Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Imunisasi merupakan salah satu pencegahan penyakit menular
khususnya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Cara kerja
imunisasi yaitu dengan memberikan antigen bakteri atau virus tertentu yang
sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan merangsang sistem imun
tubuh untuk membentuk antibodi (Depkes , 2016). Imunisasi dasar
merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya suatu
penyakit dengan cara memberikan mikroorganisme bibit penyakit berbahaya
yang telah dilemahkan (vaksin) kedalam tubuh sehingga merangsang sistem
kekebalan tubuh terhadap suatu antigen itu dimasa yang akan datang
(IdMedis, 2014).
Agar imunisasi dapat menjangkau semua lapisan masyarakat maka
sasaran yang ditujukan ialah orang tua. Khususnya pada ibu atau calon ibu
untuk diberikan penyuluhan tentang pentingnya imunisasi bagi anak,
menganjurkan agar ibu membawa anaknya ke Posyandu. Adapun faktor-
faktor yang mempengaruhi hal tersebut yakni faktor pendidikan
(pengetahuan), usia, dan penyuluhan oleh bidan dan perawat setempat.
Keberhasilan imunisasi ini tidak lepas dari peran serta petugas
kesehatan baik di Posyandu maupun Puskesmas. Peran orangtua tentunya
memegang peranan utama dalam terlaksananya program imunisasi dasar.
Alasan informasi berupa kurangnya pengetahuan ibu tentang kebutuhan,
kelengkapan dan jadwal imunisasi, ketakutan akan imunisasi dan adanya
persepsi salah yang beredar di masyarakat tentang imunisasi.
Maka dari itu, penulis merasa perlu mengkaji lebih lanjut mengenai
tingkat pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Dasar.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah : Bagaimana Pengetahuan ibu tentang Imunisasi Dasar di wilayah
kerja Puskesmas Paringin ?

1.3 Tujuan
Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Dasar di
wilayah kerja Puskesmas Paringin

1.4 Manfaat Penelitian


a. Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat memahami manfaat penting dari imunisasi dasar pada
bayi sehingga orang tua bisa memberikan informasi kepada orangtua lain
agar tercipta lingkungan masyarakat sehat yang bebas dari penyakit yang
dapat diimunisasi.
b. Bagi Puskesmas
Untuk memberi tambahan informasi sebagai bahan acuan dalam
melaksanakan penyuluhan maupun pendidikan kepada masyarakat
mengenai imunisasi dasar selanjutnya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka
2.1 Konsep Dasar Pengetahuan
a) Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2010) adalah merupakan hasil
dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu obyek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga yaitu melalui proses melihat
atau mendengar kenyataan, selain itu juga melalui pengalaman dan
proses belajar mengajar dalam pendidikan formal ataupun
nonformal. Perilaku yang disadari oleh pengetahuan akan lebih
sempurna daripada perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara dan
angket.

b) Proses mengadopsi pengetahuan


Sebelum seseorang mengadopsi pengetahuan yang didapatkan
menjadi perilaku terjadi proses berurutan. Menurut Dewi dan Wawan
(2011) proses berurutan tersebut yakni :
1. Awareness (kesadaran) yaitu orang tersebut menyadari dalam
artimengetahui terlebih dahulu terhadap stimulasi (objek).
2. Interest (merasa tertarik) diman individu mulai menaruh
perhatiandan tertarik pada stimulasi
3. Evaluation(menimbang-nimbang) individu akan
mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus
tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah baik lagi
4. Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru.
5. Adoption, subyek telah berperilaku baru sesuai
denganpengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulus.

3
c) Tingkat Pengetahuan dalam domain kognitif
Tingkat pengetahuan dalam domain kognitif menurut
Notoatmodjo(2010) mempunyai 6 tingkat, yaitu :
1. Tahu (Know)
Yaitu mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Kata kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain menyebutkan, menguraiakan, mendefinisikan atau
menyatakan.
2. Memahami (Comprehension)
Yaitu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secar benar. Orang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan.
menyimpulkan, meramalkan objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil. Aplikasi di sini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Yaitu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Sintesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam
satu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya dapat
menyusun, dapat merencanakan.

