Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Sejarah Perhutani Pine Chemical Industry Pemalang

Perhutani Pine Chemical Industry (PPCI) adalah sebuah industri kimia milik
Perhutani yang mengolah bahan baku berupa getah pinus menjadi produk gondorukem (gum
rosin), terpentin, dan produk derivatifnya, seperti α-pinene, β-pinene, δ-carene, δ-limonene,
α-terpineol, dan cineol. PPCI Pemalang merupakan Kesatuan Bisnis mandiri (KBM) yang
dibentuk oleh Perhutani di bawah Bagian Komersial Kayu dan Non Kayu yang di dalamnya
terdapat beberapa divisi. PPCI Pemalang termasuk ke dalam Divisi Gondorukem Terpentin
Derivat dan Minyak Kayu Putih yang dipimpin oleh kepala divisi. Divisi ini membawahi
beberapa KBM, di antaranya KBM Gondorukem dan Terpentin I Jawa Tengah, KBM
Gondorukem dan Terpentin II Jawa Timur, dan KBM Minyak Kayu Putih serta KBM PPCI
Pemalang.
PPCI Pemalang didirikan bermula dari suatu proyek bernama Pabrik Derivat
Gondorukem Terpentin (PDGT) Pemalang yang merupakan wujud komitmen pengembangan
industri hilir hutan yang telah dirancang dalam masterplan roadmap bisnis perusahaan
dengan motto “Become a DOMINANT PLAYER in Gum Rosin dan Turpentine Derivative”.
Latar belakang pendirian PPCI Pemalang adalah tersedianya bahan baku, berupa
getah pinus, yang baik serta teknologi prosesnya yang sederhana, tetapi belum dimanfaatkan
secara maksimal. Selain itu, kebutuhan pasar yang tinggi juga menjadi faktor penting karena
nilai tambah produk yang tinggi dan kebutuhan dunia akan produk derivat dari terpentin dan
gondorukem sangat tinggi. PPCI Pemalang merupakan satu-satunya pabrik terbesar pengolah
hasil turunan dari terpentin dan gondorukem di kawasan Asia Tenggara.
Proyek PDGT Pemalang didirikan oleh Perum Perhutani dengan main contractor PT
Rekayasa Industri. Riwayat pendirian pabrik derivat gondorukem dan terpentin Pemalang
bermula dari kegiatan Feasibility Study (FS) atau Studi Kelayakan oleh PT. Pasadena
Engineering Indonesia pada tahun 2010. Kemudian, Kementrian BUMN mengeluarkan surat
persetujuan pada Mei 2011 yang dilanjutkan dengan penetapan lokasi pabrik derivat di
Pemalang. Pada Desember 2011, ground breaking pembangunan pabrik diresmikan oleh
Menteri BUMN. Konstruksi dimulai Februari 2012 oleh PT. Rekayasa Industri. Proyek ini
selesai pada Oktober 2013, lalu Proyek PDGT Pemalang berganti nama menjadi Perhutani
Pine Chemical Industry (PPCI) Pemalang.

1
B. Lokasi Pabrik

Secara geografis, PPCI Pemalang terletak di Jalan D. I. Panjaitan, Desa Saradan,


Kecamatan Pemalang, Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Alasan
kenapa pabrik ini berdiri di daerah tersebut adalah dulunya jauh dengan pemukiman warga
dan mendekati sumber bahan baku.

C. Bahan Baku
C.1. Bahan Baku Pembuatan Gondorukem dan Terpentin
i. Getah Pinus
Bahan baku dalam proses pengolahan getah pinus di Pabrik PPCI Pemalang berupa
getah dari tanaman pinus (Pinus merkusii).
Unsur-unsur terpenting yang menyusun getah pinus adalah asam pimarat dan asam
abietic pada gondorukem serta senyawa terpen pada terpentin.
Syarat mutu getah pinus dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 1.1 Syarat Mutu Getah Pinus (SNI 7837:2012)
No Karakteristik Satuan Mutu
SP P I II TU
1 Warna - Putih Putih Putih Putih Putih
kecoklatan kecoklatan
2 Kadar air + % 0< 5< 10 < 14 < ka+kk ≥18
kadar ka+kk ka+kk ka+kk ka+kk ≤
kotoran ≤5 ≤ 10 ≤ 14 18
Keterangan:
SP adalah super premium
P adalah premium
ka adalah kadar air
kk adalah kadar kotoran

ii. Terpentin
Terpentin pada pembuatan gondorukem berfungsi sebagai pelarut getah pinus menjadi
soft rosin agar mudah dalam perlakuan transfer dan proses antara setiap unit prosesnya.
Selain itu, terpentin ini dapat memisahkan antara konten kotoran dan kadar air pada getah
agar tidak menurunkan produk kualitas gondorukem, baik warna maupun kadar uap.

