Buku Ajar Hidrologi Rekayasa
Buku Ajar Hidrologi Rekayasa
Materi
kuliah
HIDROLOGI REKAYASA
GATA DIAN ASFARI, IR, MT
FAKULTAS TEKNIK SIPIL UNISSULA
2010/2011
HIDROLOGI REKAYASA Materi
kuliah
HIDROLOGI REKAYASA
I. PENDAHULUAN
HIDROLOGI adalah suatu Ilmu yang berkaitan dengan AIR yang ada di muka bumi, baik
mengenai terjadinya atau Siklus Hidrologi, peredaran dan penyebarannya, Sifat‐sifat fisik dan
kimia dari air , Hubungan air dengan Lingkungannya terutama dengan makluk hidup, Kejadian‐
kejadian air, dll
Penerapan ilmu Hidrologi / HIDROLOGI REKAYASA dapat dijumpai dalam beberapa kegiatan
seperti Perencanaan, Perancangan dan Pelaksanaan proyek Bangunan Air dalam Pemanfaatan
misalnya untuk Irigasi, Air bersih, Perikanan, Peternakan, Pembengkit Listrik Tenaga Air,
transportasi, dll. dan Pengaturan air misalnya Pengendalian Banjir, Pengendalian erosi dan
sedimen, Pengaturan drainasi, Pengendalian polusi dan air limbah, dll
Peranan Hidrologi Rekayasa dalam Perencanaan, Perancangan dan Pelaksanaan Proyek
Bangunan Air untuk :
1. Memperkirakan besarnya debit yang ditimbulkan oleh hujan deras
Sehingga dapat merencanakan bangunan‐bangunan untuk pengendalian banjir seperti
pembuatan tanggul banjir, saluran drainasi, gorong‐gorong, jembatan.
2. Memperkirakan jumlah air yang dibutuhkan oleh suatu jenis tanaman
3. Menentukan data pokok,
untuk dapat mementukan data – data pokok diperlukan pengetahuan tentang : Siklus
Hidrologi, DAS, Evaporasi, Infiltrasi, Presipitasi dan Limpasan
4. Mengumpulkan data , Menganalisis data dan Menyajikan data
Untuk dapat mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan data diperlukan
pengetahuan mengenai methode : Pengumpulan data, Analisis Hihrodraf, Analisis
Frekuensi dan penyajian data atau Hidrograf
Ilmu Hidrologi Rekayasa banyak dipelajari oleh para ahli di bidak teknik Sipl dan Pertanian. Ilmu
tersebut dapat dimanfaatkan untuk beberapa kegiatan, seperti berikut :
1. Memperkirakan besarnya banjir yang ditimbulkan oleh hujan deras, dapat dimanfaatkan
untuk merencanakan Bangunan pengendalian banjir
Contoh : ‐ pembuatan tanggul (bendung), saluran drainasi, gorong‐gorong, dll.
2. Memperkirakan jumlah air yang dibutuhkan untuk irigasi, dapat dimanfaatkan untuk
merencanakan. Bangunan yang melayani kebutuhan tersebut Contoh : Bangunan
penyadap, bagi, dll
3. Memperkirakan jumlah air yang tersedia di suatu sumber air (mata air, sungai, danau,
bendungan, dsb) untuk dimanfaatkan.
| 2
HIDROLOGI REKAYASA Materi
kuliah
Contoh : air untuk keperluan rumah tangga, industri, dll ( air baku ), irigasi, PLTA,
perikanan, peternakan, dll
Ilmu Hidroligi lebih banyak didasarkan pada pengetahuan empiris dari pada teori. Hal ini
dikarenakan banyaknya parameter yang berpengaruh pada kondisi hidrologi disuatu daerah,
seperti kondisi klimatologi ( angin, suhu udara, kelembaman udara, penyinaran matahari ),
kondisi lahan ( Daerah Aliran Sungai / DAS ) seperti jenis tanah, tata guna lahan, kemiringan
lahan dsb. Banyaknya paremeter tersebut mengakibatkan analisis hidrologi sulit diselesaikan
secara analitis. Disamping itu kondisi hidrologi juga sangat dinamis yang tergantung pada
perubahan atau kegiatan yang dilakukan manusia, seperti perubahan tata guna lahan (
penggundulan hutan, penghijauan, perubahan lahan sawah menjadi daerah pemukiman atau
industri atau fungsi lainnya ).
II. ALIRAN AIR
Perjalanan air dari titik jatuhnya hujan di permukaan bumi sampai kesaluran pengaliran (
sungai, danau ) melalui beberapa cara :
1. Aliran Permukaan / Limpasan (surface runoff),
adalah aliran dari air hujan di permukaan tanah.
hal ini terjadi apabila intensitas hujan yang jatuh di suatu DAS telah melebihi kapasitas
infiltrasi, air akan mengisi cekungan‐cekungan pada permukaan tanah.
Setelah cekungan tersebut penuh, air akan mengalir (melimpas ) di atas permukaan tanah.
Limpasan permukaan (surface runoff) akan mengalir di permukaan tanah menuju parit‐
parit, selokan‐selokan dan akhirnya sampai di sungai menjadi aliran sungai
2. Aliran Antara ( Inter flow ),
adalah aliran air yang bergerak secara lateral di dalam tanah.
hal ini terjadi apabila air hujan yang jatuh dipermukaan tanah ber infiltrasi , kemudian
mengalir secara lateral di dalam tanah menuju ke elevasi yang lebih rendah, akhirnya
masuk ke dalam sungai menjadi aliran sungai
Proses aliran antara ini lebih lambat dari aliran permukaan. Tingkat keterlambatan sampai
beberapa jam bahkan hari
3. Aliran air tanah ( ground water flow),
adalah aliran air yang terjadi dibawah permukaan air tanah bergerak menuju ke elevasi
yang lebih rendah
hal ini terjadi apabila air hujan yang jatuh dipermukaan tanah ber infiltrasi, sebagian
menjadi aliran antara, sebagian yang lain ber perkolasi hingga mencapai muka air tanah,
sehingga menjadi aliran air tanah
| 3
HIDROLOGI REKAYASA Materi
kuliah
Aliran air tanah ini akan mengalir menuju ke sungai apabila muka air tanah memotong
alur sungai dengan elevasi yang lebih rendah.
Aliaran air tanah ini sebagai aliran dasar ( base flow )
Hujan
Li mpas an
a inf ilt rasi
r
a
t
n
a
n
a
irl
A
M uka air t anah
P erk olas i
ki h
) P erk olas i
t a
a n
e a
fr tri A liran ai r tanah
r
i a
A (
is
o
rt
a
ir
A
PE RJ ALA NAN AI R S AM PA I K E S UNGA I
Istilah ‐ istilah dalam Hidrologi :
Presipitasi :
Adalah produk dari awan yang turun berbentuk hujan atau salju.