4
6. Evaluasi (Evaluation)
Yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penlaian itu didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria
yang telah ada.

d) Cara memperoleh pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2010) dari berbagai macam cara yang telah
digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang
sejarah, dapat dikelompokan menjadi dua yakni :
1. Cara memperoleh kebenaran nonilmiah
Cara ini seperti trial & error, mendapatkan pengetahuan secara
kebetulan, dengan cara kekuasaan atau otoritas, berdasarkan
pengalaman pribadi, akal sehat, ajaran & paham agama, serta
secara intuisi.
2. Cara ilmiah dalam memperoleh pengetahuan
Menurut Dewi dan Wawan (2011) cara ini disebut metode
penelitian ilmiah atau lebih popular disebut metodelogi
penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis
Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold
Van Deven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan
penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian
ilmiah.

e) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Dewi dan
Wawan (2011), antara lain :
1. Faktor internal
1) Pendidikan
Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi
misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat

5
meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan juga dapat
mempengaruhi seseorang termasuk pula prilaku seseorang
akan pola hidup terutama dalam memotivasi sikap berperan
serta dalam pembangunan. Pada umumnya makin tinggi
pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.
2) Pekerjaan
Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan
terutama untuk menunjang kehidupan dan kehidupan
keluarga.
3) Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai dilahirkan
sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berpikir dan bekerja.

2. Faktor Eksternal
1) Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan suatu kondisi yang ada disekitar
manusia dan pengaruhnya dapat mempengaruhi
perkembangan prilaku orang atau kelompok.
2) Faktor budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

f) Pengukuran pengetahuan
Pengetahuan dapat diukur dengan cara orang yang bersangkutan
mengungkapkan hal-hal yang diketahuinya dalam bentuk bukti
jawaban, baik lisan maupun tulisan. Pertanyaan atau tes dapat di
gunakan untuk pengukuran pengetahuan yang secara umum dapat
di kelompokkan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Pertanyaan subjektif, misalnya pertanyaan uraian.

6
2. Pertanyaan objektif, misalnya pertanyaan pilihan ganda
(multiple choice), benar salah dan pertanyaan yang menjodohkan.

2.2 Konsep Dasar Imunisasi


2.2.1 Pengertian
Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja
memasukkan antigen lemah agar merangsang antibody keluar
sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu. System imun
tubuh mempunyai suatu system memori (daya ingat), ketika vaksin
masuk ke dalam tubuh,maka akan dibentuk antibody untuk melawan
vaksin tersebut dan sistem memori akan menyimpannya sebagai suatu
pengalaman. Jika nantinya tubuh terpapar dua atau tiga kali oleh
antigen yang sama dengan vaksin, maka antibody akan tercipta lebih
cepat dan banyak walaupun antigen bersifat lebih kuat dari vaksin
yang pernah dihadapi sebelumnya. Oleh karena itu imunisasi efektif
mencegah penyakit infeksius (Proverawati, 2010).

2.2.2 Tujuan Imunisasi


Program imunisasi juga bertujuan untuk memberikan kekebalan pada
bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi atau anak
disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit. Secara Umum
Tujuan Imunisasi antara lain Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah
terserang penyakit menular, Imunisasi sangat efektif untuk mencegah
penyakit menular, dan Imunisasi dapat menurunkan angka morbilitas
(angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) pada balita
(Proverawati, 2010).

2.2.3 Manfaat Imunisasi


Menurut Marimbi (2010) manfaat imunisasi antara lain:
1. Untuk anak yaitu mencegah penderitaan yang disebabkan
oleh penyakit dan kemungkinan cacat atau kematian

7
2. Untuk keluarga yaitu menghilangkan kecemasan dan
psikologi pengobatan bila anak sakit dan mendorong
pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa
anaknya akan menjalani masa kanak-kanan yang nyaman
3. Untuk Negara yaitu memperbaiki tingkat kesehaan,
menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk
melanjutkan pembangunan Negara.

2.2.4 Jenis Imunisasi Dasar


Imunisasi dasar yang wajib diperoleh sebelum 12 bulan adalah
sebagai berikut :
1. BCG
1) Pengertian
Menurut Proverawati (2010), imunisasi BCG adalah
vaksinasi hidup yang diberikan pada bayi untuk mencegah
terjadinya penyakit Tuberculosis (TBC). Tuberculosis
disebabkan oleh sekelompok bacteria bernama
Mycobacterium tuberculosis complex
2) Usia Pemberian
Imunisasi BCG diberikan sekali sebelum anak berumur 3
bulan. BCG ulangan tidak dianjurkan karena keberhasilannya
diragukan.
3) Cara Pemberian dan Dosis
Vaksin BCG disuntikkan secara intrakutan pada lengan
atas. Dalam memberikan suntikan intracutan agar dapat
dilakukan dengan tepat harus menggunakan jarum pendek
yang sangat halus (10 mm, ukuran 26). Dosis yang
diberikan untuk bayi berumur kurang dari 1 tahun
diberikan sebanyak 0,05 mL dan untuk anak berumur lebih
dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 mL (Proverawati,
2010).

