Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

FISIKA
K E L O M P O K 3 ( 1 0 M I P A 4 )
A L I C E J O V A N K A P A T R I C I A ( 1 )
A U R E L I A L E T I C I A T J O K R O ( 5 )
K E V I N S U T I K N O ( 2 1 )
V A L E N T I N O D A R R Y L H . H . ( 3 0 )

S E J A R A H A U R O R A

I S A V O N I
A R O R U A

FENOMENA
N A G N A B M E G N E P
A K I S I F

AURORA
P E S N O K

A R O R U A

K E L O M P K 3 ( 1 0 M I P A 4 )
2

FENOMENA AURORA

Rumusan Masalah
Bagaimana Proses Terjadinya Aurora?

Kajian Teori
A. Pengertian Aurora
Aurora merupakan fenomena alam yang menyerupai lengkungan lembaran cahaya beraneka
warna yang selalu bergerak-gerak di langit. Aurora adalah fenomena bercahaya (lumonius) yang
diamati sebagai pijaran (glow) pada lapisan ionosfer dari sebuah planet sebagai akibat adanya
interaksi antara medan magnetik yang dimiliki planet tersebut dengan partikel bermuatan yang
dipancarkan oleh angin Matahari. Peristiwa ini akibat variasi medan magnet Bumi yang timbul
karena adanya peningkatan aktivitas di Matahari sehingga intensitas angin Matahari yang
menghantam Bumi bertambah besar.
Aurora terjadi di daerah sekitar kutub Utara dan kutub Selatan magnetik. Ketinggian aurora
sekitar 80 - 150 km bahkan sampai ada yang mencapai 1.000 km diatas permukaan Bumi.
Kebanyakan aurora diamati dalam sabuk (belt) sekitar kutub geomagnetik antara lintang 15o dan 30o
dengan frekuensi maksimum pada lintang sekitar 22,5o .

Terdapat dua jenis aurora, yaitu aurora kutub Selatan dan aurora kutub Utara. Masing-
masing mempunyai nama antara lain :
1. Aurora Borealis
Borealis berasal dari bahasa Yunani, yaitu angin utara. Pada bagian belahan bumi utara,
gejala alam yang sama disebut sebagai Northern Lights atau Aurora Borealis. Aurora Borealis
hanya dapat dilihat di wilayah Lingkaran Arktik, sebelah utara Kanada, Alaska, Rusia, dan
3