Evaporasi :
Adalah penguapan total yaitu penguapan dari seluruh air ( tanah, salju dan permukaan
permukaan lain seperti laut, danau, sungai , transpirasi )
Transpirasi :
Adalah penguapan oleh tanaman
Infiltarsi :
Adalah aliran air ke dalam tanah melalui permukaan tanah dan didalam tanah bagian atas air
mengalir secara lateral, sebagai aliran antara
Perkolasi :
Adalah aliran air di dalam tanah melalui pori‐pori tanah secara vertikal menuju ke muka air
tanah, sebagai aliran air tanah
| 4
HIDROLOGI REKAYASA Materi
kuliah
Hidrograf :
Adalah kurva atau grafik yang menunjukan hubungan antara unsur‐unsur aliran (tinggi muka
air, volume, debit) dengan waktu
Kurva massa (mass curve) :
adalah lengkung atau grafik aliran kumulatif sebagai fungsi waktu.
Aliran dasar (base flow) :
adalah debit minimum yang masih ada akibat adanya aliran air tanah
Debit Banjir :
adalah Debit yang mengalir pada sungai yang dimungkinkan terjadi dengan rencana waktu kala
ulang tertentu, misalnya debit banjir dengan kala ulang 5 th, 10 th, 50 th ( Q5,Q10 Q20 Q50 )
III. ALIRAN PERMUKAAN ATAU LIMPASAN
Apabila intensitas hujan yang jatuh di suatu DAS melebihi kapasitas infiltrasi, setelah laju
infiltrasi terpenuhi air akan mengisi cekungan‐cekungan pada permukaan tanah. Setelah
cekungan‐cekungan tersebut penuh, selanjutnya air akan mengalir ( melimpas ) di atas
permukaan tanah.
Air permukaan / limpasan ( Surface run off ) yang merupakan air hujan yang mengalir dalam
bentuk lapisan tipis di atas permukaan lahan akan masuk ke parit‐parit dan selokan‐selokan
yang kemudian bergabung menjadi anak sungai dan akhirnya menjadi aliran sungai.
Didaerah pegunungan ( bagian hulu DAS ) limpasan permukaan dapat masuk ke sungai dengan
cepat, yang menyebabkan debit sungai meningkat.
Apabila debit sungai melebihi kapasitas Sungai akan terjadi luapan atau banjir.
Beberapa metode akan diberikan untuk memperkirakan debit aliran berdasarkan data hujan.
Dalam analisis debit puncak, diperkirakan dengan metode rasional digunakan pada DAS kecil,
misalnya untuk perencanaan sistem drainase perkotaan
Sedangkan analisis Hidrograf digunakan untuk DAS sedang sampai besar.
Limpasan dinyatakan dalam Volume atau Debit. Satuan dari volume adalah meter kubik, sedang
debit adalah volume per satuan waktu yang melalui suatu luasan tertentu, dan dinyatakan
dalam meter kubik per detik.
Didalam Hidrologi, sering limpasan dinyatakan dalam satuan kedalaman. Hal ini dilakukan
dengan membagi volume limpasan dengan luas DAS untuk memperoleh kedalaman limpasan
ekivalen yang terdistribusi pada seluruh DAS.
| 5
HIDROLOGI REKAYASA Materi
kuliah
Bagian yang terpenting dari Limpasan dalam kaitannya dengan rancang Bangun pengendalian
air limpasan adalah : Besarnya Debit puncak ( peak flow ), Waktu tercapainya debit puncak,
Volome dan Penyebab air permukaan.
Telah diketahui bahwa sumber air di sungai berasal dari curah hujan yang langsung jatuh di
sungai, dan dari air permukaan (limpasan ), serta dari aliran air tanah walaupun relatip kecil.
Aliran air tanah akan tetap mengalir sekalipun tidak ada hujan atau pada musim kering.
Faktor – faktor yang mempengaruhi Limpasan
1. Meteorologi / iklim :
a. Tipe atau jenis presipitasi,
misalnya hujan, es / salju, jika hujan akan berpengaruh langsung terhadap limpasan
b. Intensitas curah hujan,
intensitan tinggi dan melampaui kapasitas infiltrasi akan segara meningkatkan
limpasan sesuai dengan peningkatan intensitas hujan
c. Lamanya curah hujan,
lama curah hujan akan menurunkan kapasitas infiltrasi dan limpasan akan
cenderung membesar.
d. Distribusi curah hujan,
jika kondisi fisik daerah tangkapan sama, maka curah hujan yang merata akan
mengakibatkan debit puncak yang minimum
2. Daerah Tangkapan sungai
a. Kondisi Topografi
bentuk daerah, elevasi, kemiringan dan letak atau arah daerah tangkapan.
b. Kondisi geologi
berkaitan dengan permewabelitas dan kapasitas kandungan air tanah ( akifer)
c. Jenis tanah
berkaitan dengan bentuk butiran, corak dan cara pengendapan, akan menentukan
kapasitas infiltrasi.
d. Vegetasi penutup permukaan tanah
adanya tumbuh‐tumbuhan akan menahan air hujan melalui intersepsi, akar‐akr akan
perpengauh terhadap infiltrasi, dan bahan organik humus (sisa‐sisa daun dan
ranting) akan menyerap air
e. Luas daerah tangkapan,
makin luas makin lama waktu pemusatan, banjir cenderung perlahan dan debit
banjir puncak berkurang
f. Jaringan drainase,
adanya parit alam dan sungai akan mempengaruhi limpasan
| 6
HIDROLOGI REKAYASA Materi
kuliah
3. Faktor Manusia
Merupakan akibat perbuatan manusia
a. Tata guna lahan ( land use),
adanya bangunan‐bangunan, pembukaan hutan hal ini akan menaikan limpasan,
b. Pengolahan lahan,
penerapan teknik pertanian yang kurang tepat akan berpengaruh pada infiltrasi
c. Penggunaan bahan kimia,
penggunaan bahan kimia tertentu dapat merusak lapisan ozon sehingga dapat
berpengaruh pada iklim dan tidak langsung akan berakibat pada limpasan.
IV. ANALISA FREKUENSI ( DISTRIBUSI )
Analisa frekuensi berarti membicarakan hal‐hal mengenai : Populasi, variabel (variate), sifat‐
sifat variabel hidrologi, distribusi frekuensi, distribusi probabilitas, ciri‐ciri distribusi frekuensi,
seri waktu dan probabilitas kumulatif.
Dari hal‐hal tersebut diatas yang paling penting dibicarakan adalah probabilitas komulatif.
Probabilitas adalah suatu dasar matematis peramalan, dimana serangkaian hasil lengkapnya
menghasilkan suatu kejadian tertentu terhadap jumlah total hasil yang mungkin.
Sedangkan Probabilitas kumulatif adalah probabilitas dengan variabel sembarang yang
harganya sama dengan atau kurang dari harga tertentu, misalnya x.
Tujuan dari analisa Frekuensi hujan / banjir adalah memperkirakan besarnya variate‐variate
dengan masa ulang yang panjang
Variate terbesar yang didapatkan dari pengamatan hujan / banjir, umumnya tidak sama besar
atau lebih besar dari variate seperti yang diperkirakan.
Untuk memberikan hasil yang baik, analisis probabilitas harus diawali dengan penyediaan
rangkaian data yang relevan
relevan, memadai
memadai dan teliti
teliti.
Relevan :
Hampir semua studi mengenai banjir berkaitan dengan aliran (debit) puncak, maka datanya
harus terdiri dari puncak‐puncak banjir yang terpilih. Sehingga data‐datanya mampu
memberikan jawaban terhadap permasalahannya.