8
4) Efek samping
Reaksi yang timbul tidak seperti pada imunisasi dengan
vaksin lain. Imunisasi BCG tidak menyebabkan demam.
Setelah 1-2 minggu diberikan imunisasi,akan timbul indurasi
dan kemerahan ditempat suntikan yang berubah menjadi
pustule, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu
pengobatan khusus, karena luka ini akan sembuh dengan
sendirinya secara spontan.
5) Kontra indikasi
Imunisasi BCG tidak boleh diberikan pada kondisi seorang
anak menderita penyakit kulit yang berat atau menahun
seperti eksim, furunkolosis, dan sebagainya. Selain itu
imunisasi BCG tidap dapat diberikan pada anak yang
berpenyakit TB atau menunjukkan uji mantoux positif.

2. DPT-Hb-HiB (Pentavalen)
1) Pengertian
Imunisasi DPT bertujuan untuk mencegah 3 penyakit
sekaligus yaitu difteri, pertusis, tetanus (Proverawati,
2010).Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri corynebacterium diphteriae. Pertusis adalah
penyakit batuk rejan atau dikenal dengan batuk seratus
hari adalah penyakit infeksi saluran yang disebabkan oleh
bakteri bordetella pertusis (Marimbi, 2010).Tetanus adalah
penyakit dengan gangguan neuro maskular akut berupa
trismus (Maryunani, 2012).
Sedangkan imunisasi Hib (Haemophilius influenza tipe b)
merupakan suatu bakteri gram negative. Hib terbagi atas
jenis yang berkapsul dan tidak berkapsul. Tipe yang tidak
berkapsul umumnya tidak ganas dan hanya menyebabkan
infeksi ringan misalnya faringitis atau otitis media. Tipe

9
yang berkapsul merupakan yang paling ganas dan salah
satu penyebab yang paling sering dari kesakitan dan
kematian pada bayi dan anak kurang dari 5 tahun.
Kelompok usia paling rentan terhadap infeksi hib adalah
usia 4-8 bulan.

2) Waktu Pemberian
Pentavalen tidak boleh digunakan pada bayi yang baru lahir
Pemberian pentavalen merupakan bagian dari imunisasi dasar
pada bayi. Diberikan pada bayi usia 2 bulan, 3bulan, dan 4
bulan. Vaksin ini aman dan efektif diberikan bersamaan
dengan vaksin BCG, campak, polio (OPV atau IPV) dan
suplemen vitamin A. Jika vaksin ini diberikan bersamaan
dengan vaksin lain, harus disuntikkan pada lokasi yang
berlainan.

3) Cara pemberian dan Dosis


(1) Dosis Imunisasi DPT-Hb-Hib
Dosis pemberian 0,5 ml. Disuntikkan secara
intramuscular di anterolateral paha atas pada bayi dan
lengan kanan pada anak usia 1,5 bulan
(2) Tidak dianjurkan pada bagian bokong anak karena dapat
menyebabkan luka saraf siatik
(3) Pemberian intrakutan dapat meningkatkan reaksi local.

4) Efek samping
Jenis dan angka kejadian reaksi simpang yang berat tidak
berbeda secara bermakna dengan vaksin DPT, hepatitis B,
dan Hib yang diberikan secara terpisah. Beberapa reaksi local
sementara seperti : bengkak, nyeri, dan kemerahan pada
lokasi suntikan disertai demam dapat timbul dalam jumlah

