Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Ejaan?
2. Apa Sajakah Macam-Macam Ejaan?
3. Bagaimanakah Periode Ejaan Berlangsung?
4. Apa Faktor yang Menyebabkan Berubahnya Ejaan?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menelusuri sejarah perkembangan ejaan di Indonesia
2. Untuk menjelaskan alasan perubahan ejaan hingga ditetapkannya Ejaan
Yang Disempurnakan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ejaan
Ejaan ialah perlambangan fonem1 dengan huruf. Selain itu ejaan
berarti ketetapan tentang bagaimana satuan-satuan morfologi kata dasar, kata
ulang, kata majemuk, kata imbuhan dan partikel-partikel dituliskan. Ketetapan
tentang bagaimana penulisankalimat dan bagian-bagian kalimat dengan
memekai tanda baca.
Ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa (kata, kalimat, dsb) dengan
kaidah tulisan (huruf) yang distandarisasikan dan mempunyai makna. Ejaan
biasanya memiliki tiga aspek yaitu:
1. aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan
penyusunan abjad
2. aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis
3. aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca.
Ejaan dapat diartikan sebagai perlambangan bunyi-bunyi bahasa
dengan huruf. Secara khusus ejaan berarti keseluruhan ketentuan yang
mengatur perlambangan bunyi bahasa termasuk pemisahan dan
penggabungannya.
2
penulisan kalimat, beserta dengan tanda-tanda bacanya.
3
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi bahasa dengan kaidah
dalam bentuk tulisan yang mempunyai 3 aspek, yakni aspek fonologis yang
menyangkut penggambaran fonern dengan huruf dan penyusunan abjad, aspek
morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfeinis, aspek
sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca.
B. Macam-Macam Ejaan
1. Jika pada suatu kata berakhir dengan huruf /a/ mendapat akhiran /i/,
maka di atas akhiran itu diberi tanda trema /”/. Huruf ï ini untuk
membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya harus
disuarakan tersendiri dengan diftong seperti mulaï dengan ramaï. Juga
digunakan untuk menulis huruf y seperti dalam Soerabaïa
2. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb.
3. Huruf /u/ ditulis /oe/ untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer,
dsb.
4
4. Tanda diakritik2, seperti koma hamzah /k/ ditulis dengan tanda /’/ dan
tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma’moer, ’akal, ta’, pa’, dsb.
5. Huruf /c/ yang pelafalannya keras diberi tanda /’/ diatasnya.
6. Kata ulang diberi angka 2, misalnya: janda2 (janda-janda)
7. Kata majemuk dirangkai ditulis dengan 3 cara :
a. Dirangkai menjadi satu, misalnya /hoeloebalang, apabila/, dsb.
b. Dengan menggunakan tanda penghubung misalnya /rumah-sakit/,dsb.
c. Dipisahkan, misalnya /anak-negeri/,dsb.
2
Diakritik (pengucapan bahasa Inggris: [daɪ.əˈkrɪtɨk]) (atau tanda diakritik') adalah tanda baca tambahan pada
huruf yang sedikit banyak mengubah nilai fonetis huruf tersebut, misal tanda ´ pada é.
5
6. Huruf /e/ keras dan /e/ lemah ditulis tidak menggunakan tanda,
misalnya ejaan, seekor, dsb.
7. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai
dengan kata yang mendampinginya.
8. Kata yang berasal dari bahasa asing yang tidak menggunakan /e/
lemah (pepet) dalam bahasa Indonesia ditulis tidak menggunakan
/e/ lemah, misalnya : /putra/ bukan /putera/, /praktek/ bukan
/peraktek/, dsb.
3. Ejaan Malindo
6
1. Perubahan huruf /j/, /dj/, /nj/, /ch/, /tj/, /sj/ pada ejaan Republik menjadi
/y/, /j/, /ny/, /kh/, /c/, /sy/.