2
Tabel 1.2 Karakteristik Senyawa Terpentine
Komponen Keterangan
Rumus molekul C10H16
Kenampakan Cairan tidak berwarna
Titik didih 150-160 °C
Titik nyala 33-38 °C
Berat jenis (25oC) 0,848-0,865 g/cm3
Indeks Bias (20oC) 1,464-1,478
Kelarutan dalam air Tidak larut
Larut dalam benzena, kloroform, eter,
Kelarutan dalam senyawa lain karbon disulfida, petroleum eter dan
minyak.
Bau dan rasa Memiliki bau dan rasa khas terpentin

iii. Hot Water (Air Panas)


Hot Water ini berfungsi pada proses pemisahan kadar kotoran halus pada soft rosin
sebelum dilakukan pemasakan/pemisahan gondorukem dan terpentin pada soft rosin.
Tabel 1.3 Karakteristik Senyawa Air
Komponen Keterangan
Rumus Molekul H2O
Berat molekul 18,02 g/mol
Kenampakan Cairan tidak berwarna
Densitas 1 g/cm3
Titik leleh 0 °C (273,15 K) (32 °F)
Titik didih (100 °C) (373,15 K) (212 °F)
Titik beku 0 °C
Viskositas (20 oC) 1,002

iv. Asam Oksalat


Asam oksalat berfungsi untuk membersihkan getah dari zat pengotor, terutama unsur
besi, pada saat dilakukan penyadapan getah pinus dari pohonnya dan menjernihkan larutan
getah.
Tabel 1.3 Karakteristik Senyawa Asam Oksalat
Komponen Keterangan
Rumus Molekul C2H2O4
Berat molekul 90,04 g/mol
Kenampakan Berbentuk Kristal, berwarna putih
Densitas 1,897 g/cm3
Titik leleh 187 °C

3
v. Garam Industri
Garam industri (NaCl atau Na2SO4) berfungsi untuk mengikat kadar air pada terpentin
atau sebagai pendehidrasi.
Tabel 1.4 Karakteristik Senyawa NaCl
Komponen Keterangan
Berat molekul 58,44 g/mol
Berbentuk bubuk kristal padat,
Kenampakan
berwarna putih
Titik lebur 801 °C (1473,8 °F)
Titik didih 1413 °C (2575 °F)
Specific gravity 2,165
Kelarutan dalam air Larut dalam air dingin dan air panas
Larut dalam gliserol, dan amonia.
Kelarutan dalam senyawa lain Sangat sedikit larut dalam alkohol.
Tidak larut dalam asam klorida

Tabel 1.5 Karakteristik Senyawa Na2SO4


Komponen Keterangan
Berat molekul 142,05 g/mol
Kenampakan Berbentuk kristal
Titik lebur 884 °C
Panas pembentukan 1385 kJ/mol
Panas pelarutan 1,17 kJ/mol
Specific gravity 2,664

D. Produk
D.1. Produk Pabrik Gondorukem dan Terpentin (PGT)
i. Terpentin
Terpentin adalah nama yang diberikan pada sebagian besar oleo resin semi-fluid yang
diperoleh dari pohon pinus. Zat yang diperoleh dari pohon ini terdiri dari 75-90% resin dan
10-25% minyak. Jika didistilasi, substansi ini akan menghasilkan terpentin (C10H6).
Terpentin, eksudat resin atau ekstrak yang diperoleh dari pohon konifer, terutama dari
genus pinus. Terpentin terdiri dari resin dilarutkan dalam minyak atsiri. Campuran ini dapat
dipisahkan dengan berbagai teknik distilasi menjadi bagian yang mudah menguap disebut
minyak terpentin dan bagian yang tidak menguap disebut resin. Sifat terpentin adalah sebagai
berikut:
a) komposisi terpentin terdiri dari α-Pinene, Camphene, β-Pinene, δ-Limonen, δ-Carene, p-
cymene, α-Terpinolene, dan α-Terpineol

4
b) komponen reaktif yang dapat bereaksi membentuk α-Terpineol antara lain α-Pinene, β-
Pinene dan δ-Limonen
Tabel 1.12 Karakteristik Senyawa Terpentin
Komponen Keterangan
Rumus molekul C10H16
Kenampakan Cairan tidak berwarna
Titik didih 150-160 °C
Titik nyala 33-38 °C
Berat jenis (25oC) 0,848-0,865 g/cm3
Indeks Bias (20oC) 1,464-1,478
Kelarutan dalam air Tidak larut
Larut dalam benzena, kloroform, eter,
Kelarutan dalam senyawa lain karbon disulfida, petroleum eter dan
minyak.
Bau dan rasa Memiliki bau dan rasa khas terpentin