10
besar kasus. Episode hypotonic-hyporesponsive pernah
dilaporkan, kejang demam telah dilaporkan dengan angka
kejadian 1 kasus per 12.500 dosis pemberian. Pemberian
asetaminofen pada saat dan 4-8 jam setelah imunisasi
mengurangi terjadinya demam. Studi yang dilakukan oleh
sejumlah kelompok termasuk United states Institute
ofMedicine, The Advisory Commitee on imunization
Practices, dan asosiasi dokter spesialis anak di Australia,
Kanada, inggris, dan Amerika, menyimpulkan bahwa data
tidak menunnjukkan adanya hubungan kausal antara DPT dan
disfungsi sistem syaraf kronis pada anak. Oleh karenanya,
tidak ada bukti ilmiah bahwa reaksi tersebut mempunyai
dampak permanen pada anak.
Vaksin hepatitis B dapat ditoleransi dengan baik, dalam studi
menggunakan plasebo sebagai kontrol, selain nyeri lokal,
dilaporkan kejadian seperti myalgia dan demam ringan tidak
sering dibandingkan dengan kelompok plasebo. Laporan
mengenai reaksi analfilaksis berat sangat jarang. Data yang
ada tidak menunjukkan adanya hubungan kausalitas antara
vaksin hepatitis B dan sindoma Gullian –Barre atau
kerusakan demyelinasi termasuk gangguan sklerosis multipel,
dan juga tidak ada data epidemiologi untuk menunjang
hubungan kausal antara vaksinasi hepatitis B dan sindroma
fatigue kronis, artritis, kelainan autoimun, asma, sindroma
kematian mendadak pada bayi, atau diabetes.
Vaksin Hib ditoleransi dengan baik, reaksi lokal dapat terjadi
dalam 24 jam setelah vaksinasi dimana penerima vaksin
dapat merasakan nyeri pada lokasi penyuntikan. Reaksi ini
biasanya bersifat ringan dan sementara, pada umumnya akan
sembuh dengan sendirinya dalam dua atau tiga hari, dan tidak
memerlukan tindakan medis lebih lanjut. Reaksi sistem

11
ringan termasuk demam, jarang terjadi setelah penyuntikan
vaksin Hib, reaksi berat lainnya jarang hubungan kausalitas
antara reaksi berat lainnya dan vaksin belum pernah
ditegakkan.

5) Kontra Indikasi
Hipersensitif terhadap komponen vaksin, atau reaksi berat
terhadap dosis vaksin kombinasi sebelumnya atau bentuk –
bentuk reaksi sejenis lainnya.
Kontraindikasi dosis pertama DPT adalah Kejang atau gejala
kelainan otak pada bayi baru lahir atau kelainan saraf serius
lainnya merupakan kontraindikasi terhadap komponen
pertutis. Dalam hal ini vaksin tidak boleh diberikan sebagai
vaksin kombinasi, tetapi vaksin DT harus diberikan sebagai
pengganti DPT, vaksin Hepatitis B dan Hib diberikan secara
terpisah.

3. Hepatitis B
1) Pengertian
Imunisasi hepatitis B diberikan untuk memberi tubuh
kekebalan terhadap penyakit hepatitis B. Penyakit hepatitis
B disebabkan oleh virus yang telah mempengaruhi organ
liver (hati). Virus ini akan tinggal selamanya dalam tubuh.
Bayi-bayi yang terjangkit virus hepatitis berisiko terkena
kanker hati atau kerusakan pada hati. Virus hepatitis B
ditemukan didalam cairan tubuh orang yang terjangkit
termasuk darah, ludah dan air mani (Proverawati, 2010).

2) Cara pemberian dan Dosis


Imunisasi ini diberikan tiga kali pada umur 0-11 bulan
melalui injeksi intramuskuler. Imunisasi hepatitis B aktif

12
dilakukan dengan cara pemberian suntikan dasar sebanyak 3
kali dengan jarak waktu satu bulan antara suntikan 1 dan 2,
dan lima bulan antara suntikan 2 dan 3. Imunisasi ulang
diberikan 5 tahun setelah imunisasi dasar (Proverawati, 2010)

3) Efek samping
Reaksi local seperti rasa sakit,kemerahan dan pembengkakan
disekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat
ringan dan biasanya akan hilang setelah 2 hari (Proverawati,
2010).

4) Kontra indikasi
Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya
dengan vaksin-vaksin lain, vaksin ini tidak boleh diberikan
kepada penderita infeksi berat yang disertai kejang
(Proverawati, 2010).

