SURAT EDARAN
NOMOR SE- 42 /PJ/2014
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR PER- 31/PJ/2014 TENTANG TATA CARA PENGENAAN PAJAK BUMI DAN
BANGUNAN SEKTOR PERKEBUNAN
A. Umum
Sehubungan dengan telah diterbitkannya Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER- 31/PJ/2014 tentang Tata Cara Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor
Perkebunan, perlu disusun Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak sebagai petunjuk
pelaksanaan atas Peraturan Direktur Jenderal tersebut.
B. Maksud dan Tujuan
1. Maksud
Surat Edaran ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman pengenaan Pajak Bumi dan
Bangunan sektor perkebunan (PBB Perkebunan) yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan
Pajak Pratama, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, dan Kantor Pusat Direktorat
Jenderal Pajak.
2. Tujuan
Surat Edaran ini bertujuan untuk memberikan petunjuk pelaksanaan mengenai hal-hal
yang diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 31/PJ/2014 tentang
Tata Cara Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan, yang masih
bersifat umum dan memerlukan penegasan.
C. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Surat Edaran ini meliputi penegasan mengenai pengenaan PBB Perkebunan
terkait:
1. Pendaftaran atau Pemutakhiran Data;
2. Penilaian Objek Pajak;
3. Penetapan Pajak Bumi dan Bangunan; dan
4. Penetapan Standar Investasi Tanaman Sektor Perkebunan.
D. Dasar
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 31/PJ/2014 tentang Tata Cara Pengenaan
Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan.
E. Pengertian
Dalam Surat Edaran ini, yang dimaksud dengan:
1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang selanjutnya disebut KPP Pratama adalah Kantor
Pelayanan Pajak Pratama yang mengadministrasikan objek pajak PBB Perkebunan.
2. Kantor ...
-2-
2. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak yang selanjutnya disebut Kanwil DJP adalah
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak yang membawahkan KPP Pratama.
3. Formulir Data Masukan yang selanjutnya disingkat FDM adalah formulir yang digunakan
sebagai sarana perekaman data hasil penilaian ke dalam basis data PBB Perkebunan.
4. Rincian Perhitungan Nilai yang selanjutnya disingkat RPN adalah informasi rinci
perhitungan nilai bumi dan bangunan PBB Perkebunan.
5. Pendaftaran adalah kegiatan untuk memperoleh, mengumpulkan, melengkapi, dan
menatausahakan data objek pajak dan/atau subjek pajak yang belum terdapat dalam
administrasi perpajakan.
6. Pemutakhiran adalah kegiatan untuk memperoleh, mengumpulkan, melengkapi dan
menatausahakan data objek pajak dan/atau subjek pajak atau Wajib Pajak yang telah
terdaftar dalam administrasi perpajakan.
7. Satuan Biaya Pembangunan Kebun yang selanjutnya disingkat SBPK adalah satuan
biaya tahunan per kegiatan yang meliputi kegiatan pembukaan lahan dan penanaman
yang selanjutnya disebut P0, pemeliharaan tahun pertama yang selanjutnya disebut P1,
dan seterusnya sampai pemeliharaan tahun terakhir sebelum tanaman tersebut
menghasilkan (Pn) untuk setiap hektar perluasan kebun di suatu wilayah, yang
diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan.
F. Pengenaan PBB Perkebunan
1. Pendaftaran atau Pemutakhiran Data
a. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dan Lampiran Surat Pemberitahuan Objek
Pajak (LSPOP) merupakan sarana pelaporan yang digunakan oleh subjek pajak atau
Wajib Pajak untuk mendaftarkan atau memutakhirkan data objek pajak, dan subjek
pajak atau Wajib Pajak PBB Perkebunan.
b. KPP Pratama menyampaikan SPOP dan LSPOP kepada subjek pajak atau Wajib
Pajak secara langsung atau melalui jasa pengiriman.
c. SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada huruf b yang telah diisi dengan
jelas, benar, lengkap, dan ditandatangani, harus disampaikan ke KPP Pratama paling
lambat 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal diterimanya SPOP dan LSPOP oleh subjek
pajak atau Wajib Pajak.
d. KPP Pratama menerima dan meneliti atas pengisian dan kelengkapan SPOP dan
LSPOP.
2. Penilaian Objek Pajak
a. Penilaian Bumi dan Bangunan
1) Penentuan nilai bumi per meter persegi untuk Areal Produktif, areal yang belum
diolah pada Areal Belum Produktif, dan Areal Emplasemen dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
a) Melakukan pengumpulan data pembanding, yang diperoleh dari data
transaksi jual beli, penawaran, lelang, ganti rugi, atau informasi lainnya,
menggunakan Formulir Data Pembanding.
b) Melakukan analisis terhadap data pembanding sebagaimana dimaksud pada
huruf (a) untuk menentukan nilai bumi per meter persegi data pembanding,
dengan melakukan penyesuaian jenis data dan waktu, menggunakan
Formulir Analisis Penentuan Nilai Bumi Per Meter Persegi Data Pembanding.
c) Menentukan Nilai Indikasi Rata-Rata (NIR) bumi per meter persegi objek
yang dinilai dengan melakukan penyesuaian terhadap faktor lokasi, fisik, jenis
penggunaan tanah, dan keluasan, menggunakan Formulir Analisis
Penentuan Nilai Indikasi Rata-Rata Bumi Per Meter Persegi, dengan acuan
sebagai berikut:
(1) Terhadap faktor lokasi, fisik, dan jenis penggunaan tanah, diberikan
penyesuaian:
(a) positif (+), dalam hal kondisi masing-masing areal atas objek yang
dinilai lebih baik dibandingkan dengan kondisi data pembanding;
(b) negatif
Kp. : PJ.0241/PJ.0201
-3-
(b) negatif (-), dalam hal kondisi masing-masing areal atas objek yang
dinilai lebih jelek dibandingkan dengan kondisi data pembanding;
atau
(c) nol (0), dalam hal kondisi masing-masing areal atas objek yang
dinilai relatif sama dengan kondisi data pembanding.
(2) Terhadap faktor keluasan, diberikan penyesuaian:
(a) positif (+), dalam hal keluasan masing-masing areal atas objek yang
dinilai lebih kecil daripada keluasan data pembanding;
(b) negatif (-), dalam hal keluasan masing-masing areal atas objek yang
dinilai lebih besar daripada keluasan data pembanding; atau
(c) nol (0), dalam hal keluasan masing-masing areal atas objek yang
dinilai relatif sama dengan keluasan data pembanding.
2) Dalam hal metode perbandingan sebagaimana yang dimaksud pada angka 1)
tidak dapat dilakukan, penentuan nilai bumi per meter persegi Areal Produktif,
areal belum diolah pada Areal Belum Produktif, atau Areal Emplasemen
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Mengumpulkan data NIR bumi per meter persegi Areal Produktif, areal
belum diolah pada Areal Belum Produktif, atau Areal Emplasemen objek
pajak lain pada tahun pajak yang sama dengan menggunakan Formulir Data
Nilai Indikasi Rata-Rata Bumi Per Meter Persegi Objek Pembanding dan
Formulir Rekapitulasi Data Nilai Indikasi Rata-Rata Bumi Per Meter Persegi
Objek Pembanding;
b) Menentukan NIR bumi per meter persegi dengan melakukan penyesuaian
terhadap faktor kelas kesesuaian lahan, jenis tanah, kontur tanah,
aksesibilitas, pabrik pengolahan, dan faktor lainnya atas NIR sebagaimana
dimaksud pada huruf a) dengan menggunakan Formulir Analisis Nilai
Indikasi Rata-Rata Bumi Per Meter Persegi.
3) Nilai Indikasi Rata-Rata bumi per meter persegi untuk areal yang belum diolah
pada Areal Belum Produktif dan Areal Emplasemen merupakan nilai bumi per
meter persegi untuk areal yang belum diolah pada Areal Belum Produktif dan
Areal Emplasemen tersebut, sedangkan untuk nilai bumi per meter persegi Areal
Produktif, NIR bumi per meter persegi pada Areal Produktif ditambah dengan
SIT.
4) Nilai bumi per meter persegi untuk:
a) Areal sudah diolah tetapi belum ditanami pada Areal Belum Produktif, areal
pembibitan pada Areal Belum Produktif, dan Areal Tidak Produktif
ditentukan dengan cara melakukan penyesuaian terhadap nilai indikasi rata-
rata bumi per meter persegi areal belum diolah pada Areal Belum Produktif;
dan
b) Areal Pengaman ditentukan dengan cara melakukan penyesuaian terhadap
nilai indikasi rata-rata bumi per meter persegi Areal Produktif,
dengan menggunakan Formulir Analisis Penentuan Nilai Bumi Per Meter
Persegi.
Besarnya penyesuaian perbandingan ditentukan berdasarkan hasil analisis dan
keahlian penilai.
5) Nilai bangunan per meter persegi
a) Nilai bangunan per meter persegi merupakan hasil pembagian antara total
nilai bangunan dengan total luas bangunan.
b) Total nilai bangunan merupakan jumlah nilai masing-masing bangunan.
Nilai masing-masing bangunan ditentukan sebesar biaya pembangunan
baru setelah dikurangi penyusutan, dengan ketentuan:
(1) Bangunan umum menggunakan aplikasi daftar biaya komponen
bangunan sesuai ketentuan yang berlaku;
(2) Bangunan
Kp. : PJ.0241/PJ.0201
-4-
G. Ketentuan
Kp. : PJ.0241/PJ.0201
5-
G. Ketentuan Lain-lain
1. Dalam hal subjek pajak atau Wajib Pajak meminta informasi rincian perhitungan nilai bumi
dan nilai bangunan objek pajak PBB Sektor Perkebunan, KPP Pratama menerbitkan RPN
atas objek dimaksud.
