Anda di halaman 1dari 16

Unsur Tasawuf dalam Naskah Undang-Undang Buton

LITERASI La Niampe

Volume. 1 No. 1, Juni 2011 Halaman 43 - 58

UNSUR TASAWUF DALAM NASKAH


UNDANG-UNDANG BUTON

MYSTICISM ELEMENTS IN LAW OF BUTON


MANUSCRIPT

La Niampe
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Haluoleo
Pos-el: niampe@yahoo.co.id

Abstrak

Artikel ini mendiskusikan unsur tasawuf di dalam naskah Undang-Undang Buton


yang hanya berfungsi sebagai tamsil. Dengan menggunakan pendekatan filologis, saya
mendeskripsikan unsur-unsur berikut. Pertama, unsur Tuhan yang dibandingkan dengan
pemerintah Wolio, kekuasaan Sultan dan Sapati. Kedua, unsur Martabat Tujuh yang
dibandingkan dengan tujuh tingkatan dalam pemerintah Wolio. Ketiga, Unsur Sifat Dua
puluh yang dibandingkan dengan jumlah kelengkapan adat Sultan dan Sapati. Keempat,
unsur Al-Qur’an dengan 30 juz yang dibandingkan dengan jumlah keseluruhan menteri
dalam pemerintah Wolio. Kelima, Unsur Itikad sejumlah 72 individu yang dibandingkan
dengan jumlah keseluruhan desa dalam pemerintah Wolio. Eksistensi kelima unsur diyakini
mampu memberikan nilai berkah bagi Undang-undang Buton. Lebih jauh, eksistensi unsur-
unsur tersebut di dalam Undang-Undang Buton juga memberikan legitimasi politik bagi
pemerintah Buton.

Kata kunci: unsur mistisisme, Undang Undang Buton, tamsil, Wolio

Abstract

This article discusses the mysticism elements (tasawuf) in Undang-undang Buton (Law of
Buton) which only function as parable. By using philological approach, I will describe the
elements as follow. Firstly, God Element compared to the position of Wolio government,
the authority of the Sultan and Sapati. Secondly, the Seven Status Elements compared to
seven ranks in Wolio government. Thirdly, the Twenty Characters Elements compared to
the total of custom completeness of the Sultan and Sapati. Fourthly, the Al-Qur’an element
with thirty-three sections, compared to the total of minister in Wolio government. Fiftly,
the Conviction Elements with seventy-two individuals compared to the total of the villages
in Wolio government. The existences of the five elements are believed able to give blessing
value to Law of Buton. Further, the existence of those elements in Law of Buton also gives
political legitimacy for Buton government.

Keyword: mysticism elements, Law of Buton, parable, Wolio

A. Pendahuluan versi yang paling tua dan jelas sumbernya


Sekurang-kurangnya terdapat tiga adalah angka tahun 948 H (Silsilah
versi yang menginformasikan angka tahun Bangsawan Buton, 1267 H). Sumber tersebut
sejarah permulaan masuknya ajaran Islam menginformasikan bahwa Syekh Abdul
di Kerajaan Buton, yaitu tahun 850 H (1412 Wahid yang berasal dari Johor datang ke
M), tahun 933 H (1533 M), dan tahun 948 Buton tahun 948 H (1542 M) dengan tujuan
H (1542 M). Dari ketiga versi tersebut, menyebarkan agama Islam. Pada masa itu,

43
Vol. 1, No. 1, Juni 2011

raja yang memerintah di Kerajaan Buton warna merah. Ukuran dan jenis warna ini
bernama La Kilaponto alias Murhum alias berlaku pada naskah UUB yang tersimpan
La Tolaki. La Kilaponto adalah putra Raja di koleksi Abdul Mulku Zahari di Buton.
Muna keempat bernama Sugi Manuru; Status naskah diperkirakan asli. Kondisi
hasil perkawinannya dengan Wa Tubapala fisik naskah, secara umum tidak begitu
putri dari Raja Tiworo bernama La Tiworo baik, kertasnya telah berwarna kekuning-
dengan gelar Beteno Ne Tombula, hasil kuningan (terdapat bercak-bercak cairan
perkawinannya dengan Wa Sitao putri Raja yang membentuk gumpalan). Keadaan
Konawe. Di Buton La Kilaponto dinobatkan kertas agak lapuk dan rapuh, menunjukkan
menjadi Raja Buton V menggantikan bahwa usia kertas telah tua. Teks naskah
Raja Buton IV bernama Rajamulae. masih lengkap dan masih dapat dibaca
Diinformasikan pula bahwa Syekh Abdul dengan jelas. Naskah disimpan di empat
Wahidlah yang mengalihkan status pe- koleksi: 1) koleksi Abdul Mulku Zahari
merintahan Kerajaan Buton menjadi (arsip kerajaan) di Kelurahan Baadia Buton;
Kesultanan, dengan Sultan pertamanya 2) koleksi ANRI di Jakarta (mikrofilm);
La Kilaponto bergelar Sultan Murhum. 3) koleksi Perpustakaan Nasional RI di
Meskipun pemerintahan kerajaan telah Jakarta (mikrofilm); dan 4) koleksi KITLV
beralih menjadi pemerintahan Islam, ke- Leiden Belanda (mikrofilm).
nyataannya, Islam belum menampakkan Tulisan ini secara khusus membahas
pengaruh signifikan terhadap istiadat unsur-unsur tasawuf dalam UUB. Unsur-
kerajaan. Adapun ajaran Islam yang unsur tasawuf tersebut berupa: (1)
menonjol adalah ajaran ketauhidan yang Unsur Tuhan yang ditamsilkan dengan
bersifat pendidikan. Keadaan seperti ini kedudukan pemerintah Wolio, kekuasaan
berlangsung hingga masa pemerintahan Sultan dan Sapati; (2) Unsur Martabat
sultan Buton ke III bernama La Sangaji Tujuh yang ditamsilkan dengan tujuh
gelar Sultan Qaimuddin. pangkat dalam Pemerintah Wolio; (3)
Undang-Undang Buton (selanjutnya Unsur Sifat Dua Puluh yang ditamsilkan
disingkat UUB) merupakan naskah berisi dengan jumlah kelengkapan adat Sultan
ajaran yang menjadi kekayaan kultural dan Sapati; (4) Unsur Al-Quran tiga puluh
pada zaman Kesultanan Buton. Naskah juz yang ditamsilkan dengan jumlah
ini memiliki dua judul, yaitu Sarana Wolio menteridalam Pemerintah Wolio; dan,
dan Isrârul Umrâi fiy Adatil Wuzrâi. Kedua (5) Unsur Itikad yang terdiri dari tujuh
judul itu tercantum pada bagian luar teks. puluh dua kaum yang ditamsilkan dengan
Menurut penulis naskah, pencantuman jumlah kampung dalam Pemerintah
judul keduanya dikarenakan naskah Wolio. Gagasan atau konsep-konsep
ini menggabungkan dua teks naskah, mengenai ajaran tasawuf dalam UUB, pada
yaitu Sarana Wolio dan Sarana ßarata. Ia prinsipnya, tidak menjelaskan hakikatnya,
mengatakan, “Yosarana ßarata tê sarana akan tetapi semata-mata berkedudukan
Woliyo yisarongiyaka Isrârul Umrâi fî sebagai tamsil. Sebelum penyusunannya
Adatil Wuzrâi”, yang artinya, ‘Sarana sebagai peraturan adat, konsep ajaran
ßarata dan Sarana Wolio disebut Isrârul tasawuf itu telah ada dalam pikiran Sultan
Umrâi fî Adatil Wuzrâi’. Naskah ini La Elangi (selanjutnya disingkat SLE)
memiliki ukuran 72 hlm, 15-25 brs/hml, sebagai penyusun pertama UUB pada
32,5 x 10 cm. Alas yang digunakan adalah masa itu. Eksistensi kelima unsur tersebut
kertas Eropa jenis Lion Medalion Concordia. diyakini mampu memberikan nilai berkah
Naskah ditulis dalam bahasa Wolio terhadap UUB. Selain itu, masuknya unsur-
dengan menggunakan aksara Arab (buri unsur tasawuf, secara politis, memberikan
Wolio). Jenis tinta yang digunakan terdiri legitimasi kepada pemerintah Buton.
atas dua warna, yaitu warna hitam dan