Skandinavia. Pada belahan bumi bagian utara, Aurora Borealis terjadi seringkali dengan warna
kemerahan di ufuk utara, seolah-olah menunjukkan bahwa matahari akan terbit dari arah
tersebut.
2. Aurora Australis
Aurora Australis mendapatkan namanya yang disesuaikan dengan dewa fajar Romawai,
yaitu Aurora, berasal dari bahasa Latin yang artinya fajar. Kemudian kata Australis juga berasal
dari bahasa Latin yang artinya Selatan. Jadi secara harfiah, Aurora Australis berarti fajar atau
cahaya selatan. Aurora Australis terjadi pada belahan bumi bagian selatan (Antartika) yang
memiliki sifat yang hampir sama dengan Aurora Borealis.
B. Proses Terjadinya Aurora
Aurora terjadi karena adanya tumbukkan antara atom-atom dengan partikel-partikel yang
memiliki muatan, terutama partikel bermuatan elektron yang berasal dari angin Matahari. Partikel-
partikel bermuatan tersebut memiliki energi yang sangat tinggi, dimana partikel-partikel bermuatan
ini datang menuju ke Bumi dan menghadap ke arah Matahari, kemudian akan diarahkan sesuai
dengan garis medan magnet Bumi, yaitu menuju ke arah kutub utara dan kutub selatan . Partikel-
partikel bermuatan (proton dan elektron) yang berasal dari angin Matahari akan didefleksikan oleh
medan magnet Bumi dengan sebuah gaya yang tegak lurus dengan medan magnet dan trajektori
partikel. Meskipun partikel-partikel bermuatan ini dibelokkan oleh medan magnet Bumi, tetapi
tumbukan yang terjadi antara partikel bermuatan dengan atom atau molekul yang berada di atmosfer
Bumi akan mengganggu lintasan orbit partikel tersebut dan menyebabkan partikel bermuatan ini
terperangkap dalam medan magnet Bumi di daerah magnetosfer .
Setelah periode harian atau mingguan, partikel bermuatan yang terperangkap di medan
magnet Bumi akan mengalami tumbukan kembali dengan molekul atau atom di bagian atmosfer
Bumi, sehingga energinya menjadi berkurang, akibatnya partikel bermuatan ini bergerak dari
magnetosfer dan jatuh ke atmosfer yang lebih rendah . Partikel ini selanjutnya akan bertumbukkan
dengan atom atau molekul gas (O dan N) di udara, sehingga energi yang dimiliki partikel tersebut
akan bereaksi dengan molekul gas (O dan N) di udara, akibatnya atom atau molekul gas ini akan
mengalami eksitasi dan menghasilkan pijaran cahaya berbagai warna di lapisan ionosfer. Cahaya
berwarna ini disebut dengan aurora . Cahaya berwarna aurora merupakan hasil dari partikel dan
atom berbeda yang mengalami tumbukkan . Beberapa warna yang dihasilkan oleh aurora adalah :
a) Aurora berwarna ungu terjadi akibat tumbukkan partikel elektron berenergi 4,42 × 10-19 – 5,23
× 10-19 joule dengan molekul Nitrogen yang memiliki panjang gelombang 380 – 450 nm.
b) Aurora berwarna merah terjadi akibat tumbukkan partikel elektron berenergi 2,62 × 10-19 – 3,16
× 10-19 joule dengan molekul Oksigen yang memiliki panjang gelombang 630 – 760 nm.
4

c) Aurora berwarna hijau terjadi akibat tumbukkan partikel elektron berenergi 3,55 × 10-19 – 4,06
× 10-19 joule dengan molekul Oksigen yang memiliki panjang gelombang 490 – 560 nm.
d) Aurora berwarna kuning terjadi akibat tumbukkan partikel elektron berenergi 3,37 × 10 -19 –
3,55 × 10-19 joule dengan molekul Oksigen yang memiliki panjang gelombang 560 – 590 nm.
e) Aurora berwarna biru terjadi akibat tumbukkan partikel elektron berenergi 4,06 × 10-19 – 4,42
× 10-19 joule dengan molekul Nitrogen yang memiliki panjang gelombang 450 – 490 nm.
Tumbukkan antara partikel elektron yang berasal dari angin Matahari dengan molekul atau
atom N dan O menyebabkan adanya pancaran radiasi oleh atom ketika elektron mengalami eksitasi.
Frekuensi elektron dari angin Matahari (f) yang terpancarkan dalam transisi bersesuaian dengan
perubahan energi atom dan tidak dipengaruhi oleh frekuensi gerak orbit elektronnya .
Frekuensi dari radiasi yang dipancarkan diperoleh dari persamaan kekekalan energi, yaitu :
Ei – Ef = hf,
Dimana : Ei adalah energi keadaan awal
Ef adalah energi keadaan akhir
Ei > Ef
Energi elektron dari angin Matahari yang datang dapat diserap oleh atom jika memiliki
energi yang tepat sama dengan perbedaan energi antara keadaan yang diizinkan untuk atom tersebut
dan energi keadaan ketika elektron dari angin Matahari datang. Energi tersebut berbeda untuk setiap
orbit-orbit elektronnya .
C. Konsep Fisika yang Berkaitan Dengan Fenomena Aurora
Ada beberapa konsep yang berkaitan dengan fenomena aurora, yaitu sebagai berikut :
1. Teori Kinetik Gas
Adalah teori yang menggunakan tinjauan tentang gerak dan energi partikel-partikel gas
untuk menyelidiki sifat-sifat gas secara keseluruhan sebagai hasil rata-rata kelakuan partikel-
partikel gas tersebut. Gas yang ditinjau dalam permasalahan ini adalah gas ideal, yaitu gas yang
memiliki sifat-sifat :
a) Terdiri atas partikel-partikel yang jumlahnya banyak sekali dan antar partikelnya tidak
terjadi gaya tarik-menarik.
b) Setiap partikel gas bergerak dengan arah sembarang.
c) Ukuran partikel gas dapat diabaikan terhadap ukuran ruangan.
d) Setiap tumbukan yang terjadi berlangsung secara lenting sempurna.
e) Partikel gas terdistribusi merata dalam seluruh ruangan.
f) Berlaku hukum Newton tentang gerak.
Persamaan gas umum dinyatakan dalam :
5

