang bersifat hiragikal dari terendah sampai yang
tertinggi. Artinya untuk menguasai jenjang keterampilan yang lebih tinggi harus menguasai
keterampilan yang lebih rendah lebih dahulu. Jenjang kognitif menurut Taksonomi Bloom
terdiri atas 6 tingkatan yaitu:
1. Pengetahuan (knowledge): kemampuan untuk mengingat kembali infromasi yang pernah
didapatkan sebelumnya. Kata-kata yang sering digunakan: menuliskan, menyebutkan
menyusun, mengidentifikasi. Misalnya mahasiswa keperawatan mampu menyusun daftar
delapan efek samping pemberian Deksamethason pada bayi prematur.
2. Pemahaman (comprehension): suatu kemampuan untuk memahami arti suatu ide atau
konsep. Kata-kata yang sering digunakan: membedakan antara, menjelaskan,
menafsirkan atau menginterpretasikan. Misalnya; Mahasiswa keperawatan mampu
menjelaskan mekanisme penurunan berat badan selama terapi deksamethason.
3. Aplikasi (aplication): kemampuan untuk menerapkan konsep atau ide dalam situasi yang
baru atau kondisi riil. Kata-kata yang sering digunakan; menerapkan,
mendemonstrasikan, mengoperasikan. Contoh; bila mahasiswa diberikan rumus untuk
menghitung dosis obat berdasarkan luas permukaan tubuh maka ia mampu menentukan
dosis deksamethason dengan benar untuk setiap pasien yang membutuhkan.
4. Analisis (analysis): kemampuan untuk menguraikan suatu konsep atau ide yang
kompleks menjadi komponen-konmponenya dan hubungan diantaranya. Contoh;
mahasiswa mampu menguraikan komponen rencana tindakan monitoring untuk
mengantisipasi efek samping pemberian terapi deksamethason.

85 | P a g e
5. Sintesis (synthesis): kemampuan untuk menghimpun bagian-bagian atau komponen
menjadi suatu ide baru yang hubungan antar komponennya didukung oleh teori baru.
Termasuk di sini adalah kemampuan untuk membuat proposal atau rencana eksperimen.
Kata-kata yang sering digunakan: mengkonstruksi, mensintesis, mengemukakan atau
mengusulkan. Contoh; mahasiswa mampu mengusulkan suatu hipotesis yang
menjelaskan mekanisme efek neurologis yang berhubungan dengan penggunaan
deksamethason jangka panjang.
6. Evaluasi (evaluation): kemampuan untuk dapat menilai atau memutuskan sesuatu fakta
yang didasari oleh ilmu pengetahuan, budaya atau norma-norma. Kata-kata yang sering
digunakan; menilai, membandingkan, memvalidasi. Contoh: berdasarkan sejumlah
kriteria, mahasiswa mampu membuat ranking tentang sejumlah hasil penelitian tentang
terapi deksametason.
Dalam kenyataan tidaklah mungkin untuk mengukur kompetensi seseorang hanya
mengukur aspek kognitifnya saja akan tetapi sering ketiga ranah akan terdapat dalam suatu
komoptensi yang akan diukur. Meskipun demikian untuk mengukur keseluruhan kompetensi
itu harus diukur secara bertahap atau terpisah yang nantinya akan dikembalikan ke dalam
bentuk kompetensi utuhnya. Beberapa alat tes untuk ranah kognitif yang sering digunakan
adalah (1) Tes Uraian, (2) Tes Lisan dan (3) Tes Objektif
1. Tes Uraian (essay test) dan variasinya
Tes uraian adalah tes yang setiap butir soalnya mengandung pertanyaan atau tugas yang
jawabannya harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta tes. Dengan
demikian jawaban terhadap soal tersebut tidak disediakan tetapi harus diupayakan sendiri
oleh peserta tes. Peserta tes bebas menjawab, mengemukakan gagasannya dengan
menggunakan kata-katanya sendiri. Termasuk dalam jenis ini adalah (a) tes uraian
bebas (extended response) dan (b) tes uraian terbatas (restricted respons) termasuk di
sini adalah tes melengkapi dan tes jawaban singkat.
a. Tes Uraian Bebas (Extended response)
Tes uraian bebas memiliki sifat-sifat khusus yang dapat dipandang sebagai kelebihan
maupun kelemahan sebagai berikut
1) Peserta tes mendapat kebebasan untuk mengekspresikan ide atau gagasannya
menurut kata-katanya sendiri.

86 | P a g e
2) Tes uraian sangat baik untuk mengukur kemampuan mengemukakan pendapat
mengorganisasikan kosa kata menjadi kalimat runtut serta pemilihan ungkapan-
ungkapan yang tepat.
3) Tes uaraian dapat disusun dalam waktu yang pendek sehingga dapat menghindari
kebocoran.
4) Jumlah tes uraian sangat terbatas (5-10 soal). Oleh karenanya materi bahan ajar
yang dapat tercakup sangat terbatas. Keadaan ini menyebabkan sifat
representatifitas tes uraian tidak maksimal dan dapat memberi peluang pada
peserta tes untuk berspekulasi.
5) Koreksi jawaban tes uraian memerlukan banyak waktu dan korektor mudah
terpengaruh oleh kerapian pekerjaan, gaya bahasa dan kejelasan tulisan sehingga
subjektivitas akan muncul, apalagi bila tidak diperlengkapi dengan semacam
panduan jawaban.
Contoh:
Terangkan peran sel Limfost di dalam mekanisme respon imun humoral akibat
masuknya agen asing ke dalam tubuh.
Untuk dapat menjawab soal tersebut peserta tes harus mampu mengingat komponen-
komponen respon imun humoral. Setelah itu ia harus mengorganisasikan komponen-
komponen itu dan menyusunnya dalam uraian yang logis dengan menggunakan
bahasa yang mudah dipahami. Dengan kata lain dalam menjawab tes uraian bebas
seorang peserta tes harus mulai dengan mengumpulkan pengetahuannya yang bersifat
faktual kemudian mengorganisasikan fakta-fakta itu ke dalam susunan hubungan
yang logis dan akhirnya menyajikannya ke dalam suatu uraian naratif yang dapat
dipahami oleh orang lain. Butir soal jenis ini sangat baik untuk mengukur hasil
belajar pada tingkat aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Butir soal tes uraian koreksinya cukup sulit dan lama karena jawabannya bervariasi
sehingga hasil penilaiannya cenderung subjektif. Untuk memperoleh penilaian yang
lebih objektif perlu dilakukan beberapa hal. Penulis soal harus menulis beberapa
alternatif jawaban yang diharapkan. Penulisan alternatif jawaban tidak perlu bersifat
naratif tetapi cukup memberikan butir-butir penting atau kata-kata kunci yang harus
tercantum dalam jawaban peserta tes. Setiap kata kunci tidak harus mempunyai bobot

87 | P a g e
yang sama tetapi disesuaikan dengan bobot kepentingannya. Selanjutnya alternatif
jawaban ini akan dipakai sebagai pedoman skoring untuk para pemeriksa tes.
b. Tes Uraian Terbatas (Restricted response)
Dalam menjawab tes uraian terbatas, peserta tes lebih dibatasi oleh sejumlah
ketentuan mencakup ruang lingkup, uraian jawaban dan format jawaban. Termasuk
disini adalah tes jawaban singkat (Short Answer Questions = SAQ) dan tes uraian
modifikasi (Modified Essay Questions=MEQ)
Yang dimaksud engan tes jawaban singkat adalah tes yang dapat dijawab dengan
satu kata, satu frasa satu angka atau satu konsep. Butir soal jawaban singkat
mempunyai kelebihan antara lain ;
1) mudah dikonstruksi, karena pada umumnya soal jenis ini untuk mengukur
kemampuan yang bersifat ingatan.
2) Baik untuk mengukur penerapan dan pemecahan masalah untuk bidang
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
3) mengurangi kemungkinan menebak dari peserta tes karena jawaban tidak
disediakan.
4) dapat mengurangi subjektivitas antar pemeriksa tes.
Ada keterbatasan jenis tes ini yaitu; tidak bisa mengukur hasil belajar yang kompleks,
kebanyakan hanya mengukur hasil belajar yang bersifat ingatan .

