Fordis m3 Kb2 Hakikat Pemerolehan Bahasa
Fordis m3 Kb2 Hakikat Pemerolehan Bahasa
JAWABAN
BERKAITAN DENGAN PERTANYAAN DI ATAS, terdapat persamaan dan perbedaan antara
pemerolehan dan pembelajaran bahasa.
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA PEMEROLEHAN DAN PEMBELAJARAN BAHASA.
PERSAMAAN EMEROLEHAN DAN PEMBELAJARAN BAHASA
Dalam pandangan beberapa ahli, ada perbedaan antara konsep pemerolehan dan
pembelajaran. Pemerolehan bahasa diartikan sebagai penguasaan bahasa pertama seorang
anak di mana dia tinggal. Proses pemerolehan bahasa ini berlangsung secara tidak sadar.
Di sisi lain, pembelajaran adalah proses penguasaan bahasa target (bahasa kedua) yang
dilakukan oleh seseorang guna kepentingan tertentu, misalnya untuk tujuan pekerjaan,
akademis, ekonomi, dan lain-lain. Dalam proses ini tujuan yang ingin dicapai oleh individu
tersebut jelas sehingga proses inipun dilakukan dengan sadar.
Meskipun pemerolehan dan pembelajaran bahasa memiliki esensi yang berbeda
tetapi keduanya memiliki persamaan dalam prosesnya. Persamaan antara pemerolehan
dan pembelajaran bahasa tersebut seperti di bawah ini.
1) Praktik, baik pemerolehan maupun pembelajaran pada hakikatnya adalah pembentukan
kebiasaan berbahasa sehingga ia memiliki kemampuan (capability) berbahasa yang
dilakukan melalui serangkaian praktik berbahasa.
2) Meniru, kegiatan meniru (imitation) juga berlaku bagi pemerolehan maupun
pembelajaran bahasa. Peniruan itu baik dari aspek suara, kalimat, dan metode
menggunakannya (konteks).
3) Keduanya melalui tahapan-tahapan dalam proses kebahasaannya.
Selain persamaan tersebut, pemerolehan maupun pembelajaran bahasa juga
memiliki perbedaan sebagai berikut.
1) Perbedaan Motivasi atau tujuan, pemerolehan bahasa digunakan sebagai dasar dalam
berkomunikasi dengan orang di sekitarnya sedangkan pembelajaran didasari oleh motif
tertentu seperti ekonomi, pendidikan, sosial, dan lain sebagainya.
2) Pemerolehan bahasa dilakukan secara tidak sadar sedangkan pembelajaran bahasa
dilakukan secara sadar oleh individu yang bersangkutan.
1
3) Model dalam pemerolehan bahasa pertama adalah bahasa pertama yang digunakan di
lingkungannya sedangkan pembelajaran biasanya objek bahasanya adalah bahasa
kedua. Misalnya, di suku Jawa bahasa pertama adalah bahasa Jawa dan bahasa kedua
adalah bahasa Indonesia.
4) Perbedaan waktu ini mengacu pada tahap yang dilalui dimana pemerolehan bahasa
pertama biasanya pada waktu usia anak-anak dan yang paling baik pada masa periode
masa kritis dan pembelajaran bahasa bahasa dapat dilakukan kapanpun.
5) Pembelajaran bahasa adalah proses yang terjadi setelah pemerolehan bahasa terjadi.
3
Pengenalan bahasa yang lebih dini dibutuhkan untuk memperoleh ketrampilan bahasa
yang baik. Orang tua, khususnya, harus memberikan stimulus yang positif pada
pengembangan keterampilan bahasa pada anak, seperti berkomunikasi pada anak
dengan kata-kata yang baik dan mendidik, berbicara secara halus, dan sebisa mungkin
membuat anak merasa nyaman dalam suasana kondusif rumah tangga yang harmonis,
rukun, dan damai. Hal tersebut dapat menstimulus anak untuk bisa belajar
berkomunikasi dengan baik karena jika anak distimulus secara positif maka akan
mungkin untuk anak merespon secara positif pula.
