Anda di halaman 1dari 1

ASAL DESA CIPEDES

Jaman dahulu disatu desa yang keadannya sepi, desa itu namanya Salahaur yang
dipimpin oleh Bapak Demang Winata. Setelah itu desa Salahaur tidak merasa aman karena
banyak penjajah. Pemerintahan Bapak Demang Winata cukup lama juga meskipun keadaan
tidak aman dari tahun 1850. Rakyat diefakuasi ke desa yang dianggap aman yang diberi nama
Racak Ruminah. Kebetulan Bapak Demang Winata meninggal, kepeminpinan itu diserahkan
ke Bapak Mad Saleh pada tahun 1870. Tahun ketahun Belanda tetap saja mengganggu
keamanan rakyat. Yang akhirnya desa itu pindah lagi yang diberi nama Pasarean (Babakan)
tahun 1903. Kepeminpinan itu diganti lagi oleh bapak kepala desa yang bernama Bapak
Jangkung. Tahun 1918 diganti lagi oleh bapak kepala desa yang bernama Bapak Alwi. Desa
itu pindah lagi ke Dukuh sampai tahun 1936, yang dipinpin oleh kepala desa Sainda, pada
tahun 1936 rakyat tuntas menjaga keamanan desa, rakyat berjuang melawan penjajah Belanda
tetap menjajah banyak rakyat menjadi korban karena Belanda merajarela, dan desa itu pun
pindah lagi ke desa Sawah Deukeut.
Menurut cerita lain juga nama Cipedes diambil dari penduduk daerah itu sendiri
karena konon katanya warga masyarakat cipedes jika terjadi suatu masalah atau sedikit
perselisihan di daerah itu warga masyarakat desa setempat suka cepat memanas bahkan
sering terjadi konflik akibat suatu masalah itu, meskipun masalah itu masalah kecil. Sehingga
akhirnya karena perilaku penduduk daerah setempat yang memiliki watak seperti itu
kemudian dipakai menjadi sebuah nama daerah ini atau cipedes ini. Sampai sekarang warga
masyarakat setempat belum tahu bagaimana latar belakang yang sebenarnya kenapa nama
desa ini dahulu diberi nama Cipedes.
Nama Cipedes berasal dari dua kata yaitu Ci yang berarti “air” atau “Cai” (dalam
bahasa sunda) dan pedes yang berarti “pedas” atau dalam bahasa sunda “lada”. Nama itu
konon dahulu pada masa penjajahan jepang diambil dari sebuah mata air. Konon, mata air itu
adalah mata air pedas yang tidak tahu bagaimana asal usulnya kenapa mata air itu bisa
berbeda dengan mata air yang lainnya. Tetapi, sekarang mata air itu sudah menghilang tidak
tahu bagaimana kejadiannya.
Suatu hari tentara Belanda merasa cape mereka berhenti di kepala air, tentara
Belanda kaget mereka berteriak-teriak airnya pedas, airnya pedas. Semua tentara yang ada
disana semuanya meminum air itu. Benar air itu rasanya pedas, mereka pulang lagi entah
kemana. Seterusnya para pejuang kita sambil merasakan air itu yang sangat pedas. Seterusnya
salah satu pejuang kita berbicara “hai semua rakyat ada mukjizat dari Allah SWT yang baru
ketemu. Sekarang desa kita diberi nama Desa Cipedes. Karena airnya pedas yang merupakan
bisa mengusir penjajah belanda, setelah belanda pulang air itu pun kembali lagi seperti
semula tidak pedas. Itu merupakan hidayah dari Allah SWT untuk umatnya. Alhamdulillah
desa cipedes sampai sekarang keadaanya subur makmur yang dipimpin oleh Bapak Kepala
Desa A. Rusdiana, S.IP.

Anda mungkin juga menyukai