Anda di halaman 1dari 8

PEMERINTAHAN REVOLUSIONER REPUBLIK INDONESIA (PRRI)

DALAM PERGOLAKAN DAERAH TAHUN 1950-AN:


SUATU KAJIAN HISTORIOGRAFI

JURNAL

Diajukan Sebagai untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Pendidikan Strata 1 (S1)

RIZA OPA MIRDAYANI


NPM. 12020040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATRA BARAT
PADANG
2016
HALAMAN PERSETUJUAN JURNAL

PEMf,RINTAHAN REVOLUSIONER REPUBLIK INDONESIA (PRRI)


DALAM PERGOLAKAN DAERAH TAHUN 1950-AN:
SUATU KAJIAN HISTORIOGRAT'I

Nama Riza Opa Mirdayani


NPM t202004a
Program Studi Pendidikan Sejarah
lnstansi Sekolah Tinggr Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(STKIP) PGRI Sumatra Barat

Jurnal ini telah disetujui oleh dosen pembimbing skripsi, untuk diserahkan
ke Program Studi Pendidikan Sejarah.

Padang, Agustus 2016

Diset{ui Oleh:

Pembimbing II

t!'4"
Drs, Etrni Hardi, M. Hum Livia Ersi, S.S., M. llum
1

PEMERINTAHAN REVOLUSIONER REPUBLIK INDONESIA (PRRI)


DALAM PERGOLAKAN DAERAH TAHUN 1950-AN:
SUATU KAJIAN HISTORIOGRAFI
¹Riza Opa Mirdayani
² Etmi Hardi
³ Livia Ersi

¹Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatra Barat


²Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatra Barat
³ Dosen STKIP PGRI Sumatra Barat

ABSTRACT

Riza Opa Mirdayani (NIM: 12.02004), Revolutionary Government of the Republic of Indonesia (PRRI) in
the Regional Upheaval in the 1950s: A Study of Historiography. Thesis History Education Studies
Program STKIP PGRI West Sumatera, Padang, 2016.

This thesis examines the historical works about the Revolutionary Government of the Republic of Indonesia
(PRRI) in Upheaval Region Year 19050's: A Study of Historiography written in two eras (New Order-
Reformation) with the focus of the problem (1) How is the writing of the history of the Revolutionary
Government of the Republic of Indonesia (PRRI ) of the amount of work that already exists? (2) What sort of
things affect the views of the author in writing about the events of the Revolutionary Government of the
Republic of Indonesia (PRRI)?
The purpose of this thesis is to analyze the writing of history (historiography) about the events of
Revolutionary Government of the Republic of Indonesia (PRRI) and explain the background that influence the
author's views on the writing of the history of events Revolutionary Government of the Republic of Indonesia
(PRRI) itself. The method used in this research is critical discourse analysis with a historical approach and uses
four main stages, including: heuristics, source criticism, interpretation, and historiography. This study is a study
of historiography, where researcher focused on studying, analyzing the historical work of what was said, who
said, why they say so, and to what they say.
The conclusion of this research is the writing of the history of events Revolutionary Government of the
Republic of Indonesia (PRRI) in the New Order dominated by authors who come from the military who are
interested in the history of the publication of the results of his work is done through a rigorous screening in
order not to harm the regime in power at the time. Entering the era of the Reformation, the history mostly
written by expert historians who successfully investigate and explore the occurrence of PRRI this in more depth.
The work is the result of storytelling that is conditioned by culture, era, and social environment of the author.
Narrative that emerges is an alternative to people who've located alongside power and represent parties that are
silenced in the past (New Order). The emergence of a culture of freedom and openness (transparency) in the era
of reform is making history rewritten in the form of various versions. Diversity is created in the writing of
history is not only rests on two main elements: cultural ties (cultuurge bundenheid) and bonding times
(zeitgeist), but also the difference between the author of the history caused by the authors of the works created
by some of the viewpoints of the author's work history own; personal tendencies (personal bias), prejudices
group (group prejudise), theories are conflicting on the basis of the interpretation of history, and their views
different philosophy.

