Anda di halaman 1dari 8

A.

PENILAIAN,PENGUKURAN TES, EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI


1. PENILAIAAN PEMBELAJRAN
Penilaian dalam pembelajaran adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai
informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari
pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui program
kegiatan belajar. Penilaian hasil belajar baik formal maupun informal diadakan dalam
suasana yang menyenangkan, sehingga memungkinkan peserta didik menunjukkan apa
yang dipahami dan mampu dikerjakannya. Hasil belajar seorang peserta didik dalam
periode waktu tertentu dibandingkan dengan hasil yang dimiliki peserta didik tersebut
sebelum mengikuti proses pembelajaran, dan dianalisis apakah ada peningkatan
kemampuan, bila tidak terdapat peningkatan yang signifikan, maka guru memunculkan
pertanyaan; apakah program yang saya buat terlalu sulit?, apakah cara mengajar saya
kurang menarik?, apakah media yang digunakan tidak sesuai?, dan lain-lain. Tingkat
kemampuan satu peserta didik tidak dianjurkan untuk dibandingkan dengan peserta
didik lainnya, agar tidak merasa rendah diri, merasa dihakimi oleh pendidik tetapi
dibantu untuk mencapai kompetensi atau indikator yang diharapkan.
Penilaian proses dan hasil belajar kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan
kesehatan sesuai Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 dilakukan melalui:
a) Observasi sikap secara berkesinambungan.
b) Penilaian diri untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan peserta didik yang
bersangkutan.
c) Penilaian antar peserta didik dengan instrumen antar peserta didik;
d) Jurnal perilaku peserta didik.
e) Tes tulis, lisan, dan penugasan (pekerjaan rumah dan atau proyek).
f) Tes prkatik berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas sesuai dengan tuntutan
kompetensi;.
g) Proyek pengerjaan tugas yang diberikan meliputi proses perencanaan, pelaksanaan, dan
pelaporan.
h) Portofolio, berupa kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang dan kurun waktu
tertentu.
i) Memaknai berbagai teknik dalam penilaian sebagaimana yang tertuang dalam kebijakan
tersebut, guru dapat memilih beberapa cara yang sesuai dengan karakteristik peserta
didik, kompetensi dasar yang akan dinilai, serta pertimbangan lainnya. Lebih lanjut
dapat dirinci sebagai berikut:
a. Tes Tertulis
Tes tertulis digunakan untuk mengungkap pengetahuan yang diperoleh
dalam pembelajaran penjasorkes. Berdasarkan waktu pelaksanaannya tes
dilakukan dalam situasi yang disediakan khusus, misalnya: ulangan harian,
ulangan tengah semester, ulangan akhir semester ataupun ulangan kenaikan
kelas. Tes dapat juga dilakukan melekat dalam proses pembelajaran, misalnya
dalam bentuk kuis, untuk mengetahui seberapa jauh peserta didik dapat
menguasai atau menyerap materi pelajaran.
b. Penilaian Berbasis Kinerja (Performance Based Asessment)
Penilaian kinerja dapat berbentuk penilaian keterampilan gerak (skill test).
Melalui penilaian kinerja peserta didik diminta mendemonstrasikan kinerjanya
dalam aktivitas jasmani atau melaksanakan berbagai macam keterampilan gerak
sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar mata pelajaran penjasorkes.
Penilaian kinerja dalam pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan dapat
berupa penilaian terhadap kemampuan peserta didik dalam menerapkan
keterampilan dasar bermain sepakbola, keterampilan dasar bermain bolabasket,
keterampilan dasar bermain bolavoli, dan sebagainya ke dalam permainan yang
sesungguhnya. Penilaian domain keterampilan dalam penilaian kinerja yang
diterapkan pada pembelajaran penjasorkes akan sangat tergantung dari jenis
keterampilan yang akan dinilai. Menilai keterampilan yang bersifat
terpenggal/tunggal (discrete) tentu berbeda dengan keterampilan yang bersifat
rangkaian beberapa gerak dasar (serial) atau berulang (continuous). Berbeda pula
menilai keterampilan yang bersifat tertutup (close loop skill) dengan keterampilan
yang bersifat terbuka (open loop skill). Demikian pula dengan jenis gerak kasar
(gross motor skill) dengan menggunakan otot besar tentu berbeda cara menilainya
dengan jenis gerak halus (fine motor skill) dengan menggunakan otot halus.
c. Pengamatan/Observasi
Pengamatan terhadap kinerja dilakukan untuk mengumpulkan data, sehingga
dapat diketahui seberapa jauh peserta didik telah menguasai suatu kompetensi
berdasarkan kinerja yang ditampilkan selama, sesudah, dan atau setelah beberapa
kali proses pembelajaran penjasorkes. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan
lembar pengamatan dipandu dengan pedoman pengamatan perilaku.
Pengamatan juga dilakukan terhadap perilaku yang ditampilkan peserta didik
terkait dengan ranah afektif. Kompetensi afektif meliputi perwujudan sikap dalam
pembelajaran penjasorkes yang dapat diidentifikasi sebagai sikap menghargai tubuh
dengan seluruh perangkat gerak dan kemampuannya sebagai anugrah Tuhan yang
tidak ternilai, percaya diri dalam melakukan berbagai aktivitas fisik dalam bentuk
permainan dan santun kepada teman dan guru selama pembelajaran.
d. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai
portofolio peserta didik yang merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan
pada kumpulan informasi perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu
periode tertentu.Portofolio bukan merupakan sebuah metode penilaian,
melainkan alat pengumpul dan alat komunikasi tentang pembelajaran peserta
didik. Penilaian portofolio memerlukan tanggung jawab peserta didik dalam
mengelola diri, penilaian diri sendiri, dan evaluasi berpasangan. Jenis-jenis
portofolio dapat berupa:
a. Portofolio personal jika dipegang dan dikelola oleh peserta didik. Biasanya
berguna untuk menuliskan cabang olahraga yang disenangi, harapan, refleksi
diri, serta berbagi gagasan dari pengalaman yang diperoleh, sepanjang periode
pembelajaran.
b. Portofolio terekam dan tersimpan (record-keeping portofolios), portofolio ini
dapat diisi dan disimpan oleh peserta didik, namun sebagian dari informasi
yang direkam juga di simpan oleh guru.
c. Portofolio tematik (thematic portofolios), portofolio ini menggambarkan
kegiatan pembelajaran pada satu pokok bahasan (tema) yang berdurasi antara
dua hingga enam minggu. Contohnya, untuk topik kerja sama pada sebuah tim
permainan, peserta didik dapat mencatatkan refleksi mengenai pola
penyerangan dan bertahan (kognitif), menerapkan keterampilan gerak pada
strategi penyerangan dan bertahan (psikomotor), dan upaya mencapai hasil
(kognitif).
d. Portofolio terintegrasi (integrated portofolios), portofolio ini dapat digunakan
untuk menggambarkan “potret” siswa secara keseluruhan, dan berbagai
subyek pembelajaran.
e. Portofolio selebrasi (celebration portofolios) untuk mencatat prestasi cabang
olahraga. f. portofolio tahun jamak (muliyears potofolios), yaitu portofolio
yang digunakan dengan jangka beberapa tahun dan digunakan oleh peserta
didik dari satu tingkatan kelas ke kelas yang lebih tinggi.