Memadai :
Catatan pengamatan hanya berupa suatu jumlah total dari banjir‐banjir yang pernah terjadi dan
akan terulang kembali. Bila catatan aliran yang tersedia terlalu pendek, maka probabilitas yang
diturunkan tidak dapat diandalkan sehingga data‐datanya tak mampu menjawab permasalahan.
Ketersediaan paling sedikit 20 tahun pengamatan.
Teliti :
Hampir semua pencatatan pengukuran aliran harus dilakukan dengan teliti yang tinggi, bila hal
ini tidak dilakukan maka data‐data tersebut tidak banyak berarti.
| 7
HIDROLOGI REKAYASA Materi
kuliah
Dalam Analisa Frekuensi dikenal beberapa jenis distribusi probabilitas antara lain yang banyak
dipergunakan : Distribusi Normal, Log Normal, Log Pearson tipe III , Gumbel tipe I
1. DISTRIBUSI NORMAL ( DISTRIBUSI GAUSS)
Analisis probabilitas berusaha menetapkan aliran banjir dengan suatu probabilitas (p) yang
bernilai sama dengan atau lebih besar tiap tahunnya.
Periode ulang Tr sering dipakai sebagai pengganti probabilitas untuk melukiskan suatu
banjir rencana.
Periode ulang adalah kebalikan dari probabilitas sbb.
1 1
Tr =
atau p=
p Tr
Untuk menggambarkan serangkaian aliran puncak sebagai suatu kurva frekuensi kumulatif,
perlu menggabungkan tiap‐tiap aliran puncak dengan periode ulang atau probabilitas.
Metode‐metode yang digunakan untuk menggambarkan posisi nilai‐nilai tersebut
(plotting position) anrata lain :
a. California
N
Rumus Umum sbb : atau m
T= P=
m N
Dengan : T = periode ulang , P = Peluang atau probabilitas ( % ) , m = Urutan atau
peringkat kejadian , N = Jumlah kejadian selama pengamatan
b. Weibul
N +1
Rumus umum : atau m
T= P=
m N +1
| 8
HIDROLOGI REKAYASA Materi
kuliah
CONTOH :
Tabel hasil pengamatan selama 23 tahun ( 1958 – 1980 ) pada sungai Cikapundung
Gandok Jawa Barat.
Volume total X Tahun Peringkat Peluang Periode ulang
(juta m3) (m) P=m/(N+1) T=1/P
149,40 1975 1 4 24,00
132,40 1970 2 8 12,00
125,00 1979 3 13 8,00
121,00 1978 4 17 6,00
114,70 1973 5 21 4,80
109,00 1980 6 25 4,00
101,70 1961 7 29 3,43
99,20 1960 8 33 3,00
97,80 1966 9 38 2,67
97,40 1977 10 42 2,40
91,10 1972 11 46 2,18
90,00 1974 12 50 2,00
89,10 1958 13 54 1,85
84,60 1971 14 58 1,71
83,80 1969 15 63 1,60
83,60 1962 16 67 1,50
78,60 1976 17 71 1,41
77,80 1965 18 75 1,33
73,00 1968 19 79 1,26
68,50 1963 20 83 1,20
65,00 1967 21 88 1,14
45,20 1964 22 92 1,09
41,60 1959 23 96 1,04
JUMLAH N= 23
| 9
HIDROLOGI REKAYASA Materi
kuliah
c. Chow
Distribusi statistik umumnya dapat dinyatakan dengan memanfaatkan sample yang
jumlahnya ribuan.
Rumus Umum :
∑X
2
∑(X − X )
X t = X + kS X=
i
S=
dengan : dan
n n −1
Catatan :
Xt = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi pada periode ulang tertentu
x = milai atau harga rata‐rata
S = deviasi standart
k = faktor frekuensi ( tabel harga variabel reduksi GAUSS )
Tabel variabel reduksi Gauss ( Bonnier, 1980 )
Periode ulang T Peluang k
( tahun )
1,001 0,999 -3,05
1,005 0,995 -2,58
1,010 0,990 -2,33
1,050 0,950 -1,64
1,110 0,900 -1,28
1,250 0,800 -0,84
1,330 0,750 -0,67
1,430 0,700 -0,52
1,670 0,600 -0,25
2,000 0,500 0,00
2,500 0,400 0,25
3,330 0,300 0,52
4,000 0,250 0,67
5,000 0,200 0,84
10,000 0,100 1,28
20,000 0,050 1,64
50,000 0,020 2,05
100,000 0,010 2,33
200,000 0,005 2,58
500,000 0,002 2,88
1000,000 0,001 3,09
| 10
HIDROLOGI REKAYASA Materi
kuliah
Contoh
N Volume total X Rata-rata ( Xi - X ) ( Xi -X )2
X =
∑ 2,119.5 = 92.15
(juta m3) x 23
1 149,40 92,15 57,25 3277,31
− X )2
2 132,40 92,15 40,25 1619,89
S=
∑(X i 14,829.04
= 25.96
3 125,00 92,15 32,85 1078,98 n −1
=
23 − 1
4 121,00 92,15 28,85 832,20
5 114,70 92,15 22,55 508,40
6 109,00 92,15 16,85 283,85 Selanjutnya diperoleh destribusi
7 101,70 92,15 9,55 91,16 frekuensi untuk berbagai periode
8 99,20 92,15 7,05 49,67
ulang sbb.
9 97,80 92,15 5,65 31,90
10 97,40 92,15 5,25 27,54 X t = X + kS
11 91,10 92,15 -1,05 1,11
12 90,00 92,15 -2,15 4,63 X t = 92.16 + k (25.96)
13 89,10 92,15 -3,05 9,32
14 84,60 92,15 -7,55 57,04 Misalnya untuk X5, 10, 20 ?
15 83,80 92,15 -8,35 69,76
16 83,60 92,15 -8,55 73,14
17 78,60 92,15 -13,55 183,66
k lihat tabek untuk
18 77,80 92,15 -14,35 205,98 t =5 th 0.8
19 73,00 92,15 -19,15 366,81 t = 10 th 1.28
20 68,50 92,15 -23,65 559,43 t = 20 th 1.64
21 65,00 92,15 -27,15 737,24
22 45,20 92,15 -46,95 2204,51
23 41,60 92,15 -50,55 2555,52
2119,50 N= 23 14829,04
Maka :
X5 = 92,16+ 0,8 (25,96) = 113,95 jt m3/th
X10= 92,16+1.28 (25,9 =125.37 jt m3/th
X20= 92,16+1.64(25,96) = 134.71 jt m3/th
2. DISTRIBUSI LOG PEARSON TIPE III
Persamaan fungsi kerapatan peluang sbb :
b −1 x −c
1 x − c −
a
P( X ) = − e
aτ (b) a
Keterangan
o P(X) = fungsi kerapatan peluang normal ( ordinat kurva normal )
o a = parameter skala
o b = parameter bentuk
o τ = fungsi gama
| 11
HIDROLOGI REKAYASA Materi
kuliah
Jika yang dipakai adalah logaritma dari variannya, maka akan diperoleh distribusi log
Pearson tipe III sbb b −1 ln x −c
1 ln x − c − a
P( X ) = − e
aτ (b) a
3. DISTRIBUSI LOG NORMAL
Merupakan hasil transformasi dari distribusi normal, dengan cara merubah variant X
menjadi nilai logaritmik variat X.