44
Unsur Tasawuf dalam Naskah Undang-Undang Buton
La Niampe

B. Unsur-unsur Tasawuf dalam UUB yinca miya rangana yasakiya yoallahu Taala
yasakiya yosarana Woliyo (UUB, hlm.51).
1. Unsur Tuhan dalam UUB (Siapa-siapa yang mengecilkan orang
Setiap manusia yang beragama, lain, siapa-siapa yang tidak mengangkat
khususnya yang beragama Islam, orang lain, siapa-siapa yang tidak
memercayai dan meyakini bahwa Tuhan mengikuti pemerintah Wolio, siapa-
siapa yang tidak mematuhi pemerintah
adalah zat yang Mahatinggi, Mahakuasa, wolio, siapa-siapa yang menyakiti hati
Mahatahu, dan Maha Pengasih, yang orang lain akan direndahkan oleh
menciptakan langit dan bumi dan segala Allah Taala akan direndahkan oleh
isinya. Dia bersifat kekal atau abadi, untuk pemerintah Wolio).
selama-lamanya, tunggal, dan tidak ada 5. ...yincema-yincemayamasiakamiyarangana,
sekutu bagi-Nya. Dia tidak beranak dan mopiyaana miya rangana, momayekana
miya rangana, mopaliharana miya rangana
tidak pula diperanakkan. yangkâta keya yoallâhu Taala yapekalapeya,
Dalam penyusunan Sarana Wolio yangkata keya yosarana Woliyo yapekalapeya
(selanjutnya disingkat SW) oleh SLE, (UUB, hlm. 51).
kedudukan Tuhan sering diserupakan (Siapa-siapa yang menyayangi se-
dengan kedudukan pemerintah Wolio. Hal samanya, yang memelihara orang
ini terungkap dalam beberapa kutipan teks sesamanya, yang takut kepada orang
UUB Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin sesamanya, yang menghormati orang
sesamanya akan diangkat oleh Allah
(selanjutnya disingkat SMIK) seperti di Taala diperbaiki, akan diangkat oleh
bawah ini: pemerintah Wolio, diperbaiki)
1. ...ayinda mao-maogena sô sara, ayinda mala- 6. Kasimpo yimasiakana Allahu Taala tê Sarana
malangana so sara, ayinda maka-makâna Woliyo yofêli malape, yopake malape (UUB,
sôsara, ayinda mase-masegana sô sara, hlm. 51).
sipeya yonina manga mancuyana, royuna (Kemudian yang disayangi oleh Allah
kayogesana sarana wolio (UUB, hlm. 26). Taala dan pemerintah Wolio adalah fiil
(...tidak besar yang besar hanya yang baik, perbuatan yang baik dan
pemerintah, tidak tinggi yang tinggi pakaian yang baik)
hanya pemerintah, tidak kuat yang kuat
Berdasarkan kutipan di atas,
hanya pemerintah, tidak berani yang
berani hanya pemerintah. Beginilah kata tampak bahwa sifat-sifat dan kekuasaan
orang tua, hanya kebesaran pemerintah yang dimiliki pemerintah Wolio sama
Wolio) dengan sifat-sifat Tuhan. Hal ini tidak
2. Kasimpo yosarana Woliyo yitu yapôli berarti SLE telah menyekutukan Tuhan
yapadângiyamonayindayapôliyapanayinda dengan pemerintah Wolio. Dia terbawa
modangiyana (UUB, hlm. 50).
oleh perasaan keagamaan (pengaruh
(Kemudian pemerintah Wolio itu dapat
kesufiannya) yang mendalam dalam
mengadakan yang tidak ada dan dapat
meniadakan yang ada) penyusunan UUB. Pemahaman terhadap
3. Kasimpo yosarana woliyo yitu yapôli pemerintah Wolio dan pemahaman
yapadangiya yapakalanga mopekalangana terhadap Tuhan, tentu tidak bisa dicampur-
yapôli yapekatambe mopekatambena (UUB, adukkan. Maksudnya, pemerintah Wolio
hlm. 50-51). berjalan menurut pemahaman adat,
(Kemudian pemerintah Wolio itu sementara Tuhan adalah pemahaman
dapat meninggikan yang rendah dan
menurut ajaran keagamaan. Agama tetap
merendahkan yang tinggi)
4. Yincema-yincema mopekakidi-kidina mi- menempati strata tertinggi daripada
ya rangana, yincema-yincema yinda pemerintah Wolio, sebagaimana terungkap
moyangkana miya rangana, yincema- dalam teks UUB SMIK berikut.
yincema yinda môsena Sarana Woliyo, Yamada-yamadakimo aratâ solana ßoli karo,
yincema-yincema yinda mayanggana yamada-yamadakimo karo solana ßoli lipu,
Sarana Woliyo, yincema-yincema malapaka yamada-yamadakimo lipu solana ßoli sara,

45
Vol. 1, No. 1, Juni 2011

yamada-yamadakimo sara solana ß oli agama dari kaumu Tanailandu. Kaumu Tanailandu
(UUB, hlm. 26). diserupakan dengan martabat ahadiyah
(Hancur-hancurlah harta asal jangan dalam MT, yaitu zat Allah semata-mata
hancur diri, hancur-hancurlah diri asal yang menurut ahli sufi disebut la-ta-ayun
jangan hancur negeri, hancur-hancurlah
negeri asal jangan hancur pemerintah.
yang artinya tidak nyata kenyataannya
Berkata ulama muhakiki pada pemerintah karena belum ditembus oleh jalannya akal.
Wolio, hancur-hancurlah pemerintah asal Terkait konsep tersebut, sultan dianggap
jangan hancur agama) sebagai wakil Tuhan di bumi dalam arti
Tampaknya SLE bukan hanya telah mencapai derajat manusia insanul
pemerintah Wolio yang diserupakan kamil, karena itu pula ia bergelar khalifatul
dengan Tuhan, tetapi juga kekuasaan khamis.
sultan dan sapati, seperti tertulis dalam Penyerupaan pemerintah Wolio de-
UUB SMIK berikut. ngan Tuhan dapat meningkatkan ke-
taatan masyarakat pendukungnya ter-
Kasimpo saro laki woliyo yitu Faqâla limâ
hadap pemerintah Wolio. Mereka meng-
yurîdu, mânana, yapewayu malingu pêluyana.
Kasimpo saro sapati yitu Innallaha lâyukhliful anggap bahwa pemerintah Wolio selain
mî’âdi, mânana, satotû-totûna yoallahu tâla memiliki kekuatan mistik yang berasal
yitu yindâ balî janjina (UUB, hlm. 33). dari luar Islam juga mengandung mistik
(Kemudian nama sultan itu Faqâla Islam. Demikian pula penyerupaan sultan
limâ yurîdu, artinya berbuat segala yang dengan Tuhan dan alam arwah dapat
dikehendaki-Nya, kemudian nama sapati meningkatkan keyakinan bahwa sultan
itu Innallaha lâyukhliful mî’âdi artinya,
sesungguhnya Allah Taala itu tidak memiliki kekuasaan lahir dan batin. Dengan
mengubah janji-Nya) kekuasaannya itu dia dipandang mampu
melihat segala tingkah laku rakyatnya, baik
Selain diserupakan dengan Tuhan, yang tampak maupun yang tersembunyi.
kedudukan sultan diserupakan pula dengan Sultan diyakini mampu menguasai mereka,
martabat alam arwah dalam Martabat Tujuh baik fisik maupun mental, baik jasmani
(selanjutnya disingkat MT). Alam arwah maupun rohaninya. Terkait dengan hal
menempati tempat tertinggi dari semua itu, menurut pemerintah Wolio, sultan
wujud ciptaan Allah SWT. Di situlah awal dapat berbuat sekehendaknya (Faqâla limâ
mulanya semua kejadian makhluk yang yurîdu) dan rakyat mesti dapat menerima
bernyawa. Nyawa yang pertama kali segala perintahnya.
diciptakan oleh Allah SWT adalah nyawa
Nabi Muhammad, karenanya ia disebut 2. Unsur Martabat Tujuh
bapak semua nyawa atau roh (abû al- Di kalangan masyarakat Buton (Wolio),
arwah). Hal itu sebagaimana diungkapkan istilah MT selain dikenal sebagai nama
dalam hadist Nabi Muhammad SAW yang sebuah ajaran dalam dunia tasawuf, juga
artinya ‘Pertama-tama yang dijadikan dikenal sebagai undang-undang kerajaan
Allah Taala itu adalah nyawaku satu kati Buton. Sultan Buton ke-4 bernama, SLE,
dan dua lasa dan empat ribu tahun lebih (1597-1633) diketahui sebagai sultan Buton
dahulu ruh Muhammad, kemudian ruh pertama yang menyusun undang-undang
yang lainnya’ (SW, hlm. 7). Buton yang dipengaruhi ajaran tasawuf
Demikian halnya dengan sultan (MT), karena itulah undang-undang ini
yang menempati tempat tertinggi dalam disebut Undang-Undang Martabat Tujuh
pemerintahan Wolio. Meskipun berasal atau MT saja. Namun, perlu kiranya dibuat
dari hasil pilihan rakyat melalui dewan ahli batasan yang jelas tentang perbedaan MT
adat yang disebut Siolimbona, dia berasal sebagai ajaran tasawuf dan MT sebagai
dari golongan bangsawan tertinggi yang Undang-Undang Kerajaan Buton. Ajaran MT
telah mendapat legitimasi baik secara adat meliputi tujuh peringkat atau martabat.
maupun secara pemerintah, yaitu berasal