2. Dalam hal terdapat jenis tanaman baru yang belum tercantum dalam Petunjuk Pengisian
FDM sebagaimana dimaksud pada Lampiran XV Surat Edaran ini, diminta agar:
a. Kepala KPP Pratama memberitahukan jenis tanaman baru dimaksud kepada Kepala
Kanwil DJP setempat; dan
b. Kepala Kanwil DJP setempat meminta kode jenis tanaman dimaksud kepada Direktur
Jenderal Pajak cq. Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian.
3. Khusus untuk pengenaan PBB Perkebunan Tahun Pajak 2015, dalam hal subjek pajak
atau Wajib Pajak telah menyampaikan SPOP dan LSPOP sebagaimana diatur dalam
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-64/PJ/2010 tentang Pengenaan Pajak
Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan, dalam proses perekaman kedalam basis data
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk areal tidak produktif/tidak dapat dimanfaatkan pada Areal Lainnya disesuaikan
menjadi Areal Tidak Produktif.
b. Untuk areal jalan pada Areal Lainnya disesuaikan menjadi Areal Pengaman.
c. Areal sudah diolah tetapi belum ditanami pada Areal Belum Produktif sudah termasuk
areal pembibitan pada SPOP dan LSPOP berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER- 31/PJ/2014 tentang Tata Cara Pengenaan Pajak Bumi dan
Bangunan Sektor Perkebunan.
4. Bentuk Formulir berupa:
a. Formulir Data Pembanding sebagaimana ditetapkan pada Lampiran II Surat Edaran
ini;
b. Formulir Analisis Penentuan Nilai Bumi Per Meter Persegi Data Pembanding
sebagaimana ditetapkan pada Lampiran III Surat Edaran ini;
c. Formulir Analisis Penentuan Nilai Indikasi Rata-Rata Bumi Per Meter Persegi
sebagaimana ditetapkan pada Lampiran IV Surat Edaran ini;
d. Formulir Analisis Penentuan Nilai Bumi Per Meter Persegi sebagaimana ditetapkan
pada Lampiran V Surat Edaran ini;
e. Formulir Data Nilai Indikasi Rata-Rata Bumi Per Meter Persegi Objek Pembanding
sebagaimana ditetapkan pada Lampiran VI Surat Edaran ini;
f. Formulir Rekapitulasi Data Nilai Indikasi Rata-Rata Bumi Per Meter Persegi Objek
Pembanding sebagaimana ditetapkan pada Lampiran VII Surat Edaran ini;
g. Formulir Analisis Nilai Indikasi Rata-Rata Bumi Per Meter Persegi sebagaimana
ditetapkan pada Lampiran VIII Surat Edaran ini;
h. Formulir Data Masukan (FDM) sebagaimana ditetapkan pada Lampiran XV Surat
Edaran ini; dan
i. Formulir Rincian Perhitungan Nilai (RPN) sebagaimana ditetapkan pada Lampiran
XVI Surat Edaran ini,
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.
5. Prosedur Kerja berupa:
a. Prosedur pendaftaran atau pemutakhiran data objek pajak dan subjek pajak PBB
Perkebunan sebagaimana ditetapkan pada Lampiran I Surat Edaran ini;
b. Prosedur penilaian objek pajak PBB Perkebunan sebagaimana ditetapkan pada
Lampiran IX Surat Edaran ini;
c. Prosedur penerbitan Surat Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian mengenai Satuan
Biaya Pembangunan Kebun (SBPK) sebagaimana ditetapkan pada Lampiran X Surat
Edaran ini;
d. Prosedur penyusunan Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
mengenai Standar Investasi Tanaman (SIT) Sektor Perkebunan dan Perubahannya
sebagaimana ditetapkan pada Lampiran XII Surat Edaran ini;
e. Prosedur
Kp. : PJ.0241/PJ.0201
-6-
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 24 November 2014
A. FUAD RAHMANY
NIP 195411111981121001
Tembusan:
1. Sekretaris Direktorat Jenderal
2. Para Direktur, Tenaga Pengkaji dan Kepala Pusat di Lingkungan Kantor Pusat Direktorat
Jenderal Pajak
Kp. : PJ.0241/PJ.0201
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
LAM P I RAN
TENTANG
PER- 31 /PJ/2014 TENTANG TATA CARA PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
SEKTOR PERKEBUNAN
t
LAMPI RAN I
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Nomor : SE- 42 /PJ/2014
Tanggal: 24 November 2014
A. Deskripsi
Prosedur operasi ini menguraikan tata cara pendaftaran atau pemutakhiran data objek
pajak dan subjek pajak atau Wajib Pajak PBB Perkebunan di KPP Pratama. Prosedur ini
meliputi:
1. Penyampaian SPOP dan LSPOP kepada subjek pajak atau Wajib Pajak dan
penerbitan tanda terimanya;
2. Pendaftaran atau pemutakhiran data objek pajak dan subjek pajak atau Wajib Pajak;
3. Penelitian kelengkapan dokumen dan kelengkapan isian SPOP dan LSPOP yang
disampaikan/dikembalikan oleh subjek pajak atau Wajib Pajak;
4. Perekaman SPOP dan LSPOP ke dalam basis data PBB.
B. Prosedur Kerja :
1. Kepala Kantor memerintahkan Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi untuk
menyampaikan SPOP dan LSPOP kepada subjek pajak atau Wajib Pajak.
2. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneruskan perintah dan memberi
arahan kepada Account Representative untuk menyusun konsep Surat Penyampaian
SPOP dan LSPOP yang akan dikirimkan kepada subjek pajak atau Wajib Pajak.
3. Account Representative membuat konsep Surat Penyampaian SPOP dan LSPOP,
kemudian menyerahkannya kepada Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi.
4. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti, menyetujui, dan memaraf
konsep Surat Penyampaian SPOP dan LSPOP, kemudian menyerahkannya kepada
Kepala Kantor.
5. Kepala Kantor meneliti, menyetujui, dan menandatangani Surat Penyampaian SPOP
dan LSPOP, kemudian memerintahkan Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi
untuk menindaklanjuti.
Penyampaian SPOP dan LSPOP melalui pos atau jasa pengiriman lainnya
menggunakan SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen, selanjutnya mengikuti
prosedur kerja nomor 11.
Penyampaian SPOP dan LSPOP melalui penyampaian langsung oleh Account
Representative mengikuti prosedur kerja nomor 6.
f
-2
Representative menyampaikan SPOP dan LSPOP kepada subjek pajak atau Wajib
Pajak, serta membuat Tanda Terima Penyampaian SPOP dan LSPOP PBB
Perkebunan yang ditandatangani Account Representative dan subjek pajak atau
Wajib Pajak.
11. Account Representative merekam tanggal penyampaian SPOP dan LSPOP ke
dalam basis data, serta memantau pengembalian SPOP dan LSPOP oleh subjek
pajak atau Wajib Pajak.
12. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi melakukan persetujuan (approval)
perekaman tanggal penyampaian SPOP dan LSPOP pada aplikasi.
13. Subjek pajak atau Wajib Pajak mengisi SPOP dan LSPOP dan mengembalikannya
ke KPP Pratama, selanjutnya mengikuti prosedur kerja nomor 15.
14. Dalam hal subjek pajak atau Wajib Pajak dengan kemauan sendiri menyampaikan
SPOP dan LSPOP mengikuti prosedur kerja nomor 15.
15. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima SPOP dan LSPOP dari subjek pajak
atau Wajib Pajak berdasarkan SOP Tata Cara Penatausahaan Surat, Dokumen, dan
Laporan Wajib Pajak pada Tempat Pelayanan Terpadu (KPP30-0001).
16. Atas SPOP dan LSPOP yang diterima dari subjek pajak atau Wajib Pajak, Kepala
Kantor menugaskan Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi untuk
menindaklanjuti, serta menugaskan Fungsional Penilai/Petugas Penilai untuk
melakukan penelitian SPOP dan LSPOP.
17. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi menugaskan Account Representative
untuk merekam tanggal pengembalian/penyampaian SPOP dan LSPOP dari Subjek
Pajak atau Wajib Pajak berdasarkan LPAD, serta meneruskan SPOP dan LSPOP
kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan.
-3-
31. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi melakukan persetujuan (approval)
perekaman SPOP dan LSPOP pada aplikasi.
32. Prosedur selanjutnya mengikuti Prosedur Penilaian Objek Pajak PBB Perkebunan.
33. Proses selesai.
Kepala Seksi
Subjek Pajak atau Wajib Account
Kepala Kantor
Petugas TPT Pengawasan dan
Pajak Representative
Konsultasi
Mulai
Memerintahkan
Membuat konsep
Meneruskan perintah 4 penyampaian SPOP
surat penyampaian ..t
dan memberi arahan dan LSPOP kepada
SPOP dan LSPOP
Wajib Pajak
•
Konsep surat
penyampaian SPOP Meneliti , menyetujui, Meneliti, menyetujui
Dan LS---
POP ----i ' dan memaraf dan menandatangani
-,....... - -.