PV = nRT
Keterangan : P = tekanan
V = volume
n = mol
R = tetapan gas 8,314 Jmol-1K-1
T = suhu oK

Ada beberapa hukum yang terkait dengan gas ideal, yaitu sebagai berikut :
a) Hukum Boyle, hukum ini berbunyi : volume dari sejumlah gas tertentu pada temperatur
tetap, berbanding terbalik dengan tekanannya. Persamaan rumusnya adalah :
PV = konstan
b) Hukum Gay Lussac atau Charles, hukum ini berbunyi : volume sejumlah gas tertentu pada
tekanan tetap, berbanding lurus dengan temperatur mutlaknya. Persamaan rumusnya adalah
:
𝑉 𝑃
= 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 atau = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛
𝑇 𝑇
c) Hukum Boyle-Gay Lussac, merupakan rumus umum yang menyatakan hubungan antara P,
V, dan T suatu gas. Ketiga hukum diatas menunjukkan keadaan gas yang temperaturnya
tetap, tekanannya tetap, dan volumenya tetap, jika ketiga besaran tersebut berubah-ubah
maka persamaan yang dihasilkan adalah konstan. Persamaannya sebagai berikut :
𝑃𝑉
= 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛
𝑇
Teori kinetik gas ini berdasarkan pada anggapan-anggapan sebagai berikut :
a) Gas terdiri atas partikel-partikel yang sangat kecil dan disebut molekul, massa dan besarnya
sama untuk tiap-tiap jenis gas.
b) Molekul ini selalu bergerak ke segala arah dan selalu bertumbukan dengan molekul yang
lain serta dengan dinding bejana.
c) Tumbukan molekul terhadap dinding ini yang menyebabkan terjadinya tekanan pada
dinding, yaitu gaya per satuan luas.
d) Karena tekanan gas tidak tergantung waktu pada tekanan dan temperatur tertentu, maka
pada tumbukan tidak ada tenaga yang hilang atau tumbukan bersifat elastis sempurna.
e) Pada tekanan yang relatif rendah, jarak antar molekul jauh lebih besar daripada diameter
molekul sendiri, hingga gaya tarik antar molekul dapat diabaikan.
f) Karena molekul sangat kecil dibandingkan dengan jarak antara molekul, maka volume
molekul dapat diabaikan dan molekul dianggap sebagai titik bermassa.
6

g) Temperatur mutlak berbanding lurus dengan tenaga kinetic rata-rata dari semua molekul
dalam system.
Perubahan momen pada tumbukkan tidak lain adalah gaya yang bekerja pada dinding,
persamaannya :
𝑓
𝑃=
𝐴

Keterangan : P = tekanan
A = luas
f = gaya

Hal-hal yang dapat diterangkan dengan teori kinetic gas adalah sebagai berikut :
a) Hukum Boyle
b) Hukum Charles
c) Hukum Avogadro : pada temperatur dan tekanan sama, gas-gas yang volumenya sama
mempunyai jumlah molekul yang sama pula. Persamaannya :
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
𝑚𝑜𝑙 =
𝑁𝐴
Keterangan : NA = 6,0232 × 1023
d) Hukum Graham : kerapatan gas. Persamaannya :