46
Unsur Tasawuf dalam Naskah Undang-Undang Buton
La Niampe

Pertama, martabat Ahadiyah yaitu seperti jin tetapi bukan jin, seperti manusia
zat Allah semata-mata. Para ahli sufi tetapi bukan manusia, seperti batu tetapi
menyebutnya la-ta-ayun, artinya tidak nyata bukan batu, seperti kayu tetapi bukan
kenyataannya sebab belum ditembus oleh kayu dan seperti binatang tetapi bukan
akal. Yang diketahui semata-mata zat Allah, binatang. Keadaan alam misal seperti juga
tidak muncul iktibar sifat atau asma. keadaan alam arwah, yaitu masih sangat
Kedua, martabat Wahdah, yaitu sifat halus sehingga tidak dapat terjangkau oleh
Allah. Para ahli sufi menyebutkan ta- panca indera manusia.
ayun-awal, artinya kenyataan pertama Keenam, martabat Alam Ajsam, yaitu
sampainya akal untuk mengetahui zat sama keadaan yang nyata seperti tanah,
Allah dan untuk memahami sifat Allah, bulan, awan, batu, kayu, dan air. Dia sudah
karena sifat-sifat itulah yang menunjukkan dapat dibagi-bagi, dipilah-pilah, serta dapat
zat, baik sifat sulbi maupun sifat maujud. dijangkau oleh panca indra manusia. Alam
Ketiga, martabat Wahidiyah, yaitu Ajsam disebut juga alam syahadah, artinya
asma Allah. Para ahli sufi menyebutnya ta- alam nyata. Secara berurutan yang dijadikan
ayun-tsani, artinya kenyataan kedua. Asma Allah Taala adalah Arasyi dan Kursiy, alam,
Allah disebut kenyataan kedua karena laugh mahfuz, bulan tujuh lapis, dan tanah
telah ada jalannya akal untuk mengetahui tujuh lapis. Arasyi dan Kursiy serta bulan
zat Allah. Asma itulah yang menunjukkan tujuh lapis itu disebut wujud aba’i, artinya
zat yang bersifat dengan segala sifat yang keadaan semua bapak ajsam. Di bawah bulan
sesuai dengan zat-Nya. tujuh lapis, tanah itu disebut wujud ulaha’ti,
Keempat, martabat Alam Arwah, artinya keadaan semua ibu ajsam. Ibu ajsam
yaitu keadaan semua nyawa, baik nyawa beranakkan keadaan di atas dan di bawah
manusia maupun nyawa yang lainnya. meliputi tiga hal. Pertama, Ajsamul haiwana’ti,
Dijelaskan bahwa nyawa yang pertama artinya semua kejadian hewan. Kedua,
yang dijadikan Allah SWT adalah nyawa ajsamul haimâda’ti, artinya kejadian yang
Nabi Muhammad SAW. Karenanya, dia kental dan yang keras seperti emas, tembaga,
disebut abû al-arwah artinya ‘bapak semua besi dan timah. Ketiga, ajsamul naba’ta’ti,
nyawa’. Nyawa yang lainnya diciptakan artinya kejadian semua yang tumbuh, seperti
dari kelebihan nyawa Nabi Muhammad kayu dan rumput. Semua keadaan yang tiga
SAW. Keadaan nyawa terlampau halus itu diciptakan tidak semata-mata karena atas
dan kecil sehingga tidak dapat dijangkau serasinya dua keadaan di atas dan keadaan
oleh panca indera manusia. Orang Arab di bawah, tetapi atas qudrat dan iradat Allah
menyebutnya ruh dan orang Buton Taala. Jism pertama yang diciptakan Allah
menyebutnya lipa, artinya keluar masuk Taala di atas tanah adalah jism manusia
atau pergi pulang. Apabila Allah SWT yaitu nenek kita, Nabi Adam AS. Karenanya,
menghendaki jasad mati, dikeluarkanlah ia disebut abuwal bataru artinya bapak semua
nyawa itu dari jasad, akan tetapi nyawa jasad. Semua jasad manusia berkumpul pada
tidak pernah mati. Di akhirat, nyawa itu kepala Adam yang meliputi anasir air, angin,
dikembalikan lagi pada jasad, akan tetapi api, dan tanah.
tidak seperti bentuk dan rupa jasad ketika Ketujuh, martabat Alam Insan, yaitu
masih di dunia, dia telah besar dan tinggi. manusia. Martabat manusia disebut
Kelima, martabat Alam Misal, yaitu juga martabat ajamiati, artinya pangkat
permisalan semua keadaan. Keadaan yang mengumpulkan semua dalil yang
alam misal sangat bermacam-macam menunjukkan keadaan Allah Taala, baik
rupanya dan hanya Allah Taala jua yang sifat Jalal-Nya maupun Jamâli-Nya; sifat
mengetahui berapa jumlahnya. Misalnya, kebenaran dan keelokan-Nya. Manusia
ada seperti nyawa tetapi bukan nyawa; merupakan tempat berkumpulnya dua
seperti malaikat tetapi bukan malaikat, jenis teladan; yaitu nyawa sebagai teladan

47
Vol. 1, No. 1, Juni 2011

haq dan badan sebagai teladan khaliq. Taala hal yang demikian itu. Ketiganya
Nyawa manusia disebut teladan haq disebut satu per satu agar ditembus oleh
karena nyawa merupakan jalan sifat dua akal. Menurut Braginsky (1993: 151) ketiga
puluh seperti juga sifat dua puluh pada martabat yang pertama itu bersifat kekal,
Allah Taala. Hanya saja, hakikatnya yang tidak diciptakan dan tidak memiliki wujud
berbeda dengan sifat Allah Taala, artinya yang menyatakan secara lahiriyah; dan
badan manusia merupakan teladan, karena ketiga-tiganya merupakan wujud alam
semua yang ada di alam besar ada juga semesta dalam kesadaran Ilahi.
pada badan manusia. Misalnya, tanah di Tiga martabat berikutnya (alam
alam besar, pada manusia adalah daging, arwah, alam misal, dan alam ajsam)
batu pada alam besar, pada manusia adalah memiliki wujud yang menyatakan secara
tulang, laut di alam besar, pada manusia lahiriyah, bersifat ciptaan dan mengalami
adalah ingus, air pada alam besar, pada kehancuran (Braginsky, 1993:152). Bragin-
manusia adalah ludah, kayu di alam besar sky menjelaskan bahwa martabat yang
pada manusia adalah rambut, api di alam terakhir adalah martabat manusia sempurna.
besar pada manusia adalah suhu badan, Dialah yang paling rendah sekaligus yang
angin pada alam besar pada manusia paling tinggi di antara martabat-martabat
adalah pernapasan, dan seterusnya seperti yang berwujud aktual. Oleh karena itu, ia
itu. Alam pada manusia disebut alam mengandung segala manifestasi absolut.
saghir, artinya alam kecil. Pada hakikatnya, Martabat alam insan (insanul kamil) inilah
manusia itu adalah alam kabir, yakni alam yang tampil sebagai intipati rohani yang
besar karena tidak ada yang ada di alam melaluinya makhluk kembali kepada
besar ini yang tidak ada teladannya pada Khaliknya.
manusia. Akan tetapi, tidak semua yang Tujuh peringkat wujud dalam MT
ada pada manusia ada teladannya di alam tersebut kemudian digunakan oleh SLE
besar, yaitu kalbu nurani yang disebut sebagai tamsil atau teladan dalam penetapan
ruh. Itulah yang ditanyakan Allah Taala jumlah pangkat atau jabatan dalam struktur
ketika berada di alam arwah. Allah Taala pemerintahan Wolio. Hal ini sebagaimana
berfirman yang artinya ‘Tidak leluasa Aku terungkap dalam SW SMIK di bawah ini.
di bumi-Ku dan tidak leluasa Aku di langit- Matayuya yingkô yotuladana murutabati
Ku, hanya leluasa Aku di kalbu hamba-Ku / tuju yi sarana Woliyo yitu yopangka²mo yitu
yang percaya, yang takut dan yang suci’. yituladana / yitu. Yokagagarina mincuyana
Yang dimaksud dengan leluasa, Allah haqiqatina. Yotuladana yi murutabati /
ahadiyati yitu yoqayumu Tanayilandu,
Taala berada di kalbu hamba-Nya yang yotuladana yomurutabati / wahadati yitu
percaya itu artinya bahwa kalbu itu yang yoqayumu Tapi-Tapi, yotuladana yomurutabati
mengingat keadaan Allah Taala sehingga //21// wâhidiyati yitu yoqayumu Kumbewaha,
fanalah dia. Itulah yang disabdakan oleh yotuladana yomurutabati / alamu aruwaha yitu
Nabi Muhammad SAW yang artinya ‘ada yolaki Woliyo, yotuladana yomurutabati alamu
satu waktu aku ini tidak leluasa aku di / mitsâli yitu yosapati, yotuladana yomurutabati
alamu / ajsâmu yitu yokenipulu, yotuladana
dalam waktu itu’. yomurutabati alamu / insâni yitu yokapitalayo
Menurut SMIK, tiga martabat yang ruyamiyayiya. Yosiytumo / yotapisaka mo-
pertama yaitu (ahadiyah, wahdah, dan minana yi Sulutani Dayanu Ihsaanu al-Din /
wahidiyah) disebut martabat qadim yang baqa. Moßolina Payuna ... (SW, hlm. 20-21).
Yang mendahulukan dan yang mengakhiri (Ketahuilah engkau teladan Martabat/
bukan zaman melainkan akal. Apabila Tujuh pada pemerintahan Wolio itu
sudah pangkat-pangkat itu. Teladan/itu
yang mendahului dan yang mengakhiri penghitungannnya bukan hakikatnya:
adalah zaman, yang lebih dahulu adalah teladan pada martabat/ahadiyah itu kaum
zat-Nya, kemudian sifat-Nya dan yang Tanailandu; teladan martabat/wahdah itu
terakhir adalah asma-Nya. Mustahil Allah kaum Tapi-Tapi; teladan martabat //21//