Contoh
Inti Pertanyaan : Meningitis pada bayi dan anak .
1. Apakah tanda-tanda klinis meningitis pada bayi ?
2. Tanda apakah dari cairan serebrospinal untuk membedakan
meningitis bekterial dari meningitis viral ?
3. Apakah komplikasi dari meningitis bakteria pada anak ?

Tes Uraian Termodifikasi ( Modified Essay Questions=MEQ) merupakan modifikasi


dari tes jawaban singkat yang dikembangkan agar dapat mengukur kemampuan
peserta tes dalam memecahkan masalah dan membuat keputusan. MEQ dikonstruksi
dalam bentuk tema spesifik atau suatu skenario pasien dalam kehidupan yang nyata.
Informasi disusun secara skuensial atau bertahap dalam beberapa halaman kontinyu.

88 | P a g e
Seperti dalam kenyataan peserta tes tidak boleh menjawab mundur ke halaman
sebelumnya .
Contoh MEQ :
Petunjuk: Ini adalah skenario klinis neonatus. Jawablah pertanyaan dengan jelas.
Seperti situasi klinis riil, informasi diberikan secara bertahap dan anda tidak bisa
bekerja mundur ke bagian awal.
Anda diberikan waktu 20 menit untuk menyelesaikan 20 pertanyaan
Pertanyaan 1-5
Tara adalah bayi baru lahir. Ia lahir melalui Seksio Caecaria pada umur kehamilan 36
minggu karena mengalami takikardia persisten pada pemeriksaan cardio-tocogram. Ia
mengalami asfiksia neonatorum segera setelah lahir. Sebutkan 5 nama kasus
penyebab asfiksia yang dapat terjadi pada Tara.
(Jawaban: Transient tachypnoea naonatus, pnemonia dan sepsis, pnemotoraks,
sindroma aspirasi mekonium, hyalin membrane disease, hipotermi, anemia,
congenital cyanotic heart disease)
Pertanyaan 7-8
Tanda-tanda vital adalah denyut jantung 134/menit, respirasi rate 72/menit dan suhu
35,4 C. mana dari nilai-nilai tersebut yang abnormal pada neonatus ?
(Jawab: respirasi rate dan suhu tubuh)
Pertanyaan 8-11
Tuliskan 4 tanda asfiksia neonatorum .
(Jawab: Tachypnoea, pelebaran cuping hidung, mengorok, retraksi dinding dada.)
Pertanyaan 12-15
Tuliskan 4 riwayat kehamilan dan tes laboratorium untuk membantu kemungkinan
diagnosis ibu Tara.
(jawab : Diabetes, riwayat infeksi, prolonged ruptured of membrane, UTI, Apgar
Scores, sifat cairan amnion)
Pertanyaan 17-18
Ibu Tara tidak pernah menderita penyakit berat selama kehamilan Ultrasonografi
Rutin normal, Tidak mempunyai riwayat kebocoran cairan amnion. Akan tetapi ia
mengalam demam, disuria, peningkatan frekuensi kencing beberapa hari terakhir.

89 | P a g e
Apgar Score Tara adalah 6 dan 8 pada menit pertama dan ke lima setelah lahir.
Kamu memutuskan untuk memberi terapi Tara untuk kemungkinan infeksi.
Gambaran apakah yang akan anda dapatkan dengan perkiraan infeksi neonatorum?
(Jawab: Tingi atau sangat rendahnya jumlah sel darah putih, peningkatan rasio sel-sel
netrofil muda dan netrofil dewasa)
Pertanyaan 19-20
Apakah antibiotik yang bisa diberikan untuk awal terapi dengan dugaan sepsis pada
Tara?
(Jawab : Ampicillin dan Gentamicin)
2. Tes Lisan (Oral Tes)
Tes lisan merupakan tes dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada mahsiswa
secara lisan dan mahasiswa menjawab pertanyaan-pertanyaan untuk menunjukkan
kemampuan berfikirnya sampai dengan pemechan masalah yang berkaitan dengan
pertanyaan.
a. Keuntungan Tes Lisan
1) Tepat untuk mengukur beberapa kompetensi klinik seperti penjelasan tanda
klinis, keterampilan pemecahan masalah, sampai dengan evaluasi.
2) Tes lisan juga memungkinkan adanya interaksi langsung antara dosen dan
mahasiswa sehingga dapat mengukur kekuatan dan kelemahan dalam substansi
yang lebih spesifik
3) Memungkinkan untuk menanyakan kembali secara mundur.
4) Memungkinkan untuk menilai secara simultan oleh lebih dari satu penilai.
b. Kelemahan Tes Lisan
1) sulit dilakukan pembakuan dan pengulangan untuk mendapatkan validitas dan
reliabilitas tes.
2) keterbatasan area materi yang dapat diuji
3) ada perasan cemas pada mahasiswa yang dites.
4) timbulnya bias eksternal akibat penampilan siswa
5) tidak banyak tersedia penguji yang terlatih.

90 | P a g e
3. Tes Objetif
Yang dimaksud dengan tes objektif adalah tes yang berisi butir-butir soal yang telah
mengandung kemungkinan jawaban yang harus dipilih oleh peserta tes. Oleh karena itu
tes objetif sering disebut dengan Tes pilihan ganda (Multiple choice questions). Dengan
demikian penskoran jawaban peserta tes dapat dilakukan secara objektif oleh pemeriksa.
Tes Objektif bila dikonstruksi secar baik akan dapat mengukur kemampuan sampai
dengan analisis, pemecahan masalah atau kemampuan kognitif tinggi yang lain.
a. Kelebihan Tes Objetif
Suatu Tes objektif yang dikonstruksi dengan baik dapat memiliki beberapa kelebihan
1) Dapat mengukur lingkup materi pembelajran yang luas dalam waktu yang
tersedia.
2) Dapat menguji banyak peserta tes dalam waktu yang sama, bandingkan dengan
tes lisan.
3) Objektifitas dan reliabilitas tinggi sehingga penskoran tidak hanya dapat
dilakukan oleh seseorang tapi dapat juga oleh komputer.
4) Analisis butir soal dapat dilakukan sebelum maupun setelah tes tentang validitas
isi, daya beda, tingkat kesulitan butir soal dan lain sebagainya.
b. Keterbatasan Tes Objektif
1) Ada kecenderungan hanya mengukur kemampuan kognitif rendah. Sulit untuk
mengkonstruksi soal tes objektif untuk jenjang kognitif tinggi.
2) Membatasi kratifitas untuk memilih alternatif jawaban.
3) Munculnya faktor Guessing : dengan konstruksi soal yang kurang baik, peserta
tes dapat menjawab benar tanpa mengethaui substansi yang ditanyakan.
4) Sulit membuat alternatif pilihan yang homogen

