Anda di halaman 1dari 168

IMPLEMENTASI, PENILAIAN SENDIRI, PELAPORAN &

PENYUSUNAN PEDOMAN KEBIJAKAN

TATA KELOLA (GOOD CORPORATE GOVERNANCE)


BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT
(Sesuai POJK No. 4/POJK 03/2015)

Kerjasama :
DPD PERBARINDO DIY YOGJAKARTA
METHAVISION Training Center & Consulting
Jalan Wuluku Raya No. 29 Kiaracondong Bandung
Telp : 022 7273678 Ex 103 – 104 Fax : 022 710 2176
E-Mail : tshsamses@yahoo.co.id
IMPLEMENTASI
TATA KELOLA (GOOD CORPORATE GOVERNANCE)
BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT
(Sesuai POJK No. 4/POJK 03/2015)

DR. Tatang S Herisman.,SE.,MM.,Ak.CA


No. Reg Akuntan Negara : D 40979

Kerjasama :
DPD PERBARINDO DIY YOGJAKARTA
METHAVISION Training Center & Consulting
Jalan Wuluku Raya No. 29 Kiaracondong Bandung
Telp : 022 7273678 Ex 103 – 104 Fax : 022 710 2176
E-Mail : tshsamses@yahoo.co.id
LEMBAR PENYAJI :

DR.Tatang S Herisman., SE, MM.Ak.CA


Reg Akuntan Negara : D 40 979

•KetuaExsekutif Yayasan Perbarindo DPD Jawa Barat


•Training Manager ETC Perbarindo Jawa Barat (Sertifikasi Profesi Direktur &
Komisaris BPR)
•Master Assesor LSP BNSP – Certif Jakarta
•Resource Person LSP Certif Jakarta
•Asesor Uji Kompetensi LSP Certif Jakarta
•Tim Kurikulum LSP Certif Jakarta
•Instruktur Sertifikasi Profesi Direktur BPR Certif – Jakarta
•BPR Dhana Agungkarang Ampel – Indramayu
Dosen Universitas Widyatama Bdg dan Berbagai PTS di
Wilayah Kopertis IV Jawa Barat dan STIE “IBS” Jkt serta LPPI Jkt
•Direktur Exsekutif pada Kantor Konsultan
Manajemen & Perbankan SAMSES & MethaVision Bandung
SESI : 1-3

LINGKUP
PENERAPAN TATA KELOLA (GCG)
BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

3/18/2016 methavison 4
LATAR BELAKANG PERLUNYA PENERAPAN
TATA KELOLA (GCG)
1. Adanya peningkatan volume usaha Bank Perkreditan Rakyat, maka
semakin meningkat pula risiko Bank Perkreditan Rakyat sehingga
mendorong kebutuhan terhadap penerapan tata kelola oleh Bank
Perkreditan Rakyat.
2. Untuk meningkatkan kinerja BPR,melindungi pemangku kepentingan
(stakeholder), dan meningkatkan kepatuhan terhadap operaturan
perundang-undangan, serta nilai-nilai etika yang berlaku umum pada
perbankan, BPR perlu segera menerapkan tata kelola.
3. BPR menyadari bahwa untuk keberlangsungan eksistensi perusahaan
tidak hanya diukur dari performa keuangan, dan peningkatan
keuntungan, melainkan juga melalui performa internal perusahaan yaitu
diterapkannya etika dan Good Corporate Governance (GCG).
4. Melalui implementasi prinsip-prinsip GCG secara konsisten dan
berkesinambungan diharapkan dapat memaksimalkan corporate value
dan kepercayaan pasar. Hal ini dilakukan agar BPR memiliki daya saing
yang kuat, baik secara regional maupun nasional serta mampu menjaga
kelangsungan usaha dalam jangka panjang sehingga tujuan perseroan
dapat tercapai
3/18/2016 methavison 5
ALASAN PERLU PENERAPAN
TATA KEOLA (GCG)

3/18/2016 methavison 6
TUJUAN PENERAPAN TATA KELOLA (GCG)
1. Mendukung pencapaian visi dan misi Bank
2. Mendukung pencapaian tujuan Bank melalui peningkatan kinerja yang
signifikan;
3. Memaksimalkan nilai perusahaan
4. Memberikan keyakinan kepada pemegang saham dan stakeholders
lainnya bahwa pengurusan dan pengawasan Bank dijalankan secara
profesional
5. Menjamin kesehatan dan kemajuan Bank secara berkesinambungan
6. Memberikan pedoman bagi Komisaris, Direksi dan Pekerja Bank dalam
melaksanakan tugasnya
7. Mendukung pengelolaan sumber daya Bank secara lebih efisien dan
efektif
8. Mengoptimalkan hubungan risk – return yang konsisten dengan strategi
bisnis
9. Mendukung terciptanya pengambilan keputusan oleh seluruh insan Bank
yang didasari pada prinsip-prinsip GCG
10. Mendukung penetapan kebijakan Bank yang didasari oleh prinsip-prinsip
GCG

3/18/2016 methavison 7
CORPORATE GOVERNACE
Corporate governance dapat didefinisikan sebagai sistem yang
terdiri atas proses dan struktur (mekanisme) yang
dikoordinasikan untuk mengarahkan dan mengendalikan bisnis
perusahaan, sehingga jalannya bisnis perusahaan tidak
menyebabkan kepentingan masing-masing partisipan
(stakeholder) terganggu.
•Proses digunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan
aktivitas-aktivitas bisnis yang direncanakan, dalam rangka mencapai
tujuan perusahaan, menyelaraskan perilaku perusahaan dengan
ekspektasi dari masyarakat serta mempertahankan akuntabilitas
perusahaan kepada pemegang saham.
•Struktur akan menspesifikasikan pendistribusian hak-hak dan
tanggung jawab di antara berbagai partisipan dalam perusahaan
seperti dewan komisaris, direksi, manajer, pemegang saham serta
stakeholder lainnya dan menyelaraskan aturan-aturan maupun
prosedur-prosedur untuk pengambilan kebijakan perusahaan.

SUMBER : KADIN
SASARAN :
• Pengertian penerapan GCG terkait dengan sasaran pada 3
aspek yaitu:
– Peningkatan kinerja perusahaan (performance);
– Kepatuhan pada peraturan perundangan yang berlaku (compliance),
dan;
– Kesesuaian pada norma dan etika masyarakat (conformance)

• Ketiga hal di atas harus dilaksanakan bersamaan dan


secara proporsional, sesuai dengan tuntutan pasar
(performance), regulator (compliance) dan juga
masyarakat luas (conformance).

SUMBER : KADIN
GCG merupakan fungsi dari sistem,
budaya dan integritas ... *

GCG = 1/3 Sistem + 1/3 Budaya + 1/3 Integritas

1/3
Budaya The Most Critical
Secret of Success
Side

1/3
Sistem

1/3 Integritas

*) Sumber: Wilson Arafat, Filbert Deo Governance Indexing and Rating System
10
PRINSIP DASAR TATA KELOLA (GCG)

• Tugas dan tanggung jawab


Direksi dan Komisaris
Transparency
Governance • Peran dan tanggung jawab
Structure pemegang saham

Independency Responsibility • Manajemen risiko dan internal


audit

GCG Governance • Strategi dan rencana bisnis


Process • Mitigasi risiko

• Tranparansi laporan keuangan


Fairness Accountability • Transparansi produk dan
Governance pelayanan kepada nasabah
Outcome

Sumber: Indonesian Banking Sector Code – KNKG


1111
PEERAPAN TATA KELOLA BPR
BERDASAR MODAL INTI

3/18/2016 methavison 12
INDIKATOR TATA KELOLA (GCG)

3/18/2016 methavison 13
KUNCI KEBERHASILAN
TATA KELOLA (GCG)

3/18/2016 methavison 14
KONSEP KEBERHASILAN PELAKSANAAN
TATA KELOLA (GCG)

3/18/2016 methavison 15
STRUKTUR PELAKSANAAN
TATA KELOLA (GCG)

3/18/2016 methavison 16
SESI : 4 - 10

KEBIJAKAN
PENERAPAN TATA KELOLA (GCG)
BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

3/18/2016 methavison 17
BERBAGAI ISTILAH DALAM GCG

1. Bank Perkreditan Rakyat, yang selanjutnya disingkat BPR adalah


bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
mengenai perbankan.

2. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat


dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak sebagaimana dimaksud
dalam undang-undang yang mengatur mengenai perbankan dan
perbankan syariah.

3/18/2016 methavison 18
BERBAGAI ISTILAH DALAM GCG

3. Komisaris Independen adalah anggotan dewan komisaris yang


tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan
saham, dan/atau hubungan keluarga dengan anggota Dewan
Komisaris lainnya, Direksi,dan/atau pemegang saham pengendali
atau hubungan lain yang dapat mempengaruhi kemempuannya untuk
bertindak independen.
4. Pihak independen adalah pihak di luar BPR yang tidak memiliki
hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham, dan/atau
hubungan keluarga dengan Direksi , Dewan komisaris, pemegang
saham pengendali, dan/atau tidak memiliki hubungan lain yang dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen.
5. Tata kelola adalah tata kelola BPR yang menerapkan prinsip-prinsip
keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability),
pertanggungjawaban (responsibility), independensi (independency),
dan kewajaran (fairness).
3/18/2016 methavison 19
BERBAGAI ISTILAH DALAM GCG

6. Pemangku kepentingan (stakeholder) adalah seluruh


pihak yang memiliki kepentingan secara langsung atau tidak
langsungterhadap kegiatan usaha BPR.
7. Pejabat Eksekutif adalah pejabat yang bertanggung jawab
langsung kepada Direksi atau mempunyai pengaruh
terhadap kebijakan dan operasional BPR, antara lain
pemimpin kantor cabang, kepala divisi, kepala bagian, kepala
satuan audit intern atau pejabat yang ditunjuk bertanggung
jawab mengenai pelaksanaan fungsi audit intern, manajer,
dan/atau pejabat lainnya yang setara.
8. Komite Audit adalah komite yang membantu pelaksanaan
tugas dan tanggungjawab Dewan komisaris terkait dengan
audit intern dan ekstern

3/18/2016 methavison 20
BERBAGAI ISTILAH DALAM GCG

9. Komite Pemantau Resiko adalah komite yang


membantu pelaksanaan tugas dan tanggungjawab
Dewan Komisaris terkait dengan penerapan
manajemen resiko.

10. Komite Remunerasi dan Nominasi adalah komite


yang membantu pelaksanaan tugas dan tanggung
jawab dewan Komisaris terkait dengan remunerasi
dan nominal.

3/18/2016 methavison 21
PRINSIP TATA KELOLA (GCG) BAGI BPR

1. keterbukaan (transparency),- T
2. akuntabilitas (accountability),- A
3. pertanggungjawaban
(responsibility), - R
4. independensi (independency), -I
5. kewajaran (fairness)- F

3/18/2016 methavison 22
APLIKASI PRINSIP KETERBUKAAN
(TRANSPARENCY)- T
Merupakan keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang material
dan relevan serta keterbukaan dalam proses pengambilan keputusan.
Pedoman Pokok Pelaksanaan
1. Mempunyai kebijakan untuk mengungkapkan berbagai informasi
penting yang diperlukan oleh pemangku kepentingan.
2. Mengungkapkan informasi sesuai dengan ketentuan perundang‐
undangan yang berlaku, antara lain meliputi tetapi tidak terbatas pada
hal‐hal yang bertalian dengan visi, misi, nilai‐nilai serta sasaran usaha
dan strategi, kondisi keuangan, susunan dan remunerasi Komisaris dan
Direksi, pemegang saham pengendali, struktur organisasi beserta
pejabat eksekutif, manajemen risiko, sistem pengawasan dan
pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta tingkat
kepatuhannya dan kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi
Bank.

3/18/2016 methavison 23
APLIKASI PRINSIP KETERBUKAAN
(TRANSPARENCY)- T

3. Mengambil inisiatif untuk mengungkapkan hal-hal yang tidak


hanya disyaratkan oleh peraturan perundang‐undangan, tetapi
juga hal‐hal lain yang diperlukan untuk pengambilan
keputusan oleh pemegang saham, nasabah serta pemangku
kepentingan lainnya.
4. Tidak mengurangi kewajiban melindungi informasi rahasia
mengenai Bank dan nasabah sesuai dengan peraturan
perundang‐undangan serta informasi yang dapat
mempengaruhi daya saing Bank.
5. Informasi tersebut secara tertulis dan dikomunikasikan kepada
pemangku kepentingan.