Tabel 1.13 Syarat Khusus Mutu Minyak Terpentin


Mutu
No Karakteristik
Utama (A) Standar (B)
1 Sisa Penguapan ≤2% >2%
2 Kadar sulingan ≥ 90 % < 90 %
3 Bilangan asam ≤2 >2
4 Sama/lebih jernih dari warna Tidak dipersyaratkan
Warna
larutan standar
5 Kadar alpha pinene ≥ 80 % ≤ 80 %
6 Putaran optic + ≥ 320 + < 320
Sumber: SNI 7633:2012

ii. Gondorukem
Gondorukem atau gum rosin merupakan hasil bawah pemisahan getah pinus menjadi
Terpentin yang merupakan hasil atas pemasakan getah pinus. Gondorukem yang merupakan
hasil bawah yang nantinya akan diolah lebih lanjut membentuk gliserol rosin ester (GRE).
Tabel 1.14 Karakteristik Senyawa Gum Rosin
Komponen Keterangan
Rumus molekul C19H29COOH
Bentuk fisik Massa lengket, tidak tembus cahaya
Kenampakan Berwarna kekuningan
Titik leleh 70-80 oC
Bilangan asam 160-190
Bilangan penyabunan 170-220
Bilangan iod 5-25
Kelarutan dalam air Tidak larut
Bau Memiliki bau yang khas

5
Tabel 1.15 Syarat Khusus Mutu Gondorukem
Persyaratan mutu
No Jenis uji Satuan
U P D T
1 Warna metode X WW WG N
Lovibond Comparator
2 Titik lunak o
C ≥ 78 ≥ 78 ≥ 76 ≥ 74
3 Kadar kotoran % ≤ 0,02 ≤ 0,05 ≤ 0,07 ≤ 0,10
4 Kadar abu % ≤ 0,01 ≤ 0,04 ≤ 0,05 ≤ 0,08
5 Komponen menguap % ≤2 ≤2 ≤ 2,5 ≤3

D.2. Produk Pabrik Fraksinasi Terpentin (PFT)


i. α-Pinene
Senyawa α-pinene merupakan senyawa organik dari golongan senyawa terpen dan
termasuk ke dalam senyawa alkena yang mengadung cincin reaktif karena adanya ikatan
rangkap dan dapat ditemukan pada berbagai minyak pohon jenis konifer terutama pinus.
Senyawa α-pinene didapatkan dari hasil isolasi minyak terpentin dengan destilasi
pengurangan tekanan. Kandungan α-pinene yang terdapat di dalam terpentine sekitar 81-83
% (Wiyono, 2006). Range kandungan α-pinene dalam terpentin yang diterima PPCI bulan
Februari berdasarkan hasil analisis laboratorium sekitar 77,32 %. Sifat senyawa α-Pinene
secara umum disajikan dalam Tabel 1.16
Tabel 1.18 Karakteristik Senyawa α-Pinene
Komponen Keterangan
Rumus Molekul C10H16
Berat molekul 136,23 g/mol
Kenampakan Tidak berwarna
Densitas (20 oC) 0,858 g/mL
Titik lebur -64 C, 209 K, -83 °F
°

Titk didih 155 °C, 428 K, 311 °F


Titik nyala 33 °C
Specific Gravity 0,859
Tekanan kritis 27,6 bar
Volume kritis 0,502 m3/kg
Temperature kritis 358,85 °C
Kelarutan dalam air Tidak larut
Indeks bias 1,4656

ii. Dipentene
Dipentene adalah produk kedua yang dihasilkan dari pabrik 2. Dipentene ini
merupakan nama dagang yang diberikan PPCI Pemalang. Sebelumnya, hasil bawah dari
distilasi pertama diolah menjadi β-pinene, δ-Carene, dan δ-Limonene. Namun, karena proses

6
produksi terlalu mahal dan sedikitnya pasar, akhirnya pihak PPCI pemalang memutuskan
untuk mengambil produk dipentene.
Dipentene merupakan campuran dari beberapa senyawa, diantaranya adalah
camphene, β-pinene, δ-Carene, δ-Limonene, p-cymene, ɑ-terpinolene, ɑ-terpineol dan masih
ada sedikit ɑ-pinene. Komponen terbsesar yang terdapat pada dipentene adalah δ-Carene
63,61%. Berikut adalah rincian komposisi masing-masing senyawa:
1) β-pinene
β-pinene adalah monoterpene, senyawa organik yang ditemukan dalam tanaman. Ini
adalah salah satu dari dua isomer dari pinene, yang lainnya adalah α-pinene. β-pinene tidak
berwarna, larut dalam alkohol, akan tetapi tidak larut dalam air. β-pinene adalah salah satu
senyawa yang paling banyak dikandung oleh pohon-pohon hutan.
Senyawa β-pinene didapatkan dari hasil isolasi minyak terpentin dengan distilasi
pengurangan tekanan. Kandungan β-pinene yang terdapat di dalam terpentin sekitar 1,8-2,22
% (Wiyono, 2006). Range kandungan β-pinene dalam terpentin yang diterima PPCI bulan
Februari berdasarkan hasil analisis laboratorium internal sekitar 2,97 %.
Tabel 1.19 Karakteristik Senyawa β-Pinene
Komponen Keterangan
Rumus Molekul C10H16
Berat molekul 136,23 g/mol
Kenampakan Cairan tidak berwarna
Titik nyala 32 °C
Titik beku -61 °C
Titik didih 165 °C
Specific gravity 0,868
Tekanan kritis 27,6 bar
Temperatur kritis 368,85 °C
Kelarutan dalam air Tidak larut

