Mini Project Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Imunisasi Dasar
Mini Project Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Imunisasi Dasar
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah : Bagaimana Pengetahuan ibu tentang Imunisasi Dasar di wilayah
kerja Puskesmas Paringin ?
1.3 Tujuan
Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Dasar di
wilayah kerja Puskesmas Paringin
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka
2.1 Konsep Dasar Pengetahuan
a) Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2010) adalah merupakan hasil
dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu obyek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga yaitu melalui proses melihat
atau mendengar kenyataan, selain itu juga melalui pengalaman dan
proses belajar mengajar dalam pendidikan formal ataupun
nonformal. Perilaku yang disadari oleh pengetahuan akan lebih
sempurna daripada perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara dan
angket.
3
c) Tingkat Pengetahuan dalam domain kognitif
Tingkat pengetahuan dalam domain kognitif menurut
Notoatmodjo(2010) mempunyai 6 tingkat, yaitu :
1. Tahu (Know)
Yaitu mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Kata kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain menyebutkan, menguraiakan, mendefinisikan atau
menyatakan.
2. Memahami (Comprehension)
Yaitu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secar benar. Orang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan.
menyimpulkan, meramalkan objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil. Aplikasi di sini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Yaitu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Sintesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam
satu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya dapat
menyusun, dapat merencanakan.
4
6. Evaluasi (Evaluation)
Yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penlaian itu didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria
yang telah ada.
5
meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan juga dapat
mempengaruhi seseorang termasuk pula prilaku seseorang
akan pola hidup terutama dalam memotivasi sikap berperan
serta dalam pembangunan. Pada umumnya makin tinggi
pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.
2) Pekerjaan
Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan
terutama untuk menunjang kehidupan dan kehidupan
keluarga.
3) Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai dilahirkan
sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berpikir dan bekerja.
2. Faktor Eksternal
1) Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan suatu kondisi yang ada disekitar
manusia dan pengaruhnya dapat mempengaruhi
perkembangan prilaku orang atau kelompok.
2) Faktor budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
f) Pengukuran pengetahuan
Pengetahuan dapat diukur dengan cara orang yang bersangkutan
mengungkapkan hal-hal yang diketahuinya dalam bentuk bukti
jawaban, baik lisan maupun tulisan. Pertanyaan atau tes dapat di
gunakan untuk pengukuran pengetahuan yang secara umum dapat
di kelompokkan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Pertanyaan subjektif, misalnya pertanyaan uraian.
6
2. Pertanyaan objektif, misalnya pertanyaan pilihan ganda
(multiple choice), benar salah dan pertanyaan yang menjodohkan.
7
2. Untuk keluarga yaitu menghilangkan kecemasan dan
psikologi pengobatan bila anak sakit dan mendorong
pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa
anaknya akan menjalani masa kanak-kanan yang nyaman
3. Untuk Negara yaitu memperbaiki tingkat kesehaan,
menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk
melanjutkan pembangunan Negara.
8
4) Efek samping
Reaksi yang timbul tidak seperti pada imunisasi dengan
vaksin lain. Imunisasi BCG tidak menyebabkan demam.
Setelah 1-2 minggu diberikan imunisasi,akan timbul indurasi
dan kemerahan ditempat suntikan yang berubah menjadi
pustule, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu
pengobatan khusus, karena luka ini akan sembuh dengan
sendirinya secara spontan.
5) Kontra indikasi
Imunisasi BCG tidak boleh diberikan pada kondisi seorang
anak menderita penyakit kulit yang berat atau menahun
seperti eksim, furunkolosis, dan sebagainya. Selain itu
imunisasi BCG tidap dapat diberikan pada anak yang
berpenyakit TB atau menunjukkan uji mantoux positif.
2. DPT-Hb-HiB (Pentavalen)
1) Pengertian
Imunisasi DPT bertujuan untuk mencegah 3 penyakit
sekaligus yaitu difteri, pertusis, tetanus (Proverawati,
2010).Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri corynebacterium diphteriae. Pertusis adalah
penyakit batuk rejan atau dikenal dengan batuk seratus
hari adalah penyakit infeksi saluran yang disebabkan oleh
bakteri bordetella pertusis (Marimbi, 2010).Tetanus adalah
penyakit dengan gangguan neuro maskular akut berupa
trismus (Maryunani, 2012).