Rumum umum :
− (ln X + X ) 2
Keterangan :
1 2 o P(X) = fungsi kerapatan peluang normal
P( X ) = − e 2σ
Xσ 2π (ordinat kurva normal )
o π = 3,14156
o e = 2,71828
o X = rata‐rata harga X
o σ = deviasi standar harga X
4. GUMBEL TIPE I
Distribusi Gumbel disebut juga distribusi ekstrem dan umumnya digunakan untuk analisis data
maksimum. Sangat cocok untuk analisis frekuensi banjir
−Y Keterangan :
P( X ) = e ( − e )
o P(X) = fungsi kerapatan peluang Gumbel
o Y = faktor reduksi Gumbel ( tabel )
Dengan persamaan garis lurus model matematik Y = a ( X – Xo )
1,283
a=
σ Keterangan :
0,577 o σ = deviasi standart
Xo = µ − atau
a o μ= harga rata‐rata
X o = µ − 0.455
Persamaan untuk distribusi frekuensi Gumbel diatas dapat pula ditulis dengan menggunakan
persamaan empiris sbb.
S Keterangan :
X t = X + (Y − Yn ) o X = nilai variat yg diharapkan terjadi dengan periode
Sn ulang tertentu
o X = nilai rata‐rata hitung variat
o Y = nilai reduksi variat ( lihat tabel )
o Yn= nilai rata‐rata reduksi variat ( lihat tabel )
o Sn= devisiasi standart dari reduksi variat ( lihat tabel )
| 12
HIDROLOGI REKAYASA Materi
kuliah
Tabel : Hubungan Jumlah data (n) dengan deviasi standart dari reduksi varian ( Sn )
n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,950 0,970 0,980 0,997 1,010 1,010 1,032 1,041 1,049 1,057
20 1,063 1,064 1,070 1,081 1,086 1,092 1,096 1,104 1,105 1,109
30 1,113 1,116 1,110 1,123 1,123 1,129 1,131 1,134 1,360 1,139
40 1,141 1,144 1,140 1,148 1,150 1,152 1,154 1,156 1,157 1,159
50 1,161 1,162 1,160 1,166 1,167 1,168 1,170 1,171 1,172 1,173
60 1,177 1,176 1,170 1,178 1,179 1,180 1,181 1,182 1,183 1,184
70 1,185 1,186 1,180 1,188 1,189 1,190 1,190 1,192 1,192 1,193
80 1,194 1,195 1,190 1,196 1,197 1,197 1,198 1,199 1,199 1,200
90 1,201 1,201 1,200 1,203 1,203 1,204 1,204 1,205 1,206 1,206
100 1,207
Tabel : Hubungan periode ulang ( T ) dengan reduksi varian ( Y )
T Y
2 0,3065
5 1,4999
10 2,2504
20 2,9702
50 3,9019
100 4,6001
Tabel : Hubungan Jumlah data (n) dengan reduksi varian rata‐rata ( Yn )
n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,9500 0,4996 0,5053 0,5070 0,5100 0,5128 0,5157 0,5181 0,5202 0,5220
20 0,5236 0,5252 0,5268 0,5283 0,5296 0,5309 0,5320 0,5332 0,5343 0,5353
30 0,5362 0,5371 0,5380 0,5388 0,5396 0,5402 0,5410 0,5418 0,5424 0,5430
40 0,5436 0,5442 0,5448 0,5453 0,5458 0,5463 0,5468 0,5473 0,5477 0,5481
50 0,5485 0,5489 0,5493 0,5497 0,5501 0,5504 0,5508 0,5511 0,5515 0,5518
60 0,5521 0,5524 0,5527 0,5530 0,5533 0,5535 0,5538 0,5540 0,5543 0,5545
70 0,5548 0,5550 0,5552 0,5555 0,5557 0,5559 0,5561 0,5563 0,5565 0,5567
80 0,5569 0,5570 0,5572 0,5574 0,5576 0,5578 0,5580 0,5581 0,5583 0,5585
90 0,5586 0,5587 0,5589 0,5591 0,5592 0,5593 0,5595 0,5596 0,5598 0,5590
100 0,5591
| 13
HIDROLOGI REKAYASA Materi
kuliah
CONTOH SOAL :
Berapa besar volume total 50 tahunan ( X50 ) untuk sungai Cikapandung dengan cara
Gumbel ?
Rumus yang digunakan
S
Xt = X + (Y − Yn )
Sn
∑ 2,119.5 S =
∑ ( X i − X ) 2 = 14,829.04 = 25.96
X = = 92 .15 n −1 23 − 1
23
N Volume total X Rata-rata ( Xi - X ) ( Xi -X )2
(juta m3) x
1 149,40 92,15 57,25 3277,31
2 132,40 92,15 40,25 1619,89
3 125,00 92,15 32,85 1078,98
4 121,00 92,15 28,85 832,20
5 114,70 92,15 22,55 508,40
6 109,00 92,15 16,85 283,85
7 101,70 92,15 9,55 91,16
8 99,20 92,15 7,05 49,67
9 97,80 92,15 5,65 31,90
10 97,40 92,15 5,25 27,54
11 91,10 92,15 -1,05 1,11
12 90,00 92,15 -2,15 4,63
13 89,10 92,15 -3,05 9,32
14 84,60 92,15 -7,55 57,04
15 83,80 92,15 -8,35 69,76
16 83,60 92,15 -8,55 73,14
17 78,60 92,15 -13,55 183,66
18 77,80 92,15 -14,35 205,98
19 73,00 92,15 -19,15 366,81
20 68,50 92,15 -23,65 559,43
21 65,00 92,15 -27,15 737,24
22 45,20 92,15 -46,95 2204,51
23 41,60 92,15 -50,55 2555,52
2119,50 N= 23 14829,04
S
Xt = X + (Y − Yn ) X
Dengan : = 92.16
Sn
S = 25.96
n = 23 Yn = 0.5283 ( lihat tabel )
Sn = 1.0811 ( lihat tabel )
T = 50 Y = 3.9019 ( lihat tabel )
92.16
X 50 = 92.16 + (3.9019 − 0.5283)
1.0811
X 50 = 92.16 + 85.25(3.3736) = 379.7594 ≈ 379.8 juta..m 3
| 14
HIDROLOGI REKAYASA Materi
kuliah
V. DEBIT BANJIR RENCANA
Debit Banjir rencana ( design flood ) adalah debit banjir yang dipergunakan untuk
merencanakan Struktur Bangunan Air ( Bendung, tanggul banjir, saluran pengelak banjir,
bangunan pelimpah dll. )
Pertimbangan utama dalam menentukan debit banjir rencana adalah besarnya resiko
kerugian yang akan ditanggung. Hal ini ditentukan oleh obyek yang diamankan.
Misalnya : penduduk, bangunan prasarana, pabrik, areal pertanian, dsb.