3/18/2016 methavison 24
APLIKASI PRINSIP AKUNTABILITAS
(ACCOUNTABILITY- A)
Merupakan kejelasan fungsi dan pelaksanaan pertanggungjawaban organ Bank
sehingga pengelolaannya berjalan secara efektif.

Pedoman Pokok Pelaksanaan

1. Menetapkan sasaran usaha jangka panjang dan target usaha jangka pendek
untuk dapat dipertanggungjawabkan kepada pemegang saham dan pemangku
kepentingan lainnya.
2. Dewan Komisaris dan Direksi menyampaikan laporan tahunan dan
pertanggungjawaban keuangan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
serta menjelaskan pokok‐pokok isinya kepada pemangku kepentingan dan
masyarakat pada umumnya.
3. Menyampaikan laporan sesuai dengan ketentuan yang berlaku kepada otoritas
pengawas Bank dan kepada pemangku kepentingan lainnya sesuai ketentuan
yang berlaku.
4. Menetapkan tugas dan tanggung jawab yang jelas bagi masing‐masing organ,
anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta seluruh jajaran dibawahnya yang
selaras dengan visi, misi, nilai‐nilai perusahaan, sasaran usaha dan strategi
Bank.
3/18/2016 methavison 25
APLIKASI PRINSIP AKUNTABILITAS
(ACCOUNTABILITY- A)
5. Memastikan bahwa masing‐masing anggota Dewan Komisaris dan Direksi
serta seluruh jajaran pimpinan Bank harus membuat pertanggungjawaban atas
pelaksanaan tugasnya, secara periodik sesuai dengan ketentuan internal Bank.
6. Meyakini bahwa masing‐masing Dewan Komisaris dan Direksi maupun seluruh
jajaran dibawahnya mempunyai kompetensi sesuai dengan tanggung jawabnya
dan memahami perannya dalam pelaksanaan GCG.
7. Memastikan adanya struktur, sistem dan standard operating procedure (SOP)
yang dapat menjamin bekerjanya mekanisme check and balance dalam
pencapaian visi, misi, dan tujuan Bank.
8. Memiliki ukuran kinerja dan sistem remunerasi bagi masing‐masing anggota
Dewan Komisaris dan Direksi maupun seluruh jajaran dibawahnya berdasarkan
ukuran‐ukuran yang disepakati dan konsisten dengan visi, misi, nilai‐nilai
perusahaan, sasaran usaha dan strategi Bank serta memiliki sistem
penghargaan dan sanksi (reward and punishment system).
9. Memiliki sistem pengendalian internal yang efektif dalam pengelolaan Bank.
10. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, masing‐masing insan
Bank harus berpegang pada etika bisnis dan pedoman perilaku yang telah
disepakati.
3/18/2016 methavison 26
APLIKASI PRINSIP
PERTANGGUNGJAWABAN(RESPONSIBILITY -R)
Merupakan kesesuaian pengelolaan Bank dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan Bank yang sehat.
Pedoman Pokok Pelaksanaan

1. Insan Bank berpegang pada prinsip kehati‐hatian dan menjamin


dilaksanakannya peraturan perundang‐undangan, anggaran dasar serta
peraturan internal Bank.
2. Menafsirkan secara baik ketentuan perundang‐undangan, anggaran dasar
dan peraturan internal Bank, tidak hanya dari perumusan kata‐kata yang
tercantum didalamnya, tetapi juga dari latar belakang yang mendasari
dikeluarkannya peraturan dan ketentuan tersebut.
3. Menghindari segala biaya transaksi yang berpotensi merugikan pihak ketiga
maupun pihak lain di luar ketentuan yang telah disepakati, seperti tersirat
pada undang-undang, regulasi, kontrak maupun pedoman operasional bank.
4. Memelihara kelestarian alam melalui kebijakan perkreditan dan kebijakan
lain yang mendukung terpeliharanya sumber daya alam.
5. Bertindak sebagai warga korporasi yang baik melalui tanggung jawab sosial
dan lingkungan.
3/18/2016 methavison 27
APLIKASI PRINSIP INDEPENDENSI
(INDEPENDENCE -I)
Merupakan pengelolaan Bank secara profesional tanpa pengaruh/tekanan
dari pihak manapun.
Pedoman Pokok Pelaksanaan
1. Menghindari dominasi dari pihak manapun, tidak terpengaruh oleh
kepentingan tertentu, bebas dari benturan kepentingan dan segala
pengaruh atau tekanan sehingga pengambilan keputusan dapat
dilakukan secara obyektif.
2. Melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai dengan anggaran dasar,
peraturan internal Bank dan peraturan perundang‐undangan, tidak
saling mendominasi dan atau melempar tanggung jawab antara satu
dengan yang lain.
3. Melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai dengan uraian tugas serta
standar operasi yang berlaku untuk jenis pekerjaan yang bersangkutan.

3/18/2016 methavison 28
APLIKASI PRINSIP KEWAJARAN DAN
KESETARAAN (FAIRNESS –F)
Merupakan keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak
stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pedoman Pokok Pelaksanaan
1. Memberikan perlakuan yang wajar dan setara kepada pemangku
kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikan
kepada Bank.
2. Memberikan kesempatan kepada seluruh pemangku kepentingan untuk
memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan
Bank serta membuka akses terhadap informasi sesuai prinsip
keterbukaan.
3. Dalam penerimaan pegawai dan pengembangan karir pekerja serta
pelaksanaan tugas secara profesional, Bank tidak membedakan suku,
agama, ras, golongan, jenis kelamin (gender) dan kondisi fisik.

3/18/2016 methavison 29
PELAKSANAAN TATA KELOLA (GCG) BAGI
BANK PERKREDITAN RAKYAT
1. BPR wajib menerapkan Tata kelola dalam setiap kegiatan
usahanya pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi
2. Penerapan Tata kelola yang berbasis pada prinsip tata kelola
paling sedikit harus diwujudkan dalam bentuk sebagai berikut:
a. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi
b. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris
c. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas atau fungsi komite
d. Penanganan benturan kepentingan
e. Penerapan fungsi kepatuhan, audit intern, dan audit ekstern
f. Penerapan manajemen resiko, termasuk system pengendalian
intern
g. Batas maksimum pemberian kredit
h. Rencana bisnis BPR
i. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan

3/18/2016 methavison 30
1- PELAKSANAAN TATA KELOLA (GCG) TENTANG
TUGAS & TANGGUNG JAWAB DIIREKSI

Pelaksanaan tugas dan tanggung


jawab Direksi mengacu pada
anggaran dasar BPR dan peraturan
perundang-undangan, termasuk
ketentuan Otoritas Jasa Keuangan
yang mengatur mengenai
pelaksanaan tugas dan tanggung
jawab tersebut.
3/18/2016 methavison 31
2-PELAKSANAAN TATA KELOLA (GCG) TENTANG
TUGAS & TANGGUNG JAWAB
DEWAN KOMISARIS

 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan


Komisaris mengacu pada anggaran dasar BPR
dan peraturan perundang-undangan, termasuk
ketentuan Otoritas Jasa Keuangan yang mengatur
mengenai pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
tersebut.
 Tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris yang
tercantum dalam anggaran dasar berpedoman
pada ketentuan perundang-undangan termasuk
ketentuan OJK.

3/18/2016 methavison 32
3-PELAKSANAAN TATA KELOLA (GCG) TENTANG
KELENGKAPAN DAN PELAKSANAAN
TUGAS DAN FUNGSI KOMITE

Pelaksanaan tugas komite antara lain


dimaksudkan untuk membantu kelancaran
tugas pengawasan oleh Dewan Komisaris.
Bagi BPR yang tidak diwajibkan
membentuk komite, maka fungsi komite
dilaksanakan oleh anggota dewan
Komisaris.

3/18/2016 methavison 33
4-PELAKSANAAN TATA KELOLA (GCG) TENTANG
PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN
Penanganan benturan kepentingan harus ditujukan pada efektivitas
pengelolaan benturan kepentingan serta kecukupan aspek
pengungkapan (disclosure)-nya serta Dampak benturan kepentingan
tersebut terhadap profitabilitas Bank.
Indikator Penanganan Benturan Kepentingan harus dinilai dari
segi :
1. Bank memiliki kebijakan, sistem dan prosedur penyelesaian
mengenai :
a. Benturan kepentingan yang mengikat setiap pengurus dan
pegawai Bank.
b. Administrasi, dokumentas, dan pengungkapan benturan
kepentingan dimaksud dalam Risalah Rapat
2. Benturan kepentingan telah diungkapkan dalam setiap keputusan
dan telah terekomendasi dengan baik.
3. Benturan kepentingan tidak merugikan atau mengurangi
keuntungan Bank.
3/18/2016 methavison 34
5-PELAKSANAAN TATA KELOLA (GCG) TENTANG
PENERAPAN FUNGSI KEPATUHAN, AUDIT INTERN,
DAN AUDIT EKSTERN

FUNGSI KEPATUHAN, harus tujukan pada :


1. Tingkat kepatuhan Bank terhadap Bank Indonesia dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku serta
pemenuhan komitmen dengan lembaga otoritas yang
berwenang ;
2. Efektivitas pelaksanaan tugas dan independensi Audit
Internal;
3. Menjamin ketersediaan pedoman kerja, sistem dan
prosedur kerja yang kini diseluruh bidang / jenjang
organisasi ;
4. Tersedianya MIS yang memadai agar satuan Kerja
Kepatuhan dapat menjalankan tugasnya secara efektif.
3/18/2016 methavison 35
5-PELAKSANAAN TATA KELOLA (GCG) TENTANG
PENERAPAN FUNGSI KEPATUHAN, AUDIT INTERN,
DAN AUDIT EKSTERN

INDIKATOR PELAKSANAAN FUNGSI KEPATUHAN,


harus di evaluasi dari segi :
1. Audit Internt bertugas :
a. Memastikan kepatuhan Bank terhadap ketentuan Bank Indonesia dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, melalui :
- Mengusulkan langkah-langkah yang diperlukan dengan memperhatikan prinsip
kehati-hatian.
- Memantau dan menjaga agar kegiatan usaha Banlk tidak menyimpang dari
ketentuan.
- Memantau dan menjaga agar kegiatan usaha Bank terhadap seluruh perjanjian dan
komitmen yang dibuat oleh bank kepada Bank Indonesia dan lembaga otoritas yang
berwenang.
b. Mencegah Direksi Bank agar tidak menempuh kebijakan dan/atau menetapkan
keputusan yang menyimpang dari ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
c. Menyampaikan laporan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab secara berkala kepada
Direktur Utama dengan tembusan kepada Dewan Komisaris atau pihak-pihak yang
berwenang sesuai struktur organisasi Bank.
d. Penunjukan auditor internal telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku
3/18/2016 methavison 36
5-PELAKSANAAN TATA KELOLA (GCG) TENTANG
PENERAPAN FUNGSI KEPATUHAN, AUDIT INTERN,
DAN AUDIT EKSTERN
2. Direksi, harus :
a. Menyetujui kebijakan kepatuhan Bank dalam bentuk dokumen formal
tentang fungsi kepatuhan yang efektif.
b. Bertanggung jawab untuk mendokumentasikan seluruh kebijakan, pedoman,
sistem dan prosedur keseluruh jenjang organisasi terkait.
c. Bertanggung jawab untuk menciptakan fungsi kepatuhan yang efektif dan
permanen sebagai bagian dari kebijakan kepatuhan Bank secara
keseluruhan
3. Satuan Kerja Kepatuhan-SKAI, harus :
a. Independen terhadap satuan kerja operasional.
b. Bertanggung jawab terhadap ketersediaan dan kesesuaian pedoman, sistem
dan prosedur seluruh Satuan Kerja dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, yang kini diseluruh jenjang organisasi.
4. Bank, harus :
a. Menyediakan sumber daya yang berkualitas untuk menyelesaikan tugas
secara efektif;
b. Menyampaikan laporan pelaksanaan tugas Direktur Kepatuhan dan laporan
khusus kepada Bank Indonesia dan pihak terkait.
3/18/2016 methavison 37
5-PELAKSANAAN TATA KELOLA (GCG) TENTANG
PENERAPAN FUNGSI KEPATUHAN, AUDIT INTERN,
DAN AUDIT EKSTERN

FUNGSI AUDIT INTEREN, harus ditujukan


pada :
1. Kecukupan fungsi audit intern Bank, untuk
menilai seluruh aspek kegiatan sesuai
Peraturan Bank Indonesia dan perundang-
undangan yang berlaku.
2. Efektivitas pelaksanaan tugas audit intern Bank
dalam menciptakan Bank yang sehat dan
mampu berkembang secara wajar.