2) δ-Carene
δ-Carene adalah bisiklik monoterpene yang terjadi secara alami sebagai unsure dari
dari terpentin, dengan kadar setinggi 10,5-12,5 % (Wiyono, 2006). Range kandungan δ-
Carene dalam terpentin yang diterima PPCI bulan Februari berdasarkan hasil analisis
laboratorium internal sekitar 14,63 %. δ-Carene memiliki bau yang manis dan tajam. δ-
Carene tidak larut dalam air, tetapi larut dengan lemak dan minyak.

7
Tabel 1.20 Karakteristik senyawa δ-Carene
Komponen Keterangan
Rumus Molekul C10H16
Berat molekul 136,23 g/mol
Kenampakan Cairan tidak berwarna
Densitas 0,87 cm3/g
Titik nyala 45 °C
Titik beku 25 °C
Titik didih 170 °C
Specific gravity 0,865

3) δ-Limonen
δ-Limonen merupakan senyawa hidrokarbon siklik yang terjadi secara alami sebagai unsur
dari terpentin, dengan kadar setinggi 0,9-1,4 % (Wiyono, 2006). Range kandungan δ-
Limonen dalam terpentin yang diterima PPCI bulan Februari berdasarkan hasil analisis
laboratorium internal sekitar 1,19 %. δ-Limonen dibentuk dari geranyl pyrophosphate dengan
proses siklisasi dari neryl carbocation atau senyawa ekuivalennya. δ-Limonen digunakan
dalam industri makanan sebagai pemberi aroma dan ditambahkan pada produk pembersih
seperti sabun cuci tangan untuk memberi aroma jeruk. δ-Limonen juga digunakan sebagai
alternatif untuk menghilangkan minyak pada bagian mesin, lebih mudah terbiodegradasi
daripada minyak mineral, dan dihasilkan dari sumber yang dapat diperbaharui.
Tabel 1.21 Karakteristik Senyawa δ-Limonen
Komponen Keterangan
Rumus Molekul C10H16
Berat molekul 136,23 g/mol
Kenampakan Cairan tidak berwarna
Titik nyala 43 °C
Titik beku -40 °C
Titik didih 176 °C
Specific gravity 0,84
Tekanan kritis 27,5 bar
Volume kritis 0,524 m3/kg
Temperatur kritis 376,85 °C
Kelarutan dalam air Tidak larut

4) Champene
Camphene merupakan senyawa utama dari minyak atsiri. Camphene dan turunannya memiliki
sifat antibakteri, antijamur, dan insektisida yang kuat, banyak digunakan dalam industri dan
manufaktur. Camphene dapat dikonversi menjadi senyawa lain, digunakan dalam pembuatan kapur
barus, obat dalam farmasi, dan camphene sendiri telah terbukti dapat mencegah atheromatosis pada

8
aorta beberapa hewan. Range kandungan δ-Carene dalam terpentin yang diterima PPCI bulan
Februari berdasarkan hasil analisis laboratorium internal sekitar 0,87 %.
Tabel 1.22 Karakteristik Senyawa Camphene
Komponen Keterangan
Rumus Molekul C10H16
Berat molekul 136,23 g/mol
Kenampakan Cairan tidak berwarna
Titik nyala 42 °C
Titik beku -40 °C
Titik didih 161 °C
Densitas 0,87 g/mL
Kelarutan dalam air Tidak larut

5) P-cymene
Senyawa p-cymene merupakan zat anti mikroba yang terdapat pada tanaman-tanaman
herbal. Kandungan p-cymene pada pinus sebesar 0,8 % (wiyono, 2006). Range kandungan p-
cymene dalam terpentin yang diterima PPCI bulan Februari berdasarkan hasil analisis
laboratorium internal sekitar 0,44 %.
Tabel 1.23 Karakteristik Senyawa p-Cymene
Komponen Keterangan
Rumus Molekul C10H14
Berat molekul 134,22 g/mol
Kenampakan Cairan tidak berwarna
Titik nyala 42 °C
Titik beku -68 °C
Titik didih 117 °C
Densitas 0,857 g/mL
Kelarutan dalam air Tidak larut