•
Memerintahkan Surat penyampaian
Membuat konsep SPOP dan LSPOP
membuat konsep
Surat Tugas
Surat Tugas
--__
•
•
Konsep Surat Tugas
penyampaian isampaikan
Tidak
langsung SPOP dan elalui surat
LSPOP
_.---
Menyampaikan SPOP •
dan LSPOP ke WP Surat Tugas
menandatangani Tanda
dan menandatangani penyampaian langsung
Terima Penyampaian
Tanda Terima • SPOP dan LSPOP
SPOP dan LSPOP PBB
Penyampaian SPOP -...,...,
Perkebunan ,___
dan LSPOP PBB
Pe rkebunan
•
SPOP dan LSPOP,
disertai Surat ISOP
Penyampaian SPOP dan i Tata Cara
LSPOP Penyampaian
\Dokumen
•
• Merekam tanggal
Mengisi SPOP dan LSPOP penyampaian •
serta menyampaikan SPOP SPOP dan LSPOP
dan LSPOP yang sudah
diisi
SOP
Tata Cara SPOP dan
Penatausahaan LSPOP, beserta
SPOP dan LSPOP
► Surat, Dokumen, ► LPAD
dan Lap Pa Wajib
---- Pajak Pada
TPT Melakukan persetujuan
► perekaman tanggal
penyampaian SPOP •
Dengan kemauan sendiri dan LSPOP Menugaskan
menyampaikan SPOP dan
menindaklanjuti
LSPOP • SPOP dan
Tanggal LSPOP
penyampaian •
SPOP dan • Menugaskan
Mulai
LSPOP 1 I penelitian
SPOP dan
LSPOP
BPS
Z
•-_____-/— '
-6-
PROSEDUR PENDAFTARAN ATAU PEMUTAKHIRAN DATA OBJEK PAJAK DAN SUBJEK PAJAK ATAU WAJIB
PAJAK PBB PERKEBUNAN (Gambar 2 can 2)
Pelaksana
Pelaksana Kepala Seksi
Seksi Fungsional Kepala Seksi Kepala Seksi
Seksi Account Pengolahan
Kepala Kantor
Pengolahan Penilai/Petugas Ekstensifikasi Pengawasan dan
Ekstensifikasi Representative Data dan
Data dan Penilai Perpajakan Konsultasi
Perpajakan Informasi
Informasi
Menugaskan:
1 merekam tanggal
pengembalian SPOP
dan LSPOP
2. meneruskan
SPOP dan LSPOP
Merekam tanggal
pengembalian
Melakukan persetujuan
SPOP dan
I. (approval) pada
LSPOP, serta
aplikasi
meneruskan
SPOP dan LSPOP •
SPOP dan Tanggal
LSPOP pengembalian/
penyampaian
SPOP \
Menugaskan
Mengisi bagian
mengisi bagian
yang harus diisi
yang harus diisi
petugas
petugas
Mengisi bagian
SPOP dan LSPOP
yang diisi petugas,
serta meneruskan
c
SPOP dan LSPOP
Membuat konsep
Surat Tugas
I
Fotokopi penelitian SPOP
Menggandakan dan LSPOP
SPOP dan
SPOP dan
LSPOP
LSPOP
Konsep Surat
Menelaah,
Tugas penelitian Meneliti dan
menyetujui dan
SPOP dan LSPOP memaraf
Asli SPOP dan menandatangani
/7-7-7),
LSPOP
■ Laporan hasil
Data penelitian SPOP
SPOP dan LSPOP
dan Prosedur
LSPOP Penilaian Objek
Pajak PBB
Perkebunan
C Selesai )
LAMPIRAN II
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Nomor : SE- 42 /PJ/2014
Tanggal : 2 4 November 2014
1. Pemilik
Desa / Kel
Kecamatan
Kab / Kota
Provinsi
7. Jenis Penggunaan Bumi Ada bangunan Tidak ada bangunan Ditanami tanaman perkebunan
m2
8. Luas Bumi
m2
9. Luas Bangunan
" Catalan : Jika datanya banyak dapat dibuatkan daftar tersendiri
II.KETERANGAN LAIN
III.IDENTITAS PETUGAS
1. Tanggal
2. Nama Petugas
3. NIP
4. Tanda Tangan
PETUNJUK PENGISIAN
FORMULIR DATA PEMBANDING
Oce
KABUPATEN/KOTA
O.
LU
LU
Z
a
a
03
"E
<
<
=
IDENTITAS PETUGAS
2. NAMA PETUGAS
4. TANDA TANGAN
PETUNJUK PENGISIAN
FORMULIR ANALISIS PENENTUAN NILAI BUMI PER METER PERSEGI DATA
PEMBANDING
(4) Penyesuaian Jenis Data : Diisi dengan berdasarkan hasil analisis dan
keahlian penilai.
(5) Estimasi Harga Transaksi Setelah : Diisi dengan hasil estimasi harga transaksi
Penyesuaian Jenis Data setelah dilakukan penyesuaian jenis data.
(8) Nilai Bumi Setelah Dikurangi Nilai : Diisi dengan hasil nilai bumi setelah dikurangi
Bangunan dan/atau Nilai Tanaman nilai bangunan dan/atau nilai tanaman.
(12) Nilai Bumi Per Meter Persegi Data : Diisi dengan hasil pembagian antara nilai bumi
Pembanding Kondisi 1 Januari setelah penyesuaian waktu dibagi dengan luas
bumi.
IDENTITAS PETUGAS
1. Tanggal : Diisi dengan tanggal pembuatan formulir.
2. Nama Petugas : Diisi dengan nama petugas yang membuat formulir.
3. NIP : Diisi dengan NIP petugas yang membuat formulir.
4. Tandatangan : Diisi dengan tandatangan petugas yang membuat formulir.
FO RMU LIRANALISIS PENENTUAN NILAI INDIKASI RATA- RATA BUMI PER METER PERSEGI
—J
•Ct
CL
0
NAMAWAJ IBPAJ AK
(7)
0
KA BU PATENIKOTA
ca
Q
H
Q
Z
0
P ERSEGIDATAPEMBANDING )II SIJ JENI SPENGGUNAAN BU MIPERMETERPERSEG I
LOKASI KEL UASAN (%) (Rp/m2 )
KO NDIS I1 J ANUAR! ( Rp/m2) TANAH ( Rp/m 2)
ID E NTITA SPETUGAS:
4. Tan da Ta ng a n
PETUNJUK PENGISIAN
FORMULIR ANALISIS PENENTUAN NILAI INDIKASI RATA-RATA BUMI
PER METER PERSEGI
Areal : Diisi dengan nama jenis areal yang akan dinilai, meliputi: Areal
Produktif, areal yang belum diolah pada Areal Belum Produktif dan
Areal Emplasemen.
NOP : Diisi dengan NOP objek yang dinilai.
Nama Wajib Pajak : Diisi dengan nama Wajib Pajak yang dinilai.
Lokasi : Diisi dengan alamat lokasi objek yang dinilai.
Kabupaten/Kota : Diisi dengan nama Kabupaten/Kota lokasi objek yang dinilai.
(2) Nilai Bumi Per Meter Persegi Data Diisi dengan nilai bumi per meter persegi data
Pembanding Kondisi 1 Januari pembanding kondisi 1 Januari Tahun Pajak.
(9) Nilai Indikasi Rata-Rata Bumi Per : Diisi dengan nilai rata-rata atas nilai setelah
Meter Persegi penyesuaian.
-2-
IDENTITAS PETUGAS
1. Tanggal : Diisi dengan tanggal pembuatan formulir.
2. Nama Petugas : Diisi dengan nama petugas yang membuat formulir.
3. NIP : Diisi dengan NIP petugas yang membuat formulir.
4. Tandatangan : Diisi dengan tandatangan petugas yang membuat formulir.
FORMU LIR ANALISIS PENENTUAN NILAI BUMI PER METER PERSEG I
LIJ
—J
0
NAMAWAJIB PAJAK
KAB UPATENIKOTA
IDENTITASPETU GAS
0
0
2. NAMAPETUGAS
4. TANDATANGAN
PETUNJUK PENGISIAN
FORMULIR ANALISIS PENENTUAN NILAI BUMI PER METER PERSEGI
Areal : Diisi dengan nama jenis areal yang akan dinilai, meliputi: areal sudah
diolah tetapi belum ditanami pada Areal Belum Produktif, areal
pembibitan pada Areal Belum Produktif, Areal Tidak Produktif, dan
Areal Pengaman.
NOP : Diisi dengan NOP objek yang dinilai.
Nama Wajib Pajak : Diisi dengan nama Wajib Pajak yang dinilai.
Lokasi : Diisi dengan alamat lokasi objek yang dinilai.
Kabupaten/Kota : Diisi dengan nama Kabupaten/Kota lokasi objek yang dinilai.
(1) Nilai Indikasi Rata-Rata Bumi Per : Diisi dengan nilai indikasi rata-rata bumi per
Meter Persegi meter persegi:
a. areal belum diolah pada Areal Belum
Produktif untuk menentukan nilai bumi per
meter persegi areal sudah diolah tetapi
belum ditanami pada Areal Belum
Produktif, areal pembibitan pada Areal
Belum Produktif, dan Areal Tidak Produktif;
b. Areal Produktif untuk menentukan nilai
bumi per meter persegi Areal Pengaman.
(2) Penyesuaian Lokasi : Diisi dengan persentase penyesuaian terhadap
lokasi berdasarkan analisa dan keahlian penilai.
(3) Penyesuaian Fisik : Diisi dengan persentase penyesuaian terhadap
fisik berdasarkan analisa dan keahlian penilai.
(4) Penyesuaian Jenis Penggunaan : Diisi dengan persentase penyesuaian terhadap
Tanah jenis penggunaan tanah (JPT) berdasarkan
analisa dan keahlian penilai.
IDENTITAS PETUGAS
1. Tanggal : Diisi dengan tanggal pembuatan formulir.
2. Nama Petugas : Diisi dengan nama petugas yang membuat formulir.
3. NIP : Diisi dengan NIP petugas yang membuat formulir.
4. Tandatangan : Diisi dengan tandatangan petugas yang membuat formulir.
LAMPIRAN VI
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Nomor : SE- 42 /PJ/2014
Tanggal : 2 4 November 2014
1. NOP n
2. Wajib Pajak
a. Areal Produktif m2 Rp
c. Areal Emplasemen m2 Rp
8. Aksesibilitas
1. Tanggal
2. Nama Petugas
3. NIP
4. Tanda Tangan
PETUNJUK PENGISIAN
FORMULIR DATA NILAI INDIKASI RATA-RATA BUMI
PER METER PERSEGI OBJEK PEMBANDING
cc
0
re
a_
NI LAI INDIKASI RATA•RATA BU MI
dON PER METER PERSEGI OBJEK
JEN ISAREAL
ca
LUASBU MI (m2)
Q
F
O
z
NAMA WAJ IB PAJ AK ALAMAT OBJEK PEMBANDIN G PEMBANDI NG KOND ISI1
JANUARI (Rp lm 2)
(k ) (91 (z)
c,--;
(t)
F.--,
I I I I
IDENTITASPETU GAS
•ct
Z
CD
CD
2. NAMA P ETUGAS
4 TANDA TANGAN
PETUNJUK PENGISIAN
FORMULIR REKAPITULASI DATA NILAI INDIKASI RATA-RATA BUMI
PER METER PERSEGI OBJEK PEMBANDING
(1) No. Data : Diisi dengan nomor urut data pada Formulir
Data Nilai Indikasi Rata-Rata Bumi Per Meter
Persegi Objek Pembanding.