Key word: PRRI, Historiografi


2

PENDAHULUAN
Munculnya Pemerintahan Revolusioner yang paling umum, kata History kini berarti masa
Republik Indonesia (PRRI) merupakan akumulasi lampau manusia.3
dan kekecewaan rakyat di daerah terhadap Kajian yang digunakan dalam penelitian ini
pemerintah pusat di Jakarta.1 Secara politis, PRRI yaitu historiografi. Historiografi merupakan
punya andil bagi berakhirnya era partai-partai rekonstruksi imajinatif dari masa lampau
politik dan era demokrasi liberal di Indonesia. berdasarkan data yang diiperoleh dengan
Secara pemerintahan, PPRI makin mempercepat menempuh metode-metode dalam penelitian
realisasi pembentukan Propinsi Sumatera Barat, sejarah. Secara etimologis, historiografi berasal
Riau, dan Jambi. Secara militer, PRRI menjadi dari bahasa Yunani yang tediri atas dua suku kata,
bukti bahwa pemerintah lebih memilih penggunaan yaitu Historia yang berarti penyelidikan tentang
cara militer dalam menyelesaikan masalah. Secara gejala alam, dan Graphien yang berarti gambaran,
sosial dan psikologis, PRRI telah menyebabkan lukisan, tulisan atau uraian. Jadi secara harfiah
terjadinya kecaman besar-besaran masyarakat historiografi dapat diartikan sebagai uraian atau
Sumatera Barat (Minangkabau) ke luar daerahnya.2 tulisan tentang hasil penelitian mengenai gejala
Latar belakang penulis mengkaji secara alam. Kajiannya lebih jauh juga mencakup tentang
historiografi tentang peristiwa PRRI ini adalah: gejalakemanusiaan di masa lampau.4
Pertama, dalam penulisan sejarah mengenai PRRI Konsep historiografi dalam sejarah meiliki arti
masih menunjukkan ketidakadilan, dalam hal ini yang berbeda-beda. Konsep yang pertama adalah
berat sebelah. Kedua, dalam beberapa karya historiografi berhubungan dengan metode sejarah,
tentang PRRI yerbit pada masa Orde Baru terpaut konsep yang kedua yaitu jika historiografi adalah
pada bentuk tulisan yang mengagungkan pihak penulisn sejarah, maka historiografi berkaitan
pemerintah saja. Ketiga, terjadi kesalahpahaman dengan masalah filsafat sejarah yaitu masalah
mengenai maksud dan tujuan dari lahirnya PRRI objektivitas dan subjektivitas. Konsep yang ketiga,
yang berpusat di Sumatera Tengah. Keempat, historiografi sebagai lapangan studi yang berdiri
masih sedikitnya pembicaraan mengenai peristiwa sendiri dalam ilmu sejarah (sub disiplin ilmu
PRRI itu sendiri. sejarah). Konsep yang digunakan penulis adalah
Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu konsep yang ketiga yaitu historiografi sebagai sub
membahas dalam kajian sejarah dari bebrapa karya disiplin ilmu sejarah.5
sejarah berupa buku, jurnal dan sumber lainnya
yang membahas tentang PRRI, bukanlah melihat
dari sejarah kronologis dari peristia PRRI itu METODOLOGI
sendiri. Penelitian ini menggunakan kajian historiografi
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: yaitu mengkaji beberapa karya berupa buku yang
1. Bagaimanakah penulisan sejarah PRRI dari membahas tentang peristiwa PRRI dalam dua era
banyaknya karya yang sudah ada? yaitu Orde Baru dan Reformasi.
2. Hal apa saja yang mempengaruhi pandangan Buku yang terbit pada masa Orde Baru
penulis dalam penulisan tentang peristiwa diantaranya adalahbuku karangan Makmum Salim
PRRI? (1971) yang berjudul Sejarah Operasi-operasi
Gabungan terhadap PRRI-Permesta. Buku kedua
Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah karangan A.H Nasution (1972) yang
salah satunya adalah sejarah. Sejarah merupakan berjudul Memenuhi Panggilan Tugas Jilid 4. Buku
rekonstruksi masa lalu yang terkait pada prosedur ketiga karangan Barbara Sillas Harvey (1989)
penelitian ilmiah. Sejarah dalam bahasa Yunani berjudul Permesta: Pemberontakan Setengah Hati.
yaitu Istoria yang berarti ilmu. Istoria dalam Buku keempat adalah karangan R.Z Leirissa (1991)
penggunaannya oleh pada filsuf Yunani berjudul PRRI-Permesta, Strategi Membangun
Araistoteles, berarti suatu pertelaahan sistematis Indonesia Tanpa Komunis.
mengenai seperangkat gejala alam, entah susunan Selanjutnya, buku yang terbit pada Era
kronologi merupakan faktor atau tidaknya yang Reformasi diantaranya: Pertama, buku yang
berpengaruh dalam pertelaahan. Menurut defenisi ditulisoleh Halwi Dahlan, Djurip dan Zusneli Zubir
(2000) yang berjudul Dari Dewan Banteng ke
PRRI, Kemiripan Sejarah yang Berulang di Era
1
Zusneli Zubir, Lim Imaduddin & Lia Naralia, Peran Anak
Nagari Situjuah Batua Kabupaten Limopuluh Kota dana
3
Peristiwa PDRI dan PRRI (1949-1966), (Padang: Balai Louis, Gottschalk, Mengerti Sejarah, terj. Nugroho
Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Padang, 2008), hlm Notosusanto, (Jakarta: UI Press, 1985), hlm 33
4
64 Mestika Zed, Pengantar Studi Hisstoriografi, (Padang: Proyek
2
Gusti Asnan, et al, Perjuangan yang Tak Kunjung Selesai Peningkatan dan Pengembangan Perguruan Tinggi Universitas
Jurnal Sejarah Pemikiran, Rekonstruksi, dan Persepsi, (Vol. Andalas Padang, 1984), hlm 11
13, No. 13 Januari 20-07), hlm 66
3