Sedangkan imunisasi Hib (Haemophilius influenza tipe b)
merupakan suatu bakteri gram negative. Hib terbagi atas
jenis yang berkapsul dan tidak berkapsul. Tipe yang tidak
berkapsul umumnya tidak ganas dan hanya menyebabkan
infeksi ringan misalnya faringitis atau otitis media. Tipe
9
yang berkapsul merupakan yang paling ganas dan salah
satu penyebab yang paling sering dari kesakitan dan
kematian pada bayi dan anak kurang dari 5 tahun.
Kelompok usia paling rentan terhadap infeksi hib adalah
usia 4-8 bulan.
2) Waktu Pemberian
Pentavalen tidak boleh digunakan pada bayi yang baru lahir
Pemberian pentavalen merupakan bagian dari imunisasi dasar
pada bayi. Diberikan pada bayi usia 2 bulan, 3bulan, dan 4
bulan. Vaksin ini aman dan efektif diberikan bersamaan
dengan vaksin BCG, campak, polio (OPV atau IPV) dan
suplemen vitamin A. Jika vaksin ini diberikan bersamaan
dengan vaksin lain, harus disuntikkan pada lokasi yang
berlainan.
4) Efek samping
Jenis dan angka kejadian reaksi simpang yang berat tidak
berbeda secara bermakna dengan vaksin DPT, hepatitis B,
dan Hib yang diberikan secara terpisah. Beberapa reaksi local
sementara seperti : bengkak, nyeri, dan kemerahan pada
lokasi suntikan disertai demam dapat timbul dalam jumlah
10
besar kasus. Episode hypotonic-hyporesponsive pernah
dilaporkan, kejang demam telah dilaporkan dengan angka
kejadian 1 kasus per 12.500 dosis pemberian. Pemberian
asetaminofen pada saat dan 4-8 jam setelah imunisasi
mengurangi terjadinya demam. Studi yang dilakukan oleh
sejumlah kelompok termasuk United states Institute
ofMedicine, The Advisory Commitee on imunization
Practices, dan asosiasi dokter spesialis anak di Australia,
Kanada, inggris, dan Amerika, menyimpulkan bahwa data
tidak menunnjukkan adanya hubungan kausal antara DPT dan
disfungsi sistem syaraf kronis pada anak. Oleh karenanya,
tidak ada bukti ilmiah bahwa reaksi tersebut mempunyai
dampak permanen pada anak.
Vaksin hepatitis B dapat ditoleransi dengan baik, dalam studi
menggunakan plasebo sebagai kontrol, selain nyeri lokal,
dilaporkan kejadian seperti myalgia dan demam ringan tidak
sering dibandingkan dengan kelompok plasebo. Laporan
mengenai reaksi analfilaksis berat sangat jarang. Data yang
ada tidak menunjukkan adanya hubungan kausalitas antara
vaksin hepatitis B dan sindoma Gullian –Barre atau
kerusakan demyelinasi termasuk gangguan sklerosis multipel,
dan juga tidak ada data epidemiologi untuk menunjang
hubungan kausal antara vaksinasi hepatitis B dan sindroma
fatigue kronis, artritis, kelainan autoimun, asma, sindroma
kematian mendadak pada bayi, atau diabetes.
Vaksin Hib ditoleransi dengan baik, reaksi lokal dapat terjadi
dalam 24 jam setelah vaksinasi dimana penerima vaksin
dapat merasakan nyeri pada lokasi penyuntikan. Reaksi ini
biasanya bersifat ringan dan sementara, pada umumnya akan
sembuh dengan sendirinya dalam dua atau tiga hari, dan tidak
memerlukan tindakan medis lebih lanjut. Reaksi sistem
11
ringan termasuk demam, jarang terjadi setelah penyuntikan
vaksin Hib, reaksi berat lainnya jarang hubungan kausalitas
antara reaksi berat lainnya dan vaksin belum pernah
ditegakkan.