91 | P a g e
Bila dibandingkan antara tes objetif dan tes uraian terdapat berbagai perbedaan dan
persamaan seperti pada tabel berikut :
Tabel : Perbandingan antara Tes Objektif dan Tes uraian
Perbandingan Tes objektif Tes Uraian
1 Taksonomi yang Lebih cocok untuk mengukur Lebih cocok untuk
diukur kemampuan ingatan, mengukur kemampuan
pemahaman, aplikasi dan sintesis dan evaluasi.
analisis. Kurang cocok untuk
sintesis dan evaluasi.
2 Representatifitas Dapat mengukur lebih banyak Hanya dapat mengukur
sampel soal. materi sehingga lebih beberapa bagian materi
mewakili keseluruhan materi sehingga kurang mewakili
yang diuji. keseluruhan materi
3 Kontruksi soal Lebih sulit dan memerlukan Lebih mudah dan waktu
banyak waktu yang diperlukan lebih
singkat.
4 Pengolahan Lebih sederhana , objektif dan Subjektif, validats dan
penilaian reliabel resliabilitasnya rendah.
5 Faktor-faktor yang Penilaian dapat terganggu Penilain dapat terganggu
mengganggu oleh kemampuan menerka oleh kemampuan menulis
penilaian secara spikulatif. dan menyatakan gagasan
peserta tes.

c. Komponen butir soal Objektif


1) Batang Soal (stem); adalah suatu pernyataan terbuka tentang masalah . berisi
tentang pernyataan masalah utama secara lengkap dan tidak boleh
diinterpretasikan berbeda oleh setiap peserta uji.
2) Kunci jawban berisi jawaban yang benar
3) Pengecoh (Distracters) berisi pilihan jawaban yang salah. Pengecoh harus
bersifat uniform untuk mengurangi faktor tebakan peserta uji.
Unifromitas pengecoh dapat dilihat dari:
a) kesamaan panjangnya
b) kesamaan tingkat kesulitannya
c) kesamaan konstruksi gramatikal.
d. Prinsip Kontruksi Butir Soal Objektif
1) Hindari pernyataan kalimat secara berlebihan lebih baik kemukkaan inti
permasalahan yang ditanyakan.

92 | P a g e
2) Batang soal hendaknya menggunakan kalimat positif.
Contoh benar: Salah satu tanda klinis persalinan patologis adalah ….
Contoh Salah: Yang bukan merupakan tanda klinis persalinan patologis adalah….
Bila terpaksa menggunakan pernyataan negatif maka kata negatif tersebut digaris
bawahi atau cetak tebal.
Contoh : Semua pernyataan dibawah ini adalah tanda-tanad persalinan patologis,
kecuali….
3) Hindari pernyataan negatif berulang. Contoh: dalam batang soal dinyatakan
Kecuali..... dalam pilihan berisi pernyataan tidak ….
4) Hindari penggunaan kata yang sama dalam pilihan. Kata yang sama lebih baik di
letakkan dalam batang soal sehingga tidak mengulang-ulang dalam pernyataan
pilihan .
5) Usahakan semua pilihan baik kunci maupun distruktor bersifat homogen. Contoh:
bila permasalahan dalam batang soal tentang faktor risiko hipertensi maka semua
pilihan harus berhubungan dengan faktor-faktor risiko hipertensi.
6) Hindari penulisan kunci jawaban dengan kalimat yang ekstrim (sangat panjang
atau sangat pendek) dibandingkan dengan distruktor. Karena akan dapat menjadi
petunjuk jawaban secara spekulatif peserta tes.
7) Hindari penggunaan kata-kata yang bermakna tidak pasti misalnya; seringkali
kadang-kadang, pada umumnya dsb.
8) Dalam jenis soal hubungan sebab akibat, setiap pernyataan hendaknya merupakan
kalimat utuh.
e. Rancangan Butir Soal Tes Objektif
Ada beberapa macam tes objektif, secara umum dapat dikelompokkan menjadi
1) benar-salah (true-fals)
2) memasangkan (matching)
3) pilihan ganda (multiple choice)
Dalam penerapannya, yang sering digunakan adalah pengembangan dari butir soal
pilihan ganda yang dapat di kelompokkan menjadi 5 jenis sebagai berikut:
1) pilihan ganda biasa
2) pilihan ganda analisis hubungan antar hal

93 | P a g e
3) pilihan ganda analisis kasus
4) pilihan ganda kompleks
5) pilihan ganda neggunakan diagram, grafik, tabel atau gambar.
f. Contoh Butir Soal menurut Jenjang Kognitifnya
C1 (Pengetahuan)
Pilihan Ganda Biasa : memilih salah satu pilihan jawaban yang paling benar.
Tujuan : Mengingat kembali efek Deksamethason pada bayi prematur.
1. Keadaan manakah yang tidak berhubungan dengan efek samping trerapi
Deksamethason pada bayi prematur.
a. Penurunan berat badan
b. Hipertensi
c. Infeksi
d. Hipoglikemi
e. Rickets Jawab : D
Pilihan Ganda Kompleks;
Jawablah dengan…
A. Jika pernytaan (1) , (2) dan (3) benar
B. Jika pernytaan (1) dan (3) benar
C. Jika pernyataan (2) dan (4 )benar
D. Jika pernytaan (4) benar
E. Jika semua pernyataan benar
2. Sifat jaringan tulang rawan hilain adalah ….
1. avaskuler
2. matrisk interseluler homogen
3. dapat tumbuh secara interstisiil
4. regenerasinya baik Jawab : A
C2 (Pemahaman) :
Pilihan Ganda Biasa
Tujuan : Pemahaman terjadinya pertukaran gas dalam darah.
3. Pelepasan CO2 dari darah kapiler paru dihambat oleh….
a. absorbsi simultan oksigen

94 | P a g e
b. kenaikan tekanan CO2 alveolar
c. karbon anhidrase
d. geseran klorid
e. daya bufer hemoglobin Jawab : D
C3 (Penerapan)
Pilihan ganda biasa
Tujuan: Menetapkan besar sampel minimal untuk suatu Penelitian Cross Sectional.
4. Hitunglah besar sampel minimal yang diperlukan untuk meneliti besarnya
prevalensi infeksi askaris anak sekolah dasar menurut satus asalnya (kota dan
Desa) bila diketahui prediksi angka kejadian 10%, presisi yang diinginkan +/- 5%
dengan tingkat keyakinan 95%.
a. 96 anak
b. 128 anak
c. 134 anak
d. 144 anak
e. 167 anak Jawab : B
C4 (Analisis)
Tujuan: Menganalisis status asam basa dan hubungannya dengan status klinis pasien
dengan bronkhopnemoni displasia (BPD).
5. Hasil analisis gas dan elektrolit darah arteri dari seorang pasien anak yang
mendapat perawatan menggunakan ventilator adalah sebagai berikut :
pH : 7,36 Na : 132 mmol/L
PCO2 : 64 mmHg Ca : 4.6 mmol/L
PO2 : 61 mmHg Cl : 101 mmol/L
HCO3 : 32 mmol/L
Pertanyaan : Manakah skenario klinis berikut yang berhubungan dengan status
asam basa penderita tersebut ?
a. Hipo-ventilasi kronis
b. Pemonia akut
c. Bronkhospasme akut
d. Insufisiensi Renal