Reformasi. buku kedua adalah karangan B.E kehidupan militer, yaitu sejarah dari tingkah laku
Matindas, Frank HT. Maramis dan Bert Supit pribadi sejumlah tokoh-tokoh di dalamnya.10
(2006) berjudul Permesta dan PRRI Bukan Peranan negara dalam proses penulisan sejarah
Separatis. Buku ketiga adalah karangan George dijelaskan oleh sejarawan kritis dengan
McTUrnan Kahain dan Lukman Hakiem (2010) menunjukkan bahwa sejarah pada masa Orde Baru
berjudul PRRI: Pergolakan Daerah atau telah membungkam suara pihak-pihak yang
Pemberontakan. Buku keempat adalah karangan dianggap mengganggu dan mengancam pemerintah
Boogie Wibowo (2010) berjudul Dibawah Bayang- militer yang berkuasa. Pemerintah Orde Baru
bayang Amerika Serika, Keterlibatan Amerika mengendalikan dan mengkoordinasi alur-alur
Serikat dalam Pemberontakan PRRI/ Permesta kebenaran.11
1955-1985). Penulisan sejarah pada masa Orde Baru juga
Jenis penelitian ini adalah penelitian banyak melakukan distorsi berlebihan dengan
kepustakaan yang berarti sebuah penelitian yang menyebut gejolak politik daerah sebagai
terbatas pada bahan –bahan koleksi perpustakaan, “pemberontakan”. Buku-buku sejarah didominasi
tanpa melakukan riset lapangan atau data oleh interpretasi pola Orde Baru yang menyebut
wawancara. Studi pustaka dalam penelitian ini daerah-daearah yang bergolak mempunyai
diperlukan sebagai salah satu tahap tersendiri, keinginan memisahkan diri, yang tentu saja
dimana studi pendahuluan untuk memahami lebih bertentangan dengan citra persatuan dan kesatuan
dalam gejala baru yang telah berkembang yang ingin dibangun.12
dilapangan. 6Akhir dari alasan penggunaan Beberapa alasan yang dapat dikatakan sebagai
penelitian kepustakaan ini yaitu karena data wujud rasa “tidak suka” rezim Orde Baru terhadap
pustaka yang didapatkan tetap andal untuk peristiwa PRRI diantaranya: Pertama, keterlibatan
menjawab persoalan penelitian penulis.7 beberapa orang tokoh PDRI didalam PRRI, yang
Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan mana tokoh ini pada kedua peristiwa tersebut
analisis wacana kritis dengan karakteristik memiliki jabatan yang penting yaitu Syafruddin
historisnya. Secara umum wacana dimengerti Prawiranegara dan St. Mohd Rasjid). Kedua,
sebagai pernyataan-pernyataan. Analisis wacana propaganda Orde Baru yang merasuk kepada
kriotis merupakan sebuah upaya atau proses untuk generasi muda yang pernah belajar di sekolah
memberi penjelasan dari sebuah teks yang maua mengenai peristiwa PRRI adalah anggapan bahwa
atau sedang dikaji yang dominanya cenderung peristiwa ini sebagai kambing hitam kegagalan
memiliki tujuan tertentu untuk memperolah apa sistem politik yang dibangun setelah pemilu 1955.13
yang diinginkan.8 Buku-buku yang terbit pada masa Orde Baru
Terdapat tiga komponen tugas studi menunjukkan bahwa segala sesuatu yang
historiografi menurut Micheal Starford yaitu, berhubungan dengan tentara (militer) selalu
Pertama, mengidentifikasi biografi sejarawan atau mendapatkan tempat dalam hal penulisan sejarah
individu dengan berbagai macam tipologinya, Indonesia. Penyaringan ketat yang diberlakukan
Kedua, mengidentifikasi pengetahuan sejarah lewat Soeharto membuat ruang gerak dari penulis
karya-karya sejarah yang pernah ditulis pada zaman terhambat untuk menerbitkan hasil karyanya,
tertentu, Ketiga, mempelajari asumsi dasar dalam sehingga yang berani menghasilkan karya hanya
penulisan sejarah pada zaman tertentu. penulis-penulis yang sepaham dengan Orde Baru,
yang kebanyakan merupakan aktor sejarah yang
HASIL DAN PEMBAHASAN melahirkan karya yang bersifat subjektif. Penulis
Sejarah merupakan sebuah cabang ilmu hanya menyampaikan apa yang ingin mereka
pengetahuan yang berkembang dan dengan sampaikan.
metode-metode serta standar-standar tertentu.9 Memasuki Era Reformasi (pertengahan tahun
Sejarah Republik Indonesia banyak didominasi 1998), muncul sejumlah upaya untuk menulis ulang
oleh sejarah TNI-AD, terutama sejak peristiwa 17 sejarah, masing-masing dengan prsepsinya tentang
Oktober 1952 sampai pucuk militerisme dan apa yang harus disorot dan mana yang harus
totliterisme dibawah Soeharto tahun 1998. Benang dihapus, pelaku mana yang dianggap memainkan
merahnya adalah adalah suatu penjelasan