3/18/2016 methavison 38
5-PELAKSANAAN TATA KELOLA (GCG) TENTANG
PENERAPAN FUNGSI KEPATUHAN, AUDIT INTERN,
DAN AUDIT EKSTERN
INDIKATOR PELAKSANAAN AUDIT INTEREN, harus dinilai
dari segi :
Bahwa Audit Internal - SKAI, harus :
1. Melakukan fungsi pengawasan secara independen dengan cakupan tugas
yang memadai dan sesuai dengan rencana, pelaksanaan maupun
pemantauan hasil audit.
2. Melaksanakan tugas sekurang-kurangnya meliputi penilaian :
a. Kecukupan Sistem Pengendalian Internn Bank;
b. Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Bank;
c. Kualitas kinerja
3. Melaporkan seluruh temuan hasil pemeriksaan sesuai ketentuan yang
berlaku.
4. Memantau, menganalisis dan melaporkan perkembangan tindak lanjut
perbaikan yang dilakukan auditee.
5. Menyusun dan mengkinikan pedoman serta sistem dan prosedur kerja
secara berkala sesuai ketentuan dan peruindangan yang berlaku.
3/18/2016 methavison 39
5-PELAKSANAAN TATA KELOLA (GCG) TENTANG
PENERAPAN FUNGSI KEPATUHAN, AUDIT INTERN,
DAN AUDIT EKSTERN

FUNGSI AUDIT EKSTERN, harus ditujukan


pada :
1. Efektivitas pelaksanaan audit oleh Akuntan
Publik.
2. Kualitas hasil audit Akuntan Publik.
3. Kesesuaian penunjukkan Akuntan Publik dan
KAP dibandingkan dengan ketentuan yang
berlaku

3/18/2016 methavison 40
5-PELAKSANAAN TATA KELOLA (GCG) TENTANG
PENERAPAN FUNGSI KEPATUHAN, AUDIT INTERN,
DAN AUDIT EKSTERN
INDIKATOR PELAKSANAAN AUDIT EKSTEREN, harus
dinilai dari segi :
1. Dalam pelaksanaan Audit laporan keuangan bank, Bank telah menunjukkan Akuntan
Publik dan Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terdaftar di Bank Indonesia
2. Penunjukkan Akuntan Publik dan KAP yang oleh Bank tidak lebih dari 5 (lima) tahun
buku berturut-turut.
3. penunjukkan Akuntan Publik dan KAP terlebih dahulu memperoleh persetujuan
RUPS berdasarkan rekomendasi dari Komite Audit melalui Dewan Komisaris
4. Penugasan audit kepada Akuntan Publik dan KAP sekurang-kurangnya memenuhi
aspek-aspek :
 Kapasitas Kantor Akuntan Publik yang ditunjuk;
 Legalitas perjanjian kerja;
 Ruang lingkup audit;
 Standard profesional akuntan publik, dan ;
 Komunikasi Bank Indonesia dengan Kantor Akuntan Publik dimaksud.
5. Akuntan Publik dan KAP yang ditunjuk telah :
 Menyampaikan hasil audit dan manajemen letter kepada Bank tepat waktu;
 Mampu bekerja secara independen, memenuhi standard profesional akuntan
puublik dan perjanjian kerja serta ruang lingkup audit yang ditetapkan
3/18/2016 methavison 41
6-PELAKSANAAN TATA KELOLA (GCG) TENTANG
PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO, TERMASUK
SISTEM PENGENDALIAN INTERN

BPR wajib menerapkan manajemen


risiko secara efektif, yang disesuaikan
dengan tujuan, kebijakan usaha, ukuran,
dan kompleksitas usaha serta
kemampuan BPR dengan berpedoman
pada persyaratan dan tata cara
sebagaimana ditetapkan dalam
ketentuan yang mengatur mengenai
penerapan manajemen risiko bagi BPR.

3/18/2016 methavison 42
7-PELAKSANAAN TATA KELOLA (GCG) TENTANG
BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT

1. BPR wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dalam


penyediaan dana dengan berpedoman pada
ketentuan yang mengatur mengenai batas
maksimum pemberian kredit.
2. BMPK di maksud adalah :
 BMPK kepada pihak terkait ditetapkan paling tinggi 10%
dari modal BPR.
 BMPK penempatan dana kepada BPR lain yang merupakan
pihak tidak terkait ditetapkan paling tinggi 20% dari Modal
 BPR.
 BMPK kepada 1 (satu) Peminjam Pihak Tidak Terkait
ditetapkan paling tinggi 20% (dua puluh persen) dari Modal
BPR.
 BMPK kepada 1 (satu) kelompok peminjam pihak tidak
terkait ditetapkan paling tinggi 30% dari Modal BPR.
3/18/2016 methavison 43
8-PELAKSANAAN TATA KELOLA (GCG) TENTANG
RENCANA BISNIS BPR

Rencana bisnis BPR paling sedikit


meliputi rencana strategis jangka
panjang dan rencana bisnis
tahunan.

3/18/2016 methavison 44
9-PELAKSANAAN TATA KELOLA (GCG) TENTANG
TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN DAN NON
KEUANGAN

Transparansi meliputi aspek


pengungkapan (disclosure)
informasi BPR yang bersifat
kualitatif maupun kuantitatif
kepada stakeholders.

3/18/2016 methavison 45
SESI : 11 -13

KEBIJAKAN PENENTUAN
JUMLAH,KOMPOSISI, KRITERIA DAN
INDEPENDENSI DIREKSI

3/18/2016 methavison 46
PEERAPAN TATA KELOLA BPR
BERDASAR MODAL INTI

3/18/2016 methavison 47
JUMLAH, KOMPOSISI, KRITERIA, DAN
INDEPENDENSI DIRIKSI

1. Jumlah Direksi BPR


a. BPR yang memiliki modal inti paling sedikit Rp
50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah) wajib
memiliki paling sedikit 3 (tiga) orang anggot Direksi.
b. BPR yang memiliki modal inti kurang dari Rp
50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah) wajib
memiliki paling sedikit 2 (dua) orang anggota Direksi.
2. Seluruh anggot Direksi wajib bertempat tinggal di Kota /
Kabupaten yang sama atau Kota/Kabupaten yang berbeda
pada provinsi yang sama atau kota/kabupaten di provinsi
lain yang berbatasan langsung dengan kota/kabupaten
pada provinsi lokasi kantor pusat BPR.
3/18/2016 methavison 48
JUMLAH, KOMPOSISI, KRITERIA, DAN
INDEPENDENSI DIRIKSI

3. Kriteria Direksi
a. Mayoritas anggota Direksi dilarang memiliki hubungan
keluarga atau semenda sampai dengan derajat kedua
dengan :
- Sesama anggota Direksi, dan/atau
- Anggota Dewan Komisaris
b. Anggota Direksi baik secara sendiri-sendiri maupun
bersama-sama dilarang memiliki saham sebesar 25 %
(dua puluh lima perseratus) atau lebih dari modal disetor
pada bank dan/atau menjadi pemegang saham
mayoritas di lembaga jasa keuangan non bank.

3/18/2016 methavison 49
JUMLAH, KOMPOSISI, KRITERIA, DAN
INDEPENDENSI DIRIKSI

4. Independensi Direksi
a. BPR yang membentuk Komite Remunerasi dan Nominasi
harus memperhatikan rekomendasi Komite Remunerasi
dan Nominasi dalam setiap usulan penggantian dan/atau
pengangkatan anggota Direksi kepada Rapat Umum
Pemegang Saham.
b. Anggota Direksi harus memiliki pengetahuan, pengalaman,
keahlian dan kemampuan sebagaimana diatur dalam
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai BPR.
c. Anggota Direksi harus lulus uji kemampuan dan kepatutan
sesuai dengan ketentuan yang mengatur mengenai uji
kemampuan dan kepatutan (fit and proper test) yang
berlaku bagi BPR.
3/18/2016 methavison 50
JUMLAH, KOMPOSISI, KRITERIA, DAN
INDEPENDENSI DIRIKSI

5. Larangan Angggota Direksi


a. Anggota Direksi dilarang merangkap jabatan pada
bank dan/atau perusahaan lain, kecuali sebagai
pengurus asosiasi industry BPR dan/atau lembaga
pendidikan dalam rangka peningkatan kompetensi
sumber daya manusia BPR dan sepanjang tidak
mengganggu pelaksanaan tugas sebagai anggota
Direksi BPR.
b. Anggota Direksi dilarang memberikan kuasa hukum
yang mengakibatkan pengalihan tugas dan wewenang
tanpa batas.

3/18/2016 methavison 51
JUMLAH, KOMPOSISI, KRITERIA, DAN
INDEPENDENSI DIRIKSI

6. Tugas & Tanggung Jawab Direksi


a. Direksi bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan
kepengurusan BPR.
b. Direksi wajib mengelola BPR sesuai dengan kewenangan
dan tanggung jawab sebagaimana diatur dalam Anggaran
Dasar BPR dan peraturan perundang – undangan.
7. Direksi wajib menerapkan Tata Kelola dalam setiap kegiatan
usahanya pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.
8. Direksi wajib menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi
dari satuan kerja atau pejabat yang bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan audit intern BPR, auditor ekstern, hasil
pengawasan Dewan Komisaris, Otoritas Jasa Keuangan
dan/atau otoritas lainnya.
3/18/2016 methavison 52
JUMLAH, KOMPOSISI, KRITERIA, DAN
INDEPENDENSI DIRIKSI
9. Ketetuan Tata Kelola berdasarkan besaran Modal Inti BPR,
yaitu :
1) Besaran Modal Inti :
a. Direksi pada BPR dengan modal inti paling sedikit Rp
50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah), wajib membentuk paling
sedikit :
1) Satuan Kerja Audit Intern,
2) Satuan Kerja Manajemen Risiko dan Komite Manajemen Risiko,
3) Satuan Kerja Kepatuhan.
b. Direksi pada BPR dengan modal inti kurang dari Rp
50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah) wajib membentuk
Pejabat Eksekutif yang melaksanakan :
1) Fungsi Audit Intern,
2) Fungsi Manajemen Risiko dan
3) Fungsi Kepatuhan.
3/18/2016 methavison 53
JUMLAH, KOMPOSISI, KRITERIA, DAN
INDEPENDENSI DIRIKSI
2) Penerapan fungsi manajemen risiko termasuk pembentukan Satuan
Kerja Manajemen Risiko dan Komite Manajemen Risiko mengacu
pada ketentuan yang mengatur mengenai penerapan manajemen
risiko bagi BPR

10. Dalam rangka mendukung terselenggaranya Tata Kelola, Direksi wajib


memastikan terpenuhinya jumlah sumber daya manusia yang memadai,
antara lain dengan adanya :
a. Pemisahan tugas dan tanggung jawab antara satuan atau unit kerja
yang menangani pembukuan, operasional dan kegiatan penunjang
operasional, dan kegiatan penunjang operasional, dan
b. Penunjukkan pejabat yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
audit intern, dan independen terhadap unit kerja lain.