Berikut adalah contoh salah satu jenis portofolio yang dapat digunakan dalam pembelajaran
penjasorkes.
NAMA : Kurtubi GURU : Ikhbar Bahjatya S.Pd
KELAS : X TBSM 2 NILAI :

Bergerak kea Memerlukan Tercapai


rah peningkatan
pencapaain
INTELEKTUAL
1. Mengetahui aturan dan
prosedur pengembangan   
aktivitas gerak dan
permainan
2. Mengenali akibat dari   
ruang, waktu, tenaga, dan
arah gerak terhadap
kualitas gerak yang
dilakukan
3. Menerapkan prinsip-prinsip
mekanika dasar yang
 X
mempengaruhi dan
mengendalikan gerak
Komentar Sudah cukup baik
SOSIAL
1. Menghargai hak, pendapat,  
dan kemampuan orang lain
2. Keberanian mengambil

keputusan secara pribadi
3. Berpartisipasi secara
kooperatif dalam berbagai  
kegiatan kesiswaan
Komentar Kurang cukup baik
EMOSIONAL
1. Tanggung jawab dalam
 
memberikan dan mengikuti
arah pembelajaran
2. Keberanian mengambil

keputusan secara pribadi
3. Merespon secara bebas dan
penuh percaya diri,
 
ditunjukkan dari bahasa
tubuh yang ditampilkan
Komentar Kurang cukup baik
KETERAMPILAN
1. Melakukan seluruh
keterampilan dasar dalam
 
berbagai lingkup
pembelajaran secara
koordinatif.
2. Bergerak secara terkendali
pada aktivitas-aktivitas
khusus (senam, aktivitas 
gerak ritmis, dan aktivitas di
air)
3. Bergerak secara terkontrol  
dalam aktivitas-aktivitas
manipulative
Komentar Kurang cukup baik

