Anda di halaman 1dari 11

RINGKASAN MODUL 6

PENILAIAN HASIL BELAJAR


KB 1 PENGERTIAN PENGUKURAN, PENILAIAN, TES, DAN EVALUASI
1. Pengukuran
Pengukuran adalah proses pemberian bentuk kuantitatif pada hasil belajar peserta
didik yang diperoleh melalui tes hasil belajar
a. Batasan pengukuran
Pemberian angka/bentuk kuantitatif pada objek atau kejadian sesuai aturan
ditetapkan.
b. Skala pengukuran
Penggunaan angka/skor didasarkan aturan/formulasi tertentu. (skala nominal,
skala ordinal, skala interval, skala rasio).
Skala atau angka dalam pengukuran dapat diklasifikasikan kedalam 4 (empat)
kategori, yaitu:
1) Skala nominal
Skala yang bersifat kategorikal, jenis datanya hanya menunjukkan perbedaan
antara kelompok satu dengan kelompok lainnya, misalnya, jenis kelamin,
golongan, organisasi, dan sebagainya
2) Skala ordinal
Skala yang menunjukkan adanya urutan atau jenjang tanpa mempersoalkan
jarak antar urutan tersebut. Misalnya, prestasi peserta didik ranking 1, 2 dan
3. Ranging1 tidak berarti dua kali kecerdasan ranking 2, atau 3 kali
kecerdasan ranking 3. Jarak kecerdasan antara peserta didik ranking 1 dan
ranking 2 tidak sama dengan jarak kecerdasan antara peserta didik ranking 2
dan ranking 3, dan seterusnya.
3) Skala interval
Skala yang menunjukkan adanya jarak yang sama dari angka yang berurutan
dari yang terendah ke tertinggi dan tidak memiliki harga nol mutlak, artinya
harga 0 yang dikenakan terhadap sesuatu obyek menunjukkan bahwa nilai
atau harga 0 tersebut ada (dapat diamati keberadaannya).

4) Skala rasio.
Skala rasio pada dasarnya sama dengan skala interval, bedanya skala rasio
memiliki harga nol mutlak, artinya harga 0 tidak menunjukkan ukuran
sesuatu (tidak ada). Misalnya, tinggi badan A 100 cm, tidak ada tinggi badan
yang 0 cm. Berat badan 100 kg, tidakada berat badan 0 kg.
c. Kesalahan pengukuran
Pengukuran melibatkan 4 faktor pembuat alat ukur, individu/objek yang diukur,
alat ukur & lingkungan.

2. Penilaian
Penilaian adalah proses-proses pemberian bentuk kualitatif terhadap hasil
pengukuran.
a. Batasan Penilaian
Proses memberikan/menentukan bentuk kualitatif terhadap objek dengan
menafsirkan/mendeskripsikan hasil pengukuran
b. Acuan Penilaian
Acuan norma (norm reference test), Penilaian acuan kriteria/patokan (criterian
reference test)
c. Prinsip Penilaian
Objektif, Terpadu, Sistematis, Terbuka, Akuntabel, Menyeluruh dan
Berkesinambungan, Adil, Valid, Andal dan Manfaat
d. Bentuk Penilaian
Tes kinerja, Observasi, Tes Tertulis, Tes lisan, Penugasan, Portofolio, Wawancara,
Tes Inventori, Jurnal, Penilaian diri, Penilaian antar teman

3. Test
Tes adalah Alat untuk mengukur dengan seperangkat pertanyaan atau pernyataan
yang memiliki jawaban benar dan salah.
a. Batasan Test
Alat/prosedur sistematis untuk mengukur karakteristik orang/objek dengan
ketentuan atau cara tertentu yang sudah ditentukan.
b. Macam-macam Test
Tes penampilan/unjuk kerja, tes lisan dan tes tertulis (esay dan objektif).
c. Fungsi Test
Mendiagnosis kesulitan belajar, evaluasi jarak antar bakat dan pencapaian,
peningkatan pencapaian prestasi belajar, pengelompokan peserta didik dalam
belajar kelompok, pengembangan belajar individu, memonitor siswa dalam
bimbingan.

4. Evaluasi
Evaluasi adalah keberhasilan peserta didik dalam menguasai kompetensi belajar
yang sudah direncanakan.
a. Batasan Evaluasi
Keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi),
pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang
tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar
dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
b. Tujuan Evaluasi
Untuk memperoleh informasi yang tepat, terkini dan objektif terkait dengan
penyelenggaraan suatu program yang dengan informasi tersebut dapat diambil
suatu keputusan.
c. Model Evaluasi
Model Tyler, model Sumatif-Formatif, model Countenance, model Bebas Tujuan,
model Context Input Process Product (CIPP), model Ahli/Connoisseurship.

KB 2 PENILAIAN OTENTIK
1. Pengertian Penilaian Otentik
Merupakan salah satu bentuk penilaian hasil belajar peserta didik yang didasarkan
atas kemampuannya menerapkan ilmu pengetahuan yang dimiliki dalam kehidupan
yang nyata di sekitarnya.

2. Model Penilaian Otentik


Model penilaian yang dapat dikembangkan untuk kegiatan penilaian otentik antara
lain :
a. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja sering disebut sebagai penilaian unjuk kerja (performance
assessment). Bentuk penilaian ini digunakan untuk mengukur status
kemampuan belajar peserta didik berdasarkan hasil kerja dari suatu tugas.
b. Penilaian Proyek
Penilaian proyek (project assessment)adalah bentuk penilaian yang diujudkan
dalam bentuk pemberian tugas kepada peserta didik secara berkelompok.
Penilaian ini difokuskan pada penilaian terhadap tugas belajar yang harus
diselesaikan oleh peserta didik dalam periode/waktu tertentu.
c. Penilaian portofolio
Penilaian portofolio merupakan salah satu penilaian otentik yang dikenakan
pada sekumpulan karya peserta didik yang diambil selama proses pembelajaran
dalam kurun waktu tertentu. Karya-karya ini berkaitan dengan mata pelajaran
dan disusun secara sistematis dan terogansir .
d. Jurnal
Jurnal belajar merupakan rekaman tertulis tentang apa yang dilakukan peserta
didik berkaitan dengan apa-apa yang telah dipelajari. Jurnal belajar ini dapat
digunakan untuk merekam atau meringkas aspek-aspek yang berhubungan
dengan topik-topik kunci yang dipelajari.
e. Penilaian Tertulis
Penilaian tertulis mensuplai jawaban isian atau melengkapi, jawaban singkat
atau pendek dan uraian. Penilaian tertulis yang termasuk dalam model penilaian
otentik adalah penilaian yang berbentuk uraian atau esai yang menuntut
peserta didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan,
menganalisis, mensintesis, mengevaluasi dan sebagainya atas materi yang telah
dipelajari.
f. Penilaian Diri
Penilaian diri(self assessment)adalah suatu teknik penilaian di mana peserta
didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan proses dan tingkat
pencapaian kompetensi yang diperolehnya dalam pelajaran tertentu.
g. Penilaian Antar Teman
Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta
peseta didik untuk saling menilai temannya terkait dengan pencapain
kompetensi, sikap, dan perilaku keseharian peserta didik.
h. Eksperimen / Demonstrasi
Pada penilaian melalui eksperimen atau demonstrasi peserta didik diminta
melakukan eksperimen dengan bahan sebenarnya atau mengilustrasikan
bagaimana sesuatu bekerja. Peserta didik dapat dinilai dengan menggunakan
rubrik berdasarkan semua aspek yang dilakukan sesuai dengan karakteristik
materi yang dieksprimenkan.

3. Karakteristik Penilaian Otentik


Peniaian otentik memiliki karakteristik tertentu yang berbeda dengan penilaian
tradisional. Beberapa karakteristik tersebut adalah:
a. Penilaian otentik dapat digunakan untuk keperluan penilaian yang bersifat
formatif atau sumatif.
b. Penilaian otentik tidak digunakan semata untuk pengetahuan saja tetapi juga
menyangkut aspek sikap dan kinerja.
c. Penilaian otentik dilaksanakan secara berkesinambungan sehingga dapat
mengukur perkembangan kemampuan peserta didik.
d. Penilaian otentik dapat dijadikan sebagai umpan balik untuk pengembangan
kompetensi pesertadidik secara komprehensif.

Kegiatan Belajar 3: Menulis Tes Hasil Belajar

Uraian Materi

Secara umum, langkah-langkah kegiatan penilaian hasil belajar yang dilakukan Guru
meliputi: (1) Perencanaan penilaian dan pengembangan perangkat, (2) Pelaksanaan
penilaian atau pengujian, (3) Penyekoran, (4) Pelaporan, dan (5) Pemanfaatan hasil
penilaian. Salah satu kegiatan yang dilakukan Guru dalam perencanaan penilaian
dan pengembangan perangkat adalah penulisan soal tes.

1. Penulisan Tes
Guru harus memiliki pemahaman dan keterampilan untuk mengembangkan atau
menulis instrumen penilaian, termasuk tes. Penulisan tes hendaknya dilakukan secara
sistematis sesuai kaidah penulisan tes yang baik, yaitu melalui langkah-langkah: (a)
Perumusan tujuan tes, (b) Penentuan bentuk pelaksanaan tes, (c) Penyusunan kisi-
kisi tes, (d) Penulisan butir soal, (e) Penelaahan butir soal, (f) Uji coba/analisis, (g)
Perakitan soal/perangkat tes. Setelah perakitan soal tes tersebut selesai dilakukan,
maka perangkat tes siap digunakan untuk pelaksanaan tes.

a. Merumuskan Tujuan Tes


Perumusan tujuan tes harus dilakukan dengan memperhatikan untuk apa tes
tersebut disusun. Tujuan tes harus selaras dengan tujuan pembelajaran yang
tercantum dalam RPP yang disusun sebelumnya. Di dalam RPP umumnya telah
tercantum tujuan pembelajaran, materi-materi sesuai Kompetensi Dasar (KD)
yang akan diajarkan, dan indikator ketercapain KD.
b. Menentukan Bentuk Pelaksanaan Tes
Berdasarkan tujuan tes, langkah selanjutnya adalah menetapkan bentuk
pelaksanaan tes. Secara umum tes dapat diklasifikasikan kedalam bentuk tes
penampilan atau tes unjuk kerja, tes lisan, dan tes tertulis. Tes tertulis dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu tes bentuk uraian, dan tes bentuk objektif.
Guru dalam menentukan bentuk tes harus mempertimbangkan tujuan tes,
kesesuaian dengan KD atau karakteristik materi yang diujikan, peserta didik,
fasilitas pendukung, dan berbagai hak terkait lainnya.

c. Menyusun Kisi-Kisi
Kisi-kisi adalah suatu format berbentuk matriks berisi informasi yang dapat
dijadikan pedoman dalam menulis atau merakit soal. Kisi-kisi tes hendaknya
memenuhi persyaratan berikut: (1) mewakili isi kurikulum yang akan diujikan,
(2) komponen-komponennya rinci, jelas, dan mudah dipahami, dan (3) indikator
soal harus jelas dan dapat dibuat soalnya sesuai dengan bentuk soal yang telah
ditetapkan.

Langkah-langkah utama dalam menyusun kisi-kisi adalah sebagai berikut: (a)


menentukan Kompetensi (KD) yang akan diukur; (b) memilih materi esensial
yang representatif; dan (c) merumuskan indikator yang mengacu pada KD dengan
memperhatikan materi.
1) Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar merupakan kemampuan minimal yang harus dikuasai
peserta didik setelah mempelajari materi pelajaran tertentu. KD ini
diambil dari kurikulum yang digunakan sekolah.
2) Materi
Materi merupakan materi esensial yang harus dikuasai peserta didik
berdasarkan KD yang akan diukur. Kriteria pemilihan materi esensial antara
lain: (a) materi yang sudah dipelajari sebelumnya, (b) penting dan harus
dikuasai peserta didik, (c) sering diperlukan untuk mempelajari mata
pelajaran lain, (d) berkesinambungan pada semua jenjang kelas, dan (e)
memiliki nilai terapan tinggi dalam kehidupan sehari-hari.
3) Indikator
Indikator dijadikan acuan dalam membuat soal. Di dalam indikator tergambar
kompetensi yang harus dicapai dalam KD. Kriteria perumusan indikator: (a)
memuat ciri-ciri KD yang akan diukur, (b) memuat kata kerja operasional
yang dapat diukur, (c) berkaitan dengan materi/konsep yang dipilih, (d)
dapat dibuat soalnya sesuai dengan bentuk soal yang telah ditetapkan.
Komponen-komponen indikator soal yang perlu diperhatikan adalah
subjek, perilaku yang akan diukur, dan kondisi/konteks/stimulus.

d. Menulis Butir Soal Tes

1. Soal Tes Uraian

Tes bentuk uraian dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu soal uraian
bebas, dan soal uraian terbatas (terstruktur). Tes bentuk uraian bebas
memberi kebebasan kepada peserta tes untuk memberikan jawaban
selengkap mungkin. Pada tes bentuk uraian terbatas, jawaban yang
diberikan peserta tes dibatasi berdasarkan aspek-aspek khusus dari mata
pelajaran yang diujikan.

2. Soal Tes Objektif

 Bentuk Soal Pilihan Ganda


Tes bentuk pilihan ganda merupakan jenis tes yang paling banyak
digunakan. Soal pilihan ganda adalah soal yang jawabannya harus
dipilih dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan.
Butir soal ini memiliki alternative jawaban lebih dari dua. Umumnya
alternative jawabannya 4 (empat) atau 5 (lima). Soal pilihan ganda
terdiri dari pokok soal (stem) dan pilihan jawaban (option). Pokok
soal memuat masalah atau materi atau kemampuan yang akan diukur
atau ditanyakan kepada peserta tes. Pilihan jawaban terdiri atas kunci
jawaban dan pengecoh (distractor) yang berhubungan dengan materi
yang diukur atau ditanyakan.

 Bentuk Soal Benar Salah


Bentuk soal ini menuntut peserta didik (peserta tes) untuk memilih
dua ke- mungkinan jawaban. Bentuk kemungkinan jawaban yang
sering digunakan adalah “Benar dan Salah” atau “Ya dan Tidak”.
Peserta tes diminta untuk memilih jawaban benar atau salah untuk
pernyataan yang disajikan.

 Bentuk Soal Menjodohkan


Bentuk soal menjodohkan terdiri dari dua kelompok pernyataan.
Kelompok pertama ditulis pada lajur sebelah kiri, biasanya merupakan
pernyataan soal atau pernyataan stimulus. Kelompok kedua ditulis pada
lajur sebelah kanan, biasanya merupakan pernyataan jawaban atau
pernyataan respon.

e. Menelaah Butir Soal


Butir-butir soal yang sudah ditulis harus ditelaah terlebih dulu sebelum
digunakan. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat sejauhmana kualitas soal
ditinjau dari substansi materi, konstruksi, dan bahasa yang digunakan.

f. Uji coba dan analisis


Perangkat soal yang sudah ditelaah secara teoritis perlu juga ditelaah secara
empiris. Untuk mengetahui seberapa jauh tingkat kualitas soal terutama
menyangkut masalah tingkat kesukaran, daya beda, keberfungsian pengecoh,
validitas, dan reliabilitas.
g. Merakit Perangkat Tes

Butir-butir soal yang sudah memenuhi persyaratan selanjutnya dirakit menjadi


satu perangkat tes. Dalam perakitan perangkat tes perlu memperhatikan identitas
soal, petunjuk pengerjaan, urutan nomor soal, pengelompokkan bentuk-bentuk
soal, dan tata letak penulisan.

Kegiatan Belajar 4: Menelaah Tes Hasil Belajar

Uraian Materi

1. Menelaah Kualitas Soal Tes Bentuk Objektif


Sebagaimana telah anda pelajari sebelumnya, bahwa analisis kualitas perangkat soal
tes hasil belajar dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: analisis secara teoritik
(kualitatif) dan analisis secara empiris (kuantitatif). Analisis secara teoritis adalah
telaah soal yang difokuskan pada aspek materi, konstruksi, dan bahasa. Aspek
materi berkaitan dengan substansi keilmuan yang ditanyakan serta tingkat berpikir
yang terlibat, aspek konstruksi berkaitan dengan teknik penulisan soal, dan aspek
bahasa berkaitan dengan kejelasan hal yang ditanyakan. Analisis empiris adalah
telaah soal berdasarkan data lapangan (uji coba).
a. Analisis Kualitas Soal Secara Teoritis

Analisis secara teoritis adalah telaah soal yang difokuskan pada aspek materi,
konstruksi, dan bahasa.
Secara teoritis, kualitas soal tes bentuk objektif dapat ditelaah dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Materi:
a. Butir harus sesuai dengan indicator yang ditetapkan
b. Hanya ada satu jawaban yang benar
c. Pengecoh homogin, dan berfungsi.

2) Konstruksi
a. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas.
b. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan
yang diperlukan saja.
c. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban benar.
d. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda.
e. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjaudari segi materi.
f. Panjang rumusan pilihan jawaban relatif sama.
g. Pilihan jawaban yang berbentu angka atau waktu disusun berdasarkan
urutan besar kecilnya angka atau kronologis waktunya.
h. Gambar/grafik/tabel/diagaram dan sejenisnya harusn jelas dan berfungsi.
i) Butir tes tidak tergantung pada jawaban sebelumnya.
3) Bahasa
a. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indoensia.
b. Menggunakan bahasa yang komunikatif dan mudah dimengerti.
c. Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan merupakan
satu kesatuan pengertian.
d. Menggunakan istilah baku

b. Analisis Kualias Tes Bentuk Objektif Secara Empiris

Sebagaimana telah Anda pelajari pada modul sebelumnya, analisis empiris adalah
telaah soal berdasarkan data lapangan (uji coba). Analisis karakteristik butir soal
mencakup analisis parameter kuantitatif dan kualitatif butir soal. Parameter
kuantitatif berkaitan dengan analisis butir soal berdasarkan atas tingkat
kesukaran, daya beda, dan keberfungsian alternative pilihan jawaban.
Parameter kualitatif berkaitan dengan analisis butir soal berdasarkan atas
pertimbangan ahli (expert judgement).
a. Tingkat Kesukaran
b. Daya Beda
c. Keberfungsian Alternatif Pilihan Jawaban
d. Omit
e. Validitas
f. Reliabilitas

2. Mengolah Dan Memanfaatkan Hasil Penilaian


a. Mengolah Hasil Tes
Data yang terkumpul dari penilaian dengan teknik tes akan berupa data
kuantitatif.

Prosedur pelaksanaan pengolahan hasil penilaian adalah sebagai berikut:

1. Melakukan Pensekoran, yakni memberikan skor pada hasil penilaian yang


dapat dicapai oleh responden (peserta didik). Untuk menskor atau
memberikan angka diperlukan kunci jawaban, kunci pensekoran dan
pedoman pengangkaan.
2. Mengkonversi skor mentah menjadi skor standar, yakni menghitung untuk
mengubah skor yang diperoleh peserta didik yang mengerjakan alat penilaian
disesuaikan dengan norma yang dipakai.
3. Mengkonversikan skor standar ke dalam nilai, yakni kegiatan akhir dari
pengolahan hasil penilaian yang berupa pengubah skor ke nilai, baik berupa
huruf atau angka.
b. Memanfaatkan Hasil Tes

Hasil tes atau hasil penilaian dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan dan
perkembangan peserta didik dalam menerapkan pengetahuan dalam tugas
tertentu. Hasil penilaian berupan informasi tentang peserta didik yang telah
mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan peserta didik yang belum
mencapai KKM, perlu ditindaklanjuti dengan program pembelajaran remedial
dan pengayaan bagi peserta didik yang telah melampaui KKM. Penilaian yang
dilakukan oleh pendidik juga digunakan untuk mengetahui capaian akhir
penguasaan kompetensi peserta didik yang dituangkan dalam rapor. Hasil
penilaian merupakan cerminan prestasi dan tingkah laku peserta didik
selama melakukan kegiatan belajar. Dengan melihat hasil akhir beserta
keterangan yang ada peserta didik dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan
dirinya sehingga dia dapat memperbaiki sikap dalam pembelajaran selanjutnya.
REFLEKSI PEMBELAJARAN MODUL 6
PEDAGOGIK

1. Penanya : Pak Johan Widagdo (Kelompok 4)


“Dalam penilaian otentik, kita banyak mengenal berbagai macam penilaian yang
dilakukan oleh guru. Apa kelebihan dan kekurangan dari penilaian portopolio?”
Jawaban : Pak Budiono (Kelompok 6)
 Kelebihan penilaian portopolio
1. Guru dan peserta didik bersama-sama bertanggung jawab untuk merancang dan
menilai kemajuan belajar
2. Memberikan kesempatan pada peserta didik utuk meningkatkan kemampuan
mereka
3. Dapat melihat perkembangan peserta didik dari waktu kewaktu
4. Membantu guru untuk melakukan penilaian yang adil dan objektif
 Kekurangan penilaian portopolio
1. Membutuhkan banyak waktu dan kerja ekstra
2. Guru cenderung mengutamakan nilai akhir disbanding proses
3. Tidak tersedianya penilaian yang jelas

2. Penanya Bu Ila (kelompik …)


“Dalam penyusunan soal yang baik harus didahului dengan pembuatan kisi – kisi soal,
peran penyusunan kisi – kisi dalam pembuatan soal ?”
Peran penyusunan kisi – kisi dalam pembuatan soal adalah dengan adanya kisi-kisi ini,
penulis soal dapat menghasilkan soal-soal yang sesuai dengan tujuan tes dan perakit
tes dapat menyusun perangkat tes dengan mudah. Dengan demikian, jika tersedia
sebuah kisi-kisi yang baik, maka penulis soal yang berbeda akan dapat menghasilkan
perangkat soal yang relative sama, baik dari tingkat kedalaman maupun cakupan
materi yang ditanyakan.

Anda mungkin juga menyukai