Perubahan:
Indonesia Malaysia
Sejak 1972
(pra-1972) (pra-1972)
tj ch C
dj j J
ch kh Kh
nj ny Ny
sj sh Sy
j y Y
oe* u U
7
2. Kata ulang ditulis dengan satu cara yakni menggunakan tanda hubung
(tidak diperkenankan menggunakan tanda angka /2/)
Contoh :
Besar2 > Besar-besar
Se-besar2-nya > sebesar-besarnya
Sayur2-an > sayur-sayuran
5. Kata ganti ku, mu, kau, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya. Contohnya : kumiliki, dipukul, barangmu, pacarku, dsb.
7. Partikel pun terpisah dari kata yang mendahuluinya, kecuali pun yang
menjadi kelompok kata. Contohnya :
Kapan pun aku tetap menantimu
Meskipun demikian aku tak akan marah (meskipun adalah kelompok
kata)
8
C. Periode Ejaan
Genearologi bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu yang
disesuaikan dengan perkembangan masyarakat hingga saat ini. Terdapat tiga
periodesasi bahasa Melayu yang terbagi menjadi Melayu klasik, Melayu
tengahan, dan Melayu baru.
Periode Melayu klasik dapat dibuktikan dengan adanya prasasti
Sajamerta kemudian prasasti Manjucrirgha yang ditemukan di Jawa Tengah.
Prasasti tersebut berasal dari tahun yang sama dengan dinasti Syailendra,
sekitar abad kesembilan Masehi. Pada periode Melayu tengahan, pengaruh
Islam sangat kuat dalam penyebaran tradisi penulisan Arab-Melayu. Periode
Melayu tengahan tidaklah bertahan lama karena bangsa Eropa yang menjajah
Indonesia menyebarluaskan pemakaian huruf latin dalam berbahasa. Tahun
1850, Rochussen menetapkan penggunaan huruf latin dalam bahasa Melayu.
Kemudian pada tahun 1897, usulan penyeragaman ejaan untuk bahasa Melayu
diusulkan oleh Fokker. Peristiwa itu yang menandai awal periode Melayu baru
tetapi penggunaan huruf latin dan ejaan bahasa Melayu baru resmi ditetapkan
pada tahun 1901.
Dalam periode ini, ejaan yang digunakan adalah ejaan van Ophuijen.
Ejaan bahasa Indonesia semakin berkembang. Setelah van Opuhujien, ejaan
Soewandi muncul pasca kemerdekaan. Diikuti oleh ejaan pembaharuan,
Melindo, ejaan baru, dan yang digunakan hingga saat ini adalah EYD atau
ejaan yang disempurnakan.
9
Kongres Bahasa Indonesia I, 1983, di Solo. E j a a n v a n O p h u ys e n i n i
m e r u p a k a n e j a a n ya n g p e r t a m a k a l i b e r l a k u dalam bahasa Indonesia
yang ketika itu masih bernama bahasa Melayu.
Ejaan Van Ophuijsen yakni ejaan resmi untuk bahasa Melayu yang
disusun oleh Prof. Ch. A. Van Ophuysen dengan bantuan beberapa orang guru
bahasa Melayu seperti Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib
Soetan Ibrahim pada tahun 1896.
Ejaan ini merupakan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin.
Pedoman tata bahasa yang kemudian dikenal dengan nama ejaan van
Ophuijsen itu resmi diakui pemerintah kolonial dan diterbitkan pada tahun
1901.
10
a. Huruf oe diganti dengan u, seperti pada guru, itu, umurBunyi
hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-kata
tak, pak, maklum, rakjat.
b. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti anak2, ber-jalan2,
ke-barat2-an.
c. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan
kata yang mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah,
dikebun, disamakan dengan imbuhan di- pada ditulis, dikarang.
11
Ejaan LBK (1966)
Ketidak setujuan atas konsep melindo, maka muncullah konsep baru
yaitu konsep LBK. Dimana konsep ini sama sekali tidak menggunakan huruf-
huruf baru, dn konsepnya akan menyusun ejaan yang standar semakin penting.
Pemyusunan ini dituliskan dalam seminar sastra 1968 dengan konsep ejaan
baru. Konsep tersebut dinamakan Ejaan Lembaga dan Kesusastraan (LBK).
