Anda di halaman 1dari 61

ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN GAYA HIDUP

MASYARAKAT PEKERJA INDUSTRI GALANGAN KAPAL DI


KELURAHAN KARANGASEM UTARA KECAMATAN BATANG

PROPOSAL TESIS
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Pendidikan

Oleh
Nurdianto
0301514016

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN IPS


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2016

1
A. Latar Belakang Masalah

Sumber daya alam yang melimpah belum tentu merupakan jaminan bahwa

suatu wilayah itu akan makmur. Karena kemakmuran dapat tercapai apabila muncul

keseimbangan antara sumber daya alam dan diikuti perkembangan sumber daya

manusianya. Sehingga sebelum seseorang terjun di lapangan kerja diperlukan

pengetahuan sesuai bidangnya masing-masing agar setiap orang dapat berpartisipasi

dalam pembangunan nasional khususnya pada pembangunan di sektor perindustrian

dan perikanan. Seluruh pembangunan tertuju pada optimalisasi nilai tambah

pendapatan atau hasil-hasil perindustrian dan perikanan yang melalui pembangunan

masyarakat nelayan yang dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan

sumberdaya manusia (nelayan) yang diikuti pemanfaatan sumberdaya perikanan

dengan menerapkan ilmu dan teknologi.Upaya optimalisasi pemanfaatan yang

dimaksud yaitu dengan memperhatikan daya lingkungan sehingga usaha pemanfaatan

tersebut dapat berjalan secara lestari dan berkelanjutan.

Wilayah pesisir utara Jawa Tengah merupakan wilayah yang banyak dihuni

oleh nelayan tradisional yang membangun kapal ikan di perkampungan

mereka.Pembangunan/ pembuatan kapal dilakukan oleh nelayan maupun pengusaha

pembuatan kapal yang ada di daerah tersebut umumnya dilakukan dengan teknologi

yang sangat sederhana dan turun-menurun meniru dari yang terdahulu.

2
Berdasarkan data dari Dirjen Perikanan (2014) sub sektor perikanan tangkap

digerakkan oleh kegiatan usaha penangkapan ikan yang dilakukan oleh sekitar 2,7

juta orang nelayan yang tersebar di seluruh Indonesia yang

mengoperasikan sekitar 557.140 unit kapal penangkap ikan. Sebagian besar pelaku

usaha penangkapan ikan (nelayan) merupakan nelayan kecil. Di samping menyerap

tenaga kerja nelayan, usaha perikanan tangkap juga mampu membuka lapangan kerja

diberbagai bidang lainnya, baik disektor hulu maupun hilir, antara lain di bidang

usaha galangan kapal, alat tangkap maupun usaha pengolahan dan pemasaran hasil

perikanan.

Para pelaku usaha besar (industri) di bidang perikanan tangkap umumnya

sudah mandiri baik secara finansial, manajemen, teknologi, maupun akses pasar,

sehingga pemerintah lebih memberikan dukungan pada sisi regulasi untuk

menciptakan persaingan usaha yang sehat, jaminan keamanan dan kepastian

berusaha, dukungan infrastruktur, serta dukungan insentif untuk memperkuat daya

saing industri perikanan tangkap nasional. Adapun untuk pelaku usaha menengah dan

kecil, pemerintah melakukan intervensi kebijakan antara lain pemberian

stimulus/fasilitasi permodalan, fasilitasi sarana dan prasarana usaha, dukungan

infrastruktur, pendampingan/ pembinaan, penguatan kelembagaan usaha, serta

fasilitasi akses pasar, teknologi, dan peningkatan sumber daya manusia.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan sumberdaya manusia,

pengembang sumber daya manusia Indonesia adalah bagian dari proses dan tujuan

3
dalam pembangunan nasional Indonesia. Oleh karena itu, pikiran-pikiran

pembangunan yang berkembang di Indonesia dewasa ini sangat dipengaruhi oleh

kesadaran yang makin kuat akan keikutsertaan bangsa Indonesia dalam proses global

yang sedang berlangsung. Diharapkan proses ini membawa keuntungan dan

mendorong proses pembangunan nasional. Hal yang ingin dicegah adalah bahwa

bangsa Indonesia hanyut tanpa kendali dalam arus globalisasi itu, tenggelam

didalamnya, dan bahwa proses globalisasi akan berwujud proses dehumanisasi.

Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pendidikan merupakan

salah satu cara yang strategis, karena dengan pendidikan anak-anak bangsa ini akan

secara sistematis mendapatkan layanan untuk menumbuhkembangkan potensi yang

dimilikinya. Pendidikan seperti yang dipahami adalah menjadi tanggung jawab

bersama baik pemerintah maupun masyarakat pada umumnya, termasuk keluarga,

karena pendidikan bukan hanya menjadi hak; tetapi juga sebagai kewajiban bagi

setiap individu. Oleh karena itu pendidikan menjadi amanat Undang-Undang Dasar

Republik Indonesia Tahun 1945 yang ruhnya bahwa Bangsa dan Negara ini harus

bertanggung jawab untuk mencerdaskan kehidupan anak-anak bangsa dan

mensejahterakannya secara adil dan merata tanpa harus memandang ras, golongan,

agama, usia, jenis kelamin, etnis, tingkat sosial ekonomi; artinya pendidikan bagi

bangsa ini harus ditujukan kepada semua warga bangsa, oleh sebab itu maka

pendidikan di Negara ini dikatagorikan sebagai layanan dasar bagi masyarakat.

4
Berdasarkan pernyataan menunjukkan pentingnya pendidikan bagi

masyarakat Indonesia, tetapi lain hal yang terjadi di masyarakat yang bermata

pencaharian sebagai pemilik industri galangan kapal tradisional kelurahan

Karangasem utara Kabupaten Batang. Keberadaan industri galangan kapal

menunjang pertumbuhan ekonomi masyarakat karena sebagian besar penduduk

wilayah tersebut mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan. Untuk dapat

menjalankan pekerjaan sebagai nelayan, maka diperlukan berbagai alat penangkap

ikan. Salah satunya adalah perahu atau kapal penangkap ikan. Di Kabupaten Batang

terdapat industri kapal tradisional untuk menangkap ikan, sehingga para nelayan bisa

memesan atau membeli kapal sesuai kebutuhan.

Perkembangan juga bisa diartikan sebagai perihal berkembang, menjadi luas

atau maju atau mengalami kemunduran. Perkembangan dapat diketahui dengan

melakukan perbandingan, artinya menelaah keadaan suatu masyarakat pada waktu

tertentu dan kemudian membandingkannya dengan keadaan masyarakat pada masa

sebelumnya. Tingkat perkembangan setiap masyarakat tidak selalu sama, dan

tergantung pada situasi dan kondisi masing-masing. Ada masyarakat yang mengalami

perkembangan lebih cepat bila dibandingkan dengan masyarakat lainnya, ada pula

yang lebih lamban. Perkembangan yang terjadi pada masyarakat merupakan suatu

hasil proses tindakan masyarakat yang ada kaitannya dengan perubahan. Hal ini

merupakan suatu ideologi yang mencerminkan keaktifan pemerintah dalam mengejar

pertumbuhan perekonomian masyarakat yang sejahtera(Annie, 1985: 235).

5
Industri galangan kapal tradisional ini mampu menyediakan lapangan

pekerjaan yang berpendapatan rata-rata 2 miliyar pertahunnya. Keadaan ini yang

mendesak masyarakat di Karangasem Utara merubah gaya hidup dan terkonsentrasi

pada aspek pemenuhan kebutuhan (ekonomi) dan mengkesampingkan aspek

perkembangan pendidikan anak-anaknya. Gaya hidup masyarakat di Kelurahan

Karangasem Utara saat ini telah menghilangkan batas-batas budaya lokal, daerah,

maupun nasional karena adanya perkembangan industri galangan kapal tangkapan

ikan. Gaya hidup yang berkembang lebih beragam, tidak hanya dimiliki oleh suatu

masyarakat saja. Hal tersebut kemungkinan dikarenakan oleh gaya hidup yang dapat

ditularkan dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya yang cenderung mengabaikan

pendidikan dan perkembangan pengetahuan anak-anaknya. Hal ini dapat terlihat pada

data kependudukan yang menyatakan bahwa rata-rata masyarakat Karangasem Utara

hanya menyelesaikan pendidikan setingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama).

Pemilik industri galangan kapal cenderung menurunkan kepemilikan industri kepada

anak-anaknya selaku generasi penerus usaha keluarga.


Seseorang individu dalam proses tumbuh kembangnya dipengaruhi oleh

lingkungan masyarakat, dan setelah itu di luar keluarga, dari lingkungan mikro

sampai makro. Peran masyarakat dalam pendidikan, sosialisasi, dan penanaman nilai

kepada anak-anak adalah sangat besar. Dalam lingkup skala mikro ialah lingkungan

keluarga. Keluarga kokoh adalah keluarga yang dapat menciptakan genersi-generasi

penerus yang berkualitas, berkarakter kuat, sehingga menjadi pelaku-pelaku

kehidupan masyarakat. Menurut Megawangi, anak-anak akan tumbuh menjadi

6
pribadi yang berkarakter apabila dapat tumbuh pada lingkungan yang berkarakter,

sehingga fitrah setiap anak yang dilahirkan suci dapat berkembang secara optimal.
William Bennett (dalam Megawangi, 2004), berpendapat bahwa keluarga

merupakan tempat yang paling awal dan efektif untuk menjalankan fungsi

Departemen Kesehatan, Pendidikan, dan Kesejahteraan. Apabila keluarga gagal untuk

mengajarkan kejujuran, semangat, keinginan untuk menjadi yang terbaik, dan

kemampuan-kemampuan dasar, maka akan sulit sekali bagi institusi-institusi lain

untuk memperbaiki kegagalan-kegagalannya.


Dari paparan ini dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan wahana

pertama dan utama bagi pendidikan karakter anak. Apabila keluarga gagal melakukan

pendidikan karakter pada anak-anaknya, maka akan sulit bagi institusi-institusi lain di

luar keluarga (termasuk sekolah) untuk memperbaikinya. Kegagalan keluarga dalam

membentuk karakter anak akan berakibat pada tumbuhnya masyarakat yang tidak

berkarakter. Oleh karena itu, setiap keluarga harus memiliki kesadaran bahwa

karakter bangsa sangat tergantung pada pendidikan karakter anak.

Kesenjangan inilah yang mendasari penelitian ini. Berangkat dari persoalan

tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam bentuk

karya ilmiah Tesis yang berjudul “ Analisis Dampak Perubahan Gaya Hidup

Masyarakat Pekerja Industri Galangan Kapal Di Kelurahan Karangasem Utara

Kecamatan Batang ”.

7
B. Identifikasi Masalah

Kelurahan Karangasem Utara Kecamatan Batang yang merupakan salah satu

daerah yang pada saat ini mengalami pertumbuhan ekonomi melalui perkembangan

industri galangan kapal. Hal ini yang memungkinkan akan memberikan dampak pada

perubahan pendapatan individu (ekonomi), lingkungan hidup, sosial, maupun budaya.

Selain itu, keadaan ini mampu memunculkan perubahan gaya hidup pada masyarakat

di Kelurahan Karangasem Utara.

Gaya hidup dapat diidentikkan dengan suatu ekspresi dan simbol untuk

menampakkan identitas diri atau identitas kelompok. Gaya hidup dapat dipengaruhi

oleh nilai-nilai tertentu dari tingkat ekonomi, budaya, dan kehidupan sosial, demi

menunjukkan identitas diri melalui ekspresi tertentu yang mencerminkan perasaan.

Gaya hidup masyarakat di Kelurahan Karangasem Utara saat ini telah menghilangkan

batas-batas budaya lokal, daerah, maupun nasional karena adanya perkembangan

industri galangan kapal tangkapan ikan. Gaya hidup yang berkembang lebih beragam,

tidak hanya dimiliki oleh suatu masyarakat saja. Hal tersebut kemungkinan

dikarenakan oleh gaya hidup yang dapat ditularkan dari satu masyarakat ke

masyarakat lainnya yang cenderung mengabaikan pendidikan dan perkembangan

pengetahuan anak-anaknya.