5) Kontra Indikasi
Hipersensitif terhadap komponen vaksin, atau reaksi berat
terhadap dosis vaksin kombinasi sebelumnya atau bentuk –
bentuk reaksi sejenis lainnya.
Kontraindikasi dosis pertama DPT adalah Kejang atau gejala
kelainan otak pada bayi baru lahir atau kelainan saraf serius
lainnya merupakan kontraindikasi terhadap komponen
pertutis. Dalam hal ini vaksin tidak boleh diberikan sebagai
vaksin kombinasi, tetapi vaksin DT harus diberikan sebagai
pengganti DPT, vaksin Hepatitis B dan Hib diberikan secara
terpisah.
3. Hepatitis B
1) Pengertian
Imunisasi hepatitis B diberikan untuk memberi tubuh
kekebalan terhadap penyakit hepatitis B. Penyakit hepatitis
B disebabkan oleh virus yang telah mempengaruhi organ
liver (hati). Virus ini akan tinggal selamanya dalam tubuh.
Bayi-bayi yang terjangkit virus hepatitis berisiko terkena
kanker hati atau kerusakan pada hati. Virus hepatitis B
ditemukan didalam cairan tubuh orang yang terjangkit
termasuk darah, ludah dan air mani (Proverawati, 2010).
12
dilakukan dengan cara pemberian suntikan dasar sebanyak 3
kali dengan jarak waktu satu bulan antara suntikan 1 dan 2,
dan lima bulan antara suntikan 2 dan 3. Imunisasi ulang
diberikan 5 tahun setelah imunisasi dasar (Proverawati, 2010)
3) Efek samping
Reaksi local seperti rasa sakit,kemerahan dan pembengkakan
disekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat
ringan dan biasanya akan hilang setelah 2 hari (Proverawati,
2010).
4) Kontra indikasi
Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya
dengan vaksin-vaksin lain, vaksin ini tidak boleh diberikan
kepada penderita infeksi berat yang disertai kejang
(Proverawati, 2010).
4. Polio
1) Pengertian
Merupakan imunisasi yang bertujuan untuk mencegah penyakit
poliomyelitis. Pemberian vaksin polio dapat dikombinasikan
dengan vaksin DPT. Terdapat 2 macam vaksin polio, yaitu:
(1) Inactived Polio Vaccine (IPV = Vaksin, Salk),
mengandung virus polio yang telah dimatikan dan
diberikan melalui suntikan.
(2) Oral Polio Vaccine (OPV = Vaksin Sabin),
mengandung vaksin hidup yang telah dilemahkan dan
diberikan dalam bentuk pil atau cairan.
Polio dapat menyebabkan gejala yang ringan atau penyakit
yang sangat parah. Penyakit ini dapat menyerang system
pencernaan dan system syaraf. Polio menyebabkan demam,
13
muntah-muntah dan kekakuan otot yang dapat menyerang
saraf-saraf sehingga mengakibatkan kelumpuhan permanen.
Penyakit polio dapat ditularkan jika tinja penderita
mencemari makanan, air dan tangan (Proverawati, 2010).
3) Efek samping
Pada umumnya imunisasi polio tidak terdapat efek samping
(Proverawati, 2010).
4) Kontra indikasi
Pemberian imunisasi polio tidak boleh dilakukan pada orang
yang menderita defisiensi imunitas. Tidak ada efek yang
berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang
sedang sakit. Namun jika ada keraguan, misalnya sedang
menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah
sembuh (Proverawati, 2010).
5. Campak
1) Pengertian
Imunisasi campak adalah imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena
penyakit ini sangat menular (Maryunani, 2012).
14
2) Cara pemberian dan Dosis
Pemberian vaksin campak hanya diberikan satu kali, dapat
dilakukan pada umur 9-11 bulan,dengan dosis 0,5 cc. Tempat
suntikan pada lengan kiri atas secara subcutan (Proverawati,
2010).
3) Efek samping
Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan
kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah
vaksinasi (Proverawati, 2010).
4) Kontra indikasi
Pemberian imunisasi campak tidak boleh dilakukan pada
orang yang mengalami immunodefisiensi atau individu yang
diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia
dan limfoma (Proverawati, 2010).