(2) NOP : Diisi dengan NOP pada Formulir Data Nilai
Indikasi Rata-Rata Bumi Per Meter Persegi
Objek Pembanding.
(3) Wajib Pajak : Diisi dengan nama Wajib Pajak pada Formulir
Data Nilai Indikasi Rata-Rata Bumi Per Meter
Persegi Objek Pembanding..
(4) Alamat Objek Pembanding : Diisi dengan alamat lengkap pada Formulir Data
Nilai Indikasi Rata-Rata Bumi Per Meter Persegi
Objek Pembanding.
(5) Data Areal : Diisi dengan nama jenis areal pada Formulir
Data Nilai Indikasi Rata-Rata Bumi Per Meter
Persegi Objek Pembanding.
(6) Luas Bumi : Diisi dengan luas bumi pada Formulir Data Nilai
Indikasi Rata-Rata Bumi Per Meter Persegi
Objek Pembanding.
(7) Nilai Indikasi Rata-Rata Bumi Per : Diisi dengan nilai bumi per meter persegi sesuai
Meter Persegi Objek Pembanding dengan Formulir Data Nilai Indikasi Rata-Rata
Kondisi 1 Januari Bumi Per Meter Persegi Objek Pembanding.
IDENTITAS PETUGAS
1. Tanggal : Diisi dengan tanggal pembuatan formulir.
2. Nama Petugas : Diisi dengan nama petugas yang membuat formulir.
3. NIP : Diisi dengan NIP petugas yang membuat formulir.
4. Tandatangan : Diisi dengan tandatangan petugas yang membuat formulir.
<
5
- 2
Z C
a)
0)
(7)
w
a
•st
s- W
E
0
Q. 04 A.
N 0
is
z
3
FO RMULI R ANALI SIS NILAIIN DIKASIRATA-RATA BUMIPERMETERPERS EG I
-J
0
NA MAWAJ IBPAJAK
<i"
<
0
0
RATABU MIPE RMETER
z
KELASKES ESU AIAN (%) PE NYE SU AIAN ( Rp/m ')
DATAOBJ EKPE MB ANDING JENIS TANAH KONTUR TANAH AKSE SI BILITA S PABRIKP ENGOLAHAN FAKTORLAIN PERSEGI ( Rp/m ')
LAHAN
KONDI SI 1JANUAR I ( Rp/m')
(0) (Ot) /( 6I Y(z)) +(J)=
RI-
17-1-
Fi
(9)=( 3)+(4)*(5)+( 6)+(7)+(8)
a.
4. TAN DATANGAN
PETUNJUK PENGISIAN
FORMULIR ANALISIS NILAI INDIKASI RATA-RATA
BUMI PER METER PERSEGI
Areal : Diisi dengan nama jenis areal yang akan dinilai, meliputi: Areal
Produktif, areal belum diolah pada Areal Belum Produktif, dan Areal
Emplasemen.
NOP : Diisi dengan NOP objek yang dinilai.
Nama Wajib Pajak : Diisi dengan nama Wajib Pajak yang dinilai.
Lokasi : Diisi dengan alamat lokasi objek yang dinilai.
Kabupaten/Kota : Diisi dengan nama Kabupaten/Kota lokasi objek yang dinilai.
(1) No. Data Diisi dengan nomor urut data pada Formulir
Data Nilai Indikasi Rata-Rata Bumi Per Meter
Persegi Objek Pembanding.
(2) Nilai Indikasi Rata-Rata Bumi Per : Diisi dengan nilai indikasi rata-rata bumi per
Meter Persegi Data Objek meter persegi sesuai dengan Formulir Data Nilai
Pembanding Kondisi 1 Januari Indikasi Rata-Rata Bumi Per Meter Persegi
Objek Pembanding.
IDENTITAS PETUGAS
1. Tanggal : Diisi dengan tanggal pembuatan formulir.
2. Nama Petugas : Diisi dengan nama petugas yang membuat formulir.
3. NIP : Diisi dengan NIP petugas yang membuat formulir.
4. Tandatangan : Diisi dengan tandatangan petugas yang membuat formulir.
1-
LAMPIRAN IX
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Nomor : SE- 42 /PJ/2014
Tanggal : 24 November 2014
A. Deskripsi :
Prosedur operasi ini menguraikan tata cara penilaian objek pajak PBB Perkebunan.
Prosedur ini meliputi penentuan nilai bumi per m 2 dan nilai bangunan per m 2 objek pajak
PBB Perkebunan berdasarkan SPOP dan LSPOP yang diterima dari subjek pajak atau
Wajib Pajak.
B. Prosedur Kerja :
1. Atas SPOP dan LSPOP yang diterima dari subjek pajak atau Wajib Pajak sesuai
Prosedur Pendaftaran atau Pemutakhiran Data Objek Pajak dan Subjek Pajak atau
Wajib Pajak PBB Perkebunan, Kepala Kantor menugaskan Fungsional
Penilai/Petugas Penilai melakukan penilaian objek pajak PBB Perkebunan.
2. Fungsional Penilai/Petugas Penilai membuat konsep Surat Tugas penilaian objek
pajak, kemudian diserahkan kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan.
3. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan meneliti dan memaraf konsep Surat Tugas,
kemudian diserahkan kepada Kepala Kantor.
4. Kepala Kantor menelaah, menyetujui dan menandatangani Surat Tugas.
5. Berdasarkan Surat Tugas, Fungsional Penilai/Petugas Penilai melakukan penilaian
bumi dan bangunan.
a. Penentuan nilai bumi dilakukan dengan metode perbandingan, yang diawali
dengan melakukan pengumpulan data pembanding untuk Areal Produktif, areal
yang belum diolah pada Areal Belum Produktif, dan Areal Emplasemen yang
diperoleh dari data transaksi jual beli, penawaran, lelang, ganti rugi, atau informasi
lainnya.
Dalam hal data yang diperoleh sebagai data pembanding mencukupi untuk
dilakukan metode perbandingan, selanjutnya mengikuti prosedur kerja nomor 6.
Sedangkan dalam hal data pembanding tidak ada atau data pembanding yang
diperoleh tidak mecukupi, selanjutnya mengikuti prosedur kerja nomor 7.
b. Penentuan nilai bangunan per m 2 merupakan hasil pembagian antara total nilai
bangunan dengan total luas bangunan. Selanjutnya mengikuti prosedur kerja
nomor 9.
-2-
10. Kepala Seksi Ektensifikasi Perpajakan meneliti, dan menandatangani FDM, serta
memberikan persetujuan (approval) perekaman FDM pada aplikasi. Selanjutnya
mengikuti Prosedur Penyusunan Usulan Nilai Jual Bumi per m 2 dan/atau Nilai Jual
Bangunan per m 2 sebagai Dasar Penetapan NJOP dan Usulan Perubahannya.
11. Proses Selesai.
Mulai
1 1
I
Nilai bangunan/m2 Menugaskan
melakukan
Ada data tidak L__ --------)I
penilaian obek
mbanding?
pajak
3 )
a
menggunakan ( 1
NIR Bumi per m2
•
ObjekPalin
tidak 1.1 pada tahun
pajak yang
1. Formulir Data Menelaah,
sama dengan
NIR Bumi per m 2 M neliti dan memaraf menyetujui, dan
penyesuaian
Ya Objek Pembanding
I menandatangani
IL
•
Menentukan Nilai
Indikasi Rata-rata Menentukan nilai 1
(NIR)/m2,mengisi bumi per m2 untuk
Formulir Analisis *I masing-masing
Penentuan NIR areal
•
Bumi per m2
Formulir Analisis
•
[
•
Areal sudah
Penentuan NIR Areal yang diolah tetapi Areal
Areal
Bumi per m2 belum diolah Pengaman
Produktif belum ditanami
•
NIR bumi
pada Areal
Belum
Produktif dan
Areal
dan areal
pembibitan pada
Areal Belum
per m2 Produktif, dan
pada Areal Emplasemen Areal Tidak Prosedur
produktif Produktif nyusunan usula
ditambah • P
ilai Jual Bumi/m2 da
dengan
ST
NIR bum i per m 2
pada Areal yang
1 SPOP, LSPOP,
atau Nilai Jual
dan FDM
belum diolah Bangunanlm 2 sebagai
pada Areal Formulir Analisis Dasar Penetapan
Belum Produktif -^J NJOP dan usulan
Penetuan Nilai Bumi
dan Areal erubahanny
per m 2
Emplasemen
• • menandatangani
FDM dan
•
Membuat FDM, serta
merekam FDM ke
dalam basis data
Nilai bumi/m2 memberikan
approval
FDM
C Selesai
•
FDM
perekaman
LAMPIRAN X
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Nomor : SE- 42 /PJ/2014
Tanggal : 24 November 2014
A. Deskripsi
Prosedur operasi ini menguraikan tata cam penerbitan Surat Direktur Ekstensifikasi dan
Penilaian mengenai Satuan Biaya Pembangunan Kebun (SBPK) yang akan digunakan
sebagai dasar dalam penentuan Standar Investasi Tanaman (SIT) sektor perkebunan.