6) ɑ-terpinolene
Senyawa ɑ-terpinolene merupakan senyawa minyak esensial dapat digunakan untuk
bahan penyedap serta dapat berfungsi sebagai anti jamur. Range kandungan ɑ-terpinolene
dalam terpentin yang diterima PPCI bulan Februari berdasarkan hasil analisis laboratorium
internal sekitar 0,44 %.
Tabel 1.24 Karakteristik Senyawa ɑ-Terpinolene
Komponen Keterangan
Rumus Molekul C10H16
Berat molekul 136,238 g/mol
Kenampakan Cairan tidak berwarna
Titik nyala 64 °C
Titik beku -68 °C

9
Titik didih 187 °C
Densitas 0,857 g/mL
Kelarutan dalam air Tidak larut

7) γ-terpineol
γ-terpineol merupakan produk utama dan paling berlimpah yang digunakan secara
luas dalam industri kosmetik, parfum, antifungi, desinfektan, pewangi dalam cairan
pembersih, dan kini juga dikembangkan sebagai polimer. Senyawa ini tergolong ke
dalam senyawa alkohol monoterpen monosiklik yang diperoleh melalui hidrasi α-pinene
dalam suasana asam menghasilkan campuran kompleks berupa monoterpen, alkohol, dan
hidrokarbon. Selain itu α-terpineol juga dapat diperoleh melalui hidrasi atau
biokonversi limonen terkatalisis asam tetapi disertai terbentuknya diol dalam jumlah
yang besar (Dutenhefner,2001).
Tabel 1.25 Karakteristik Senyawa γ-Terpineol
Komponen Keterangan
Rumus Molekul C10H18O
Berat molekul 154,25 kg/kmol
Kenampakan Cairan tidak berwarna
Specific gravity 5
Densitas (20 oC) 0,9338 g/cm3
Titik lebur 18 °C
Titik didih 219 °C
Titik nyala 78 °C
Titik beku 1,8 °C
Kelarutan dalam air Sedikit larut

10
BAB II
DESKRIPSI PROSES

A. Konsep Proses
Pengolahan getah pinus pada pabrik Perhutani Pine Chemical Industry (PPCI)
Pemalang terdiri dari empat pabrik utama, yaitu Pabrik Gondorukem dan Terpentin (PGT)
dengan bahan baku getah pinus menjadi produk gum rosin dan Terpentin; Pabrik Fraksinasi
Terpentin (PFT) dengan bahan baku terpentin menjadi produk α-Pinene, dan Dipentene;
Pabrik Gliserol Rosin Ester (PGRE) dengan bahan baku gum rosin menjadi produk Glycerol
Rosin Ester (GRE); dan Pabrik Terpineol Pinen (PTP) dengan bahan baku α-Pinene menjadi
produk α-Terpineol dan cineol. Proses utama PPCI ini adalah pemisahan berdasarkan sifat
fisik, reaksi esterifikasi, reaksi hidrasi, dan reaksi dehidrasi dengan didukung oleh sistem
utilitas, seperti steam, hot oil, nitrogen supply, compressor, hot water, dan cooling water.
Sistem kontrol pabrik PPCI mencakup semua peralatan proses dan utilitas. Sistem operasi
pada PPCI ini menggunakan sistem operasi kontinyu dan batch. Secara garis besar, diagram
alir proses sebagaimana dalam gambar 2.1 di bawah ini:

Gambar 2.1 Proses Blok Diagram

Bahan Baku Proses Produk


Pabrik 1 Melting 28 Scrubber Pemasakan  Gum Rosin
Getah Pinus  Terpentin

Pabrik 2 Distilasi  α-Pinene


Terpentin  Dipentene

Pabrik 3 Esterifikasi Flacking  Glycerol


Gum Rosin Rosin Ester

Pabrik 4 Reaksi Terpin Filtrasi  α-Terpineol


Dehidrasi Distilasi
α-Pinene Hidrat Terpin Hidrat  Cineol

B. Langkah-langkah Proses
B.1. Persiapan Bahan Baku
Penyiapan bahan baku dilakukan untuk membersihkan kotoran getah sebelum
ditampung dalam Bak Penampung getah (BPG). Pada penerimaan getah, dilakukan uji

11
kualitas dan penimbangan getah agar sesuai dengan standar sortasi mutu Perhutani. Getah
pinus diklasifikasikan menjadi 5 golongan, yaitu getah mutu super premium, getah mutu
premium, getah mutu A, getah mutu B, dan getah tolak uji. Selanjutnya getah selain tolak uji,
di tuang ke dalam bak penampung getah.
Getah dialirkan keluar dari BPG secara gravitasi melalui saluran terbuka. Konstruksi
saluran terbuat dari beton dan seluruh permukaan dilapisi dengan lantai keramik. Desain
saluran terbuka untuk mengantisipasi sifat getah yang mudah menggumpal dan bisa
menyumbat saluran tertutup. Akan tetapi saluran gravitasi terbuka sangat memungkinkan
kotoran (debu, tanah dan lain-lain) masuk kedalamnya, kecepatan aliran rendah, sehingga
perlu penampang aliran yang luas.