C. Cakupan Masalah

Ruang lingkup dalam penelitian ini sangatlah penting, terutama sebagai

pedoman dalam pengumpulan sumber dan pembahasan permasalahan. Batasan-

8
batasan yang dimaksud adalah ruang lingkup spasial, dan ruang lingkup keilmuan.

Ruang lingkup berfungsi membatasi peneliti agar tidak menyimpang dari pokok

persoalan.

Ruang lingkup spasial dalam tesis ini adalah Kelurahan Karangasem Utara

Kecamatan Batang. Di Kelurahan tersebut terdapat sejumlah usaha galangan kapal

penangkap ikan, yang merupakan fokus dari tesis ini.

Ruang lingkup keilmuan dari tesis ini adalah ilmu-ilmu sosial, khususnya

sosiologi, ekonomi, budaya, geografi dan sejarah perkembangan industri galangan

kapal penangkap ikan di Kelurahan Karangasem Utara untuk mengetahui dampak

kehidupan sosial ekonomi dan lingkungan alam dari waktu ke waktu yang disebabkan

dari perkembangan industri galangan kapal penangkap ikan.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian mengenai latar belakang tersebut di atas, maka beberapa

permasalahan yang akan dibahas dalam tesis ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perubahan gaya hidup masyarakat yang terjadi akibat perkembangan

industri galangan kapal di Kelurahan Karangasem Utara Kecamatan Batang?

2. Bagaimana pandangan masyarakat pekerja galangan kapal terhadap perubahan

gaya hidup yang terjadi di Kelurahan Karangasem Utara Kecamatan Batang?

3. Apa dampak yang ditimbulkan dari perubahan gaya hidup yang ada di Kelurahan

Karangasem Utara Kecamatan Batang?

9
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui perubahan gaya hidup masyarakat yang terjadi akibat perkembangan

industri galangan kapal di Kelurahan Karangasem Utara Kecamatan Batang.

2. Mengetahui pandangan masyarakat pekerja galangan kapal terhadap perubahan

gaya hidup yang terjadi di Kelurahan Karangasem Utara Kecamatan Batang.

3. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari perubahan gaya hidup yang ada di

Kelurahan Karangasem Utara Kecamatan Batang.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis maupun

teoritis.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan

memperkaya pengetahuan mahasiswa terutama mahasiswa pascasarjana program

studi pendidikan IPS, khususnya terkait dengan dampak keberadaan industri

galangan kapal tradisional terhadap perkembangan pendidikan, kondisi ekonomi,

social, budaya dan lingkungan masyarakat sekitar Karangasem Utara Kecamatan

Batang.

10
2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis ditujukan Peneliti memperoleh gambaran konseptual dan

kontekstual tentang perubahan gaya hidup masyarakat pekerja industri galangan

kapal di Kelurahan Karangasem Utara Kecamatan Batang. Bagi pemerintah

Kabupaten Batang penelitian ini merupakan informasi yang dapat dijadikan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang terkait dengan pengelolaan dan

pengembangan pembangunan di sektor industri. Bagi masyarakat umum khususnya

masyarakatkelurahan Karangasem Utara, hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber

informasi dalam pengelolaan industri galangan kapal tradisional.

G. Kajian Pustaka
1. Perubahan
Kehidupan masyarakat tidak dapat dipandang statis, melainkan bersifat

dinamis. Dari waktu ke waktu kehidupan masyarakat selalu mengalami perubahan

yang meliputi segala aspek kehidupan mereka di dalamnya. Perubahan-perubahan

yang terjadi dalam masyarakat, pada intinya merupakan suatu proses yang terjadi

terus-menerus, ini artinya bahwa masyarakat pada kenyataannya akan mengalami

perubahan-perubahan. Tetapi perubahan yang terjadi pada suatu masyarakat dengan

masyarakat yang lain tidaklah sama.


Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi (1964), bahwa

perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu

masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai,

sikap-sikap dan pola-pola perilakuan diantara kelompok-kelompok dalam

masyarakat. Kendala yang cukup serius dalam hubungannya dengan proses

11
perubahan-perubahan masyarakat yang semakin cepat adalah ketertinggalan dalam

penguasaan IPTEK. Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami

perubahan-perubahan, yang dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti

kurang mencolok. Ada pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun

luas, serta ada pula perubahan-perubahan yang lambat sekali, tetapi ada juga yang

berjalan dengan cepat. Perubahan-perubahan hanya akan dapat ditemukan oleh

seseorang yang sempat meneliti susunan dan kehidupan suatu masyarakat pada

sewaktu-waktu dan membandingkannya dengan susunan dan kehidupan masyarakat

tersebut pada masa lampau.


Seseorang yang tidak sempat menelaah susunan dan kehidupan masyarakat

desa di Indonesia misalnya akan berpendapat bahwa masyarakat tersebut statis, tidak

maju, dan tidak berubah. Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai

sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku organisaasi, susunan lembaga

kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyaraka, kekuatan dan wewenang, interaksi

sosial dan lain sebagainya (Soejono Soekanto, 2010:259).


Ruang lingkup perubahan masyarakat itu terdiri dari unsur-unsur kebudayaan,

baik yang bersifat immaterial maupun yang bersifat material. Perubahan masyarakat

secara umum menyangkut perubahan-perubahan struktural, fungsi budaya dan

perilaku masyarakat. Perubahan berarti suatu proses yang mengakibatkan keadaan

sekarang berbeda dengan keadaan sebelumnya, perubahan bisa berupa kemunduran

dan bisa juga berupa kemajuan (progress).


Faktor pendorong terjadinya perubahan masyarakat :
1. Penemuan baru (invention)

12
Faktor penemuan baru (invention) adalah hasil gagasan baru yang merupakan

rangkaian penciptaan individu-individu dalam masyarakat dengan bersandar pada

tujuan-tujuan dan kehendak-kehendak tertentu. Adapun penemuan yang dinamakan

discovery yang merupakan penemuan dari suatu unsur yang baru, yang diciptakan

oleh seorang individu dalam masyarakat yang bersangkutan. Discovery baru dapat

disebut invention jika masyarakat sudah mengakui, menerima serta menerapkan

penemuan baru itu. Penemuan baru dibedakan ke dalam dua sifat yaitu penemuan

baru yang bersifat immaterial dan penemuan baru yang bersifat material. Penemuan

yang bersifat immaterial, misalnya proses kepemimpinan dan proses manajemen dll.

Penemuan yang bersifat material misalnya komputer, mobil, internet dll.


2. Faktor pertumbuhan penduduk
Perubahan masyarakat dapat disebabkan oleh pertambahan atau berkurangnya

penduduk daerah tertentu. Pertambahan penduduk dapat disebabkan oleh datangnya

penduduk baru dari daerah lain atau karena kelahiran yang meningkat atau daerah

lain merangsang penduduk daerah lainnya datang untuk memadatinya. Pertambahan

penduduk akan berpengaruh terhadap beberapa aspek, antara lain: aspek ekonomi,

aspek sosial, aspek politik, dan lain sebagainya.

3. Faktor Kebudayaan
Terjadinya perubahan unsur-unsur kebudayaan secara timbal balik dapat

mendorong perubahan pada bentuk dan hubungan sosial kemasyarakatnya. Perubahan

masyarakat tidak semata disebabkan oleh faktor kebuadayaan yang ada dalam tubuh

masyarakat itu sendiri, melainkan dapat pula disebakan oleh pengaruh kebudayaan

yang datang dari masyarakat sekitar (luar). Beberapa bentuk perubahan kebudayaan:

13
kebudayaan saling berdampingan dan bercampur menjadi satu kebulatan, salah satu

kebudayaan pudar karena pengaruh kebudayaan lain, dan masing-masing kebudayaan

melebur menjadi kebudayaan baru.


Sumber-sumber sosial dalam perubahan masyarakat, yaitu:
1. Faktor internal
Faktor ini dapat juga disebut dengan sosiogenik, artinya perubahan-perubahan

yang terjadi dalam masyarakat disebabkan oleh masyarakat itu sendiri, antara lain

penemuan, gerakan sosial, dan perencanaan sosial. faktor yang menyebabkan

perubahan masyarakat yang bersifat terselubung atau semu. Misalnya ada

kepentingan terselubung dalam individu-individu atau kelompok yang kemudian

mengadakan gerakan perubahan.


2. Faktor Eksternal
perubahan masyarakat yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar. Antara

lain: faktor penduduk, perubahan lingkungan alam, adanya kekuatan-keuatan

kelompok (penjajahan), dan faktor kebudayaan.

Harigopal (2006) menyatakan perubahan merupakan kegiatan atau proses

yang membuat sesuatu atau seseorang berbeda dengan keadaan sebelumnya dan

merupakan proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku individu. Perubahan

juga dapat diartikan ketidakpuasan terhadap keyakinan lama kemudian percaya

kepada yang baru. Perubahan adalah pergerakan dari situasi sekarang ke masa yang

masa depan, dari keadaan yang dikenal ke keadaan yang relative tidak dikenal.
Adapun tipe-tipe perubahan, yaitu sebagai berikut :

Tipe Perubahan Pengertian


Happenned Change Perubahan yang tidak dapat diprediksi, terjadi secara
alami karena faktor eksternal
Planne Change Perubahan yang direncanakan sebagai respons terhadap

14
tuntutan internal dan eksternal, biasanya terjadi pada
aspek matematis seperti pada perhitungan rancangan
pembangunan jembatan.
Total Change Perubahan drastic dari system yang telah ada
Reactive Change Perubahan yang merupakan respons dari peristiwa atau
serangkaian peristiwa
Transformational Perubahan yang melibatkan seluruh atau sebagian besar
Change dari organisasi disebabkan oleh adanya ancaman
Revolutionary Change Perubahan yang mendadak dalam strategi dan desain
organisasi
Strategy Change Perubahan seluruh atau sebagian besar komponen
organisasi
Anticipatory Change Perubahan yang terjadi sebelum peristiwa sebagai upaya
antisipasi
Recreation Perubahan yang menghancurkan system lama kemudian
membangun yang baru. Perubahannya tidak hanya
menjadi lebih baik, tetapi menjadi berbeda.
Tabel 1. Tipe Perubahan
Sumber: Harigopal, (2006). Management of organizational change: Leveraging
Transformation.
3. Gaya hidup
Mark Weber mengemukakan bahwa persamaan status dinyatakan melalui

persamaan gaya hidup. Dibidang pergaulan gaya hidup dapat berwujud pembatasan

terhadap pergaulan erat dengan orang yang statusnya lebih rendah. Selain adanya

pembatasan dalam pergaulan, menurut weber kelompok status ditandai pula oleh

adanya berbagai hak istimewa dan monopoli atas barang dan kesempatan ideal dan

material. Kelompok status di beda-bedakan atas dasar gaya hidup yang tercermin

dalam gaya konsumsi.


Weber mengemukakan bahwa kelompok status merupakan pendukung adat

istiadat yang berlaku dalam masyarakat. Monopoli suatu kelompok status antara lain

terwujud dalam gaya berbusana. Melihat bahwa setiap kelompok status yang ada di

15
masyarakat mempunyai gaya hidup yang khas. Masing-masing kelompok mempunyai

selera yang khas dalam pakaian, hiburan, perlengkapan rumah tangga, makanan,

minuman, bacaan, selera seni dan musik.


