Berikut adalah contoh salah satu jenis portofolio yang dapat digunakan dalam pembelajaran
penjasorkes.
NAMA : Kurtubi GURU : Ikhbar Bahjatya S.Pd
KELAS : X TBSM 2 NILAI :
2. PENGUKURAN PEMBELAJARAN
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap
suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas
fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa
dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen.
Pengukuran adalah proses pemberian angka-angka atau label kepada unit
analisis untuk merepresentasikan atribut-atribut konsep. Proses ini seharusnya cukup
dimengerti orang walau misalnya definisinya tidak dimengerti. Hal ini karena antara lain
kita sering kali melakukan pengukuran.
Menurut Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran (Measurement)
adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk
mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal
ini guru menaksir prestasi siswa dengan membaca atau mengamati apa saja yang
dilakukan siswa, mengamati kinerja mereka, mendengar apa yang mereka katakan, dan
menggunakan indera mereka seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium, dan
merasakan. Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran memiliki dua karakteristik
utama yaitu: 1) penggunaan angka atau skala tertentu; 2) menurut suatu aturan atau
formula tertentu.
Measurement (pengukuran) merupakan proses yang mendeskripsikan
performance siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif (system angka)
sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari performance siswa tersebut dinyatakan
dengan angka-angka (Alwasilah et al.1996). Pernyataan tersebut diperkuat dengan
pendapat yang menyatakan bahwa pengukuran merupakan pemberian angka terhadap
suatu atribut atau karakter tertentu yang dimiliki oleh seseorang, atau suatu obyek
tertentu yang mengacu pada aturan dan formulasi yang jelas. Aturan atau formulasi
tersebut harus disepakati secara umum oleh para ahli (Zainul & Nasution, 2001).
Dengan demikian, pengukuran dalam bidang pendidikan berarti mengukur atribut atau
karakteristik peserta didik tertentu. Dalam hal ini yang diukur bukan peserta didik
tersebut, akan tetapi karakteristik atau atributnya. Senada dengan pendapat tersebut,
Secara lebih ringkas, Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan pengertian pengukuran
(measurement) sebagai kegiatan membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran
tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif. Contoh pengukuran dalam pembelajaran
penjas :
a. Mengukur indeks massa tubuh (IMB) atau body mass indeks (BMI)
IMT dihitung dari massa badan (M) dan kuadrat tinggi atau height (H),
atau IMT= M/HxH, di mana M adalah massa badan dalam kg, dan H adalah tinggi
badan dalam meter. BMI sebagai alat bantu untuk menyatakan seseorang terlalu
kurus, ideal, di atas ideal, gemuk, dan obesitas. Berdasarkan BMI
assessment oleh NHS Direct (2011); http: //www.nhs.uk/ livewell/ loseweight/
pages/ bodymassindex.aspx, tabel tersebut adalah sebagai berikut:
BMI Status
Kurang dari 18.5 Kurus
18.5 - 24.9 Ideal
25 - 29.9 Melebihi berat ideal
30 - 39.9 Kegemukan
Lebih dari 39.9 Obesitas
Berikut adalah contoh penghitungan indeks ini; jika tinggi badan seseorang adalah 1,82
meter, maka bilangan pembaginya akan menjadi 1,82X1,82 = 3,3124. Jika berat badan
seseorang 70,5 kg, (70,5/ 3,3124) maka IMT nya adalah 21,3 sehingga peserta didik
dapat dikatakan memiliki indeks massa tubuh ideal.
b. Mengukur derajat kebugaran jasmani secara umum dari McCloy
Tes kebugaran jasmani dengan McCloy ini mempersyaratkan testee untuk melakukan
serangkaian kegiatan berupa pull ups, press ups, squat thrusts, squat jumps, dan sit
ups. Instrument ini digunakan untuk melihat perkembangan kebugaran jasmani peserta
didik dari waktu ke waktu secara personal, sehingga untuk menentukan norma atau
derajat kebugaran jasmani peserta didik perlu dilakukan penetapan norma oleh guru
sesuai dengan rata-rata kemampuan peserta didiknya.