B.2. Pabrik Gondorukem dan Terpentin (PGT)


Bahan baku berupa getah pinus dialirkan melalui bak ukur (talang) ke tangki melter
(V-1102/1202). Kemudian penambahan terpentin kedalam tangki melter agar lebih mudah
dalam melakukan handling terutama dalam proses transfer antar unit proses, selain itu dapat
lebih mudah dalam melakukan pemisahan kotoran serta air dari produk gondorukem dan
terpentin. Pencampuran 2,5 ton getah pinus dengan terpentin (40% dari getah) merupakan
proses pengenceran menjadi larutan getah dan pemisahan kotoran sebelum ditransfer melalui
filter (F-1101/1201 A/B).
Penambahan 0,15% (dari larutan getah) asam oksalat (katalis) kedalam larutan getah
dilakukan dalam scrubber vessel (V-1103/1203) dengan tetap mempertahankan temperatur
60 – 70oC, penambahan asam oksalat dilakukan untuk mengurangi kadar Fe dalam larutan
getah yang mengakibatkan turunnya kualitas produk. Selanjutnya larutan getah ini dialirkan
ke tangki penampung (T-1101/1201).
Tahap proses utama PGT ini adalah pemasakan getah bersih didalam ketel masakan
(R-1101) untuk memisahkan gondorukem dari terpentin dan air. Proses pemasakan secara
batch ini didahului dengan pengisian (filling) getah bersih kedalam reaktor vakum (R-1101).
Selanjutnya setelah saluran inlet dan outlet dari reaktor ditutup, dilakukan pemanasan getah
bersih memakai closed steam (10 kg/cm2) dan live steam (2 kg/cm2). Kondisi ketel
dipertahankan pada temperature +140oC dan tekanan vakum (-60 s/d -50 mmHg), dimana
dalam waktu 2 – 3 jam terpentin dan air akan menguap dan terpisah dari gondorukem. Untuk
mendapatkan kadar air dalam terpentin 0.1% (max.) digunakan garam padat (NaCl atau
Na2SO4) pada dehydrator (DH-1101/1201).

12
B.3. Pabrik Fraksinasi Terpentin (PFT)
Pabrik fraksinasi terpentin mengolah 7500 ton/tahun terpentin menjadi produk
derivatnya dengan bahan baku yang didapat dari PGT pabrik 1.
a. Kolom Fraksinasi C-2001
Bahan baku berupa terpentin dialirkan dari terpentin storage tank (Pabrik-1) ke kolom
fraksinasi-1 (C-2001 A/B) bagian tengah melalui terpentin daily tank (T-2001). Preheating
terpentin dengan temperatur +120oC dilakukan terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam
kolom fraksinasi. Media pemanas kolom fraksinasi-1 menggunakan hot oil yang dialirkan ke
reboiler (E-2001) pada temperatur +150oC dan tekanan 0,52 bar. Produk kolom fraksinasi-1
(C-2001 A/B) adalah α-pinene (top product) dan campuran, camphene, β-pinene, -carene, -
limonene, α –terpineol p-cymene, α –terpinolene dan sisa α-pinene (bottom product).
b. Kolom Fraksinasi C-2002
Bottom product kolom C-2001 A/B diumpankan ke kolom fraksinasi-2 (C-2002 A/B)
secara langsung. Di kolom C-2002 A/B tidak menggunakan pemanas, tapi memanfaatkan
panas dari kolom C-2001 A/B. Produk kolom fraksinasi-2 (C-2002 A/B) adalah Dipentene
dengan kandungan camphene, β-pinene, -carene, -limonene, α –terpineol p-cymene, α –
terpinolene dan sedikit α-pinene serta dihasilkan residu berwujud cair berwarna hitam kental
seperti aspal sebagai bottom product.