6
Mery Susanti, Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 di
10
Yogyakarta dalam Dua Era (Orde Baru dan Reformasi, Syamdani, Kontroversi Sejarah di Indonesia, (Jakarta:
Skripsi Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Grasindo, 2001), hlm 21
11
Sumatera Barat (Padang, 2015) Henk Schulte Nordholt, Bambang Purwanto & Ratna Saptari,
Perspektif Baru Penulisan Sejarah Indonesia, (Jakarta:
8
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Padang: UNP Yayasan Obor Indonesia, 2008), hlm 11
12
Press, 2003), hlm 2-3 Asvi Warman Adam, Seabad Kontroversi Sejarah,
9
Hugiono dan P.K Poerwanto, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Ombak, 2007), hlm 113
13
(Semarang: Rineka Cipta, 1992), hlm 11 Ibid, hlm 113
4

peranan utama dan mana yang kuranmg berarti sejarah yang lahir pada masa itu. Hal ini terlihat
dalam perjalanan sejarah.14 adanya “pembungkaman” suara dari pihak-pihak
Periode pasca Orde Baru dengan desentralisasi yang dirasa akan mengancam pemerintah yang
sebagai poros utama, dibuka kemungkinan bagi berkuasa.
beragam kelompok yang mewakili pihak-pihak Sejarawan pada masa Orde Baru umumnya
yang dibungkam pada masa lalu untuk menyelidiki memilih (atau tidak punya pilihan) bersikap sangat
berbagai sejarah didalam historiografi yang sudah hati-hati. Pada waktu yang bersamaan oleh
dipisahkan dari pusat.15 segelintir sejarawan terjadi rekayasa sejarah untuk
Karya sejarah yang merupakan hasil karya yang kepentingan rezim yang memerintah. Sejarah
dihasilkan oleh sejarawan, dalam setiap karyamnya menjadi alat legitimasi bagi penguasa sekaligus alat
tentu sejarawan tiu dipengaruhi oleh jiwa zaman represi terhadap kelompok yang bersebrangan.19
ketika menghasilkan karyanya, serta ikatan budaya Lingkungan budaya yang terlihat pada masa
yang mengikutinya. Setiap sejarah dari penulisan Orde Baru yaitu budaya yang menjadikan ABRI
sejarah (historiografi) selalu menunjukkan adanya sebagai pilar utama rezim masanya. Penulisan
perbedaan dari waktu ke waktu, baik dilihat dari sejarah PRRI disini merupakan penulisan sejarah
segi zaman, tempat, maupun kebudayaan dimana yang mendapat pengaruh dari Orde Baru. Jadi
karya historiografi tersebut dihasilkan. Terdapat 4 wajar bila sejarah mengalami revisi dan penulisan
faktor yang membuat sejarawan memiliki ulang dari waktu ke waktu. Rezim Orde Baru
pandangan yang berbeda, diantaranya: menunjukkan bahwa sejarah dimanfaatkan untuk
1. Sikap berat sebelah pribadi, kepentingan politik yang berkuasa.
2. Prasangka kelompok, Memasuki Era Reformasi di Indonesia (1998),
3. Interpretasi berlainan tentang faktor sejarah, penulisan sejarah Indonesia dilahirkan atas dasar
dan tuntutan zaman serta semangat kebangsaan yang
4. Pandangan dunia yang berbeda-beda.16 begitu tinggi serta nasionalisme pembangunan
Bangsa dan Negara. Keadaan ini menjadikan
Karya-karya yang dimuat dalam sejarah pada sejarah mendapatkan tempat untuk ditulis kembali
