Anda di halaman 1dari 4

MKDK4002/Perkembangan Peserta Didik

1. Dari kasus tersebut, Anas tergolong dalam anak hiperaktif tipe hiperaktif-impulsif.
Beberapa kriteria anak dengan tipe hiperaktif-impulsif diantaranya yaitu:
a. Sering menggerak-gerakkan tangan dan kaki ketika duduk.
b. Sering berlari-lari, memanjat yang berlebihan.
c. Selalu bergerak seolah-olah tidak pernah merasa Lelah.
d. Banyak bicara.
e. Sulit menunggu giliran.
f. Sering memotong pembicaraan orang lain.
Sehingga target pembelajaran dalam hal ini tentunya sedikit berbeda dengan target
pembelajaran anak pada umumnya. Beberapa target pembelajaran untuk Anas yaitu:
a. Anas mampu berinteraksi secara aktif bersama teman-temannya.
b. Anas mampu memahami dan menyelesaikan tugas sederhana yang diberikan oleh
guru.
c. Anas mampu melepaskan energinya dengan hal-hal yang tidak mengganggu teman-
temannya seperti membiarkan Anas meremas bola lunak atau mengetuk sesuatu yang
tidak berisik.

2. Karakteristik siswa hiperaktif dapat dilihat dari perilaku anak setiap harinya. Sehingga
beberapa karakteristik umum kesulitan yang dialami oleh Anas yaitu:
a. Daya konsentrasi yang rendah.
b. Mudah beralih perhatian.
c. Sering gagal dalam pemusatan perhatian.
d. Kesulitan dalam memperhatikan tugas.
e. Tidak memperhatikan saat orang lain bicara.
f. Tidak sabar menunggu giliran.

3. Berdasarkan kasus diatas, setiap anak memiliki perbedaan baik perbedaan fisik maupun
perbedaan cara berpikir dan kemampuan intelektualnya. Maka menjadi hal lumrah apabila
tidak semua anak bisa memenuhi harapan orang tuanya, begitu juga sebaliknya. Konsep
ketidakmampuan belajar muncul sebagai bagian dari tantangan bahwa semua anak akan
secara otomatis belajar pada saat mereka mencapai kesiapan dan kematangan. Sehingga
dalam hal ini modifikasi tugas-tugas disesuaikan dengan kemampuan dan gaya belajar
siswa. Meichenbaum (1976) menyarankan tiga langkah dalam modifikasi tugas, yaitu:
a. Manipulasi tugas, temukan dalam keadaan apa seorang siswa dapat
mendemonstrasikan kompetensinya misalnya dengan menggunakan modalitas atau
peraga yang berbeda untuk menyajikan suatu informasi. Tugas tetap diberikan namun
dengan penyampaian yang sedikit berbeda agar siswa dapat lebih memahami.
b. Mengubah lingkungan, memperhatikan dan menemukan apakah siswa dapat
melakukan sesuatu dengan baik dalam suatu lingkungan ideal tempat dia belajar dan
mengerjakan tugas dengan aman dan nyaman. Jika siswa merasa tidak nyaman belajar
di suatu ruangan kelas, dalam proses pembelajaran dapat sesekali diganti ke halaman
sekolah, dibawah pohon yang rindang, aula sekolah, dan lain sebagainya.
c. Memberikan dukungan, berikan dukungan dan bimbingan dalam mengerjakan
tugas dengan menjelaskan bagian demi bagian. Pemberian perumpamaan pada hasil
belajar dan asuh tugasnya juga termasuk hal yang penting bagi perkembangan anak.

4. Berdasarkan kasus tersebut, Ria telah melakukan analisis kemampuan siswa. Selanjutnya,
Ria perlu menyadari bahwa pembelajaran pada siswa SMP tentunya berbeda dengan
pembelajaran pada siswa SD. Karakteristik yang menonjol pada anak usia Sekolah Dasar
adalah senang bermain, senang bergerak atau bekerja dalam kelompok dan senantiasa ingin
melakukan sesuatu secara langsung. Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran
yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan
motoric, pengetahuan dan perilaku hidup aktif dan sikap sportif melalui kegiatan jasmani.
Maka dari itu penting suatu perencanaan sebelum proses pembelajaran dilakukan.
Perencanaan pembelajaran sesuai dengan karakter anak usia Sekolah Dasar biasanya
dengan model Discovery Learning, contohnya dalam materi permainan bola voli yaitu
sebagai berikut:
a. Pemberian rangsangan atau stimulasi
Guru memberikan rangsangan kepada siswa untuk membaca buku atau menonton
video tentang materi yang sudah dibuat.
b. Identifikasi masalah
1) Guru meminta peserta didik untuk mengamati materi yang sudah disajikan
dalam bentuk video pembelajaran dan mencari materi lain melalui buku.
2) Guru meminta peserta didik untuk mengamati latihan gerak dasar dalam
permainan bola voli yaitu pasing bawah, pasing atas, service bawah, service
atas.
c. Pembuktian
1) Guru mengarahkan peserta didik untuk berlatih sehingga akan menjadi tugas
gerak.
2) Guru menugasi peserta didik dengan melaksanakan tugas gerak yang
sebelumnya telah diinstruksikan sesuai dengan contoh dalam video
pembelajaran.
3) Peserta didik melaporkan tugas gerak.
d. Menarik kesimpulan
1) Kesimpulan pembelajaran
Memberikan penjelasan pembelajaran agar tetap menjaga kesehatan dan tetap
melakukan hidup bersih dan sehat serta memberikan motivasi kepada peserta
didik agar tetap semangat mengikuti pembelajaran khususnya pendidikan
olahraga karena mengandung unsur menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh.
2) Penilaian
a) Penilaian sikap, dilakukan dengan pengamatan atau observasi selama
mengikuti kegiatan belajar mengajar. Beberapa aspek yang dinilai yaitu
tanggung jawab, disiplin dan toleransi.
b) Penilaian pengetahuan, dilihat dari kemampuan peserta didik dalam
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru mengenai pengertian
permainan bola voli, menjelaskan Gerakan pasing atas, pasing bawah,
service atas dan service bawah.
c) Penilaian keterampilan, diambil dari tugas gerak peserta didik
mempraktikkan gerak passing bawah, passing atas, service bawah dan
service atas yang dilaporkan kepada guru.

5. Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, mobilitas penduduk, perubahan dan


perkembangan zaman, kajian tentang konsep pendidikan mengalami perluasan ke wilayah
pendidikan orang dewasa (andragogi). Andragogi dimaknai sebagai “the art and science of
helping adult learn” (ilmu dan seni membantu orang dewasa belajar). Dengan adanya
konsep pendidikan orang dewasa, maka pemahaman tentang pendidikan tidak lagi sekedar
upaya untuk mentransfer pengetahuan, tetapi juga membentuk afektif dan mengembangkan
keterampilan sebagai wujud proses pembelajaran sepanjang hayat (life long education).
Fungsi guru dalam hal ini hanya sebagai fasilitator. Sehingga relasi antara guru dengan
peserta didik lebih bersifat multicomunication. Dalam hal kasus yang berkaitan dengan
penyelenggaraan pendidikan bagi orang dewasa untuk yang bekerja kemudian baru kuliah,
dan ada juga yang kuliah baru mendapatkan pekerjaan hal tersebut merupakan sesuatu yang
sering terjadi dalam kehidupan. Seseorang yang sudah bekerja tentu telah terhitung dewasa
dan memiliki tanggung jawab, begitu pula seseorang yang kuliah dahulu baru mendapatkan
pekerjaan tentulah telah dewasa dan memiliki tanggungjawab pula.
Dewasa menurut usia, adalah setiap orang yang menginjak usia 21 tahun. Sedangkan
dewasa berdasarkan psikologis dapat disimpulkan tujuh ciri kematangan, yaitu:
a. Minat yang selalu berorientasi pada tugas-tugas yang dilakukan atau dikerjakannya.
b. Tujuan-tujuan yang dikembangkan dalam konsep dirinya jelas dan memiliki
kebiasaan kerja yang efisien.
c. Kemampuan dalam mengendalikan perasaan pribadi.
d. Memiliki pandangan yang obyektif dalam setiap keputusan.
e. Bertanggungjawab atas segala usaha yang dilakukan.
f. Secara realistis selalu dapat menyesuaikan diri dalam situasi-situasi baru.
Berdasarkan ciri-ciri kedewasaan tersebut, kedua kasus diatas merupakan sesuatu yang
lumrah. Melalui pengukuran kedewasaan dan kematangan diri, tidak masalah jika
seseorang baru mendapat pekerjaan dahulu baru kuliah, ataupun kuliah dahulu baru
mendapatkan pekerjaan.

6. Keberhasilan atau efektif tidaknya suatu proses pendidikan dapat diketahui melalui
penilaian yang mengarah pada program yang valid. Penilaian dalam dunia pendidikan
menganut prinsip secara terus menerus (berkelanjutan) dan menyeluruh (komprehensif)
guna mendukung upaya mendirikan siswa untuk belajar, bekerja sama dan menilai diri
sendiri. Setiap kegiatan belajar mengajar harus memiliki tujuan yang perlu dinilai dengan
berbagai cara. Penilaian harus menjabarkan hasil belajar, yaitu memberikan gambaran
mengenai keberhasilan siswa dalam mengembangkan serangkaian keterampilan
(psikomotorik), pengetahuan (kognitif) dan perilaku (afektif) selama pembelajaran, topik
atau kurikulum yang fleksibel. Berdasarkan kasus Ani sebagai wali kelas yang mendapati
anak didik memiliki kesulitan membaca, maka penilaian yang diberikan harus fleksibel
pula sesuai kemampuan peserta didik. Penilaian bukan menghakimi siswa, tetapi untuk
mengetahui perkembangan pengalaman belajar siswa. Posisi guru sebagai constructive
evaluators yang merefleksikan bagaimana siswa belajar, bagaimana siswa menghubungkan
apa yang mereka ketahui dengan berbagai konteks, dan bagaimana perkembangan belajar
siswa dalam berbagai konteks belajar. Penilaian bagi peserta didik berkebutuhan khusus
sangat beragam. Jenis dan model yang akan dipakai disesuaikan dengan kompetensi dan
indikator hasil belajar yang ingin dicapai, tipe materi pembelajaran, dan tujuan penilaian itu
sendiri. Penilaian tidak terfokus pada ujian akhir saja, namun semua proses dilihat secara
seksama. Sehingga guru memperoleh gambaran yang utuh mengenai kondisi belajar siswa
dari awal hingga akhir. Agar setiap siswa memperoleh perhatian yang sama tetapi diberi
yang berbeda sesuai kebutuhannya, maka guru menyusun buku penilaian individu yang
berisi rangkuman seluruh hasil belajar siswa yang tercatat dan terorganisir secara
sistematik.

Anda mungkin juga menyukai