Gaya hidup berarti persamaan status kehormatan yang ditandai dengan

konsumsi terhadap simbol-simbol gaya hidup yang sama. Estetika realitas melatar

belakangi arti penting gaya hidup yang juga didorong oleh dinamika pasar modern

dengan pencarian yang konstan akan adanya model baru, sensasi dan pengalaman

baru. Gaya hidup yang ditawarkan berbagai media pada saat sekarang ini adalah

ajakan bagi khalayaknya untuk memasuki apa yang disebut budaya konsumer (Mark

Weber, 2005:93).
Budaya consumer diartikan sebagai bentuk budaya materi aksi budaya

pemanfaatan benda-benda dalam masyarakat Eropa-Amerika kontemporer. Kini, apa

yang dinikmati oleh masyarakat Eropa-Amerika tersebut “yang notabene adalah

Negara kaya” ditiru oleh masyarakat dunia termasuk negara indonesia. Budaya

consumer dicirikan dengan peningkatan gaya hidup (lifestyle). Justru menurut Lury,

proses pembentukan gaya hidup yang merupakan hal terbaik yang mendefinisikkan

budaya consumer.
Dalam budaya consumer kontemporer, istilah bermakna induvidualistas,

pernyataan diri dan kesadaran diri. Dalam hal ini,tubuh, pakaian, waktu luang, pilihan

makanan dan minuman, rumah, mobil, pilihan liburan dan lain-lain menjadi indicator

cita rasa induvidualitas dan gaya hidup seseorang (Lury, 2007:93).


Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam

aktivitas, minat, dan opininya Sedangkan menurut Assael (1984), gaya hidup

menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan

16
lingkungannya (Kotler, 2002). Sedangkan menurut Assael (1984), gaya hidup adalah

“A mode of living that is identified by how people spend their time (activities), what

they consider important in their environment (interest), and what they think of

themselves and the world around them (opinions)”. Menurut Minor dan Mowen

(2002), gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana

membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu. Selain itu, gaya

hidup menurut Suratno dan Rismiati (2001) adalah pola hidup seseorang dalam dunia

kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapat yang

bersangkutan. Gaya hidup mencerminkan keseluruhan pribadi yang berinteraksi

dengan lingkungan. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola

hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam

membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu.


Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang iekspresikan dalam

aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri

seseorang” dalam berinteraksi denganlingkungannya.Gaya hidup menggambarkan

seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di dunia. Secara umum dapat

diartikan sebagai suatu gaya hidup yang dikenali dengan bagaimana orang

menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting orang pertimbangkan pada

lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di

sekitar (opini). Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam

aktivitas, minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk

merefleksikan status sosialnya (Kotler, 2002:192).

17
Menurut Chaney (dalam Idi Subandy,1997) ada beberapa bentuk gaya hidup,

antara lain :
1. Industri Gaya Hidup
Dalam abad gaya hidup, penampilan-diri itu justru mengalami estetisisasi,

“estetisisasi kehidupan sehari-hari” dan bahkan tubuh/diri (body/self) pun justru

mengalami estetisisasi tubuh. Tubuh/diri dan kehidupan sehari-hari pun menjadi

sebuah proyek, benih penyemaian gaya hidup. “Kamu bergaya maka kamu ada!”

adalah ungkapan yang mungkin cocok untuk melukiskan kegandrungan manusia

modern akan gaya. Itulah sebabnya industri gaya hidup untuk sebagian besar adalah

industri penampilan.
2. Iklan Gaya Hidup
Dalam masyarakat mutakhir, berbagai perusahaan (korporasi), para politisi,

individu-individu semuanya terobsesi dengan citra. Di dalam era globalisasi

informasi seperti sekarang ini, yang berperan besar dalam membentuk budaya citra

(image culture) dan budaya cita rasa (taste culture) adalah gempuran iklan yang

menawarkan gaya visual yang kadang-kadang mempesona dan memabukkan. Iklan

merepresentasikan gaya hidup dengan menanamkan secara halus (subtle) arti

pentingnya citra diri untuk tampil di muka publik. Iklan juga perlahan tapi pasti

mempengaruhi pilihan cita rasa yang kita buat.


3. Public Relations dan Journalisme Gaya Hidup
Pemikiran mutakhir dalam dunia promosi sampai pada kesimpulan bahwa

dalam budaya berbasis-selebriti (celebrity based-culture), para selebriti membantu

dalam pembentukan identitas dari para konsumen kontemporer. Dalam budaya

konsumen, identitas menjadi suatu sandaran “aksesori fashion”. Wajah generasi baru

yang dikenal sebagai anak-anak E-Generation, menjadi seperti sekarang ini dianggap

18
terbentuk melalui identitas yang diilhami selebriti (celebrity-inspired identity)-cara

mereka berselancar di dunia maya (Internet), cara mereka gonta-ganti busana untuk

jalan-jalan. Ini berarti bahwa selebriti dan citra mereka digunakan momen demi

momen untuk membantu konsumen dalam parade identitas.

4. Gaya hidup mandiri


Kemandirian adalah mampu hidup tanpa bergantung mutlak kepada sesuatu

yang lain. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk mengenali kelebihan dan

kekurangan diri sendiri, serta berstrategi dengan kelebihan dan kekurangan tersebut

untuk mencapai tujuan. Nalar adalah alat untuk menyusun strategi. Bertanggung

jawab maksudnya melakukan perubahan secara sadar dan memahami betuk setiap

resiko yang akan terjadi serta siap menanggung resiko dan dengan kedisiplinan akan

terbentuk gaya hidup yang mandiri. Dengan gaya hidup mandiri, budaya

konsumerisme tidak lagi memenjarakan manusia. Manusia akan bebas dan merdeka

untuk menentukan pilihannya secara bertanggung jawab, serta menimbulkan inovasi-

inovasi yang kreatif untuk menunjang kemandirian tersebut.


5. Gaya Hidup Hedonis
Gaya hidup hedonis adalah suatu pola hidup yang aktivitasnya untuk mencari

kesenangan, seperti lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah, lebih banyak

bermain, senang pada keramaian kota, senang membeli barang mahal yang

disenanginya, serta selalu ingin menjadi pusat perhatian.


Menurut pendapat Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) gaya hidup seseorang

dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh individu seperti kegiatan-kegiatan

untuk mendapatkan atau mempergunakan barang-barang dan jasa, termasuk

didalamnya proses pengambilan keputusan pada penentuan kegiatan-kegiatantersebut.

19
Lebih lanjut Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) menyatakan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada 2 faktor yaitu faktor yang berasal dari

dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal).
Faktor internal yaitu sikap, pengalaman, dan pengamatan, kepribadian, konsep

diri, motif, dan persepsi (Nugraheni, 2003) dengan penjelasannya sebagai berikut :
1. Sikap
Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan untuk

memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi melalui pengalaman

dan mempengaruhi secara langsung pada perilaku. Keadaan jiwa tersebut sangat

dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan sosialnya.


2. Pengalaman dan pengamatan.
Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah laku,

pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakannya dimasa lalu dan dapat dipelajari,

melalui belajar orang akan dapat memperoleh pengalaman. Hasil dari pengalaman

sosial akan dapat membentuk pandangan terhadap suatu objek.


3. Kepribadian
Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara berperilaku

yang menentukan perbedaan perilaku dari setiap individu.


4. Konsep diri.
Faktor lain yang menentukan kepribadian individu adalah konsep diri. Konsep

diri sudah menjadi pendekatan yang dikenal amat luas untuk menggambarkan

hubungan antara konsep diri konsumen dengan image merek. Bagaimana individu

memandang dirinya akan mempengaruhi minat terhadap suatu objek. Konsep diri

sebagai inti dari pola kepribadian akan menentukan perilaku individu dalam

menghadapi permasalahan hidupnya, karena konsep diri merupakan frame of

reference yang menjadi awal perilaku.


5. Motif.

20
Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa aman

dan kebutuhan terhadap prestise merupakan beberapa contoh tentang motif. Jika

motif seseorang terhadap kebutuhan akan prestise itu besar maka akan membentuk

gaya hidup yang cenderung mengarah kepada gaya hidup hedonis.


6. Persepsi.
Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan

menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti

mengenai dunia.
Adapun faktor eksternal dijelaskan oleh Nugraheni (2003) sebagai berikut :
1. Kelompok referensi
Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh langsung

atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Kelompok yang

memberikan pengaruh langsung adalah kelompok dimana individu tersebut menjadi

anggotanya dan saling berinteraksi, sedangkan kelompok yang memberi pengaruh

tidak langsung adalah kelompok dimana individu tidak menjadi anggota didalam

kelompok tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut akan menghadapkan individu pada

perilaku dan gaya hidup tertentu.

2. Keluarga.
Keluarga memegang peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan sikap

dan perilaku individu. Hal ini karena pola asuh orang tua akan membentuk kebiasaan

anak yang secara tidak langsung mempengaruhi pola hidupnya.


3. Kelas sosial
Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama

dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang, dan para

anggota dalam setiap jenjang itu memiliki nilai, minat, dan tingkah laku yang sama.

Ada dua unsur pokok dalam sistem sosial pembagian kelas dalam masyarakat, yaitu

21
kedudukan (status) dan peranan. Kedudukan sosial artinya tempat seseorang dalam

lingkungan pergaulan, prestise hak-haknya serta kewajibannya. Kedudukan sosial ini

dapat dicapai oleh seseorang dengan usaha yang sengaja maupun diperoleh karena

kelahiran. Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan. Apabila individu

melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia

menjalankan suatu peranan.


4. Kebudayaan
Kebudayaan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,

hukum, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh individu sebagai

anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-

pola perilaku yang normatif, meliputi ciri-ciri pola pikir, merasakan dan bertindak.

4. Masyarakat
Masyarakat adalah sejumlah besar orang yang tinggal dalam wilayah yang

sama, relative idependen dari orang-orang di luar wilayah itu, dan memiliki budaya

yang relativ sama (Schaefer dan Lamm dalam Saptono dan Bambang Suteng Sulasno,

2006:35).
Masyarakat terbagi menjadi dua jenis, yaitu masyarakat pedesaan (rural

community) dan masyarakat perkotaan (urban community). Dalam masyarakat

modern, sering dibedakan antara masyarakat pedesaan dengan masyarakat perkotaan.

Perbedaan tersebut sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan pengertian

masyarakat sederhana karena dalam masyarakat modern betapapun kecilnya suatu

desa, pasti ada pengaruh-pengaruh dari kota. Sebaliknya pada masyarakat bersahaja

pengaruh-pengaruh dari kota secara relatif tidak ada (Soerjono Suekanto, 2006:136).

22
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling berinteraksi. Suatu

kesatuan masyarakat dapat memiliki prasarana yang memungkinkan para warganya

untuk berinteraksi. Suatu Negara modern adalah contoh dari suatu kesatuan manusia

yang memiliki berbagai jenis prasarana, seperti misalnya suatu jaringan komunikasi

berupa jaringan jalan raya, kereta api, perhubungan udara, media elektronika, media

cetak, system upacara, dan lain-lain. Sehingga warga suatu Negara dengan wilayah

yang kecil tentu dari suatu negara yang sangat luas (Koentjaraningrat, 2005:120).
5. Pekerja
Pekerja atau pegawai didefinisikan sebagai orang yang bekerja pada instansi

atau lembaga ataupun organisasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994)

dinyatakan bahwa “Pegawai merupakan pekerja, karyawan”. Pegawai memiliki hak

dan kewajiban, hak dari pegawai adalah mendapatkan kompensasi, mendapatkan

perlindungan baik secara fisik ataupun secara hukum dari instansi bersangkutan,

memiliki jaminan kesehatan dan keselamatan dalam bekerja. Sedangkan untuk

kewajiban pegawai yaitu menjalankan tugas pokok dari lembaga, mentaati segala

peraturan, serta memiliki jiwa pegawai yang berkualitas.


6. Industri
Menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang perindustrian, industri adalah kegiatan

ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau

barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya,

termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Industri merupakan

suatu bentuk kegiatan masyarakat sebagai bagian dari sistem perekonomian atau

sistem mata pencaharian dan merupakan suatu usaha manusia dalam menggabungkan

23
atau mengolah bahan-bahan dari sumber daya lingkungan menjadi barang yang

bermanfaat bagi manusia (Hendro, 2000:20-21).


