OLEH
Maruli Liasna
140100215
PEMBIMBING
Dr. dr. Juliandi Harahap, MA
OLEH
Maruli Liasna
140100215
PEMBIMBING
Dr. dr. Juliandi Harahap, MA
OLEH
Maruli Liasna
140100215
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Alat Permainan Edukatif untuk Bayi dan Balita”. Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk melengkapi persyaratan Kepanitraan Klinik
Senior (KKS) di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada
Dr. dr. Juliandi Harahap, MA atas kesediaan beliau meluangkan waktu dan pikiran
untuk membimbing, mendukung, dan memberikan masukan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Penulis
juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang turut membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, baik dari segi
materi maupun tata cara penulisan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca demi perbaikan makalah ini di
kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya ilmu kesehatan. Atas bantuan dan segala dukungan dari
berbagai pihak baik secara moral maupun spiritual, penulis mengucapkan terima
kasih.
Penulis
v
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Manfaat
Pembuatan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai Sumber
bacaan dan referensi mengenai Alat Permainan Edukatif untuk Bayi dan Balita
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5. Bermain dapat membantu anak mengenal dirinya, baik yang berkaitan dengan
kelemahan dan kekurangannya, maupun kelebihannya, misalnya dengan
bermain seorang anak akan mengetahui dirinya ternyata lebih mampu berlari
dengan cepat dibanding dengan teman-temannya atau lebih mampu
menggambar lebih baik.
6. Bermain dapat digunakan sebagai penyalur keinginan dan kebutuhan anak
yang tidak terpenuhi, misalnya keinginan untuk berlaku seperti orang tuanya
dengan bermain peran orang tua, bermain sebagai sopir mobil-mobilan dan
sebagainya.
7. Bermain bersama anggota keluarga dapat mengakrabkan hubungan antara anak
dengan anggota keluarga lain.
Secara garis besar, permainan memiliki urgensi yang bersifat kognitif, sosial
dan emosional:6
A. Urgensi kognitif, permainan dapat membantu perkembangan kognitif anak.
Melalui permainan, anak menjelajahi lingkungannya, mempelajari objek-objek
di sekitarnya, dan belajar memecahkan masalah yang dihadapinya. Menurut
Piaget (1962) struktur-struktur kognitif anak perlu dilatih, dan permainan
merupakan setting yang sempurna bagi pelatihan kognitif anak. Melalui
permainan memungkinkan anak mengembangkan kompetensi dan
keterampilan yang diperlukannya dengan cara yang menyenangkan.
B. Urgensi sosial, permainan dapat meningkatkan dan mengembangkan
perkembangan sosial anak. Khususnya dalam permainan fantasi dengan
memerankan suatu peran , anak belajar memahami orang lain dan peran-peran
yang akan ia mainkan di kemudian hari setelah tumbuh menjadi orang dewasa.
C. Urgensi emosional, permainan memungkinkan anak untuk memecahkan
sebagian dari masalah emosional, belajar menagatasi kegelisahan dan konflik
batin. Permainan memungkinkan anak melepaskan energi fisik yang berlebihan
dan membebaskan perasaan-perasaan yang terpendam. Karena tekanan batin
dilepas dalam permainan, anak dapat mengatasi masalah kehidupan.
Demikianlah berbagai manfaat bermain bagi anak, dan pada prinsipnya bermain
adalah untuk melatih pancaindra dan anggota badan lainnya sebagai persiapan
untuk hidup anak dimasa yang akan datang
5
7. Tidak Membahayakan
Artinya tidak terbuat dari bahan-bahan maupun bentuk yang
membahayakan anak.
8. Mendorong Anak untuk Bermain Bersama
Untuk mendorong anak dapat bermain bersama, maka diperlukan alat yang
dapat merangsang kegiatan yang melibatkan orang lain.
9. Mengembangkan daya Fantasi
Alat permainan yang sifatnya mudah dibentuk dan diubah-ubah sangat
sesuai untuk mengembangkan daya fantasi, karena dapat
memberikankesempatan kepada anak untuk mencoba dan melatih daya
fantasinya.
10. Bukan Karena Kelucuan dan Kebagusannya.
Orang tua atau guru sebaiknya memilih peralatan yang dapat menunjang
perkembangan kognisi, afeksi, dan motorik anak dengan baik.
11. Bahan Murah dan Mudah Diperoleh.
Orang tua ataupun pendidik yang menciptakan suatu alat permainan, anak
akan lebih suka dari pada apa yang dibeli, karena kreativitas memiliki nilai
plus dibanding dengan membeli yang sudah siap pakai.