Perkembangan Bahasa pada Anak. Setiap anak harus menguasai semua peringkat
bahasa, tidak hanya ucapan yang tepat tetapi juga bagaimana cara menggabungkan kata
menjadi kalimat untuk mengungkapkan gagasan. Upaya ini dapat diselesaikan anak –dari
berbagai budaya- dalam waktu empat sampai lima tahun. Rata-rata mereka mengalami
urutan perkembangan yang sama.
Perkembangan Bahasa. Bayi, sudah mampu berkomunikasi tanpa harus berbahasa, baik
dengan tangisan, senyum, dan gerak gerik tubuhnya. Tahap perkembangan ini dibagi
kepada dua, tahap perkembangan artikulasi dan tahap perkembangan kata/kalimat.
Tahap Perkembangan Atikulasi. Tahap ini dilalui bayi pada usia 14 bulan. Pada tahap ini
bayi sudah mampu menghasilkan bunyi vokal, “aaa”, “eee” atau “uuu”. Adapun tahapan
perkembangan artikulasi itu sebagai berikut:
1) Bunyi Resonansi. Bunyi paling umum yang dibuat bayi adalah bunyi tangis, meskipun
ada banyak arti yang diungkapkan bayi melalui tangisan tersebut. Selain bunyi
tangis, ada pula bunyi kuasi resonansi. Bunyi ini belum ada konsonan dan vokalnya.
2) Bunyi Berdekut. Bunyi ini adalah bunyi kuasi konsonan yang berlangsung dalam satu
embusan nafas. Bunyi yang dihasilkan adalah konsonan belakang dan tengah,
dengan vokal belakang, tapi tanpa resonansi penuh. Bunyi ini seperti meledak-ledak
yang disertai tawa.
3) Bunyi Berleter. Bayi mengeluarkan suara terus menerus tanpa tujuan. Bayi mencoba
berbagai macam bunyi. Bayi sudah mampu membuat bunyi vokal seperti a.
4) Bunyi Berleter Ulang.Bayi memonyongkan bibirnya, menarik ke dalam tanpa
menggerakkan rahang. Konsonan yang mula-mula diucap adalah p, b, bunyi letup t
dan d, bunyi nasal dan bunyi j.
5) Bunyi Vokabel. Bunyi ini menyerupai kata, tapi tidak mempunyai arti, dan bukan
tiruan dewasa. Bentuk vokabel ini sudah konsisten secara fonetis. Seiring dengan
perkembangan ini, bayi yang normal sudah bisa menirukan intonasi kalimat dan
kemampuan mengucapkan kata.
Tahap Perkembangan Kata dan Kalimat
1) Kata Pertama. Kemampuan mengucapkan kata pertama ditentukan oleh
penguasaan artikulasi dan kemampuan mengaitkan kata dengan benda yang
menjadi rujukannya.
2) Kalimat Satu Kata. Kata pertama yang dihasilkan anak, dilanjutkan dengan kata
kedua, ketiga dan seterusnya. Yang pertama kali muncul melalui kalimat satu kata si
anak adalah ujaran yang seringkali didengarnya dari orang dewasa. Hingga usia 18
bulan, anak telah memiliki 50 buah kosakata, meskipun kalimat satu kata
(holofrasis).
3) Kalimat Dua Kata. Ucapan kalimat dua kata ini diungkapkan anak sudah lebih
produktif dibanding kalimat satu kata. Misalnya, hubungan agen + asi pada kalimat
mommy come.
4
4) Kalimat Lebih Lanjut. Menjelang usia dua tahun, anak rata-rata sudah bisa
menyusun kalimat empat kata, yakni dengan cara perluasan, meskipun kalimat dua
kata masih mendominasi korpus bicaranya.