11. Direksi wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada


pemegang saham dan Rapat Umum Pemegang Saham sesuai dengan
peraturan perundang – undangan.
3/18/2016 methavison 54
JUMLAH, KOMPOSISI, KRITERIA, DAN
INDEPENDENSI DIRIKSI
12. Direksi wajib mengungkapkan kebijakan BPR yang bersifat strategis di
bidang kepegawaian kepada pegawai.
13. Direksi dilarang menggunakan penasehat perorangan dan/atau
penyedia jasa professional sebagai konsultan kecuali memenuhi
persyaratan :
a. Untuk proyek bersifat khusus yang dari sisi karakteristik proyeknya
membutuhkan adanya konsultan.
b. Didasari perjanjian yang jelas, yang paling sedikit mencakup ruang
lingkup pekerjaan, tanggung jawab, produk yang dihasilkan dan
jangka waktu pekerjaan serta biaya.
c. Perorangan dan/atau penyedia jasa professional adalah pihak
independen dan memiliki kualifikasi untuk mengerjakan proyek
yang bersifat khusus sebagaimana dimaksud pada huruf a.
14. Direksi wajib menyediakan data dan informasi yang akurat, relevan dan
tepat waktu kepada Dewan Komisaris.
3/18/2016 methavison 55
JUMLAH, KOMPOSISI, KRITERIA, DAN
INDEPENDENSI DIRIKSI
15. Tata Tertib Kerja Anggota Direksi
1) Direksi wajib memiliki dan melaksanakan pedoman dan
tata tertib kerja anggota direksi.
2) Pedoman dan tata tertib kerja sedikit mencantumkan :
a. Etika kerja
b. Waktu kerja dan
c. Peraturan rapat.
16. Seluruh tindakan anggota Direksi yang diambil sesuai dengan
pedoman dan tata tertib kerja atau Anggaran Dasar BPR
mengikat dan menjadi tanggung jawab anggota Direksi
bersangkutan dan/atau anggota Direksi lainnya sesuai
dengan Anggaran Dasar BPR dan/atau peraturan perundang-
undangan.

3/18/2016 methavison 56
JUMLAH, KOMPOSISI, KRITERIA, DAN
INDEPENDENSI DIRIKSI
17. Rapat Direksi
a. Setiap kebijakan dan keputusan strategis wajib diputuskan dalam
rapat.
Maksud dengan kebijakan dan keputusan strategis adalah keutusan
BPR yang dapat mempengaruhi keuangan BPR secara signifikan
dan/atau memiliki dampak yang berkesinambungan terhadap
anggaran, sumber daya manusia, struktur organisasi, dan/atau pihak
ketiga.

b. Pengambilan keputusan rapat Direksi sebagaimana dilakukan dengan


cara musyawarah untuk mencapai mufakat.
Pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak hanya dapat
dilakukan oleh BPR yang memiliki anggota Direksi lebih dari 2 (dua)
orang dan berjumlah ganjil.
c. Dalam hal mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
tercapai, pengambilan keputusan rapat dilakukan berdasarkan suara
terbanya
3/18/2016 methavison 57
JUMLAH, KOMPOSISI, KRITERIA, DAN
INDEPENDENSI DIRIKSI

d. Hasil rapat Direksi sebagaimana wajib dituangkan


dalam risalah rapat dan didokumentasikan secara
baik.

e. Perbedaan pendapat yang terjadi dalam


pengambilan keputusan rapat dengan suara
terbanyak wajib dicantumkan secara jelas dalam
risalah rapat beserta alasan perbedaan pendapat
tersebut

3/18/2016 methavison 58
JUMLAH, KOMPOSISI, KRITERIA, DAN
INDEPENDENSI DIRIKSI

18. Aspek Transparan Direksi


Penerapan Tata Kelola, anggota Direksi wajib mengungkapkan:
a. kepemilikan sahamnya pada BPR yang bersangkutan dan
perusahaan lain;
b. hubungan keuangan dan/atau hubungan keluarga dengan anggota
Dewan Komisaris, anggota Direksi lain dan/atau pemegang saham
BPR

19. Larangan dan Kewajiban Anggota Direksi


1) Anggota Direksi dilarang menggunakan BPR untuk kepentingan
pribadi,keluarga, dan/atau pihak lain yang dapat merugikan atau
mengurangikeuntungan BPR.
2) Anggota Direksi dilarang menggunakan BPR untuk kepentingan
pribadi,keluarga, dan/atau pihak lain yang dapat merugikan atau
mengurangikeuntungan BPR..
3/18/2016 methavison 59
JUMLAH, KOMPOSISI, KRITERIA, DAN
INDEPENDENSI DIRIKSI

Maksud keuntungan pribadi antara lain pendapatan sewa asset yang


tidak wajar dan komisi atau imbalan dalam rangka penghimpunan
dan/atau penyaluran dana. Tidak termasuk dalam pengertian
keuntungan pribadi antara lain dalam hal anggota Direksi sebagai
nasabah BPR menerima imbal hasil/bunga secara wajar. Sedangkan
yang dimaksud dengan memperhatikan kewajaran dan/atau
kesesuaian dengan eraturan perudang-undangan adalah untuk
menghindari RUPS menetapkan hal yang bertentangan dengan
menaikkan biaya remunerasi dan fasilitas bagi Direksi saat bank
dalam Pengawasan Khusus

3) Anggota Direksi wajib mengungkapkan remunerasi dan fasilitas


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam laporan penerapan Tata
Kelola
Maksud dengan remunerasi adalah gaji, tunjangan, kompensasi
berbasis saham, dan remunerasi lain bagi Direksi yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan.
3/18/2016 methavison 60
SESI : 14 - 17

KEBIJAKAN PENENTUAN
JUMLAH,KOMPOSISI, KRITERIA DAN
INDEPENDENSI KOMISARIS

3/18/2016 methavison 61
PEERAPAN TATA KELOLA BPR
BERDASAR MODAL INTI

3/18/2016 methavison 62
JUMLAH, KOMPOSISI, KRITERIA, DAN
INDEPENDENSI KOMISARIS
19. Jumlah Komisaris Berdasar Modal Inti Rp 50 Milyar
1) BPR yang memiliki modal inti paling sedikit Rp 50.000.000.000,00 (lima
puluh miliar rupiah) wajib memiliki paling sedikit 3 (tiga) orang anggota
Dewan Komisaris dan paling banyak sama dengan jumlah anggota
Direksi.
2) BPR yang memiliki modal inti kurang dari Rp 50.000. 000.000,00 (lima
puluh miliar rupiah) wajib memiliki paling sedikit 2 (dua) orang anggota
DewanKomisaris dan paling banyak sama dengan jumlah anggota
Direksi
3) Seluruh anggota Dewan Komisaris wajib bertempat tinggal di Indonesia
dan paling sedikit 1 (satu) orang anggota Dewan Komisaris harus
bertempat tinggal di provinsi yang sama atau di kota/kabupaten pada
provinsi lain yang berbatasan langsung dengan provinsi lokasi kantor
pusat BPR.
Maksud tempat tinggal anggota dewan Komisaris dibuktikan dengan
kartu tanda penduduk atau surat keterangan tempat tinggal dari kepala
desa atau lurah atau camat setempat.
3/18/2016 methavison 63
JUMLAH, KOMPOSISI, KRITERIA, DAN
INDEPENDENSI KOMISARIS

20. Jumlah Komisaris Berdasar Modal Inti Rp 80 Milyar


1. BPR yang memiliki modal inti paling sedikit Rp80.000.000.000,00
(delapan puluh miliar rupiah) wajib memiliki Komisaris Independen
paling sedikit 50% (lima puluh perseratus) dari jumlah anggota
Dewan Komisaris.

Keberadaan Komisaris Independen dimaksud untuk mendorong


terciptanya iklim dan lingkungan kerja yang lebih obyektif dan
menempatkan kewajaran (fairness) dan kesetaraan di antara
berbagai kepentingan termasuk kepentingan pemegang saham
minoritas dan stakeholders lainnya.

2. BPR yang memiliki modal inti paling sedikit Rp50.000.000.000,00


(lima puluh miliar rupiah) dan kurang dari Rp80.000.000.000,00
(delapan puluh miliar rupiah) wajib memiliki paling sedikit 1 (satu)
orang Komisaris Independen

3/18/2016 methavison 64
JUMLAH, KOMPOSISI, KRITERIA, DAN
INDEPENDENSI KOMISARIS

3. Mantan anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif BPR atau pihak-pihak


yang mempunyai hubungan dengan BPR, yang dapat mempengaruhi
kemampuannya untuk bertindak independen, tidak dapat menjadi komisaris
independen pada BPR yang bersangkutan sebelum menjalani masa tunggu
(cooling off) selama 1 (satu) tahun.

Maksud dengan masa tunggu (cooling off) adalah tenggang waktu antara
berakhirnya secara efektif jabatan yang bersangkutan sebagai anggota
direksi atau pejabat Eksekutif atau hubungan lain dengan BPR, dengan
penganggakatan yang bersangkutan secara efektif sebegai Komisaris
Independen.

4. Ketentuan sebagaimana ditas, tidak berlaku bagi mantan anggota Direksi


atau Pejebat Eksekutif yang melakukan fungsi pengawasan.
Maksud dengan anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif yang dalam jabatan
terakhir melakukan fungsi pengawasan antara lain direktur atau Pejabat
Eksekutif yang menangani fungsi audit intern, kepatuhan, dan/atau
menajemen risiko pada BPR yang bersangkutan .
3/18/2016 methavison 65
JUMLAH, KOMPOSISI, KRITERIA, DAN
INDEPENDENSI KOMISARIS

21. Pembentukan Komite Remunerasi


1) BPR yang membentuk Komite Remunerasi dan
Nominasi harus memperhatikan rekomendasi
Komite Remunerasi dan Nominasi dalam setiap
usulan penggantian dan/atau pengangkatan
anggota Dewan Komisaris kepada Rapat Umum
Pemegang Saham.
2) Anggota Dewan Komisaris harus lulus uji
kemampuan dan kepatutan sesuai dengan
ketentuan yang mengatur mengenai uji
kemampuan dan kepatutan (fit and proper test)
yang berlaku bagi BPR.
3/18/2016 methavison 66
JUMLAH, KOMPOSISI, KRITERIA, DAN
INDEPENDENSI KOMISARIS
22. Rangkap Jabatan Komisaris
1) Anggota Dewan Komisaris hanya dapat mempunyai 2 (dua)
rangkap jabatan sebagai Anggota Dewan Komisaris pada
BPR dan/atau Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
2) Anggota Dewan Komisaris dilarang merangkap jabatan
sebagai anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif pada BPR,
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dan/atau Bank Umum.
3) Mayoritas anggota Dewan Komisaris dilarang memiliki
hubungan keluarga atau semenda sampai dengan derajat
kedua, dengan
a. Sesama anggota Dewan Komisaris dan
b. Anggota Direksi.
Maksud dengan mayoritas adalah lebih dari 50% (lima puluh
perseratus) dari seluruh jumlah anggota Dewan Komisaris.

3/18/2016 methavison 67
JUMLAH, KOMPOSISI, KRITERIA, DAN
INDEPENDENSI KOMISARIS
23. Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris
1) Dewan Komisaris wajib melaksanakan tugas dan tanggung
jawab secara indpenden
Maksud dengen independen adalah obyektif dan bebas dari
tekanan dan kepentingan pihak tertentu yang tidak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan, serta
melaksanakan tugas untuk kepentingan BPR secara
menyeluruh dan sesuai dengan maksdu dan tujuan BPR.

2) Dewan Komisaris wajib memastikan terselenggaranya


penerapan Tata Kelola sebagaimana dimaksud pada setiap
kegitan usaha BPR di seluruh tingkatan atau jenjang
organisasi.

.
3/18/2016 methavison 68
JUMLAH, KOMPOSISI, KRITERIA, DAN
INDEPENDENSI KOMISARIS

3) Dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud Dewan


Komisaris wajib mengarahkan, memantau, dan mengevaluasi
pelaksanaan kebijakan strategis BPR.
4) Dalam melaksanakan pengawasan, Dewan Komisaris dilarang ikut
serta dalam pengambilan keputusan mengenai kegiatan
operasional BPR, kecuali terkait dengan:
a. Penyediaan dana kepada pihak terkait sebagaimana ketentuan
yang mengatur mengenai batas maksimum pemberian kredit
BPR dan
b. Hal-hal lain yang ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan.
Dimaksud dengan kegiatan operasional adalah kegiatan
pemberian kredit, penghimpunan dana, dan kegiatan opersaional
lainnya
.
3/18/2016 methavison 69
JUMLAH, KOMPOSISI, KRITERIA, DAN
INDEPENDENSI KOMISARIS

5) Pengambilan keputusan oleh dewan Komisaris sebagaimana dimaksud


merupakan bagian dari tugas pengawasan sehingga tetap menjadi
tanggung jawab Direksi atas pelaksanaan tugas kepengurusan BPR.

6) Dewan Komisaris wajib memastikan bahwa Direksi menindaklanjuti


temuan audit dan rekomendasi dari satuan kerja atau pejabat yang
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan audit intern BPR, auditor
ekstern, hasil pengawasan Dewan komisaris, Otoritas Jasa Keuangan,
dan/atau otoritas lainnya.