48
Unsur Tasawuf dalam Naskah Undang-Undang Buton
La Niampe

wahidi-yah itu kaum Kumbewaha; teladan Kesamaan atau keserupaan an-


martabat/alam arwah itu sultan; teladan tara pemerintah Wolio dengan MT
martabat/alam mitsal itu sapati; teladan sesungguhnya lebih condong pada jumlah
martabat alam/ajsam itu kenepulu; teladan
martabat alam /insan itu kapitalao yang
perhitungan pangkat daripada makna
dua orangnya. Itulah/yang berasal dari yang dikandung oleh setiap pangkat. Hal
Sultan Dayanu Ikhsanuddin/Moßolina ini sebagaiman terungkap dalam teks UUB
Pauna) SMIK di bawah ini.
Berdasarkan kutipan tersebut, penetapan Matayuya yingkô yotuladana murutabati
tujuh pangkat dalam pemerintah Wolio oleh tuju yi sarana woliyo yitu yopangka-pangkamo
yitu yituladana yitu. Yokagagarina mincuyana
SLE disamakan atau diserupakan dengan
haqiqatina (UUB, hlm. 20).
tujuh peringkat atau tujuh martabat dalam MT. (Ketahuilah engkau teladan martabat
Pangkat pertama, kaum Tanailandu disamakan tujuh pada pemerintah Wolio itu, sudah
dengan martabat ahadiyah. Pangkat kedua, pangkat-pangkatnya itu teladannya. Peng-
kaum Tapi-Tapi disamakan dengan martabat hitungannya bukan hakikatnya)
wahdah. Pangkat ketiga, kaum Kumbewaha Dengan demikian, haruslah dibedakan
disamakan dengan martabat wahidiyah. antara pemahaman terhadap makna yang
Pangkat keempat, sultan disamakan dengan dikandung oleh setiap pangkat dalam
martabat alam arwah. Pangkat kelima, sapati pemerintah Wolio dan pemahaman
disamakan dengan martabat alam mitsal. terhadap makna yang dikandung oleh
Pangkat keenam, kenepulu disamakan dengan setiap pangkat atau martabat dalam
martabat alam ajsam. Pangkat ketujuh, MT. Artinya, pangkat-pangkat dalam
kapitalao yang dua orang disamakan dengan pemerintah harus dijelaskan menurut
martabat alam insan. pemahaman adat, sedangkan MT harus
Tiga pangkat pertama (kaum dijelaskan menurut pemahaman tasawuf.
Tanailandu, Tapi-Tapi, dan Kumbewaha) Pada masa itu (masa pemerintahan SLE,
dalam istilah adat dikenal dengan nama 1597-1633) alam pemikiran masyarakat
kamß oru-ß oru tulupalena, yaitu tiga Buton di kalangan istana kerajaan
pangkat batiniah yang bersifat kekal yang khususnya kalangan bangsawan dan
menjadi cikal-bakal atau asal-usul kaum petinggi kerajaan sangat diwarnai oleh cara
bangsawan yang kelak akan menduduki berpikir kesufian. SLE sendiri memperoleh
empat pangkat berikutnya yang bersifat ajaran tasawuf MT dan Sifat Dua Puluh
lahiriyah (sultan, sapati, kenepulu, dan dari salah seorang gurunya yang bernama
kapitalao). Sebagaimana diketahui bahwa Syarif Muhammad. Menurutnya, masuknya
undang-undang ini pertama kali disusun pengaruh tasawuf (MT dan Sifat Dua Puluh)
oleh tiga orang tokoh, yakni (1) La Elangi, itulah yang menjadikan pemerintah Wolio
pejabat Sultan dari golongan bangsawan menjadi berkah, sebagaimana terungkap
kaum Tanailandu; (2) La Singga, pejabat dalam UUB SMIK di bawah ini.
sapati berasal dari golongan kaumu Tapi-
Kasimpo yosarana woliyo yitu
Tapi; dan, (3) La Bula, pejabat kenepulu
yibarakatiakana yosara yi Allahu Taala
berasal dari golongan bangsawan kaumu yabinduya mina yi murutabati tuju tê sifatu ruya
Kumbewaha. Adapun pejabat kapitalao pulu Moßolina payuna. Yoguruna Moßolina
pada masa itu tidak disebut namanya, Payuna, yofirusu Muhamadi yamapupumo ß
meskipun ia juga berasal dari salah satu dari ari-ß ariya yiyabakana yoilimûna Allahu Taala.
ketiga golongan bangsawan tersebut. Pada Yaß âkamo pangka yi Allahu Taala yapayamba
maya yofirusu Muhammadi Moßolina Pauna
prinsipnya, antara golongan bangsawan
pitu pangka, tulu pangka yaqudimo pata pangka
yang satu dengan golongan bangsawan muhadatsi (UUB, hlm. 44).
yang lainnya dari ketiga golongan itu masih (Kemudian pemerintah Wolio itu
tergolong hubungan keluarga dekat. makanya berkah pada Allah Taala karena

49
Vol. 1, No. 1, Juni 2011

dicabut dari Martabat Tujuh dan Sifat Pada masa pemerintahan Sultan
Dua Puluh oleh Moßolina Pauna. Guru Buton ke-7 yang bernama Saparigau
Moßolina Pauna ialah Firus Muhammad. (1645-1656), pangkat-pangkat pemerintah
Habislah semua ilmu Allah Taala di-
tanyakannya. Ditanyakan-nya tentang
Wolio yang ditetapkan SLE mengalami
pangkat Allah Taala. Diberitahukannyalah perubahan. Sultan Saparigau mengadakan
Firus Muhammad kepada Moßolina Pauna jabatan Lakina Sora Wolio sebagai salah
tujuh pangkat, tiga pangkat qadim dan satu jabatan strategis dalam pemerintahan
empat pangkat muhadatsi) Venn, Couze Wolio. Jabatan tersebut dimasukkan
Dengan demikian, sangatlah mungkin dalam struktur kepangkatan pemerintah
Sultan La Elangi yang berlatar belakang Wolio yang tujuh. Dengan demikian,
seorang sufi dalam menerapkan kebijakan pangkat sultan tidak lagi masuk dalam
politik kepemerintahan juga dipengaruhi struktur kepangkatan yang tujuh. Sultan
alam pemikiran kesufiannya. Adanya Saparigau memposisikan pangkat sultan
pembatasan tujuh pangkat dalam pe- sebagai penghubung antara pangkat
merintahan Wolio yang diserupakan de- yang tiga (Tanailandu, Tapi-Tapi, dan
ngan jumlah pangkat dalam MT serta Kumbewaha) dengan pangkat yang empat
pembatasan tiga asal golongan bangsawan (sapati, kenepulu, Lakina Sora Wolio
kaumu (Tanailandu, Tapi-Tapi, dan Ku- dan kapitalao). Pangkat sultan tidak lagi
mbewaha) yang kemudian diserupakan diserupakan dengan martabat ahadiah,
dengan tiga martabat (ahadiah, wahdah, tetapi diserupakan dengan alam barzah.
dan wahidiyah) dalam MT yang kelak bagan berikut menggambarkan perubahan
akan menduduki empat jabatan penting struktur kepangkatan pemerintah Wolio.
(sultan, sapati, kenepulu, dan kapitalao) Bagan di atas menunjukkan bahwa
dalam pemerintahan Wolio merupakan Sultan Saparigau tetap mempertahankan

Bagan 1: Perubahan Struktur Kepangkatan Pemerintahan Wolio

Pangkat-Pangkat Pemerintahan Wolio


No Martabat Tujuh
Sultan La Elangi Sultan Saparingau
1. Kaumu Tanailandu Kaumu Tanailandu Ahadiah
2. Kaumu Tapi-Tapi Kaumu Tapi-Tapi Wahdah
3. Kaumu Kumbewaha Kaumu Kumbewaha Wahidiyah
4. Sultan Sapati Alam arwah
5. Sapati Kenepulu Alam misal
6. Kenepulu Lakina Sora Wolio Alam ajsam
7. Kapitalao Kapitalao Alam insan

contoh konkret akan hal itu. Sejak masa jumlah pangkat yang ditetapkan SLE.
pemerintahan SLE telah ditetapkan bahwa Perbedaannya terletak pada isi pangkat
jabatan sultan tidak lagi berasal dari putra keempat sampai dengan pangkat keenam
mahkota, akan tetapi melalui suatu proses (Sultan, Sapati, dan Kenepulu) yang
pemilihan oleh dewan ahli adat yang disebut diserupakan dengan martabat alam arwah,
Siolimbona. Meskipun melalui suatu proses alam misal, dan alam ajsam, sedangkan
pemilihan, dengan adanya kebijakan politik menurut Sultan Saparigau terdiri atas
yang membatasi ruang lingkup bangsawan pangkat (sapati, kenepulu dan lakina Sora
kaumu yang kelak mengikuti pencalonan Wolio) yang juga diserupakan dengan
jabatan sultan, kelak sultan terpilih pun martabat alam arwah, alam misal, dan
masih tergolong lingkungan keluarga juga. alam ajsam. Hal ini menunjukkan bahwa