umumnya memiliki beberapa kategori, yaitu oleh para sejarawan yang ingin mendalami apa
pertama, para penulis, kedua, kapan diterbitkan yang sesungguhnya terjadi. Mulai bermunculan
karya tersebut, adn ketiga, tujuan penerbitan dari juga “sejarah korban” dari mereka yang selama ini
masing-masing penulisan. Pada kategori pertama diam tak bersuara.20
setidaknya ada tiga kelompok penulis, yaitu: 1). Penulisan kembali sejarah baru dilakukan
Para pelaku atau aktor sejarah; 2). Para penulis setelah adanya kebebasan untuk mengeluarkan
yang berpihak kepada salah satu pelaku atau aktor pendapat, berbicara dan menghasilkan karya.
sejarah; dan 3). Penulis yang termasuk pada Ikatan budaya yang seperti inilah yang kemudian
golongan ilmuwan.17 membuat sejarah penulisan sejarah (historiografi)
Terdapat dua cara pengendalian sejarah pada di Indonesia terus mengalami perkembangan
masa Orde Baru yaitu, pertama penambahan unsur termasuk tentang peristiwa PRRI.
tertentu dalam sejarah, dan kedua, kebisuan
sejarah. Menurut Marc Ferro (seorang profesoe KESIMPULAN
Paris), terdapat tiga jenis kebisuan sejarah. Sejarawan adalah orang yang melahirkan karya
Pertama, berkaitan dengan prinsip legitimasi, sejarah dari kebudayaan, zaman, dan ikatan budaya
kedua, berkaitan dengan kondisi masyarakat, dan yang membangunnya. Karya-karya sejarah pada
ketiga, menyangkut hal-hal yang memalukan di umumnya memiliki beberapa kategori, diantaranya:
masa lampau.18 Pertama, penulis, kedua, waktu diterbitkannya
Masa Orde Baru yang dipengaruhi oleh zaman karya tersebut, dan ketiga, tujuan dari penerbitan
kemiliteran yang berlaku serta didorong oleh karya itu sendiri.
semangat nasionalisme yang tinggi, secara tidak Hubungan yang terdapat antara sejarah dengan
langsung juga ikut mempengaruhi penulisan legitimasi negara dan identitas nasional merupakan
sebuah ilmu yang kadar politiknya terbilang tinggi.
14
Ruswandi Hermawan dan Sukanda Permana, Kehidupan di Rezim Orde Baru yang berkuasa selama 32 tahun
Masa Pasca Kemerdekaan, (Bandung: Setia Purna Press, di Indonesia menunjukkan adanya kecaman dan
2008) pembungkaman dalam beberapa hal, termasuk
15
Henk Schulte Nordholt, Bambang Purwanto & Ratna Saptari, penulisan sejarah. Memasuki Era Reformasi,
Perspektif Barau Penulisan Sejarah Indonesia, (Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 2008), hlm 3 barulah penulisan kembali peristiwa PRRI
16
Nugroho Notosusanto, Sejarah dan Sejarawaan, (Jakarta: membebaskan penulis menyampaikan apa yang
Balai Pustaka, 1984)hlm 16-17 harus diketahui oleh masyarakat banyak tanp
17
Mery Susanti, Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 di
Yogyakarta dalam Dua Era (Orde Baru dan Reformasi,
Skripsi Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI
Sumatera Barat (Padang, 2015), hlm 55
18 19
Asvi Warman Adam, Pelurusan Sejarah Indonesia, Ibid, hlm 7
20
(Yogyakarta: Ombak, 2009), hlm 137-138 Ibid, hlm 7
5