13
BAB III
SPESIFIKASI ALAT

A. Spesifikasi Alat Utama


A.1. Unit PGT
1. Melter (V-1102)
Fungsi : Pengenceran getah dengan terpentin
2. Scrubber (V1103 A/B/C)
Fungsi : Proses pencucian dengan asam oksalat
3. Reaktor (R-1101)
Fungsi : Pemasak getah
4. Filter
Fungsi : Proses penyaringan pada filter
1. Penyaringan sebelum masuk Scrubber unit
2. Penyaringan sebelum masuk penampung soft rosin tank
3. Penyaringan sebelum masuk unit reaktor

A.2. Unit Fraksinasi


1. Distilation Column (C-2001 A/B)
Fungsi : Memisahkan α-Pinene dari terpentin

14
2. Distilation Column (C-2002 A/B)
Fungsi : Mengolah pemisahan Bottom C-2001 menjadi dipentene

15
BAB IV
UTILITAS

Utilitas merupakan unit yang menyediakan bahan penunjang suatu operasi agar proses
dapat berjalan lancar. Utilitas di Perhutani Pine Chemical Industry (PPCI) Pemalang meliputi
unit-unit sebagai berikut:
1. Unit Pengolahan Air
2. Unit Penyedia Steam
3. Unit Penyedia Udara Tekan
4. Unit Penyedia Tenaga Listrik
5. Unit Penyedia Hot Oil

A. Unit Penyedia Air (Water Treatment)


Unit water treatment bertugas untuk menyediakan keperluan air yang digunakan
untuk keperluan teknis dan non teknis, misalnya air pendingin, air boiler, air proses, dan
pemadam kebakaran. Total air yang dapat diperoleh dari sumur deep well sekitar 672 m3/hari.
Sumber air baku diambil dari sumur deep well yang berjumlah 2 unit.

A.1. Penyediaan Air Proses


Unit ini bertugas menghasilkan air bersih yang memenuhi persyaratan sebagai air
proses yang bebas dari zat kimia yang mengganggu proses industri, termasuk air untuk ketel
uap yang menghasilkan energi panas untuk proses produksi. Dalam kegiatan suatu industri,
dibutuhkan air untuk keperluan air minum, mandi dan cuci (MCK), maka air yang digunakan
juga harus diproses seperti halnya air untuk keperluan rumah tangga.
Secara umum, proses pengolahan air proses pada plant ini melalui tahap-tahap
sebagai berikut:
1. Presedimentasi
Tahap ini bertujuan sebagai pengendap awal berupa kotoran yang tersuspensi misalnya
lumpur, sampah ukuran kecil, dan lain-lain yang terdapat dalam air dari sumur deep well.
Presedimentasi dilakukan dengan mengalirkan air kedalam bak penampung (water pond)
dengan kapasitas 240 m3 dan didiamkan beberapa saat agar terjadi pengendapan. Selain itu
dalam bak penampungan di tambahkan chlorine yang berfungsi sebagai desinfektan untuk
mikroba yang terkandung dalam air.

16
2. Filtrasi
Filtrasi dimaksudkan untuk menyaring kotoran yang masih terkandung dalam air. Pada
proses ini menggunakan mulimedia filter dengan media penyaring berupa karbon aktif dan
resin.
Setelah melewati tahap-tahap tersebut, air proses kemudian ditampung di water process
tank yang kemudian di distribusikan untuk keperluan operasi di plant, antara lain:
a) service water plant 60 m3/hari
b) make-up cooling tower 322,35 m3/hari

A.2. Penyediaan Air Pendingin (Cooling water)


Air dari sumur deep well dipompa ke bak penampungan (water pond) kemudian
ditampung di water process tank dan di pompa ke cooling tower. Di unit proses di PPCI
Pemalang air pendingin digunakan sebagai media pendingin pada kondensor, pendingin
flacker,dan cooler. Pada unit terpineol air pendingin yang digunakan sebagai media
pendingin adalah chiller.
Air pendingin yang telah digunakan suhunya ± 340C oleh unit proses dialirkan
cooling tower dengan bantuan pompa. Dari cooling tower air didinginkan dengan
mengontakkan udara hingga suhu air ± 280C selanjutnya ditampung di bak air pendingin dan
disirkulasikan lagi ke unit proses.

A.3. Penyediaan Air Pemadam Kebakaran (Fire fighting)


Air untuk pemadam kebakaran dipompa dari sumur deep well menuju water pond
dengan kapasitas 240 m3. Proses air pemadam dilakukan melalui pengendapan dan
penambahan chlorine pada water pond sebagai desinfektan. Setelah pengotor-pengotor
mengendap, air didistribusikan menuju hydrant-hydrant yang ada di plant.