Umur Jenis
< 7 hari Hepatitis B 0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3
4 bulan DPT-HB-Hi 3, Polio 4, IPV
9 bulan Campak
15
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Rancangan penelitian
16
3.5. Definisi Operasional
3.6.Pengolahan Data
Pengolahan data pada penelitian ini di dasarkan pada teori dan penelitian ini
dilaksanakan dengan tahap – tahap sebagai berikut :
a. Editing
Editing data dilakukan untuk meneliti setiap daftar pertanyaan yang diisi,
Editing meliputi kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian dan
konsistensi dari setiap jawaban. Editing dilakukan segera setelah peneliti
menerima kuesioner yang telah diisi oleh responden sehingga apabila
terjadi kesalahan data dapat segera diperbaiki.
17
b. Coding
Coding adalah sebuah jawaban responden akan diberi kode sebelum data
dimasukan ke software komputer untuk dilakukan pengolahan data lebih
lanjut.
c. Scoring
Peneliti memberi nilai pada data sesuai dengan skor yang telah ditentukan
berdasarkan hasil lembar kuesioner dari responden.
d. Entry Data
Proses memasukan data ke dalam perangkat komputer, yaitu dengan
memasukan variabel – variabel yang ada dalam penelitian ini yaitu
pengetahuan ibu tentang imunisasi ke dalam perangkat komputer dengan
cara dikategorikan.
e. Processing
Data diproses melalui program Microsoft Excel.
f. Tabuling
Memasukan data – data hassil penelitian dalam tabel sesuai kriteria.
g. Clearing
Membuang data atau membersihkan data yang tidak terpakai.
3.7.Analisis Hasil
Analisa data yang digunakan adala analisis univariat dengan bantuan microsoft
excel, yaitu untuk melihat distribusi frekuensi variabel yang diteliti. Data
disajikan dalam bentuk tabel dan ditentukan presentase perolehan untuk tiap
tiap kategori dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
𝑓𝑖
𝑃= × 100%
𝑛
18
Keterangan :
P : Persentase
fi : frekuensi teramati
n : Jumlah responden yang menjadi sampel penelitian
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Karakteristik Responden
Karakteristik responden berdasarkan umur, tingkat pendidikan, dan
pekerjaan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, karakteristik
responden dapat dideskripsikan sebagai berikut :
Tabel 4.1
Tabel Karakteristik Responden
No Karakteristik Frekuensi Persentase
1 Responden
< 20 tahun 4 8%
20-35 tahun 34 68%
>35 tahun 12 24%
Jumlah 50 100%
2 Pendidikan
SD 4 8%
SMP 9 18%
SMA 13 26%
PT 24 48%
Jumlah 50 100%
3 Pekerjaan
IRT 30 60%
Buruh - -
Swasta 9 18%
PNS 5 10%
20
Wiraswasta 6 12%
Jumlah 50 100%
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa umur responden sebagian besar adalah antara
20-35 tahun yaitu 34 responden atau 68%. Tingkat pendidikan responden
sebagian besar adalah Perguruan Tinggi yaitu 24 responden atau 48%.
Sebagian pekerjaan responden merupakan Ibu Rumah Tangga yaitu sebesar
30 responden atau 60%.
Tabel 4.2
Pengetahuan Ibu Tentang Pengertian Imunisasi
No Pengetahuan Frekuensi Presentase
Baik 35 70%
Cukup 10 20%
Kurang 5 10%
Total 50 100%
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui pengetahuan Ibu tentang pengertian
imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Paringin sebagian besar baik yaitu 35
responden atau 70%.
Tabel 4.3
Pengetahuan Ibu tentang tujuan imunisasi
No Pengetahuan Frekuensi Presentase
1 Baik 17 34%
2 Cukup 24 48%
3 Kurang 9 18%
21
Jumlah 50 100%
Tabel 4.4
Pengetahuan Ibu tentang manfaat imunisasi
No Pengetahuan Frekuensi Presentase
1 Baik 17 34%
2 Cukup 22 44%
3 Kurang 11 22%
Jumlah 50 100%
Tabel 4.5
Pengetahuan Ibu tentang macam-macam imunisasi
No Pengetahuan Frekuensi Presentase
1 Baik 8 16%
2 Cukup 19 38%
3 Kurang 23 46%
Jumlah 50 100%
22
Tabel 4.6
Pengetahuan Ibu tentang jadwal imunisasi
No Pengetahuan Frekuensi Presentase
1 Baik 23 46%
2 Cukup 16 32%
3 Kurang 11 22%
Jumlah 50 100%
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui pengetahuan Ibu tentang jadwal
imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Paringin sebagian besar baik yaitu 23
responden atau 46%.