Industri sebagai suatu sistem terdiri dari unsur fisik dan unsur perilaku

manusia. Unsur fisik yang mendukung proses produksi adalah komponen tempat

meliputi kondisinya, peralatan, bahan mentah/baku dan sumber energi. Sedangkan

unsur perilaku manusia meliputi komponen tenaga kerja, keterampilan, tradisi,

transportasi dan komunikasi, keadaan pasar dan politik. Perpaduan antara unsur fisik

dan manusia tersebut akan mengakibatkan terjadinya aktivitas industri yang

melibatkan berbagai faktor.


Dalam arti luas, industri berkaitan dengan teknologi, ekonomi, perusahaan

dan orang-orang yang terlibat di dalamnya telah sangat mempengaruhi masyarakat.

Pengaruh tersebut antara lain berupa nilai-nilai, pengaruh fisik terhadap masyarakat

serta usaha para pelaku industri untuk mempengaruhi masyarakat (Parker, dalam

kartasapoetra, 1990 : 92).


Industri memberi input kepada masyarakat sehingga membentuk sikap dan

tingkah laku yang tercermin dalam sikap sewaktu bekerja. Masyarakat pada

umumnya menerima posisi mereka, baik di dalam struktur industri maupun struktur

sosial yang lebih luas lagi. Karena tingkat produksi tergantung pada tingkat

konsumsi, maka masyarakat didorong untuk membeli barang-barang dan jasa yang

diproduksi oleh pihak industri. Mereka memiliki fungsi untuk memproduksi berbagai

jenis barang dan jasa, sekaligus meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasa

yang diproduksinya. Usaha untuk memproduksi dan sekaligus meningkatkan

permintaan melibatkan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Jika ada perubahan

24
masyarakat walaupun mungkin hanya bersifat lokal, ia akan melahirkan

industrialisasi. Sebagai contoh, akibat pertumbuhan industri kendaraan bermotor di

kota Oxford, biaya hidup di kota tersebut menjadi tinggi dan sebaliknya mendorong

buruh untuk menuntut peningkatan upah kerja (Inkeles, dalam Attir, 1989 : 10).
Salah satu bentuk dari perubahan nilai pada masyarakat yang memasuki

industrialisasi adalah munculnya pandangan yang sifatnya materialistik

(Sosrodihardjo, 1986 : 38). Hal ini disebabkan oleh karena adanya penekanan kepada

pembangunan materi dan efisiensi yang hanya diukur berdasarkan untung dan rugi.

Masyarakat yang telah mengalami kemajuan industri senantiasa berorientasi kearah

materi (uang).
Nilai membedakan suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya, di dalam

suatu masyarakat pun terdapat nilai yang berbeda satu sama lain. Perbedaan masing-

masing nilai tersebut mungkin kadangkala membentuk suatu kerjasama yang

produktif, atau mungkin menjadi penyebab utama terjadinya konflik yang berlarut-

larut di dalam industri maupun masyarakat (Parker, didalam kartasapoetra, 1990:34).


Industri memiliki pengaruh yang menimbulkan akibat fisik di dalam

masyarakat. Akibat yang dirasakan oleh masyarakat dengan adanya industrialisasi

bisa dalam berbagai bentuk yang berbeda. Bila suatu kota sangat bergantung hanya

kepada satu jenis industri atau perusahaan, maka perkembangan industri atau

perusahaan tersebut akan menentukan apakah kota tersebut akan berkembang atau

hancur. Munculnya industri-industri baru di suatu wilayah akan memberikan

pengaruh yang besar terhadap jumlah tenaga kerja (Attir, 1989 :11).
Dalam menentukan lokasi industri ada beberapa orientasi industri diantaranya

adalah:

25
1. Berorientasi pada bahan baku (mentah)
Industri dapat berorientasi pada bahan baku (mentah) karena memperhatikan

bahan baku yang mudah rusak atau susut, pengangkutan bahan baku lebih mahal

daripada barang jadi, dan volume bahan baku lebih berat daripada produk yang

dihasilkan. Contoh: industri semen, industri susu, minyak, air mineral, dan

sebagainya.
2. Berorientasi pada tenaga kerja
Industri berorientasi pada tenaga kerja karena industri tersebut membutuhkan

tenaga kerja yang banyak dan banyak memerlukan keterampilan atau skill. Contoh:

industri konveksi, tekstil, ukiran, anyaman, batik, dan sebagainya.


3. Berorientasi pada pemasaran (pasar)
Industri dapat berorientasi pada pemasaran (pasar) karena memperhatikan

biaya angkut barang jadi lebih mahal daripada bahan mentah, produk yang dihasilkan

mudah rusak dan tidak tahan lama, dan memerlukan pemasaran yang luas. Contoh:

industri kaca, industri makanan, industri minuman.


4. Beorientasi pada sumber energi
Industri dapat berorientasi pada sumber energi karena industri tersebut

memerlukan energi yang banyak dalam proses produksi. Contoh: peleburan bijih

timah, besi, tembaga, aluminium, dan sebagainya.


7. Industri Galangan Kapal
Industrialisasi merupakan proses merubah masyarakat dari sistem mata

pencaharian nelayan ke industri. Di dalam proses ini, segala aspek masyarakat,

kebudayaan dan lingkungannya turut bergeser. Industri terwujud dalam berbagi

bentuk dan cenderung terjadi di wilayah pedesaan baik itu di wilayah pertanian

ataupun perikanan. Industri maritim adalah industri berbasis kelautan yang

memproduksi barang maupun jasa bagi segala keperluan kegiatan yang terkait dengan

26
air laut sebagai media dan yang mengolah hasil-hasil laut menjadi produk barang

baru yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi (Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

Batam Tahun 2004-2014).


Storch (1995), menjelaskan salah satu industri maritim adalah industri

galangan kapal yang merupakan suatu industri yang berorientasi untuk menghasilkan

produk berupa kapal (ship), bangunan lepas pantai (offshore), bangunan terapung

(floating plant) dan lain-lain untuk kebutuhan pelanggan (owner, perusahaan, dan

pemerintahan). Sebagian besar produksi dilakukan berdasarkan atas spesifikai yang

diberikan atau disyaratkan oleh pelanggan. Karekteristik dari produk akhir yang

dihasilkan ini menempatkan industri galangan kapal termasuk dalam klasifikasi

product oriented atau job oriented. Karekteristik inilah yang membedakan industri

galangan dengan industri umum lainnya


Ahmad (2004) menyatakan industri galangan kapal dewasa ini memiliki

perkembangan yang masih jauh dari potensi, kapasitas, kebutuhan dan upaya

memajukan teknologinya. Hal ini tergambar dari kenyataan bahwa dari semua

galangan kapal yang ada di Indonesia, produksi kapalyang dikeluarkan dalam tahun-

tahun terakhir ini jumlahnya kurang dari satu persen produksi galangan kapal dunia.
Suryohadhiprodjo (2004) menguraikan masalah yang dihadapi dalam upaya

pengembangan galangan kapal di Indonesia pada umunya ialah belum kuatnya

industry galangan kapal sebagai suatu sektor ekonomi di Indonesia dan belum

kondusifnya penanaman modal dalam bidang ini pada tataran kebijakan makro

ekonomi, fiscal dan moneter, koordinasi dengan sektor lain yang terkait, dan

27
pemerintah daerah maupun masyarakatnya untuk menumbuh kembangkan sektor

ekonomi kelautan.
Hal ini berkaitan erat dengan kebijakan industri dan kebijakan moneter di

negeri ini. Permasalahan yang mendasar bagi galangan kapal kayu tradisional dalam

pembuatan kapal secara turun temurun ialah sulitnya mencapai ukuran kapal yang

telah ditetapkan oleh pemesan, bahkan penyimpangan ukuran kapal dalam ton yang

dipesan oleh pemesan bisa mencapai 25% tingkat kekeliruannya, seperti yang

dihasilkan oleh galangan kapal tradisional di Dumai. Kesulitan lain yang dihadapi

galangan tradisional ialah kesulitan dalam pembuatan rangka dan penentuan ukuran

konstruksi serta perakitannya. Keadaan ini menunjukkan lemahnya teknologi dan

belum berkembangnya teknologi perkapalan di kalangan galangan tradisional, sesuatu

hal yang menggambarkan belum berkembangnya industri ini dan tidak sempat

dilakukan perluasan usaha dalam perekonomian Indonesia yang maju.


Pengembangan dan perluasan usaha perlu ditinjau dari beberapa aspek, seperti

ketersediaan bahan baku, kondisi geografis letak galangan, ukuran dan tipe kapal

yang akan dibangun atau direparasi, metode pambangunan kapal, sumber daya

manusia dan skala produksi. Akan tetapi yang paling menentukan sebenarnya adalah

teknologi dan pasar produksi kapal dan jasa yang dikeluarkan galangan kapal itu.

Karena semua hal itu akan mempengaruhi produktivitas dan efisiensi usaha galangan

kapal.

Mengenai bentuk dan jenis usaha industri menurut Burger dapat dibagi dalam

tiga jenis, yaitu industri kecil, industri menengah dan industri besar. Industri kecil

28
adalah industri yang dijalankan orang perorangan, dikelola dengan manajemen yang

sederhana, tidak membutuhkan spesialisasi kerja, menyerap beberapa orang tenaga

kerja dan hanya menghasilkan barang-barang keperluan sehari-hari. Industri

menengah yaitu industri yang dikerjakan sebagai usaha pokok dengan menyerap

tenaga kerja tidak lebih dari lima puluh orang. Industri ini memproduksi bahan dasar

menjadi barang siap untuk dikonsumsi pasar, membutuhkan spesifikasi kerja, hasil

produksinya berupa kebutuhan sandang dan alat-alat rumah tangga. Industri besar

disebut sebagai industri pabrik, meliputi industri yang menggunakan mesin,

menyerap tenaga kerja lebih dari lima puluh orang. Produksi industri besar antara lain

berupa textil, mobil, bahan bangunan, dan lain sebagainya(Irsan, 1986: 47).
Sementara itu Irsan Azhary Saleh membagi industri kecil di Indonesia

menjadi tiga kategori yaitu industri lokal, industri sentral, dan industri mandiri.

Industri lokal adalah jenis usaha yang menggantungkan hidupnya pada pasar

setempat yang terbatas. Segala usaha kelompok ini umumnya sangat kecil dan

mencerminkan pola usaha yang sifatnya sub sistem. Pemasaran hasil produksinya

ditangani sendiri dan umumnya menggunakan sarana tranportasi sederhana, misalnya

seperti gerobag dan pikulan. Industri sentra dalam usahanya mencapai skala kecil

tetapi membentuk suatu pengelompokan unit usaha dalam suatu kawasan produksi

yang lebih luas dari industri lokal. Industri mandiri pada dasarnya masih bersifat

industri kecil karena unit usahanya yang relatif kecil, namun telah mampu

mengadopsi teknologi produksi yang cukup canggih, serta memiliki kawasan pasar

yang cukup mantap dan tidak tergantung pada pedagang perantara.

29
Menurut Renner ada enam faktor yang mempengaruhi kegiatan industri yaitu

tenaga kerja, bahan baku, pasar, kekuasaan, modal, dan angkutan (Hendro, 2000: 22).

Jika salah satu dari enam faktor tidak dipenuhi maka akan berpengaruh pada hasil

perusahaan. Sementara Pudjiwati Sayogyo berpendapat bahwakehadiran industri

pada suatu masyarakat akan membawa pengaruh dalam masyarakat itu sendiri.

Interaksi antara pola budaya industri dan pola budaya lokal akan berpengaruh dalam

kehidupan sosial ekonomi masyarakat (Pudjiwati,1995: 111).

Menurut Razali (2006) pemilihan metode yang digunakan untuk pembuatan

kapal merupakan permasalahan yang besar bagi galangan kecil dan merupakan hal

yang penting; hal itu dipengaruhi oleh Faktor Teknis, Ekonomis dan Kondisi

Perairan. Saat ini kapal perikanan banyak menggunakan bahan alternatif Fiberglass

karena terbukti memiliki kelebihan dibanding dengan bahan lain diantaranya tahan

korosi, konstruksi lebih ringan, mudah dalam pembentukan dan perawatan, daya

serap terhadap air lebih kecil, dapat dikombinasikan dengan bahan lain, kualitas

pewarna lebih baik dan biaya pengecatan lebih murah.