Pelaksanaan pengukuran kebugaran jasmani ini dilakukan secara berangkai dan terus menerus
dengan tahap-tahap yang telah ditentukan. Pada setiap pergantian kegiatan diberikan jeda
waktu selama tiga menit untuk memberi kesempatan testee melakukan pemulihan. Perlu
dipastikan, seluruh peserta didik dapat melakukan secara benar setiap gerakan agar
pelaksanaan pengukuran tidak terganggu masalah teknis, dan data yang diperoleh valid. Berikut
adalah prosedur dan langkah pelaksanaan tes tersebut:
1) Testee melakukan pemanasan kurang lebih selam 10 menit.
2) Testee melakukan Pull Ups (dagu melewati palang) sebanyak yang mampu ia lakukan.
3) Asisten tes menghitung dan mencatat jumlah pengulangan yang bisa dilakukan testee.
4) Testee istirahat selama tiga (3) menit.
5) Testee melakukan Press Ups sebanyak yang mampu ia lakukan.
6) Asisten tes menghitung dan mencatat jumlah pengulangan yang bisa dilakukan testee
7) Testee istirahat selama tiga (3) menit.
8) Asisten tes memberikan aba-aba “GO” dan memencet stopwatch tanda dimulai Squat
Thrusts.
9) Testee melakukan Squat Thrusts sebanyak-banyaknya selama 1 menit.
10) Asisten tes menghitung dan mencatat jumlah pengulangan yang bisa dilakukan testee.
11) Testee istirahat selama tiga (3) menit.
12) Asisten tes memberikan aba-aba “GO” dan memencet stopwatch tanda
dimulai Squat Jumps.
13) Testee melakukan Squat Jumps sebanyak-banyaknya selama 1 menit.
14) Asisten tes menghitung dan mencatat jumlah pengulangan yang bisa dilakukan testee.
15) Testee istirahat selama tiga (3) menit.
16) Asisten tes memberikan aba-aba “GO” dan memencet stopwatch tanda dimulai Sit Ups.
17) Testee melakukan Sit Ups sebanyak-banyaknya selama 2 menit.
18) Asisten tes menghitung dan mencatat jumlah pengulangan yang bisa dilakukan testee.
19) Peralatan yang diperlukan oleh tester dan asisten tes adalah matras rata yang tidak licin,
papan gantung untuk melakukan pull ups, stopwatch, dan berbagai alat tulis.
20) Skor derajat kebugaran jasmani atau The Physical Fitness Index (P.F.I.)adalah hasil
penjumlahan seluruh pengulangan dari lima item tes dibagi lima (5).
4. EVALUASI PEMBELAJARAN
Evaluasi adalah suatu proses untuk merencanakan, memperoleh, dan
menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat beberapa alternatif dalam
mengambil keputusan. Sesuai dengan pengertian tersebut maka setiap kegiatan evaluasi
atau penilaian merupakan suatu proses yang sengaja dilaksanakan untuk memeperoleh
informasi atau data; berdasarkan data tersebut kemudian dicoba membuat keputusan.
Dimana informasi data yang dikumpulkan itu haruslah data yang sesuai dan mendukung
tujuan evaluasi yang direncanakan.
Tujuan evaluasi bisa berbeda dengan tujuan dari ujian. Secara sederhana evalusi
digunakan untuk memeperbaiki sistem dengan cara memberi penilaian berdasarkan data
yang diambil dari suatu atau sekelompok objek. Sedangkan ujian dapat dilakukan tanpa ada
tujuan untuk memeperbaiki nilai. Ujian juga dapat dilakukan hanya untuk menyaring dan
menentukan kelas dari kumpulan objek.
Dalam hubungan dengan kegiatan pengajaran, Norman E. Gronlund (1976)
merumuskan pengertian evaluasi sebagai berikut: “Evaluation is a systematic process of
determining the extent to which instructional objectives are achieved by pupils”. (Evaluasi
adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai
sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa).
Dengan kata-kata yang berbeda, tetapi mengandung pengertian yang hampir
sama, Wrightstone dan kawan-kawan (1956: 16) mengemukakan rumusan evaluasi
pendidikan sebagai berikut: “Educational evaluation is the estimation of the growth and
progress of pupils to ward objectives or values in the curriculum”, (Evaluasi pendidikan ialah
penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa kea rah tujuan-tujuan atau nilai-
nilai yang telah ditetapkan di dalam kurikulum)