50
Unsur Tasawuf dalam Naskah Undang-Undang Buton
La Niampe

meskipun pasangan kata-kata yang diberikan daku oleh menteriyang empat


ditamsilkan berubah-ubah, makna yang itu. Jikalau daripada api sekalipun
dirujuk oleh pasangan kata itu tetap bahwasanya tiada aku anguslah melainkan
menteriitu yang angus dan tiada dan tiada
mengandung keserupaan atau kesamaan aku makan makanan dan tiada aku minum
dalam konteks tertentu. Pangkat sultan akan minuman melainkan dibukakan oleh
menurut pemerintah Wolio SLE diserupakan menteriitu akan mulutku. Jikalau daripada
maknanya dengan martabat alam arwah, racun sekalipun tiada mabuk melainkan
sedangkan menurut Sultan Saparigau menteriitu yang mabuk. Dan lagi tiada
diserupakan dengan pangkat alam arwah, tangkal akan hadlaratku melainkan suatu
jua yaitu adil. Itulah tanda kepujianku dan
yakni sapati. Adapun pangkat sultan kecelaanku (Miratut Tamam: 5).
menurut sultan Saparigau diserupakan
maknanya dengan alam barzah. Demikian Menurut kutipan tersebut, sultan
pula dengan pangkat sapati dan kenepulu tidak berarti boleh melakukan tindakan
menurut pemerintahan Wolio SLE di- sewenang-wenang terhadap peraturan adat
serupakan dengan martabat alam misal pemerintah Wolio. Sultan dimuliakan atau
dan alam ajsam, sedangkan menurut dipuji dalam pemerintahan Wolio karena
Sultan Saparigau, martabat alam misal dan ia mampu berbuat adil kepada pemerintah,
alam ajsam diserupakan dengan pangkat adat, dan rakyat. Maka, ia disebut bapak
kenepulu dan pangkat Lakina Sora Wolio. kemuliaan. Namun, apabila ia tidak mampu
Menurut sultan La Elangi, jabatan lagi menunjukkan kemuliaannya, ia akan
sultan merupakan jabatan yang paling dicela dan dihina sehingga ia pun akan
mulia di dalam pemerintahan Wolio, diturunkan dari jabatannya sebagai sultan.
selain asal usulnya jelas, yaitu dari Haji Abdul Gani menjelaskan bahwa
golongan bangsawan dari kamboru-boru sultan diturunkan dari jabatannya apabila
talupalena (kaum Tanailandu, Tapi-Tapi, melanggar hal-hal berikut.
dan Kumbewaha). Ia juga merupakan Pertama, sultan merusakkan nikah
hasil pilihan rakyat melalui dewan ahli orang lain atau anak perempuan orang;
adat yang disebut menteriSiolimbona. kedua, sultan itu membandingkan adat
Mereka berasal dari golongan walaka. negerinya dengan adat negeri lain yang
menyebabkan adat negerinya lebih kecil
Selain itu, sultan diposisikan sebagai atau lebih rendah dari adat negeri lain;
anak oleh menteriSiolimbona, sedangkan ketiga, sultan atau raja itu adalah saudagar,
menteriSiolimbona diposisikan sebagai yang menyebabkan kesengsaraan rakyat-
bapak oleh sultan. Sultan dianggap anak nya karena terlalu mementingkan harta-
menteriSiolimbona karena merekalah nya daripada kepentingan negerinya,
yang memilih dan mengangkatnya sebagai sultan seperti ini dikeluarkan kemudian
dirampas segala hartanya; keempat, sultan
sultan. Dalam pemerintah Wolio, sultan itu meringankan adat dalam negerinya
dianggap suci secara adat; dianggap (Miratut Tamam: 68).
sebagai bayi yang berada di atas pangkuan
ibunya, yang pekerjaannya hanya Yang menasihati sultan agar berbuat
menangis dan tertawa. Haji Abdul Ganiu baik terhadap adat adalah menteriPeropa.
mengungkapkan: Adapun isi nasihatnya antara lain adalah:
...jangan engkau ambilkan adat
Bahwasanya telah sucilah daku daripada
negeri yang lain, artinya jangan engkau
adat, dan jadilah aku seperti kanak-kanak
persembahkan negerimu ini terhadap
di atas ribaan yang menyusui dan tiada
negeri yang lain dan jangan engkau
bagiku suatu jua pun hanyalah tertawa
bersaudarakan, artinya jikalau saudaramu
dan menangis. Tetapi apabila aku tertawa,
sekalipun, jangan malu menghukumkan
maka hendaklah kamu tau ilakina baik-
dan jangan malu bersahabatkan sama.
baik dan apabila aku menangis hendaklah
(Miratut Tamam: 15).
kamu tau ilakina baik-baik tiada aku
akan tanganku mencapaikan melainkan

51
Vol. 1, No. 1, Juni 2011

Apabila nasihat itu dinilai telah dalam arti kuasa kepada sultan, kuasa
dilanggar oleh sultan, sapatilah yang kepada sekalian rakyat dalam negeri, kuasa
mengambil alih. Menurut pemerintah kepada dirinya sendiri, kuasa membunuh,
Wolio, sapati disebut bapak kekerasan kuasa mengusir, kuasa merampas dan
sedangkan sultan disebut bapak kemuliaaan. menyalahkan serta kuasa menurunkan nama
Haji Abdul Ganiu menjelaskan sebagai pegawai (Miratut Tamam:71-72), ia berhak
berikut. menjatuhkan hukuman kepada sultan
... sapati itu bapak kekerasan sekalian sesuai kesalahannya.
adat pegawai, karena adat kekerasan itu Dalam kaitannya dengan ajaran MT,
tiada lainnya melainkan kepada sapati jua. posisi sultan diserupakan dengan alam
Apabila engkau telah faham bahwa raja arwah, yaitu pangkat pertama dari alam
itu bapak kemuliaaan maka jadilah sapati
itu anak raja pada pihak kemuliaannya.
ciptaan yang memiliki wujud secara lahiriah
Demikian lagi sapati itu bapak kekerasan, (alam arwah, alam misal, dan alam ajsam).
maka jadilah raja anak sapati pada pihak Sultan merupakan pangkat pertama yang
kekerasannya artinya kemuliaan sapati itu dinyatakan dalam wujud secara lahiriah
di bawah kemuliaan raja dan kekerasan yang dilahirkan oleh pemerintah Wolio
raja di bawah kekerasan sapati. Dengarkan (sultan, sapati, kenepulu, dan kapitalao).
olehmu hai sapati yang budiman, bahwa
engkau itu bapak sultan dan anaknya pun
Masih menurut Haji Abdul Ganiu.
engkau juga. Maka apabila engkau dilihat Sebab dinamai raja Buton ini sultan
atawa menang suatu pekerjaannya atawa karena nama sultan itu mencapai asma
perbuatan merusakkan adat peganganmu, Arrahman, diibaratkan sifat Arrahman itu
engkau datang kepadanya serta rupakan sempurnalah dengan adilnya dengan dua
dirimu seperti anaknya yang baharu lari kelakuan pada dirinya dalam melakukan
di dalam rumah. Jadikan adat itu seperti kebesarannya; pertama mematutkan fahala
perintahmu, lalu engkau duduk di atas hambanya yang menurut titah sultan dan
ribaannya serta adukan perintahmu kedua, menuntut akan siksa rakyatnya
yang rusak itu. Maka apabila tiada ia yang berbuat jahat yang menyalahkan
memulangkan seperti sedianya maka adat dan yang melawan peraturan adat
engkau menangis, dengan bagai-bagai negerinya (Miratut Tamam: 71-72).
tangisnya hingga kurang air matanya dan
hilang suaranya dan sakit rongkongannya. Sultan diposisikan sebagai bapak
Apabila raja itu tiada dikasihnya dan kemuliaan, orang tua bagi segala
sayangnya pada melihat hal yang demikian bangsawan kaumu dan juga menjadi
itu, maka engkau pikir di dalam saat itu orang tua di dalam dan orang tua di
bahwa keadaanmu itu bapak kekerasan luar. Oleh karena itu, sultan diibaratkan
dan raja itu anakmu di atas ribaannya.
“khalifatullah” (wajib al wujud) karena
Maka ajarkan olehmu akan dia bagai-bagai
pengajaran seperti bagaimana adat bapak memiliki dua hakikat pada dirinya, yakni:
kepada anaknya hingga tiada engkau beri (1) hakikat wajibnya karena ia asal-usul
makanan dan minuman dan pakaian. Suruh bangsanya dan (2) hakikat wujudnya,
dia keluar di dalam rumah kedudukannya, karena ia lagi-lagi ia tiada mempunyai
dan ambil sekalian pakayannya, biarlah kekurangan lagi suci di dalam mencapai
ia lapar dahaga dan bertelanjang karena
segala pekerjaannya (Miratut Tamam: 70).
ia durhaka kepada bapaknya (Miratut
Tamam: 23-24). Sultan juga selalu mendapat pujian
di dalam khutbah di atas mimbar terakit
Menurut kutipan tersebut, apabila hakikat dirinya yang berjumlah empat
sultan tidak lagi menuruti nasihat perkara (Miratut Tamam: 71). Pertama,
menteriPeropa, tugas sapati untuk akhiar yaitu selain sebagai pilihan
menasihati dan mengajarinya. Apabila seluruh warga negeri, ia juga yang patut
sultan tidak tunduk lagi dengan nasihat menjadi sultan. Kedua, derajat yaitu ia
sapati, sesuai dengan kedudukan dalam diangkat dan memimpin tahta kerajaan
pemerintah Wolio sebagai bapak kekerasan serta kekuasaannya penuh kemuliaan.