Hankinson (1982) menjelaskan dalam pembuatan kapal berukuran kecil, pada

saat ini FRP lebih digemari oleh pengguna dan pihak galangan dibandingkan dengan

bahan plywood, kayu, logam dan aluminium. Sebab kapal dari kapal bahan fiberglass

memiliki kelebihannya antara lain bebas terhadap perawatan, memiliki bobot yang

lebih ringan, lebih kuat, kapal dapat bergerak relatif lebih cepat, memiliki nilai dan

harga yang lebih baik dan stabil, pertimbangan ekonomis, lebih baik dan lebih mudah

diaplikasikan bagi pemula.

30
Galangan kapal modern memiliki tingkat teknologi yang kompleks dan lebih

sering membangun serta melayani jasa perawatan dan perbaikan kapal baja atau fiber.

Berbeda dengan galangan kapal tradisional, galangan ini menggunakan teknologi

sederhana dan lebih banyak memproduksi serta melayani jasa perawatan dan

perbaikan kapal kayu. Sementara itu, tingkat teknologi galangan kapal semi modern

berada di antara galangan modern dan tradisional.


Ahmad dan Nofrizal (2009) menjelaskan Jenis kapal yang dilayani di

galangan semi modern bervariasi dari kapal kayu hingga kapal baja. Kapal penangkap

ikan yang umumnya dibuat dari kapal kayu, dinuat di galangan kapal tradisional;

demikian juga dengan perawatan dan perbaikannya. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa industri galangan kapal tradisional sebagai suatu industri penunjang

yang penting dalam industri perikanan tangkap. Oleh karena itu dalam memajukan

perikanan Indonesia, kenyataan itu perlu dipertimbangkan dengan dukungan teori

perubahan teknologi.
Arrow (1962) menjelaskan bahwa karena podusen berusaha meningkatkan

keluaran suatu barang, mereka akan memperoleh untung berupa pengalaman, yang

pada gilirannya mereka akan menjadi lebih efisien. Peran pengalaman dalam

meningkatkan produktivitas menjadi perhatian para pakar ekonomi dalam menuju

industrialisasi suatu perekonomian.


Dalam industri maritim, hal itu dapat diperoleh dengan memadukan perikanan

industri dengan perikanan tradisional melalui suatu kemitraan untuk mengembangkan

keusahawanan, teknologi, dan manejemen dengan memodernisasi perikanan

tradisional. Intinya ialah adanya perubahan dalam berbagai aspek usaha. Tentu saja

31
dengan melakukan perubahan yang mendasar pada teknologi galangan kapal

tradisional, maka perannya lebih bermakna bagi mengatasi permasalahan ekonomi

maritim dewasa ini, yaitu gejala deindustrialisasi dengan tutup atau berhenti

bekerjanya galangan kapal tradisional yang umumnya menggunakan bahan kayu.


Dengan demikian perubahan yang terejadi juga semakin mungkin memantap

sistem aquabisnis dan industrialisasi perikanan Indonesia. Karena untuk menjadi

suatu industri dan sistem niaga yang tangguh, maka besaran ekonomi, spesialisasi,

teknologi, kesangkilan, produktivitas, pasar dan harga barang dan jasa yang

dikeluarkan haruslah menjadi perkiraan utama. Perubahan yang paling mangkus

untuk tujuan tersebut dan berdampak ekonomi yang positif adalah pengembangan

teknologi, model bisnis dan pengelolaan (managerial) galangan kapal tradisional.

Jadi merujuk pada tinjauan kepustakaan yang diuraikan di atas, maka dapat

dikembangkan dasar pemikiran (concept) perubahan teknologi melalui serangkaian

penelitian yang akan dilakukan. Maka dengan penelitian ini, diharapkan terjadi

perubahan teknologi dan manejemen pembuatan kapal pada galangan kapal

tradisional yaitu perubahan bahan kayu kepada fiberglass menjadi kapal FRP

(Fibreglass Reinforced Plastic).


Galangan kapal tergolong industri job-order dengan produk barang modal,

sehingga perkembangan permintaan pasarnya sangat bergantung pada kondisi

ekonomi makro. Wilayah pasar usaha bangunan baru lebih luas dan bersaing secara

global. Sedangkan usaha reparasi kapal memiliki wilayah pasar yang relatif terbatas

pada aktivitas pelayaran dan pelabuhan sekitarnya.

32
Basuki (2008) menyebutkan beberapa alasan mengapa industri galangan kapal

harus dikembangkan, antara lain:


1. Nilai ekonomis industri galangan kapal, dimana secara global memiliki nilai yang

sangat besar.
2. Industri galangan kapal adalah industri induk dari industri pendukung, dimana

industri ini akan menarik industri lain untuk berkembang, kondisi ini akan

memberikan multiplier-effect yang besar kepada proses industrialisasi dalam

suatu negara, sebagai ancar-ancar, dalam pembangunan sebuah kapal, 50%-70%

biaya yang dikeluarkan adalah untuk membeli bahan baku dan peralatan.
3. Industri galangan merupakan industri padat karya yang mampu menciptakan

lapangan kerja cukup besar dan dengan nilai tambah yang cukup tinggi.
4. Kemungkinan pengembangan teknologi kelautan melalui industri dan

kemandirian sektor pertahanan dengan pembuatan alat pertahanan di dalam

negeri.

H. Kerangka Teoretis

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan pada teori Post-Modern sebagai

langkah dalam mengungkap kebenaran yang tersembunyi atau maksud dan tujuan

dari perubahan gaya hidup yang berkesinambungan dengan munculnya perubahan

pada lingkup sosial, budaya, ekonomi dan ekologi. Alasan peneliti memilih dukungan

teori post-modern karena teori ini merujuk pada suatu produk kultural (dalam

sejarah, film, arsitektur, dan sebagainya) yang terlihat berbeda dari produk kultural

33
modern (Kumar, 1995). Teori sosial postmodern merujuk pada bentuk teori sosial

yang berbeda dari teori sosial modern (Best dan Kellner, 1991)
Jadi ide postmodern meliputi suatu espos historis baru, produk kultural baru,

dan tipe teorisisasi baru mengenai dunia sosial. Semua elemen postmodern tersebut

tentu saja memiliki suatu perspektif yang baru dan pada tahun-tahun terakhir tejadi

perbedaan (secara sosial, kultural dan intelektual) yang mana perkembangan

postmodern baru tersebut barangkali menjadi alternatif menggantikan realitas-realitas

modern. Seperti dikemukakan oleh Prof. Dr. H. Noeng Muhadjir dalam bukunya

metode penelitian kualitatif (2000:236) bahwa benang merah pola fikir modern antara

lain rasionalistik, fungsionalis, interpretif, dan teori kritis yaitu dominannya

rasionalitas. Dalam komparasi dapat dijumpai positivist membuat generalisasi dari

frekuensi dan variansi, yang interpretif membuat kesimpulan generative dari esensi;

yang positivist menguji kebenaran dengan uji validitas, yang melalui triangulasi.

Logika yang dikembangkan dalam berilmu pengetahuan masih dalam kerangka

mencari kebenaran, membuktikan kebenaran, dan mengkonfirmasikan kebenaran.


Berawal dari Kottler (2002) yang menjelaskan perubahan gaya hidup yang

merupakan sebuah penggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi

dengan lingkungannya Menurut Susanto (2010) gaya hidup adalah perpaduan antara

kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak

berdasarkan pada norma yang berlaku. Oleh karena itu banyak diketahui macam gaya

hidup yang berkembang di masyarakat sekarang misalnya gaya hidup hedonis, gaya

hidup metropolis, gaya hidup global dan lain sebagainya. Plummer (1983) gaya hidup

adalah cara hidup individu yang di identifikasikan oleh bagaimana orang

34
menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam

hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya. Adler

(dalam Hall & Lindzey, 1985) menyatakan bahwa gaya hidup adalah hal yang paling

berpengaruh pada sikap dan perilaku seseorang dalam hubungannya dengan 3 hal

utama dalam kehidupan yaitu pekerjaan, persahabatan, dan cinta sedangkan Sarwono

(1989) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi gaya hidup adalah

konsep diri.
Gaya hidup hanyalah salah satu cara mengelompokkan konsumen secara

psikografis. Gaya hidup pada prinsipnya adalah bagaimana seseorang menghabiskan

waktu dan uangnya. Ada orang yang senang mencari hiburan bersama kawan-

kawannya, ada yang senang menyendiri, ada yang bepergian bersama keluarga,

berbelanja, melakukan kativitas yang dinamis, dan ada pula yang memiliki dan waktu

luang dan uang berlebih untuk kegiatan sosial-keagamaan. Gaya hidup dapat

mempengaruhi perilaku seseorang, dan akhirnya menentukan pilihan-pilihan

konsumsi seseorang. Gaya hidup menurut Hair dan McDaniel adalah cara hidup, yang

diidentifikasi melalui aktivitas seseorang, minat, dan pendapat seseorang. Penilaian

gaya hidup dapat dilakukan melalui analisa psychografi. Psychografi merupakan

teknik analisis untuk mengetahui gaya hidup konsumen sehingga dapat

dikelompokkan berdasarkan karakteristik gaya hidupnya.


Gaya hidup merupakan ciri sebuah negara modern, atau yang biasa disebut

dengan modernitas. Maksudnya adalah siapapun yang hidup dalam masyarakat

modern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggabarkan

tindakan sendiri atau orang lain. Gaya hidup merupakan pola-pola tindakan yang

35
membedakan antara satu orang dengan orang yang lain. Dalam interaksi sehari hari

kita bisa menerapkan suatu gagasan tentang gaya hidup tanpa perlu menjelaskan apa

yang dimaksud. Oleh sebab itu gaya hidup merupakan bagian dari kehidupan sosial

sehari hari dunia modern dan gaya hidup berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara

yang mungkin tidak dapat dipahami oleh mereka yang tidak hidup dalam masyarakat

modern.
Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah

pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam

membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu. Faktor-faktor utama

pembentuk gaya hidup dapat dibagi menjadi dua yaitu secara demografis dan

psikografis. Faktor demografis misalnya berdasarkan tingkat pendidikan, usia, tingkat

penghasilan dan jenis kelamin, sedangkan faktor psikografis lebih kompleks karena

indikator penyusunnya dari perilaku konsumen yang merupakan proses yang dilalui

oleh seseorang/organisasi dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan

membuang produk atau jasa setelah dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhannya.

Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan pembelian terhadap suatu

produk. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah faktor ekonomi, psikologis,

sosiologis dan antropologis. Apabila ke empat factor tersebut mengalami perubahan,

maka akan terjadi pula perubahan di lingkungan (ekologis). Seperti yang di jelaskan

Klaus Hubacek dalam penelitiannya tentang mengubah gaya hidup dan pola

konsumsi di negara-negara berkembang (China dan India) yang lebih jelasnya yaitu

sebagai berikut:

36
” We employ the I=PAT framework to examine the contribution to
CO2 emissions of population growth, affluence (representing different
lifestyles and consumption patterns) and changes in technologies of
China and India and compare these with the development in Japan.
The I=PAT equation was first proposed in the early 1970s, resulted
from the efforts of population biologists, ecologists, and environmental
scientists who tried to assess the relationship between population
growth (P), economic growth or affluence (A), technical change (T)
and environmental impacts (I)”.
Sebagaimana yang dikemukakan Klaus Hubacek bahwa Dia melakukan

penelitian berdasarkan pada kerangka (I=PAT) untuk menguji kontribusi emisi CO2

yang disebabkan pertumbuhan penduduk, kemakmuran (mewakili gaya hidup yang

berbeda dan pola konsumsi) dan perubahan teknologi dari China dan India dan

membandingkannya dengan perkembangan di Jepang. Kerangka I = PAT pertama kali

dikenal pada awal 1970-an, yang dihasilkan dari ahli biologi populasi, ekologi, dan

ilmuwan lingkungan yang mencoba untuk menilai hubungan antara pertumbuhan

penduduk (P=Population growth), pertumbuhan ekonomi atau kemakmuran

(A=Affluence), perubahan budaya dalam wujud perubahan teknologi (T=Technical

change) yang berdampak pada lingkungan (I= environmental impacts).