Maksud dengan memastikan adalah melakukan upaya bahwa Direksi


telah melakukan tindakan perbaikan atau setidak- tidaknya mengingatkan
Direksi. Sedangkan yang dimaksud dengan otoritas lain, antara lain
adalah termasuk namun tidak terbats pada: BI, PPATK, LPS.

3/18/2016 methavison 70
JUMLAH, KOMPOSISI, KRITERIA, DAN
INDEPENDENSI KOMISARIS
7) Dewan Komisaris wajib memberitahukan:
a. Pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang
keuangan dan perbankan dan/atau
b. Keadaan atau perkiraan keadaan yang dapat membahayakan
kelangsungan usaha BPR.

Kepada Otoritas Jasa Keuangan paling kambat 10 (sepuluh)


hari kerja sejak ditemukannya pelanggaran, keadaan atau
perkiraan keadaan dimaksud.
Maksud keadaan atau perkiraan keadaan yang dapat
membahayakan kelangsungan usaha BPR adalah hal atau
perkiraan keadaan yang dapat menyebabkan BPR
ditempatkan dalam pengawasan khusus, diambilalih LPS,
dan/atau dicabut ijin usahanya

3/18/2016 methavison 71
JUMLAH, KOMPOSISI, KRITERIA, DAN
INDEPENDENSI KOMISARIS

8) Dalam rangka membantu pelaksanaan tugas dan


tanggungjawabnya, Dewan Komisaris pada BPR dengan modal inti
paling sedikit Rp 80.000.000.000,00 (delapan puluh milyar rupiah)
wajib membentuk paling sedikit:
a. Komite Audit, dan
b. Komite Pemantau Resiko.
9) Dewan Komisaris dapat membentuk Komite Renmunerasi dan
Nominasi dalam rangka membantu pelaksanaan tugas dan
tanggung jawabnya.
10) Pengangkatan anggota komite sebagaimana dimaksud dilakukan
oleh Direksi berdasarkan keputusan Rapat dewan Komisaris.
11) Dewan Komisaris wajib memastikan bahwa komite sebagaimana
dimaksud yang telah dibentuk, menjalankan tugasnya secara
efektif.
3/18/2016 methavison 72
JUMLAH, KOMPOSISI, KRITERIA, DAN
INDEPENDENSI KOMISARIS

12) Dewan Komisaris wajib memiliki serta melaksanakan


pedoman dan tata tertib kerja anggota Dewan Komisaris
13) Pedoman dan tata tertib kerja sebagaimana dimaksud paling
sedikit mencantumkan;
a. Etika kerja
b. Waktu kerja dan
c. Peraturan rapat

Maksud peraturan mengenai rapat antara lain mengatur


tentang agenda rapat, persyaratan kuorum, pengambilan
keputusan, hak anggota dalam hal perbedaan pendapat dalam
pengambilan keputusan dan risalah rapat

3/18/2016 methavison 73
JUMLAH, KOMPOSISI, KRITERIA, DAN
INDEPENDENSI KOMISARIS

14) Dewan Komisaris wajib menyediakan waktu yang cukup untuk


melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya secara optimal.

Maksud Indikator penyediaan waktu yang cukup dicerminkan antara


lain melalui kehadiran anggota Dewan Komisaris yang bersangkutan
sesuai waktu kerja yang telah ditetapkan dalam pedoman dan tata
tertib kerja bagi dewan Komisaris serta tingkat kehadiran yang
bersangkutan dalam rapat Dewan Komisaris.

15) Rapat Dewan Komisaris


a. Rapat Dewan Komisaris wajib diselenggarakan paling sedikit 1
(satu) kali dalam 3 (tiga) bulan dan dihadiri oleh seluruh anggota
Dewan Komisaris

3/18/2016 methavison 74
JUMLAH, KOMPOSISI, KRITERIA, DAN
INDEPENDENSI KOMISARIS

b. Agenda rapat sebagaimana dimaksud antara lain mengenai:


 Rencana bisnis BPR
 Isu-isu strategis BPR
 Evaluasi/penetapan kebijakan strategis dan/atau
 Evaluasi realisasi rencana bisnis BPR
c. Rapat Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud diselenggarakan dengan
kehadiran langsung atau dilakukan dengan menggunakan teknologi
telekonferensi, video konferensi atau sarana media elektronik lainnya yang
memungkinkan semua peserta RUPS saling melihat dan mendengar
secara langsung serta berpartisipasi dalam rapat.
d. Dewan Komisaris wajib menyelanggarakan rapat dengan agenda
penetapan rencana bisnis BPR sebagaimana dimaksud paling sedikit 1
(satu) kali dalam 1 (satu) tahun
e. Rapat Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud wajib diselenggarakan
dengan kehadiran langsung

3/18/2016 methavison 75
JUMLAH, KOMPOSISI, KRITERIA, DAN
INDEPENDENSI KOMISARIS

f. Permintaan penjelasan dapat dilakukan dalam rapat antara


Dewan Komisaris dengan Direksi.
g. Bila permintaan penjelasan dilakukan dalam bentuk rapat wajib
dituangkan dalam risalah rapat dan didokumentasikan dengan
baik.

17) Larangan Dewan Komisaris


a. Anggota Dewan Komisaris dilarang menggunakan BPR
untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain
yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan BPR
b. Anggota dewan Komisaris dilarang mengambil dan/atau
menerima keuntungan pribadi dari BPR selain remunerasi
dan fasilitas lainnya yang ditetapkan Rapat Umum
Pemegang saham dengan memperhatikan kewajaran
dan/atau kesesuaian dengan peraturan perundang-
undangan.
3/18/2016 methavison 76
JUMLAH, KOMPOSISI, KRITERIA, DAN
INDEPENDENSI KOMISARIS

18) Kewajiban Dewan Komisaris


Dalam rangka penerapan Tata kelola, anggota Dewan
Komisaris wajib mengungkapkan:
a. Kepemilikan sahamnya, baik pada BPR yang
bersangkutan maupun perusahaan lain
b. Hubungan keluarga dan/atau hubungan keluarga
dengan aggota Dewan Komisaris lain, anggota Direksi,
dan/atau pemegang saham BPR dan
c. Remunerasi dan fasilitas lainnya yang diterima.

3/18/2016 methavison 77
SESI : 18

KOMITE-KOMITE DALAM PENERAPAN


TATA KELOLA ( GCG )

3/18/2016 methavison 78
BAGI BPR DENGAN MODAL MASIH DI
BAWAH RP 80 MILYAR, MAKA TIDAK
PERLU DIBENTUK KOMITE, SEHINGGA
FUNGSI KOMITE DILAKSANAKAN OLEH
ANGGOTA DEWAN KOMISARIS SEPERTI :
TUGAS & TANGGUNG JAWAB :

1. KOMITE AUDIT
2. KOMITE PEMANTUAN RISIKO
3. KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI

3/18/2016 methavison 79
STRUKTUR DAN KEANGGOTAAN KOMITE

ANGGOTA KOMITE AUDIT


1. Anggota Komite Audit paling sedikit terdiri dari:
a. seorang Komisaris Independen;
b. seorang pihak independen yang memiliki kompetensi
dana atau pengalaman di bidang keuangan atau
akuntansi dan
c. seorang pihak independen yang memiliki komptensi
dan atau pengalaman di bidang hukum atau
perbankan.
2. Komite Audit harus diketuai oleh Komisaris Independen.
3. Anggota Direksi dilarang menjadi anggota Komite Audit
4. Mayoritas anggota Komite Audit terdiri dari Komisaris
Independen dan Pihak Independen.
5. Anggota Komite Audit harus memiliki integritas.

3/18/2016 methavison 80
STRUKTUR DAN KEANGGOTAAN KOMITE
ANGGOTA KOMITE PEMANTAUAN
1. Anggota Komite Pemantau Risiko paling sedikit terdiri dari:
a. seorang Komisaris Independen;
b. seorang pihak independen yang memiliki kompetensi
dana atau pengalaman di bidang keuangan atau
akuntansi dan
c. seorang pihak independen yang memiliki kompetensi
dana atau pengalaman di bidang manajemen risiko.
2. Komite Pemantau Risiko harus diketuai oleh Komisaris
Independen.
3. Anggota direksi dilarang menjadi anggota Komite
Pemantauan Risiko.
4. Mayoritas anggota Komite Pemantau Risiko terdiri dari
Komisaris Independen dan Pihak Independen.
5. Anggota Komite Pemantau Risiko harus memiliki integritas
yang baik.

3/18/2016 methavison 81
STRUKTUR DAN KEANGGOTAAN KOMITE

KOMITE REMUNERASI & NOMINASI


1. Dalam hal BPR membentuk Komite Remunerasi dan
Nominasi, anggota Komite Remunerasi dan Nominasi
paling sedikit terdiri dari 1 (satu) orang:
a. Komisaris Independen;
b. Komisaris; dan
c. Pejabat eksekutif
2. Ketua Komite Remunerasi dan Nominasi adalah
Komisaris Independen.
3. Anggota Direksi dilarang menjadi anggota Komite
Remunerasi dan Nominasi

JABATAN RANGKAP KEDUA KOMITE


Ketua dari komite hanya dapat merangkap jabatan sebagai
ketua komite pada 1 (satu) komite lainnya

3/18/2016 methavison 82
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB KOMITE AUDIT

1. Dalam rangka menilai kecukupan pengendalian intern termasuk


kecukupan proses pelaporan keuangan, Komite Audit melakukan
pemantauan dan evaluasi atas perencanaan dan pelaksanaan audit
serta pemantauan atas tindak lanjut hasil audit.
2. Dalam rangka melaksanakan tugas komite audit, komite harus
memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris, Komite Audit
paling sedikit melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap:
a. pelaksanaan tugas Satuan Kerja Audit Intern;
b. kesesuaian pelaksanaan audit oleh kantor akuntan publik dengan
standar audit;
c. kesesuaian laporan keuangan dengan standar akuntansi yang
berlaku bagi BPR;
d. pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas hasil temuan satuan
kerja audit intern atau pejabat yang menangani audit intern,
akuntan publik, dan hasil pengawasan Dewan Komisaris, OJK.,
atau otoritas lainnya.
3. Komite Audit wajib memberikan rekomendasi mengenai penunjukan
Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik kepada Dewan Komisaris
untuk disampaikan kepada Rapat Umum Pemegang Saham
3/18/2016 methavison 83
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB KOMITE
PEMANTAUAN RISIKO

1. Komite pemantauan risiko memberikan rekomendasi


kepada dewan komisaris
2. Dalam rangka memberikan rekomendasi Komite
Pemantau Risiko paling sedikit melakukan:
a. evaluasi tentang kesesuaian antara kebijakan
manajemen risiko dengan pelaksanaan kebijakan
tersebut;
b. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan tugas
Komite Manajemen Risiko dan Satuan Kerja
Manajemen Risiko.

3/18/2016 methavison 84
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB KOMITE
REMUNERASI & NOMISASI
1. evaluasi dan rekomendasi terkait kebijakan remunerasi;
dan
2. penyusunan dan pemberian rekomendasi terkait kebijakan
nominasi
3. Dalam rangka melaksanakan tugas dan tanggungjawab,
komite remunerasi & nominasi dalam rekomendasi
kepada Dewan Komisaris, paling sedikit melakukan
pemantauan dan evaluasi terhadap:
a. kinerja keuangan dan pemenuhan cadangan
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan;
b. prestasi kerja individual;
c. kewajaran dengan peer group; dan
d. pertimbangan sasaran dan strategi jangka panjang BPR

3/18/2016 methavison 85
PEDOMAN KERJA, TATA TERTIB & RAPAT KOMITE

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA BAGI ANGGOTA KOMITE


1. BPR wajib memiliki pedoman dan tata tertib kerja bagi setiap anggota
komite.
2. Pedoman dan tata tertib kerja komite, paling sedikit mencantumkan:
a. etika kerja;
b. waktu kerja; dan
c. peraturan rapat

RAPAT KOMITE
1. Rapat Komite diselenggarakan sesuai dengan pedoman dan tata tertib
yang telah ditetapkan.
2. Rapat Komite Audit atau Komite Pemantau Risiko dilaksanakan apabila
dihadiri oleh mayoritas anggota komite termasuk seorang komisaris
independen dan pihak independen.
3. Dalam hal BPR membentuk Komite Remunerasi dan Nominasi, Rapat
Komite Remunerasi dan Nominasi harus dihadiri oleh mayoritas
anggota Komite Remunerasi dan Nominasi, termasuk seorang
Komisaris Independen dan Pejabat Eksekutif.