52
Unsur Tasawuf dalam Naskah Undang-Undang Buton
La Niampe

Ketiga, maudlui yakni dihantarkan anak Menurut pandangan Sultan La Elangi yang
perawannya dari pada segala saat rakyat juga seorang sufi, hal ini bukan berarti telah
negeri Buton ini adanya. Keempat, makbul terjadi penukaran agama (ajaran Martabat
yaitu diterima Allah pada tiap-tiap segala Tujuh) dengan Undang-Undang Buton
hajatnya dan maksudnya karena adalah ia (pangkat-pangkat pemerintah Wolio)
berlindung kepada cahaya Nur Muhammad sehingga keyakinan terhadap agama dapat
di dalam alam dunia ini adanya. diganti dengan keyakinan terhadap Sarana
Fungsi MT dalam pembentukan Wolio. Sultan La Elangi yang dikenal
pangkat-pangkat pemerintah Wolio sebagai penyusun pertama Undang-
adalah melegitimasi kedudukan para Undang Buton yang dipengaruhi ajaran
pejabat penting dalam pemerintah Wolio tasawuf Islam (Martabat Tujuh) sangat
(sultan, sapati, kenepulu dan kapitalao) dipengaruhi oleh perasaan keagamaannya
beserta asal-usulnya (kaumu Tanailandu, yang mendalam, dan bukan keyakinannya
Tapi-Tapi, dan Kumbewaha) sehingga terhadap sarana Wolio. Pada masa itu (abad
meningkatkan kharismatik, kewibawaan ke-17) penulisan karya undang-undang
dan kewenangan mereka sebagai penguasa di Nusantara sangat mengemuka yang
dalam pemerintahan Wolio. Kebijakan dimulai dari kesultanan Aceh (Hooker,
politik SLE menetapkan tujuh pangkat 1984 : 7). Pada masa itu pula ajaran tasawuf
dalam pemerintah Wolio sebenarnya heterodoks berkembang luas. Ia berazaskan
merugikan hak-hak bangsawan lain di luar doktrin tujuh tahap kewujudan yang
bangsawan yang tiga tersebut. Mereka tidak dikenali sebagai wujudiyah. Oleh karena
berkesempatan untuk menduduki empat itu, meskipun pengetahuan mereka tentang
jabatan penting (sultan, sapati, kenepulu, Islam masih kurang, akan tetapi tidak
dan kapitalao) dalam pemerintah Wolio. mungkin antara undang-undang dan ilmu
Lebih dari pada itu, SLE melegitimasi keagamaan mereka dapat dipisahkan.
kekuasaan politik, baik secara adat maupun
secara agama (tasawuf Islam). 3. Unsur Sifat Tuhan yang Dua Puluh
Hubungan keserupaan makna antara Pada hakikatnya ajaran tasawuf
tujuh pangkat dalam pemerintah Wolio mengenai sifat Tuhan yang dua puluh tidak
semasa SLE dan ajaran MT terdapat dapat dipisahkan dari ajaran tasawuf
pada proses penciptaannya. Proses- MT. Sebagaimana telah dikemukakan
proses penciptaan alam semesta (dunia sebelumnya, martabat pertama dalam MT
makrokosmos) oleh Allah SWT melalui disebut martabat ahadiyah yang semata-
tujuh peringkat wujud atau martabat mata hanya mengenal zat Allah. Martabat
(ahadiah, wahdah, wahidiyah, alam arwah, yang kedua yaitu martabat wahdah telah
alam misal, alam ajsam, dan alam insan) mengenal sifat-sifat Allah. Para ahli sufi
diserupakan dengan proses penciptaan menyebutkan ta-ayun-awal yang artinya
pangkat-pangkat dalam pemerintah Wolio kenyataan pertama sampainya akal
(dunia mikrokosmos) oleh SLE yang mengenal zat Allah untuk memahami sifat
juga melalui tujuh peringkat wujud atau Allah. Sifat Allah itulah yang menunjukkan
pangkat (Kaumu Tanailandu, Tapi-Tapi, zat Allah, baik sifat sulbi maupun sifat
Kumbewaha, Sultan, Sapati, Kenepulu, maujud. Hal ini sebagaiman firman Tuhan
dan Kapitalao). Sultan Saparigau yang yang dijelaskan dalm teks Undang—Undang
juga membuat tujuh pangkat (kaumu Buton Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin
Tanailandu, Tapi-Tapi, dan Kumbewaha, (hlm. 5), zâtullahi qadîmun, artinya zat Allah
sapati, kenepulu, Lakina Sora Wolio, dan itu sedia adanya; atau, zâtullahi baqâ’un
kapitalao). Dengan demikian, terkesan artinya zat Allah itu kekal; atau, zâtullahi
bahwa pangkat-pangkat pemerintah Wolio mukhâlifatu lilhawâditsi artinya Allah Taala
dianggap sama dengan Martabat Tujuh. itu tidak sama dengan segala sesuatu yang

53
Vol. 1, No. 1, Juni 2011

baru; atau, zâtuhu yatusifu bilhiya’ti artinya berkata, Keempat belas, hiyat artinya
zat Allah itu bersifat hidup atau seumpama hidup,/Kelima belas, alim artinya yang
dengan itu. maha mengetahui, Keenam belas,//23//
kadirun artinya yang kuasa, Ketujuh belas
Berikut ini adalah uraian secara muridun artinya/yang berkemauan,
lengkap sifat dua puluh dalam UUB Kedelapan belas sami’un artinya yang
SMIK. mendengar,/Kesembilan belas bashirun
Yalapasi Moßolina Payuna yatulada artinya yang melihat, Kedua puluh/
murutabati tuju/ yitu yatuladamo mini mutakalimun artinya yang berkata).
shifatu ruya pulu. Yoshifatu ruya pulu yitu/
Menurut SMIK, siapa saja orang Wolio
yawâjibu yapayiyaka âqili bâliqha yasayubawa
teyayulumporeya/ yi totona yincana. ßâ-ßâna, yang sudah dewasa, wajib memahami di
yoshifatu mowâjibuna yitu yowujudu, /mânana dalam hatinya sifat Allah yang dua puluh
yodângiya, ruyânguyaka, yoqadimu, mânana itu. Dari kedua puluh sifat itu, tujuh sifat
yatoka, taluyanguyaka,/ yobaqâ, mânana di antaranya diamanatkan oleh Allah
yasadâdâ, patânguyaka, yomukhâ lifatul- SWT kepada manusia untuk memperbaiki
lilhawâditsi, / mânana yaposala tê yiyapayiyaka
dirinya. Yang diberikan pertama kali oleh
mosimpona, limânguyaka, oqiyaamuhu/
taala binafsihi, mânana yakakaro tê sakaro- Allah SWT kepada manusia adalah hidup,
karona, namânguyaka,/ yowahadainayhi, dimaksudkan agar setiap manusia wajib
mânana sângu-yanguna, pituyanguyaka, menjaga hidupnya, jangan dirusak sampai
yohiyâti,/ mânana yadadi, waluyanguyaka, menyebabkan kematian, kecuali dengan
yoilimû, mânana yamatayu, siyoyanguyaka, ridla-Nya. Kedua, pengetahuan, maksudnya
/ yoqudarati, mânana yapôli, sapuluyaka,
setiap manusia wajib mengetahui keadaan
yoirâdati, mânana/ yapêlu, sapulusânguyaka
yosamâ, mânana yaporango, sapulu / dirinya untuk mengenal keadaan Tuhannya,
ruyânguyaka yobasyara, mânana yopokamata, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW,
sapulutaluyanguyaka, yokalamu, / mânana “man’arafa nafsahu faqad arafa rabbahu”,
yakôni, sapulupatânguyaka yohiyatu, mânana artinya ’siapa-siapa yang mengenal dirinya
madadina,/sapululimânguyaka, yoâlimu, mâ- akan mengenal pula keadaan Tuhannya.’
nana momatayuna, sapulunamânguyaka,
Ketiga, kuasa, yang dengannya manusia
//23// yokadirun, mânana yopôlina, sapulu-
pituyanguyaka, yomurîdu, mânana/yopêluna, wajib menggunakan untuk mengerjakan
sapuluwaluyanguyaka, yosamiu, mânana semua jenis ibadah yang diwajibkan Allah
morangona, / sapulusiyoyanguyaka, yobashiru, SWT, baik ibadah lahir maupun batin, serta
mânana mopokamatana, yiruyapuluyakana,/ bukan untuk pekerjaan maksiat, baik maksiat
yomutakâlimu, mânana mokônina....(UUB, lahir maupun batin. Keempat, kehendak,
hal. 22-23)
bahwa setiap manusia wajib menggunakan
(Setelah Moßolina Pauna teladan
Martabat Tujuh/itu berteladan pada kehendaknya untuk mencapai kehidupan
Sifat Dua Puluh. Sifat Dua Puluh itu/ yang baik, di dunia maupun akhirat.
wajib bagi siapa yang akil baligh difahami Kelima, pendengaran, bahwa setiap manusia
dan disimpul mati/di dalam hatinya. wajib menggunakan pendengarannya
Pertama-tama, Sifat Dua Puluh yang wajib untuk mendengarkan segala kata yang
itu wujud;/artinya ada, Kedua, qadim,
mengandung perintah Allah SWT dan
artinya sedia, Ketiga,/baqaa artinya kekal.
Keempat, mukhalifatullilhawaditsi/artinya Rasulullah. Jangan sampai pendengaran
tidak sama dengan sesuatu yang baru. digunakan untuk mendengarkan kata-kata
Kelima, qiyamuhu/taala binafsihi artinya yang tidak baik, terutama yang mengandung
berdiri dengan sendirinya.Keenam,/ fitnahan, makian, dan hinaan, terhadap
wahdaniyah artinya satu-satunya. Ketujuh, sesama manusia. Keenam, penglihatan,
hayat/artinya hidup. Kedelapan, ilmu
wajib bagi setiap manusia menggunakan
artinya mengetahui. Kesembilan,/qudrat
artinya kuasa, Kesepuluh, iradat artinya/ penglihatannnya untuk melihat hal-hal yang
kemauan. Kesebelas, samaa artinya diwajibkan menurut ajaran agama Islam.
mendengar, Kedua belas,/basyar artinya Ketujuh, perkatan, bahwa wajib bagi setiap
melihat, Ketiga belas, kalam/artinya yang manusia menggunakan perkataannya untuk