Perubahan ekonomi dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang merupakan

laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara

tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi.

Pembangunan ekonomi selalu diikuti pertumbuhan ekonomi tetapi tidak sebaliknya.

Dengan kata lain, dapat diartikan bahwa pembangunan sebagai pertumbuhan

ekonomi agregat atau pertumbuhan merupakan bagian dari pembangunan ekonomi.

37
Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila tingkat kegiatan

ekonomi adalah lebih tinggi dari pada masa sebelumnya.


Perekonomian Negara terbagi menjadi dua, yaitu perekonomiaan tradisioanal

dipedesaan yang didominasi oleh sektor pertaniaan dan perekonomiaan modern

diperkotaan dengan industri sebagai sektor utama. Di pedesaan, karena pertumbuhan

penduduknya tinggi maka terjadi kelebihan suplai tenaga kerja, dan tingkat hidup

masyaraktnya berbeda pada kondisi subsistens akibat perekonomian yang sifatnya

juga subsistens. Menurut toeri heuristik, perubahan struktural sosial demografis

tampaknya sebagai akibat dari produksi komoditas industri untuk pasar yang lebih

luas. Seperti yang disampaikan oleh Rab Houston and K. D. M. Snell (2007) dalam

penelitiannya menyatakan tentang teory heuristik yaitu sebagai berikut;

“ … demographic social structural changes consequent on inclustrial


comnmodity production for wider markets.”
Sehingga peneliti tertarik untuk mencari kebenaran yang tersembunyi dari pelaku-

pelaku industri galangan kapal di Kelurahan Karangasem Utara Kecamatan Batang.


Selain itu, peneliti mendapat dukungan dari kerangka pemikiran teori chenery

pada dasarnya sama seperti di model Lewis. Teori chenery, dikenal dengan teori

pattern of development, menfokuskanpada perubahan struktur dalam tahapan proses

perubahan ekonomi di NSB, yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional

(subsistens) ke sector industri sebagai mesin utama penggerak pertumbuhan ekonomi.

Hasil penelitian empiris yang dilakukan oleh chenery dan syrquin (1975)

mengindentifikasi bahwa sejalan dengan peningkatan pendapatan masyarakat

38
perkapita yang membawa perubahan dalam pola dalam permintaan konsumen

daripenekanan pada makanan dan barang-barang manufaktur dan jasa.


Peneliti dalam mengkaji perubahan ekologi menggunakan pandangan

environtalisme di mana di dalamnya terdapat tiga komponen, yakni; (1) teknosentrik,

(2) ekosentrik, dan (3) deep green. Hakikat pandangan teknosentrik menekankan

bahwa manusia sebagai manipulator alam. Meskipun pandangan ini lugas dan

maskulin, justru pandangan ini aktif mendorong dilaakaukannya konservasi secara

nyata. Sebab eksploitasi dan teknologi dipandang positif sejauh itu tidak merusak

alam fisik dan sosial secara berlebihan. Kemudian pandangan ekosentrik, juga

bersifat optimis namun lebih jauh lagi untuk melestarikan lingkungan. Semua

tindakan manusia sedapat- dapatnya harus didasarkan pada usaha pelestarian

lingkungan. Sedangkan yang terakhir pandangan deep green atau istilah lainnya

adalah deep ecology maupun steady-state economic, bertumpu pada struktur etika dan

sosial yang radikal. Pandangan ini menuntut ditingkatkannya pola-pola hidup massal

yang dianggapnya harus melestarikan lingkungan yang dekat dengan alam. Bahkan

secara ekstrem pandangan ini menolak globalisme ekonomi dan ketergantungan

politik. Selain itu juga mereka juga mempromosikan pasifisme untuk hidup damai

dan bersahaja, ecofeminisme penegakan hak-hak konsumen demi mengontrol

produsen, serta pengakuan atas hak hidup mahluk lain di laur manusia (Hamid,

2009:268).
Perubahan lingkungan merupakan keadaan ketika terjadi keseimbangan antara

jumlah energi yang masuk dan keluar, bahan makanan yang terbentuk dan yang

digunakan, serta keseimbangan antara komponen abiotik dan biotiknya.

39
Keseimbangan lingkungan akan terganggu jika terjadi gangguan pada salah satu

komponennya. Dalam suatu sistem lingkungan, terdapat dua daya, yaitu daya lenting

dan daya dukung. Daya lenting adalah kemampuan lingkungan untuk kembali pada

keseimbangan lingkungan, sedangkan daya dukung lingkungan adalah kemampuan

lingkungan dalam memberikan sumber daya alam kepada makhluk hidup yang hidup

di dalamnya secara normal. Lingkungan memiliki kemampuan yang terbatas. Pada

titik tertentu akan mencapai puncak dan terjadilah yang namanya keseimbangan

lingkungan. Seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan zaman, terjadi

pula kemajuan di bidang ilmu pengetahuan. Kemajuan ini memicu manusia untuk

membuat suatu industri yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan yang semakin

meningkat. Dengan industri ini, dapat diproduksi bahan-bahan kebutuhan dalam

jumlah yang besar. Akan tetapi, industrialisasi ini akan menimbulkan permasalahan

baru, seperti makin banyaknya eksploitasi sumber daya alam.


Menurut Koentjaraningrat perubahan budaya dapat dilihat dari perubahan

pada unsur-unsur budaya itu sendiri, yang meliputi bahasa, sistem pengetahuan,

sistem kemasyarakatan atau organisasi social, sistem peralatan hidup dan teknologi,

sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian. Hal ini diperkuat dengan

penjelasan budaya menurut Selo Soemarjan (1964), bahwa kebudayaan adalah semua

hasil karsa dan rasa cipta masyarakat. Karsa, masyarakat menghasilkan teknologi dan

kebudayaan kebendaan (material culture) yang di perlukan masyarakat untuk

menaklukan dan menguasai alam dengan maksud, mengambil manfaatnya demi

keperluan kehidupan masyarakat. Rasa masyarakat terwujud dari manusia yaitu

40
norma dan segala nilai-nilai kemasyarakatan yang perlu untuk mengatur masalah-

masalah kemasyarakatan dalam arti yang luas yang termaksud di dalamnya misalnya,

idiologi agama, kesenian kebatinan, dan semua anasir yang merupakan hasil ekspresi

jiwa manusia yang hidup sebagai anggota masyarakat. Cipta merupakan kemampuan

mental, kemampuan berfikir dari orang hidup bermasyarakat yang antara lain

menghasilkan ilmu-ilmu pengetahuan baik wujud ilmu pengetahuan terapan dan di

amalkan dalam kehidupan masyarakat.


Menurut Selo Soemardjan (1964), perubahan social-budaya adalah

perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu

masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya. Perubahan sosial, baik pada fungsi

maupun struktur sosial yang di dukung oleh nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan

adalah terjadi sebagai akibat dari kegiatan-kegiatan tersebut di atas. Nilai dan norma-

norma kebudayaan itu tidak mudah diubah begitu saja, karena diintroyeksikan dalam

jiwa dan keyakinan para anggota masyarakat seperti halnya terjadi dalam proses

sosialisasi. Dalam rangka menguraikan dan membahas suatu gejala kehidupan

manusia yang disebut perubahan sosial, akan dapat bermanfaat bila berasumsi bahwa

perubahan adalah normal, wajar, pada dasarnya tidak mengandung trauma, terdapat

pula perubahan yang beraneka ragam, dan terbuka bagi setiap masyarakat. Selain

sosial-budaya yang mampu mengalami perubahan tetapi juga social-ekonomi dan

lingkungan alam (geografi) akan mengalami perubahan yang signifikan dan

mempengaruhi kehidupan keluarga pekerja-pekerja industri galangan kapal.

41
Semua perubahan yang terjadi adalah perubahan yang berkisambungan, antara

teori satu dengan teori yang lain saling memberikan kontribusi. Sehingga dapat

memunculkan skema kerangka teoritis pada gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Kerangka Teoritis


I. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan kerangkan yang berisi penjelasan atau

pengertian yang sudah dibakukan secara ilmiah dari apek-aspek yang akan dibahas

dalam tesis ini. Dalam kerangka berpikir tesis ini berawal dari konsep perkembangan

yaitu proses evolusi dan yang sifatnya sederhana ke arah sesuatu yang lebih kompleks

melalui berbagal taraf diferensiasi yang sambung menyambung. Dimulai dari

perubahan-perubahan yang dapat ditelusuri sampai pada hasil peradaban akhir, di

42
dalam kesemuanya itu ada proses transformasi dari yang homogen ke heterogen dan

ada faktor-faktor yang mempengaruhi (Soekanto, 1984:66).

Peneliti bertumpu pada pendapat Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) gaya

hidup seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh individu seperti

kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau mempergunakan barang-barang dan jasa,

termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada penentuan kegiatan-

kegiatantersebut. Lebih lanjut Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) menyatakan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada 2 faktor yaitu faktor

yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar

(eksternal). Faktor internal yaitu sikap, pengalaman, dan pengamatan, kepribadian,

konsep diri, motif, dan persepsi. perubahan masyarakat yang disebabkan oleh faktor-

faktor dari luar. Antara lain: faktor penduduk, perubahan lingkungan alam, adanya

kekuatan-keuatan kelompok (penjajahan), dan faktor kebudayaan.

Dampak merupakan pengaruh dan akibat yang timbul karena adanya suatu

perubahan. Dampak yang akan dibahas dalam tesis ini adalah dampak dalam aspek

kehidupan ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan alam (geografi), sebagai

konsekuensi keberadaan industri kapal penangkap ikan di Kelurahan Karangasem

Utara.
Mengenai pendekatan dalam tesis ini digunakan pendekatan sosiologis dan

ekonomis. Pendekatan sosiologis memberikan bantuan dalam memahami aspek sosial

dari suatu masyarakat seperti stratifikasi sosial yang terjadi antara para pengusaha dan

43
pekerja, mobilitas sosial, jaringan sosial yaitu hubungan sosial. Ilmu sosiologi

merupakan ilmu yang mempelajari gejala yang umum ada pada setiap interaksi antar

manusia (Soekanto, 1987: 19). Dengan demikian yang dipelajari sosiologi adalah

tentang hubungan masyarakat secara keseluruhan, hubungan antara masyarakat

dengan manusia dan kelompok manusia atau antara kelompok dengan kelompok.

Sosiologi mempelajari apa yang ada di dalam masyarakat yang saling mempengaruhi.