µ1 𝑑2
= √
µ2 𝑑1

Keterangan : d = rapat gas


e) Kecepatan molekul gas : pada temperatur sama, semua molekul gas mempunyai tenaga
kinetis sama. Jadi semakin besar massa molekul gas, maka semakin kecil kecepatannya.
Kecepatan molekul µ diperoleh dari :

3 𝑅𝑇
µ=√
𝑀

Keterangan : µ = akar kecepatan rata-rata kuadrat


f) Tenaga kinetik translasi : Ek besarnya adalah :
3
𝐸𝑘 = 2 𝑅𝑇 (untuk 1 mol)

Jadi tenaga kinetik hanya tergantung pada temperatur mutlak gas.


7

g) Distribusi kecepatan molekuler : menurut perjanjian, untuk suatu gas pada temperatur tetap
semua molekul gas bergerak dengan kecepatan sama µ. Akan tetapi, sebenarnya molekul
gas mempunyai kecepatan berbeda sebagai hasil tumbukkan. Distribusi kecepatan molekul
tergantung dari temperatur dari berat molekul. Molekul-kolekul gas dengan kecepatan kecil
dan besar sangat sedikit. Sebagian besar gas mempunyai kecepatan α (kecepatan paling
mungkin). Kecepatan ini semakin besar bila temperatur semakin tinggi, kecepatan ini
berbeda dengan v dan µ. Persamaannya :

2 𝑅𝑇
𝛼=√
𝑀

2. Teori Tumbukkan
Apabila atom atau molekul pada gas menyerap energi yang cukup, maka dapat
menyebabkan elektron terlepas dari atom atau molekul tersebut. Hal ini dapat terjadi karena
adanya tumbukkan antar partikel, yaitu ketika elektron berenergi rendah bertumbukan dengan
atom atau molekul gas, maka elektron-elektron tersebut akan mengalami hamburan ke berbagai
arah. Singkatnya, tumbukan diartikan sebagai interaksi yang dahsyat antara dua benda yang
berlangsung pada waktu yang relatif singkat.
Tumbukan berdasarkan perubahan energinya dibagi menjadi dua, yaitu tumbukan elastis
dan tak elastis. Tumbukan elastis adalah tumbukan yang terjadi antara dua benda atau lebih dan
memenuhi hukum kekekalan momentum dan kekekalan energi kinetik, sedangkan tumbukan
tak elastis adalah tumbukan yang terjadi antara dua benda dan setelah bertumbukan kedua benda
tersebut bersatu.
Aurora termasuk ke dalam tumbukan elastis, karena hasil tumbukannya memancarkan
frekuensi dari radiasi yang diperoleh dari hukum kekekalan energi. Berikut penjelasannya :
a) Hukum Kekekalan Energi menyatakan bahwa energi pada benda yang bergerak selalu
tetap, hukum ini berbunyi : energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan, tetapi hanya
dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk energi yang lainnya. Rumusnya adalah :
Em1 = Em2
Ek1 + Ep1 = E2 + Ep2
Keterangan : Em = energi mekanik
Ek = energi kinetik
Ep = energi potensial
8