Prosedur ini meliputi:
1. penerbitan Surat Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian mengenai Satuan Biaya
Pembangunan Kebun (SBPK), dalam hal SBPK pada tahun sebelum Tahun Pajak
diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan;
2. penerbitan Surat Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian mengenai pemberitahuan
penggunaan Satuan Biaya Tanaman (SBT) tahun pajak sebelumnya dengan
penyesuaian tertentu, dalam hal SBPK tidak diterbitkan pada tahun sebelum Tahun
Pajak diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan.
B. Prosedur Kerja :
1. Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian menugaskan Kepala Subdirektorat Penilaian I
untuk membuat konsep Surat Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian mengenai Satuan
Biaya Pembangunan Kebun (SBPK) sektor perkebunan dan/atau pemberitahuan
penggunaan Satuan Biaya Tanaman (SBT) tahun pajak sebelumnya dengan
penyesuaian tertentu.
2. Kepala Subdirektorat Penilaian I menugaskan Kepala Seksi Penilaian Individu
Perkebunan dan Perhutanan untuk menyiapkan bahan penyusunan Surat Direktur
Ekstensifikasi dan Penilaian mengenai SBPK sektor Perkebunan dan/atau
pemberitahuan penggunaan (SBT) tahun pajak sebelumnya dengan penyesuaian
tertentu.
3. Kepala Seksi Penilaian Individu Perkebunan dan Perhutanan menugaskan
Pelaksana Seksi Penilaian Individu Perkebunan dan Perhutanan untuk membuat
konsep Surat Tugas pengumpulan data SBPK ke instansi terkait.
4. Pelaksana Seksi Penilaian Individu Perkebunan dan Perhutanan membuat konsep
Surat Tugas pengumpulan data dan menyerahkan kepada Kepala Seksi Penilaian
Individu Perkebunan dan Perhutanan.
- 2-
16. Kepala Seksi Penilaian Individu Perkebunan dan Perhutanan meneliti, menyetujui,
dan memaraf konsep Surat Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian mengenai
SBPK/pemberitahuan penggunaan SBT tahun pajak sebelumnya dengan
penyesuaian tertentu.
17. Kepala Subdirektorat Penilaian I menelaah, menyetujui, dan memaraf konsep Surat
Direktur Ekstensfikasi dan Penilaian mengenai SBPK/pemberitahuan penggunaan
SBT tahun pajak sebelumnya dengan penyesuaian tertentu.
18. Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian menyetujui dan menandatangani Surat Direktur
Ekstensifikasi dan Penilaian mengenai pemberitahuan penggunaan SBT tahun pajak
sebelumnya dengan penyesuaian tertentu.
19. Kepala Subdirektorat Penilaian I menugaskan Kepala Seksi Penilaian Individu
Perkebunan dan Perhutanan untuk menyampaikan Surat Direktur Ekstensifikasi dan
Penilaian, dan menatausahakannya.
20. Kepala Seksi Penilaian Individu Perkebunan dan Perhutanan meneruskan perintah
serta memberikan arahan yang diperlukan.
21. Pelaksana Seksi Penilaian Individu Perkebunan dan Perhutanan menatausahakan
Salinan Surat Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian mengenai SBPK dan/atau
pemberitahuan penggunaan SBT tahun pajak sebelumnya dengan penyesuaian
tertentu sebagai arsip. Surat Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian mengenai SBPK
dan/atau pemberitahuan penggunaan SBT tahun pajak sebelumnya dengan
penyesuaian tertentu disampaikan ke Kanwil DJP dengan SOP Tata Cara
Penyampaian Dokumen.
22. Proses selesai.
A74Lilap
•
pengumpulan data ke pengumpulan data ke dan Penilaian
instansi terkait dan Penilaian mengenai ' mengenai SBPK
_I instansi terkait
ait SBPK
I Menelaah,
Konsep Surat Meneliti, menyetujui I Menyetujui dan
Menyetuj
Tugas • menyetujui, dan ► men g ani
dan memaraf i
memaraf
A. DEFINISI
1. Tanaman Berumur Panjang adalah tanaman yang berumur lebih dari satu tahun
dan pemungutan hasilnya dilakukan lebih dari satu kali dan tidak dibongkar
sekali panen.
2. Tanaman Berumur Pendek adalah tanaman perkebunan yang pada umumnya
berumur kurang dari 1 tahun dan pemanenannya dilakukan sekali panen
langsung bongkar.
3. Tanaman Belum Menghasilkan yang selanjutnya disebut TBM adalah tanaman
pada fase belum menghasilkan yang dimulai dari umur tanaman 1 (satu) tahun
(TBM1) dan seterusnya sampai dengan tahun terakhir tanaman tersebut belum
menghasilkan (TBMn), yang rentang fasenya tergantung masing-masing jenis
tanaman.
4. Tanaman Menghasilkan yang selanjutnya disebut TM adalah tanaman pada fase
menghasilkan yang dimulai dari tahun pertama tanaman menghasilkan (TM1)
sampai dengan tahun terakhir tanaman tersebut menghasilkan (TMn), yang
rentang fasenya tergantung masing-masing jenis tanaman.
5. Satuan Biaya Tanaman yang selanjutnya disebut SBT adalah satuan biaya yang
diinvestasikan tiap tahun berdasarkan umur dan jenis tanaman.
6. Indeks Biaya Tanaman yang selanjutnya disebut IBT adalah angka yang
digunakan sebagai dasar penentuan SBT untuk fase TM.
2) SBT pada fase TBM2 adalah sebesar 71% (tujuh puluh satu persen) dari
SBPK untuk kegiatan P2, dan seterusnya.
b. SBT pada fase TM
SBT pada fase TM ditetapkan sebesar SBT pada fase TBM terakhir (TBMn)
dikalikan dengan IBT pada fase TM tersebut.
3. Besarnya IBT
IBT ditetapkan sebagaimana tercantum pada halaman 5 Lampiran ini.
D. LAIN-LAIN
1. SBT pada fase TBM dihitung berdasarkan SBPK yang diterbitkan oleh Direktorat
Jenderal Perkebunan, yang dikelompokkan menjadi 7 (tujuh) wilayah, yaitu:
a. Wilayah I: Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa
Timur, Banten, dan Bali;
b. Wilayah II: Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, Lampung, Sumatera Barat,
dan Bangka Belitung;
c. Wilayah III: Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau, Kalimantan
Barat, Kalimantan Selatan, dan Kepulauan Riau;
d. Wilayah IV: Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur;
e. Wilayah V: Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur,
dan Kalimantan Utara;
f. Wilayah VI: Maluku dan Maluku Utara; dan
g. Wilayah VII: Papua dan Papua Barat.
2. Dalam hal SBPK pada tahun sebelum Tahun Pajak berjalan tidak diterbitkan,
SBT pada fase TBM Tahun Pajak berjalan ditentukan berdasarkan penyesuaian
SBT pada fase TBM Tahun Pajak sebelumnya dengan tingkat penyesuaian
tertentu, dengan formula sebagai berikut:
SBTt = x ( 1+i )
dimana :
SBT, = SBT Tahun Pajak berjalan;
= SBT Tahun Pajak sebelumnya;
= tingkat penyesuaian.