95 | P a g e
e. Over ventilasi kronis Jawab : A
C5-6 (Sintesis Evaluasi)
Tujuan: Mensintesis dan mengevaluasi kesesuaian antara rancangan penelitian
dengan tujuan penelitian secara Epidemiologi.
6. Suatu penelitian bertujuan untuk mempelajari hubungan antara penggunaan obat
antiemesis saat kehamilan trimester I dengan kejadian kelainan jantung bawaan
pada bayi yang dilahirkan. Diprediksi angka kejadian kelainan jantung bawan
bayi sebesar 0.015 dari semua kelahiran . Untuk kepentingan itu, peneliti memilih
menggunakan Rancangan Penelitian Kasus Kontrol.
Pertanyaan:
Pemilihan rancangan Kasus kontrol pada penelitian tersebut kurang tepat.
SEBAB
Rancangan Kasus kontrol kurang tepat untuk meneliti kasus-kasus yang jarang
terjadi.
Jawab : E (pernyataan dan alasan salah)
g. Evaluasi Soal Objektif
Evaluasi butir soal tes objetif diperlukan untuk menjaga mutu soal karena dengan
evaluasi soal objektif dapat diketahui ada tidaknya kelemahan butir soal sehingga
dapat diperbaiki yang akhirnya akan diperoleh soal yang telah teruji dan dapat secara
akurat mengukur hasil belajar yang seharusnya.
Tujuan Evaluasi Soal adalah:
1. Untuk melakukan Revisi kelemahan soal
2. Menyususn perangkat soal sesuai dengan keperluan
3. Bank Soal
4. Mendapatkan beberapa perangkat soal dengan bobot sama

Parameter-parameter untuk evaluasi Soal Objektif yang sering digunakan adalah: Indek
Kesukaran Butir Soal, Daya Beda dan Berfungsi tidaknya Pilihan.
a. Indek Kesukaran Butir Soal (p)
Merupakan proporsi peserta tes yang menjawab benar butri soal tersebut. Makin besar
nilai p berarti makin besar poporsi peserta tes yang menjawab benar berarti makin

96 | P a g e
mudah butir soal tersebut. Dengan demikian indek kesukaran butir soal sangat
tergantung kemampuan kelompok peserta tes. Untuk kelompok yang berbeda indek
kesukaran butir soal akan dapat berbeda. Untuk menghitung besarnya indek
kesukaran butir soal dapat digunakan rumus untuk jumlah peserta tes kurang dari 50
orang (N<50) dan lebih dari 50 orang (N>50).
1) Indeks Kesukaran Rata-rata (N<50)
Jumlah peserta menjawab benar ∑B
p= = = 0 s/d 1
jumlah semua peserta tes N

Nilai p : Sukar < 0,25 mudah > 0,75

2) Skala Bivariate (N>50)


Bila jumlah peserta tes > 50 orang maka yang dipakai untuk menghitung indek
kesukaran hanya kelompok peserta 1/3 rangking bawah (PL) dan 1/3 rangking
atas (PH). Oleh karena itu untuk memulai perlu membuat rangking nilai peserta .
p = (PL + PH) /2
PL : proporsi menjawab benar 1/3 kelompok bawah
PH: proporsi menjawab benar 1/3 kelompok atas
Contoh :
Dari 100 mhs peserta tes, 27 mhs kelompok bawah yang menjawab benar butir
soal no. 5 sebanyak 4 mhs. Dari 27 mahasiswa kelompok atas yang menjawab
benar sebanyak 20 mahasiswa.
Hitung Indek kesukaran butir soal no 5 tersebut.
Jawab :
PL = 4/27 ; PH = 20/27 maka p = (4/27 + 20/27)/2 = 0,41.
termasuk tingkat kesukaran baik (0,25-0,75)
Tingkat Kesukaran Perangkat Soal (P)
Jumlah tingkat kesukaran semua butir soal (Sp)
P=
Jumlah Butir Soal (N)
Distribusi Indek kesukaran butir soal dalam perangkat soal yang dianjurkan :
Mudah : 25%
Sedang : 50 %

97 | P a g e
Sukar : 25%
b. Daya Beda Butir Soal
Kemampuan Butir Soal untuk membedakan kelompok yang berprestasi tinggi dari
kelompok yang berprestasi rendah .
Ba – Bb
D = .......... 1) Bila N < 50
0,5.N
Ba : 50% rangking atas yang menjawab benar
Bb : 50% rangking bawah yang menjawab benar
Ba – Bb
D = ……... 2) Bila N > 50
0,27 .N
Ba : 27% prestasi atas yang enjawab benar
Bb : 27% prestasi bawah yang menjawab benar
N : jumlah semua peserta tes
Nilai : -1 < D < 1 ……yang baik : D > 0,25
Contoh :
Dari 100 mahasiswa yang engikuti tes mata kuliah Biologi ternyata dari 27 mhs.
kelompok atas yang menjawab benar butir soal no 1; sebanyak 24 orang (Ba=24)
dan dari 27 mhs. kelompok bawah yang menjawab benar soal tersebut sebanyak 15
orang (Bb=15)
24 -15
D = = 0,37 ……D> 0,25 (Baik)
0,27. 100
c. Berfungsi Tidaknya Pilihan
Untuk mengetahui berfungsi tidaknya pengecoh (distructor) Butir Soal.
Menggunakan kelompok pretasi atas dan bawah sebagai sumber informasi.
Contoh BS no 1 :
Dari Butir Soal no 1 diketahui bahwa distribusi jawaban dari kelompok rangking atas
dan bawah adalah sebagai berikut (kunci jawaban B) :
Kelompok A B C D
Atas 0 4 1 0
Bawah 1 2 1 1
Jumlah 1 6 2 1
Semua Pilihan sudah berfungsi

98 | P a g e
Butir Soal No 2 (Kunci Jawaban D)
Kelompok A B C D
Atas 0 1 1 3
Bawah 0 1 2 2
Jumlah 0 2 3 5
Pilihan A harus diperbaiki
Butir Soal No 3 (Kunci jawaban A)
Kelompok A B C D
Atas 1 2 2 0
Bawah 3 0 1 1
Jumlah 4 2 3 1
BCD berfungsi, tapi kelompok Atas banyak memilih B dan C. Jawaban A lebih
banyak dipilih oleh kelompok Bawah (perlu ditinjau) kembali

99 | P a g e
BAB X
EVALUASI PSIKOMOTOR

A. Penilaian Ketrampilan Psikomotor


Ketrampilan psikomotor dapat dirumuskan sebagai serangkaian gerakan otot-otot
yang terpadu untuk dapat menyelesaikan suatu tugas. Sejak lahir kita memperoleh
ketrampilan-ketrampilan yang meliputi gerakan-gerakan otot yang terpadu atau tekoordinasi
mulai yang paling sederhana misalnya berjalan, sampai ke hal yang lebih rumit; berlari,
memanjat, dan sebaginya. Akan tetapi ketrampilan psikomotor yang diperlukan oleh seorang
tenaga profesional seperti mengemudi mobil, berenang, mengambil darah dari pembuluh
vena, mengajar, harus dikembangkan secara sadar melalui suatu proses pendidikan.
Ranah Psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar
ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar
psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak
individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar
kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk
kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku). Hasil belajar kognitif dan hasil belajar
afektif akan menjadi hasil belajar psikomotori apabila peserta didik telah menunjukan
perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif
dan ranah afektifnya.
Ada enam tingkatan keterampilan psikomotoris yakni: (1) Gerakan refleks
(keterampilan pada gerakan yang tidak sadar), (2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar
(3) Kemampuan perseptual termasuk didalamnya membedakan visual, membedakan auditif,
motoris dan lain-lain, (4) Kemampuan di bidang fisisk misalnya kekuatan, keharmonisan dan
ketetapan, (5) Gerakan-gerakan skill mulai dari keterampilan sederhana sampai pada
keterampilan yang kompleks dan (6) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non
decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif. Walaupun ranah psikomotorik meliputi
enam jenjang kemampuan, namun masih dapat dikelompokan dalam tiga kelompok utama,
yakni keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, dan koordinasi neuromuscular, maka
kata-kata kerja operasional yang dapat dipakai adalah:

100 | P a g e
1. Keterampilan motorik (muscular or motor skills): memperlihatkan gerak, menunjukan
hasil (pekerjaan tangan), menggerakan, menampilkan, melompat, dan sebagainya.
2. Manipulasi benda-benda (manipulation of materialor objects): menyusun, membentuk,
memindahkan, menggeser, merevisi, dan sebaagainya.
3. Koordinasi neomuscular : menghubungkan, mengamati, memotong, dan sebagainya
Penilaian ketrampilan psikomotor memang lebih rumit dan subjektif dibandingkan
dengan penilaian dalam aspek kognitif. Karena penilaian ketrampilan psikomotor
memerlukan teknik pengamatan dengan keterandalan (reliabilitas) yang tinggi terhadap
demensi-demensi yang akan diukur. Sebab bila tidak demikian unsur subjektivitas menjadi
sangat dominan. Oleh karenanya upaya untuk menjabarkan ketrampilan psikomotor ke dalam
demensi-demensinya melalui analisis tugas (Task analyisis) merupakan langkah penting
sebelum melakukan pengukuran. Dengan analisis tugas itu akan dapat dipelajari ciri-ciri
demensi itu dan dapat tidaknya demensi itu untuk diobservasi dan diukur.
1. Masalah Umum dalam Pengukuran Keterampilan Psikomotor
a. Sebelum melakukan pengukuran, seorang evaluator harus melakukan analisis
ketrampilan psikomotor itu menjadi komponen-komponen tindakan yang lebih kecil
yang tidak terlalu rinci tetapi juga tidak terlalu umum.
b. Tidak jarang unsur kognitif ikut berperan dalam ketrampilan psikomotor sehingga hal
ini perlu dipertimbangkan dalam penilaian.
c. Pengukuran ketrampilan psikomotor tidak dapat dilakukan secara klasikal sehingga
memerlukan banyak waktu dan tenaga bagi evaluator .
d. Alat ukur yang disiapkan harus mampu mengukur prosedur dan hasil kegiatan.
Pengukuran prosedur berhubungan dengan efisiensi atau kecepatan dan ketepatan.
2. Analisis Demensi dalam ketrampilan Psikomotor
Untuk dapat menilai prosedur atau hasil suatu ketrampilan psikomotor perlu diketahui
lebih dahulu demensi-demensi utama dalam ketrampilan itu. Demensi dalam pendidikan
dapat diartikan sebagai komponen penyusun suatu ketrampilan yang dapat diamati dan
diukur. Menurut Bradfield dan Moredock (1957) , agar demensi dapat diukur harus
memenuhi syarat berikut :
a. Demensi itu harus secara umum di dapatkan pada suatu kelompok benda atau
manusia.

101 | P a g e
b. Demensi itu harus dapat memberikan data sensorik yang dapat ditangkap oleh indera
manusia.
c. Demensi itu harus dapat dirumuskan dengan jelas
d. Demensi itu harus memiliki nilai variasi
e. Demensi itu harus dapat memberikan respons yang mirip pada berbagai pengamat
yang berbeda.
3. Taksonomi dalam Ranah Psikomotor
Penilaian Psikomotorik dicirikan oleh adanya aktivitas fisik dan keterampilan kinerja
oleh siswa serta tidak memerlukan penggunaan kertas dan pensil/pena. Seperti yang
dinyatakan oleh Bloom dalam Basuki dan Hariyanto yang berjudul Asesmen
Pembelajaran. Bloom mengatakan bahwa ranah psikomotor berhubungan dengan hasil
belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan
kekuatan fisik. Mahasiswa melaksanakan suatu tugas tertentu yang memerlukan
keterampilan, misal dalam praktik komunikasi pada kuliah Konsep Dasar Keperawatan,
Praktik membantu memenuhi kebutuhan cairan dalam kuliah Ilmu Keperawatan Dasar
dan lain sebagianya.
Dengan kata lain, kegiatan belajar yang banyak berhubungan dengan ranah psikomotorik
adalah praktik di aula/lapangan, di bengkel, dan praktikum di laboratorium. Dalam
kegiatan-kegiatan praktik itu juga ada ranah kogitif dan afektifnya. Dalam hubungan ini
guru melakukan pengamatan untuk menilai dan menentukan apakah siswa sudah terampil
atau belum, memerlukan kerja sama kelompok dinilai keterampilan kerja sama siswa
serta keterampilan kepemimpinan siswa dan lain sebagainya.
Tahapan Ranah Psikomotor Menurut Simpson yaitu:
a. Persepsi (perception); mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang
tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik
yang khas pada masing-masing rangsangan, yang dinyatakan dengan adanya suatu
reaksi yang menunjukkan kesadaranakan hadirnya rangsangan dan perbedaan antara
rangsangan-rangsangan yang ada.
b. Kesiapan (set); mencakup kemampuan untuk menempatkan diri dalam keadaan akan
memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan, yang dinyatakan dalam bentuk
kesiapan jasmani dan mental.

102 | P a g e
c. Gerakan terbimbing (guided response); mencakup kemampuan untuk melakukan
suatu rangkaian gerak-gerik, yang dinyatakan dengan menggerakkan anggota tubuh
menurut contoh yang telah diberikan.
d. Gerakan yang terbiasa (mechanical response); mencakup kemampuan untuk
melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, tanpa memperhatikan lagi
contoh yang diberikan, karena ia sudah mendapatkan latihan yang cukup, yang
dinyatakan dengan menggerakkan anggota-anggota tubuh.
e. Gerakan yang kompleks (complex response); mencakup kemampuan untuk
melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri atas berbagai komponen, dengan
lancar, tepat, danefisien, yang dinyatakan dalam suaturangkaian perbuatan yang
berurutan, serta menggabungkan beberapa sub keterampilan menjadi suatu
keseluruhan gerakan yang teratur.
f. Penyesuaian pola gerakan (adjustment); mencakup kemampuan untuk mengadakan
perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau
menunjukkan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran.
g. Kreativitas (creativity); mencakup kemampuan untuk melahirkan polagerak-gerik
yang baru, yang dilakukan atas prakarsa atau insiatif sendiri. Hanya orang yang
berketerampilan tinggi dan berani berpikir kreatif, akan mampu mencapai tingkat
kesempurnaan ini.
Taksonomi ini bersifat skuensial, mulai dari ketrampilan yang paling rendah, sampai
yang lebih tinggi. Mereka yang telah memilki ketrampilan tingkat otomatisma tentu telah
memiliki ketrampilan tingkat pengendalian dan imitasi.
Dalam asesmen psikomotorik, tujuan pembelajaran disesuaikan dengan ranah
psikomotor. R.H. Dave (1970) membagi hasil belajar ranah psikomotor menjadi lima
tahap yaitu:
a. Imitasi (imitation)
Imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan sederhana dan sama persis
dengan yang dilihat atau di perhatikan sebelumnya.contohnya menendang bola
dengan gerakan yang sama persis dengan yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya.
b. Manipulasi (manipulation)