Debit Banjir rencana ( design flood ) adalah debit banjir yang dipergunakan
Periode ulang kadang‐kadang dikaitkan dengan resiko untuk bangunan besar tertentu dengan
umur bangunan yang direncanakan
n
p = 1 − 1 − 1 p = resiko
t t = periode ulang
n = umur rencana bangunan
Persamaan tersebut dapat ditabelkan sbb :
Umur Periode Ulang t ( tahun)
Rencana
( th ) 5 10 20 30 50 100 200 500 1000
1 20 10 5 3 2 1 ‐ ‐ ‐
2 36 19 10 7 4 2 1 ‐ ‐
3 49 27 14 10 6 3 1 ‐ ‐
5 67 41 23 16 10 5 2 1 ‐
7 79 52 30 21 13 7 3 1 1
10 89 65 40 29 18 10 5 2 1
15 96 79 54 40 26 14 7 3 1
20 99 88 64 49 33 18 10 4 2
30 ‐ 96 78 64 45 26 14 6 3
50 ‐ 99 92 82 64 39 22 9 5
75 ‐ ‐ 98 92 78 53 31 14 7
100 ‐ ‐ 99 97 87 63 39 18 10
150 ‐ ‐ ‐ 99 95 78 53 26 14
200 ‐ ‐ ‐ ‐ 98 87 63 33 18
300 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 95 78 45 26
500 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 99 92 63 39
1000 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 99 86 63
| 15
HIDROLOGI REKAYASA Materi
kuliah
Catatan :
Untuk yang tidak ada angkanya, risiko adalah kurang dari 0,5 atau lebih dari 99.5 persen
Misal dari tabel :
Resiko 1 % untuk banjir 200 tahunan umur rencan bangunan = 2 th
CONTOH :
Berapa lamakah Bendungan A akan tetap di sungai dengan risiko kejadian yang sama tidak
akan terlampaui, jika bendung itu direncanakan tetap aman terhadap banjir 10‐tahunan.
JAWABAN :
Pemilihan Risiko kejadian harus ada peluang sama P = 0.5, dan t = 10 , maka
n
1
p = 1 − 1 −
t
n
1
0.5 = 1 − 1 − ⇒ n = 6.5 tahun
10
Jadi umur rencana bangunan A adalah 6.5 tahun
Chow, 1988, Merekomendasi penggunaan periode ulang untuk kreteria design berbagai
Struktur Bangunan sbb :
| 16
HIDROLOGI REKAYASA Materi
kuliah
VI. ANALISIS HIDROLOGI
Analisis Hidrologi adalah memperkirakan debit banjir / debit aliran yang terjadi di suatu sungai
Debit aliran sungai, adalah jumlah air yang mengalir melalui tampang melintang sungai tiap
satuan waktu ( Q m3/dt )
Debit sungai merupakan informasi penting dalam perencanaan Bangunan air dan Pemanfaatan
Sumber Daya Air, oleh karena itu diperlukan data pengamat debit dalam waktu yang cukup
panjang
Debit di suatu lokasi sungai dapat diperkirakan dengan cara :
1. PENGUKURAN LANGSUNG
Pengukuran debit secara langsung dapat dilakukan dengan mengukur debit di suatu
tampang melintang (stasiun) sungai atau di Bangunan air seperti bendung atau peluap.
Debit aliran sungai dihitung dengan mengalikan luas tampang sungai ( A = m2 ) dan
kecepatan aliran sungai ( V = m/dt )
Luas tampang melintang diperoleh dengan mengukur elevasi permukaan air dan dasar
sungai / kedalam sungai
Kecepatan aliran dapat diukur dengan alat ukur kecepatan (current meter), pelampung
atau peralatan lain.
LANGKAH – LANGKAH PENGUKURAN DEBIT
a. Pemilihan lokasi stasiun pengukuran debit sungai
b. Pengukuran kedalaman sungai
c. Pengukuran elevasi muka air secara kontinyu atau harian
d. Pengukuran kecepatan aliran
e. penghitungan Debit
f. Membuat rating curve yaitu hubungan antara elevasi muka air dan debit
g. Presentasi dan puplikasi data terukur dan terhitung
a. Pemilihan lokasi stasiun pengukuran debit sungai
Dalam pemilihan lokasi harus memperhatikan syarat‐syarat :
o Mudah dicapai oleh pengamat, misalnya di jembatan
o Dibagian sungai yang lurus dengan penampang yang teratur dan stabil (tidak
terjadi erosi maupun sedimentasi).
o Disebelah hilir pertemuan dengan anak sungai
o Di mulut sungai menuju ke laut atau danau
o Dilokasi bangunan air seperti bendungan, bendung, dsb
o Tidak dipengaruhi oleh garis pembendungan
o Aliran berada di dalam alur utama (tidak ada aliran bantaran)
| 17
HIDROLOGI REKAYASA Materi
kuliah
b. Pengukuran kedalaman sungai dapat dilakukan dengan menggunakan :
o bak ukur,
o tali yang diberi pemberat atau dengan
o echosounder
c. Pengukuran elevasi muka air secara kontinyu atau harian
Elevasi muka air diukur terhadap datum ( elevasi referensi ) yang bisa berupa alevasi
muka air laut atau datum lokal (bench mark).
Pengamatan muka air dilakukan di lokasi banguna air yang akan dibuat atau di
tempat‐ tempat penting lainnya
Alat pencatat muka air berupa :
o papan duga dengan meteran
o alat otomatis AWLR ( Automatic Water Level Recorder )
o Pengukuran kecepatan aliran
d. Pengukuran kecapatan air aliran dapat dilakukan dengan menggunakan :
o Pelampung
o Current meter
e. Penghitungan Debit
Pengukuran debit sungai dilakukan dengan membagi lebar sungai menjadi sejumlah
pias. Kecepatan aliran dan kedalaman air diukur secara vertikal di masing‐masing
pias
Debit di setiap pias dihitung dengan mengalikan kecepatan rata‐rata dan luas
tampang melintang
Debit sungai adalah jumlah debit seluruh pias
Ada beberapa metode untuk menghitung debit :
o Metode tampang tengah
o Metode tampang rerata
Pelaksanaan pengukuran debit di lapangan,
o penampang melintang dibagi menjadi beberapa bagian
o Satu luas penampang tidak boleh melebihi 10 persen dari aliran total
o Umumnya 20 s/d 30 penampang, hal ini tergantung dari lebar alur sungainya
| 18
HIDROLOGI REKAYASA Materi
kuliah
Kecepatan aliran bervariasi dari nol di dasar sungai sampai maksimum pada (atau dekat )
permukaan
Kecepatan dalam meter per detik
o Berdasarkan pengujian lapangan, kecepatan aliran ternyata ber variasi, umumnya
kecepatan rata‐rata pada 0,2 dan 0.8 kedalaman dibawah permukaan sama dengan
kecepatan rata‐rata pada penampang bidang vertikal
o Kecepatan pada kedalaman 0.6 dari permukaan juga sangat mendekati kecepatan rata‐
rata pada penampang vertical
Pengukuran di lapangan dengan alat ukur arus ( curren meter ) :
o Ukur kedalaman air total dengan alat duga (kabel ukur) EF
o Naikkan alat ukur sampai pada kedalaman 0.8 dari permukaan dan ukur kecepatan
dengan curren meter
o Ulangi pengukuran no.2 pada kedalaman 0.2 dari permukaan
o Pada air dengan kedalaman yang dangkal, pengukuran kecepatan dapat dilakukan
cukup sekali, yaitu pada kedalaman 0.6 dari permukaan
Perhitungan debit total dilakukan sbb:
o Hitung kecepatan rata‐rata pada masing‐masing penampang vertikal dengan
meratakan kecepatan pada kedalaman 0.2 dan 0.8 dari permukaan
o Kalikan kecepatan rata‐rata tersebut dengan luas bagian penampang vertikal yang
mewakili titik kecepatan ( ABCD ).