Pemakaian pendekatan sosiologi ini menunjukkan fakta-fakta yang nyata dalam

masyarakat (Sartono, 1997: 230). Pendekatan sosiologi digunakan untuk me1ihat

kehidupan sosial masyarakat Sarang dengan berdirinya industri galangan kapal

penangkap ikan.
Pendekatan ekonomi memegang peranan penting baik pada masa lampau

maupun sekarang. Perekonomian didefinisikan sebagai sejumlah konsumsi dan

produksi yang terkait (Lipsey dan Steyner, 1984:401). Pendekatan ekonomi

digunakan konsep dasar ekonomi tentang produksi, pasar, tenaga kerja dan

pemasaran. Penggunaan pendekatan ekonomi dimaksudkan untuk membantu

menganalisa kegiatan ekonomi, terutama hal-hal yang berkaitan dengan aktifitas

industri galangan kapal penangkap ikan di Kelurahan Karangasem Utara Kecamatan

Batang.
Pendekatan penelitian ini juga melalui pendekatan Antropologi (budaya) yaitu

pendekatan relativistik yang memandang bahwa setiap kebudayaan merupakan

konfigurasi unik yang memiliki cita rasa yang khas, gaya, serta kemampuan

tersendiri(Hamid, 2009: 178). Pendekatan selanjutnya ialah pendekatan geografi yang

meliputi pendekatan keruangan, kelingkungan dan kompleks wilayah. Pendekatan

44
keruangan yaitu pendekatan yang digunakan untuk mempelajari lokasi mengenai

sifat-sifat penting seperti pola persebaran. Pendekatan ekologi yaitu pendekatan yang

mengkaji tentang interaksi antara organisme hidup dengan lingkungannya, seperti

manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan seperti litosfer, hidrosfer maupun

atmosfer. Pendekatan kompleks wilayah merupakan kombinasi antara pendekatan

keruangan dan analisis ekologi(Hamid, 2009: 248). Kerangka berfikir penelitian ini

dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2. Kerangka Berfikir

J. Metode Penelitian

Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang bermaksud untuk mendapatkan

kebenaran. Penelitian ada dua macam yaitu penelitian kualitatif dan penelitian

kuantitatif. Dalam penelitian ini, Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif.

Kirk Miller (1986: 9) menyatakan penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam

45
ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada

manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya (Moleong, 2007: 4).

Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data deskriptif, bukan menggunakan

angka-angka sebagai alat metode utamanya. Data-data yang dikumpulkan berupa

teks, kata-kata, simbol, gambar, walaupun demikian juga dapat dimungkinkan

berkumpulnya data-data yang bersifat kuantitaf (Santoso, 2005:20). Penelitian

deskritif adalah penelitian yang berusaha mendeskriptifkan suatu gejala, peristiwa,

kejadian pada saat sekarang (Nana Sudjana dan Ibrahim, 2001:64). Menurut Moleong

(2002:6) dalam pendekatan deskriptif data yang dikumpulkan berupa kata-kata,

gambar, dan bukan angka-angka. Penelitian dilakukan pada obyek yang alamiah.

Obyek yang alamiah adalah obyek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi

oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika obyek

tersebut (Sugiyono, 2010:15).

Alasan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yaitu penelitian ini

bertumpu pada pendekatan fenomenologis, yakni usaha untuk memahami arti

peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi tertentu.

Disini peneliti berusaha untuk masuk ke dalam dunia konseptual para subjek yang

diteliti sedemikian rupa sehingga mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang

dapat dikembangkan oleh mereka disekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan pendekatan inilah diharapkan bahwa perubahan gaya hidup pekerja-pekerja

terhadap perkembangan industri galangan kapal dapat dideskripsikan secara lebih

teliti dan mendalam.

46
Dalam penelitian ini juga menggunakan metode penelitian sejarah kritis

yaitu proses menguji dan mengana1isa secara kritis rekaman peninggalan masa

lampau (Gottschalk,1975:32). Pada prinsipnya metode penelitian sejarah kritis terdiri

dari empat langkah secara berurutan , yaitu pengumpulan sumber sejarah (heuristik),

kritik terhadap sumber sejarah (kritik sumber/teks), analisis atau intepretasi terhadap

fakta-fakta sejarah yang berasal dari sumber sejarah, dan penulisan hasil penelitian

(historiografi).

1) Heuristik

Heuristik adalah kegiatan mencari dan mengumpulkan sumber-sumber

sejarah yang relevan. Sumber-sumber sejarah terdiri dari sumber primer yang berupa

dokumen atau arsip, dan sumber-sumber sekunder yang berupa buku-buku

penunjang, majalah, koran, terbitan berkala dan sebagainya. Sumber primer yang

digunakan dalam tesis ini adalah peraturan-peraturan daerah yang membahas masalah

perindustrian di Kabupaten Batang, dan peraturan tentang pembentukan wilayah

Kecamatan Batang, Surat Izin Usaha, Monografi Kecamatan Batang dan sebagainya.

Sementara sumber-sumber sekunder yang digunakan antara lain data, buku-buku,

laporan penelitian dan karya ilmiah yang berhubungan dengan. penelitian. Sumber

sekunder diperoleh dari telaah pustaka di Perpustakaan Lembaga Penelitian

Universitas Negeri Semarang, Perpustakaan Daerah. Selain pengumpulan sumber

tertulis, juga digunakan sumber-sumber lisan (oral history). Sumber-sumber lisan

dikumpulkan melalui wawancara terhadap sejumlah pengusaha industri galangan

47
kapal, para pekerja industri galangan kapal, para pengusaha penggergajian kayu,

tokoh-tokohmasyarakat, pejabat instansi terkait yang mengetahui seluk beluk tentang

industri galangan kapal di Kecamatan Sarang. Metode sejarah lisan berguna untuk

mengungkapkan keterangan-keterangan penting yang tidak ditemukan dalam sumber

tertulis.

2) Kritik Sumber

Kritik Sumber yaitu kegiatan yang bertujuan untuk menyelidiki dan menguji

apakah sumber-sumber sejarah yang ditemukan itu bisa dipercaya (kredibel) baik

dalam bentuk maupun isinya. Dengan demikian tahap ini merupakan kegiatan untuk

mencari informasi-informasi yang bisa dipercaya dari sumber-sumber sejarah, yang

dalam ilmu sejarah disebut dengan istilah fakta sejarah. Kritik sumber meliputi kritik

terhadap otentisitas (kritik ekstern) dan kredibilitas (kritik intern) untuk memperoleh

data yang benar-benar akurat dan valid. Kritik ekstern bertujuan untuk menjawab

pertanyaan mengenai keaslian suatu sumber, sedangkan kritik intern bertujuan untuk

membuktikan bahwa informasi dan kesaksian yang diberikan oleh sebuah sumber itu

merupakan informasi yang memang dapat dipercaya kebenarannya.

3) Interpretasi

Interpretasi adalah kegiatan menetapkan makna dan saling hubungan antara

fakta-fakta sejarah yang telah diperoleh melalui kritik sumber. Dalam hal ini banyak

fakta sejarah yang telah diperoleh harus dirangkaikan atau dihubung-hubungkan satu

48
sama lain sehingga menjadi satu kesatuan yang harmonis, menurut rangkaian yang

kronologis dan hubungan sebab akibat.

4) Historiografi atau rekonstruksi sejarah

Historiografi atau rekonstruksi sejarah merupakan tahap akhir dalam

penelitian sejarah yaitu kegiatan menyajikan hasil penelitian dalam bentuk kisah

sejarah, atau dalam hal ini adalah tesis mengenai perkembangan industri galangan

kapal penangkap ikan di Kelurahan Karangasem Utara Kecamatan Batang.

1. Latar Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilaksanakan, adapun

batasan lokasi penelitian ini adalah pada Kelurahan karangasem utara kecamatan

Batang.Alasan peneliti memilih Kelurahan karangasem utara kecamatan

Batangsebagai lokasi penelitian karena Di Kabupaten Batang terdapat industri kapal

tradisional untuk menangkap ikan. Karena industri galangan kapal tradisional ini

mampu menyediakan lapangan pekerjaan yang berpendapatan rata-rata 2 miliyar

pertahunnya.

Keadaan ini yang mendesak masyarakat di Karangasem Utara terkonsentrasi

pada aspek pemenuhan kebutuhan (ekonomi) dan mengkesampingkan aspek

pengembangan sumberdaya manusia (pendidikan).Hal ini dapat terlihat pada data

kependudukan yang menyatakan bahwarata-rata masyarakat Karangasem Utara telah

menyelesaikan pendidikan setingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama).Pemilik

49
industri galangan kapal cenderung menurunkan kepemilikan industri kepada anak-

anaknya selaku generasi penerus usaha keluarga.

2. Fokus Penelitian

Guna membatasi luasnya penelitian ini, maka digunakan fokus penelitian.

Setiap penelitian pasti memiliki orientasi teorinya sendiri yang berhubungan dengan

pengetahuan sebelumnya ataupun berdasarkan pengalaman (Moleong, 2002 : 78).

Fokus dalam penelitian ini tentang pelaksanaan pendidikan karakter di SMK N 1

Kendal Kabupaten Kendal :

1) Perubahan gaya hidup masyarakat sebagai dampak perkembangan industri

galangan kapal di Kelurahan Karangasem Utara Kecamatan Batang


2) Dampak perkembangan galangan kapal terhadap lingkungan alam, lingkungan

social, budaya dan ekonomi di Kelurahan Karangasem Utara Kecamatan Batang


3. Sumber Data Penelitian

Moleong (2007) menyatakan bahwasanya sumber data kualitatif adalah kata-kata

dan tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti dokumen, sumber data lainnya.

Sumber data penelitian ini adalah :

1) Sumber Data primer

Data primer yaitu kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau

diwawancarai sumber data primer dicatat melalui catatan tertulis atau melalui

perekaman video atau audio tape, pengambilan foto atau film (Moleong, 2007:157).

Kaelan (2005:148) menyatakan sumber primer adalah buku-buku yang secara

50
langsung berkaitan dengan objek material penelitian, sumber data primer dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut;

(1) Rekaman arsip berupa hasil wawancara dengan responden dalam penelitian.
(2) Observasi partisipan berupa tanggapan para keluarga pekerja industri galangan

kapal.
(3) Pengamatan langsung berupa penelusuran lokasi industri galangan kapal.
(4) Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan para pekerja industri galangan

kapal.
(5) Perangkat-perangkat fisik berupa daftar pertanyaan, alat perekam (walkman),

hasil rekaman (kaset), dan hasil wawancara.


2) Sumber Data sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber tertulis dibagi atas sumber buku dan

majalah ilmiah, baik cetak maupun elektronik, sumber dari arsip, dokumen pribadi

dan dokumen resmi (Moleong, 2007:159). Sumber data sekunder dalam penelitian ini

meliputi daftar profil Kelurahan Karangasem Utara, nama informan dan daftar

industri galangan kapal.

4. Subjek Penelitian

Teknik pengambilan jumlah subjek penelitian atau informan yang peneliti

gunakan yaitu teknik snowball sampling dan purposive sampling. Teknik snowball

sampling digunakan untuk mengkaji perubahan gaya hidup masyarakat pekerja

industry galangan kapal di Kelurahan Karangasem Utara Kecamatan Batang. Teknik

purposive sampling digunakan untuk mendapatkan informasi pandangan masyarakat

tentang perubahan gaya hidup yang ditujukan untuk beberapa orang pekerja industri

dan beberapa anggota keluarga pekerja industri yang akan didukung oleh beberapa

51
perangkat kelurahan setempat dalam upaya mengetahui informasi dampak perubahan

gaya hidup masyarakat dan perkembangan industry galangan kapal di Kelurahan

Karangasem. Hal ini dilakukan karena sumber data dengan pertimbangan tertentu.

Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang

informasi yang diharapkan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk menjawab permasalahan penelitian, maka diperlukan pengumpulan data

sebanyak mungkin dan informasi mengenai pembahasan dalam penelitian ini. Metode

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Observasi

Hal ini dimaksudkan untuk melihat dan mengamati langsung lokasi industry

galangan kapal di Kelurahan Karangasem Utara yang lebih intensif pada kegiatan

pekerja-pekerja industri galangan kapal.Adapun data yang diperoleh dalam penelitian

ini adalah dapat mengamati langsung kegiatan industri galangan kapaldi Kelurahan

Karangasem Utara.

Observasi yang dilakukan peneliti, meliputi:

(1) Penelusuran pada lingkungan sekitar lokasi industry galangan kapal dengan

maksud agar peneliti menemukan titik fokus penelitian (Place).

(2) Kunjungan di rumah-rumah penduduk yang memiliki mata pencaharian sebagai

pekerja industri galangan kapal dengan maksud untuk mengetahui seberapa jauh

kegiatan industri galangan kapal di Kelurahan Karangasem Utara (Actor).

52
(3) Mengamati kinerja pekerja-pekerja industri galangan kapal di Kelurahan

Karangasem Utara (Activity).