103 | P a g e
Manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum pernah
dilihatnya tetapi berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja. Misalnya seorang
siswa dapat melempar lembing hanya mengandalkan petunjuk dari guru.
c. Presisi (precision).
Presisi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan akurat sehingga mampu
menghasilkan produk kerja yang presisi. Misalnya melakukan tendangan pinalti
sesuai dengan yang di targetkan (masuk gawang lawan).
d. Artikulasi (articulation)
Artikulasi yaitu kemampuan melakukan kegiatan kompleks dan ketepatan sehingga
produk kerjanya utuh. Misalnya melempar bola keteman sebagai umpan untuk
ditendang kearah gawang lawan.
e. Naturalisasi (naturalization).
Naturalisasi yaitu kemampuan melakukan kegiatan secara refleks yaitu kegiatan
melibatkan fisik saja sehingga efektivitas kerja tinggi. Misal secara refleks seseorang
memegang tangan seorang anak kecil yang sedang bermain di jalan raya ketika
sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi hal ini terjadi agar terhindar dari
kecelakaan tertabrak
4. Teknik Pengukuran Ketrampilan Psikomotor
Cara yang lazim digunakan untuk mengukur ketrampilan psikomotor (prsedur dan
produk) melalui observasi langsung dengan menggunakan, daftar cek (check list) ,skala
nilai (rating scale) dan catatan anekdotal (anecdotal record). Teknik observasi
mempunyai beberapa kelemahan antara lain: Pengamatan sesaat tidak akan
mencerminkan perilaku keseluruhan siswa, Subjektivitas pengamat sangat berpengaruh
terhadap hasil penilaian. Dan ada kecenderungan penilai untuk tidak terlalu
memperhatikan upaya pengukuran demensi yang terlalu rumit.
a. Daftar Cek ( Check List)
Daftar cek adalah suatu daftar kata, kalimat atau frasa yang menunjukkan aspek
khusus perilaku yang akan dicek/ diukur selama pengamatan pada seorang siswa yang
sedang melakukan tugas. Suatu daftar cek hanya mencatat ada atau tidaknya suatu
aspek perilaku tertentu.

104 | P a g e
Penyusunan suatu daftar cek harus didahului dengan penyusunan demensi-demensi
yang ingin diukur dalam suatu penilaian oleh seorang staf pengajar, kemudian
dibahas bersama oleh beberapa anggota staf pengajar lain yang kompeten .
Selanjutnya daftar cek harus diujicobakan kepada sekelompok siswa dan pengamatan
dilakukan oleh beberapa orang pengamat . Bila variabilitas hasil pengamatan antar
pengamat kecil, maka barulah daftar cek itu dapat dirumuskan kembali dan
digunakan secara luas.
Contoh :
Indikator: setelah mengikuti kuliah Sistem Kardiovaskuler mahasiswa mampu
melakukan pengambilan darah melalui vena kubiti.
Berikan tanda cek (V) pada demensi perilaku yang dilakukann dengan benar
No Demensi Perilaku yang diamati Cek

1 Membendung aliran darah di lengan atas dengan cara mengikat


atau menekan
2 Memompa manset agar vena lebih terisi
3 Membersihkan tempat suntikan dengan kapas alkohol
4 Mengambil alat suntik dengan memperhatikan prinsip sterilitas
5 Memasukkan jarum suntik ke dalam vena dengan sudut yang tepat
6 Menarik darah kedalam alat suntik secukupnya sambil melepas
bendungannya
7 Mecabut jarum dan segera menutup bekas lubang jarum suntik
dengan kapas alkohol.

Suatu daftar cek tidak mempersyaratkan penilaian tingkatan kemampuan mahasiswa


tetapi hanya menentukan ada tidaknya aspek perilaku selama pengamatan.
Contoh : Daftar Cek untuk mengukur Kompetensi lebih dari satu ranah (C-P-A)
Kompetensi : Melakukan Anamnesis Riwayat penyakit pada seorang Penderita
No Demensi Cek
1 Menanyakan kepada penderita tentang keluhan utamanya (C)
2 Menanyakan kapan keluhan mulai timbul (C)
3 Menanyakan sifat keluhan secara lebih rinci (C)
4 Membesarkan hati penderita untuk memperoleh kerjasama yang
baik (A)
5 Mendengarkan jawaban penderita dengan penuh perhatian (A)
6 Berbicara dengan kata dan kalimat yang mudah dipahami
penderita (P)
n dst

105 | P a g e
Jumlah Skor
Nilai = (Jumlah skor : n) x 100

Pemberian Skor
Pertama-tama ditentukan dulu bobot keterampilan tersebut dalam ketrampilan
psikomotor secara keseluruhan dari mata ajaran yang bersangkutan. Baru kemudian
ditentukan cara pemberian skor dalam lembar daftar cek tersebut. Ada beberapa cara
pendekatan yang pertama; Bila dari 7 item yang ada semuanya dilakukan dengan
betul maka diberi skor 10, bila 6 betul diberi 8 dan seterusnya. Dapat juga dengan
cara ditentukan dulu tindakan-tindakan kunci yaitu tindakan yang harus dilakukan
betul misalnya item no 1,3,5,6,7 maka diberi nilai 6. Bila lebih dari itu diberi nilai 7
sampai 10. Bila kurang dari itu diberi skor 5 atau kurang.
Dari skor-skor di berbagai lembar daftar cek dihitung nilai keseluruhan sesuai dengan
bobot masing-masing ketrampilan psikomotor dalam mata ajaran yang bersangkutan.
Contoh :
Pemberian nilai untuk ketrampilan psikomotor dalam satu mata ajaran sesuai dengan
bobotnya
No Ketrampilan yang diukur Skor Bobot Nilai
(0-3) (B) (n)
1 Mengambil anamnesis dari seorang penderita 3 3 9
baru
2 Melakukan pemeriksaan Fisik Umum 3 4 12
3 Melakukan komunikasi pasien dokter untuk 2 2 4
merencanakan tindakan medis
4 Mengambil darah dari vena cubiti 2 3 6
…….dst
Jumlah B n

Jumlah Nilai ketrampilan


Nilai Akhir =
Jumlah Bobot Ketrampilan

Skala Nilai (rating scale)


Skala nilai mempunyai kemiripan dengan daftar cek baik dalam bentuk, tujuan
maupun penerapannya . Skala nilai dikembangkan untuk tidak saja ada atau tidak
adnya suatu aspek khusus perilaku, akan tetapi juga tingkat penguasaan atau