o Luas diambil sama dengan kedalaman terukur pada vertikal (EF) kali lebar penampang
(AB)
o Jumlahkan semua debit pada bagian penampang vertikal,
o Debit pada bagian penampang tepi diambil sama dengan nol
| 19
HIDROLOGI REKAYASA Materi
kuliah
2. PENGUKURAN SECARA TIDAK LANGSUNG
Menentukan Debit sungai secara tidak langsung dapat dilakukan dengan beberapa cara :
a. Menentukan Debit sungai dengan mengukur luas penampang sungai, dan
kecepatan aliran air dihitung secara analitis.
kecepatan air dihitung dengan salah satu rumus saluran terbuka, yang dikenal
dengan “ Slope‐area method” Untuk saluran terbuka berlaku rumus Bernouilli,
rumus Chezy, rumus Strickler (rumus‐rumus Hidrolika)
b. Debit sungai dihitung dari bangunan‐bangunan air yang terdapat di sungai,
misalnya :
Menggunakan Bangunan peluap
Q = C .L.g 0.5 .d 1.5 Q = debit sungai
C = angka pengaliran
L = panjamg peluap
d = tinggi air diatas ambang
Menggunakan Bangunan bendung
Q = C .L.(d + 2v g )1.5
2 C = angka pengaliran
L = panjang penampang pengaliran
d = tinggi air diatas bendung
v2/2g = tinggi kecepatan (velocity head)
pada penampang q masuk
c. Debit sungai di hitung berdasarkan data hujan,
o Debit yang mengalir pada sungai dimungkinkan terjadi dengan rencana
waktu ulang tertentu, misalnya debit dengan waktu ulang 50 tahunan (Q50)
mm3/dt, yaitu besar banjir yang 20 kali disamai atau dilampaui dalam
jangka waktu 1000 tahun atau memiliki probabilitas 2%
o Jika debit rencara dihitung berdasarkan hujan, maka dengan sendirinya
harus menetapkan besarnya hujan rencana terlebih dahulu (Hujan rencana
ditetapkan sebagai hujan dengan masa ulang tertentu).
o Hujan rencana dapat dihitung dengan analisis frekuensi atau probabilitas,
untuk dapat meramalkan seberapa besar hujan terjadi sesuai harapan
dalam jangka waktu tertentu
| 20
HIDROLOGI REKAYASA Materi
kuliah
o Misalkan dalam 10 tahun akan terjadi hujan‐hujan yang besarnya sama
dengan atau melebihi hujan rencarna tadi.
o Untuk keperluan analisis frekuensi, harus tersedia data hujan selama masa
lampau yang cukup panjang (min. 20 tahun).
o Untuk keperluan perencanaan (gorong‐gorong, bendung dsb.), data hujan
berupa hujan dalam satu hari (24 jam) dengan masa ulang tertentu. Jadi
yang kita perlukan adalah besarnya hujan dalam 24 jam ( R24 )10 mm,
Dengan demikian didapatkan gambaran mengenai pola‐pola hujan yang
besarnya R mm dalam 1 hari
o Debit sungai dihitung berdasarkan data hujan dengan cara, antara lain :
Metode Rasional , Metode Weduwen, Metode Haspers dan Metode
Melchior serta Debit sungai dihitung dengan rumus‐rumus empiris
METODE RASIONAL
jika hujan berlangsung lebih lama daripada lama waktu konsentrasi alirannya,
Intensitas rata‐ratanya akan lebih kecil, dari pada jika lama waktu hujan sama
dengan lama waktu konsentrasi.
Yang dimaksud dengan lama waktu konsentrasi ialah selang waktu antara
permulaan hujan dan saat seluruh areal daerah alirannya ikut berperperan pada
pengaliran sungai
Jika lama hujan melebihi lama waktu konsentrasi, laju pengaliran didalam
sungai akan berkurang, daripada jika lama waktu hujan lebih pendek dari pada
lama waktu konsentrasinya.
Sebaliknya, jika lama waktu hujan lebih pendek dari lama waktu konsentrasinya,
intensitas hujannya meningkat lebih tinggi, akan tetapi hanya sebagian daerah
aliran ikut berperan pada pengaliran sungai.
Dengan demikian, maka pengaliran maksimum terjadi :
jika lama waktu hujan sama dengan lama waktu konsentrasi daerah alirannya
Pemikiran RASIONAL tersebut dapat dinyatakan secara aljabar sbb.
Q n = C * I * A cfs Q = debit banjir rencana (c f s , cubic feet per
second atau second feet)
C = koefesien pengaliran, ( tak berdimensi )
A = luas daerah aliran sungai ( acres )
| 21
HIDROLOGI REKAYASA Materi
kuliah
I = Intensitas hujan maksimum selama waktu
sama dengan waktu konsentrasinya ( inci
tiap jam )
Kalau digunakan satuan metrik (1 inci = 25.4 mm, 1 acre = 4043.3 m2, 1 cfs =
0.0283 m3/det), maka rumus rasional memjadi :
Q = 0,278C * I * A m 3 / det
Q = debit banjir rencana ( m3/det )
C =
koefesien pengaliran, ( tak berdimensi )
A = luas daerah aliran sungai ( km2 )
I =
Intensitas hujan maksimum selama waktu
sama dengan waktu konsentrasinya ( mm
tiap jam )
Rumus‐rumus tersebut hanya berlaku untuk daerah aliran sungai kecil, antara 100
s/d 200 acres atau kira‐kira 40 – 80 ha.
Intensitas hujan I :
Penentuan Intensitas hujan ditentukan dengan menggunakan rumus empiris yang
dinyatakan dengan hubungan antara intensitas hujan dan lama waktu hujan,
Padahal diketahui bahwa untuk mendapatkan pengaliran maksimum
jika lama waktu hujan sama dengan lama waktu konsentrasi daerah alirannya,
maka :
a I = Intensitas rata‐rata hujan untuk hujan selama t
I=
t + b t = lama waktu hujan
a dan b koefisien yang besarnya tergantung keadaan
daerahnya
Untuk sembarang hujan, Rumus Mononobe :
R24 24 m t = lama hujan = lama waktu konsentrasi ( jam )
I= ( ) mm / jam
24 t R24 = curah hujan maksimum selama 24 jam (mm)
Lama konsentrasi dapat ditentukan dengan rumus empiris sbb :
L0.77
tc = 0.00013 → jam
S 0.38 5
L1.15
tc = → jam
( KIRPICH )
7700H 0.38 5
L = jarak dari tempat terjatuh di daerah aliran sampai tempat
pengamatan (feet)
H = Selisih tinggi antara tempat terjatuhnya dan pengamatan (feet)
S = H : L atau sama dengan kemiringan rata‐rata daerah alirannya
| 22
HIDROLOGI REKAYASA Materi
kuliah
Kalau L dan H dinyatakan dengan METRIK dan t dalam MENIT maka rumus menjadi :
L L meter
tc = 0.0195( )0.77
→ menit
H met S t menit
S = H : L
Angka Pengaliran C :
Perbandingan antara tinggi aliran dan tinggi hujan untuk jangka waktu cukup lama.