4. Polio
1) Pengertian
Merupakan imunisasi yang bertujuan untuk mencegah penyakit
poliomyelitis. Pemberian vaksin polio dapat dikombinasikan
dengan vaksin DPT. Terdapat 2 macam vaksin polio, yaitu:
(1) Inactived Polio Vaccine (IPV = Vaksin, Salk),
mengandung virus polio yang telah dimatikan dan
diberikan melalui suntikan.
(2) Oral Polio Vaccine (OPV = Vaksin Sabin),
mengandung vaksin hidup yang telah dilemahkan dan
diberikan dalam bentuk pil atau cairan.
Polio dapat menyebabkan gejala yang ringan atau penyakit
yang sangat parah. Penyakit ini dapat menyerang system
pencernaan dan system syaraf. Polio menyebabkan demam,

13
muntah-muntah dan kekakuan otot yang dapat menyerang
saraf-saraf sehingga mengakibatkan kelumpuhan permanen.
Penyakit polio dapat ditularkan jika tinja penderita
mencemari makanan, air dan tangan (Proverawati, 2010).

2) Cara pemberian dan Dosis


Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali yaitu polio I, II, III, IV
dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Di Indonesia
umumnya diberikan vaksin sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak
2 tetes (0,1 mL) langsung kemulut anak atau dengan
menggunakan sendok yang berisi air gula. Setiap membuka vial
baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru
(Proverawati, 2010).

3) Efek samping
Pada umumnya imunisasi polio tidak terdapat efek samping
(Proverawati, 2010).

4) Kontra indikasi
Pemberian imunisasi polio tidak boleh dilakukan pada orang
yang menderita defisiensi imunitas. Tidak ada efek yang
berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang
sedang sakit. Namun jika ada keraguan, misalnya sedang
menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah
sembuh (Proverawati, 2010).

5. Campak
1) Pengertian
Imunisasi campak adalah imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena
penyakit ini sangat menular (Maryunani, 2012).

14
2) Cara pemberian dan Dosis
Pemberian vaksin campak hanya diberikan satu kali, dapat
dilakukan pada umur 9-11 bulan,dengan dosis 0,5 cc. Tempat
suntikan pada lengan kiri atas secara subcutan (Proverawati,
2010).

3) Efek samping
Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan
kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah
vaksinasi (Proverawati, 2010).

4) Kontra indikasi
Pemberian imunisasi campak tidak boleh dilakukan pada
orang yang mengalami immunodefisiensi atau individu yang
diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia
dan limfoma (Proverawati, 2010).

2.2.5 Jadwal pemberian Imunisasi Dasar


Jadwal pemberian imunisasi dasar yang baru adalah sebagai
berikut:
Tabel 1.1 Jadwal Imunisasi

Umur Jenis
< 7 hari Hepatitis B 0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3
4 bulan DPT-HB-Hi 3, Polio 4, IPV
9 bulan Campak

15
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1.Rancangan penelitian

Penelitian dengan judul “GambaranTingkatPengetahuanIbuTentangImunisasi


DasarPada Wilayah KerjaPuskesmasParinginKabupatenBalangan Kalimantan
Selatan” ini bersifat deskriptif kuantitatif.

3.2.Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Paringin. Penelitian ini dilakukan pada
bulan Januari 2018
.
3.3.Subyek Penelitian
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi
umur 0-12 bulan.
3.3.2. Sampel
Pada penelitian ini teknik sampel yang digunakan adalah total
sampling, yaitu seluruh seluruh ibu yang mempunyai bayi umur 0-12 bulan.

3.4. Variabel penelitian


Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan
orang tua terhadap imunisasi.

16
3.5. Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur


Operasional
Umur Lamanya waktu Kuesioner <20 tahun Ordinal
responden hidup 21 – 30 tahun
yang dihitung 31 – 40 tahun
sejak kelahiran >40 tahun
sampai saat
pengisian
kuesioner
Pendidikan Pendidikan Kuesioner SD Ordinal
formal tertinggi SMP/SLTP
yang berhasil di SMA/SLTA
tamatkan Perguruan Tinggi
responden
Pengetahuan Segala sesuatu Kuisioner Baik, jika skor Ordinal
yang diketahui jawaban ≥76-100%
atau di jawab Cukup, jika skor
responden dalam jawaban 56-75%
penelitian ini Kurang, jika skor
tentang jawaban ≤ 55%
imunisasi

3.6.Pengolahan Data
Pengolahan data pada penelitian ini di dasarkan pada teori dan penelitian ini
dilaksanakan dengan tahap – tahap sebagai berikut :
a. Editing
Editing data dilakukan untuk meneliti setiap daftar pertanyaan yang diisi,
Editing meliputi kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian dan
konsistensi dari setiap jawaban. Editing dilakukan segera setelah peneliti
menerima kuesioner yang telah diisi oleh responden sehingga apabila
terjadi kesalahan data dapat segera diperbaiki.