3/18/2016 methavison 86
PENGAMBIL KEPUTUSAN RAPAT KOMITE

1. Pengambilan keputusan rapat Komite dilakukan dengan


cara musyawarah untuk mencapai mufakat.
2. Dalam hal mufakat tidak tercapai pengambilan keputusan
rapat dilakukan berdasarkan suara terbanyak.
3. Hasil rapat komite wajib dituangkan dalam risalah rapat
dan didokumentasikan dengan baik.
4. Perbedaan pendapat yang terjadi dalam rapat Komite
sebagaimana, wajib dicantumkan secara jelas dalam
risalah rapat beserta alasan perbedaan pendapat tersebut

3/18/2016 methavison 87
SESI : 19 - 20

PENERAPAN
FUNGSI KEPATUHAN,
FUNGSI AUDIT INTERN &
FUNGSI AUDIT EKSTERN

3/18/2016 methavison 88
FUNGSI KEPATUHAN
1. BPR wajib memastikan kepatuhan terhadap peraturan
Otoritas Jasa Keuangan dan peraturan perundang-
undangan lainnya.

2. Dalam rangka memastikan kepatuhan sebagaimana


dimaksud dalam point 1, BPR wajib memiliki anggota
Direksi yang membawahkan fungsi kepatuhan.

3. Dalam rangka membantu pelaksanaan tugas anggota


Direksi yang membawahkan fungsi kepatuhan, BPR yang
memiliki modal inti paling sedikit Rp 50 milyar wajib
membentuk satuan kerja kepatuhan (compliance unit) yang
independen terhadap satuan kerja operasional.

3/18/2016 methavison 89
FUNGSI KEPATUHAN
.
4. Dalam rangka membantu pelaksanaan tugas anggota Direksi
yang membawahkan fungsi kepatugan, BPR yang memiliki
modal inti kurang dari Rp 50 milyar wajib menunjuk pejabat
eksekutif yang independen terhadap operasional BPR untuk
melaksanakan fungsi kepatuhan.
5. Satuan kerja kepatuhan sebagaimana dimaksud pada point 3
dan pejabat eksekutif sebagaimana dimaksud pada point 4
bertanggung jawab langsung kepada anggota Direksi yang
membawahkan fungsi kepatuhan sebagaimana dimaksud pada
point 2.
6. Satuan kerja kepatuhan atau pejabat eksekutif yang menangani
fungsi kepatuhan sebagaimana dimaksud pada point 3 dan point
4 wajib menyusun dan/atau mengkinikan pedoman kerja, system
dan prosedur kepatuhan.

3/18/2016 methavison 90
FUNGSI KEPATUHAN
.
7. Anggota Direksi yang membawahkan fungsi kepatuhan pada BPR yang
memiliki modal inti paling sedikit Rp 50 milyar wajib independen dan
memenuhi persyaratan paling sedikit :
a. Tidak merangkap sebagai Direktur Utama
b. Tidak membawahkan bidang operasional peng-himpunan dan penyaluran
dana
c. Memahami peraturan Otoritas Jasa Keuangan dan peraturan perundang-
undangan lain yang berkaitan dengan perbankan, dan
d. Mampu bekerja secara independen.

8. Anggota Direksi BPR yang membawahkan fungsi kepatuhan pada BPR


yang memiliki modal inti kurang dari Rp 50 milyar wajib independen dan
memenuhi persyaratan paling sedikit :
a. Tidak menangani penyaluran dana, dan
b. Memahami peraturan Otoritas Jasa Keuangan serta peraturan
perundang-undangan lain yang berkaiatan dengan perbankan.

3/18/2016 methavison 91
PENGANGKATAN, PEMBERHENTIAN DAN ATAU
PENGUNDURAN DIRI ANGGOTA DIREKSI MEMBAWAHKAN
FUNGSI KEPATUHAN
1. Dalam hal anggota direksi yang mebawahkan fungsi kepatuhan
berhalangan sementara sehingga tidak dapat menjalankan tugas
jabatannya selama lebih dari 10 (sepuluh) hari kerja berturut-turut,
pelaksanaan tugas yang bersangkutan wajib digantikan sementara oleh
anggota Direksi lain sampai dengan anggota Direksi yang
membawahkan fungsi kepatuhan dapat menjalankan tugas jabatannya
kembali.
2. Dalam hal anggota direksi yang mebawahkan fungsi kepatuhan
berhalangan tetap , mengundurkan diri, atau habis masa jabatannya,
BPR wajib mengangkat pengganti anggota Direksi yang membawahkan
fungsi kepatuhan.
3. Selama proses penggantian anggota Direksi yang membawahkan fungsi
kepatuhan berhalangan tetap , mengundurkan diri, atau habis masa
jabatannya, BPR wajib menunjuk anggota Direksi lain untuk sementara
melaksanakan tugas sebagai anggota Direksi yang membawahkan
fungsi kepatuhan.
3/18/2016 methavison 92
PENGANGKATAN, PEMBERHENTIAN DAN ATAU
PENGUNDURAN DIRI ANGGOTA DIREKSI MEMBAWAHKAN
FUNGSI KEPATUHAN
4. Anggota Direksi yang melaksanakan tugas sementara untuk membawahkan
fungsi kepatuhan, baik karena berhalangan sementara atau berhalangan
tetap, mengundurkan diri, atau habis masa jabatannya, harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut :
a. Anggota Direksi yang membawahkan fungsi kepatuhan pada BPR yang
memiliki modal inti paling sedikit Rp 50 milyar wajib independen dan
memenuhi persyaratan paling sedikit :
1) Tidak merangkap sebagai Direktur Utama
2) Tidak membawahkan bidang operasional peng-himpunan dan
penyaluran dana
3) Memahami peraturan Otoritas Jasa Keuangan dan peraturan
perundang-undangan lain yang berkaitan dengan perbankan, dan
4) Mampu bekerja secara independen.
b. Anggota Direksi BPR yang membawahkan fungsi kepatuhan pada BPR
yang memiliki modal inti kurang dari Rp 50 milyar wajib independen dan
memenuhi persyaratan paling sedikit :
a. Tidak menangani penyaluran dana, dan
b. Memahami peraturan Otoritas Jasa Keuangan serta peraturan
perundang-undangan lain yang berkaiatan dengan perbankan.
3/18/2016 methavison 93
PENGANGKATAN, PEMBERHENTIAN DAN ATAU
PENGUNDURAN DIRI ANGGOTA DIREKSI MEMBAWAHKAN
FUNGSI KEPATUHAN

5. Dalam hal tidak terdapat anggota Direksi lain, anggota Direksi yang
membawahkan fungsi kepatuhan dapat dirangkap sementara oleh
anggota Direksi lainnya yang membawahkan fungsi sebagaimana
dimaksud point 4 di atas.

6. BPR wajib melaporkan penggantian sementara jabatan Direktur


yang membawahkan fungsi kepatuhan kepada Otoritas Jasa
Keuangan.

3/18/2016 methavison 94
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI MEMBAWAHKAN
FUNGSI KEPATUHAN

Direktur yang mebawahkan fungsi kepatuhan bertanggung jawab


paling sedikit untuk:
1. menetapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk
memastikan BPR telah memenuhi seluruh peraturan Otoritas
Jasa Keuangan dan peraturan perundang-undangan lain
dalam rangka pelaksanaan prinsip kehati-hatian;

2. memantau dan menjaga agar kegiatan usaha BPR tidak


menyimpang dari peraturan perundang-undangan; dan
memantau dan menjaga kepatuhan BPR terhadap seluruh
komitmen yang dibuat oleh BPR kepada Otoritas Jasa
Keuangan

3/18/2016 methavison 95
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI MEMBAWAHKAN
FUNGSI KEPATUHAN

4. memantau dan menjaga kepatuhan BPR terhadap seluruh


komitmen yang dibuat oleh BPR kepada Otoritas Jasa Keuangan.
5. Dalam melaksanakan tugas Direksi yang membawahkan fungsi
kepatuhan wajib mencegah Direksi BPR untuk tidak menetapkan
kebijakan dan/atau keputusan yang menyimpang dari peraturan
Otoritas Jasa Keuangan dan peraturan perundang-undangan lain
6. Dalam hal anggota Direksi yang membawahkan fungsi kepatuhan
terbukti telah melakukan pencegahan secara optimum namun masih
terjadi penyimpangan, pertanggung jawaban atas penyimpangan
terjadi merupakan tanggung jawab direksi BPR, dengan
mempertimbangkan cakupan upaya pencegahan yang telah
dilakukan anggota Direksi yang membawahkan fungsi kepatuhan
dengan pada perundang-undang dan peraturan yang berlaku

3/18/2016 methavison 96
KEWAJIBAN LAPORAN DIREKSI MEMBAWAHKAN
FUNGSI KEPATUHAN

1. Anggota direksi yang membawahkan fungsi kepatuhan, wajib


melaporkan pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya secara
berkala kepada Direktur Utama dengan tembusan kepada Dewan
Komisaris.

2. Dalam hal Anggota Direksi BPR yang membawahkan fungsi


kepatuhan pada BPR yang memiliki modal inti kurang dari Rp50.M
wajib independen dan memenuhi persyaratan paling sedikit:
a. tidak menangani penyaluran dana; dan
b. memahami peraturan OJK serta peraturan perundang-undangan
lain yang berkaitan dengan perbankan.
Merupakan Direktur Utama, anggota Direksi yang membawahkan
fungsi kepatuhan wajib melaporkan pelaksanaan tugas dan
tanggung jawabnya secara berkala kepada Dewan Komisaris

3/18/2016 methavison 97
FUNGSI AUDIT INTERN
.
Fungsi Audit Intern
1. BPR wajib menerapkan fungsi audit intern secara
efektif.
2. BPR yang memiliki modal inti sebesar Rp 50 milyar
atau lebih wajib membentuk Satuan Kerja Audit Intern
yang independen terhadap fungsi operasional.
3. BPR yang memiliki modal inti kurang dari Rp 50 milyar
wajib menunjuk 1 (satu) orang pejabat eksekutif yang
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi audit
intern yang independen terhadap fungsi operasional.
4. Satuan Kerja Audit Intern atau pejabat eksekutif
sebagaimana dimaksud dalam point 2 dan 3 bertugas
dan bertanggung jawab :

3/18/2016 methavison 98
FUNGSI AUDIT INTERN
.
a. Membantu tugas Direktur Utama dan Dewan Komisaris
dalam melakukan pengawasan operasional BPR yang
mencakup perencanaan, pelaksanaan maupun pemantauan
hasil audit.
b. Membuat analisi dan penilaian di bidang keuangan,
akuntantansi, operasional dan kegiatan lainnya paling sedikit
dengana cara pemeriksaan langsung dan analisis dokumen.
c. Mengidentifikasi segala kemungkinan untuk memperbaiki
dan meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya dan
dana, dan
d. Memberikan saran perbaikan dan informasi yang objektif
tentang kegiatan yang diperiksa pada semua tingkatan
manajemen.

3/18/2016 methavison 99
FUNGSI AUDIT INTERN
.
5. Satuan Kerja Audit Intern atau pejabat eksekutif yang
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi audit intern
bertanggung jawab langsung Kepada Direktur Utama.
6. Dalam melaksanakan tugasnya, Satuan Kerja Audit Intern
atau pejabat eksekutif yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan fungsi audit intern wajib menyampaikan laporan
kepada Direktur Utama dan Dewan Komisaris dengan
tembusan kepada anggota Direksi yang membawahkan
fungsi kepatuhan.
7. Kepala Satuan Kerja Audit Intern atau Pejabat Eksekutif yang
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi audit intern
diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama dengan
mempertimbangkan pendapat Dewan Komisaris.