12
'j' menjadi 'y' : sajang → saying
'nj' menjadi 'ny' : njamuk → nyamuk
'sj' menjadi 'sy' : sjarat → syarat
'ch' menjadi 'kh' : achir → akhir
awalan 'di-' dan kata depan 'di' dibedakan penulisannya. Kata
depan 'di' pada contoh "di rumah", "di sawah", penulisannya
dipisahkan dengan spasi, sementara 'di-' pada dibeli, dimakan
ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Sebelumnya "oe" sudah menjadi "u" saat Ejaan Van
Ophuijsen diganti dengan Ejaan Republik. Jadi sebelum EYD,
"oe" sudah tidak digunakan.
Secara teknis ejaan yang dimaksud sebagai cara penulisan huruf, penulisan
kata, penulisan kalimat. Dan penulisan tanda-tanda baca atau pungtiasi. Seperti
yang telah dijelaskan di pembahasan sebelumnya, bahwa bahasa Indonesia
pernah merumuskan berbagai system ejaan diantaranya ejaan Van opuijsen
(1901), ejaan soewandi (1947), ejaan pembaharuan (1957), ejaan melindo
(1972), ejaan LBK (1966), dan ejaan yang disempurnakan (1972).
13
4. Pertimbangan konotatif, yang menghendaki bagaimana bunyi it
menunjukkan perbedaan makna.
5. Pertimbangan politis, karena ada kepentingan-kepentingan di
dalamnya, karena pemerintah pada waktu itu mengharuskan untuk
menertibkan penggunaan tata istilah, serta
6. Banyaknya elemen yang sulit direalisasikan oleh bangsa Indonesia.
Dari beberapa proses perubahan ejaan bahasa Indonesia dari ejaan Van
Ophuijsen ke ejaan yang Disempurnakan, dapat disimpulkan :
o Yang pertama pada ejaan Van Ophuijsen. pada ejaan ini perlu diubah
karena masih kurang praktis pada penggunaan bahasa. Dimana bahasa
pada Van Ophuijsen masih menggunakan nama bahasa Melayu. Selain
itu penggunaan tanda diakritik masih menimbulkan kesulitan bagi
pemakainya.
o Kedua pada ejaan soewandi masih melakukan pengubahan pada tanda
diakritik atau bahkan dihilangkan, akan tetapi, ada lambang hamzah
yang diganti dengan huruf <k>. Ejaan Soewandi ternyata masih kurang
praktis karena belum ada penggantian bunyi pada huruf-huruf koma
wasla dan koma ain pada kata-kata yang berbunyi sentak. Ejaan
berikutnya adalah ejaan pembaharuan yang diubah karena
kekurangannya pada penggunaan huruf-huruf baru.
o Kemudian muncullah Ejaan Melindo, yang ternyata sama halnya pada
ejaan pembaharuan yang masih menggunakan huruf baru. Namun huruf
baru yang digunakan ini terdapat beberapa huruf yang tidak dapat
dituliskan pada mesin tik.
o Sehingga pada Ejaan LBK muncullah konsep baru dengan
menghilangkan tanda-tanda diakritik agar huruf dapat ditulis dan
diketik dengan mudah.
Dari beberapa sebab pengubahan ejaan diatas yang diciptakan
melalui berbagai pertemuan, perjanjian, kongres-kongres,maupun
dalam seminar, tidak memunculkan konsep yang praktis jadi salah satu
tujuan pengubahan ini, agar masyrakat Indonesia dapat bersatu.
Maksudnya dengan ejaan yang disempurnakan dapat memperstatukan
sekelompok orang menjadi satu masyarakat bahasa. Yang kedua,
Pemberi kekhasan agar dapat menjadi pembeda dengan masyarakat
pemakai bahasa lainnya. Ketiga, Pembawa Kewibawaan yang dapat
memperlihatkan kewibawaan pemakainya.
14
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Internet :
http://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan
http://rangrangbuana.blogspot.com/2011/02/makalah-analisis-ejaan.html
http://tripangesti.blogspot.com/2011/02/macam-macam-ejaan_12.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Diakritik
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia
http://adhymb.blogspot.com/2012/09/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none.html
http://nuruladitya20.blogspot.com/2010/07/perubahan-bunyi-bentuk-dan-
makna-dalam.html
http://fitriaapriliaismail.blogspot.com/2011/10/sejarah-perkembangan-ejaan-di-
indonesia.html
16