17
b. Coding
Coding adalah sebuah jawaban responden akan diberi kode sebelum data
dimasukan ke software komputer untuk dilakukan pengolahan data lebih
lanjut.

c. Scoring
Peneliti memberi nilai pada data sesuai dengan skor yang telah ditentukan
berdasarkan hasil lembar kuesioner dari responden.

d. Entry Data
Proses memasukan data ke dalam perangkat komputer, yaitu dengan
memasukan variabel – variabel yang ada dalam penelitian ini yaitu
pengetahuan ibu tentang imunisasi ke dalam perangkat komputer dengan
cara dikategorikan.

e. Processing
Data diproses melalui program Microsoft Excel.

f. Tabuling
Memasukan data – data hassil penelitian dalam tabel sesuai kriteria.

g. Clearing
Membuang data atau membersihkan data yang tidak terpakai.

3.7.Analisis Hasil
Analisa data yang digunakan adala analisis univariat dengan bantuan microsoft
excel, yaitu untuk melihat distribusi frekuensi variabel yang diteliti. Data
disajikan dalam bentuk tabel dan ditentukan presentase perolehan untuk tiap
tiap kategori dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
𝑓𝑖
𝑃= × 100%
𝑛

18
Keterangan :
P : Persentase
fi : frekuensi teramati
n : Jumlah responden yang menjadi sampel penelitian

19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

a. Karakteristik Responden
Karakteristik responden berdasarkan umur, tingkat pendidikan, dan
pekerjaan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, karakteristik
responden dapat dideskripsikan sebagai berikut :

Tabel 4.1
Tabel Karakteristik Responden
No Karakteristik Frekuensi Persentase
1 Responden
< 20 tahun 4 8%
20-35 tahun 34 68%
>35 tahun 12 24%
Jumlah 50 100%

2 Pendidikan
SD 4 8%
SMP 9 18%
SMA 13 26%
PT 24 48%
Jumlah 50 100%

3 Pekerjaan
IRT 30 60%
Buruh - -
Swasta 9 18%
PNS 5 10%

20
Wiraswasta 6 12%
Jumlah 50 100%

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa umur responden sebagian besar adalah antara
20-35 tahun yaitu 34 responden atau 68%. Tingkat pendidikan responden
sebagian besar adalah Perguruan Tinggi yaitu 24 responden atau 48%.
Sebagian pekerjaan responden merupakan Ibu Rumah Tangga yaitu sebesar
30 responden atau 60%.

b. Hasil Analisis Data


Hasil uji terhadap pengetahuan ibu di wilayah kerja Puskesmas Paringin
yang dilakukan menggunakan kuesioner mengenai pengertian imunisai,
tujuan imunisasi, manfaat imunisasi, tentang macam-macam imunisasi,
jadwal imunisasi.

Tabel 4.2
Pengetahuan Ibu Tentang Pengertian Imunisasi
No Pengetahuan Frekuensi Presentase
Baik 35 70%
Cukup 10 20%
Kurang 5 10%
Total 50 100%
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui pengetahuan Ibu tentang pengertian
imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Paringin sebagian besar baik yaitu 35
responden atau 70%.

Tabel 4.3
Pengetahuan Ibu tentang tujuan imunisasi
No Pengetahuan Frekuensi Presentase
1 Baik 17 34%
2 Cukup 24 48%
3 Kurang 9 18%

21
Jumlah 50 100%

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui pengetahuan Ibu tentang tujuan


imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Paringin sebagian besar cukup yaitu 24
responden atau 48%.

Tabel 4.4
Pengetahuan Ibu tentang manfaat imunisasi
No Pengetahuan Frekuensi Presentase
1 Baik 17 34%
2 Cukup 22 44%
3 Kurang 11 22%
Jumlah 50 100%

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui pengetahuan Ibu tentang manfaat


imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Paringin sebagian besar cukup yaitu 22
responden atau 44%.

Tabel 4.5
Pengetahuan Ibu tentang macam-macam imunisasi
No Pengetahuan Frekuensi Presentase
1 Baik 8 16%
2 Cukup 19 38%
3 Kurang 23 46%
Jumlah 50 100%

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui pengetahuan Ibu tentang imunisasi di


wilayah kerja Puskesmas Paringin sebagian besar cukup yaitu 22 responden
atau 44%.