3/18/2016 methavison 100


FUNGSI AUDIT EKSTERN
.
21) Fungsi Audit Ekstern
1. Dalam rangka penerapan fungsi audit ekstern, BPR wajib
menunjuk Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik yang
terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan untuk melakukan audit
laporan keuangan taahunan BPR.
2. Dalam hal BPR telah memiliki Komite Audit, penunjukkan
Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik sebagaimana
dimaksud pada point 1 wajib terlebih dahulu memperoleh
persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham, berdasarkan calon
yang diajukan oleh Dewan Komisaris sesuai rekomendasi Komite
Audit.
3. Pelaksanaan audit sebagaimana dimaksud pada point 1 dan
penujukkan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik
sebagaimana dimaksud pada point 2 wajib memenuhi ketentuan
yang mengatur mengenai transparansi kondisi keuangan BPR.
3/18/2016 methavison 101
SESI : 21 - 22

PENERAPAN
MANAJEMEN RESIKO

3/18/2016 methavison 102


PENERAPAN MANAJEMEN
RISIKO
BPR wajib menerapkan manajemen risiko secara
efektif, yang disesuaikan dengan tujuan, kebijakan
usaha, ukuran, dan kompleksitas usaha serta
kemampuan BPR dengan berpedoman pada
persyaratan dan tata cara sebagaimana ditetapkan
dalam ketentuan yang mengatur mengenai penerapan
manajemen risiko bagi BPR, yaitu POJK No.
13/POJK 03/2015 tentang Penerapan Manajemen
Risiko bagi BPR (Pembahasan ini berlanjut pada
pelatihan berikutnya)

3/18/2016 methavison 103


LINGKUP MANAJEMEN RISIKO
APA & BAGAIMANA MENAJEMEN RISIKO ?

3/18/2016 DR. Tatang S Herisman, 104


SE.MM.,AK.,CA
LINGKUP MANAJEMEN RISIKO -1
1. BPR wajib menerapkan Manajemen Risiko sebagaimana diatur
dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini.

2. Penerapan Manajemen Risiko paling sedikit meliputi:


a. Pengawasan Direksi dan Dewan Komisaris.
b. Kecukupan kebijakan, prosedur, dan limit yaitu
1) kebijakan Manajemen Risiko;
2) prosedur Manajemen Risiko; dan
3) penetapan limit Risiko
c. Kecukupun proses dan system, yaitu :
1) Proses indentifikasi, pengukuran, pemantauan dan
pengendalian risiko.
2) System informasi manajemen risiko.
d. Sistem pengendalian Intern

3/18/2016 DR. Tatang S Herisman, 105


SE.MM.,AK.,CA
LINGKUP MANAJEMEN RISIKO- 2

ASPEK – ASPEK PENILAIAN KUALITAS


PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BPR

3/18/2016 DR. Tatang S Herisman, 106


SE.MM.,AK.,CA
LINGKUP MANAJEMEN RISIKO- 3
ASPEK – ASPEK PENILAIAN KUALITAS
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BPR -1

3/18/2016 DR. Tatang S Herisman, 107


SE.MM.,AK.,CA
LINGKUP MANAJEMEN RISIKO- 4
ASPEK – ASPEK PENILAIAN KUALITAS
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BPR -2

3/18/2016 DR. Tatang S Herisman, 108


SE.MM.,AK.,CA
SESI : 23

BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN


KREDIT

3/18/2016 methavison 109


BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN
KREDIT (BMPK)
1. BPR wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dalam
penyediaan dana dengan berpedoman pada
ketentuan yang mengatur mengenai batas
maksimum pemberian kredit.
2. BMPK di maksud adalah :
 BMPK kepada pihak terkait ditetapkan paling tinggi 10%
dari modal BPR.
 BMPK penempatan dana kepada BPR lain yang merupakan
pihak tidak terkait ditetapkan paling tinggi 20% dari Modal
 BPR.
 BMPK kepada 1 (satu) Peminjam Pihak Tidak Terkait
ditetapkan paling tinggi 20% (dua puluh persen) dari Modal
BPR.
 BMPK kepada 1 (satu) kelompok peminjam pihak tidak
terkait ditetapkan paling tinggi 30% dari Modal BPR.
3/18/2016 methavison 110
SESI : 24

RENCANA BISNIS BANK


PERKREDITAN RAKYAT

3/18/2016 methavison 111


RENCANA BISNIS BPR

1. BPR wajib menyusun rencana bisnis yang


mencakup rencana strategis jangka panjang
dan rencana bisnis tahunan.
Maksud rencana strategis adalah rencana bisnis
untuk jangka waktu paling singkat 5 (lima) tahun
ke depan.
2. BPR menyampaikan rencana bisnis
sebagaimana dimaksud dan perubahannya
kepada Otoritas Jasa Keuangan dengan
berpedoman pada ketentuan yang mengatur
mengenai rencana bisnis BPR.

3/18/2016 methavison 112


SESI : 25

ASPEK TRANSPARANSI
KONDISI BPR

3/18/2016 methavison 113


ASPEK TRANSPARANSI KONDISI BPR

1. BPR wajib melaksanakan transparansi kondisi keuangan


dan non keuangan sebagaimana diatur dalam ketentuan
yang mengatur mengenai transparansi kondisi keuangan
BPR.
Dimaksud dengan kondisi non keuangan meliputi antara
lain kepengurusan, kepemilikan, perkembangan usaha
BPR dan kelompok usaha BPR, strategi dan kebijakan
manajemen, dan laporan manajemen.
2. Dalam rangka pelaksanaan transparansi kondisi keuangan
dan non keuangan sebagaimana dimaksud , BPR wajib
menyusun dan menyajikan laporan dengan tata cara, jenis
dan cakupan sebagaimana diatur dalam ketentuan yang
mengatur mengenai transparansi kondisi keuangan BPR.

3/18/2016 methavison 114


ASPEK TRANSPARANSI KONDISI BPR

3. BPR wajib melaksanakan transparansi informasi


mengenai produk dan/atau layanan dan
penggunaan data nasabah BPR dengan
berpedoman pada persyaratan dan tata cara
sebagaimana diatur dalam ketentuan Otoritas
Jasa Keuangan yang mengatur mengenai
perlindungan konsumen sektor jasa keuangan
dan ketentuan yang mengatur mengenai
transparansi informasi produk bank dan
penggunaan data pribadi nasabah.

3/18/2016 methavison 115


SESI : 26

PELAPORAN INTERN DAN


BENTURAN KEPENTINGAN

3/18/2016 methavison 116


PELAPORAN INTERN DAN BENTURAN
KEPENTINGAN
1. Dalam rangka meningkatkan kualitas proses
pengambilan keputusan oleh Direksi dan kualitas
proses pengawasan Dewan Komisaris, BPR
wajib memastikan ketersediaan dan kecukupan
pelaporan intern yang didukung oleh system
informasi manajemen yang memadai.
Dimaksud dengan sistem informasi manajemen
yang memadai adalah system informasi yang
mampu menyediakan data dan informasi yang
lengkap, akurat, kini, dan utuh untuk pengambilan
keputusan.

3/18/2016 methavison 117


PELAPORAN INTERN DAN BENTURAN
KEPENTINGAN
2. Dalam hal terjadi benturan kepentingan, anggota
Direksi, anggota dewan Komisaris, dan Pejabat
Eksekutif dilarang mengambil tindakan yang dapat
merugikan BPR atau mengurangi keuntungan BPR
dan wajib mengungkapkan benturan kepentingan
dimaksud dalam setiap keputusan.
Dimaksud denan benturan kepentingan antara lain
adalah perbedaan antara kepentingan ekonomis BPR
dengan kepentingan ekonomis pribadi pemilik,
anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, Pejabat
Eksekutif, dan/atau pihak terkait dengan BPR.

3/18/2016 methavison 118


PELAPORAN INTERN DAN BENTURAN
KEPENTINGAN
3. Ketentuan dimaksudkan agar anggota Direksi,
anggota Dewan Komisaris, dan Pejabat Eksekutif
menghindarkan diri dari pemngembilan suatu
keputusan dalam situasi dan kondisi terdapat
benturan kepentingan.
4. Apabila keputusan tetap harus diambil maka pihak-
pihak dimaksud harus mengutamakan kepentingan
ekonomis BPR dan menghindarkan BPR dari
kerugian yang mungkin timbul atau kemungkinan
berkurangnya keuntungan BPR serta
mngungkapkan kondisi benturan kepentingan
tersebut dalam setiap keputusan.

3/18/2016 methavison 119


PELAPORAN INTERN DAN BENTURAN
KEPENTINGAN

5. Pemberian perlakuan istimewa kepada pihak-


pihak tertentu di luar prosedur dan ketentuan
yang berlaku termasuk dalam kategori
benturan kepentingan yang menimbulkan
kerugian BPR atau mengurangi keuntungan
BPR, antara lain pemberian suku bunga yang
tidak sesuai dengan prosedur dan ketentuan
yang berlaku.

3/18/2016 methavison 120


SESI : 27 - 28

LAPORAN DAN PENILAIAN


PENERAPAN TATA KELOLA ( GCG )

3/18/2016 methavison 121


LAPORAN DAN PENILAIAN PENERAPAN
TATA KELOLA (GCG)
1. Dalam rangka pelaksanaan tugas Anggota Direksi
yang membawahkan fungsi kepatuhan, BPR wajib
menyampaikan laporan kepada Otoritas Jasa
Keuangan, yaitu:
a. Laporan pokok-pokok pelaksanaan tugas anggota
Direksi yang membawahkan fungsi kepatuhan.
b. Laporan khusus mengenai kebijakan dan/atau
keputusan Direksi yang menurut pendapat
anggota Direksi yang membawahkan fungsi
kepatuhan telah menyimpang dari peraturan
otoritas Jasa Keuangan dan/atau perundang-
udangan lain.

3/18/2016 methavison 122


LAPORAN DAN PENILAIAN PENERAPAN
TATA KELOLA (GCG)
2. Laporan sebagaimana dimaksud harus ditandatangani
oleh anggota Direksi yang membawahkan fungsi
kepatuhan dan Direktur Utama.
3. Dalam hal Direktur Utama melaksanakan fungsi
sebagai anggota Direksi yang membawahkan fungsi
kepatuhan, laporan sebagaimana dimaksud
ditandatangai oleh Direktur Utama.
4. Laporan sebagaimana dimaksud wajib disusun oleh
BPR setiap akhir bulan Desember dan disampaikan
kepada Otoritas Jasa Keuangan, paling lambat 3 (tiga)
bulan setelah akhir bulan laporan.

3/18/2016 methavison 123


LAPORAN DAN PENILAIAN PENERAPAN
TATA KELOLA (GCG)
5. Laporan sebagaimana dimaksud harus
ditandatangani oleh anggota Direksi yang
membawahkan fungsi kepatuhan.

6. Laporan sebagaimana dimaksud wajib


disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan
paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak
ditemukannya penyimpangan.

3/18/2016 methavison 124


LAPORAN FUNGSI AUDIT INTERN

1. Dalam rangka pelaksanaan fungsi audit intern, BPR


wajib menyampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan:
a. laporan pengangkatan atau pemberhentian Kepala
Satuan Kerja Audit Intern atau pejabat eksekutif
yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
fungsi audit intern yang disertai dengan
pertimbangan dan alasan pengangkatan atau
pemberhentian;
b. laporan pelaksanaan dan pokok-pokok hasil audit
intern termasuk informasi hasil audit yang bersifat
rahasia; dan
c. laporan khusus mengenai setiap temuan audit
intern yang diperkirakan dapat mengganggu
kelangsungan usaha BPR.
3/18/2016 methavison 125
LAPORAN FUNGSI AUDIT INTERN

2. BPR dengan modal inti paling sedikit


Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah)
wajib menyampaikan laporan hasil kaji ulang oleh
pihak ekstern yang memuat pendapat tentang hasil
kerja Satuan Kerja Audit Intern atau Pejabat
Eksekutif yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan fungsi audit intern dan kepatuhannya
terhadap standar pelaksanaan fungsi audit intern
BPR serta perbaikan yang mungkin dilakukan

3/18/2016 methavison 126


WAKTU DAN PENANDA TANGANAN LAPORAN
FUNGSI AUDIT INTERN

1. laporan pengangkatan atau pemberhentian Kepala Satuan Kerja


Audit Intern atau pejabat eksekutif yang bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan fungsi audit intern yang disertai dengan
pertimbangan dan alasan pengangkatan atau pemberhentian,
harus ditandatangani oleh Direktur Utama dan Komisaris Utama
serta wajib disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan paling
lambat 10 (sepuluh) hari kerja setelah tanggal pengangkatan
atau pemberhentian Kepala Satuan Kerja Audit Intern atau
Pejabat Eksekutif yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan fungsi audit intern.