C = haliran
hhujan
Dari hasil perhitungan berdasarkan pengamatan, harga C dapat ditentukan dengan
memakai tabek sbb. :
Type daerah aliran Harga C
Perumputan tanah pasir, datar, 2 % 0.05 - 0.10
tanah pasir, rata-rata, 2 - 7 % 0.10 - 0.15
tanah pasir, curam, 7 % 0.15 - 0.20
tanah gumuk, datar, 2% 0.13 - 0.17
tanah gumuk, rata-rata, 2-7 % 0.18 - 0.22
tanah gumuk, curam, 7 % 0.25 - 0.35
Business daerah kota lama 0.75 - 0.95
daerah pinggiran 0.50 - 0.70
Perumahan daerah single family 0.03 - 0.50
multi unit, terpisah pisah 0.40 - 0.60
multi unit tertutup 0.60 - 0.75
daerah apartemen 0.50 - 0.70
Industri daerah ringan 0.50 - 0.80
daerah berat 0.60 - 0.90
METODE WEDUWEN
Metode ini :
a. hanya cocok untuk menghitung debit rencana pada daerah pengaliran kurang
dari 100 km2, dan
b. didasarkan pada curah hujan sehari ( 24 jam ) 240 mm, dan waktu t
merupakan saat‐saat kritis curah hujan. terjadi debit puncak
| 23
HIDROLOGI REKAYASA Materi
kuliah
Rumus yang dipergunakan :
Q = α *β *q* A Q = debit banjir rencana yang akan terjadi pada
4.1 periode ulang (m3/ dt)
α = 1−
αβ + 7 A = luas pengaliran (km2) ,
RX 67.65 α = Reduction coefisien
q= β = Run uff coefisien ,
240 t = 1.45
q = hujan maksimum ( m3/km2/dt )
120 + tt++19 A RX = Curah hujan pada periode n tahun, T =
β=
120 + A waktu ( jam )
t = 0.25 * L * Q −0.125 * I −0.25
Cara perhitungannya dilakukan dengan cara coba‐coba ( trial and eror ) sbb :
a. Dari data topografi ditetapkan terlebih dulu luas area A, panjang sungai L
dan Kemiringan sungai I
b. Tentukan perkiraan harga to dan gunakan rumus untuk menghitung Q
c. Ulangi perhitungan, hingga harga to = t diatas
d. Debit puncak diperoleh jika harga to yang diambil sama dengan harga t
Contoh
Hitung : Debit banjir dengan periode ulang 10, 20, 50 dan 100 (Q10, Q20, Q50,
dan Q100),
jika diketahui : Catchment Area = 88,58 km2
Panjang sungai = 14,00 km
kemiringan sungai = 0,00143
data curah hujan rata‐rata selama 10 tahun sbb.
Tahun Curah hujan mak.
(mm)
1991 499.050
1992 303.068
∑ ( X i − X ) 2 = 14,829.04 = 25.96
1993 379.774 S=
n −1 23 − 1
1994 337.798
1995 459.502
1996 467.788
1997 343.932 X = X + kS
1998 379.360
1999 506.669
2000 418.979
| 24
HIDROLOGI REKAYASA Materi
kuliah
PENYELESAIAN
Perhitungan curah hujan maksimum rata‐rata dengan cara distribusi Gumbel
Th.Curah hujan mak.Rata-rata ( Xi - X ) ( Xi -X )2
(mm) x ( X-x ) ( X - x )2
1991 499,050 409,592 89,458 8002,734
1992 303,068 409,592 -106,524 11347,363
S
∑ ( X i − X ) 2 = 67,82
1993 379,774 409,592 -29,818 889,113 =
1994 337,798 409,592 -71,794 5154,378
n −1
1995 459,502 409,592 49,910 2491,008 X = 409,59
1996 467,788 409,592 58,196 3386,774
1997 343,932 409,592 -65,660 4311,236
1998 379,360 409,592 -30,232 913,974
1999 506,669 409,592 97,077 9423,944
2000 418,979 409,592 9,387 88,116
4095,92 46008,64
Perhitungan tinggi Hujan Rancangan ( Xt )
S
T Y Yn Sn k Xt = X + (Y − Yn )
Sn
10 0.393 0.4592 0.950 1.280 404.350
20 1.970 0.5236 1.063 1.640 501.384
50 3.902 0.5485 1.161 2.050 604.979
100 4.600 0.5591 1.207 2.330 636.149
Perhitungan debit banjir dengan cara Weduwen :
untuk Curah hujan rerata periode ulang 10 th X20 = 404.350 mm
Persamaan yang digunakan :
Q = α *β *q* A
α = 1 − 4.1
βq + 7
R X 67.65
q = 240 t = 1.45
β = 120 + t +9 A
t +1
120 + A
t = 0.25 * L * Q −0.125 * I −0.25
| 25
HIDROLOGI REKAYASA Materi
kuliah
Perhitungan debit untuk curah hujan dengan periode ulang 10 th X10 =
404.350 mm
Langkah pertama adalah menentukan harga to coba = 3 jam
120 + 33++19 88.58
β = = 0.7169
120 + 88.58
404.350 67.65
q= = 25.613
240 3 + 1.45
4.1
α = 1− = 0.8383
0.7169 * 25.613 + 7
Q = 0.8383 * 0.7169 * 25.613 * 88.58 = 1363.495m3 / dt
t = 0.25 *14 *1363.495−0.125 * 0.00143−0.25 = 7.3013 jam
Perhitungan diulang kembali dengan to coba = 7.3013 jam
120 + 77..3013 + 9 88 .58
3013+1
β= = 0.7169
120 + 88.58
404.350 67.65
q= = 13.024
240 7.3013 + 1.45
4.1
α = 1− = 0.7631
0.7169 *13.024 + 7
Q = 0.8383 * 0.7631*13.024 * 88.58 = 696.9063m 3 / dt
t = 0.25 *14 * 696.6063−0.125 * 0.00143−0.25 = 7.9403 jam
Perhitungan diulang kembali dengan to coba = 7.9403 jam
120 + 77..9403 + 9 88 .58
9403+1
β= = 0.7994
120 + 88.58
404.350 67.65
q= = 12.136
240 7.9403 + 1.45
4. 1
α = 1− = 0.7545
12.136 * 0.7994 + 7
Q = 0.7545 * 0.7994 * 12.136 * 88.58 = 648.5473m 3 / dt
t = 0.25 * 14 * 648.5473 −0.125 * 0.00143−0.25 = 8.012 jam
| 26
HIDROLOGI REKAYASA Materi
kuliah
Perhitungan diulang kembali dengan to coba = 8. 012 jam
120 + 88..012+ 9 88 .58
012+1
β= = 0.8003
120 + 88 .58
404.350 67 .65
q= = 12 .946
240 8.012 + 1.45
4.1
α = 1− = 0.7536
0.8003 * 12 .946 + 7
Q = 0.7536 * 0.8003 * 12.946 * 88.58 = 642.972m 3 / dt
t = 0.25 * 14 * 642.972 −0.125 * 0.00143−0.25 = 8.019 jam
Perhitungan diulang kembali dengan to coba = 8.019 jam
120 + 88..019+ 9 88 .58
019+1
β= = 0.8004
120 + 88 .58
404.350 67 .65
q= = 12 .036
240 8.019 + 1.45
4.1
α = 1− = 0.7535
12.036 * 0.8004 + 7
Q = 0.7535 * 0.8004 *12 .036 * 88.58 = 642.972m 3 / dt
t = 0.25 * 14 * 642.972 −0.125 * 0.00143−0.25 = 8.02 jam
Karena harga t0 = 8.019 jam ≈ t = 8.02 jam, maka debit banjir untuk periode ulang
10 tahunan yang memenuhi adalah Q10 = 642.972 m3/dt.