adanya kepentingan terhadap salah satu pihak yang


terlibat dalam peristiwa PRRI itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Asvi, Warman Adam. 2004. Pelurusan Sejarah Indonesia.


Yogyakarta: Ombak.
------------------------- . 2007. Seabad Kontroversi Sejarah.
Yogyakarta: Ombak.
Gottschalk, Louis. 2006. Mengerti Sejarah. Jakarta: UI
Press.
Hugiono dan P.K Poerwantana. 1992. Pengantar
Mestika, Zed. 1984. Pengantar Studi Historiografi. Padang:
Proyek Peningkatan dan Pengembangan
Perguruan Tinggi Universitas Andalas Padang.
--------------- . 1999. Metodologi Sejarah. Padang: Jurusan
Sejarah Fakultas Ilmu Sosial UNP.
Nordhot, Henk Schulte, Bambang Purwanto & Ratna
Saptari. 2008. Perspektif Baru Penulisan
Sejarah Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Nugroho, Notosusanto (ed). 1984. Sejarah dan Sejarawan.
Jakarta: Balai Pustaka.
Ruswandi, Hermawan & Sukanda Permana. 2008.
Kehidupan di Masa Pasca Kemerdekaan.
Bandung: Setia Purna Inves.
Syamdani. 2001. Kontroversi Sejkarah di Indonesia.
Jakarta: Grasindo.
Zusneli, Zubir, Lim Imaduddin & Lia Naralia. 2008. Peran
Anak Nagari Situjuh Batua Kebupaten
Limopuluh Koto Dalam Peristiwa PDRI dan
PRRI (1949-1966). Padang: Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata Balai Pelestarian
Sejarah dan Nilai Tradisional Padang

B. Skipsi dan Jurnal


Mery Susanti. Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 di
Yogyakarta dalam Dua Era (Orde Baru-
Reformasi) Sebuah Tinjauan Studi
Historiografi. Skripsi Program Studi
Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera
Barat (Padang: 2015).
Gusti Asnan. et al. (2007). Perjuangan yang Tak Kunjung
Selesai. Jurnal Sejarah Pemikiran,
Rekonstruksi, dan Persepsi. (Vol. 13, No. 13
Januari 2007).
6

Anda mungkin juga menyukai