3. Spektra Atom
Jika atom atau molekul diberi energi hingga atom atau molekul dalam keadaan
tereksitasi, maka atom atau molekul akan memancarkan sinar. Salah satu cara untuk membuat
atom atau molekul dalam keadaan tereksitasi adalah dengan melewatkan bunga api listrik pada
gas dengan tekanan yang direndahkan. Atom hidrogen yang dikenai keadaan ini akan
memancarkan sinar. Bila sinar ini dilewatkan pada spektroskop, maka sinar itu akan terbagi
menjadi beberapa komponen dengan panjang gelombang berbeda, dengan membentuk
spektrum yang dapat difoto.
Spektrum atom hidrogen menunjukkan bahwa spektrum atom tersebut berupa garis yang
dikenal sebagai deret Balmer. Pengetahuan mengenai spectra atom menunjukkan bahwa sinar
dipancarkan dalam bentuk kuanta dari atom yang tereksitasi. Karena tiap-tiap unsur membentuk
spektrum atom yang khusus yang ditentukan oleh struktur atom tersebut, maka setiap teori atom
yang berlaku harus menjelaskan spektra atom.
Bohr menjelaskan hasil-hasil percobaannya tentang spektra atom hidrogen dan
didasarkan pada postulat sebagai berikut :
a) Postulat 1 : atom hydrogen terdiri dari sebuah electron yang bergerak dalam suatu lintas
edar berupa lingkaran mengelilingi inti atom, gerak electron tersebut dipengaruhi oleh gaya
tarik Coulomb sesuai dengan kaidah mekanika klasik. Postulat 1 memberikan susunan atom
hydrogen dan gaya yang bekerja antara inti atom dengan electron.
b) Postulat 2 : lintas edar elektron dalam atom hidrogen yang mantap, hanyalah yang
mempunyai harga momentum sudut L yang merupakan kelipatan bilangan bulat dari
tetapan Planck dibagi 2π.

L n n 2𝜋

Postulat 2 memberikan kuantisasi sistem atom, yang dikuantisasikan adalah momentum


sudut L. Kuantisasi ini juga mengkuantisasikan lintas edar elektron dalam atom.
c) Postulat 3 : dalam lintas edar yang mantap, elektron yang mengelilingi inti atom tidak
memancarkan energi elektromagnetik, dalam hal ini energi total atom E tidak berubah.
Postulat 3 menyatakan bahwa elektron dalam orbit stasioner tidak memancarkan energi
elektromagnetik.
d) Postulat 4 : energi elektromagnetik dipancarkan oleh sistem atom apabila suatu elektron
yang melntasi orbit mantap dengan energi Ei secara tak sinambung berpindah ke suatu orbit
9

mantap lainnya berenergi Ef, pancaran energi elektromagnetiknya memiliki frekuensi yang
besarnya sama dengan :
𝐸𝑖 − 𝐸𝑓
𝑣=

Postulat 4 menyatakan bahwa dalam transisi dari suatu orbit stabil ke orbit stabil lainnya,
elektron memancarkan energi elektromagnetik (foton) dengan frekuensi yang sesuai
dengan beda energi atom pada dua keadaan stabil.
4. Teori Mekanika Kuantum
Pada tahun 1924 ahli fisika Perancis, Louis de Broglie menyempurnakan teori atom
Bohr. Menurut Broglie, elektron selain bersifat partikel, juga bersifat gelombang. Adapun
hubungan antara momen dan panjang gelombang dinyatakan sebagai berikut :

m v = h/λ atau 𝜆 = 𝑚 𝑣

Keterangan : λ = panjang gelombang partikel


m = massa partikel
v = kecepatan partikel bergerak
h = tetapan Planck = 6,63 × 10-34 J.s