RINCIAN FASE
TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM) DAN TANAMAN MENGHASILKAN (TM)
SESUAI UMUR TANAMAN
JENIS TANAMAN
UMUR KELAPA KELAPA KELAPA KARET KOPI TEH KAKAO PALA LADA PAN ILI JAMBU KEMIR I MEL INJO CENGKEH SER EH KAYUMANIS
(TAH UN) SAWIT DALAM H IBR IDA METE WAN GI
/ 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 TBM1 TBM1 TBM1 TBM1 TBM1 TBM1 TBM1 TBM1 TBM1 TBM1 TBM1 TBM1 TBM1 TBM1 TBM1 TBM1
2 TBM2 TBM2 TBM2 TBM2 TBM2 TBM2 TBM2 TBM2 TBM2 TBM2 TBM2 TBM2 TBM2 TBM2 TM1 TBM2
3 TBM3 TBM3 TBM3 TBM3 TBM3 TBM3 TBM3 TM1 TM1 TBM3 TBM3 TBM3 TM1 TBM3 TM2 TBM3
4 TM1 TM1 TBM4 TBM4 TM1 TM1 TM1 TM2 TM2 TBM4 TM1 TBM4 TM2 TBM4 TM3 TBM4
5 TM2 TM2 TM1 TBM5 TM2 TM2 TM2 TM3 TM3 TBM5 TM2 TM1 TM3 TBM5 TM4 TM1
6 TM3 TM3 TM2 TM1 TM3 TM3 TM3 TM4 TM4 TB M6 TM3 TM2 TM4 TBM6 TM5 TM2
7 TM4 TM4 TM3 TM2 TM4 TM4 TM4 TM5 TM5 TM1 TM4 TM3 TM5 TM1 TM3
8 TM5 TM5 TM4 TM3 TM5 TM5 TM5 TM6 TM6 TM2 TM5 TM4 TM6 TM2 TM4
9 TM6 TM6 TM5 TM4 TM6 TM6 TM6 TM7 TM7 TM3 TM6 TM5 TM7 TM3 TM5
10 TM7 TM7 TM6 TM5 TM7 TM7 TM7 TM8 TM8 TM4 TM7 TM6 TM8 TM4 TM6
11 TM8 TM8 TM7 TM6 TM8 TM8 TM8 TM9 TM9 TM8 TM7 TM9 TM5 TM7
12 TM9 TM9 TM8 TM7 TM9 TM9 TM9 TM10 TM10 TM9 TM8 TM10 TM6 TM8
13 TM10 TM10 TM9 TM8 TM10 TM10 TM10 TM11 TM11 TM10 TM9 TM11 TM7 TM9
14 TM11 TM11 TM10 TM9 TM11 TM11 TM11 TM12 TM12 TM11 TM10 TM12 TM8 TM10
15 TM12 TM12 TM11 TM10 TM12 TM12 TM12 TM13 TM13 TM12 TM11 TM13 TM9 TM11
16 TM13 TM13 TM12 TM11 TM13 TM13 TM13 TM14 TM13 TM12 TM14 TM10
17 TM14 TM14 TM13 TM12 TM14 TM14 TM14 TM15 TM14 TM13 TM15 TM11
18 TM15 TM15 TM14 TM13 TM15 TM15 TM15 TM16 TM15 TM14 TM16 TM12
19 TM16 TM16 TM15 TM14 TM16 TM16 TM16 TM17 TM16 TM15 TM17 TM13
20 TM17 TM17 TM16 TM15 TM17 TM17 TM17 TM18 TM17 TM16 TM18 TM14
21 TM18 TM18 TM17 TM16 TM18 TM18 TM18 TM19 TM18 TM17 TM19 TM15
22 TM19 TM19 TM18 TM17 TM19 TM19 TM19 TM20 TM19 TM18 TM20 TM16
23 TM20 TM20 TM19 TM18 TM20 TM20 TM21 TM20 TM19 TM21 TM17
24 TM21 TM21 TM20 TM19 TM21 TM21 TM22 TM21 TM20 TM22 TM18
25 TM22 TM22 TM21 TM20 TM22 TM22 TM23 TM22 TM21 TM23 TM19
1-
6
Contoh tingkat
... penvesuaian
. per tahun (i) sebesar 10%
SBT SBT
FASE KEGIATAN
TAHUN 2013 TAHUN 2014
TBM1 PO Pembukaan lahan dan penanaman Rp 9.775.280 Rp 10.752.808
P1 Pemeliharaan tahun pertama Rp 5.644.500 Rp 6.208.950
TBM2 P2 Pemeliharaan tahun kedua Rp 5.458.480 Rp 6.004.328
TBM3 P3 Pemeliharaan tahun ketiga Rp 5.939.150 Rp 6.533.065
Perhitungan :
SBT PO Tahun 2014 = (SBT PO Tahun 2013) x (1+0,10) = Rp 9.775.280 x 1,10 = Rp 10.752.808
SBT P1 Tahun 2014 = (SBT P1 Tahun 2013) x (1+0,10) = Rp 5.644.500 x 1,10 = Rp 6.208.950
SBT P2 Tahun 2014 = (SBT P2 Tahun 2013) x (1+0,10) = Rp 5.458.480 x 1,10 = Rp 6.004.328
SBT P3 Tahun 2014 = (SBT P3 Tahun 2013) x (1+0,10) = Rp 5.939.150 x 1,10 = Rp 6.533.065
Contoh tingkat
.._ penvesuaian
. per tahun (i) sebesar 10%
SBT SBT
FASE KEGIATAN
TAHUN 2014 TAHUN 2015
TBM1 PO Pembukaan lahan dan penanaman Rp 10.752.808 Rp 11.828.089
P1. Pemeliharaan tahun pertama Rp 6.208.950 Rp 6.829.845
TBM2 P2 Pemeliharaan tahun kedua Rp 6.004.328 Rp 6.604.761
TBM3 P3 Pemeliharaan tahun ketiga Rp 6.533.065 Rp 7.186.372
Perhitungan :
SBT PO Tahun 2015 = (SBT PO Tahun 2014) x (1+0,10) = Rp 10.752.808x 1,10 = Rp 11.828.089
SBT P1 Tahun 2015 = (SBT P1 Tahun 2014) x (1+0,10)= Rp 6.208.950 x 1,10 = Rp 6.829.845
SBT P2 Tahun 2015 = (SBT P2 Tahun 2014) x (1+0,10)= Rp 6.004.328 x 1,10 = Rp 6.604.761
SBT P3 Tahun 2015 = (SBT P3 Tahun 2014) x (1-F0,10)= Rp 6.533.065 x 1,10 = Rp 7.186.372
Catatan:
Apabila SBPK pada tahun sebelum Tahun Pajak berjalan diterbitkan oleh Direktorat Jenderal
Perkebunan, Departemen Pertanian, maka perhitungan SBT pada fase TBM Tahun Pajak berjalan
berdasarkan SBPK tersebut.
- 7-
KOLOM PENJELASAN
(1) • Fase tanaman dikelompokkan menjadi fase TBM dan fase TM.
• Fase TBM terdiri dari TBM1 (kegiatan PO dan kegiatan P1), TBM2 (kegiatan P2)
dan seterusnya.
• Fase TM terdiri dari TM1 sampai TM22.
(2) Umur tanaman kelapa sawit mulai dari umur 1 tahun sampai dengan umur 25.
( 3) IBT yang digunakan sebagai dasar perhitungan SBT pada fase TM.
(4) SPBK per Ha yang diterbitkan oleh Ditjen Perkebunan pada tahun sebelum Tahun
Pajak berjalan pada fase TBM.
(5) SBT per Ha pada fase TBM untuk Tahun Pajak berjalan.
Perhitungan SBT untuk fase TBM sebagai berikut :
a. SBT TBM1 (PO) = 71% x (SBPK P0) = 71% x Rp 13.768.000 = 9.775.280 x (1+0,1) = Rp 10.752.808
b. (P1) = 71% x (SBPK P1) = 71% x Rp 7.950.000 = 5.644.500 x (1+0,1) = Rp 6.208.950
c. SBT TBM2 (P2) = 71% x (SBPK P2) = 71% x Rp 7.688.000 = 5.458.480 x (1+0,1) = Rp 6.004.328
d. SBT TBM3 (P3) = 71% x (SBPK P0) = 71% x Rp 8.365.000 = 5.939.150 x (1+0,1) = Rp 6.533.065
(6) SBT per Ha pada fase TM untuk Tahun Pajak berjalan.
Perhitungan SBT untuk fase TM sebagai berikut :
a. SBT TM1 = (SBT TBM3) x (IBT TM1) = Rp 6.533.065 x 0,9514 = Rp 6.215.558
b. SBT TM2 = (SBT TBM3) x(IBT TM2) = Rp 6.533.065 x 0,9052 = Rp 5.913.730
c. SBT TM3 = (SBT TBM3) x(IBT TM3) = Rp 6.533.065 x 0,8613 = Rp 5.626.929
d. dan seterusnya
(7 ) SIT per Ha untuk Tahun Pajak berjalan, merupakan nilai tanaman sesuai umurnya,
dihitung dengan cara sebagai berikut :
a. SIT TBM1 = (SBT TBM1)
= (SBT PO) + (SBT P1) = Rp 10.752808 + Rp 6.208.950 = Rp 16.961.758
b. SIT TBM2 = (SIT TBM1) + (SBT TBM2) = Rp 16.961.758 + Rp 6.004.328 = Rp 22.966.086
c. SIT TBM3 = (SIT TBM2) + (SBT P3) = Rp 22.966.086 + Rp 6.533.065 = Rp 29.499.151
d. SIT TM1 = (SIT TBM3) + (SBT TM1) = Rp 29.499.151 + Rp 6.215.558 = Rp 35.714.709
e. SIT TM2 = (SIT TBM3) + (SBT TM2) = Rp 29.499.151 + Rp 5.913.730 = Rp 35.412.881
f. SIT TM3 = (SIT TBM3) + (SBT TM3) = Rp 29.499.151 + Rp 5.626.929 = Rp 35.126.080
g. dan seterusnya
(8) SIT per m2 sebagai dasar ketetapan nilai tanaman.
LAMPIRAN XII
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Nomor : SE- 42 /PJ/2014
Tanggal : 24 November 2014
A. Deskripsi
Prosedur operasi ini menguraikan tata cara penyusunan Keputusan Kepala Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak mengenai Standar Investasi Tanaman (SIT) Sektor
Perkebunan dan perubahan Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Pajak mengenai Standar Investasi Tanaman (SIT) Sektor Perkebunan.
Keputusan Kepala Kantor Wilayah DJP mengenai SIT disusun berdasarkan atas Surat
Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian mengenai Satuan Biaya Pembangunan Kebun
(SBPK); dan/atau pemberitahuan penggunaan Satuan Biaya Tanaman (SBT) tahun
pajak sebelumnya dengan penyesuaian tertentu.
Perubahan Keputusan Kepala Kantor Wilayah DJP mengenai SIT disusun dalam hal
terdapat data baru atau kekeliruan dalam penetapan SIT.
B. Prosedur Kerja :
1. Berdasarkan Surat Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian mengenai SBPK dan/atau
pemberitahuan penggunaan SBT tahun pajak sebelumnya dengan penyesuaian
tertentu, Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak menugaskan Kepala
Bidang Kerjasama Ekstensifikasi dan Penilaian untuk menyiapkan bahan
penyusunan konsep Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
mengenai Standar Investasi Tanaman (SIT) Sektor Perkebunan.
Dalam hal terdapat data baru atau kekeliruan dalam penetapan SIT, Kepala Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak menugaskan Kepala Bidang Kerjasama
Ekstensifikasi dan Penilaian untuk menyiapkan konsep perubahan Keputusan
Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak mengenai Standar Investasi
Tanaman (SIT) Sektor Perkebunan, yang selanjutnya disebut Perubahan Keputusan
Kepala Kantor Wilayah DJP.
-2-
13. Kepala Seksi Bimbingan Pendataan dan Penilaian melakukan persetujuan (approval)
perekaman SIT pada basis data, serta menugaskan Pelaksana Seksi Bimbingan
Pendataan dan Penilaian membuat konsep Keputusan Kepala Kantor Wilayah DJP
mengenai SIT Sektor Perkebunan atau konsep perubahan Keputusan Kepala Kantor
Wilayah DJP.
14. Pelaksana Seksi Bimbingan Pendataan dan Penilaian membuat konsep Keputusan
Kepala Kantor Wilayah DJP mengenai SIT sektor perkebunan atau konsep
Perubahan Keputusan Kepala Kantor Wilayah DJP, dan menyerahkannya kepada
Kepala Seksi Bimbingan Pendataan dan Penilaian.