2.2.3 Contoh Alat Permainan Edukatif 4
1. Puzzle
Puzzle merupakan salah satu jenis APE yang menarik untuk diperkenalkan
kepada anak TK. Puzzle untuk anak usia 2 - 4 tahun memiliki bentuk sederhana
dengan potongan atau keping puzzle yang sederhana pula dan jumlahnya pun tidak
terlalu banyak. Berbeda dengan puzzle untuk anak usia 4 - 6 tahun jumlah
kepingannya lebih banyak lagi. Hal tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa
anak pada rentang usia 5 – 6 tahun telah memiliki kemampuan dan kematangan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak pada rentang usia dibawahnya. Oleh
karena itu sangatlah jelas bahwa APE dirancang dan ditujukan untuk anak dengan
mempertimbangkan karakteristik perkembangannya termasuk masalah perbedaan
usia.
7
Gambar 1. Puzzle
2. Loto Warna dan Bentuk
APE yang dirancang untuk mengembangkan aspek kognitif biasanya dapat
digunakan anak untuk melatih daya nalarnya. APE jenis ini dirancang dengan
rancangan tertentu baik dari segi bentuk, ukuran dan warnanya. APE jenis ini
dikembangkan khusus pula, jadi jika anak salah mengerjakan dia pulalah yang
segera menyadarinya dan membetulkannya. Contohnya loto warna dan bentuk.
Anak usia dini dapat diperkenalkan pada loto jenis ini untuk melatih motorik halus
dan daya nalarnya.
Gambar 2. Loto
8
3. Balok
Setiap APE dapat difungsikan secara multiguna (mengembangkan berbagai
aspek perkembangan anak) sekalipun masing-masing alat permainan memiliki
kekhususan untuk mengembangkan aspek perkembangan tertentu pada anak tetapi
tidak jarang satu alat permainan dapat meningkatkan lebih dari satu aspek
perkembangan misalnya mainan balok-balok bangunan dalam berbagai macam
ukuran besar, sedang dan kecil dengan warna yang disukai anak. Balok-balok dapat
disusun sesuai kehendak anak apakah berdasarkan ukuran besar, sedang atau kecil
atau berdasarkan warna tertentu jadi dapat dimainkan dengan berbagai cara dan
bentuk dan untuk melatih tidak hanya motorik halus tetapi juga mengenalkan
konsep warna, ukuran, dan bentuk pada anak.
Gambar 3. Balok
9
BAB 3
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
Bermain adalah kegiatan anak-anak lakukan sepanjang hari karena bagi
anak bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan. Anak usia dini tidak
membedakan antara bermain, belajar dan bekerja. Bermain bagi anak merupakan
sarana untuk menumpahkan kegiatan aktif dalam mencapai kesenangan dari
kegiatan yang dilakukannya. Bermain juga berperan dalam membangkitkan saraf
motorik dan sensoriknya.
Permainan edukatif yaitu suatu kegiatan yang sangat menyenangkan dan
dapat merupakan cara atau alat pendidikan yang bersifat mendidik, sedangkan alat
permainan edukatif adalah alat permainan yang sengaja dirancang khusus untuk
kepentingan pendidikan.
Alat Permainan Edukatif (APE) bagi anak adalah alat main yang dapat
menstimulasi panca indra dan kecerdasan anak, yang meliputi indra penglihatan
penciuman, pengecapan, perabaan dan pendengaran. APE sangat variatif dan tidak
harus yang mahal. Kita bisa membuat sendiri dengan memanfaatkan benda-benda
yang ada disekitar kita.
10
DAFTAR PUSTAKA
1. Ismail, A. 2006. Education Games (Menjadi Cerdas dan Ceria dengan Permainan
Edukatif), Yogyakarta: Pilar Media,
2. Maghfiroh, L. 2010. Permainan Edukatif dalam Pembelajaran Anak di TK Terpadu
Tarbiyatul Athfal Jepara, (Yogyakarta, UIN SUKA), hlm .57. Skripsi, Fak. Tarbiyah,
Jur PAI
3. Dir. Pendidikan Anak Usia Dini. 2003. Pembuatan dan penyelenggaraan Alat
Permainan Edukatif Anak Usia 3-6 Tahun. Jakarta: Depdiknas
4. Zaman, B., et al. 2007. Media Dan Sumber Belajar TK. Jakarta: Universitas
Terbuka.
5. Handayani, A. 2009. Anak Cerdas Lewat Bermain. Majalah Psikologi Plus
Volume III No. 10 April 2009. Semarang: PT Niko Sakti.
6. Suyud, R. 1983. Pokok-pokok Ilmu Jiwa Perkembangan, Yogyakarta: Fakultas
Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
7. Hasan, M. 2013. Pendidikan Anak Usia Dini, Jogjakarta: DIVA Press.