54
Unsur Tasawuf dalam Naskah Undang-Undang Buton
La Niampe

mengatakan segala hal yang diwajibkan dengan pemerintah Wolio, jumlah 30 juz
menurut ajaran agama Islam. ini digunakan oleh SLE untuk menentukan
Dalam hubungannya dengan jumlah menteridalam pemerintah Wolio,
pemerintah Wolio, jumlah sifat Tuhan yang yaitu berjumlah 30 orang. Ketiga puluh
dua puluh tersebut digunakan oleh SLE orang dimaksud berasal dari golongan
untuk menetapkan jumlah kelengkapan walaka, yang kemudian dibagi ke dalam
adat bagi sultan dan sapati yang juga tiga kelompok (Muin:209-210). Pertama,
berjumlah dua puluh. Kelengkapan adat MenteriSiolimbona, terdiri dari 9 orang:
sultan berjumlah dua belas, sedangkan (1) Menteri Peropa; (2) Menteri Baaluwu;
sapati berjumlah delapan berasal dari (3) Menteri Gundu-Gundu; (4) Menteri
tiga daerah, yaitu Jawa, Pancana (Wuna), Barang katopa; (5) Menteri Gama; (6)
dan Wolio. Setiap daerah meliputi empat MenteriRakia; (7) Menteri Siompu; (8)
kelengkapan adat. Daerah Jawa terdiri atas MenteriWandailolo; dan (9) MenteriMelai.
pau ß ia, paramaDani, gambi yisoda, dan somba. Kedua, MenteriDalam yang terdiri dari 11
Daerah Pancana (Wuna) terdiri atas ßante, orang: (10) MenteriDete; (11) MenteriKatapi;
kabutu, pomua, dan kalonga. Sementara, (12) Menteri Waberongalu; (13) Menteri
daerah Wolio terdiri atas ßeloßaruga umane, Kalau; (14) MenteriWajo; (15) Menteri
ßeloßaruga ß awine, susua wolio, dan susua Sombamarusu; (16) Menteri Litao; (17)
papara. Kedua belas kelengkapan adat Menteri Tanailandu; (18) Menteri Galampa;
tersebut dilengkapi dengan isinya yang (19) Menteri Gampikaro metana co; (20)
juga berjumlah dua belas. Dari Jawa terdiri Menteri Gampikaro sukana co. Ketiga,
atas ßangka mapasa, rampe, ikane yogena, dan MenteriLancina Kanjawari, terdiri dari 10
ambara. Dari Pancana (Wuna) terdiri atas orang: (21) MenteriSilea; (22) MenteriJawa;
popene, suruna karo, tali-tali, dan karambau. (23) Menteri Waborobo; (24) Menteri Lanto;
Sementara, dari Wolio terdiri dari yisalâka, (25) Menteri Lantongau; (26) Menteri
yikodosâka, yiß atuâka, dan yimateâka. Pada; (27) Menteri Kancoda; (28) Menteri
Adapun kelengkapan adat sapati yang Laompo; (29) Menteri Barangka; (30)
berjumlah delapan dilengkapi dengan isi Menteri Laporo. Dalam perkembangan
kekerasan yang terdiri atas lima hal pokok, kemudian, jumlah menteriyang tiga
yakni dosa, pasabu, pomurusi, papasi, dan puluh ini bertambah 42 orang sehingga
pekamate. Adapun yang sampai kepada berjumlah 72 orang. Empat puluh dua
penjaga kelengkapan adat itu juga meliputi orang di antaranya berasal dari golongan
delapan bagian, yaitu: (1) tambena toba; (2) kaumu yang disebut bobato. Jumlah yang
kasabe; (3) bangu te tobata; (4) karoro tujuh 72 orang ini di riwayat mengambil tamsil
ßoka dua suku; (5) kaß atuana rambanua dan itikad yang tujuh puluh dua kaum.
suludaduna kambilo tujuh ßoka dua suku; (6)
ßotu ßitara arata pusaka; (7) aßa moposana yi 5. Unsur Itikad yang Tujuh Puluh
taliku; dan, (8) pupuna katepi. Dua Kaum
Pada masa pemerintahan SLE
4. Unsur Al-Qur’an yang Tiga Puluh tampaknya telah masuk pula ajaran tentang
Juz aqidah salaf ahlus Sunnah wal-jamaah, yang
Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT antara lain ajarannya adalah menjelaskan
sekaligus mukjizat yang diturunkan ikhwal perpecahan dalam dunia Islam
(diwahyukan) kepada Nabi Muhammad menjadi 72 kaum. Perpecahan itu terutama
SAW dan membacanya adalah ibadah disebabkan oleh pemahaman mereka
(Adlani, 2001:xi). Al-Qur’an yang tersusun yang sesat terhadap agama Islam. Abdul
dalam 30 juz merupakan sumber dari Hakim (2005:10) menjelaskan bahwa asal
segala sumber hukum dan kebenarannya kesesatan setiap firqah yang ada di dalam
yang bersifat mutlak. Dalam hubungannya Islam disebabkan pemahaman mereka

55
Vol. 1, No. 1, Juni 2011

yang sangat buruk terhadap agama Akan tetapi, apabila mereka


Islam. Mereka telah menerjemahkan dan memperlihtkan perilaku yang tidak baik,
menafsirkan Islam sesuai dengan hawa menteriSiolimbona pun tidak ragu-ragu
nafsu dan akal-akal mereka yang rendah. mengeluarkan kata-kata kutukan kepada
Dalam hubungannya dengan pe- para bangsawan.
merintah Wolio, perpecahan dalam du- Yakamatâka yoßonto/siyolimbona yitu
nia Islam yang berjumlah 72 kaum itu, yolawana motosarongina yitu, yakônimo duka
digunakan oleh SLE untuk menetapkan manga yinciya/yitu yusodompuye yulayintoße
jumlah itikad yang ditolak oleh pemerintah ßoli yusoye yi polangomu ayinda ßêyuleyi/
Wolio, yang juga berjumlah 72 itikad. ayinda beyutuwu yi tana yinciya sî ... (UUB,
hlm. 24)
Tidak ada penjelasan secara detail dalam
(Jika melihat menteri/ siolimbona yang
teks kaum-kaum apa saja yang mengalami berlawanan dengan yang tersebut itu,
perpecahan itu. Demikian pula tidak ada berkata pula mereka / itu Yusodompuye
penjelasan secara detail itikad apa saja yang yulanyintoße   ßoli yusoye yi polangomu
ditolak oleh pemerintah Wolio itu. Yang ayinda  ßeyuleyi / ayinda  ßeyutuwu yi tana
disebutkan hanya mengenai perilaku jahat. yincina  sî)