15. Kepala Seksi Bimbingan Pendataan dan Penilaian meneliti, menyetujui, dan
memaraf konsep Keputusan Kepala Kantor Wilayah DJP mengenai SIT sektor
perkebunan atau konsep Perubahan Keputusan Kepala Kantor Wilayah DJP, serta
menyerahkannya kepada Kepala Bidang Kerjasama Ekstensifikasi dan Penilaian.
16. Kepala Bidang Kerjasama Ekstensifikasi dan Penilaian menelaah, menyetujui, dan
memaraf konsep Keputusan Kepala Kantor Wilayah DJP mengenai SIT Sektor
Perkebunan atau konsep perubahan Keputusan Kepala Kantor Wilayah DJP,
kemudian diserahkan kepada Kepala Kantor Wilayah.
17. Kepala Kantor Wilayah menyetujui dan menandatangani Keputusan Kepala Kantor
Wilayah DJP mengenai SIT Sektor Perkebunan atau perubahan Keputusan Kepala
Kantor Wilayah DJP, kemudian diserahkan kepada Kepala Bidang Kerjasama
Ekstensifikasi dan Penilaian untuk ditindaklanjuti.
18. Kepala Bidang Kerjasama Ekstensifikasi dan Penilaian menugaskan Kepala Seksi
Bimbingan Pendataan dan Penilaian untuk menatausahakan serta merekam nomor
dan tanggal Keputusan Kepala Kantor Wilayah DJP mengenai SIT Sektor
Perkebunan atau perubahan Keputusan Kepala Kantor Wilayah DJP ke dalam basis
data.
19. Kepala Seksi Bimbingan Pendataan dan Penilaian meneruskan perintah kepada
Pelaksana Seksi Bimbingan Pendataan dan Penilaian dan memberikan arahan yang
diperlukan.
20. Pelaksana Seksi Bimbingan Pendataan dan Penilaian merekam nomor dan tanggal
Keputusan Kepala Kantor Wilayah DJP mengenai SIT Sektor Perkebunan atau
perubahan Keputusan Kepala Kantor Wilayah DJP ke dalam basis data, serta
menatausahakan salinannya sebagai arsip. Keputusan Kepala Kantor Wilayah DJP
mengenai SIT Sektor Perkebunan atau perubahan Keputusan Kepala Kantor
4
Wilayah DJP disampaikan ke KPP Pratama dengan SOP Tata Cara Penyampaian
Dokumen di Kanwil.
21. Proses Selesai.
Mulai
,
Prosedur -
Penerbitan Surat
Direktur
Ekstensifikasi dan''
Penilaian Mengenai
Satuan Biaya
Pembangunary
Kebun
Berkoordinasi dengan
Fungsional Penile
,
Petugas Penilai, serta • -
Surat Direktur Data baru atau ada
meneliti tanaman di
Ekstensifikasi dan ' I kekeliruan dalam
Konsep SIT wilayah setempat
Penilaian mengenai ' I penetapan SIT
--____4-------- I SBPK dan/atau I
pemberitahuan I ___--(--------1
penggunaan SBT tahun I \
anama Meneruskan pajak sebelumnya '
Menelit SBPK,
perintah untuk
dan menghitung Hya diatur dalam
ST SBPK? penyusunan
Keputusan
---- r --- /----
_•
Menugaskan
perekaman SIT ke
dalam basis data
Menugaskan
Merekam nomor dan merekam nomor Keputusan Kakanwil
tanggal Keputusan Meneruskan perintah dan tanggal mengenai SIT atau
Kakanwil mengenai dan memberikan Keputusan Kakanwil .1— I perubahannya
SIT dan arahan mengenai SIT atau ____
I menatausahakan perubahannya dan ,---- -`
I menatausahakan
Keputusan
Kakanwil SOP
Tata Cara
mengenai SIT a__ Penyampaian
atau Dokumen di
perubahannya Karnvil
,--__/-----'
r -----.
Selesai ')
LAMPIRAN XIII
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Nomor : SE- 42 /PJ/2014
Tanggal: 2 4 November 2014
Contoh Format Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak tentang
Standar Investasi Tanaman Sektor Perkebunan.
TENTANG
MEMUTUSKAN:
KEEMPAT Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak ini berlaku
(3)
untuk Tahun Pajak
Salinan Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak ini
disampaikan kepada:
1. Direktur Jenderal Pajak;
2. Para Kepala KPP Pratama di lingkungan Kanwil
(1)
DJP
(4)
Ditetapkan di
(5 )
pada tanggal
Kepala Kantor,
(6)
(7)
NIP
-3
Angka (1) : Diisi dengan nama Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak bersangkutan.
Angka (2) : Diisi dengan nomor Keputusan Kepala Kantor Wilayah yang diterbitkan.
Angka (3) : Diisi dengan Tahun Pajak.
Angka (4) : Diisi dengan kota tempat Keputusan Kepala Kantor Wilayah diterbitkan.
Angka (5) : Diisi dengan tanggal Keputusan Kepala Kantor Wilayah diterbitkan.
Angka (6) : Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Keputusan
Kepala Kantor Wilayah.
Angka (7) : Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Keputusan
Kepala Kantor Wilayah.
-4
LAMPIRAN
Keputusan Kepala Kantor Wilayah
(1)
Direktorat Jenderal Pajak
Nomor
Tanggal
II Karet
1 TBM I 1
2 TBM2 2
3 TBM I 3
4 TBM3 4
5
5 TBM I 5
6 TM1 6
7 TM2 7
8 TM3 8
9 TM4 9
10 TM5 10
11 TM6 11
12 TM7 12
13 TM8 13
14 TM9 14
15 TM10 15
16 TM11 16
17 TM12 17
18 TM13 18
19 TM14 19
20 TM15 20
21 TM16 21
22 TM17 22
23 TM18 23
24 TM19 24
25 TM20 25
26 TM21 26
27 TM22 27
28 TM23 28
29 TM24 29
30 TM25 30
III Teh
I
IV Cengkeh
dst. dst.
6
( 3)
(4)
NIP
7
Angka (1) : Diisi dengan nama Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak bersangkutan.
Angka (2) : Diisi dengan Tahun Pajak.
Angka (3) : Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Keputusan
Kepala Kantor Wilayah.
Angka (4) : Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Keputusan
Kepala Kantor Wilayah.
LAMPIRAN XIV
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Nomor : SE- 42 /PJ/2014
Tanggal: 24 November 2014
Contoh Format Perubahan Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
tentang Standar Investasi Tanaman Sektor Perkebunan.
TENTANG
MEMUTUSKAN:
KEEMPAT Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak ini berlaku
untuk Tahun Pajak (3)
KELIMA Pada saat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak ini
berlaku, maka Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Pajak Nomor tanggal tentang
yang terkait dengan Sektor Perkebunan dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
(4)
Ditetapkan di
(5)
Pada tanggal
Kepala Kantor,
(6)
(7)
NIP
4
3
Angka (1) : Diisi dengan nama Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak bersangkutan.
Angka (2) : Diisi dengan nomor Keputusan Kepala Kantor Wilayah yang diterbitkan.
Angka (3) : Diisi dengan Tahun Pajak.
Angka (4) : Diisi dengan kota tempat Keputusan Kepala Kantor Wilayah diterbitkan.
Angka (5) : Diisi dengan tanggal Keputusan Kepala Kantor Wilayah diterbitkan.
Angka (6) : Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Keputusan
Kepala Kantor Wilayah.
Angka (7) : Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Keputusan Kepala
Kantor Wilayah.
A
4
LAMPIRAN
Keputusan Kepala Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak (1)
Nomr
Tanggal
II Karet
1 TBM I 1
2 TBM2 2
3 TBM I 3
4 TBM3 4
-5
5 TBM I 5
6 TM1 6
7 TM2 7
8 TM3 8
9 TM4 9
10 TM5 10
11 TM6 11
12 TM7 12
13 TM8 13
14 TM9 14
15 TM10 15
16 TM11 16
17 TM12 17
18 TM13 18
19 TM14 19
20 TM15 20
21 TM16 21
22 TM17 22
23 TM18 23
24 TM19 24
25 TM20 25
26 TM21 26
27 TM22 27
28 TM23 28
29 TM24 29
30 TM25 30
III Teh
IV Cengkeh
dst. dst.
6
(3)
(4)
NIP
-7
Angka (1) : Diisi dengan nama Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak bersangkutan.
Angka (2) : Diisi dengan Tahun Pajak.
Angka (3) : Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Keputusan
Kepala Kantor Wilayah.
Angka (4) : Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Keputusan Kepala
Kantor Wilayah.
LAMPIRAN XV
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Nomor : SE- 42 /PJ/2014
Tanggal : 24 November 2014
1 AREAL PRODUKTIF
2 AREAL BELUM PRODUKTIF
a. Areal belum diolah
b. Areal sudah diolah tetapi belum ditanami
c. Areal pembibitan
3 AREAL TIDAK PRODUKTIF
4 AREAL PENGAMAN
5 AREAL EMPLASEMEN
JUMLAH
B. DATA BANGUNAN
TGUBLN/THN TGL/BLN/THN
NAMA LENGKAP
NAMA LENGKAP
NIP
NIP
FORMULIR DATA MASUKAN
SEKTOR PERKEBUNAN
No Formuhr rriT 11 I I
■ 2
1
MUR TANAMAN
(TAHUN)
NO
1
2
UMUR TANAMAN
(TAHUN)
LUAS (m2)
3 3
4 1111•111MIN 4
5 111•1111111111•111111111E 5
6 111111•1111111 ■11111M 6
7 111111011=1•1111111111M 7
8 111■111111111111111 8
9 111111■1111111111111•1111111 9
10 111111111111•1111■1111111E 10
11 11111111Milli11111111111t 11
12 , I1M11•1111M1111 ■E 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 =MEN= 20
21 21
22 MIIMME 22
23 11111■ 1=a1111111=1 23
24 11•11=1110 =MEM 24
25 i1111111■11111=== 25
26 MINIM 26
27 1•11=11M111■11111I 27
28 28
29 29
30 30
JUMLAH LUAS (nr) JUMLAH LUAS (m 2)
PETUNJUK PENGISIAN
SURAT FORMULIR DATA MASUKAN (FDM)
(UNTUK PETUGAS)
PERHATIAN:
1. Formulir ini harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap.
2. Pengisian turuf dimulai dari kotak awal dengan huruf balok.
3. Pengisian `angka' dimulai dari kiri ke kanan dengan ketentuan angka terakhir pada kotak
paling kanan.