2. laporan pelaksanaan dan pokok-pokok hasil audit intern


termasuk informasi hasil audit yang bersifat rahasia, harus
ditandatangani oleh Direktur Utama dan Komisaris Utama serta
wajib disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan setiap akhir
tahun, paling lambat 1 (satu) bulan setelah bulan laporan
3/18/2016 methavison 127
WAKTU DAN PENANDA TANGANAN LAPORAN
FUNGSI AUDIT INTERN

3. laporan khusus mengenai setiap temuan audit intern yang


diperkirakan dapat mengganggu kelangsungan usaha BPR,
harus ditandatangani oleh Direktur Utama dan Komisaris
Utama serta wajib disampaikan kepada Otoritas Jasa
Keuangan paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak temuan
audit diketahui.

4. Laporan bagi BPR modal inti palaing sedikit Rp 50 M, wajib


disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan paling sedikit
sekali dalam 3 (tiga) tahun setelah hasil kaji ulang oleh pihak
ekstern diterima oleh BPR.

5. Laporan pada poin 4 di atas, wajib disampaikan kepada


Otoritas Jasa Keuangan paling lambat 1 (satu) bulan setelah
hasil kaji ulang oleh pihak ekstern sebagaimana dimaksud
dalam pasal 70 diterima oleh BPR
3/18/2016 methavison 128
LAPORAN TATA KELOLA (GCG)

1. BPR wajib menyusun laporan penerapan Tata


Kelola setiap akhir tahun.
2. Laporan penerapan Tata Kelola sebagaimana
dimaksud paling sedikit meliputi :
a. Ruang lingkup Tata Kelola sebagaimana
dimaksud dan hasil penilaian (self assessment)
atas penerapan Tata Kelola BPR
b. Kepemilikan saham anggota Direksi serta
hubungan keuangan dan/atau hubungan
keluarga anggota Direksi dengan anggota
Dewan Komisaris, anggota Direksi lain dan/atau
pemegang saham BPR sebagaimana
dimaksud.
3/18/2016 methavison 129
LAPORAN TATA KELOLA (GCG)
c. kepemilikan saham anggota Dewan Komisaris serta hubungan
keuangan dan/atau hubungan keluarga Dewan Komisaris dengan
anggota Dewan Komisaris lain, anggota Direksi dan/atau pemegang
saham BPR .
d. Paket/kebijakan remunerasi dan fasilitas lain bagi Direksi dan Dewan
Komisaris sebagaimana dimaksud.

Pengungkapan paket/kebijakan remunerasi ini menjadai tolok ukur bagi


Stakeholders dalam menilai kesesauaian remunerasi dengan hasil
kinerja BPR yang dikelola Direksi dan Dewan Komisaris.

Dimaksud dengan fasilitas lain adalah fasilitas yang diterima tidak dalam
bentuk keuangan, antara lain fasilitas perumahan, fasilitas transportasi
dan fasilitas kesehatan.
e. Rasio gaji tertinggi dan gaji terendah
f. Frekuensi rapat Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud
g. Jumlah penyimpangan intern yang terjadi dan upaya penyelesaian oleh
BPR
3/18/2016 methavison 130
LAPORAN TATA KELOLA (GCG)

h. jumlah permasalahan hukum dan upaya


penyelesaian oleh BPR
i. transaksi yang mengandung benturan kepentingan
j. pemberian dana untuk kegiatan social dan kegiatan
politik, baik nominal maupun penerima dana.
3. Pengungkapan paket/kebijakan remunerasi dan fasilitas
lain bagi Direksi dan dewan komisaris sebagaimana
dimaksud paling sedikit mencakup jumlah anggota
Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan jumlah
keseluruhan gaji, tunjangan, tantiem, kompensasi
berbasis saham, bentuk remunerasi lainnya dan fasilitas
yang ditetapkan berdasarkan keputusan Rapat Umum
Pemegang Saham.
3/18/2016 methavison 131
LAPORAN TATA KELOLA (GCG)

1. BPR wajib menyampaikan laporan penerapan Tata Kelola


paling lambat 4 (empat) bulan setelah tanggal 31 Desember
kepada pemegang saham dan paling sedikit kepada:
a. Otoritas Jasa Keuangan;
b. Asosiasi BPR di Indonesia; dan
c. 1 (satu) kantor media atau majalah ekonomi dan
keuangan.

2. Bagi BPR yang telah memiliki situs web wajib


menginformasikan laporan penerapan Tata Kelola
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada laman
(homepage) BPR paling lambat 4 (empat) bulan setelah
tanggal 31 Desember.

3/18/2016 methavison 132


LAPORAN TATA KELOLA (GCG)

3. BPR dianggap terlambat menyampaikan laporan penerapan


Tata Kelola apabila BPR menyampaikan laporan dimaksud
kepada Otoritas Jasa Keuangan melampaui batas akhir
waktu penyampaian laporan tetapi belum melampaui 1
(satu) bulan sejak batas akhir waktu penyampaian laporan.

4. BPR dianggap tidak menyampaikan laporan Tata Kelola


apabila BPR belum menyampaikan laporan dalam batas
waktu keterlambatan.

5. BPR yang tidak menyampaikan laporan Tata Kelola tetap


diwajibkan untuk menyampaikan laporan Tata Kelola
sebelum akhir tahun berikutnya

3/18/2016 methavison 133


SESI : 29

PENILAIAN SENDIRI (SELF ASSESMENT)


TERHADAP TATA KELOLA

3/18/2016 methavison 134


PENILAIAN SENDIRI TERHADAP
PENERAPAN TATA KELOLA
1. BPR wajib melakukan penilaian sendiri (self assessment) atas
penerapan Tata Kelola BPR paling sedikit 1 (satu) kali dalam
setahun.

2. Hasil penilaian sendiri (self assessment) penerapan Tata


Kelola merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan
penerapan Tata Kelola.

3. Dalam rangka melakukan penilaian terhadap Tata Kelola


sebagaimana, Otoritas Jasa Keuangan melakukan penilaian
atau evaluasi terhadap hasil penilaian sendiri (self
assessment) penerapan Tata Kelola..

3/18/2016 methavison 135


PENILAIAN SENDIRI TERHADAP
PENERAPAN TATA KELOLA
4. Berdasarkan hasil penilaian atau evaluasi, Otoritas Jasa Keuangan
dapat meminta BPR untuk menyampaikan rencana tindak yang
memuat langkah-langkah perbaikan yang wajib dilaksanakan oleh
BPR dengan target waktu tertentu.

5. Dalam hal diperlukan Otoritas Jasa Keuangan dapat meminta BPR


untuk melakukan penyesuaian rencana tindak.

6. Otoritas Jasa Keuangan melakukan evaluasi terhadap penyesuaian


rencana tindak dan dapat melakukan pemeriksaan khusus terhadap
hasil perbaikan penerapan Tata Kelola yang telah dilakukan oleh
BPR.

3/18/2016 methavison 136


SELF ASSESMENT PELAKNAAN TATA KELOLA (GCG)

3/18/2016 methavison 137


PAREMETER PENILAIAN SELF
ASSESMENT

3/18/2016 methavison 138


SESI : 30

SANKSI

3/18/2016 methavison 139


SANKSI

BPR yang tidak menjalankan Tata


Kelola (GCG) dikenakan sanksi
administratif berupa :
a. Teguran tertulis
b. Penurunan tingkat kesehatan bank
c. Penghentian sementara kegiatan
operasional BPR

3/18/2016 methavison 140


SESI : 31

KETENTUAN PERALIHAN

3/18/2016 methavison 141


KETENTUAN PERALIHAN

1. Ketentuan mengenai sanksi terhadap pelanggaran kewajiban


kelengkapan struktur organisasi mulai berlaku 2 (dua) tahun setelah
peraturan ini.

2. Laporan penerapan Tata Kelola untuk posisi laporan akhir bulan


Desember tahun 2016 disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan.

3. Laporan penerapan Tata Kelola disampaikan kepada para pihak dan


diunggah pada laman (homepage) BPR) sejak posisi laporan akhir
bulan Desember tahun 2017.

4. Pengenaan sanksi terhadap penyampaian laporan penerapan Tata


Kelola mulai diterapkan untuk penyampaian laporan posisi 31
Desember tahun 2017

3/18/2016 methavison 142


SESI : 32

KETENTUAN PENUTUP

3/18/2016 methavison 143


KETENTUAN PENUTUP

1. Ketentuan pelaksanaan lebih lanjut dari Peraturan


Otoritas Jasa Keuangan ini diatur dengan Surat
Edaran Otoritas Jasa Keuangan

2. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai berlaku


pada tanggal diundangkan, yaitu tanggal 1 April 2015

3/18/2016 methavison 144


TERIMA KASIH
SELAMAT BERKERJA & SUKSES
LAMPIRAN – LAMPIRAN
PENERAPAN TATA KELOLA BPR

3/18/2016 methavison 146


Contoh

147
148
149
150
151
Contoh ISI Laporan Pelaksanaan GCG versi 1
DAFTAR ISI

Daftar isi ..................................................................................................... 1

Laporan Pelaksanaan Good Corporate Governance PT BPR Duta Artha


Sejahtera (DAS)

Pelaksanaan Good Corporate Governance PT BPR Duta Artha 2


Sejahtera (DAS)
A Transparansi Pelaksanaan Good Corporate Governance PT BPR
Duta Artha Sejahtera (DAS) ...................................................................... 2
1 Pelaksanaan Good Corporate Governance berdasarkan hasil Self
Assessment ....................................................................................... 2
a Pelaksanaan tugas dan Tanggungjawab Dewan Komisaris dan 2
Direksi .........................................................................................
b Kelengkapan dan Pelaksanaan Tugas Komite-komite ................ 5
c Penerapan Fungsi Kepatuhan, Audit Intern dan Audit Ekstern ... 7
d Penerapan manajemen risiko termasuk Sistem Pengendalian
Intern ............................................................................................ 8
e Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait (related party) dan
Penyediaan Dana Besar (large eksposure) ................................. 9
f Rencana Strategi Bank ................................................................ 10
g Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan .................. 12

152
Contoh ISI Laporan Pelaksanaan GCG versi 1
2 Kepemilikan Saham Dewan Komisaris dan Direksi ............................ 12
3 Hubungan Keuangan dan Hubungan Keluarga Anggota Dewan
Komisaris dan Direksi ......................................................................... 12
4 Paket/Kebijakan Remunerasi dan fasilitas lain Dewan Komisaris
dan Direksi ....................................................................................... 13
5 Shares Option .................................................................................... 14
6 Rasio Gaji Tertinggi dan Terendah .................................................... 14
7 Frekuensi Rapat Dewan Komisaris .................................................... 14
8 Jumlah Penyimpangan Internal (Internal Fraud) ................................ 14
9 Permasalahan Hukum ........................................................................ 15
10 Transaksi yang Mengandung Benturan Kepentingan ........................ 15
11 Pemberian Dana Untuk Kepentingan Sosial dan Kegiatan
Politik................................................................................................... 15

Kesimpulan Umum Hasil Self Assessment Pelaksanaan Good


Corporate Governance ............................................................................. 15

LAMPIRAN
Hasil Self Assessment Pelaksanaan Good Corporate Governance PT BPT Duta Artha
Sejahtera (DAS)
Tabel 1. Jadwal Rapat Komite Dewan Komisaris Tahun 2010
Tabel 2. Program Kerja Komite – Komite Tahun 2010
Dana Bantuan Masyarakat

153
Contoh ISI Laporan Pelaksanaan GCG VERSI 2

154
Contoh ISI Laporan Pelaksanaan GCG VERSI 2

155
Contoh ISI Laporan Pelaksanaan GCG VERSI 2

156
TUGAS & TANGGUNG JAWAB KOMITE AUDIT
TUGAS & TANGGUNG JAWAB KOMITE AUDIT
TUGAS & TANGGUNG JAWAB KOMITE
PEMANTUAN RISIKO
TUGAS & TANGGUNG JAWAB KOMITE
REMUNERASI & NOMINASI
KOMITE-KOMITE LAINNYA
TERIMA KASIH
SELAMAT BERKERJA & SUKSES

Anda mungkin juga menyukai