Tabel 4.7
Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar
No Pengetahuan Frekuensi Presentase
Baik 28 56%
Cukup 12 24%
Kurang 10 20%
Total 50 100%
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui pengetahuan Ibu tentang imunisasi
dasar di wilayah kerja Puskesmas Paringin sebagian besar baik yaitu 28
responden atau 56%.
b. Pembahasan
1. Pengetahuan Ibu Tentang Pengertian Imunisasi Dasar Di Puskesmas
Paringin
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan Ibu
tentang pengertian imunisasi di Puskesmas Paringin sebagian besar
baik yaitu 35 responden atau 70%.
Karakteristik responden dengan pendidikan tinggi yaitu 24
responden dengan presentase 42%. Seseorang dengan pendidikan
tinggi biasanya lebih mampu menyerap informasi-informasi sangat
berkaitan dengan tingkat pengetahuan seseorang. Pendidikan
23
menrupakan faktor pendorong pengetahuan Ibu tentang imunisasi.
Sesuai dengan teori Duniabaca (2015) hal ini bisa disebabkan karena
dilihat dari dari tingkat pendidikan. Semakin tinggi pendidikan
seeorang semakin mudah seseorang tersebut untuk menerima
informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung
untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media
massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula
pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang
berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah.
24
Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya
dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu
proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan (Notoatmodjo,
2012).
25
4. Pengetahuan Ibu tentang macam-macam Imunisasi dasar di
Puskesmas Paringin
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar
pengetahuanibu yang mengimunisasi anaknya tentang macam-
macam imunisasi dasar di puskesmas Paringin sebagian besar adalah
kurang yaitu 23responden atau 46%. Hal ini dapat dilihat dari faktor
lain yang dapat mempengaruhi pengetahuan yaitu pekerjaan,
pekerjaan ibu dimana ibu yang tidak memiliki pekerjaan tetap
menunjukkan kondisi yang positif dan ibu yang memiliki pekerjaan
tetap harus bisa dengan rutin membawa anaknya ke puskesmas untuk
imunisasi.
26
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Pengetahuan Ibu tentang pengertian imunisasi di wilayah kerja Puskesmas
Paringin sebagian besar baik yaitu 35 responden atau 70%.
2. Pengetahuan Ibu tentang tujuan imunisasi di wilayah kerja Puskesmas
Paringin sebagian besar cukup yaitu 24 responden atau 48%.
3. Pengetahuan Ibu tentang manfaat imunisasi di wilayah kerja Puskesmas
Paringin sebagian besar cukup yaitu 22 responden atau 44%.
4. Pengetahuan Ibu tentang imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Paringin
sebagian besar cukup yaitu 22 responden atau 44%.
5. Pengetahuan Ibu tentang jadwal imunisasi di wilayah kerja Puskesmas
Paringin sebagian besar baik yaitu 23 responden atau 46%.
5.2. Saran
1. Bagi Ibu
Untuk meningkatkan pengetahuannya secara mandiri tidak hanya
bergantung pada tenaga kesehatan, yaitu dengan cara mencari
informasi tentang imunisasi dasar pada media cetak seperti buku,
majalah, dll ataupun media elektronik dan bisa juga bertanya pada
orang yang tua atau orang yang lebih pengalaman
2. Bagi Puskesmas
Untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan
imunisasi dengan cara menberikan penjelasan atau KIE pada ibu-
ibu yang akan mengimunisaikan bayinyamengenai pengertian,
tujuan, jenis, cara pemberian, jadwal pemberian, kontraindikasi dan
efek samping pasca pemberian imunisasi pada bayi.
27
DAFTAR PUSTAKA
Wahyuni Sari. 2012, Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta: EGC
28