106 | P a g e
kemampuan perilaku itu pada mahasiswa yang diukur. Oleh karena skala nilai
sebenarnya merupakan suatu daftar cek juga, tetapi dengan tuntutan untuk juga
menilai tingkat penguasaan perilaku khusus maka adalah penting bahwa item-item
dalam skala nilai itu seharusnya merupakan reprentasi dari perilaku keseluruhan yang
akan dinilai.
Pemberian skala nilai dimulai dari penampilan yang paling optimal sampai dengan
penampilan yang paling minimal.
Contoh : Perilaku yang sama (pengambilan darah dari vena cubiti) menggunakan
skala nilai.
Skala Nilai
Skor 3 : bila aspek perilaku yang diamati di atas kemampuan rata-rata
Skor 2 : bila aspek perilaku yang diamati berada pada kemampuan rata-rata
Skor 1 : bila aspek perilaku yang diamati berada di bawah kemampuan rata-rata
Skor 0 : bila aspek perilaku yang diamati tidak dilakukan/ tidak bisa dilakukan
No Aspek yang diamati Skala
Penampilan
1 Membendung aliran darah di lengan atas dengan cara 3210
mengikat atau menekan
2 Memompa manset agar vena lebih terisi 3210
3 Membersihkan tempat suntikan dengan kapas alkohol 3210
4 Mengambil alat suntik dengan memperhatikan prinsip 3210
sterilitas
5 Memasukkan jarum suntik ke dalam vena dengan sudut 3210
yang tepat
6 Menarik darah kedalam alat suntik secukupnya sambil 3210
melepas bendungannya
7 Mencabut jarum dan segera menutup bekas lubang jarum 3210
suntik dengan kapas alkohol.
Jumlah Skor
Rata-rata Skor = Jumlah Skor/7

Nilai batas lulus ditetapkan berdasarkan atas kompetensi minimal yang harus dicapai
sesuai dengan tujuan pendidikan untuk setiap tahapan misalnya rata-rata skor > 2
Penilaian dalam pendidikan Ilmu-ilmu Kesehatan sangat sarat dengan penilaian
keberhasilan belajar dalam kemampuan afektif yang meliputi sikap apresiasi, nilai-
nilai dan berbagai emosi. Akan tetapi pengukuran dalam ranah afektif akan lebih

107 | P a g e
banyak kesulitan karena kesulitan dalam menjabarkan komponen afektif yang dapat
diidentifikasi dan diukur. Misalnya kalau kita ingin menilai seorang mahasiswa telah
memiliki sikap positip terhadap prinsip-prinsip aseptik maka mahasiswa tersebut
secara sadar telah menunjukkan perilaku seperti mentaati semua prosedur aspetik
terhadap penderita ataupun dirinya, menganjurkan dan mengajak teman-temannya
untuk melaksanakan prinsip aseptik dan sebagainya.

108 | P a g e
BAB X
EVALUASI AFEKTIF

A. Penilaian Perilaku Afektif


Beberapa masalah yang dihadapi dalam penilaian perilaku afektif adalah merupakan
kesenjangan antara jawaban dengan sikap sesungguhnya dari mahasiswa. Jawaban
mahasiswa terhadap penilaian perilaku afektif seringkali bertujuan untuk menyesuaikan tata
nilai yang berlaku dan untuk menyenangkan hati penilainya (pengajar) dan belum tentu
merupakan cerminan hati nuraninya sesungguhnya.
Remmers dan Gage (1955) merumuskan sikap sebagai kecenderungan emosional
yang tersusun melalui pengamalaman untuk menanggapi suatu objek psikologik secara
positip dan negatip. Dari berbagai pendapat dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan
perilaku yang menimbulkan perasaan atau emosi terhadap sesuatu objek psikologis baik
secara positip maupun negatip.
Dari berbagai pendapat di atas maka dapat diberikan sifat-sifat yang terdapat pada
sikap, bahwa sikap itu : mengandung perasaan, bersifat kontinum, dimiliki secara umum oleh
setiap individu, dapat mempengaruhi perilaku seseorang, dapat diubah dan dipengaruhi oleh
informasi.
1. Jenjang dalam Ranah Afektif
Seperti halnya untuk ranah kognitif dan psikomotor, ranah afektif menurut Krathwohl
dan Bloom dibagi menjadi lima tingkatan:
a. menerima (memperhatikan)
b. menanggapi
c. menilai
d. mengorganisasi
e. mengkarakterisasi dalam nilai-nilai
Menerima: pada tahap ini mahasiswa mau mendengarkan dengan penuh perhatian
presentasi tentang konsep keselamatan tindakan medis yang baru.
Menanggapi: mahasiswa menanggapi dengan cara menjawab pertanyaan, mengajukan
pertanyaan yang berhubungan dengan topik pembicaraan dan mencatat hal-hal penting
Menilai: mahasiswa melakukan diskusi dengan sesama temannya untuk isu pokok dan

109 | P a g e
mendorong temannya untuk menerapkan prinsip keselamatan tindakan medik untuk
mencegah timbulnya kesalahan pengobatan.
Mengorganisasi: mahasiswa mengintegrasikan dan membuat skala prioritas tentang
kionsep keselamatan tindakan medik yang baru dan menerapkannya dalam praktik .
Mengkarakterisasi dalam nilai-nilai: merupakan tingkat tertinggi dalam perilaku
afektif, disini mahasiswa selalu tampil sebagai peran utama dalam kelompoknya untuk
penerapan metode baru tentang konsep keselamatan tindakan medik.
2. Cara Penilaian Perilaku Afektif
Ada banyak cara untuk melakukan penilaian terhadap perilaku afektif tetapi ada beberapa
cara yang sering digunakan antara lain ;
a. Penilaian berdasarkan pengamatan atau observasi (daftar cek, skala nilai, wawancara,
catatan anecdota .
b. Teknik mengisi Kuesioner
c. Inventori laporan diri (Self report inventori)
d. Teknik Projektif
3. Teknik Observasi
Dalam teknik observasi, staf pengajar secara langsung melakukan pengamatan
(observasi) terhadap peserta didiknya setiap saat dalam berbagai kondisi dan situasi
tentang perilaku efektifnya sesuai dengan panduan (check list atau skala nilai) setelah
dimensi-dimensi sikap disepakati dan dirumuskan Penilaian tidak cukup dilakukan dalam
sekali waktu tetapi bisa berhari-hari sampai dianggap cukup. Selain daftar cek staf
pengajar membuat catatan harian yang berisi tentang data objektif perilaku afektif
mahasiswa, situasi dan kondisi saat itu. Kesan dan interpretasi subjektif pengajar namun
harus dipisahkan dengan catatan harian.
Penilaian menggunakan teknik observasi semacam ini memungkinkan penilai secara
langsung dan setempat dalam jangka waktu yang cukup melakukan penilaian untuk
menghindari kesalahan yang bisa terjadi pada teknik wawancara dan mengisi kuesioner.
Pencatatan hasil observasi sikap harus dilakukan sesegara mungkin setelah perilaku siswa
berlalu untuk menghindari factor kelupaan dari pengamat. Salah satu masalah yang
dihadapi dalam teknik observasi adalah timbulnya bias preferensi yang dapat
menimbulkan kesalahan inferensial dari sikap mahasiswa secara keseluruhan.