REFERENSI
PEMEROLEHAN DAN PEMBELAJARAN BAHASA
Pemerolehan Bahasa Pertama
Pemerolehan bahasa (Language Acquisition) adalah proses manusia mendapatkan
kemampuan untuk menangkap, menghasilkan, dan menggunakan kata untuk pemahaman
dan komunikasi. Kapasitas ini melibatkan berbagai kemampuan seperti sintaksis, fonetik, dan
kosakata yang luas. Pemerolehan bahasa (akuisisi bahasa) merupakan proses yang
berlangsung di dalam otak kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau
bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dengan pembelajaran bahasa.
Bahasa yang diperoleh bisa berupa vokal seperti pada bahasa lisan atau manual seperti pada
bahasa isyarat. Pemerolehan bahasa biasanya merujuk pada pemerolehan bahasa pertama
yang mengkaji pemerolehan anak terhadap bahasa ibu mereka dan bukan pemerolehan
bahasa kedua yang mengkaji pemerolehan bahasa tambahan oleh anak-anak atau orang
dewasa.
Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang
kanak-kanak mempelajari bahasa kedua setelah dia memperoleh bahasa pertamanya. Jadi,
pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan pembelajaran bahasa
berkenaan dengan bahasa kedua (Chaer, 2003:167). Hal ini perlu ditekankan, karena
pemerolehan memiliki karakteristik yang berbeda dengan pembelajaran (Cox, 1999; Musfiroh,
2002)
Ada dua pengertian mengenai pemerolehan bahasa.Pertama, pemerolehan bahasa
mempunyai permulaan yang mendadak, tiba-tiba. Kedua, pemerolehan bahasa memiliki
suatu permulaan yang gradual yang muncul dari prestasi-prestasi motorik, sosial, dan
kognitif pralinguistik.
Ali (1995:77) mengatakan bahasa ibu adalah bahasa pertama yang dikuasai manusia sejak
awal hidupnya melalui interaksi dengan sesama anggota masyarakat bahasanya, seperti
keluarga dan masyarakat lingkungan. Hal ini menunjukkan bahasa pertama (B1) merupakan
suatu proses awal yang diperoleh anak dalam mengenal bunyi dan lambang yang disebut
bahasa.
Apabila dalam proses awal menunjukkan pemahaman dan penghasilan yang baik dari
keluarga dan lingkungan bahasa yang diperolehnya, proses pemerolehan bahasa
selanjutnya akan mendapatkan kemudahan. Tahapan-tahapan berbahasa ini memberikan
pengaruh yang besar dalam proses pemerolehan bahasa anak. Pemerolehan bahasa adalah
proses pemahaman dan penghasilan (produksi) bahasa pada diri anak melalui beberapa
tahap mulai dari meraba sampai fasih berbicara (Indrawati dan Oktarina, 2005:21).
Perkembangan pemerolehan bahasa anak dapat dibagi atas tiga bagian penting yaitu (a)
perkembangan prasekolah (b) perkembangan ujaran kombinatori, dan (c) perkembangan
masa sekolah. Perkembangan pemerolehan bahasa pertama anak pada masa prasekolah
dapat dibagi lagi atas perkembangan pralinguistik, tahap satu kata dan ujaran kombinasi
permulaan.
5
Pemerolehan Bahasa Kedua
Proses Pemerolehan Bahasa Kedua
Pemerolehan bahasa berbeda dengan pembelajaran bahasa. Orang dewasa mempunyai
dua cara yang, berbeda berdikari, dan mandiri mengenai pengembangan kompetensi dalam
bahasa kedua. Pertama, pemerolehan bahasa merupakan proses yang bersamaan dengan
cara anak-anak mengembangkan kemampuan dalam bahasa pertama mereka. Pemerolehan
bahasa merupakan proses bawah sadar. Para pemeroleh bahasa tidak selalu sadar akan
kenyataan bahwa mereka memakai bahasa untuk berkomunikasi.