Semakin besar massa dan kecepatan dari partikel, semakin kecil panjang gelombangnya.
Sifat gelombang dari benda-benda yang besar seperti bola tidak tampak, tetapi hasil defraksi
telah diperoleh dengan sinar elektron, proton, neutron, dan xenon. Kesemuanya ini memiliki
sifat yang baik sebagai partikel ataupun gelombang, tergantung dari sifat yang dilihatnya.
Pendapat de Broglie ini, kemudian dikembangkan oleh Erwin Schrodinger dan Werner
Heisenberg pada tahun 1925, melahirkan teori atom modern yang dikenal dengan Teori Atom
Mekanika Kuantum. Prinsip dasar teori ini adalah gerakan elektron dalam mengelilingi inti
bersifat seperti gelombang, teori ini juga digunakan untuk menjelaskan sifat atom dan molekul.
Berdasarkan teori mekanika kuantum, keberadaan elektron dalam lintasan tidak dapat
ditentukan dengan pasti, yang diketahui hanya daerah kebolehjadian ditemukannya elektron.
Teori tersebut dikemukakan oleh ahli fisika Jerman, Werner Heisenberg yang dinamakan
Prinsip Ketidakpastian Heisenberg. Prinsip ini berbunyi : tidak mungkin dapat ditentukan
kedudukan dan momentum suatu benda secara seksama pada saat bersamaan, yang dapat
ditentukan adalah kebolehjadian menemukan elektron pada jarak tertentu dari inti atom.
Menurut Heisenberg, elektron yang bergerak menimbulkan perubahan dalam posisi dan
momentum setiap saat sehingga posisi dan kecepatan elektron yang sedang bergerak bersama-
sama tidak dapat diukur dan dilakukan secara tepat.
10

Persamaan gelombang de Broglie dan prinsip ketidakpastian Heisenberg menjadi dasar


dirumuskannya persaman Schrodinger oleh Erwin Schrodinger pada tahun 1927, dimana suatu
persamaan yang dikembangkan oleh Schrodinger untuk mendapatkan fungsi gelombang yang
menggambarkan batas kemungkinan ditemukannya elektron dalam tiga dimensi.

Hipotesis
Dapat dibuat aurora ‘lokal’ dengan menggunakan Planeterrella

Eksperimen

Guillaume Gronof dan Sam Walker dari Letourneau University di Texas, menembakkan partikel
bermuatan ke medan magnet di dalam botol. Hasilnya, mereka berhasil menciptakan aurora, tiruan
akan apa yang terjadi di ketinggian 80 kilometer di atas permukaan Bumi. Gronof dan walker tepatnya
menciptakan aurora dalam alat serupa botol bernama Planeterrella.

Analisis Data

Planeterrella terdiri dari tiga bagian, bola yang melambangkan planet, perangkat yang menghasilkan
medan magnet serta bagian yang menghasilkan partikel bermuatan. Sebuah Planeterrella bisa terdiri
atas lebih dari satu bola planet. Planeterrella adalah pengembangan dari Terrella, alat yang dipakai oleh
11

fisikawan abad 19 Kristian Birkeland menunjukkan bahwa aurora tercipta dari interaksi medan magnet
dan partikel bermuatan. Dengan Planeterrela, bukan hanya aurora di Bumi saja yang bisa diciptakan,
tetapi aurora di planet lain. Gronof dan Walker mencontohkan, Planeterrella bisa menunjukkan aurora
yang tercipta ketika bulan Jupiter Io mengirim partikel bermuatan ke Jupiter. Planeterrella juga bisa
menunjukkan apa yang terjadi di Neptunus dan Uranus, dimana medan magnetnya tepat mengarah ke
Matahari. Ke depan, Gronof berencana untuk meniru aurora yang ada di Mars. Di Mars, medan megnt
terkonsentrasi di satu wilayah, tidak menyebar. Hal itu menjadikan aurora di planet merah unik.
Gronof rencananya akan menambahkan beberapa magnet dan karbon dioksida dalam Planeterrella
untuk mewujudkannya. Penelitian dengan menggunakan Planeterrella merupakan salah satu fokus
Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat. Dengan Pleneterrella, ilmuwan bisa mengungkap
keragaman aurora di setiap planet.

Kesimpulan
Dengan berdasarkan hasil penilitian dari Gronof dan Walker menurut kami tidaklah mustahil untung
membuat “Lampu Aurora” yang merupakan implementasi dari buatan Aurora secara lokal (bukan di
kutub utara/selatan) dengan penggunaan Planeterrella

Anda mungkin juga menyukai