1. No. Formulir empat digit pertama diisi dengan tahun pajak, empat digit kedua diisi
dengan nomor bundle dan tiga digit terakhir diisi dengan nomor urut.
2. KPP Pratama : Cukup jelas.
3. Jenis Transaksi : beri tanda (x) pada kotak yang sesuai dengan jenis transaksi yang
dilakukan.
4. NOP diisi sesuai NOP yang ada di SPOP.
5. Tahun Pajak : diisi sesuai Tahun Pajak berjalan.
A. DATA BUMI
2. Kolom NILAI BUMI PER m 2 : diisi dengan nilai bumi per meter persegi masing-
(Rp) masing jenis areal perkebunan dalam satuan
rupiah.
B. DATA BANGUNAN
2. Kolom NILAI BANGUNAN (Rp) : diisi dengan nilai bangunan masing-masing jenis
bangunan dalam satuan rupiah.
1. Kode diisi sesuai dengan kode jenis tanaman, dengan ketentuan sebagai berikut:
01 = Kelapa Sawit 44 = Jahe
02 = Kelapa Dalam 45 = Temu kunci
03 = Kelapa Hibryda 46 = Bangle
04 = Karet 47 = Kunyit
05 = Kopi 48 = Temulawak
06 = Teh 49 = Lempuyang
07 = Kakao 50 = Lengkuas
08 = Pala 51 = Temu item
09 = Lada 52 = Singkong
10= Panili 53 = Ubi Kayu
11 = Jambu Mete 54 = Kedelai
12 = Kemiri 55 = Jagung
-4
13 = Melinjo 56 = Murbai
14 = Jeruk 57 = Jamur
15 = Mangga 58 = Bawang Merah
16 = Durian 59 = Bawang Putih
17 = Salak 60 = Strawberry
18 = Jambu Biji 61 = Apel
19 = Manggis 62 = Roselia
20 = Belimbing 63 = Cabe
21 = Pinang 64 = Kelengkeng
22 = Pepaya 65 = Sagu
23 = Nanas 66 = Duku
24 = Melon 67 = Aren
25 = Semangka 68 = Nangka
26 = Markisa 69 = Sawo
27 = Pinang 70 = Kentang
28 = Kapulaga 71 = Tomat
29 = Cassiavera (kayumanis) 72 = Wortel
30 = Cengkeh 73 = Terong
31 = Sereh wangi 74 = Labu Siam
32 = Rambutan 75 = Paprika
33 = Asparagus 76 = Alpukat
34 = Petai 77 = Sirsak
35 = Kina 78 = Srikaya
36 = Kapas 79 = Buah Naga
37 = Tebu 80 = Mentimun
38 = Tembakau 81 = Anggur
39 = Jarak 82 = Jambu Air
40 = Padi gogo 83 = Nilam
41 = Sorgum manis 84 = Kacang Tanah
42 = Rami 85 = Selada
43 = Kencur
_
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
4 - ,
i
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
I KANTOR WILAYAH DJP
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
AREAL PRODUKTIF
AREAL BELUM PRODUKTIF
a. Areal Belum diolah
b. Areal Sudah diolah tetapi belum ditanami
c. Areal Pembibitan
C") C LO
i
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
JUMLAH
I. NJOP BUMI
NJOP PER m2 LUAS NJOP
OBJEK PAJAK KLAS NJOP (m 2 1 (Rp)
(Rp/m21
(2) (4) (5) = (3) X (4)
(1) (3)
BUMI
BANGUNAN
Kepala Kantor
Nama
NIP
A. Deskripsi :
Prosedur operasi ini menguraikan tata cara penyelesaian permohonan pencetakan
Rincian Perhitungan Nilai (RPN) PBB Perkebunan dari Wajib Pajak. RPN merupakan
hasil keluaran dari aplikasi PBB Perkebunan yang berisi informasi rinci perhitungan nilai
bumi dan nilai bangunan PBB Perkebunan.
B. Prosedur Kerja :
1. Petugas TPT menerima permohonan pencetakan RPN dari Wajib Pajak
menggunakan SOP Tata Cara Penatausahaan Surat, Dokumen, dan Laporan Wajib
Pajak di TPT, mencetak BPS untuk Wajib Pajak, dan meneruskannya kepada Kepala
Seksi Pelayanan.
2. Berdasarkan Surat Permohonan Pencetakan RPN dari Wajib Pajak, Kepala Seksi
Pelayanan memerintahkan Pelaksana Seksi Pelayanan untuk mencetak RPN.
3. Pelaksana Seksi Pelayanan mencetak konsep RPN dan menyampaikan kepada
Kepala Seksi Pelayanan.
4. Kepala Seksi Pelayanan meneliti, menyetujui, dan memaraf konsep RPN dan
menyampaikannya kepada Kepala Kantor.
5. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti, menyetujui, dan menandatangani konsep
RPN, dan memerintahkan Kepala Seksi Pelayanan untuk menindaklanjuti RPN .
6. Kepala Seksi Pelayanan memerintahkan Pelaksana Seksi Pelayanan untuk
menatausahakan dan menyampaikan RPN.
7. Pelaksana Seksi Pelayanan menatausahakan dan menyampaikan RPN (SOP
Pemrosesan dan Penatausahaan Dokumen). RPN disampaikan kepada Wajib Pajak
(SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP) dan salinan RPN diarsipkan.
8. Proses Selesai.
Mulai
SOP TC \\
Permohonan lo(Penatausahaan Memerintahkan
Pencetakan RPN Surat, Dokumen, pencetakan RPN
an Laporan Waji b
Pajak di TPT
\
Meneliti, Meneliti,
Konsep RPN
► Menyetujui, dan ► menyetujui, dan
memaraf menandatangani
-------.\,
SOP \ memerintahkan
c
Pemrosesan dan
Penatausahaan
\ Dokumen
\
/
penatausahaan
dan penyampaian
dokumen
• RPN
Selesai
LAMPIRAN XVIII
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Nomor : SE- 42 /PJ/2014
Tanggal: 24 November 2014
A. Deskripsi :
Prosedur ini menjelaskan prosedur penerbitan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang PBB
Perkebunan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama.
B. Prosedur Kerja :
1. Berdasarkan SOP Tata Cara Penerimaan Dokumen Masuk di KPP, Kepala Kantor
menerima dan meneliti Keputusan Menteri Keuangan dan Perubahan Keputusan
Menteri Keuangan mengenai Penetapan Nilai Jual Objek Pajak sebagai Dasar
Pengenaan PBB (KMK NJOP) yang diterbitkan oleh Kanwil DJP. Selanjutnya Kepala
Kantor memerintahkan Kepala Seksi Pelayanan untuk mencetak SPPT, dan Salinan
SPPT.
2. Kepala Seksi Pelayanan menugaskan dan memberikan arahan kepada Pelaksana
Seksi Pelayanan untuk mencetak SPPT dan Salinan SPPT.
3. Pelaksana Seksi Pelayanan mencetak SPPT dan Salinan SPPT, kemudian
menyerahkan kepada Kepala Seksi Pelayanan.
4. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memaraf SPPT dan Salinan SPPT kemudian
menyerahkan kepada Kepala Kantor.
5. Kepala Kantor meneliti dan menandatangani SPPT dan Salinan SPPT, kemudian
mengembalikan ke Seksi Pelayanan untuk ditindaklanjuti.
6. Kepala Seksi Pelayanan menugaskan Pelaksana seksi Pelayanan untuk
menindaklanjuti dan memberi arahan yang diperlukan.
7. Pelaksana Seksi Pelayanan:
a. menyampaikan asli SPPT kepada Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi;
b. mengarsipkan Salinan SPPT.
8. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi menugaskan Account Representative
untuk menyampaikan SPPT kepada Wajib Pajak.
9. Dalam hal SPPT disampaikan melalui surat, menggunakan SOP Tata Cara
Penyampaian Dokumen di KPP. Sedangkan dalam hal SPPT disampaikan secara
langsung mengikuti prosedur kerja nomor 10.
-2
Mulai /- -- ---,
•
KMK NJOP
Prosedur
i Penyusunan KMK ,
ddanPerubahan KMK ',
,
mengenai Penetapan
• tt- n
JOP sebagai Dasart
\ Pengenaan PB13/
Memerintahkan dan
Menugaskan untuk memberi arahan
Mencetak SPPT dan mencetak SPPT untuk mencetak
salinan SPPT dan Salinan SPPT SPPT dan Salinan
SPPT
Memerintahkan:
1 penerusan SPPT
ke Kepala Seksi
•
Memerintahkan
Pengawasan dan Ir untuk
Konsultasi menindaklanjuti
2. pengarsipan
1.meneruskan SPPT salinan SPPT
ke Kepala Seksi
Pengawasan dan
Konsultasi
2. mengarsipan
salinan SPPT
• V
•
rsip/ Memerintahkan
penyampaian SPPT
kepada Wajib Pajak
SOP Tata
Cara
tidak
Penyampaian
Dokumen
Membuat konsep
Surat Tugas
•
SPPT Konsep Surat
Tugas Meneliti, I Meneliti,
penyampaian ott menyetujui, dan menyetujui, dan
langsung SPPT memaraf menandatangani
L_
•
Surat Tugas
Menyampaikan penyampaian
SPPT kepada langsung SPPT
Wajib Pajak
•
Selesai
ttt tti