Kedua, untuk mengembangkan kompetensi dalam bahasa kedua dapat dilakukan
dengan belajar bahasa. Anak-anak memperoleh bahasa, sedangkan orang dewasa hanya
dapat mempelajarinya. Akan tetapi ada hipotesis pemerolehan belajar yang menuntut bahwa
orang-orang dewasa juga memperoleh bahasa, kemampuan memungut bahasa bahasa
tidaklah hilang pada masa puber. Orang-orang dewasa juga dapat memanfaatkan sarana
pemerolehan bahasa alamiah yang sama seperti yang dipakai anak-anak. Pemerolehan
merupakan suatu proses yang amat kuat pada orang dewasa.
Pemerolehan dan pembelajaran dapat dibedakan dalam lima hal, yaitu:
1. Pemerolehan memiliki ciri-ciri yang sama dengan pemerolehan bahasa pertama, seorang anak
penutur asli, sedangkan belajar bahasa adalah pengetahuan secara formal,
2. Pemerolehan secara bawah sadar, sedangkan pembelajaran sadar dan disengaja.
3. Pemerolehan bahasa kedua seperti memungut bahasa kedua, sedangkan pembelajaran
mengetahui bahasa kedua,
4. Pemerolehan mendapat pengetahuan secara implisit, sedangkan pembelajaran mendapat
pengetahuan secara eksplisit,
5. Pemerolehan tidak membantu kemampuan anak, sedangkan pembelajaran menolong sekali.
Cara pemerolehan bahasa kedua dapat dibagi dua cara, yaitu pemerolehan bahasa kedua secara
terpimpin dan pemerolehan bahasa kedua secara alamiah.
1) Pemerolehan bahasa kedua secara terpimpin adalah pemerolehan bahasa kedua yang diajarkan
kepada pelajar dengan menyajikan materi yang sudah dipahami. Materi bergantung pada kriteria
yang ditentukan oleh guru. Strategi-strategi yang dipakai oleh seorang guru sesuai dengan apa yang
dianggap paling cocok bagi siswanya.
2) Pemerolehan bahasa kedua secara alamiah adalah pemerolehan bahasa kedua/asing yang terjadi
dalam komunikasi sehari-hari, bebas dari pengajaran atau pimpinan,guru. Tidak ada keseragaman
cara. Setiap individu memperoleh bahasa kedua dengan caranya sendiri-sendiri. Interaksi menuntut
komunikasi bahasa dan mendorong pemerolehan bahasa. Dua ciri penting dari pemerolehan
bahasa kedua secara alamiah atau interaksi spontan ialah terjadi dalam komunikasi sehari-hari, dan
bebas dari pimpinan sistematis yang sengaja.
Pemerolehan Bahasa Kedua
1. Bagi sebagian besar anak Indonesia, bahasa Indonesia bukan bahasa pertama mereka, melainkan
bahasa kedua, atau ketiga.
2. Pengenalan/penguasaan bahasa Indonesia dapat terjadi melalui proses pemerolehan atau proses
belajar.
3. Proses pemerolehan terjadi secara alamiah, tanpa sadar, melalui interaksi tak formal dengan orang
tua dan/atau teman sebaya, tanpa bimbingan.
4. Proses belajar terjadi secara formal, disengaja, melalui interaksi edukatif, ada bimbingan, dan
dilakukan dengan sadar.
6
5. Bahasa Pertama (B1) dan Bahasa Kedua (B2) didapat bersama-sama atau dalam waktu berbeda.
Jika didapat dalam waktu yang berbeda, Bahasa Kedua (B2) didapat pada usia prasekolah atau pada
usia Sekolah Dasar.
6. Bahasa Kedua (B2) dapat diperoleh di lingkungan Bahasa Pertama (B1) dan Bahasa Kedua (B2). Jika
diperoleh di lingkungan Bahasa Pertama, Bahasa Kedua dipelajari melalui proses belajar formal; jika
didapat di lingkungan Bahasa Kedua, Bahasa Kedua didapat melalui interaksi tidak formal, melalui
keluarga, atau anggota masya-rakat Bahasa Kedua.
Prinsip dan Metode Pengajaran B2
1. Belajar Bahasa Kedua (B2) adalah belajar dalam konteks pemakaian bahasa yang sebenarnya.
2. Belajar Bahasa Kedua (B2) adalah belajar menggunakan Bahasa Kedua (B2) tersebut dalam
berbagai fungsinya.
3. Siswa harus dilatih menggunakan bahasa secara tepat.
4. Pengajaran bahasa perlu memperhatikan kebutuhan afektif dan kognitif pelajaran.
5. Pemahaman Budaya Bahasa Kedua (B2) perlu ditumbuhkan dalam pengajaran Bahasa Kedua (B2).
6. Metode tata bahasa terjemahan tidak membuat siswa terampil menggunakan bahasa, tetapi tahu
tentang bahasa.
7. Metode langsung diterapkan melalui kegiatan dialog, tubian pola, dan penerapan. Tubian yang
dilakukan mencakupi tubian pengulangan dan tubian respons.
8. Tujuan pengajaran bahasa komunikatif ialah agar siswa dapat berkomunikasi dalam permaian
bahasa yang sebenarnya dalam bentuk bahasa yang diterima. Dalam pelaksanaannya, jika
diperlukan Bahasa Kesatu (B1) dan penerjemahkan dapat digunakan. Tata bahasa diberikan.
9. Pengajaran dengan respons fisik total menekankan penguasaan kemampuan menyimak pada
awal pelajaran. Pemahaman dan retensi paling baik dipelajari melalui gerakan fisik sebagai
respons terhadap perintah guru. Kegiatan berbicara baru dilakukan bila siswa sudah benar-benar
siap. Proses siswa dilaksanakan melalui langkah = latihan mendengarkan, produksi dan membaca
serta menulis.
10. Pendekatan alamiah dikembangkan berdasarkan keyakinan bahwa penguasaan bahasa lebih
banyak terjadi melalui proses pemerolehan secara alamiah yang digabungkan dengan teori
monitor dan Krashen. Pendekatan ini dalam penerapannya sangat mementingkan pemerolehan
kosakata.
7
c. 2 tahun
Mengetahui kurang lebih memiliki 50 kata.
Kebanyakan mulai mencapai kombinasi dua kata yang dikombinasikan dalam ucapan-ucapan
pendek tanpa kata penunjuk, kata depan atau bentuk lain yang seharusnya digunakan.
Mulai mengenal berbagai makna kata tetapi tidak dapat menggunakan bentuk bahasa yang
menunjukkan jumlah, jenis kelamin, dan waktu terjadinya peristiwa.
Mulai dapat membuat kalimat-kalimat pendek.
d. Taman Kanak-kanak
Memiliki dan memahami sejumlah besar kosa kata,
Mampu membuat pertanyaan-pertanyaan, kalimat majemuk dan berbagai bentuk kalimat,
Dapat berbicara dengan sopan dengan orang tua dan guru.
e. Sekolah Dasar
Peningkatan perkembangan bahasa, dari bahasa lisan ke bahasa tulis,
Peningkatan perkembangan penggunaan bahasa.
f. Remaja. Penggunaan bahasa yang khas sebagai bagian dari terbentuknya identitas diri
(merupakan usia yang sensitif untuk belajar berbahasa) (Gleason, 1985: 6).
g. Dewasa. Terdapat perbedaan-perbedaan yang besarØ antara individu yang satu dengan
yang lainnya dalam perkembangan bahasa (sesuai dengan tingkat pendidikan, peranan
dalam masyarakat, dan jenis pekerjaan.
Perbedaan Bahasa Anak Laki-Laki Dan Perempuan
10