22
Tabel 4.6
Pengetahuan Ibu tentang jadwal imunisasi
No Pengetahuan Frekuensi Presentase
1 Baik 23 46%
2 Cukup 16 32%
3 Kurang 11 22%
Jumlah 50 100%
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui pengetahuan Ibu tentang jadwal
imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Paringin sebagian besar baik yaitu 23
responden atau 46%.

Tabel 4.7
Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar
No Pengetahuan Frekuensi Presentase
Baik 28 56%
Cukup 12 24%
Kurang 10 20%
Total 50 100%
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui pengetahuan Ibu tentang imunisasi
dasar di wilayah kerja Puskesmas Paringin sebagian besar baik yaitu 28
responden atau 56%.

b. Pembahasan
1. Pengetahuan Ibu Tentang Pengertian Imunisasi Dasar Di Puskesmas
Paringin
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan Ibu
tentang pengertian imunisasi di Puskesmas Paringin sebagian besar
baik yaitu 35 responden atau 70%.
Karakteristik responden dengan pendidikan tinggi yaitu 24
responden dengan presentase 42%. Seseorang dengan pendidikan
tinggi biasanya lebih mampu menyerap informasi-informasi sangat
berkaitan dengan tingkat pengetahuan seseorang. Pendidikan

23
menrupakan faktor pendorong pengetahuan Ibu tentang imunisasi.
Sesuai dengan teori Duniabaca (2015) hal ini bisa disebabkan karena
dilihat dari dari tingkat pendidikan. Semakin tinggi pendidikan
seeorang semakin mudah seseorang tersebut untuk menerima
informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung
untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media
massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula
pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang
berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah.

2. Pengetahuan Ibu tentang tujuan imunisasi dasar di Puskesmas


Paringin
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat pengetahuan
ibu tentang tujuan imunisasi di Puskesmas Paringin sebagian besar
adalah cukup yaitu 24 responden atau 48% dapat dilihat dari
pertanyaan yang paling banyak salah menjawab yaitu pertanyaan
pemberian imunisasi BCG bertujuan untuk menimbulkan kekebalan
aktif terhadap penyakit. Responden sudah mengetahui tujuan
imunisasi secara umum, meski terkadang responden masih kurang
memahami tujuan imunisasi secara spesifik.
Banyaknya responden dengan pengetahuan cukup tentang tujuan
imunisasidasar ini dikarenakan responden hidup dilingkungan yang
hidup secara sosialsecara masyarakat. Dimana masyarakat sering
berkumpul dalam bertukar informasi. Lingkungan memberikan
pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat
mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk
tergantung pada sifat kelompoknya. Cara berpikir seseorang akan
dipengaruhi lingkungannya dalam memperoleh suatu pengalaman.

24
Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya
dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu
proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan (Notoatmodjo,
2012).

3. Pengetahuan Ibu tentang Manfaat Imunisasi di Puskesmas Paringin


Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar
pengetahuanibu tentang manfaat imunisasi dasar di puskesmas
Paringin sebagian besar adalah cukup yaitu 22 responden atau 44%.
Imunisasi memiliki manfaat pada balita. Imunisasi merupakan
usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti
untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Imunisasi berfungsi untuk
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak
terjadi sakit (Aziz, 2009). Hal ini sudah cukup banyak diketahui oleh
responden.

Banyaknya responden yang mempunyai pengetahuan cukup pada


pertanyaan manfaat pemberian Imunisasi campak yaitu menurunkan
kekebalan tubuh seseorang secara aktif terhadap suatu antigen dan
pertanyaan manfaat Imunisasi polio yaitu tidak mencegah penyakit
poliomyelitis. Hal ini merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pengetahuan adalah faktor usia, usia mempengaruhi
terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah
usia akan semakin berkembang daya tangkap dan pola pikir
seseorang, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik.

25
4. Pengetahuan Ibu tentang macam-macam Imunisasi dasar di
Puskesmas Paringin
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar
pengetahuanibu yang mengimunisasi anaknya tentang macam-
macam imunisasi dasar di puskesmas Paringin sebagian besar adalah
kurang yaitu 23responden atau 46%. Hal ini dapat dilihat dari faktor
lain yang dapat mempengaruhi pengetahuan yaitu pekerjaan,
pekerjaan ibu dimana ibu yang tidak memiliki pekerjaan tetap
menunjukkan kondisi yang positif dan ibu yang memiliki pekerjaan
tetap harus bisa dengan rutin membawa anaknya ke puskesmas untuk
imunisasi.