Yotuladana yoquraani / talu pulu juzu yitu Oleh karena itu, di depan pintu rumah
yoßontonamo Woliyo yitu, yotuladana / itiqadi menteriSiolimbona selalu tergantung
pitu pulu ruya qaomuna yituladana syarai yitu tirai anyaman bambu yang bercelah,
pitupuluruyângunamo / mototuladana yi sarana dimaksudkan untuk mengintip setiap saat
Woliyo. Yojumwlahana pitupuluruyânguna /
motuladana yi sarana Woliyo yitu, yoyitumo
perilaku para bangsawan dari kamboru-
malinguyaka saro yomingku mokabasarâ / boru talupalena yang melalui atau lewat di
yoßoyasaka mokokabasarâ ... (UUB, hlm. 23) depan rumah mereka. Kata-kata kutukan
(Teladan / itikad yang tujuh puluh seperti tersebut di atas hanya dapat
dua kaumnya itu teladan syarai atau tujuh dikeluarkan oleh menteriSiolimbona
puluh dua / teladannya pemerintah Wolio. apabila para bangsawan dimaksud tidak
Jumlahnya tujuh puluh dua / teladan
pada pemerintah Wolio, yang ditolak oleh
lagi mengindahkan segala nasihat ataupun
pemerintah Wolio, yaitu segala perilaku peringatan menteriSiolimbona itu.
jahat, perkataan kasar, perbuatan yang
tidak sopan).
Menurut pemerintah Wolio, pejabat C. Simpulan
yang berwenang mengawasi perilaku Berdasarkan uraian di depan tampak
kaum bangsawan dalam pemerintah adalah bahwa Undang-Undang Buton cenderung
dewan ahli adat yang tergabung ke dalam berfungsi sebagai tamsil. Unsur Tuhan di
menteriSiolimbona. Mereka ini berasal dari
golongan walaka. Kalangan bangsawan
jajarkan dengan penguasa Wolio sebagai
yang menjadi objek utama pengawasan kekuatan sultan dan Sapati. Unsur
mereka adalah bangsawan yang tergolong martabat tujuh dari Tuhan di tampakkan
ke dalam kamboru-boru talupalena (kaumu dalam tujuh tingkatan Pemerintah Wolio.
Tanailandu, Tapi-tapi, dan Kumbewaha). Unsur sifat Dua Puluh di tampakkan pada
Mereka kelak akan menduduki jabatan jumlah kelengkapan adat Sultan dan Sapati.
penting dalam pemerintah Wolio (sultan,
sapati, kenepulu, dan kapitalao). Apabila
Unsur Tiga Puluh Juz Al-Quran tampak
mereka memperlihatkan yang baik, pada jabatan Menteriyang berjumlah Tiga
menteriSiolimbona tidak ragu-ragu Puluh. Unsur Tujuh Puluh Dua itikat
mengeluarkan kata-kata sebagaimana ditampakkan pada jumlah keseluruhan
terungkap dalam teks SW Muhammad desa dalam pemerintahan Wolio. Pejabat
Idrus Kaimuddin di bawah ini. yang berwenang mengawasi perilaku
susu ßagamu yutuntu yulagi ßoli yumapiy
ßâmu //24// ßoli yamagari bulumu yukawapeya
kaum Bangsawan adalah dewan ahli
duka yokayuncumarakana manga amamu adat yang tergabung dalam Menteri Sio
manga yopuyamu / yulempo duka yutuwupo Limbona.
duka yi tana sî ... (UUB, hlm. 23-24)

56
Unsur Tasawuf dalam Naskah Undang-Undang Buton
La Niampe

Daftar Pustaka Mu’jizah. 2005. Martabat Tujuh: Edisi Teks


Al’Attas, Shed Naguib Al-Attas M. 1972. dan Pemahaman Tanda suatu Simbol.
Islam dalam Sejarah Kebudayaan Jakarta: Djambatan.
Melayu. Kuala Lumpur: Universitas Niampe, La. & Abdullah, Hj. Wan
Kebangsaan Malaysia. Mohammad Saghir. 2004. “Surat
Braginsky, V.I. 1993. Tasawuf dan Sastra Wasiat Muhammad Idrus al-
Melayu Kajian dan Teks-Teks. Butuni: Sebuah Penjelasan Singkat,”
Jakarta: Pusat Pembinaan dan dalam Jurnal Filologi Melayu. Kuala
Pengembangan Bahasa Depdikbud Lumpur: Perpustakaan Negara
RI dan Universitas Leiden, Belanda. Malaysia, hlm. 91-108.
Braginsky. 1998. Yang Indah Berfaedah dan Niampe, La. & Hj. Wan Mohammad Saghir
Kanal Sejarah Sastra Melayu dalam Abdullah. 2001. Haji Abdul Ganiu
Abad 7-19. Jakarta: INIS. Ulama Penentu Undang-Undang
Djamaris, Edwar. 1981. Naskah Undang- Kerajaan Buton. Kuala Lumpur:
Undang dalam Sastra Indonesia Lama. Persatuan Pengkajian Khazanah.
Jakarta: Pusat Pengembangan Niampe, La. 1998. “Kabanti Bula Malino:
Bahasa. Kajian Sastra Wolio Klasik,” Tesis.
Fang, Liaw Yock. 1976. Undang-Undang Bandung: Program Pascasarjana
Melaka (The Laws of Melaka). Universitas Padjadjaran.
Bibliotcha Indonesia Published by Niampe, La. 1998. “Undang-Undang
the KITLV. The Hague-Martinus Kesultanan Buton,” Makalah Se-
Nijhoff. minar dalam Simposium Inter-
Hadi, Abdul. 2001. Tasawuf yang Tertindas: nasional Manassa II FSUI. Jakarta:
Kajian Hermeneutik Terhadap Karya- Pusat Studi Jepang.
Karya Hamzah Fansuri. Jakarta: Niampe, La. 1999. “Nasihat Haji Abdul
Paramadina. Ganiu Kepada Sultan La Ode
Ikram, Achadiati. 2001. Katalog Naskah Muhammad Idrus Kaimuddin,”
Buton Koleksi Abdul Mulku Zahari. Makalah Seminar dalam Simposium
Jakarta: Manassa Yayasan Obor Internasional Manassa III Taman
Indonesia. Ismail Marzuki. Jakarta.
Ikram, Achadiati. 2002. “Karya Sastra Niampe, La. 2000. Kabanti Oni Wolio (Seri
Undang-Undang dari Kerajaan 1-2). Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Wolio,” makalah dalam Simposium Pengembangan Bahasa.
Internasional Manassa-VI Puri Ronkel, Ph. S. Van. 1919. Risalat Hoekoem
Khatulistiwa, Jatinangor Bandung. Kanoen Jaitoe Oendang-Oendang
Ishak, Othman, 1997. Hubungan Antara Malaka. Leiden: Boekhandel En
Undang-Undang Islam dengan Undang- Drukkerij Voorheen E.J.Brill.
Undang Adat. Kuala Lumpur: Dewan Ronkel, Ph. S. Van. 1929. Adat Radja-
Bahasa dan Pustaka. Radja Melayu. NV. Boekhandel En
Ming, Ding Choo. 2003. Kajian Manuskrip Drukkerij Voorhen E.J. Brill.
Melayu: Masalah, Kritikan dan Rudiyansyah, Toni. 1997. “Kaomu, Walaka,
Cadangan. Kuala Lumpur: dan Papara: Suatu Kajian mengenai
Perpustakaan Negara Malaysia. Struktur Sosial dan Ideologi
Moyer, David S. 1975. The Logic of The Kekuasaan di Kesultanan Wolio,”
Laws: A Structural Analysis of Malay dalam Berita Antrropologi. No.52.
Languange Legal Codes From Bengkulu. Jakarta, hlm. 44-53.
KITLV: The Hague-Martinus Santrie, Aliefya, M. 1987. Martabat Tujuh
Nijhoff. Karya She’kh Abdul Muhyi dalam

57
Vol. 1, No. 1, Juni 2011

Warisan Intelektual Islam Indonesia: Yunus, Abdul Rahim. 1995. Posisi Tasawuf
Telaah Atas Karya-karya Klasik. dalam Sistem Kekuasaan di Kesultanan
Bandung: Mizan. Buton pada Abad ke-19. Jakarta: INIS.
Schimmel, Annemarie. 2003. Dimensi Mistik Yunus, Abdul Rahim. 1996. Martabat Tujuh
dalam Islam (Terjemahan). Jakarta: Versi Kesultanan Buton dalam sejarah
Pustaka Firdaus. dan Naskah. Orasi Dies Natalis
Schoorl, Pim. 2003. Masyarakat, Sejarah dibawakan pada Wisuda VIII dan
dan Kebudayaan Buton. Jakarta: Dies Natalis XIII Universitas Dayanu
Djambatan. Ikhsanuddin Bau-Bau Tanggal 19
Sham, Abu Hassan dan Salim, Maryam. Oktober 1996.
1995. Sastra Undang-Undang. Kuala Yunus, Umar. 1997. Undang-Undang
Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Minangkabau: Wacana Intelektual
Kementrian Pendidikan Malaysia. dan Wacana Ideologi. Kuala Lumpur:
Usman, Abdullah Sani. 2005. Nilai Sastra Perpustakaan Negara Malaysia.
Ketatanegaraan dan Undang-Undang Zahari, Abdul Mulku. 1977. Sejarah dan Adat
dalam Kanun Syarak Kerajaan Aceh dan Fiy Darul Butuni (Jilid 1-3). Jakarta:
Bustanus Salatin. Bangi: Universiti Proyek Pengembangan Depdikbud.
Kebangsaan Malaysia.

58

Anda mungkin juga menyukai