110 | P a g e
Penilaian menggunakan skala nilai diperlukan untuk mencatat perilaku afektif siswa yang
dilakukan secara harian atau mingguan secara periodik dengan menggunakan lima
alternatif (skala nilai ) misalnya, 1 : amat jarang, 2: jarang, 3: kadang-kadang, 4: sering,
5: amat sering, terhadap perilaku afektif yang ditunjukkan oleh siswa. Selain
menggunakan skala nilai dapat juga dikembangkan mengunakan daftar cek dengan dua
alternatif dapat menunjukkan perilaku yang diamati (v) dan tidak (-).
4. Teknik wawancara
Teknik wawancara dilakukan dalam suatu tatap muka dengan cara penggajar memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Format pertanyaan dapat
bersifat terstruktur maupun tidak terstruktur. Suatu wawancara yang terstruktur,
diusahakan jawaban bersifat sederhana dari alternatif jawaban yang telah tersedia,
misalnya: Motif apakah yang mendorong saudara mengambil studi pendidikan di
kedokteran? Pertanyaan tidak terstruktur atau terbuka dapat dikembangkan dari
pertanyaan terstruktur diatas. Apakah anda memilih studi pendidikan kedokteran karena
alasan profesi kedokteran adalah profesi yang mulia?
Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam wawancara (Miller, 1962). Dalam
persiapan wawancara hendaknya: (1) telah ditentukan tujuan wawancara, (2) telah
disusun jadwal dan panduan wawancara, (3) menciptakan suasana wawancara yang
kondusif, (4) mengusahakan interaksi yang akrab selama wawancara dengan mahasiswa,
(5) pertanyaan disampaikan dalam bahasa yang mudah dimengerti, (6) pencatatan dengan
cermat hasil wawancara, dan (7) akhiri wawancara dengan suasana keakraban.
5. Teknik Pernyataan Sikap
Pada teknik ini peserta didik memilih alternatif jawaban sesuai dengan keadannya atau
yang dianggap benar olehnya, bukan benar menurut teori. Dasar pemikiran penggunaan
teknik ini adalah individu merupakan orang yang paling tahu akan dirinya dan seseorang
cenderung mengemukakan secara terbuka apa yang dirasakan. Oleh karena itu dalam
teknik ini jawaban yang diberikan dijadikan indikator untuk menilai sikap mereka.
Namun demikian teknik ini mempunyai beberapa kelemahan karena tidak semua orang
mengtahui poersis tentang dirinya. Selain itu sikap merupakan susatu yang kompleks
yang tidak dapat diungkap melalui pertanyaa tunggal. Situasi dan kondisi jaga akan
berpengaruh sebagai variabel luar dlam pengukuran sikap seseorang. Teknik ini akan

111 | P a g e
menghasilkan pengukuran yang valid hanya bila situasi dan kondisinya memungkinkan
kebebsan berpendapat tanpa tekanan psikologis maupun fisik. Bebarapa Teknik yang
dikembangkan adalah sebagai berikut;
a. Skala Likert
Alternatif jawaban berkisar antara sangat setuju samapai sangat tidak setuju .
Penghitungan skor pilihan jawaban didasarkan atas bentuk pernyataan yang terdiri
atas dua jenis, yaitu pernyataan yang mendukung terhadap objek yang diukur
(favourable) dan yang tidak mendukung (unfavourable). Contoh Skala Likert untuk
pengukuran Sikap mahasiswa terhadap pemberian mata kuliah Ilmu Dasar
Keperawatan di Prodi Keperawatan.
Berilah tanda (V) secara jujur pada kolom yang sesuai dengan pendapat saudara ( SS:
Sangat setuju, S: Setuju, TS: Tidak setuju , STS: Sangat Tidak setuju)
No Pernyataan SS S TS STS

1 Konsep IDK banyak membantu saya dalam


memahami ilmu-ilmu Keperawatan (Favourable) .
2 Saya tidak mengerti tujuan pembelajaran fisika di
fakultas kedokteran (Unfavourable).
3 Pelajaran fisika tidak ada relevansinya dengan ilmu
kedokteran (Unfavourabel).
4 Ilmu fisika akan membantu saya dalam memahami
cara kerja peralatan medis dan laboratoris
(Favourable).
5 Ilmu fisika akan melatih kemampuan saya untuk
berfikir kritis (Favourable).
6 dst

Jumlah masing-masing bentuk pernyataan (Favourabel dan Unfavourabel) sebaiknya


proporsional meskipun tidak harus sama.

112 | P a g e
b. Skala Rating
Pada cara ini pilihan jawaban yang diberikan secara berjenjang mulai dari yang
kondisi atau situasi terendah sampai tertinggi. Cara ini selain untuk mengukur ranah
afektif namun juga sering digunakan untuk mengukur kemampuan psikomotor.

Topik Malpraktik Kedokteran dalam Etika Kedokteran

o………………..o………………….……o……………………….o

Diabaikan Dapat disinggung Dapat diberikan Dapat diberikan


saja sedikit dalam satu dalam seperempat
tatap muka Jumlah tatap
muka
c. Self Report Inventories
Pada pengukuran dengan instrumen ini mahasiswa diminta menjawab secara singkat
sejumlah pertanyaan dengan jawaban ya dan tidak
Saya merasa kurang menghargai dosen bila tidak Konsep situasi diri
mengerjakan tugas secara bersungguh-sungguh mahasiswa terhadap
dosen
Saya terbiasa untuk mencari informasi tambahan Kebiasaan belajar
materi kuliah melalui buku-buku referensi mahasiswa
Sebagian besar para dosen memilik perhatian Sikap mahasiswa
terhadap permasalahan belajar saya terhadap perilaku
dosen

6. Pedoman Penulisan Pernyataan dalam Pengukuran Afektif


Usahakan agar setiap pernyataan ditulis dalam bahasa yang sederhana, dan kalimat yang
lugas. Setiap pernyataan hendaknya berisi hanya satu pokok pikiran atau ide yang
lengkap.
Beberapa Penulisan Pernyataan yang perlu dihindari dalam pengukuran Afektif
a. Jangan menulis pernyataan yang bersifat faktual sehingga tidak memungkinkan ada
alternatif jawaban yang lain.
Contoh: (Objek: Program PHBS). PHBS merupakan Program Departemen
Kesehatan.
b. Jangan menulis pernytaan yang dapat menimbulkan lebih dari satu penafsiran
Contoh: (Objek: PIN). Hari Libur Pekan Imunisasi Nasional perlu. Pernyataan
demikian akan menimbulkna respon yang bisa berbeda dari para responden. Kalau

113 | P a g e
penfasirannya adalah hari libur untuk memperingati Hari pencanangan Keluarga
maka merupakan pernyataan yang favourable. Akan tetapi bila ditafsirkan sebagai
hari libur untuk tidak mennggunakan alat kontrasepsi bagi aseptor maka menjadi
pernyataan unfavourable.
c. Jangan menulis pernyataan yang kemungkinan besar akan disetujui oleh semua orang.
Contoh: Pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk menjamin penduduknya
mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak. Hampir semua orang akan menjawab
setuju pernyataan itu, maka pernyataan tersebut tida mempunyai makna dalam
mengukur sikap.
d. Jangan menggunakan kata-kata yang tidak familier dengan responden
Contoh: Bantuan kemanusiaan berulang-ulang tidak akan memotivasi masyarakat
untuk berusaha mandiri. Bila responden merupakan masyarakat yang berpendidikan
rendah maka kata motivasi tidak familier bagi mereka dan bisa tidak dimengerti
maksudnya.
e. Hindari pernyataan yang mengandung pernyataan negatif ganda .
Contoh: Tidak menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan Pimpinan Daerah bukan
merupakan tindakan yang terpuji. Kata ”tidak” dan ”bukan” merupakan kata-kata
yang bermakna negatif dan dapat membingungkan penfasiran responden. Lebih baik
kalu merupakan pernyataan favourable kedu kata itu ditiadakan sehingga menjadi :
Manggunakan hak pilih dalam pemilihan Pimpinan Daerah merupakan tindakan yang
terpuji.
f. Jangan menggunakan kata-kata yang bersifat universal : tidak pernah, selalu, tak
satupun dan sebagainya. Karena kan menimbulkan penfasiran yang beragam antar
responden

114 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai