Anda di halaman 1dari 76

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

Yth. 1. Para Direktur di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak


2. Para Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
3. Para Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama
seluruh Indonesia

SURAT EDARAN
NOMOR SE- 42 /PJ/2014
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR PER- 31/PJ/2014 TENTANG TATA CARA PENGENAAN PAJAK BUMI DAN
BANGUNAN SEKTOR PERKEBUNAN

A. Umum
Sehubungan dengan telah diterbitkannya Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER- 31/PJ/2014 tentang Tata Cara Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor
Perkebunan, perlu disusun Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak sebagai petunjuk
pelaksanaan atas Peraturan Direktur Jenderal tersebut.
B. Maksud dan Tujuan
1. Maksud
Surat Edaran ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman pengenaan Pajak Bumi dan
Bangunan sektor perkebunan (PBB Perkebunan) yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan
Pajak Pratama, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, dan Kantor Pusat Direktorat
Jenderal Pajak.
2. Tujuan
Surat Edaran ini bertujuan untuk memberikan petunjuk pelaksanaan mengenai hal-hal
yang diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 31/PJ/2014 tentang
Tata Cara Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan, yang masih
bersifat umum dan memerlukan penegasan.
C. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Surat Edaran ini meliputi penegasan mengenai pengenaan PBB Perkebunan
terkait:
1. Pendaftaran atau Pemutakhiran Data;
2. Penilaian Objek Pajak;
3. Penetapan Pajak Bumi dan Bangunan; dan
4. Penetapan Standar Investasi Tanaman Sektor Perkebunan.
D. Dasar
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 31/PJ/2014 tentang Tata Cara Pengenaan
Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan.
E. Pengertian
Dalam Surat Edaran ini, yang dimaksud dengan:
1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang selanjutnya disebut KPP Pratama adalah Kantor
Pelayanan Pajak Pratama yang mengadministrasikan objek pajak PBB Perkebunan.

2. Kantor ...
-2-

2. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak yang selanjutnya disebut Kanwil DJP adalah
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak yang membawahkan KPP Pratama.
3. Formulir Data Masukan yang selanjutnya disingkat FDM adalah formulir yang digunakan
sebagai sarana perekaman data hasil penilaian ke dalam basis data PBB Perkebunan.
4. Rincian Perhitungan Nilai yang selanjutnya disingkat RPN adalah informasi rinci
perhitungan nilai bumi dan bangunan PBB Perkebunan.
5. Pendaftaran adalah kegiatan untuk memperoleh, mengumpulkan, melengkapi, dan
menatausahakan data objek pajak dan/atau subjek pajak yang belum terdapat dalam
administrasi perpajakan.
6. Pemutakhiran adalah kegiatan untuk memperoleh, mengumpulkan, melengkapi dan
menatausahakan data objek pajak dan/atau subjek pajak atau Wajib Pajak yang telah
terdaftar dalam administrasi perpajakan.
7. Satuan Biaya Pembangunan Kebun yang selanjutnya disingkat SBPK adalah satuan
biaya tahunan per kegiatan yang meliputi kegiatan pembukaan lahan dan penanaman
yang selanjutnya disebut P0, pemeliharaan tahun pertama yang selanjutnya disebut P1,
dan seterusnya sampai pemeliharaan tahun terakhir sebelum tanaman tersebut
menghasilkan (Pn) untuk setiap hektar perluasan kebun di suatu wilayah, yang
diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan.
F. Pengenaan PBB Perkebunan
1. Pendaftaran atau Pemutakhiran Data
a. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dan Lampiran Surat Pemberitahuan Objek
Pajak (LSPOP) merupakan sarana pelaporan yang digunakan oleh subjek pajak atau
Wajib Pajak untuk mendaftarkan atau memutakhirkan data objek pajak, dan subjek
pajak atau Wajib Pajak PBB Perkebunan.
b. KPP Pratama menyampaikan SPOP dan LSPOP kepada subjek pajak atau Wajib
Pajak secara langsung atau melalui jasa pengiriman.
c. SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada huruf b yang telah diisi dengan
jelas, benar, lengkap, dan ditandatangani, harus disampaikan ke KPP Pratama paling
lambat 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal diterimanya SPOP dan LSPOP oleh subjek
pajak atau Wajib Pajak.
d. KPP Pratama menerima dan meneliti atas pengisian dan kelengkapan SPOP dan
LSPOP.
2. Penilaian Objek Pajak
a. Penilaian Bumi dan Bangunan
1) Penentuan nilai bumi per meter persegi untuk Areal Produktif, areal yang belum
diolah pada Areal Belum Produktif, dan Areal Emplasemen dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
a) Melakukan pengumpulan data pembanding, yang diperoleh dari data
transaksi jual beli, penawaran, lelang, ganti rugi, atau informasi lainnya,
menggunakan Formulir Data Pembanding.
b) Melakukan analisis terhadap data pembanding sebagaimana dimaksud pada
huruf (a) untuk menentukan nilai bumi per meter persegi data pembanding,
dengan melakukan penyesuaian jenis data dan waktu, menggunakan
Formulir Analisis Penentuan Nilai Bumi Per Meter Persegi Data Pembanding.
c) Menentukan Nilai Indikasi Rata-Rata (NIR) bumi per meter persegi objek
yang dinilai dengan melakukan penyesuaian terhadap faktor lokasi, fisik, jenis
penggunaan tanah, dan keluasan, menggunakan Formulir Analisis
Penentuan Nilai Indikasi Rata-Rata Bumi Per Meter Persegi, dengan acuan
sebagai berikut:
(1) Terhadap faktor lokasi, fisik, dan jenis penggunaan tanah, diberikan
penyesuaian:
(a) positif (+), dalam hal kondisi masing-masing areal atas objek yang
dinilai lebih baik dibandingkan dengan kondisi data pembanding;

(b) negatif
Kp. : PJ.0241/PJ.0201
-3-

(b) negatif (-), dalam hal kondisi masing-masing areal atas objek yang
dinilai lebih jelek dibandingkan dengan kondisi data pembanding;
atau
(c) nol (0), dalam hal kondisi masing-masing areal atas objek yang
dinilai relatif sama dengan kondisi data pembanding.
(2) Terhadap faktor keluasan, diberikan penyesuaian:
(a) positif (+), dalam hal keluasan masing-masing areal atas objek yang
dinilai lebih kecil daripada keluasan data pembanding;
(b) negatif (-), dalam hal keluasan masing-masing areal atas objek yang
dinilai lebih besar daripada keluasan data pembanding; atau
(c) nol (0), dalam hal keluasan masing-masing areal atas objek yang
dinilai relatif sama dengan keluasan data pembanding.
2) Dalam hal metode perbandingan sebagaimana yang dimaksud pada angka 1)
tidak dapat dilakukan, penentuan nilai bumi per meter persegi Areal Produktif,
areal belum diolah pada Areal Belum Produktif, atau Areal Emplasemen
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Mengumpulkan data NIR bumi per meter persegi Areal Produktif, areal
belum diolah pada Areal Belum Produktif, atau Areal Emplasemen objek
pajak lain pada tahun pajak yang sama dengan menggunakan Formulir Data
Nilai Indikasi Rata-Rata Bumi Per Meter Persegi Objek Pembanding dan
Formulir Rekapitulasi Data Nilai Indikasi Rata-Rata Bumi Per Meter Persegi
Objek Pembanding;
b) Menentukan NIR bumi per meter persegi dengan melakukan penyesuaian
terhadap faktor kelas kesesuaian lahan, jenis tanah, kontur tanah,
aksesibilitas, pabrik pengolahan, dan faktor lainnya atas NIR sebagaimana
dimaksud pada huruf a) dengan menggunakan Formulir Analisis Nilai
Indikasi Rata-Rata Bumi Per Meter Persegi.
3) Nilai Indikasi Rata-Rata bumi per meter persegi untuk areal yang belum diolah
pada Areal Belum Produktif dan Areal Emplasemen merupakan nilai bumi per
meter persegi untuk areal yang belum diolah pada Areal Belum Produktif dan
Areal Emplasemen tersebut, sedangkan untuk nilai bumi per meter persegi Areal
Produktif, NIR bumi per meter persegi pada Areal Produktif ditambah dengan
SIT.
4) Nilai bumi per meter persegi untuk:
a) Areal sudah diolah tetapi belum ditanami pada Areal Belum Produktif, areal
pembibitan pada Areal Belum Produktif, dan Areal Tidak Produktif
ditentukan dengan cara melakukan penyesuaian terhadap nilai indikasi rata-
rata bumi per meter persegi areal belum diolah pada Areal Belum Produktif;
dan
b) Areal Pengaman ditentukan dengan cara melakukan penyesuaian terhadap
nilai indikasi rata-rata bumi per meter persegi Areal Produktif,
dengan menggunakan Formulir Analisis Penentuan Nilai Bumi Per Meter
Persegi.
Besarnya penyesuaian perbandingan ditentukan berdasarkan hasil analisis dan
keahlian penilai.
5) Nilai bangunan per meter persegi
a) Nilai bangunan per meter persegi merupakan hasil pembagian antara total
nilai bangunan dengan total luas bangunan.
b) Total nilai bangunan merupakan jumlah nilai masing-masing bangunan.
Nilai masing-masing bangunan ditentukan sebesar biaya pembangunan
baru setelah dikurangi penyusutan, dengan ketentuan:
(1) Bangunan umum menggunakan aplikasi daftar biaya komponen
bangunan sesuai ketentuan yang berlaku;

(2) Bangunan

Kp. : PJ.0241/PJ.0201
-4-

(2) Bangunan khusus menggunakan petunjuk teknis penilaian bangunan


sesuai ketentuan yang berlaku; dan
(3) Dalam hal terdapat bangunan khusus yang belum mempunyai petunjuk
teknis penilaian bangunan, maka nilai bangunan ditentukan
menggunakan metode survei kuantitas atau metode biaya lain sesuai
prinsip-prinsip penilaian.
c) Total luas bangunan merupakan jumlah luas masing-masing bangunan.
3. Penetapan PBB Perkebunan
KPP Pratama berdasarkan SPOP dan LSPOP:
a. Merekam SPOP dan LSPOP ke dalam basis data;
b. Melakukan penilaian dan mengunggah kertas kerja penilaian ke dalam basis data;
c. Membuat, merekam dan mencetak FDM;
d. Mencetak SPPT setelah ditetapkannya Keputusan Menteri Keuangan mengenai
penetapan NJOP sebagai dasar pengenaan PBB;
e. Menyampaikan SPPT ke Wajib Pajak paling lambat minggu ke-2 bulan Juni tahun
pajak;
f. Melakukan pemberkasan SPOP, LSPOP, FDM, salinan SPPT, kertas kerja penilaian,
dan dokumen pendukung penilaian per objek pajak.
4. Penetapan Standar Investasi Tanaman Sektor Perkebunan
a. SIT ditentukan berdasarkan SBPK yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal
Perkebunan dan mengacu pada Pedoman Penentuan SIT sebagaimana dimaksud
pada Lampiran XI Surat Edaran ini.
b. Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak cq. Direktorat Ekstensifikasi dan Penilaian
menyampaikan kepada Kepala Kanwil DJP:
1) SBPK sebagai bahan penyusunan SIT, dalam hal SBPK pada tahun sebelum
tahun pajak diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan; dan/atau
2) pemberitahuan untuk menggunakan data Satuan Biaya Tanaman (SBT) tahun
pajak sebelumnya dengan tingkat penyesuaian tertentu dalam penyusunan SIT,
dalam hal SBPK pada tahun sebelum tahun pajak tidak diterbitkan oleh Direktorat
Jenderal Perkebunan.
c. Apabila ada jenis tanaman yang belum diatur dalam SBPK oleh Direktorat Jenderal
Perkebunan, Kanwil DJP mengupayakan standar biaya pembangunan jenis tanaman
perkebunan dari instansi, lembaga, asosiasi, dan/atau pihak lain di wilayah setempat
atau wilayah lainnya.
d. Dalam rangka pengenaan PBB Perkebunan, maka Keputusan Kepala Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak mengenai Standar Investasi Tanaman Sektor Perkebunan
perlu ditetapkan untuk menindaklanjuti ketentuan dalam Pasal 9 ayat (4) Peraturan
Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER- 31/PJ/2014 tentang Tata Cara Pengenaan
Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan.
e. Dalam hal wilayah kerja Kanwil DJP meliputi lebih dari 1 (satu) kelompok wilayah
SBPK yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan, Kanwil DJP dapat
menetapkan SIT untuk masing-masing wilayah yang dimaksud.
f. Kanwil DJP menetapkan Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
mengenai Standar Investasi Tanaman Sektor Perkebunan paling lambat akhir bulan
Januari tahun pajak bersangkutan.
g. Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak mengenai Standar
Investasi Tanaman Sektor Perkebunan beserta lampirannya menggunakan contoh
format sebagaimana ditetapkan pada Lampiran XIII Surat Edaran ini.
h. Dalam hal Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak mengenai
Standar Investasi Tanaman Sektor Perkebunan untuk tahun pajak berjalan telah
ditetapkan tetapi ada data baru atau kekeliruan dalam penetapan SIT, maka Kepala
Kanwil DJP yang bersangkutan harus menerbitkan perubahan Keputusan Kepala
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak dengan menggunakan contoh format
sebagaimana ditetapkan pada Lampiran XIV Surat Edaran ini.

G. Ketentuan
Kp. : PJ.0241/PJ.0201
5-

G. Ketentuan Lain-lain
1. Dalam hal subjek pajak atau Wajib Pajak meminta informasi rincian perhitungan nilai bumi
dan nilai bangunan objek pajak PBB Sektor Perkebunan, KPP Pratama menerbitkan RPN
atas objek dimaksud.
2. Dalam hal terdapat jenis tanaman baru yang belum tercantum dalam Petunjuk Pengisian
FDM sebagaimana dimaksud pada Lampiran XV Surat Edaran ini, diminta agar:
a. Kepala KPP Pratama memberitahukan jenis tanaman baru dimaksud kepada Kepala
Kanwil DJP setempat; dan
b. Kepala Kanwil DJP setempat meminta kode jenis tanaman dimaksud kepada Direktur
Jenderal Pajak cq. Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian.
3. Khusus untuk pengenaan PBB Perkebunan Tahun Pajak 2015, dalam hal subjek pajak
atau Wajib Pajak telah menyampaikan SPOP dan LSPOP sebagaimana diatur dalam
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-64/PJ/2010 tentang Pengenaan Pajak
Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan, dalam proses perekaman kedalam basis data
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk areal tidak produktif/tidak dapat dimanfaatkan pada Areal Lainnya disesuaikan
menjadi Areal Tidak Produktif.
b. Untuk areal jalan pada Areal Lainnya disesuaikan menjadi Areal Pengaman.
c. Areal sudah diolah tetapi belum ditanami pada Areal Belum Produktif sudah termasuk
areal pembibitan pada SPOP dan LSPOP berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER- 31/PJ/2014 tentang Tata Cara Pengenaan Pajak Bumi dan
Bangunan Sektor Perkebunan.
4. Bentuk Formulir berupa:
a. Formulir Data Pembanding sebagaimana ditetapkan pada Lampiran II Surat Edaran
ini;
b. Formulir Analisis Penentuan Nilai Bumi Per Meter Persegi Data Pembanding
sebagaimana ditetapkan pada Lampiran III Surat Edaran ini;
c. Formulir Analisis Penentuan Nilai Indikasi Rata-Rata Bumi Per Meter Persegi
sebagaimana ditetapkan pada Lampiran IV Surat Edaran ini;
d. Formulir Analisis Penentuan Nilai Bumi Per Meter Persegi sebagaimana ditetapkan
pada Lampiran V Surat Edaran ini;
e. Formulir Data Nilai Indikasi Rata-Rata Bumi Per Meter Persegi Objek Pembanding
sebagaimana ditetapkan pada Lampiran VI Surat Edaran ini;
f. Formulir Rekapitulasi Data Nilai Indikasi Rata-Rata Bumi Per Meter Persegi Objek
Pembanding sebagaimana ditetapkan pada Lampiran VII Surat Edaran ini;
g. Formulir Analisis Nilai Indikasi Rata-Rata Bumi Per Meter Persegi sebagaimana
ditetapkan pada Lampiran VIII Surat Edaran ini;
h. Formulir Data Masukan (FDM) sebagaimana ditetapkan pada Lampiran XV Surat
Edaran ini; dan
i. Formulir Rincian Perhitungan Nilai (RPN) sebagaimana ditetapkan pada Lampiran
XVI Surat Edaran ini,
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.
5. Prosedur Kerja berupa:
a. Prosedur pendaftaran atau pemutakhiran data objek pajak dan subjek pajak PBB
Perkebunan sebagaimana ditetapkan pada Lampiran I Surat Edaran ini;
b. Prosedur penilaian objek pajak PBB Perkebunan sebagaimana ditetapkan pada
Lampiran IX Surat Edaran ini;
c. Prosedur penerbitan Surat Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian mengenai Satuan
Biaya Pembangunan Kebun (SBPK) sebagaimana ditetapkan pada Lampiran X Surat
Edaran ini;
d. Prosedur penyusunan Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
mengenai Standar Investasi Tanaman (SIT) Sektor Perkebunan dan Perubahannya
sebagaimana ditetapkan pada Lampiran XII Surat Edaran ini;

e. Prosedur
Kp. : PJ.0241/PJ.0201
-6-

e. Prosedur penerbitan Rincian Perhitungan Nilai (RPN) PBB Perkebunan sebagaimana


ditetapkan pada Lampiran XVII Surat Edaran ini; dan
f. Prosedur penerbitan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) PBB Perkebunan
sebagaimana ditetapkan pada Lampiran XVIII Surat Edaran ini,
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.
6. Pada saat Surat Edaran ini mulai berlaku Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor
SE-149/PJ/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-64/PJ/2010 tentang Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Demikian disampaikan untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 24 November 2014

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

A. FUAD RAHMANY
NIP 195411111981121001

Tembusan:
1. Sekretaris Direktorat Jenderal
2. Para Direktur, Tenaga Pengkaji dan Kepala Pusat di Lingkungan Kantor Pusat Direktorat
Jenderal Pajak

Kp. : PJ.0241/PJ.0201
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

LAM P I RAN

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK

NOMOR SE- 42 /PJ/2014

TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR

PER- 31 /PJ/2014 TENTANG TATA CARA PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
SEKTOR PERKEBUNAN

t
LAMPI RAN I
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Nomor : SE- 42 /PJ/2014
Tanggal: 24 November 2014

PROSEDUR PENDAFTARAN ATAU PEMUTAKHIRAN DATA OBJEK PAJAK


DAN SUBJEK PAJAK ATAU WAJIB PAJAK PBB PERKEBUNAN

A. Deskripsi
Prosedur operasi ini menguraikan tata cara pendaftaran atau pemutakhiran data objek
pajak dan subjek pajak atau Wajib Pajak PBB Perkebunan di KPP Pratama. Prosedur ini
meliputi:
1. Penyampaian SPOP dan LSPOP kepada subjek pajak atau Wajib Pajak dan
penerbitan tanda terimanya;
2. Pendaftaran atau pemutakhiran data objek pajak dan subjek pajak atau Wajib Pajak;
3. Penelitian kelengkapan dokumen dan kelengkapan isian SPOP dan LSPOP yang
disampaikan/dikembalikan oleh subjek pajak atau Wajib Pajak;
4. Perekaman SPOP dan LSPOP ke dalam basis data PBB.

B. Prosedur Kerja :
1. Kepala Kantor memerintahkan Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi untuk
menyampaikan SPOP dan LSPOP kepada subjek pajak atau Wajib Pajak.
2. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneruskan perintah dan memberi
arahan kepada Account Representative untuk menyusun konsep Surat Penyampaian
SPOP dan LSPOP yang akan dikirimkan kepada subjek pajak atau Wajib Pajak.
3. Account Representative membuat konsep Surat Penyampaian SPOP dan LSPOP,
kemudian menyerahkannya kepada Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi.
4. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti, menyetujui, dan memaraf
konsep Surat Penyampaian SPOP dan LSPOP, kemudian menyerahkannya kepada
Kepala Kantor.
5. Kepala Kantor meneliti, menyetujui, dan menandatangani Surat Penyampaian SPOP
dan LSPOP, kemudian memerintahkan Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi
untuk menindaklanjuti.
Penyampaian SPOP dan LSPOP melalui pos atau jasa pengiriman lainnya
menggunakan SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen, selanjutnya mengikuti
prosedur kerja nomor 11.
Penyampaian SPOP dan LSPOP melalui penyampaian langsung oleh Account
Representative mengikuti prosedur kerja nomor 6.

f
-2

6. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi memerintahkan Account Representative


untuk membuat konsep Surat Tugas penyampaian langsung SPOP dan LSPOP
kepada subjek pajak atau Wajib Pajak.
7. Account Representative membuat konsep Surat Tugas penyampaian langsung
SPOP dan LSPOP kepada subjek pajak atau Wajib Pajak, kemudian
menyerahkannya kepada Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi.
8. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti, menyetujui, dan memaraf Surat
Tugas, kemudian menyerahkannya kepada Kepala Kantor.
9. Kepala Kantor meneliti, menyetujui, dan menandatangani Surat Tugas penyampaian
langsung SPOP dan LSPOP kepada subjek pajak atau Wajib Pajak.
10. Berdasarkan Surat Tugas penyampaian langsung SPOP dan LSPOP, Account

Representative menyampaikan SPOP dan LSPOP kepada subjek pajak atau Wajib
Pajak, serta membuat Tanda Terima Penyampaian SPOP dan LSPOP PBB
Perkebunan yang ditandatangani Account Representative dan subjek pajak atau
Wajib Pajak.
11. Account Representative merekam tanggal penyampaian SPOP dan LSPOP ke
dalam basis data, serta memantau pengembalian SPOP dan LSPOP oleh subjek
pajak atau Wajib Pajak.
12. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi melakukan persetujuan (approval)
perekaman tanggal penyampaian SPOP dan LSPOP pada aplikasi.
13. Subjek pajak atau Wajib Pajak mengisi SPOP dan LSPOP dan mengembalikannya
ke KPP Pratama, selanjutnya mengikuti prosedur kerja nomor 15.
14. Dalam hal subjek pajak atau Wajib Pajak dengan kemauan sendiri menyampaikan
SPOP dan LSPOP mengikuti prosedur kerja nomor 15.
15. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima SPOP dan LSPOP dari subjek pajak
atau Wajib Pajak berdasarkan SOP Tata Cara Penatausahaan Surat, Dokumen, dan
Laporan Wajib Pajak pada Tempat Pelayanan Terpadu (KPP30-0001).
16. Atas SPOP dan LSPOP yang diterima dari subjek pajak atau Wajib Pajak, Kepala
Kantor menugaskan Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi untuk
menindaklanjuti, serta menugaskan Fungsional Penilai/Petugas Penilai untuk
melakukan penelitian SPOP dan LSPOP.
17. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi menugaskan Account Representative
untuk merekam tanggal pengembalian/penyampaian SPOP dan LSPOP dari Subjek
Pajak atau Wajib Pajak berdasarkan LPAD, serta meneruskan SPOP dan LSPOP
kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan.
-3-

18. Account Representative merekam tanggal pengembalian/penyarnpaian SPOP dan


LSPOP ke dalam basis data, serta meneruskan SPOP dan LSPOP kepada Kepala
Seksi Ekstensifikasi Perpajakan.
19. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi melakukan persetujuan (approval)
perekaman tanggal pengembalian/penerimaan SPOP dan LSPOP pada aplikasi.
20. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan memerintahkan Pelaksana Seksi
Ekstensifikasi Perpajakan untuk mengisi bagian SPOP dan LSPOP yang harus diisi
oleh petugas.
21. Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mengisi bagian SPOP dan LSPOP yang
harus diisi oleh petugas.
Apabila SPOP dan LSPOP merupakan pemutakhiran data atau sudah memiliki NOP,
maka NOP yang digunakan adalah NOP yang digunakan pada tahun pajak
sebelumnya. Sedangkan apabila data baru atau belum memiliki NOP, maka
Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan memberikan NOP sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, kemudian SPOP dan LSPOP disampaikan kembali kepada
Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan.
22. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan meneliti bagian SPOP dan LSPOP yang diisi
petugas, kemudian meneruskan SPOP dan LSPOP kepada Fungsional
Penilai/Petugas Penilai.
23. Fungsional Penilai/Petugas Penilai membuat konsep Surat Tugas penelitian SPOP
dan LSPOP, kemudian disampaikan kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan.
24. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan meneliti dan memaraf konsep Surat Tugas,
kemudian disampaikan kepada Kepala Kantor.
25. Kepala Kantor menelaah, menyetujui dan menandatangani Surat Tugas.
26. Berdasarkan Surat Tugas Fungsional Penilai/Petugas Penilai meneliti isian SPOP
dan LSPOP, serta membuat konsep laporan hasil penelitian SPOP dan LSPOP.
Kemudian disampaikan kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan.
27. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan meneliti dan menandatangani laporan hasil
penelitian, kemudian menugaskan Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan untuk
menggandakan SPOP dan LSPOP.
28. Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan menggandakan SPOP dan LSPOP.
Fotokopi SPOP dan LSPOP diserahkan ke Seksi Pengolahan Data dan Informasi,
sedangkan asli SPOP dan LSPOP diserahkan ke Fungsional Penilai/Petugas Penilai.
29. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi menugaskan Pelaksana Seksi
Pengolahan Data dan Informasi merekam SPOP dan LSPOP ke dalam basis data.
30. Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi merekam SPOP dan LSOP ke
dalam basis data.
-4

31. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi melakukan persetujuan (approval)
perekaman SPOP dan LSPOP pada aplikasi.
32. Prosedur selanjutnya mengikuti Prosedur Penilaian Objek Pajak PBB Perkebunan.
33. Proses selesai.

Jangka Waktu Penyelesaian:


Paling lambat satu bulan sebelum usulan lampiran KMK NJOP PBB Perkebunan
disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
-5

C. Bagan Arus (Flowchart):


PROSEDUR PENDAFTARAN ATAU PEMUTAKHIRAN DATA OBJEK PAJAK DAN SUBJEK PAJAK
ATAU WAJIB PAJAK PBB PERKEBUNAN (Gambar 1 dari 2)

Kepala Seksi
Subjek Pajak atau Wajib Account
Kepala Kantor
Petugas TPT Pengawasan dan
Pajak Representative
Konsultasi

Mulai

Memerintahkan
Membuat konsep
Meneruskan perintah 4 penyampaian SPOP
surat penyampaian ..t
dan memberi arahan dan LSPOP kepada
SPOP dan LSPOP
Wajib Pajak

Konsep surat
penyampaian SPOP Meneliti , menyetujui, Meneliti, menyetujui
Dan LS---
POP ----i ' dan memaraf dan menandatangani
-,....... - -.

Memerintahkan Surat penyampaian
Membuat konsep SPOP dan LSPOP
membuat konsep
Surat Tugas
Surat Tugas
--__


Konsep Surat Tugas
penyampaian isampaikan
Tidak
langsung SPOP dan elalui surat
LSPOP

_.---

Meneliti, menyetujui, .4 Meneliti, menyetujui,


dan memaraf dan menandatangani
Ya

Menyampaikan SPOP •
dan LSPOP ke WP Surat Tugas
menandatangani Tanda
dan menandatangani penyampaian langsung
Terima Penyampaian
Tanda Terima • SPOP dan LSPOP
SPOP dan LSPOP PBB
Penyampaian SPOP -...,...,
Perkebunan ,___
dan LSPOP PBB
Pe rkebunan

SPOP dan LSPOP,
disertai Surat ISOP
Penyampaian SPOP dan i Tata Cara
LSPOP Penyampaian
\Dokumen

• Merekam tanggal
Mengisi SPOP dan LSPOP penyampaian •
serta menyampaikan SPOP SPOP dan LSPOP
dan LSPOP yang sudah
diisi

SOP
Tata Cara SPOP dan
Penatausahaan LSPOP, beserta
SPOP dan LSPOP
► Surat, Dokumen, ► LPAD
dan Lap Pa Wajib
---- Pajak Pada
TPT Melakukan persetujuan
► perekaman tanggal
penyampaian SPOP •
Dengan kemauan sendiri dan LSPOP Menugaskan
menyampaikan SPOP dan
menindaklanjuti
LSPOP • SPOP dan
Tanggal LSPOP
penyampaian •
SPOP dan • Menugaskan
Mulai
LSPOP 1 I penelitian
SPOP dan
LSPOP
BPS
Z
•-_____-/— '
-6-

PROSEDUR PENDAFTARAN ATAU PEMUTAKHIRAN DATA OBJEK PAJAK DAN SUBJEK PAJAK ATAU WAJIB
PAJAK PBB PERKEBUNAN (Gambar 2 can 2)
Pelaksana
Pelaksana Kepala Seksi
Seksi Fungsional Kepala Seksi Kepala Seksi
Seksi Account Pengolahan
Kepala Kantor
Pengolahan Penilai/Petugas Ekstensifikasi Pengawasan dan
Ekstensifikasi Representative Data dan
Data dan Penilai Perpajakan Konsultasi
Perpajakan Informasi
Informasi

Menugaskan:
1 merekam tanggal
pengembalian SPOP
dan LSPOP
2. meneruskan
SPOP dan LSPOP
Merekam tanggal
pengembalian
Melakukan persetujuan
SPOP dan
I. (approval) pada
LSPOP, serta
aplikasi
meneruskan
SPOP dan LSPOP •
SPOP dan Tanggal
LSPOP pengembalian/
penyampaian
SPOP \

Menugaskan
Mengisi bagian
mengisi bagian
yang harus diisi
yang harus diisi
petugas
petugas

Mengisi bagian
SPOP dan LSPOP
yang diisi petugas,
serta meneruskan

c
SPOP dan LSPOP

Membuat konsep
Surat Tugas
I
Fotokopi penelitian SPOP
Menggandakan dan LSPOP
SPOP dan
SPOP dan
LSPOP
LSPOP
Konsep Surat
Menelaah,
Tugas penelitian Meneliti dan
menyetujui dan
SPOP dan LSPOP memaraf
Asli SPOP dan menandatangani
/7-7-7),
LSPOP

Meneliti SPOP dan Surat Tugas


LSPOP, serta penelitian SPOP
membuat konsep dan LSPOP
laporan hasil
Memerintahkan
Merekam penelitian
perekaman
SPOP dan
SPOP dan
LSPOP
LSPOP
• Meneliti,
Konsep laporan menandatangani
Melakukan hash! penelitian laporan, dan
persetujuan SPOP dan LSPOP menugaskan
(approval) menggandakan
pada aplikasi SPOP dan LSPOP

■ Laporan hasil
Data penelitian SPOP
SPOP dan LSPOP
dan Prosedur
LSPOP Penilaian Objek
Pajak PBB
Perkebunan

C Selesai )
LAMPIRAN II
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Nomor : SE- 42 /PJ/2014
Tanggal : 2 4 November 2014

FORMULIR DATA PEMBANDING No. Data

1. Pemilik

2. Alamat Objek Pembanding RT/RW

Desa / Kel
Kecamatan
Kab / Kota
Provinsi

3. Sumber Data Broker OKepala Desa/Lurah E Pemilik/PenjuallPembeli [ Lainnya


4. Jenis Transaksi DJual Beli Penawaran Lj Ganti Rugi
O Tanggungan Lelang OLainnya

5. Tanggal Transaksi I II III III


6. Harga Transaksi Rp

7. Jenis Penggunaan Bumi Ada bangunan Tidak ada bangunan Ditanami tanaman perkebunan

Jenis Tanaman Tahun Tanam Luas Ditanami (m 2)

m2
8. Luas Bumi

m2
9. Luas Bangunan
" Catalan : Jika datanya banyak dapat dibuatkan daftar tersendiri

II.KETERANGAN LAIN

III.IDENTITAS PETUGAS

1. Tanggal

2. Nama Petugas

3. NIP

4. Tanda Tangan
PETUNJUK PENGISIAN
FORMULIR DATA PEMBANDING

No. Data : Diisi dengan nomor urut.


I. KETERANGAN
1. Pemilik : Diisi dengan nama pemilik data pembanding;
2. Alamat Objek Pembanding : Diisi dengan alamat lengkap data pembanding;
Desa/Kelurahan : Diisi dengan nama Desa/Kelurahan lokasi data
pembanding berada;
Kecamatan : Diisi dengan nama Kecamatan lokasi data pembanding
berada;
Kabupaten/Kota : Diisi dengan nama Kabupaten/Kota lokasi data
pembanding berada;
Provinsi : Diisi dengan nama Provinsi lokasi data pembanding
berada;
3. Sumber Data : Dipilih salah satu. Jika dipilih "Lainnya", diisi dengan
sumber data lain asal diperolehnya data pembanding;
4. Jenis Transaksi : Dipilih salah satu. Jika dipilih "Lainnya", diisi dengan jenis
transaksi lain asal diperolehnya data pembanding;
5. Tanggal Transaksi : Diisi dengan tanggal transaksi data pembanding;
6. Harga Transaksi : Diisi dengan harga transaksi data pembanding;
7. Jenis Penggunaan Bumi Diisi salah satu. Jika dipilih "Ada bangunan", diisi juga
luas bangunannya. Jika dipilih "ditanami tanaman
perkebunan", diisi juga jenis tanaman, tahun tanam dan
luas ditanami;
8. Luas Bumi Diisi dengan luas bumi data pembanding yang diperoleh;
9. Luas Bangunan Diisi dengan luas bangunan Jika dipilih "Ada bangunan",
pada nomor 8 "Jenis Penggunaan Bumi".
II. KETERANGAN LAIN
Diisi dengan informasi pendukung yang berkaitan dengan data pembanding, antara lain
Nomor Objek Pajak, Nomor akta PPAT, dan lain-lain.
III. IDENTITAS PETUGAS
1. Tanggal : Diisi dengan tanggal pembuatan formulir data pembanding.
2. Nama Petugas : Diisi dengan nama petugas yang membuat formulir data pembanding.
3. NIP : Diisi dengan NIP petugas yang membuat formulir data pembanding.
4. Tandatangan : Diisi dengan tandatangan petugas yang membuat formulir data
pembanding.
FORMULIR ANALISIS PENENTUAN NILAI BUMI PER METER PERSEGI DATA PEMBA NDING

Oce
KABUPATEN/KOTA

O.
LU
LU
Z

a
a
03
"E

NILAI BANGUNAN (Rp)

<
<
=

IDENTITAS PETUGAS

2. NAMA PETUGAS

4. TANDA TANGAN
PETUNJUK PENGISIAN
FORMULIR ANALISIS PENENTUAN NILAI BUMI PER METER PERSEGI DATA
PEMBANDING

Provinsi : Diisi dengan Provinsi objek yang dinilai.


Kabupaten/Kota : Diisi dengan nama Kabupaten/Kota lokasi objek yang dinilai.

(1) No. Data : Diisi dengan nomor urut data.

(2) Alamat Data Pembanding : Diisi dengan alamat lengkap.

(3) Harga Transaksi : Diisi dengan harga transaksi.

(4) Penyesuaian Jenis Data : Diisi dengan berdasarkan hasil analisis dan
keahlian penilai.
(5) Estimasi Harga Transaksi Setelah : Diisi dengan hasil estimasi harga transaksi
Penyesuaian Jenis Data setelah dilakukan penyesuaian jenis data.

(6) Nilai Bangunan : Diisi dengan nilai bangunan.

(7) Nilai Tanaman : Diisi dengan nilai tanaman.

(8) Nilai Bumi Setelah Dikurangi Nilai : Diisi dengan hasil nilai bumi setelah dikurangi
Bangunan dan/atau Nilai Tanaman nilai bangunan dan/atau nilai tanaman.

(9) Penyesuaian Waktu : Diisi dengan berdasarkan hasil analisis dan


keahlian penilai.
(10) Nilai Bumi Setelah Penyesuaian : Diisi dengan hasil nilai bumi setelah
Waktu penyesuaian waktu.

(11) Luas Bumi : Diisi dengan luas bumi.

(12) Nilai Bumi Per Meter Persegi Data : Diisi dengan hasil pembagian antara nilai bumi
Pembanding Kondisi 1 Januari setelah penyesuaian waktu dibagi dengan luas
bumi.
IDENTITAS PETUGAS
1. Tanggal : Diisi dengan tanggal pembuatan formulir.
2. Nama Petugas : Diisi dengan nama petugas yang membuat formulir.
3. NIP : Diisi dengan NIP petugas yang membuat formulir.
4. Tandatangan : Diisi dengan tandatangan petugas yang membuat formulir.
FO RMU LIRANALISIS PENENTUAN NILAI INDIKASI RATA- RATA BUMI PER METER PERSEGI

—J
•Ct

CL
0
NAMAWAJ IBPAJ AK

(7)

0
KA BU PATENIKOTA

PENY ESUAIA N (%)


NI LAI BUMIPERMETER NILAI INDIKASI RATA- RATA
JUMLAHPENYESUAIAN NI LAI S ETELAHPEN YESU AIAN

ca
Q
H
Q

Z
0
P ERSEGIDATAPEMBANDING )II SIJ JENI SPENGGUNAAN BU MIPERMETERPERSEG I
LOKASI KEL UASAN (%) (Rp/m2 )
KO NDIS I1 J ANUAR! ( Rp/m2) TANAH ( Rp/m 2)

(E) (p) (9) (9) (6)


(8) =(2) +((2)x( 7))
(z)
( 7)=(3)+(4)+(5)+(6)

ID E NTITA SPETUGAS:

4. Tan da Ta ng a n
PETUNJUK PENGISIAN
FORMULIR ANALISIS PENENTUAN NILAI INDIKASI RATA-RATA BUMI
PER METER PERSEGI

Areal : Diisi dengan nama jenis areal yang akan dinilai, meliputi: Areal
Produktif, areal yang belum diolah pada Areal Belum Produktif dan
Areal Emplasemen.
NOP : Diisi dengan NOP objek yang dinilai.
Nama Wajib Pajak : Diisi dengan nama Wajib Pajak yang dinilai.
Lokasi : Diisi dengan alamat lokasi objek yang dinilai.
Kabupaten/Kota : Diisi dengan nama Kabupaten/Kota lokasi objek yang dinilai.

(1) No. Data Diisi dengan nomor urut data.

(2) Nilai Bumi Per Meter Persegi Data Diisi dengan nilai bumi per meter persegi data
Pembanding Kondisi 1 Januari pembanding kondisi 1 Januari Tahun Pajak.

(3) Penyesuaian Lokasi Diisi dengan persentase penyesuaian terhadap


lokasi berdasarkan analisa dan keahlian penilai.
(4) Penyesuaian Fisik Diisi dengan persentase penyesuaian terhadap
fisik berdasarkan analisa dan keahlian penilai.

(5) Penyesuaian Jenis Penggunaan Diisi dengan persentase penyesuaian terhadap


Tanah jenis penggunaan tanah (JPT) berdasarkan
analisa dan keahlian penilai.

(6) Penyesuaian Keluasan : Diisi dengan persentase penyesuaian terhadap


keluasan berdasarkan analisa dan keahlian
penilai.
(7) Jumlah Penyesuaian Diisi dengan hasil penjumlahan atas
penyesuaian lokasi, fisik, jenis penggunaan
lahan dan keluasan.
(8) Nilai Setelah Penyesuaian : Diisi dengan nilai setelah penyesuaian atas nilai
bumi per meter persegi data pembanding
kondisi 1 Januari.

(9) Nilai Indikasi Rata-Rata Bumi Per : Diisi dengan nilai rata-rata atas nilai setelah
Meter Persegi penyesuaian.
-2-

IDENTITAS PETUGAS
1. Tanggal : Diisi dengan tanggal pembuatan formulir.
2. Nama Petugas : Diisi dengan nama petugas yang membuat formulir.
3. NIP : Diisi dengan NIP petugas yang membuat formulir.
4. Tandatangan : Diisi dengan tandatangan petugas yang membuat formulir.
FORMU LIR ANALISIS PENENTUAN NILAI BUMI PER METER PERSEG I

LIJ
—J

0
NAMAWAJIB PAJAK

KAB UPATENIKOTA

IDENTITASPETU GAS

0
0
2. NAMAPETUGAS

4. TANDATANGAN
PETUNJUK PENGISIAN
FORMULIR ANALISIS PENENTUAN NILAI BUMI PER METER PERSEGI

Areal : Diisi dengan nama jenis areal yang akan dinilai, meliputi: areal sudah
diolah tetapi belum ditanami pada Areal Belum Produktif, areal
pembibitan pada Areal Belum Produktif, Areal Tidak Produktif, dan
Areal Pengaman.
NOP : Diisi dengan NOP objek yang dinilai.
Nama Wajib Pajak : Diisi dengan nama Wajib Pajak yang dinilai.
Lokasi : Diisi dengan alamat lokasi objek yang dinilai.
Kabupaten/Kota : Diisi dengan nama Kabupaten/Kota lokasi objek yang dinilai.

(1) Nilai Indikasi Rata-Rata Bumi Per : Diisi dengan nilai indikasi rata-rata bumi per
Meter Persegi meter persegi:
a. areal belum diolah pada Areal Belum
Produktif untuk menentukan nilai bumi per
meter persegi areal sudah diolah tetapi
belum ditanami pada Areal Belum
Produktif, areal pembibitan pada Areal
Belum Produktif, dan Areal Tidak Produktif;
b. Areal Produktif untuk menentukan nilai
bumi per meter persegi Areal Pengaman.
(2) Penyesuaian Lokasi : Diisi dengan persentase penyesuaian terhadap
lokasi berdasarkan analisa dan keahlian penilai.
(3) Penyesuaian Fisik : Diisi dengan persentase penyesuaian terhadap
fisik berdasarkan analisa dan keahlian penilai.
(4) Penyesuaian Jenis Penggunaan : Diisi dengan persentase penyesuaian terhadap
Tanah jenis penggunaan tanah (JPT) berdasarkan
analisa dan keahlian penilai.

(5) Penyesuaian Keluasan : Diisi dengan persentase penyesuaian terhadap


keluasan berdasarkan analisa dan keahlian
penilai.
(6) Jumlah Penyesuaian : Diisi dengan hasil penjumlahan atas
penyesuaian lokasi, fisik, jenis penggunaan
lahan dan keluasan.
(7) Nilai Setelah Penyesuaian : Diisi dengan nilai setelah penyesuaian atas nilai
-2-

indikasi rata-rata bumi per meter persegi.


(8) Nilai Bumi Per Meter Persegi : Diisi sama dengan nilai setelah penyesuaian.

IDENTITAS PETUGAS
1. Tanggal : Diisi dengan tanggal pembuatan formulir.
2. Nama Petugas : Diisi dengan nama petugas yang membuat formulir.
3. NIP : Diisi dengan NIP petugas yang membuat formulir.
4. Tandatangan : Diisi dengan tandatangan petugas yang membuat formulir.
LAMPIRAN VI
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Nomor : SE- 42 /PJ/2014
Tanggal : 2 4 November 2014

FORMULIR DATA NILAI INDIKASI RATA-RATA BUMI No Data


PER METER PERSEGI OBJEK PEMBANDING
I. KETERANGAN

1. NOP n
2. Wajib Pajak

3. Alamat Objek Pembanding RT/RW


Desa / Kel
Kecamatan
Kab / Kota
Provinsi

4. Luas dan Nilai Indikasi Rata-Rata Bumi Per Meter Persegi

a. Areal Produktif m2 Rp

b. areal yang belum diolah


pada Areal Belum Produktif rnz Rp

c. Areal Emplasemen m2 Rp

5. Kelas Kesesuaian Lahan ❑ S2 ❑ S3

6. Jenis Tanah pi Mineral


n Gambut
7. Kontur Tanah Datar n Bergelombang

8. Aksesibilitas

a. Kondisi Jalan riSangat Baik 0 Balk Ell Sedang nJelek

b. Jenis Perkerasan Jalan n Beton n Aspal El Sirtu nTanah

c. Jarak Terhadap Jalan Umum km

9. Pabrik Pengolahan El Ada Kapasitas Produksi Terpasang ton/hari

Kapasitas Produksi Terpakai ton/hari

riTidak Ada Jarak dari pabrik pengolahan terdekat km

10. Informasi Lain

II. IDENTITAS PETUGAS

1. Tanggal

2. Nama Petugas

3. NIP

4. Tanda Tangan
PETUNJUK PENGISIAN
FORMULIR DATA NILAI INDIKASI RATA-RATA BUMI
PER METER PERSEGI OBJEK PEMBANDING

No. Data : Diisi dengan nomor urut.


I. KETERANGAN

NOP : Diisi dengan NOP objek pembanding.

Wajib Pajak Diisi dengan nama Wajib Pajak objek


pembanding.
Alamat Objek Pembanding Diisi dengan alamat lengkap objek pembanding.

Desa/Kelurahan Diisi dengan nama Desa/Kelurahan lokasi data


objek pembanding berada.
Kecamatan Diisi dengan nama Kecamatan lokasi data objek
pembanding berada.
Kabu paten/Kota Diisi dengan nama Kabupaten/Kota lokasi data
objek pembanding berada.
Provinsi Diisi dengan nama Provinsi lokasi data objek
pembanding berada.
(4) Luas dan Nilai Indikasi Rata-Rata Diisi dengan luas dan nilai indikasi rata-rata
Bumi Per Meter Persegi bumi per meter persegi, meliputi: Areal
Produktif, areal yang belum diolah pada Areal
Belum Produktif, dan Areal Emplasemen objek
pembanding.
(5) Kelas Kesesuaian Lahan Diisi salah satu kelas kesesuaian lahan yang
sesuai dengan objek pembanding.
(6) Jenis Tanah Diisi salah satu jenis tanah yang sesuai dengan
objek pembanding.
(7) Kontur Tanah Diisi salah satu kontur tanah yang sesuai
dengan objek pembanding.
(8) Aksebilitas Diisi dengan kondisi jalan, jenis perkerasan jalan
dan jarak terhadap jalan umum yang sesuai
dengan objek pembanding.
(9) Pabrik Pengolahan Diisi salah satu. Jika dipilih "Ada ", diisi juga
kapasitas produksi terpasang dan kapasitas
produksi terpakai. Jika dipilih "tidak ada", diisi
juga jarak dari pabrik pengolahan terdekat.
-2-

(10) Informasi Lain : Diisi dengan informasi lain yang berkaitan


dengan data objek pembanding.

II. IDENTITAS PETUGAS


1. Tanggal : Diisi dengan tanggal pembuatan formulir data bumi objek pembanding.
2. Nama Petugas : Diisi dengan nama petugas yang membuat formulir data bumi objek
pembanding.
3. NIP : Diisi dengan NIP petugas yang membuat formulir data bumi objek
pembanding.
4. Tandatangan : Diisi dengan tandatangan petugas yang membuat formulir bumi objek
pembanding.
0

cc
0

re

a_
NI LAI INDIKASI RATA•RATA BU MI
dON PER METER PERSEGI OBJEK
JEN ISAREAL

ca
LUASBU MI (m2)

Q
F

O
z
NAMA WAJ IB PAJ AK ALAMAT OBJEK PEMBANDIN G PEMBANDI NG KOND ISI1
JANUARI (Rp lm 2)

(k ) (91 (z)

c,--;
(t)

F.--,
I I I I

IDENTITASPETU GAS

•ct

Z
CD
CD
2. NAMA P ETUGAS

4 TANDA TANGAN
PETUNJUK PENGISIAN
FORMULIR REKAPITULASI DATA NILAI INDIKASI RATA-RATA BUMI
PER METER PERSEGI OBJEK PEMBANDING

(1) No. Data : Diisi dengan nomor urut data pada Formulir
Data Nilai Indikasi Rata-Rata Bumi Per Meter
Persegi Objek Pembanding.
(2) NOP : Diisi dengan NOP pada Formulir Data Nilai
Indikasi Rata-Rata Bumi Per Meter Persegi
Objek Pembanding.
(3) Wajib Pajak : Diisi dengan nama Wajib Pajak pada Formulir
Data Nilai Indikasi Rata-Rata Bumi Per Meter
Persegi Objek Pembanding..
(4) Alamat Objek Pembanding : Diisi dengan alamat lengkap pada Formulir Data
Nilai Indikasi Rata-Rata Bumi Per Meter Persegi
Objek Pembanding.
(5) Data Areal : Diisi dengan nama jenis areal pada Formulir
Data Nilai Indikasi Rata-Rata Bumi Per Meter
Persegi Objek Pembanding.
(6) Luas Bumi : Diisi dengan luas bumi pada Formulir Data Nilai
Indikasi Rata-Rata Bumi Per Meter Persegi
Objek Pembanding.
(7) Nilai Indikasi Rata-Rata Bumi Per : Diisi dengan nilai bumi per meter persegi sesuai
Meter Persegi Objek Pembanding dengan Formulir Data Nilai Indikasi Rata-Rata
Kondisi 1 Januari Bumi Per Meter Persegi Objek Pembanding.

IDENTITAS PETUGAS
1. Tanggal : Diisi dengan tanggal pembuatan formulir.
2. Nama Petugas : Diisi dengan nama petugas yang membuat formulir.
3. NIP : Diisi dengan NIP petugas yang membuat formulir.
4. Tandatangan : Diisi dengan tandatangan petugas yang membuat formulir.
<
5
- 2
Z C
a)
0)

(7)
w
a
•st

s- W

E
0

Q. 04 A.

N 0

is
z

3
FO RMULI R ANALI SIS NILAIIN DIKASIRATA-RATA BUMIPERMETERPERS EG I

-J

0
NA MAWAJ IBPAJAK

PEN YES UAIAN (°/0 )


NILAIIND IKAS I RATA-RATA NILAI INDIKAS I RATA-
BUM IPERMETE R PER SEGI JU MLAH PEN YE SUA IAN NILAI S ETELAH

<i"
<
0
0
RATABU MIPE RMETER

z
KELASKES ESU AIAN (%) PE NYE SU AIAN ( Rp/m ')
DATAOBJ EKPE MB ANDING JENIS TANAH KONTUR TANAH AKSE SI BILITA S PABRIKP ENGOLAHAN FAKTORLAIN PERSEGI ( Rp/m ')
LAHAN
KONDI SI 1JANUAR I ( Rp/m')
(0) (Ot) /( 6I Y(z)) +(J)=

RI-

17-1-

Fi
(9)=( 3)+(4)*(5)+( 6)+(7)+(8)

2. N AMA PETU GAS

a.
4. TAN DATANGAN
PETUNJUK PENGISIAN
FORMULIR ANALISIS NILAI INDIKASI RATA-RATA
BUMI PER METER PERSEGI
Areal : Diisi dengan nama jenis areal yang akan dinilai, meliputi: Areal
Produktif, areal belum diolah pada Areal Belum Produktif, dan Areal
Emplasemen.
NOP : Diisi dengan NOP objek yang dinilai.
Nama Wajib Pajak : Diisi dengan nama Wajib Pajak yang dinilai.
Lokasi : Diisi dengan alamat lokasi objek yang dinilai.
Kabupaten/Kota : Diisi dengan nama Kabupaten/Kota lokasi objek yang dinilai.

(1) No. Data Diisi dengan nomor urut data pada Formulir
Data Nilai Indikasi Rata-Rata Bumi Per Meter
Persegi Objek Pembanding.
(2) Nilai Indikasi Rata-Rata Bumi Per : Diisi dengan nilai indikasi rata-rata bumi per
Meter Persegi Data Objek meter persegi sesuai dengan Formulir Data Nilai
Pembanding Kondisi 1 Januari Indikasi Rata-Rata Bumi Per Meter Persegi
Objek Pembanding.

(3) Penyesuaian Kelas Kesesuaian : Diisi dengan persentase penyesuaian terhadap


Lahan kelas kesesuaian berdasarkan analisa dan
keahlian penilai.
(4) Penyesuaian Jenis Tanah Diisi dengan persentase penyesuaian terhadap
jenis tanah berdasarkan analisa dan keahlian
penilai.
(5) Penyesuaian Kontur Tanah Diisi dengan persentase penyesuaian terhadap
kontur tanah berdasarkan analisa dan keahlian
penilai.

(6) Penyesuaian Aksesibilitas Diisi dengan persentase penyesuaian terhadap


aksesibilitas berdasarkan analisa dan keahlian
penilai.
(7) Penyesuaian Pabrik Pengolahan Diisi dengan persentase penyesuaian terhadap
ketersediaan pabrik pengolahan berdasarkan
analisa dan keahlian penilai.
(8) Penyesuaian Faktor Lain Diisi dengan persentase penyesuaian terhadap
faktor lain yang belum termasuk keenam faktor
sebelumnya berdasarkan analisa dan keahlian
penilai.
-2-

(9) Jumlah Penyesuaian : Diisi dengan hasil penjumlahan atas


penyesuaian kelas kesesuaian tanah, jenis
tanah, kontur tanah, aksesibilitas, pabrik
pengolahan, dan faktor lain.
(10) Nilai Setelah Penyesuaian : Diisi dengan nilai setelah penyesuaian atas nilai
indikasi rata-rata bumi per meter persegi data
objek pembanding kondisi 1 Januari dengan
jumlah penyesuaian.
(11) Nilai Indikasi Rata-Rata Bumi Per : Diisi dengan nilai rata-rata atas nilai setelah
Meter Persegi penyesuaian.

IDENTITAS PETUGAS
1. Tanggal : Diisi dengan tanggal pembuatan formulir.
2. Nama Petugas : Diisi dengan nama petugas yang membuat formulir.
3. NIP : Diisi dengan NIP petugas yang membuat formulir.
4. Tandatangan : Diisi dengan tandatangan petugas yang membuat formulir.

1-
LAMPIRAN IX
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Nomor : SE- 42 /PJ/2014
Tanggal : 24 November 2014

PROSEDUR PENILAIAN OBJEK PAJAK PBB PERKEBUNAN

A. Deskripsi :
Prosedur operasi ini menguraikan tata cara penilaian objek pajak PBB Perkebunan.
Prosedur ini meliputi penentuan nilai bumi per m 2 dan nilai bangunan per m 2 objek pajak
PBB Perkebunan berdasarkan SPOP dan LSPOP yang diterima dari subjek pajak atau
Wajib Pajak.

B. Prosedur Kerja :
1. Atas SPOP dan LSPOP yang diterima dari subjek pajak atau Wajib Pajak sesuai
Prosedur Pendaftaran atau Pemutakhiran Data Objek Pajak dan Subjek Pajak atau
Wajib Pajak PBB Perkebunan, Kepala Kantor menugaskan Fungsional
Penilai/Petugas Penilai melakukan penilaian objek pajak PBB Perkebunan.
2. Fungsional Penilai/Petugas Penilai membuat konsep Surat Tugas penilaian objek
pajak, kemudian diserahkan kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan.
3. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan meneliti dan memaraf konsep Surat Tugas,
kemudian diserahkan kepada Kepala Kantor.
4. Kepala Kantor menelaah, menyetujui dan menandatangani Surat Tugas.
5. Berdasarkan Surat Tugas, Fungsional Penilai/Petugas Penilai melakukan penilaian
bumi dan bangunan.
a. Penentuan nilai bumi dilakukan dengan metode perbandingan, yang diawali
dengan melakukan pengumpulan data pembanding untuk Areal Produktif, areal
yang belum diolah pada Areal Belum Produktif, dan Areal Emplasemen yang
diperoleh dari data transaksi jual beli, penawaran, lelang, ganti rugi, atau informasi
lainnya.
Dalam hal data yang diperoleh sebagai data pembanding mencukupi untuk
dilakukan metode perbandingan, selanjutnya mengikuti prosedur kerja nomor 6.
Sedangkan dalam hal data pembanding tidak ada atau data pembanding yang
diperoleh tidak mecukupi, selanjutnya mengikuti prosedur kerja nomor 7.
b. Penentuan nilai bangunan per m 2 merupakan hasil pembagian antara total nilai
bangunan dengan total luas bangunan. Selanjutnya mengikuti prosedur kerja
nomor 9.
-2-

6. Berdasarkan data pembanding yang diperoleh, Fungsional Penilai/Petugas Penilai:


a. mengisi Formulir Data Pembanding;
b. melakukan analisis untuk menentukan Nilai Bumi per m 2 data pembanding dan
mengisi Formulir Analisis Penentuan Nilai Bumi Per Meter Persegi Data
Pembanding;
c. menentukan Nilai Indikasi Rata-Rata (NIR) per m 2 objek yang dinilai, dan mengisi
Formulir Analisis Penentuan Nilai Indikasi Rata-Rata Bumi Per Meter Persegi.
Selanjutnya mengikuti prosedur kerja nomor 8.
7. Dalam hal data pembanding tidak ada atau data pembanding yang diperoleh tidak
mecukupi, penentuan nilai bumi untuk Areal Produktif, areal yang belum diolah pada
Areal Belum Produktif, dan Areal Emplasemen, Fungsional Penilai/Petugas Penilai:
a. menggunakan NIR bumi per m 2 untuk Areal Produktif, areal yang belum diolah
pada Areal Belum Produktif, dan Areal Emplasemen objek pajak lain pada tahun
yang sama dengan melakukan penyesuaian;
b. mengisi Formulir Data Nilai Indikasi Rata-Rata Bumi Per Meter Persegi Objek
Pembanding, dan Formulir Rekapitulasi Data Nilai Indikasi Rata-Rata Bumi Per
Meter Persegi Objek Pembanding;
c. menentukan NIR Bumi per m 2 , dan mengisi Formulir Analisis Nilai Indikasi Rata-
Rata Bumi Per Meter Persegi.
8. Setelah diperoleh NIR Bumi per m 2 , Fungsional Penilai/Petugas Penilai menentukan
nilai bumi per meter persegi untuk:
a. Areal Produktif merupakan NIR bumi per m 2 pada Areal Produktif ditambah
dengan SIT;
b. areal yang belum diolah pada Areal Belum Produktif dan Areal Emplasemen
merupakan NIR bumi per m 2 areal tersebut;
c. areal sudah diolah tetapi belum ditanami pada Areal Belum Produktif, areal
pembibitan pada Areal Belum Produktif, dan Areal Tidak Produktif merupakan
penyesuaian NIR bumi per m 2 areal belum diolah pada Areal Belum Produktif;
d. Areal Pengaman merupakan penyesuaian NIR bumi per m 2 Areal Produktif.
Untuk huruf c dan d, dengan mengisi Formulir Analisis Penentuan Nilai Bumi Per
Meter Persegi.
9. Fungsional Penilai/Petugas Penilai membuat Formulir Data Masukan (FDM) dan
merekamnya ke dalam basis data serta mencetak dan menandatangani FDM.
Kemudian FDM diserahkan kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan.
-3-

10. Kepala Seksi Ektensifikasi Perpajakan meneliti, dan menandatangani FDM, serta
memberikan persetujuan (approval) perekaman FDM pada aplikasi. Selanjutnya
mengikuti Prosedur Penyusunan Usulan Nilai Jual Bumi per m 2 dan/atau Nilai Jual
Bangunan per m 2 sebagai Dasar Penetapan NJOP dan Usulan Perubahannya.
11. Proses Selesai.

Jangka Waktu Penyelesaian :


Penilaian objek pajak PBB Perkebunan paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum usulan Nilai
Jual Bumi per m 2 dan/atau Nilai Jual Bangunan per m 2 sebagai Dasar Penetapan NJOP dan
usulan perubahannya disampaikan ke Kanwil DJP
-4-

C. Bagan Arus (Flowchart):


PROSEDUR PENILAIAN OBJEK PAJAK PBB PERKEBUNAN

Kepala Seksi Ekstensifikasi


Fungsional Penilai/Petugas Penilai Kepala Kantor
Perpajakan

Mulai

Membuat konsep Konsep Surat


Surat Tugas Tugas penilaian
penilaian objek ► objek pajak Prosedur
pajak endaftaran atau
Pemutakhiran Data
Objek Pajak dan
Subjek Pajak atau
2 Wajib Pajak PBB
erkebuna

T 1, Asli SPOP dan


Menentukan Melakukan 1. Menentukan nilai
f—bum i r bangunan- LSPOP
nilai bumi/m 2 penilaian bangunan/m a

1 1
I
Nilai bangunan/m2 Menugaskan
melakukan
Ada data tidak L__ --------)I
penilaian obek
mbanding?
pajak
3 )
a
menggunakan ( 1
NIR Bumi per m2


ObjekPalin
tidak 1.1 pada tahun
pajak yang
1. Formulir Data Menelaah,
sama dengan
NIR Bumi per m 2 M neliti dan memaraf menyetujui, dan
penyesuaian
Ya Objek Pembanding
I menandatangani
IL

Formulir Data 2. Formulir


mengisi Formulir
Pembanding Rekapitulasi Data
Data Pembanding
NIR Bumi per m2 Surat Tugas
Objek Pembanding penelitian objek
pajak
Formulir
Melakukan analisis
Analisis
data pembanding,
Penentuan Formulir Analisis
mengisi Formulir Menentukan
Nilai Bumi per NIR Bumi per m 2
Analisis Penentuan NIR Bumi per — ■
m2 Data perA al
Nilai Bumi per m2 m2
Pembanding
DatPembndig


Menentukan Nilai
Indikasi Rata-rata Menentukan nilai 1
(NIR)/m2,mengisi bumi per m2 untuk
Formulir Analisis *I masing-masing
Penentuan NIR areal


Bumi per m2

Formulir Analisis

[


Areal sudah
Penentuan NIR Areal yang diolah tetapi Areal
Areal
Bumi per m2 belum diolah Pengaman
Produktif belum ditanami


NIR bumi
pada Areal
Belum
Produktif dan
Areal
dan areal
pembibitan pada
Areal Belum
per m2 Produktif, dan
pada Areal Emplasemen Areal Tidak Prosedur
produktif Produktif nyusunan usula
ditambah • P
ilai Jual Bumi/m2 da
dengan
ST
NIR bum i per m 2
pada Areal yang
1 SPOP, LSPOP,
atau Nilai Jual
dan FDM
belum diolah Bangunanlm 2 sebagai
pada Areal Formulir Analisis Dasar Penetapan
Belum Produktif -^J NJOP dan usulan
Penetuan Nilai Bumi
dan Areal erubahanny
per m 2
Emplasemen

• • menandatangani
FDM dan

Membuat FDM, serta
merekam FDM ke
dalam basis data
Nilai bumi/m2 memberikan
approval
FDM
C Selesai


FDM
perekaman
LAMPIRAN X
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Nomor : SE- 42 /PJ/2014
Tanggal : 24 November 2014

PROSEDUR PENERBITAN SURAT DIREKTUR EKSTENSIFIKASI DAN


PENILAIAN MENGENAI SATUAN BIAYA PEMBANGUNAN KEBUN (SBPK)

A. Deskripsi
Prosedur operasi ini menguraikan tata cam penerbitan Surat Direktur Ekstensifikasi dan
Penilaian mengenai Satuan Biaya Pembangunan Kebun (SBPK) yang akan digunakan
sebagai dasar dalam penentuan Standar Investasi Tanaman (SIT) sektor perkebunan.
Prosedur ini meliputi:
1. penerbitan Surat Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian mengenai Satuan Biaya
Pembangunan Kebun (SBPK), dalam hal SBPK pada tahun sebelum Tahun Pajak
diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan;
2. penerbitan Surat Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian mengenai pemberitahuan
penggunaan Satuan Biaya Tanaman (SBT) tahun pajak sebelumnya dengan
penyesuaian tertentu, dalam hal SBPK tidak diterbitkan pada tahun sebelum Tahun
Pajak diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan.

B. Prosedur Kerja :
1. Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian menugaskan Kepala Subdirektorat Penilaian I
untuk membuat konsep Surat Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian mengenai Satuan
Biaya Pembangunan Kebun (SBPK) sektor perkebunan dan/atau pemberitahuan
penggunaan Satuan Biaya Tanaman (SBT) tahun pajak sebelumnya dengan
penyesuaian tertentu.
2. Kepala Subdirektorat Penilaian I menugaskan Kepala Seksi Penilaian Individu
Perkebunan dan Perhutanan untuk menyiapkan bahan penyusunan Surat Direktur
Ekstensifikasi dan Penilaian mengenai SBPK sektor Perkebunan dan/atau
pemberitahuan penggunaan (SBT) tahun pajak sebelumnya dengan penyesuaian

tertentu.
3. Kepala Seksi Penilaian Individu Perkebunan dan Perhutanan menugaskan
Pelaksana Seksi Penilaian Individu Perkebunan dan Perhutanan untuk membuat
konsep Surat Tugas pengumpulan data SBPK ke instansi terkait.
4. Pelaksana Seksi Penilaian Individu Perkebunan dan Perhutanan membuat konsep
Surat Tugas pengumpulan data dan menyerahkan kepada Kepala Seksi Penilaian
Individu Perkebunan dan Perhutanan.
- 2-

5. Kepala Seksi Penilaian Individu Perkebunan dan Perhutanan meneliti, menyetujui


dan memaraf konsep Surat Tugas pengumpulan data dan menyerahkan kepada
Kepala Subdirektorat Penilaian I.
6. Kepala Subdirektorat Penilaian I meneliti, menyetujui, dan memaraf konsep Surat
Tugas pengumpulan data, selanjutnya menyampaikan kepada Direktur Ekstensifikasi
dan Penilaian.
7. Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian menyetujui dan menandatangani Surat Tugas
pengumpulan data.
8. Berdasarkan Surat Tugas pengumpulan data, Fungsional Penilai dan/atau
Pelaksana Seksi Penilaian Individu Perkebunan dan Perhutanan melaksanakan
kunjungan ke instansi terkait untuk mengumpulkan data SBPK. Dalam hal SBPK
tidak diterbitkan mengikuti prosedur kerja nomor 14.
9. Kepala Seksi Penilaian Individu Perkebunan dan Perhutanan menugaskan
Pelaksana Seksi Penilaian Individu Perkebunan dan Perhutanan untuk membuat
konsep Surat Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian mengenai SBPK.
10. Pelaksana Seksi Penilaian Individu Perkebunan dan Perhutanan membuat konsep
Surat Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian mengenai SBPK, dan menyerahkannya
kepada Kepala Seksi Penilaian Individu Perkebunan dan Perhutanan.
11. Kepala Seksi Penilaian Individu Perkebunan dan Perhutanan meneliti, menyetujui,
dan memaraf konsep Surat Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian mengenai SBPK,
serta menyerahkannya kepada Kepala Subdirektorat Penilaian I.
12. Kepala Subdirektorat Penilaian I menelaah, menyetujui, dan memaraf konsep Surat
Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian mengenai SBPK, serta menyerahkannya
kepada Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian.
13. Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian menyetujui dan menandatangani Surat Direktur
Ekstensifikasi dan Penilaian mengenai SBPK.
14. Dalam hal SBPK tidak diterbitkan, Kepala Seksi Penilaian Individu Perkebunan dan
Perhutanan menugaskan Pelaksana Seksi Penilaian Individu Perkebunan dan
Perhutanan untuk membuat konsep Surat Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian
mengenai pemberitahuan ke Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak untuk
menggunakan data SBT tahun pajak sebelumnya dengan penyesuaian tertentu
dalam penyusunan SIT.
15. Pelaksana Seksi Penilaian Individu Perkebunan dan Perhutanan membuat konsep
Surat Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian mengenai pemberitahuan penggunaan
SBT tahun pajak sebelumnya dengan penyesuaian tertentu.
-3-

16. Kepala Seksi Penilaian Individu Perkebunan dan Perhutanan meneliti, menyetujui,
dan memaraf konsep Surat Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian mengenai
SBPK/pemberitahuan penggunaan SBT tahun pajak sebelumnya dengan
penyesuaian tertentu.
17. Kepala Subdirektorat Penilaian I menelaah, menyetujui, dan memaraf konsep Surat
Direktur Ekstensfikasi dan Penilaian mengenai SBPK/pemberitahuan penggunaan
SBT tahun pajak sebelumnya dengan penyesuaian tertentu.
18. Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian menyetujui dan menandatangani Surat Direktur
Ekstensifikasi dan Penilaian mengenai pemberitahuan penggunaan SBT tahun pajak
sebelumnya dengan penyesuaian tertentu.
19. Kepala Subdirektorat Penilaian I menugaskan Kepala Seksi Penilaian Individu
Perkebunan dan Perhutanan untuk menyampaikan Surat Direktur Ekstensifikasi dan
Penilaian, dan menatausahakannya.
20. Kepala Seksi Penilaian Individu Perkebunan dan Perhutanan meneruskan perintah
serta memberikan arahan yang diperlukan.
21. Pelaksana Seksi Penilaian Individu Perkebunan dan Perhutanan menatausahakan
Salinan Surat Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian mengenai SBPK dan/atau
pemberitahuan penggunaan SBT tahun pajak sebelumnya dengan penyesuaian
tertentu sebagai arsip. Surat Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian mengenai SBPK
dan/atau pemberitahuan penggunaan SBT tahun pajak sebelumnya dengan
penyesuaian tertentu disampaikan ke Kanwil DJP dengan SOP Tata Cara
Penyampaian Dokumen.
22. Proses selesai.

Jangka Waktu Penyelesaian:

Paling lambat akhir bulan Desember sebelum Tahun Pajak


4

C. Bagan Arus (Flowchart):


TATA CARA PENERBITAN SURAT DIREKTUR EKSTENSIFIKASI DAN PENILAIAN MENGENAI SATUAN BIAYA
PEMBANGUNAN KEBUN (SBPK)
Pelaksana Seksi Penilaian Kepala Seksi Penilaian Kepala Subdirektorat Direktur Ekstensifikasi
Fungsional Penilai
Kantor Wlayah DJP ' Individu Perkebunan dan Indiyidu Perkebunan dan Penilaian I dan Penilaian
Perhutanan Perhutanan

A74Lilap

Menugaskan untuk Menugaskan untuk


Menugaskan pelaksana menyiapkan bahan
Membuat konsep untuk membuat konsep membuat Surat
Surat Tugas penyusunan Surat
Surat Tugas 41--- 1 4,— Direktur Ekstensifikasi
Direktur Ekstensifikasi


pengumpulan data ke pengumpulan data ke dan Penilaian
instansi terkait dan Penilaian mengenai ' mengenai SBPK
_I instansi terkait
ait SBPK

I Menelaah,
Konsep Surat Meneliti, menyetujui I Menyetujui dan
Menyetuj
Tugas • menyetujui, dan ► men g ani
dan memaraf i
memaraf

Mencari data SBPK ke Mencari data SBPK Surat Tugas


instansi terkait ► ke instansi terkait ,,,---------.
Menugaskan untuk
membuat konsep
Membuat konsep Surat Surat Direktur
Direktur Ekstensifikasi dan Ekstensifikasi dan
Penilaian mengenai Penilaian mengenai
pemberitahuan penggunaan pemberitahuan
SBT tahun pajak penggunaan SBT
sebelumnya dengan tahun pajak
penyesuaian tertentu sebelumnya dengan
penyesuaian tertentu

Konsep Surat Direktur SBPK
Tidak t
Ekstensifikasi dan Penilaian iterbitkan
mengenai pemberitahuan
penggunaan SBT tahun
pajak sebelumnya dengan Ya
penyesuaian tertentu Menugaskan untuk
• membuat konsep
L--.. /( Data SBPK _ Surat Direktur
Ekstensifikasi dan
,______--------. Penilaian mengenai
SBPK

Membuat konsep Surat


Direktur Ekstensifikasi dan •
Penilaian mengenai SBPK

Konsep surat Direktur Menyetujui dan


Menelaah,
Ekstensifikasi dan Penilaian Meneliti, menyetujui, menandatangani
mengenai SBPK dan memaraf ► menyetujui, dan ►
l '' Surat
memaraf
„,,,,..------ ---,
I.
1 ;
Prosedur '‘,,.._,,
Penerbitan Surat Direktur
Keputusan Kepala Ekstensifikasi dan
Kanwil DJP Penilaian mengenai
mengenai SIT Menugaskan SBPK dan/atau
Perkebunan Meneruskan penyampaian Surat pemberitahuan
Menyampaikan dan perintah dan Direktur Ekstensifikasi .1-1, penggunaan SBT tahun

menatausahakan memberikan arahan dan Penilaian pajak sebelumnya
dan menatausahakan dengan penyesuaian
Surat Direktur •
tertentu
Ekstensifikasi dan
Penilaian mengenai
SBPK dan/atau SOP '''''\ \
pemberitahuan Tata Cara
penggunaan SBT Penyampaian I
tahun pajak Dokumen ,”
sebelumnya dengan
penyesuaian tertentu
• ----,"
(-
Selesai
LAMPIRAN XI
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Nomor : SE- 42 /PJ/2014
Tanggal : 24 November 2014

PEDOMAN PENENTUAN STANDAR INVESTASI TANAMAN (SIT)

A. DEFINISI
1. Tanaman Berumur Panjang adalah tanaman yang berumur lebih dari satu tahun
dan pemungutan hasilnya dilakukan lebih dari satu kali dan tidak dibongkar
sekali panen.
2. Tanaman Berumur Pendek adalah tanaman perkebunan yang pada umumnya
berumur kurang dari 1 tahun dan pemanenannya dilakukan sekali panen
langsung bongkar.
3. Tanaman Belum Menghasilkan yang selanjutnya disebut TBM adalah tanaman
pada fase belum menghasilkan yang dimulai dari umur tanaman 1 (satu) tahun
(TBM1) dan seterusnya sampai dengan tahun terakhir tanaman tersebut belum
menghasilkan (TBMn), yang rentang fasenya tergantung masing-masing jenis
tanaman.
4. Tanaman Menghasilkan yang selanjutnya disebut TM adalah tanaman pada fase
menghasilkan yang dimulai dari tahun pertama tanaman menghasilkan (TM1)
sampai dengan tahun terakhir tanaman tersebut menghasilkan (TMn), yang
rentang fasenya tergantung masing-masing jenis tanaman.
5. Satuan Biaya Tanaman yang selanjutnya disebut SBT adalah satuan biaya yang
diinvestasikan tiap tahun berdasarkan umur dan jenis tanaman.
6. Indeks Biaya Tanaman yang selanjutnya disebut IBT adalah angka yang
digunakan sebagai dasar penentuan SBT untuk fase TM.

B. PENGHITUNGAN SIT UNTUK TANAMAN BERUMUR PANJANG


1. Penghitungan SIT
a. SIT pada fase TBM ditetapkan sebagai berikut:
1) SIT pada fase TBM1 merupakan SBT pada fase TBM1;
2) SIT pada fase TBM2 merupakan penjumlahan dari SIT pada fase TBM1
sebagaimana dimaksud pada huruf a dengan SBT pada fase TBM2;
3) SIT pada fase TBMn merupakan penjumlahan dari SIT pada fase TBMn-
1 dengan SBT pada fase TBMn.
b. SIT pada suatu tahun dalam fase TM ditetapkan sebesar SIT pada fase
TBM terakhir (TBMn) ditambah dengan SBT pada fase TM tahun tersebut.
c. Rincian fase TBM dan TM sesuai umur tanaman masing-masing jenis
tanaman sebagaimana ditetapkan pada halaman 4 Lampiran ini.
d. Apabila terdapat tanaman yang berumur lebih dari umur maksimal tanaman
sebagaimana ditetapkan pada halaman 4 Lampiran ini, SIT tanaman pada
umur tersebut ditetapkan sama dengan SIT pada fase TM terakhir (TMn).
e. Apabila di wilayah kerja KPP terdapat jenis tanaman yang tidak tercantum
dalam Rincian fase TBM dan TM sesuai umur tanaman sebagaimana
ditetapkan pada halaman 4 Lampiran ini, maka fase TBM dan TM jenis
tanaman tersebut agar diupayakan untuk diperoleh pada Instansi, Lembaga,
Asosiasi dan pihak lainnya terkait di wilayah setempat.
2. Penghitungan SBT
a. SBT pada fase TBM
1) SBT pada fase TBM1 adalah sebesar 71% (tujuh puluh satu persen) dari
SBPK untuk kegiatan PO dan kegiatan P1.
- 2-

2) SBT pada fase TBM2 adalah sebesar 71% (tujuh puluh satu persen) dari
SBPK untuk kegiatan P2, dan seterusnya.
b. SBT pada fase TM
SBT pada fase TM ditetapkan sebesar SBT pada fase TBM terakhir (TBMn)
dikalikan dengan IBT pada fase TM tersebut.
3. Besarnya IBT
IBT ditetapkan sebagaimana tercantum pada halaman 5 Lampiran ini.

C. PENGHITUNGAN SIT UNTUK TANAMAN BERUMUR PENDEK


Mengingat Tanaman Berumur Pendek berumur kurang dari 1 tahun, maka SIT
ditentukan sebesar biaya pengolahan tanah, penanaman, dan pemeliharaan untuk
tanaman tersebut.

D. LAIN-LAIN
1. SBT pada fase TBM dihitung berdasarkan SBPK yang diterbitkan oleh Direktorat
Jenderal Perkebunan, yang dikelompokkan menjadi 7 (tujuh) wilayah, yaitu:
a. Wilayah I: Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa
Timur, Banten, dan Bali;
b. Wilayah II: Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, Lampung, Sumatera Barat,
dan Bangka Belitung;
c. Wilayah III: Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau, Kalimantan
Barat, Kalimantan Selatan, dan Kepulauan Riau;
d. Wilayah IV: Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur;
e. Wilayah V: Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur,
dan Kalimantan Utara;
f. Wilayah VI: Maluku dan Maluku Utara; dan
g. Wilayah VII: Papua dan Papua Barat.

2. Dalam hal SBPK pada tahun sebelum Tahun Pajak berjalan tidak diterbitkan,
SBT pada fase TBM Tahun Pajak berjalan ditentukan berdasarkan penyesuaian
SBT pada fase TBM Tahun Pajak sebelumnya dengan tingkat penyesuaian
tertentu, dengan formula sebagai berikut:

SBTt = x ( 1+i )

dimana :
SBT, = SBT Tahun Pajak berjalan;
= SBT Tahun Pajak sebelumnya;
= tingkat penyesuaian.

3. Formula sebagaimana pada angka 2 hanya digunakan untuk penyesuaian SBT


pada fase TBM, sedangkan SBT pada fase TM dihitung berdasarkaan IBT.
4. Contoh penyesuaian SBT pada fase TBM Tahun 2014 berdasarkan SBT pada
fase TBM Tahun 2013 dan penyesuaian SBT pada fase TBM Tahun 2015
berdasarkan SBT pada fase TBM Tahun 2014 adalah sebagaimana halaman 6
Lampiran ini.
5. Apabila di wilayah kerja Kantor Wilayah DJP terdapat tanaman yang SBPK-nya
belum diatur oleh Direktorat Jenderal Perkebunan, maka standar biaya
-3-

pembangunan tanaman perkebunan agar diupayakan untuk diperoleh pada


Instansi, Lembaga, Asosiasi dan/atau pihak lainnya di wilayah setempat atau
wilayah lainnya.
6. Contoh perhitungan SIT Kelapa Sawit tahun 2014 dan penjelasannya adalah
sebagaimana pada halaman 7 Lampiran ini.
-4

RINCIAN FASE
TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM) DAN TANAMAN MENGHASILKAN (TM)
SESUAI UMUR TANAMAN

JENIS TANAMAN
UMUR KELAPA KELAPA KELAPA KARET KOPI TEH KAKAO PALA LADA PAN ILI JAMBU KEMIR I MEL INJO CENGKEH SER EH KAYUMANIS
(TAH UN) SAWIT DALAM H IBR IDA METE WAN GI

/ 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

1 TBM1 TBM1 TBM1 TBM1 TBM1 TBM1 TBM1 TBM1 TBM1 TBM1 TBM1 TBM1 TBM1 TBM1 TBM1 TBM1
2 TBM2 TBM2 TBM2 TBM2 TBM2 TBM2 TBM2 TBM2 TBM2 TBM2 TBM2 TBM2 TBM2 TBM2 TM1 TBM2
3 TBM3 TBM3 TBM3 TBM3 TBM3 TBM3 TBM3 TM1 TM1 TBM3 TBM3 TBM3 TM1 TBM3 TM2 TBM3

4 TM1 TM1 TBM4 TBM4 TM1 TM1 TM1 TM2 TM2 TBM4 TM1 TBM4 TM2 TBM4 TM3 TBM4

5 TM2 TM2 TM1 TBM5 TM2 TM2 TM2 TM3 TM3 TBM5 TM2 TM1 TM3 TBM5 TM4 TM1
6 TM3 TM3 TM2 TM1 TM3 TM3 TM3 TM4 TM4 TB M6 TM3 TM2 TM4 TBM6 TM5 TM2

7 TM4 TM4 TM3 TM2 TM4 TM4 TM4 TM5 TM5 TM1 TM4 TM3 TM5 TM1 TM3

8 TM5 TM5 TM4 TM3 TM5 TM5 TM5 TM6 TM6 TM2 TM5 TM4 TM6 TM2 TM4
9 TM6 TM6 TM5 TM4 TM6 TM6 TM6 TM7 TM7 TM3 TM6 TM5 TM7 TM3 TM5
10 TM7 TM7 TM6 TM5 TM7 TM7 TM7 TM8 TM8 TM4 TM7 TM6 TM8 TM4 TM6
11 TM8 TM8 TM7 TM6 TM8 TM8 TM8 TM9 TM9 TM8 TM7 TM9 TM5 TM7
12 TM9 TM9 TM8 TM7 TM9 TM9 TM9 TM10 TM10 TM9 TM8 TM10 TM6 TM8
13 TM10 TM10 TM9 TM8 TM10 TM10 TM10 TM11 TM11 TM10 TM9 TM11 TM7 TM9

14 TM11 TM11 TM10 TM9 TM11 TM11 TM11 TM12 TM12 TM11 TM10 TM12 TM8 TM10

15 TM12 TM12 TM11 TM10 TM12 TM12 TM12 TM13 TM13 TM12 TM11 TM13 TM9 TM11

16 TM13 TM13 TM12 TM11 TM13 TM13 TM13 TM14 TM13 TM12 TM14 TM10

17 TM14 TM14 TM13 TM12 TM14 TM14 TM14 TM15 TM14 TM13 TM15 TM11
18 TM15 TM15 TM14 TM13 TM15 TM15 TM15 TM16 TM15 TM14 TM16 TM12

19 TM16 TM16 TM15 TM14 TM16 TM16 TM16 TM17 TM16 TM15 TM17 TM13

20 TM17 TM17 TM16 TM15 TM17 TM17 TM17 TM18 TM17 TM16 TM18 TM14
21 TM18 TM18 TM17 TM16 TM18 TM18 TM18 TM19 TM18 TM17 TM19 TM15
22 TM19 TM19 TM18 TM17 TM19 TM19 TM19 TM20 TM19 TM18 TM20 TM16

23 TM20 TM20 TM19 TM18 TM20 TM20 TM21 TM20 TM19 TM21 TM17

24 TM21 TM21 TM20 TM19 TM21 TM21 TM22 TM21 TM20 TM22 TM18

25 TM22 TM22 TM21 TM20 TM22 TM22 TM23 TM22 TM21 TM23 TM19

26 TM23 TM22 TM21 TM23 TM24 TM23 TM22 TM24 TM20

27 TM24 TM23 TM22 TM24 TM25 TM24 TM23 TM25 TM21

28 TM25 TM24 TM23 TM26 TM25 TM24 TM26 TM22


29 TM26 TM25 TM24 TM27 TM26 TM25 TM27 TM23
30 TM27 TM26 TM25 TM28 TM27 TM26 TM28 TM24

31 TM28 TM27 TM29 TM27 TM29


32 TM29 TM28 TM30 TM28 TM30
33 TM30 TM29 TM31 TM29 TM31
34 TM31 TM30 TM32 TM30 TM32

35 TM32 TM31 TM33 TM31 TM33


36 TM33 TM32 TM34 TM32 TM34
37 TM34 TM33 TM35 TM33 TM35

38 TM35 TM34 TM36 TM34 TM36

39 TM36 . TM35 TM37 TM35 TM37

40 TM36 TM38 TM36 TM38


5-

BESARNYA INDEKS BIAYA TANAMAN (IBT)


UNTUK PENENTUAN SATUAN BIAYA TANAMAN (SBT)
TANAMAN BERUMUR PANJANG

FASE INDEKS BIAYA TANAMAN


1 2
TM1 0,9514
TM2 0,9052
TM3 0,8613
TM4 0,8195
TM5 0,7797
TM6 0,7418
TM7 0,7058
TM8 0,6715
TM9 0,6389
TM10 0,6079
TM11 0,5784
TM12 0,5503
TM13 0,5235
TM14 0,4981
TM15 0,4739
TM16 0,4509
TM17 0,4290
TM18 0,4082
TM19 0,3884
TM20 0,3695
TM21 0,3516
TM22 0,3345
TM23 0,3183
TM24 0,3028
TM25 0,2881
TM26 0,2741
TM27 0,2608
TM28 0,2481
TM29 0,2361
TM30 0,2246
TM31 0,2137
TM32 0,2033
TM33 0,1935
TM34 0,1841
TM35 0,1751
TM36 0,1666
TM37 0,1585
TM38 0,1508
TM39 0,1435
TM40 0,1365

1-
6

CONTOH PENYESUAIAN SBT TAHUN 2014 BERDASARKAN SBT TAHUN 2013


(UNTUK TAHUN PAJAK 2014)
WILAYAH III
(Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kepulauan Riau)

Contoh tingkat
... penvesuaian
. per tahun (i) sebesar 10%
SBT SBT
FASE KEGIATAN
TAHUN 2013 TAHUN 2014
TBM1 PO Pembukaan lahan dan penanaman Rp 9.775.280 Rp 10.752.808
P1 Pemeliharaan tahun pertama Rp 5.644.500 Rp 6.208.950
TBM2 P2 Pemeliharaan tahun kedua Rp 5.458.480 Rp 6.004.328
TBM3 P3 Pemeliharaan tahun ketiga Rp 5.939.150 Rp 6.533.065

Perhitungan :
SBT PO Tahun 2014 = (SBT PO Tahun 2013) x (1+0,10) = Rp 9.775.280 x 1,10 = Rp 10.752.808
SBT P1 Tahun 2014 = (SBT P1 Tahun 2013) x (1+0,10) = Rp 5.644.500 x 1,10 = Rp 6.208.950
SBT P2 Tahun 2014 = (SBT P2 Tahun 2013) x (1+0,10) = Rp 5.458.480 x 1,10 = Rp 6.004.328
SBT P3 Tahun 2014 = (SBT P3 Tahun 2013) x (1+0,10) = Rp 5.939.150 x 1,10 = Rp 6.533.065

CONTOH PENYESUAIAN SBT TAHUN 2015 BERDASARKAN SBT TAHUN 2014


(UNTUK TAHUN PAJAK 2015)
WILAYAH III
(Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kepulauan Riau)

Contoh tingkat
.._ penvesuaian
. per tahun (i) sebesar 10%
SBT SBT
FASE KEGIATAN
TAHUN 2014 TAHUN 2015
TBM1 PO Pembukaan lahan dan penanaman Rp 10.752.808 Rp 11.828.089
P1. Pemeliharaan tahun pertama Rp 6.208.950 Rp 6.829.845
TBM2 P2 Pemeliharaan tahun kedua Rp 6.004.328 Rp 6.604.761
TBM3 P3 Pemeliharaan tahun ketiga Rp 6.533.065 Rp 7.186.372

Perhitungan :
SBT PO Tahun 2015 = (SBT PO Tahun 2014) x (1+0,10) = Rp 10.752.808x 1,10 = Rp 11.828.089
SBT P1 Tahun 2015 = (SBT P1 Tahun 2014) x (1+0,10)= Rp 6.208.950 x 1,10 = Rp 6.829.845
SBT P2 Tahun 2015 = (SBT P2 Tahun 2014) x (1+0,10)= Rp 6.004.328 x 1,10 = Rp 6.604.761
SBT P3 Tahun 2015 = (SBT P3 Tahun 2014) x (1-F0,10)= Rp 6.533.065 x 1,10 = Rp 7.186.372

Catatan:
Apabila SBPK pada tahun sebelum Tahun Pajak berjalan diterbitkan oleh Direktorat Jenderal
Perkebunan, Departemen Pertanian, maka perhitungan SBT pada fase TBM Tahun Pajak berjalan
berdasarkan SBPK tersebut.
- 7-

CONTOH PERHITUNGAN STANDAR BIAYA INVESTASI TANAMAN (SIT)


KELAPA SAWIT TAHUN 2014
WILAYAH III
(Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,
Kepulauan Riau)

SBPK TAHUN 2014


UMUR •
FASE IBT TAHUN 2013 SBT (Per Ha) SIT
(Tahun)
(Per Ha) TBM TM (Per Ha) (Per m 2 )
1 2 3 4 4t. 5 (4 x 71%) 6 7 8
PO - Rp 13.768.000 Rp 9.775.280
TBM1 Rp 15.419.780 Rp 1.542
P1 1 Rp 7.950.000 R 5.644.500
TBM2 P2 2 Rp 7.688.000 Rp 5.458.480 Rp 20.878.260 Rp 2.088
TBM3 P3 3 Rp 8.365 000 Rp 5.939 150 Rp 26.817.410 Rp 2.682
TM1 4 0,9514 Rp 5.650.507 Rp 32.467.917 Rp 3.247
TM2 5 0,9052 Rp 5.376.119 Rp 32.193.529 Rp 3.219
TM3 6 0,8613 Rp 5.115.390 Rp 31.932.800 Rp 3.193
TM4 7 0,8195 Rp 4.867.133 Rp 31.684.543 Rp 3.168
TM5 8 0,7797 Rp 4.630.755 Rp 31.448.165 Rp 3.145
TM6 9 0,7418 Rp 4.405.661 Rp 31.223.071 Rp 3.122
TM7 10 0,7058 Rp 4.191.852 Rp 31.009.262 Rp 3.101
TM8 11 0,6715 Rp 3.988.139 Rp 30.805.549 Rp 3.081
TM9 12 0,6389 Rp 3.794.523 Rp 30.611.933 Rp 3.061
TM10 13 0,6079 Rp 3.610.409 Rp 30.427.819 Rp 3.043
TM11 14 0,5784 Rp 3.435.204 Rp 30.252.614 Rp 3.025
TM12 15 0,5503 Rp 3.268.314 Rp 30.085.724 Rp 3.009
TM13 16 0,5235 Rp 3.109.145 Rp 29.926.555 Rp 2.993
TM14 17 0,4981 Rp 2.958.291 Rp 29.775.701 Rp 2.978
TM15 18 0,4739 Rp 2.814.563 Rp 29.631.973 Rp 2.963
TM16 19 0,4509 Rp 2.677.963 Rp 29.495.373 Rp 2.950
TM17 20 0,4290 Rp 2.547.895 Rp 29.365.305 Rp 2.937
TM18 21 0,4082 Rp 2.424.361 Rp 29.241.771 Rp 2.924
TM19 22 0,3884 Rp 2.306.766 Rp 29.124.176 Rp 2.912
TM20 23 0,3695 Rp 2.194.516 Rp 29.011.926 Rp 2.901
TM21 24 0,3516 Rp 2.088.205 Rp 28.905.615 Rp 2.891
TM22 25 0,3345 Rp 1.986.646 Rp 28.804.056 Rp 2.880
-8

KOLOM PENJELASAN
(1) • Fase tanaman dikelompokkan menjadi fase TBM dan fase TM.
• Fase TBM terdiri dari TBM1 (kegiatan PO dan kegiatan P1), TBM2 (kegiatan P2)
dan seterusnya.
• Fase TM terdiri dari TM1 sampai TM22.
(2) Umur tanaman kelapa sawit mulai dari umur 1 tahun sampai dengan umur 25.
( 3) IBT yang digunakan sebagai dasar perhitungan SBT pada fase TM.
(4) SPBK per Ha yang diterbitkan oleh Ditjen Perkebunan pada tahun sebelum Tahun
Pajak berjalan pada fase TBM.
(5) SBT per Ha pada fase TBM untuk Tahun Pajak berjalan.
Perhitungan SBT untuk fase TBM sebagai berikut :
a. SBT TBM1 (PO) = 71% x (SBPK P0) = 71% x Rp 13.768.000 = 9.775.280 x (1+0,1) = Rp 10.752.808
b. (P1) = 71% x (SBPK P1) = 71% x Rp 7.950.000 = 5.644.500 x (1+0,1) = Rp 6.208.950
c. SBT TBM2 (P2) = 71% x (SBPK P2) = 71% x Rp 7.688.000 = 5.458.480 x (1+0,1) = Rp 6.004.328
d. SBT TBM3 (P3) = 71% x (SBPK P0) = 71% x Rp 8.365.000 = 5.939.150 x (1+0,1) = Rp 6.533.065
(6) SBT per Ha pada fase TM untuk Tahun Pajak berjalan.
Perhitungan SBT untuk fase TM sebagai berikut :
a. SBT TM1 = (SBT TBM3) x (IBT TM1) = Rp 6.533.065 x 0,9514 = Rp 6.215.558
b. SBT TM2 = (SBT TBM3) x(IBT TM2) = Rp 6.533.065 x 0,9052 = Rp 5.913.730
c. SBT TM3 = (SBT TBM3) x(IBT TM3) = Rp 6.533.065 x 0,8613 = Rp 5.626.929
d. dan seterusnya
(7 ) SIT per Ha untuk Tahun Pajak berjalan, merupakan nilai tanaman sesuai umurnya,
dihitung dengan cara sebagai berikut :
a. SIT TBM1 = (SBT TBM1)
= (SBT PO) + (SBT P1) = Rp 10.752808 + Rp 6.208.950 = Rp 16.961.758
b. SIT TBM2 = (SIT TBM1) + (SBT TBM2) = Rp 16.961.758 + Rp 6.004.328 = Rp 22.966.086
c. SIT TBM3 = (SIT TBM2) + (SBT P3) = Rp 22.966.086 + Rp 6.533.065 = Rp 29.499.151
d. SIT TM1 = (SIT TBM3) + (SBT TM1) = Rp 29.499.151 + Rp 6.215.558 = Rp 35.714.709
e. SIT TM2 = (SIT TBM3) + (SBT TM2) = Rp 29.499.151 + Rp 5.913.730 = Rp 35.412.881
f. SIT TM3 = (SIT TBM3) + (SBT TM3) = Rp 29.499.151 + Rp 5.626.929 = Rp 35.126.080
g. dan seterusnya
(8) SIT per m2 sebagai dasar ketetapan nilai tanaman.
LAMPIRAN XII
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Nomor : SE- 42 /PJ/2014
Tanggal : 24 November 2014

PROSEDUR PENERBITAN KEPUTUSAN KEPALA KANTOR WILAYAH


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK MENGENAI STANDAR INVESTASI
TANAMAN DAN PERUBAHAN KEPUTUSAN KEPALA KANTOR WILAYAH
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK MENGENAI STANDAR INVESTASI
TANAMAN SEKTOR PERKEBUNAN

A. Deskripsi
Prosedur operasi ini menguraikan tata cara penyusunan Keputusan Kepala Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak mengenai Standar Investasi Tanaman (SIT) Sektor
Perkebunan dan perubahan Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Pajak mengenai Standar Investasi Tanaman (SIT) Sektor Perkebunan.

Keputusan Kepala Kantor Wilayah DJP mengenai SIT disusun berdasarkan atas Surat
Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian mengenai Satuan Biaya Pembangunan Kebun
(SBPK); dan/atau pemberitahuan penggunaan Satuan Biaya Tanaman (SBT) tahun
pajak sebelumnya dengan penyesuaian tertentu.

Perubahan Keputusan Kepala Kantor Wilayah DJP mengenai SIT disusun dalam hal
terdapat data baru atau kekeliruan dalam penetapan SIT.

B. Prosedur Kerja :
1. Berdasarkan Surat Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian mengenai SBPK dan/atau
pemberitahuan penggunaan SBT tahun pajak sebelumnya dengan penyesuaian
tertentu, Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak menugaskan Kepala
Bidang Kerjasama Ekstensifikasi dan Penilaian untuk menyiapkan bahan
penyusunan konsep Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
mengenai Standar Investasi Tanaman (SIT) Sektor Perkebunan.
Dalam hal terdapat data baru atau kekeliruan dalam penetapan SIT, Kepala Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak menugaskan Kepala Bidang Kerjasama
Ekstensifikasi dan Penilaian untuk menyiapkan konsep perubahan Keputusan
Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak mengenai Standar Investasi
Tanaman (SIT) Sektor Perkebunan, yang selanjutnya disebut Perubahan Keputusan
Kepala Kantor Wilayah DJP.
-2-

2. Kepala Bidang Kerjasama Ekstensifikasi dan Penilaian meneruskan perintah kepada


Kepala Seksi Bimbingan Pendataan dan Penilaian dan memberikan arahan yang
diperlukan.
3. Kepala Seksi Bimbingan Pendataan dan Penilaian berkoordinasi dengan Fungsional
Penilai /Petugas Penilai, kemudian meneliti tanaman perkebunan yang ada di
wilayah kerja. Dalam hal seluruh tanaman telah diatur dalam SBPK, selanjutnya
mengikuti prosedur kerja nomor 10.
Dalam hal terdapat tanaman yang belum diatur dalam SBPK Direktorat Jenderal
Perkebunan mengikuti prosedur kerja nomor 4.
4. Kepala Seksi Bimbingan Pendataan dan Penilaian menugaskan Pelaksana Seksi
Bimbingan Pendataan dan Penilaian untuk membuat konsep Surat Tugas
pengumpulan data SBPK ke Instansi, Lembaga, Asosiasi, dan/atau Pihak lain (ILAP).
5. Pelaksana Seksi Bimbingan Pendataan dan Penilaian membuat konsep Surat Tugas
pengumpulan data dan menyerahkan kepada Kepala Seksi Bimbingan Pendataan
dan Penilaian.
6. Kepala Seksi Bimbingan Pendataan dan Penilaian meneliti, menyetujui dan memaraf
konsep Surat Tugas pengumpulan data dan menyerahkan kepada Kepala Bidang
Kerjasama Ekstensifikasi dan Penilaian.
7. Kepala Bidang Kerjasama Ekstensifikasi dan Penilaian meneliti, menyetujui, dan
menandatangani konsep Surat Tugas pengumpulan data dan menyampaikan
kepada Kepala Kantor Wilayah.
8. Kepala Kantor Wilayah menyetujui dan menandatangani Surat Tugas pengumpulan
data.
9. Berdasarkan Surat Tugas pengumpulan data, Fungsional Penilai/Petugas Penilai
dan/atau Pelaksana Seksi Bimbingan Pendataan dan Penilaian melaksanakan
kunjungan ke ILAP untuk mengumpulkan data SBPK.
10. Fungsional Penilai/Petugas Penilai meneliti data SBPK, kemudian menghitung SIT.
Dalam hal terbit Surat Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian tentang SBPK,
penyusunan SIT dilakukan berdasarkan SBPK yang diterbitkan oleh Direktorat
Jenderal Perkebunan, sedangkan dalam hal terbit Surat Direktur Ekstensifikasi dan
Penilaian mengenai pemberitahuan penggunaan SBT tahun pajak sebelumnya
dengan penyesuaian tertentu, penyusunan SIT dilakukan menggunakan SBT tahun
pajak sebelumnya dengan penyesuaian tertentu.
11. Kepala Seksi Bimbingan Pendataan dan Penilaian menugaskan Pelaksana Seksi
Bimbingan Pendataan dan Penilaian untuk merekam SIT ke dalam basis data.
12. Pelaksana Seksi Bimbingan Pendataan dan Penilaian merekam SIT ke dalam basis
data.
-3-

13. Kepala Seksi Bimbingan Pendataan dan Penilaian melakukan persetujuan (approval)
perekaman SIT pada basis data, serta menugaskan Pelaksana Seksi Bimbingan
Pendataan dan Penilaian membuat konsep Keputusan Kepala Kantor Wilayah DJP
mengenai SIT Sektor Perkebunan atau konsep perubahan Keputusan Kepala Kantor
Wilayah DJP.
14. Pelaksana Seksi Bimbingan Pendataan dan Penilaian membuat konsep Keputusan
Kepala Kantor Wilayah DJP mengenai SIT sektor perkebunan atau konsep
Perubahan Keputusan Kepala Kantor Wilayah DJP, dan menyerahkannya kepada
Kepala Seksi Bimbingan Pendataan dan Penilaian.
15. Kepala Seksi Bimbingan Pendataan dan Penilaian meneliti, menyetujui, dan
memaraf konsep Keputusan Kepala Kantor Wilayah DJP mengenai SIT sektor
perkebunan atau konsep Perubahan Keputusan Kepala Kantor Wilayah DJP, serta
menyerahkannya kepada Kepala Bidang Kerjasama Ekstensifikasi dan Penilaian.
16. Kepala Bidang Kerjasama Ekstensifikasi dan Penilaian menelaah, menyetujui, dan
memaraf konsep Keputusan Kepala Kantor Wilayah DJP mengenai SIT Sektor
Perkebunan atau konsep perubahan Keputusan Kepala Kantor Wilayah DJP,
kemudian diserahkan kepada Kepala Kantor Wilayah.
17. Kepala Kantor Wilayah menyetujui dan menandatangani Keputusan Kepala Kantor
Wilayah DJP mengenai SIT Sektor Perkebunan atau perubahan Keputusan Kepala
Kantor Wilayah DJP, kemudian diserahkan kepada Kepala Bidang Kerjasama
Ekstensifikasi dan Penilaian untuk ditindaklanjuti.
18. Kepala Bidang Kerjasama Ekstensifikasi dan Penilaian menugaskan Kepala Seksi
Bimbingan Pendataan dan Penilaian untuk menatausahakan serta merekam nomor
dan tanggal Keputusan Kepala Kantor Wilayah DJP mengenai SIT Sektor
Perkebunan atau perubahan Keputusan Kepala Kantor Wilayah DJP ke dalam basis
data.
19. Kepala Seksi Bimbingan Pendataan dan Penilaian meneruskan perintah kepada
Pelaksana Seksi Bimbingan Pendataan dan Penilaian dan memberikan arahan yang
diperlukan.
20. Pelaksana Seksi Bimbingan Pendataan dan Penilaian merekam nomor dan tanggal
Keputusan Kepala Kantor Wilayah DJP mengenai SIT Sektor Perkebunan atau
perubahan Keputusan Kepala Kantor Wilayah DJP ke dalam basis data, serta
menatausahakan salinannya sebagai arsip. Keputusan Kepala Kantor Wilayah DJP
mengenai SIT Sektor Perkebunan atau perubahan Keputusan Kepala Kantor
4

Wilayah DJP disampaikan ke KPP Pratama dengan SOP Tata Cara Penyampaian
Dokumen di Kanwil.
21. Proses Selesai.

Jangka Waktu Penyelesaian:


Penerbitan Keputusan Kepala Kantor Wilayah DJP mengenai Standar Investasi Tanaman
(SIT) paling lambat akhir bulan Januari Tahun Pajak.
Penerbitan Perubahan Keputusan Kepala Kantor Wilayah DJP mengenai SIT sektor
perkebunan paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak ada data baru atau ditemukan
kekeliruan dalam penetapan SIT.
-5-

C. Bagan Arus (Flowchart):


PROSEDUR PENERBITAN KEPUTUSAN KEPALA KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK MENGENAI
STANDAR INVESTASI TANAMAN (SIT) SEKTOR PERKEBUNAN DAN PERUBAHANNYA
Kepala Bidang
Pelaksana Seksi Kepala Seksi Bimbingan
Fungsional Penilai/ Kerjasama 1
KPP Pratama Bimbingan Pendataan Pendataan Kepala Kantor Wilayah DJP
Petugas Penilai Ekstensifikasi dan
dan Penilaian dan Penilaian
Penilaian

Mulai
,

Prosedur -
Penerbitan Surat
Direktur
Ekstensifikasi dan''
Penilaian Mengenai
Satuan Biaya
Pembangunary
Kebun
Berkoordinasi dengan
Fungsional Penile
,
Petugas Penilai, serta • -
Surat Direktur Data baru atau ada
meneliti tanaman di
Ekstensifikasi dan ' I kekeliruan dalam
Konsep SIT wilayah setempat
Penilaian mengenai ' I penetapan SIT
--____4-------- I SBPK dan/atau I
pemberitahuan I ___--(--------1
penggunaan SBT tahun I \
anama Meneruskan pajak sebelumnya '
Menelit SBPK,
perintah untuk
dan menghitung Hya diatur dalam
ST SBPK? penyusunan
Keputusan
---- r --- /----

'A — Kakanwil tentang I *


SIT atau ' • _ Menugaskan
tidak
perubahannya Menugaskan menyiapkan menyiapkan konsep
• bahan penyusunan
I Perubahan Keputusan
Menugaskan konsep Keputusan Kakanwil DJP
Membuat konsep mencari SBPK ke Kakanwil DJP mengenai mengenai SIT
swat tugas ILAP '1 SIT, menggunakan SBT
tahun pajak sebelumnya
• dengan penyesuaian
tertentu
Konsep surat Meneliti, menyetujui
tugas dan memaraf
,._ -/-----"

SBPK dad ILAP Menelaah, Menyetujui


enyetujui dan
menyetujui dan
menandatangani
■___--(' ''' memaraf i

_•

Maned data Mencari data .., Surat Tugas


SBPK ke ILAP SBPK ke ILAP
n
, 1
i„,_ _,„-----------,

Menugaskan
perekaman SIT ke
dalam basis data

Merekam SIT Melakukan persetujuan


_, (approval) perekaman
SIT, serta menugaskan
membuat konsep Swat
Keputusan Kakanwil
tentang SIT atau
membuat konsep perubahannya
Surat Keputusan
Kakanwil tentang •--

SIT atau /
perubahannya I SIT (
\,

Konsep
Surat Keputusan
Menelaah , Menyetujui dan
Kakanwil Meneliti, menyetujui
menyetujui dan menandatangani
mengenai SIT atau dan memaraf
memaraf
perubahannya

Menugaskan
Merekam nomor dan merekam nomor Keputusan Kakanwil
tanggal Keputusan Meneruskan perintah dan tanggal mengenai SIT atau
Kakanwil mengenai dan memberikan Keputusan Kakanwil .1— I perubahannya
SIT dan arahan mengenai SIT atau ____
I menatausahakan perubahannya dan ,---- -`
I menatausahakan

Keputusan
Kakanwil SOP
Tata Cara
mengenai SIT a__ Penyampaian
atau Dokumen di
perubahannya Karnvil

,--__/-----'

r -----.
Selesai ')
LAMPIRAN XIII
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Nomor : SE- 42 /PJ/2014
Tanggal: 2 4 November 2014

Contoh Format Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak tentang
Standar Investasi Tanaman Sektor Perkebunan.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
(1)
KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEPUTUSAN KEPALA KANTOR WILAYAH


(1)
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
(2)
NOMOR

TENTANG

STANDAR INVESTASI TANAMAN SEKTOR PERKEBUNAN


UNTUK WILAYAH KERJA KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL
(1)
PAJAK
(3)
TAHUN
(1 )
KEPALA KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

Menimbang bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 9 ayat 4 Peraturan


Direktur Jenderal PajakNomor PER- 31/PJ/2014 tentang Tata Cara
Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan perlu
menetapkan Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Pajak (1) tentang Standar Investasi Tanaman Sektor
Perkebunan untuk Wilayah Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
(3);
Pajak (1) Tahun

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan


Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3312) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
12 Tahun 1994 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994
Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3569);
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 139/PMK.03/2014 tentang
Klasifikasi dan Penetapan Nilai Jual Objek Pajak Sebagai Dasar
Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan;
3. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 31/PJ/2014 tentang
Tata Cara Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor
Perkebunan;
2

MEMUTUSKAN:

Menetapkan KEPUTUSAN KEPALA KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL


PAJAK (1) TENTANG STANDAR I NVESTASI
TANAMAN SEKTOR PERKEBUNAN UNTUK WILAYAH KERJA
(1)
KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
TAHUN (3)

KESATU Standar Investasi Tanaman Sektor Perkebunan untuk wilayah kerja


Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (1) adalah
sebagaimana ditetapkan pada Lampiran Keputusan Kepala Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak ini yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak ini.

KEDUA Standar Investasi Tanaman Sektor Perkebunan sebagaimana dimaksud


Diktum Pertama ditetapkan sesuai dengan keadaan per tanggal
(3)
1 Januari tahun

KETIGA Apabila di kemudian hari ternyata diketahui terdapat kekeliruan dalam


Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak ini,
kekeliruan tersebut akan dibetulkan sebagaimana mestinya.

KEEMPAT Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak ini berlaku
(3)
untuk Tahun Pajak
Salinan Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak ini
disampaikan kepada:
1. Direktur Jenderal Pajak;
2. Para Kepala KPP Pratama di lingkungan Kanwil
(1)
DJP

(4)
Ditetapkan di
(5 )
pada tanggal

Kepala Kantor,

(6)

(7)
NIP
-3

PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR


STANDAR INVESTASI TANAMAN SEKTOR PERKEBUNAN

Angka (1) : Diisi dengan nama Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak bersangkutan.
Angka (2) : Diisi dengan nomor Keputusan Kepala Kantor Wilayah yang diterbitkan.
Angka (3) : Diisi dengan Tahun Pajak.
Angka (4) : Diisi dengan kota tempat Keputusan Kepala Kantor Wilayah diterbitkan.
Angka (5) : Diisi dengan tanggal Keputusan Kepala Kantor Wilayah diterbitkan.
Angka (6) : Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Keputusan
Kepala Kantor Wilayah.
Angka (7) : Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Keputusan
Kepala Kantor Wilayah.
-4

LAMPIRAN
Keputusan Kepala Kantor Wilayah
(1)
Direktorat Jenderal Pajak
Nomor
Tanggal

STANDAR INVESTASI TANAMAN SEKTOR PERKEBUNAN UNTUK WILAYAH KERJA


(1)
KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
(2)
TAHUN

A. Tanaman Berumur Panjang

NO. JENIS TANAMAN STANDAR INVESTASI TANAMAN PER m 2 (Rp)


FASE UMUR
(TAHUN)
1 2 3 4
I KelapaSawit
1 TBM1 1
2 TBM2 2
3 TBM3 3
4 TM1 4
5 TM2 5
6 TM3 6
7 TM4 7
8 TM5 8
9 TM6 9
10 TM7 10
11 TM8 11
12 TM9 12
13 TM10 13
14 TM11 14
15 TM12 15
16 TM13 16
17 TM14 17
18 TM15 18
19 TM16 19
20 TM17 20
21 TM18 21
22 TM19 22
23 TM20 23
24 TM21 24
25 TM22 25

II Karet
1 TBM I 1
2 TBM2 2
3 TBM I 3
4 TBM3 4
5

5 TBM I 5
6 TM1 6
7 TM2 7
8 TM3 8
9 TM4 9
10 TM5 10
11 TM6 11
12 TM7 12
13 TM8 13
14 TM9 14
15 TM10 15
16 TM11 16
17 TM12 17
18 TM13 18
19 TM14 19
20 TM15 20
21 TM16 21
22 TM17 22
23 TM18 23
24 TM19 24
25 TM20 25
26 TM21 26
27 TM22 27
28 TM23 28
29 TM24 29
30 TM25 30

III Teh

I
IV Cengkeh

dst. dst.
6

B. Tanaman Berumur Pendek

NO. JENIS TANAMAN STANDAR I NVESTASI TANAMAN PER m 2(Rp)


1 2 3
1 Tembakau
2 Tebu
dst. dst.

Kepala Kantor Wilayah


(1)
Direktorat Jenderal Pajak

( 3)

(4)
NIP
7

PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR


LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
TENTANG STANDAR INVESTASI TANAMAN SEKTOR PERKEBUNAN

Angka (1) : Diisi dengan nama Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak bersangkutan.
Angka (2) : Diisi dengan Tahun Pajak.
Angka (3) : Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Keputusan
Kepala Kantor Wilayah.
Angka (4) : Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Keputusan
Kepala Kantor Wilayah.
LAMPIRAN XIV
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Nomor : SE- 42 /PJ/2014
Tanggal: 24 November 2014

Contoh Format Perubahan Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
tentang Standar Investasi Tanaman Sektor Perkebunan.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
(1)
KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERALPAJAK

KEPUTUSAN KEPALA KANTOR WILAYAH


(1)
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
(2)
NOMOR

TENTANG

STANDAR INVESTASI TANAMAN SEKTOR PERKEBUNAN


UNTUK WILAYAH KERJA KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL
(1)
PAJAK
(3)
TAHUN

KEPALA KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

Menimbang a. Bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 9 ayat 4


Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 31/PJ/2014 tentang
Tata Cara Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perkebunan
perlu menetapkan kembali Keputusan Kepala Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak (1) tentang Standar Investasi
Tanaman Sektor Perkebunan untuk Wilayah Kerja Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak (1) Tahun (3) ;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf
a, perlu menetapkan Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat
(3)
Jenderal Pajak (1) Tahun Pajak
Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor
68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3312)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1994 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 62,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3569);
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 139/PMK.03/2014 tentang
Klasifikasi dan Penetapan Nilai Jual Objek Pajak Sebagai Dasar
Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan;
3. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 31/PJ/2014 tentang
Tata Cara Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan;
2

MEMUTUSKAN:

Menetapkan KEPUTUSAN KEPALA KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL


PAJAK (1) TENTANG STANDAR I NVESTASI
TANAMAN SEKTOR PERKEBUNAN UNTUK WILAYAH KERJA
(1)
KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
TAHUN (3)

KESATU Standar Investasi Tanaman Sektor Perkebunan untuk wilayah kerja


Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (1) adalah
sebagaimana ditetapkan pada Lampiran Keputusan Kepala Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak ini yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Pajak ini.

KEDUA Standar Investasi Tanaman Sektor Perkebunan sebagaimana dimaksud


Diktum Pertama ditetapkan sesuai dengan keadaan per tanggal 1 Januari
(3)
tahun

KETIGA Apabila di kemudian hari ternyata diketahui terdapat kekeliruan dalam


Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak ini,
kekeliruan tersebut akan dibetulkan sebagaimana mestinya.

KEEMPAT Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak ini berlaku
untuk Tahun Pajak (3)

KELIMA Pada saat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak ini
berlaku, maka Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Pajak Nomor tanggal tentang
yang terkait dengan Sektor Perkebunan dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.

Salinan Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak ini


disampaikan kepada:
1. Direktur Jenderal Pajak;
(1)
2. Para Kepala KPP Pratama di lingkungan Kanwil DJP

(4)
Ditetapkan di
(5)
Pada tanggal

Kepala Kantor,

(6)
(7)
NIP

4
3

PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR


STANDAR INVESTASI TANAMAN SEKTOR PERKEBUNAN

Angka (1) : Diisi dengan nama Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak bersangkutan.
Angka (2) : Diisi dengan nomor Keputusan Kepala Kantor Wilayah yang diterbitkan.
Angka (3) : Diisi dengan Tahun Pajak.
Angka (4) : Diisi dengan kota tempat Keputusan Kepala Kantor Wilayah diterbitkan.
Angka (5) : Diisi dengan tanggal Keputusan Kepala Kantor Wilayah diterbitkan.
Angka (6) : Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Keputusan
Kepala Kantor Wilayah.
Angka (7) : Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Keputusan Kepala
Kantor Wilayah.

A
4

LAMPIRAN
Keputusan Kepala Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak (1)
Nomr
Tanggal

STANDAR INVESTASI TANAMAN SEKTOR PERKEBUNAN UNTUK WILAYAH KERJA


(1)
KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
,2)
TAHUN

A. Tanaman Berumur Panjang

NO. JENIS TANAMAN STANDAR INVESTASI TANAMAN PER m 2 (Rp)


FASE UMUR (TAHUN)
1 2 3 4
I KelapaSawit
1 TBM1 1
2 TBM2 2
3 TBM3 3
4 TM1 4
5 TM2 5
6 TM3 6
7 TM4 7
8 TM5 8
9 TM6 9
10 TM7 10
11 TM8 11
12 TM9 12
13 TM10 13
14 TM11 14
15 TM12 15
16 TM13 16
17 TM14 17
18 TM15 18
19 TM16 19
20 TM17 20
21 TM18 21
22 TM19 22
23 TM20 23
24 TM21 24
25 TM22 25

II Karet
1 TBM I 1
2 TBM2 2
3 TBM I 3
4 TBM3 4
-5

5 TBM I 5
6 TM1 6
7 TM2 7
8 TM3 8
9 TM4 9
10 TM5 10
11 TM6 11
12 TM7 12
13 TM8 13
14 TM9 14
15 TM10 15
16 TM11 16
17 TM12 17
18 TM13 18
19 TM14 19
20 TM15 20
21 TM16 21
22 TM17 22
23 TM18 23
24 TM19 24
25 TM20 25
26 TM21 26
27 TM22 27
28 TM23 28
29 TM24 29
30 TM25 30

III Teh

IV Cengkeh

dst. dst.
6

B. Tanaman Berumur Pendek

NO. JENIS TANAMAN STANDAR INVESTASI TANAMAN PER m 2) (Rp)


1 2 3
1 Tembakau
2 Tebu
dst. dst.

Kepala Kantor Wilayah


(1)
Direktorat Jenderal Pajak

(3)

(4)
NIP
-7

PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR


LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
TENTANG STANDAR INVESTASI TANAMAN SEKTOR PERKEBUNAN

Angka (1) : Diisi dengan nama Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak bersangkutan.
Angka (2) : Diisi dengan Tahun Pajak.
Angka (3) : Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Keputusan
Kepala Kantor Wilayah.
Angka (4) : Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Keputusan Kepala
Kantor Wilayah.
LAMPIRAN XV
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Nomor : SE- 42 /PJ/2014
Tanggal : 24 November 2014

FORMULIR DATA MASUKAN


SEKTOR PERKEBUNAN
No Formulir I II
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA

❑ a. Pendaftaran ❑ d. Penerbitan SKP NOP


JENIS TRANSAKSI I ITECTICIE1=1.0
❑ b. Pemutakhiran
❑ c. Penghapusan Tahun Pajak : 111
A. DATA BUMI

NO JENIS AREAL LUAS (m 2 ) NILAI BUMI PER m 2 (Rp)

1 AREAL PRODUKTIF
2 AREAL BELUM PRODUKTIF
a. Areal belum diolah
b. Areal sudah diolah tetapi belum ditanami
c. Areal pembibitan
3 AREAL TIDAK PRODUKTIF
4 AREAL PENGAMAN
5 AREAL EMPLASEMEN
JUMLAH

B. DATA BANGUNAN

NILAI BANGUNAN PER


NO JENIS BANGUNAN SATUAN (m 3/m 2/ (m 3/m 2/m)
(Rp)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
dst.

C. PETUGAS & PEJABAT YANG BERWENANG

PETUGAS MENGETAHUI KEPALA SEKSI

TGUBLN/THN TGL/BLN/THN

TANDA TANGAN TANDA TANGAN

NAMA LENGKAP
NAMA LENGKAP
NIP
NIP
FORMULIR DATA MASUKAN
SEKTOR PERKEBUNAN
No Formuhr rriT 11 I I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA

JENIS TRANSAKSI [11 a. Pendaftaran


❑ b. Pemutakhiran
d. Penerbitan SKP NOP 1.1 H 1.1 I 1.1 1.11
❑ C. Penghapusan Tahun Pajak : I

D. RINCIAN LUAS DAN NILAI BUMI AREAL PRODUKTIF

Kode Jenis tanaman Kode Jenistanaman

■ 2
1
MUR TANAMAN
(TAHUN)
NO

1
2
UMUR TANAMAN
(TAHUN)
LUAS (m2)

3 3
4 1111•111MIN 4
5 111•1111111111•111111111E 5
6 111111•1111111 ■11111M 6
7 111111011=1•1111111111M 7
8 111■111111111111111 8
9 111111■1111111111111•1111111 9
10 111111111111•1111■1111111E 10
11 11111111Milli11111111111t 11
12 , I1M11•1111M1111 ■E 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 =MEN= 20
21 21
22 MIIMME 22
23 11111■ 1=a1111111=1 23
24 11•11=1110 =MEM 24
25 i1111111■11111=== 25
26 MINIM 26
27 1•11=11M111■11111I 27
28 28
29 29
30 30
JUMLAH LUAS (nr) JUMLAH LUAS (m 2)

NILAI INDIKASI RATA-RATA NILAI INDIKASI RATA-RATA


BUMI PER m 2 (Rp) BUMI PER m 2 (Rp)
-3

PETUNJUK PENGISIAN
SURAT FORMULIR DATA MASUKAN (FDM)
(UNTUK PETUGAS)
PERHATIAN:
1. Formulir ini harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap.
2. Pengisian turuf dimulai dari kotak awal dengan huruf balok.
3. Pengisian `angka' dimulai dari kiri ke kanan dengan ketentuan angka terakhir pada kotak
paling kanan.

1. No. Formulir empat digit pertama diisi dengan tahun pajak, empat digit kedua diisi
dengan nomor bundle dan tiga digit terakhir diisi dengan nomor urut.
2. KPP Pratama : Cukup jelas.
3. Jenis Transaksi : beri tanda (x) pada kotak yang sesuai dengan jenis transaksi yang
dilakukan.
4. NOP diisi sesuai NOP yang ada di SPOP.
5. Tahun Pajak : diisi sesuai Tahun Pajak berjalan.

A. DATA BUMI

1. Kolom LUAS (m 2 ) : diisi dengan jumlah luas tanah masing-masing jenis


areal perkebunan dalam satuan meter persegi.

2. Kolom NILAI BUMI PER m 2 : diisi dengan nilai bumi per meter persegi masing-
(Rp) masing jenis areal perkebunan dalam satuan
rupiah.

B. DATA BANGUNAN

1. Kolom LUAS (m 2 ) : diisi dengan jumlah luas bangunan masing-masing


jenis bangunan dalam satuan meter persegi.

2. Kolom NILAI BANGUNAN (Rp) : diisi dengan nilai bangunan masing-masing jenis
bangunan dalam satuan rupiah.

C. IDENTITAS PENILAI & PEJABAT YANG BERWENANG


Cukup jelas.
D. RINCIAN LUAS DAN NILAI BUMI AREAL PRODUKTIF
Satu formulir ini dapat digunakan untuk 2 (dua) jenis tanaman.

1. Kode diisi sesuai dengan kode jenis tanaman, dengan ketentuan sebagai berikut:
01 = Kelapa Sawit 44 = Jahe
02 = Kelapa Dalam 45 = Temu kunci
03 = Kelapa Hibryda 46 = Bangle
04 = Karet 47 = Kunyit
05 = Kopi 48 = Temulawak
06 = Teh 49 = Lempuyang
07 = Kakao 50 = Lengkuas
08 = Pala 51 = Temu item
09 = Lada 52 = Singkong
10= Panili 53 = Ubi Kayu
11 = Jambu Mete 54 = Kedelai
12 = Kemiri 55 = Jagung
-4

13 = Melinjo 56 = Murbai
14 = Jeruk 57 = Jamur
15 = Mangga 58 = Bawang Merah
16 = Durian 59 = Bawang Putih
17 = Salak 60 = Strawberry
18 = Jambu Biji 61 = Apel
19 = Manggis 62 = Roselia
20 = Belimbing 63 = Cabe
21 = Pinang 64 = Kelengkeng
22 = Pepaya 65 = Sagu
23 = Nanas 66 = Duku
24 = Melon 67 = Aren
25 = Semangka 68 = Nangka
26 = Markisa 69 = Sawo
27 = Pinang 70 = Kentang
28 = Kapulaga 71 = Tomat
29 = Cassiavera (kayumanis) 72 = Wortel
30 = Cengkeh 73 = Terong
31 = Sereh wangi 74 = Labu Siam
32 = Rambutan 75 = Paprika
33 = Asparagus 76 = Alpukat
34 = Petai 77 = Sirsak
35 = Kina 78 = Srikaya
36 = Kapas 79 = Buah Naga
37 = Tebu 80 = Mentimun
38 = Tembakau 81 = Anggur
39 = Jarak 82 = Jambu Air
40 = Padi gogo 83 = Nilam
41 = Sorgum manis 84 = Kacang Tanah
42 = Rami 85 = Selada
43 = Kencur

2. Kolom UMUR TANAMAN (TAHUN) : diisi dengan umur tanaman masing-masing


jenis tanaman dalam satuan tahun.
3. Kolom LUAS (m 2 ) : diisi dengan luas areal tanaman sesuai
umur tanaman masing-masing jenis
tanaman dalam satuan meter persegi.
4. JUMLAH LUAS (m 2 ) : cukup jelas.
5. NILAI BUMI PER m 2 (Rp) : diisi sesuai dengan nilai bumi per meter
persegi areal produktif masing-masing jenis
tanaman dalam satuan rupiah.
LAMPIRAN XVI
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Nomor : SE- 92 /PJ/2014
Tanggal : 2 4 November 2019

_
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
4 - ,
i
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
I KANTOR WILAYAH DJP
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA

RINCIAN PERHITUNGAN NILAI


PBB PERKEBUNAN

NOP Nama Wajib Pajak


Alamat Objek Pajak NPWP
Desa/Kel Tahun Pajak
Kecamatan Nilai Bumi Per m 2
Kab./Kota Nilai Banaunan Per m 2
Provinsi PBTerutang

A. PERHITUNGAN NILAI BUMI


LUAS NILAI BUMI PER m 2 NILAI BUMI
NO. JENIS PERUNTUKAN AREAL
(m 2 ) (Rp) (Rp)
(3) (4) (5) 3) r (4,
(1) (2)

AREAL PRODUKTIF
AREAL BELUM PRODUKTIF
a. Areal Belum diolah
b. Areal Sudah diolah tetapi belum ditanami
c. Areal Pembibitan
C") C LO

AREAL TIDAK PRODUKTIF


AREAL PENGAMAN
AREAL EMPLASEMAN
JUMLAH

B. PERHITUNGAN NILAI BANGUNAN


NILAI BANGUNAN NILAI BANGUNAN
SATURN
PER (m'im'im)
NO. JENIS BANGUNAN
(m 3/m 2/m) (Rp) (Rp)
(4) (5) = (3) x (4)
(1) (2) (3)

i
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
JUMLAH

C. PERHITUNGAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK (NJOP)

I. NJOP BUMI
NJOP PER m2 LUAS NJOP
OBJEK PAJAK KLAS NJOP (m 2 1 (Rp)
(Rp/m21
(2) (4) (5) = (3) X (4)
(1) (3)

BUMI

II. NJOP BANGUNAN


NJOP PER m2 LUAS NJOP
OBJEK PAJAK KLAS NJOP (Rp)
(Ro/m 2 ) (m2)
(2) (4) (5) = (3) X (4)
(1) (3)

BANGUNAN

III.TOTAL NJOP = NJOP BUMI + NJOP BANGUNAN


+

Kepala Kantor

Nama
NIP

Coret yang tidak sesuai


LAM PI RAN XVI I
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Nomor : SE- 42 /PJ/2014
Tanggal : 24 November 2014

PROSEDUR PENYELESAIAN PERMOHONAN PENCETAKAN


RINCIAN PERHITUNGAN NILAI PBB PERKEBUNAN

A. Deskripsi :
Prosedur operasi ini menguraikan tata cara penyelesaian permohonan pencetakan
Rincian Perhitungan Nilai (RPN) PBB Perkebunan dari Wajib Pajak. RPN merupakan
hasil keluaran dari aplikasi PBB Perkebunan yang berisi informasi rinci perhitungan nilai
bumi dan nilai bangunan PBB Perkebunan.

B. Prosedur Kerja :
1. Petugas TPT menerima permohonan pencetakan RPN dari Wajib Pajak
menggunakan SOP Tata Cara Penatausahaan Surat, Dokumen, dan Laporan Wajib
Pajak di TPT, mencetak BPS untuk Wajib Pajak, dan meneruskannya kepada Kepala
Seksi Pelayanan.
2. Berdasarkan Surat Permohonan Pencetakan RPN dari Wajib Pajak, Kepala Seksi
Pelayanan memerintahkan Pelaksana Seksi Pelayanan untuk mencetak RPN.
3. Pelaksana Seksi Pelayanan mencetak konsep RPN dan menyampaikan kepada
Kepala Seksi Pelayanan.
4. Kepala Seksi Pelayanan meneliti, menyetujui, dan memaraf konsep RPN dan
menyampaikannya kepada Kepala Kantor.
5. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti, menyetujui, dan menandatangani konsep
RPN, dan memerintahkan Kepala Seksi Pelayanan untuk menindaklanjuti RPN .
6. Kepala Seksi Pelayanan memerintahkan Pelaksana Seksi Pelayanan untuk
menatausahakan dan menyampaikan RPN.
7. Pelaksana Seksi Pelayanan menatausahakan dan menyampaikan RPN (SOP
Pemrosesan dan Penatausahaan Dokumen). RPN disampaikan kepada Wajib Pajak
(SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP) dan salinan RPN diarsipkan.
8. Proses Selesai.

Jangka Waktu Penyelesaian :


Paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak Permohonan Pencetakan RPN dari Wajib Pajak
diterima oleh KPP.
2

C. Bagan Arus (Flowchart):

PROSEDUR PENYELESAIAN PERMOHONAN PENCETAKAN RINCIAN


PERHITUNGAN NILAI PBB PERKEBUNAN

Pelaksana Seksi Kepala Seksi


Wajib Pajak Petugas TPT Kepala Kantor
Pelayanan Pelayanan

Mulai

SOP TC \\
Permohonan lo(Penatausahaan Memerintahkan
Pencetakan RPN Surat, Dokumen, pencetakan RPN
an Laporan Waji b
Pajak di TPT
\

BPS Mencetak konsep


RPN

Meneliti, Meneliti,
Konsep RPN
► Menyetujui, dan ► menyetujui, dan
memaraf menandatangani

-------.\,

SOP \ memerintahkan

c
Pemrosesan dan
Penatausahaan
\ Dokumen
\
/
penatausahaan
dan penyampaian
dokumen
• RPN

SOP Tata Cara


RPN
Penyampaian
Dokumen

Selesai
LAMPIRAN XVIII
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Nomor : SE- 42 /PJ/2014
Tanggal: 24 November 2014

PROSEDUR PENERBITAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERUTANG


(SPPT) PBB PERKEBUNAN

A. Deskripsi :
Prosedur ini menjelaskan prosedur penerbitan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang PBB
Perkebunan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama.

B. Prosedur Kerja :
1. Berdasarkan SOP Tata Cara Penerimaan Dokumen Masuk di KPP, Kepala Kantor
menerima dan meneliti Keputusan Menteri Keuangan dan Perubahan Keputusan
Menteri Keuangan mengenai Penetapan Nilai Jual Objek Pajak sebagai Dasar
Pengenaan PBB (KMK NJOP) yang diterbitkan oleh Kanwil DJP. Selanjutnya Kepala
Kantor memerintahkan Kepala Seksi Pelayanan untuk mencetak SPPT, dan Salinan
SPPT.
2. Kepala Seksi Pelayanan menugaskan dan memberikan arahan kepada Pelaksana
Seksi Pelayanan untuk mencetak SPPT dan Salinan SPPT.
3. Pelaksana Seksi Pelayanan mencetak SPPT dan Salinan SPPT, kemudian
menyerahkan kepada Kepala Seksi Pelayanan.
4. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memaraf SPPT dan Salinan SPPT kemudian
menyerahkan kepada Kepala Kantor.
5. Kepala Kantor meneliti dan menandatangani SPPT dan Salinan SPPT, kemudian
mengembalikan ke Seksi Pelayanan untuk ditindaklanjuti.
6. Kepala Seksi Pelayanan menugaskan Pelaksana seksi Pelayanan untuk
menindaklanjuti dan memberi arahan yang diperlukan.
7. Pelaksana Seksi Pelayanan:
a. menyampaikan asli SPPT kepada Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi;
b. mengarsipkan Salinan SPPT.
8. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi menugaskan Account Representative
untuk menyampaikan SPPT kepada Wajib Pajak.
9. Dalam hal SPPT disampaikan melalui surat, menggunakan SOP Tata Cara
Penyampaian Dokumen di KPP. Sedangkan dalam hal SPPT disampaikan secara
langsung mengikuti prosedur kerja nomor 10.
-2

10. Account Representative membuat konsep Surat Tugas penyampaian SPPT,


kemudian menyerahkan kepada Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi.
11. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti dan memaraf konsep Surat
Tugas penyampaian SPPT, kemudian menyerahkan kepada Kepala Kantor.
12. Kepala Kantor menyetujui dan menandatangani Surat Tugas penyampaian SPPT.
13. Berdasarkan Surat Tugas, Account Representative menyampaikan SPPT kepada
Wajib Pajak.
14. Proses Selesai.

Jangka Waktu Penyelesaian :


- SPPT diterbitkan paling lambat tanggal 31 Mei tahun pajak.
- SPPT disampaikan kepada Wajib Pajak paling lambat akhir minggu ke-2 bulan Juni
tahun pajak.
-3-

C. Bagan Arus (Flowchart):


PROSEDUR PENERBITAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERUTANG (SPPT) PBB PERKEBUNAN

Kepala Seksi Kantor Wilayah


Pelaksana Seksi Account Kepala Seksi
Wajib Pajak Pengawasan dan Kepala Kantor
Pelayanan Representative Pelayanan DJP
Konsultasi

Mulai /- -- ---,


KMK NJOP
Prosedur
i Penyusunan KMK ,
ddanPerubahan KMK ',
,

mengenai Penetapan

• tt- n
JOP sebagai Dasart
\ Pengenaan PB13/

Memerintahkan dan
Menugaskan untuk memberi arahan
Mencetak SPPT dan mencetak SPPT untuk mencetak
salinan SPPT dan Salinan SPPT SPPT dan Salinan
SPPT

Konsep SPPT dan I


Meneliti dan Menyetujui dan
Salinan SPPT
► memaraf, menandatangani

SPPT dan Salinan


SPPT

Memerintahkan:
1 penerusan SPPT
ke Kepala Seksi

Memerintahkan
Pengawasan dan Ir untuk
Konsultasi menindaklanjuti
2. pengarsipan
1.meneruskan SPPT salinan SPPT
ke Kepala Seksi
Pengawasan dan
Konsultasi
2. mengarsipan
salinan SPPT

• V

Salinan SPPT SPPT


rsip/ Memerintahkan
penyampaian SPPT
kepada Wajib Pajak

SOP Tata
Cara
tidak
Penyampaian
Dokumen

Membuat konsep
Surat Tugas

SPPT Konsep Surat
Tugas Meneliti, I Meneliti,
penyampaian ott menyetujui, dan menyetujui, dan
langsung SPPT memaraf menandatangani
L_

Surat Tugas
Menyampaikan penyampaian
SPPT kepada langsung SPPT
Wajib Pajak


Selesai
ttt tti

Anda mungkin juga menyukai