2. PENGUKURAN PEMBELAJARAN
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap
suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas
fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa
dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen.
Pengukuran adalah proses pemberian angka-angka atau label kepada unit
analisis untuk merepresentasikan atribut-atribut konsep. Proses ini seharusnya cukup
dimengerti orang walau misalnya definisinya tidak dimengerti. Hal ini karena antara lain
kita sering kali melakukan pengukuran.
Menurut Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran (Measurement)
adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk
mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal
ini guru menaksir prestasi siswa dengan membaca atau mengamati apa saja yang
dilakukan siswa, mengamati kinerja mereka, mendengar apa yang mereka katakan, dan
menggunakan indera mereka seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium, dan
merasakan. Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran memiliki dua karakteristik
utama yaitu: 1) penggunaan angka atau skala tertentu; 2) menurut suatu aturan atau
formula tertentu.
Measurement (pengukuran) merupakan proses yang mendeskripsikan
performance siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif (system angka)
sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari performance siswa tersebut dinyatakan
dengan angka-angka (Alwasilah et al.1996). Pernyataan tersebut diperkuat dengan
pendapat yang menyatakan bahwa pengukuran merupakan pemberian angka terhadap
suatu atribut atau karakter tertentu yang dimiliki oleh seseorang, atau suatu obyek
tertentu yang mengacu pada aturan dan formulasi yang jelas. Aturan atau formulasi
tersebut harus disepakati secara umum oleh para ahli (Zainul & Nasution, 2001).
Dengan demikian, pengukuran dalam bidang pendidikan berarti mengukur atribut atau
karakteristik peserta didik tertentu. Dalam hal ini yang diukur bukan peserta didik
tersebut, akan tetapi karakteristik atau atributnya. Senada dengan pendapat tersebut,
Secara lebih ringkas, Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan pengertian pengukuran
(measurement) sebagai kegiatan membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran
tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif. Contoh pengukuran dalam pembelajaran
penjas :

a. Mengukur indeks massa tubuh (IMB) atau body mass indeks (BMI)
IMT dihitung dari massa badan (M) dan kuadrat tinggi atau height (H),
atau IMT= M/HxH, di mana M adalah massa badan dalam kg, dan H adalah tinggi
badan dalam meter. BMI sebagai alat bantu untuk menyatakan seseorang terlalu
kurus, ideal, di atas ideal, gemuk, dan obesitas. Berdasarkan BMI
assessment oleh NHS Direct (2011); http: //www.nhs.uk/ livewell/ loseweight/
pages/ bodymassindex.aspx, tabel tersebut adalah sebagai berikut:

BMI Status
Kurang dari 18.5 Kurus
18.5 - 24.9 Ideal
25 - 29.9 Melebihi berat ideal
30 - 39.9 Kegemukan
Lebih dari 39.9 Obesitas
Berikut adalah contoh penghitungan indeks ini; jika tinggi badan seseorang adalah 1,82
meter, maka bilangan pembaginya akan menjadi 1,82X1,82 = 3,3124. Jika berat badan
seseorang 70,5 kg, (70,5/ 3,3124) maka IMT nya adalah 21,3 sehingga peserta didik
dapat dikatakan memiliki indeks massa tubuh ideal.
b. Mengukur derajat kebugaran jasmani secara umum dari McCloy
Tes kebugaran jasmani dengan McCloy ini mempersyaratkan testee untuk melakukan
serangkaian kegiatan berupa pull ups, press ups, squat thrusts, squat jumps, dan sit
ups. Instrument ini digunakan untuk melihat perkembangan kebugaran jasmani peserta
didik dari waktu ke waktu secara personal, sehingga untuk menentukan norma atau
derajat kebugaran jasmani peserta didik perlu dilakukan penetapan norma oleh guru
sesuai dengan rata-rata kemampuan peserta didiknya.
Pelaksanaan pengukuran kebugaran jasmani ini dilakukan secara berangkai dan terus menerus
dengan tahap-tahap yang telah ditentukan. Pada setiap pergantian kegiatan diberikan jeda
waktu selama tiga menit untuk memberi kesempatan testee melakukan pemulihan. Perlu
dipastikan, seluruh peserta didik dapat melakukan secara benar setiap gerakan agar
pelaksanaan pengukuran tidak terganggu masalah teknis, dan data yang diperoleh valid. Berikut
adalah prosedur dan langkah pelaksanaan tes tersebut:
1) Testee melakukan pemanasan kurang lebih selam 10 menit.
2) Testee melakukan Pull Ups (dagu melewati palang) sebanyak yang mampu ia lakukan.
3) Asisten tes menghitung dan mencatat jumlah pengulangan yang bisa dilakukan testee.
4) Testee istirahat selama tiga (3) menit.
5) Testee melakukan Press Ups sebanyak yang mampu ia lakukan.
6) Asisten tes menghitung dan mencatat jumlah pengulangan yang bisa dilakukan testee
7) Testee istirahat selama tiga (3) menit.
8) Asisten tes memberikan aba-aba “GO” dan memencet stopwatch tanda dimulai Squat
Thrusts.
9) Testee melakukan Squat Thrusts sebanyak-banyaknya selama 1 menit.
10) Asisten tes menghitung dan mencatat jumlah pengulangan yang bisa dilakukan testee.
11) Testee istirahat selama tiga (3) menit.
12) Asisten tes memberikan aba-aba “GO” dan memencet stopwatch tanda
dimulai Squat Jumps.
13) Testee melakukan Squat Jumps sebanyak-banyaknya selama 1 menit.
14) Asisten tes menghitung dan mencatat jumlah pengulangan yang bisa dilakukan testee.
15) Testee istirahat selama tiga (3) menit.
16) Asisten tes memberikan aba-aba “GO” dan memencet stopwatch tanda dimulai Sit Ups.
17) Testee melakukan Sit Ups sebanyak-banyaknya selama 2 menit.
18) Asisten tes menghitung dan mencatat jumlah pengulangan yang bisa dilakukan testee.
19) Peralatan yang diperlukan oleh tester dan asisten tes adalah matras rata yang tidak licin,
papan gantung untuk melakukan pull ups, stopwatch, dan berbagai alat tulis.
20) Skor derajat kebugaran jasmani atau The Physical Fitness Index (P.F.I.)adalah hasil
penjumlahan seluruh pengulangan dari lima item tes dibagi lima (5).

4. EVALUASI PEMBELAJARAN
Evaluasi adalah suatu proses untuk merencanakan, memperoleh, dan
menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat beberapa alternatif dalam
mengambil keputusan. Sesuai dengan pengertian tersebut maka setiap kegiatan evaluasi
atau penilaian merupakan suatu proses yang sengaja dilaksanakan untuk memeperoleh
informasi atau data; berdasarkan data tersebut kemudian dicoba membuat keputusan.
Dimana informasi data yang dikumpulkan itu haruslah data yang sesuai dan mendukung
tujuan evaluasi yang direncanakan.
Tujuan evaluasi bisa berbeda dengan tujuan dari ujian. Secara sederhana evalusi
digunakan untuk memeperbaiki sistem dengan cara memberi penilaian berdasarkan data
yang diambil dari suatu atau sekelompok objek. Sedangkan ujian dapat dilakukan tanpa ada
tujuan untuk memeperbaiki nilai. Ujian juga dapat dilakukan hanya untuk menyaring dan
menentukan kelas dari kumpulan objek.
Dalam hubungan dengan kegiatan pengajaran, Norman E. Gronlund (1976)
merumuskan pengertian evaluasi sebagai berikut: “Evaluation is a systematic process of
determining the extent to which instructional objectives are achieved by pupils”. (Evaluasi
adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai
sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa).
Dengan kata-kata yang berbeda, tetapi mengandung pengertian yang hampir
sama, Wrightstone dan kawan-kawan (1956: 16) mengemukakan rumusan evaluasi
pendidikan sebagai berikut: “Educational evaluation is the estimation of the growth and
progress of pupils to ward objectives or values in the curriculum”, (Evaluasi pendidikan ialah
penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa kea rah tujuan-tujuan atau nilai-
nilai yang telah ditetapkan di dalam kurikulum)

Anda mungkin juga menyukai