2) Wawancara/Interview

Wawancara dilakukan untuk memperoleh data primer mengenai gaya hidup

pekerja-pekerja dan dampak dari perubahan gaya hidup terhadap lingkungan alam,

social, budaya, dan ekonomi. Peneliti mengadakan wawancara langsung dengan

pekerja-pekerja industri galangan kapal di Kelurahan Karangasem Utara. Metode

wawancara dilakukan dengan alasan:

(1) Informasi yang diperoleh dapat lebih mendalam, karena peneliti mempunyai

peluang yang lebih luas untuk mengembangkan lebih jauh informasi yang

diperoleh dari informan.

(2) Melalui wawancara peneliti mempunyai peluang untuk dapat memahami

kegiatanindustri dan dampak dari perubahan gaya hidup terhadap lingkungan

alam, social, budaya, dan ekonomi industri galangan kapal di Kelurahan

Karangasem Utara.

(3) Tanpa wawancara peneliti akan kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh

dengan jalan bertanya langsung kepada responden. Data yang diperoleh dari

teknik wawancara didasarkan pada pedoman wawancara yang disusun yaitu

kegiatanindustri dan dampak dari perubahan gaya hidup terhadap lingkungan

alam, social, budaya, dan ekonomi industri galangan kapal di Kelurahan

Karangasem Utara.

3) Dokumentasi

53
Studi dokumentasi dimaksudkan untuk melengkapi data dari wawancara dan

observasi yang berupa catatan-catatan tertulis dan dapat dipertanggungjawabkan serta

menjadi bukti yang resmi.

Dokumentasi dalam penelitian ini diperlukan untuk memperkuat data yang

diperoleh dari lapangan, yaitu dengan cara mengumpulkan data dari Kantor

Kelurahan Karangasem Utara, kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Batang, dan

dari hasil penelusuran di lapangan yaitu informasi perkembangan industri galangan

kapal di Kelurahan Karangasem Utara.Teknik dokumentasi digunakan untuk

menggali data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi.

6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif perlu adanya teknik pemeriksaan untuk

menetapkan keabsahan data. Untuk mendapatkan keabsahan data diperlukan tekhnik

pemeriksaan (Moleong, 2007:324). Teknik pemeriksaan keabsahan data yang

digunakan adalah teknik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu di luar data itu untuk keperluan pengecekan sebagai

pembanding data (Moleong, 2002:178). Denzin (1978) membedakan empat macam

triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber,

metode, penyidik dan teori. Teknik triangulasi dalam Patton dapat dicapai dengan

cara sebagai berikut :

54
(1) Triangulasi dengan memanfaatkan sumber, yakni membandingkan dan mengcek

balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat

yang berbeda dalam metode kualitatif


(2) Triangulasi dengan metode, terdapat dua strategi, yaitu : pengecekan derajat

kepercayaan beberapa tekhnik pengumpulan data dan pengecekan derajat

kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.


(3) Triangulasi dengan menggunakan penyidik yaitu memanfaatkan peneliti atau

pengamatan lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan

anda. (Patton, 1987:331 dalam Moleong, 2002:178).

Metode pengukuran data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

teknik pemeriksaan keabsahan data triangulasi dengan sumber, yaitu membandingkan

dan mengecek balik derajat kepercayaan. Informasi yang diperoleh melalui waktu dan

alat yang berbeda dalam metode kualitatif.

7. Teknik Analisis Data


Metode analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis kualitatif,

analisis deskriptif presentatif dan analisis deskriptif kuantitatif.

1) Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif yaitu analisis yang melaksanakan interaksi data. Menurut

Miles dan Huberman (1994:15-19) data yamg diperoleh dari laporan berupa data

kualitatif dan dari data tersebut diolah dengan model interaktif. Langkah-langkah

model interaktif meliputi empat aktivitas, antar lain adalah :

(1) Pengumpulan data, dalam hal ini peneliti mencatat semua dari data secara objektif

dan apa adanya sesuai dengan hasil observasi dan wawancara di lapangan.

55
Pencatatan data yang diperlukan terhadap berbagai jenis data dan berbagai bentuk

data yang ada di lapangan serta melakukan pencatatan di lapangan.


(2) Reduksi data (data reduction), yaitu proses pemilihan pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data-data kasar yang muncul

dari catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis

yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang yang tidak

perlu dan mengorganisasikan data sekunder sedemikian rupa sehingga dapat

ditarik dan diverivikasi.


(3) Penyajian data (data display), yaitu sekumpulan informasi yang tersusun

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Penyajian data merupakan analisis merancang deretan dan kolom-kolom dalam

sebuah matriks untuk data kualitatif dan menentukan jenis dan bentuk data yang

dimaksudkan dalam kotak-kotak matriks.


(4) Verifikasi data (conclusion drawing), adalah penarikan kesimpulan oleh suatu

tindakan ulang catatan di lapangan atau kesimpulan adalah suatu tindakan ulang

pada catatan di lapangan atau kesimpulan dapat ditinjau sebagaimana yang timbul

dari data yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya yang

merupakan validitasnya (Miles dan Huberman,1994:15-19).

Pengumpulan Penyajian Data


Data

Reduksi
Data
Gambar 4. Bagan Analisis Data
Sumber : Miles dan Huberman 1994.

56 Simpulan/ Verifikasi
Tahapan analisis data dalam penelitian ini yaitu pertama-tama peneliti

melakukan penelitian di lapangan dengan melakukan observasi dan wawancara yang

disebut tahap pengumpulan data. Oleh karena itu banyaknya data yang terkumpul,

maka diadakan reduksi data setelah direduksi kemudian dijadikan sajian data. Apabila

ketiga tahapan tersebut selesai dilakukan, maka diambil kesimpulan atau verifikasi.

2) Analisis Deskriptif Presentatif

Analisis yang digunakan adalah analisis deskritif presentatif untuk

memberikan gambaran kondisi responden atau pekerja-pekerja galangan kapal

mengenai perubahan gaya hidup dan perkembangan industri galangan kapal.

Selanjutnya data yang telah terkumpul dalam bentuk angka ditabulasikan dan diubah

menjadi persentase dengan memasukkan ke dalam rumus DP (Deskreptif Persentase).

Rumus Deskreptif Persentase (DP) adalah:

Dp = %

Keterangan:

n = jumlah nilai (skor) yang diperoleh

N = jumlah seluruh nilai ideal, dicari dengan cara jumlah item dikalikan nilai

ideal tiap item dikalikan jumlah responden.

57
3) Analisis Deskriptif Kuantitatif

Analisis data deskriptif kuantitatif yaitu analisis yang menghitung rata-rata

(mean) dan mencari frekuensi terbanyak (modus) dibantu dengan aplikasi microsoft

excel.

(1) Rata-rata (mean)

= Rata-rata
x = data ke n
n = banyaknya data
(2) Frekuensi terbanyak (modus)

Modus ditemukan dengan cara menghitung dan mencari frekuensi data

yang paling banyak atau data yang sering muncul. Modus dilambangkan dengan

(Mo).
K. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini meliputi tiga tahap, yaitu :

1. Tahap pra penelitian


Tahap pra penelitian yaitu tahap penetapan dan merumuskan permasalahan

kemudian menyusun rancangan penelitian, membuat instrumen penelitian dan

membuat surat ijin penelitian. Selanjutnya menelaah bahan-bahan pustaka atau

literatur yang relevan dengan masalah yang diteliti untuk mendapatkan masukan dan

arahan, dalam hal ini peneliti berkonsultasi dengan pembimbing.


2. Tahap penelitian

58
Tahap penelitian yaitu di antaranya menghubungi responden awal untuk

mendapatkan masukan, menentukan responden dibarengi dengan observasi dan

wawancara, mengumpulkan data-data yang diperlukan baik data primer maupun data

sekunder. Data yang diperoleh dari lapangan tersebut kemudian digunakan untuk

mejelaskan objek yang menjadi fokus penelitian yang telah ditentukan oleh peneliti,

sehingga dapat memberikan hasil yang akurat kejelasan suatu obyek yang diteliti.
3. Tahap pasca penelitian
Tahap pasca penelitian yaitu peneliti mengolah data yang di peroleh dari

lapangan, menyusun data hasil penelitian untuk dianalisis, kemudian dideskripsikan

sebagai suatu pembahasan dan terbentuk suatu laporan hasil penelitian.

59
DAFTAR PUSTAKA

Annie.M.N. Hoogvelt. 1985. Sosiologi Masyarakal Sedang Berkembang.


Jakarta:Rajawali Citra.

Anonim.1985. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1984 Tentang


Perindustrian. Jakarta:Departemen Perindustrian.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Taulik Abdullah. 1985. Sejarah Lokal di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada


Universitiy Press

Bambang Budi Utomo. 2007.Pandanglah Laut Sebagai Pemersatu Nusantara.


Jakarta: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

Christian D. Ponto,dkk. 2011. Sejarah Pelayaran Niaga Di Indonesia Jilid II.


Jakarta:Yayasan Pusat Studi Pelayaran Niaga Di Indonesia.

Darmawan Salman. 2006. Jagad Maritim. Makasar: Ininnawa.

Eko Punto Hendro. 2000. Ketika Tenun Mengubah Desa Troso. Semarang: Penerbit
Bendera.

Gusti Asnan. 2007. Dunia Maritim Pantai Barat Sumatera. Jogjakarta :Penerbit
Ombak.

Houston, Rab and K. D. M. Snell (1988). Proto-Industrializatio,Cottage Industry, Social


Change, and Industrial Revolution, Cambridge University Press-The Historycal of
Journals, Vol. 27, No. 2 (Jun., 1984), pp. 473-492

Hubacek, K., Guan, D. and Barua, A. (2007). Changing lifestyles and consumption patterns
in developing countries: A scenario analysis for China and India, Futures, New York
State- Journal of Environmental Education. Volume 39 (9), 1084-1096.

Huberman, Michael dan Milles. 1994. Analisis Data Kualitatif. Jakarta : UI Press
Irsan Azhari Saleh. 1986.Industri Kecil Sebuah Tinjauan dan Perbandingan.
Jakarta :LP3ES.

60
Lipsey dan Steyner. 1984.Pengantar Ilmu Ekonomi. Jakarta: Bina Aksara.

Luis Gottschalk. 1975.Mengerti Sejarah. Terjemahan Nugroho Noto Susanto.


Jakarta :UI Press.

Megawangi Ratna. 2004. Pendidikan Karakter. Jakarta


Moloeng, Lexy. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Rosdakarya

Muhadjir, Noeng. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi IV. Yogyakarta: Rake
Sarasin.

Muhammad Nursidik. 2007.Perkembangan Sentra Industri Pengolahan Ikan


Panggang Desa Bandarhardjo Kecamatan Semarang Utara Dan Dampaknya
Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Tahun 1990-2005.
Skripsi s-1. Semarang. Universitas Diponegoro.

Pudjiwati Sayogyo. 1995.Sosiologi Pembangunan . Jakarta: Fakultas Pasca Sarjana


IKIP Jakarta dan BKKBN.

Sartono Kartodirdjo. 1997.Pendekatan Ilmu Sosiologi dalam Metodologi Sejarah.


Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Soerjono Soekanto. 1984.Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosial. Jakarta: Ghalia


Indonesia.

Soerjono Soekanto. 1987. Sosiologi Suatu Pengantar . Jakarta: Rajawali Pers.

Soleman B. Toheka. 1990.Strukiur dan Proses Sosial, Suatu Pengantar Sosiologi


Pembangunan. Jakarta :Rajawali Press.

Sugiyono. 2008. Metode Kuantitatif, kulaitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Tim Penyusun Bahasa dan Pengembangan Bahasa. 1992.Kamus Besar Bahasa


Indonesia, Cetakan ke II. Jakarta: Balai Pustaka.

Tim Penyusun KBBI. 1996.Kamus Besar Bahasa indonesia. Jakarta:BaIai Pustaka.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.


Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

61

Anda mungkin juga menyukai