Untuk debit banjir dengan periode ulang 50, 100, perhitungan dilakukan dengan
cara yang sama, maka diperoleh hasil sbb:
Periode ulang 10 tahun
to A Beta X10 q Alfa Q L i t coba
3 88.58 0.7169 404.35 25.613 0.8383 1363.495 14 0.0014 7.3013
7.3013 88.58 0.7916 404.35 13.024 0.7631 696.9063 14 0.0014 7.9403
7.9403 88.58 0.7994 404.35 12.138 0.7545 648.5473 14 0.0014 8.012
8.012 88.58 0.8003 404.35 12.046 0.7536 643.5154 14 0.0014 8.0198
8.0198 88.58 0.8004 404.35 12.036 0.7535 642.9721 14 0.0014 8.0207
8.0207 88.58 0.8004 404.35 12.035 0.7535 642.9132 14 0.0014 8.0208
| 27
HIDROLOGI REKAYASA Materi
kuliah
Periode ulang 20 tahun
to A Beta X20 q Alfa Q L i t coba
7 88.6 0.78766 501.384 16.725 0.79677 929.769 14 0.0014 7.6593
7.6593 88.6 0.79606 501.384 15.515 0.78812 862.223 14 0.0014 7.7318
7.7318 88.6 0.79695 501.384 15.392 0.7872 855.356 14 0.0014 7.7395
7.7395 88.6 0.79704 501.384 15.379 0.7871 854.631 14 0.0014 7.7404
7.7404 88.6 0.79705 501.384 15.378 0.78709 854.554 14 0.0014 7.7405
7.7405 88.6 0.79705 501.384 15.378 0.78709 854.546 14 0.0014 7.7405
METODE HASPERS
Pada dasarnya metode ini sama dengan metode Rasional,
Rumus umum :
Keterangan :
Q =α *β *q* A Q = debit maksimum (m3/dt)
α = Reduction coefisien
β = Run uff coefisien
q = hujan maksimum (m3/km2/dt
A = Luas pengaliran ( km2 )
Menentukan Koeefien aliran
012 A0.7
1 + 0. A = km2
C=
1 + 0. 075A0.7
Menentukan waktu konsentrasi
t = 0.1 L 0.8 i‐0.3 t =jam, L=km2
Menentukan angka Reduksi
−0.41
1 = 1 + t + 3.7 *10 X
A
β 2
t + 15 12
| 28
HIDROLOGI REKAYASA Materi
kuliah
Menghitung Intensitas hujan I
t * R24−ma k
I = .....mm.................t < 2 jam
t + 1 − 0.0008(260 − R24−ma k )(2 − t ) 2
I = t * R24− ma k ............................................mm.......2 jam < t < 19 jam
t +1
I = 0.707R
24 − ma k t + 1................................mm.......19 jam < t < 30 jam
Menentukan debit modul q :
I
q = 10
3.6 * t
Akhirnya :
Q
= α * β * q * A
Keterangan :
CONTOH
Hitung : Debit banjir dengan periode ulang 10, 20, 50 dan 100 (Q10, Q20, Q50, dan
Q100), jika diketahui :
• Catchment Area = 88,58 km2
• Panjang sungai = 14,00 km
• kemiringan sungai = 0,00143
| 29
HIDROLOGI REKAYASA Materi
kuliah
data curah hujan rata‐rata selama 10 tahun sbb
Tahun Curah hujan mak.
(mm)
1991 499.050 S=
∑ ( X i − X ) 2 = 14,829.04 = 25.96
1992 303.068 n −1 23 − 1
1993 379.774
1994 337.798 X =
∑ 2,119.5 = 92.15
23
1995 459.502
1996 467.788
1997 343.932 X = X + kS
1998 379.360
1999 506.669
2000 418.979
PENYELESAIAN :
Perhitungan curah hujan maksimum rata‐rata dengan cara distribusi Gumbel
METODE MELCHIOR
Pada Metode ini telah disusun nomogram‐nomogram yang menghubungkan
antara berbagai variabel yang terdapat dalam rumus.
Nomogram Melchior disusun berdasarkan C = 0.52
Untuk harga C lain, Harga V yang didapatkan dari nomogram harus dikalikan
dengan :
C 0.2
( )
0.52
Apa bila tidak tersedia nomogram‐nomogram, perhitungan dapat dikerjakan sbb.
| 30
HIDROLOGI REKAYASA Materi
kuliah
o Lukis ellip yang mengelilingi daerah aliran dengan sumbu panjang kira‐kira 1.5
kali sumbu pendek. Kemudian hitung luasnya.
o Ukur Luas daerah aliran dengan planimeter atau dengan rumus ellip (km2).
o Kemiringan rata‐rata dasar sungai, S = H/0.9 L
o Tetapkan besar curah hujan sehari (24 jam ) untuk periode ulang tertentu
yang dikehendaki
o Tentukan q dengan bantuan grafik Melchior dan luas daerah tangkapan (ellip)
o Tentukan harga α (antara 0.6 – 0.8)
o Hitung luas A ( dgn planimeter),
o Tentukan perkiraan harga t0 ( waktu awal ) berdasarkan tabeldebit banjir cara
Melchior
o Ambil harga tc = t0 dengan mengunakn rumus :
tc = 0.186 LQ‐0.2 I‐0.4 hitung pula Q
o Ulangi langkah di ats untuk harga t0 baru yang sama dengan tc, sampai
diperoleh harga waktu konsentrasi yang sama ( tc = t0 )
o Hitung debit maksimum untuk harga t terakhir.
Metode ini cocok untuk menghitung debit rencana pada daerah luas tangkapan
pengaliran lebih dari 100 km2, dan
CONTOH :
Sungai dengan luas daerah tangkapan 525 km2, panjang sungai 50 km, curah hujan
(24 jam) untuk periode 100 th adalah 240 mm
Hitunglah debit banjir dengan periode ulang 100 th ( Q100 ) ?
| 31
HIDROLOGI REKAYASA Materi
kuliah
METODE EMPIRIS
Metode Empiris digunakan jika tidak diperoleh data hidrologi yang cukup
Beberapa persamaan debit banjir yang dapat digunakan antara lain :
No Pembuat Rumus Rumus Catatan
1 n 3
Q = CA Q = Debit banjir ( m /det ),
2),
A = luas DAS (km n = angka
penunjuk ( 0.5 – 1.25), C =
koef
0.75 3 2
2 Dickens Qa= 825 A Q ( kaki /det), A (mil )
3 0.5 2
Qa = 24,12 A A = 15 – 200.000 km
| 32
HIDROLOGI REKAYASA Materi
kuliah
BUKU REFERENSI
| 33