5. Pengetahuan Ibu tentang jadwal Imunisasi dasar di Puskesmas


Paringin
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar
pengetahuanibu mengenai jadwal pemberian imunisasi dasar di
puskesmas Paringin sebagian besar adalah baik dan cukup masing-
masing 23 responden atau 46%.
Hal ini kemungkinan pengetahuan ibu tentang jadwal imunisasi
dalam kategori baik dikarenakan informasi yang berulang yang
disampaikan petugas kesehatan tentang jadwal imunisasi selanjutnya
serta ibu-ibu atau responden selalu memperhatikan jadwal imunisasi
bayinya dan petugas kesehatan selalu memberitahu dan memberi
catatan kepada responden atau ibu kapan ibu harus
mengimunisasikan bayinya. Sehingga responden sudah mengetahui
jadwal imunisasi dan tinggal mengingat kapan harus
mengimunisasikan bayinya.
Dari hasil kuesioner responden mengisi dengan jawaban yang
cukup baik karena sebagian besar responden telah memahami
jadwal-jadwal imunisasi yang sudah di jadwalkan. Sehingga tentang
jadwal imunisasi responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik
dan cukup.

26
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1. Pengetahuan Ibu tentang pengertian imunisasi di wilayah kerja Puskesmas
Paringin sebagian besar baik yaitu 35 responden atau 70%.
2. Pengetahuan Ibu tentang tujuan imunisasi di wilayah kerja Puskesmas
Paringin sebagian besar cukup yaitu 24 responden atau 48%.
3. Pengetahuan Ibu tentang manfaat imunisasi di wilayah kerja Puskesmas
Paringin sebagian besar cukup yaitu 22 responden atau 44%.
4. Pengetahuan Ibu tentang imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Paringin
sebagian besar cukup yaitu 22 responden atau 44%.
5. Pengetahuan Ibu tentang jadwal imunisasi di wilayah kerja Puskesmas
Paringin sebagian besar baik yaitu 23 responden atau 46%.

5.2. Saran
1. Bagi Ibu
Untuk meningkatkan pengetahuannya secara mandiri tidak hanya
bergantung pada tenaga kesehatan, yaitu dengan cara mencari
informasi tentang imunisasi dasar pada media cetak seperti buku,
majalah, dll ataupun media elektronik dan bisa juga bertanya pada
orang yang tua atau orang yang lebih pengalaman

2. Bagi Puskesmas
Untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan
imunisasi dengan cara menberikan penjelasan atau KIE pada ibu-
ibu yang akan mengimunisaikan bayinyamengenai pengertian,
tujuan, jenis, cara pemberian, jadwal pemberian, kontraindikasi dan
efek samping pasca pemberian imunisasi pada bayi.

27
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,S. (2013), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,


Edisi pertama, Rineka Cipta, Jakarta, Indonesia
Atika Putri Dewi dkk. 2014, Imunisasi Dasar Lengkap, Pengetahuan
JurnalKesehatanAndalas. Jakarta:Medika, Indonesia
Alimul Hidayat, Abdul. Aziz. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia
Aplikasi Konsepdan Proses Perawatan. Jakarta:Salemba
Medika
Depkes. 2013, Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta, Indonesia

IdMedis, 2016. Pentingnya Pemberian Imunisasi Dasar pada


Anak SertaJadwal Imunisas idan Jenis Vaksin yang
Wajib Diberikan
Marimba Hanum. 2010, Tumbuh Kembang, Status Gizi, Dan
Imunisasi Dasar Pada Balita. Nuha Medika: Yogyakarta,
Indonesia
Nursalam. 2013, Konsep dan Penerapan Metode Pendidikan. Jakarta:
EGC

Notoatmodjo. 2010, Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

___________.2012. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.


Jakarta:Rineka Cipta
Nana Syaodih Sukmadinata. 2009, Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Ramli Kamrianti. 2011, Skala Pengukuran dan


InstrumenPenelitian.Jakarta:EGC
Sugiyono. 2010, Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

________. 2010, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. 2006, Prosedur Penelitian Suatu


PendekatanPraktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Wahyuni Sari. 2012, Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta: EGC

Widayati. 2012, Gasterl Jurnal Ilmu Kesehatan. Yogyakarta: Stikes


Aisyiyah

28

Anda mungkin juga menyukai