A.4. Penyedia Air Umpan Boiler


Water treatment juga bertugas dalam penyedia air umpan boiler. Air umpan ini
diperoleh dari hasil penyaringan, tetapi masih banyak mengandung pengotor-pengotor yang
akan mengganggu proses.
Adapun peralatan-peralatan yang dapat digunakan untuk proses penyediaan air umpan
ketel uap adalah sebagai berikut:

17
1. Softener
Dari water process tank, air yang sudah difiltrasi dialirkan menuju ke dalam softener
dengan kapasitas 175,6 m3/hari. Softener merupakan suatu alat yang digunakan untuk
menghilangkan garam – garam yang dapat menyebabkan terjadinya kesadahan air meningkat
seperti garam – garam Ca dan Mg. Softener digunakan untuk mengolah air industry supaya
menjadi lebih lunak. Sistem penghilangan garam – garam penyebab kesadahan air tersebut
dilakukan dengan sistem pertukaran ion atau ion exchanger dan ion yang bertukar adalah ion
positif. Alat ini berbentuk bejana silinder tegak yang didalamnya berisi bahan penukar ion,
yaitu Na2R atau yang biasa disebut dengan resin atau zeolit.
Resin dipakai untuk mengikat garam – garam seperti garam Ca dan Mg yang dapat
menyebabkan kesadahan air. Apabila garam – garam tersebut tidak diikat, dapat
menyebabkan terbentuknya kerak di dalam ketel uap sehingga dapat menurunkan efisiensi
dari ketel tersebut. Karena adanya penambahan resin, maka di dalam softener terjadi reaksi
antara resin dengan garam – garam penyebab kesadahan dimana mekanisme reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut:
CaCO3 + Na2R → CaR + Na2CO3 (IV-2)
MgCO3 + Na2R → MgR + Na2CO3 (IV-3)
Kapasitas resin secara bertahap akan mencapai ke titik kelelahan (jenuh) dan akhirnya
hanya mengandung ion divalen, Mg2+ dan Ca2+ untuk resin pertukaran kation, dan resin anion
SO42- untuk pertukaran. Pada tahap ini, resin harus diregenerasi. Jika resin kationik digunakan
(untuk menghilangkan ion kalsium dan magnesium) maka regenerasi biasanya dilakukan
dengan melewatkan air garam terkonsentrasi, biasanya natrium klorida atau kalium klorida,
atau larutan asam klorida. Untuk resin anionik, regenerasi biasanya menggunakan larutan
natrium hidroksida atau kalium hidroksida.
2. Reversible Osmosis
Setelah dari softener tank, air selanjutnya diproses kembali dengan penyaringan
menggunakan membran reversible osmosis dengan kapasitas 175,6 m3/hari. Prinsip kerja
proses reverse osmosis ini merupakan kebalikan dari proses osmosis biasa. Pada proses
osmosis biasa terjadi perpindahan dengan sendirinya dari cairan yang murni atau cairan yang
encer ke cairan yang pekat melalui membran semipermeable. Adanya perpindahan cairan
murni atau encer ke cairan yang pekat pada membrane semipermeable menandakan adanya
perbedaan tekanan yang disebut tekanan osmosis. Fenomena tersebut membuat para ahli
berpikir terbalik, bagaimana caranya agar dapat memisahkan cairan murni dari komponen
lainnya yang membuat cairan tersebut bersifat pekat. Dengan penambahan tekanan pada
18
larutan yang pekat, ternyata cairan murni dapat melalui membran semipermeable yang
merupakan kebalikan dari proses osmosis.
Pada proses pemisahan menggunakan RO, membran akan mengalami perubahan karena
memampat dan menyumbat (fouling). Pemampatan atau fluks merosot itu serupa dengan
perayapan plastik/logam ketika terkena beban tegangan kompresi. Makin besar tekanan dan
suhu biasanya membran makin mampat dan menjadi tidak reversible. Normalnya membran
bekerja pada suhu 21-35oC. Fouling membran dapat diakibatkan oleh zat-zat dalam air baku
seperti kerak, pengendapan koloid, oksida logam, bahan organik dan silika. Oleh sebab itu
cairan yang masuk ke proses reverse osmosis harus terbebas dari partikel-partikel besar agar
tidak merusak membran. Sebelum masuk proses reverse osmosis, perlu penambahan
chemical berupa chlorine scavanger karena air umpan membran RO mengandung chlorine
yang bisa merusak membran dan antiscalant serta antifoulant untuk mencegah kerak dan
gumpalan yang timbul pada membran RO.
3) Mixbed Tank
Setelah disaring menggunkan membran RO konduktivitas air masih diatas 10, maka air
perlu diproses melalui mixbed tank yang merupakan unit penghilang kandungan mineral pada
air dengan kapasitas 87,84 m3/hari. Kandungan mineral akan berdampak pada konduktivitas
air yang tinggi. Unit ini terdiri dari penukar kation (cation exchanger) dan penukar anion
(anion exchanger). Penukar kation-anion berisi campuran resin kation dan anion untuk
pengolahan air akhir. Semua penukar ion dioperasikan dengan aliran air yang kontinyu. Resin
diregenerasi bila kemampuan menukar ion telah habis dan sebagai batasannya adalah total
galon dan konduktivitas air (high SiO2, high conductivity). Regenerasi terdiri dari tiga
langkah yaitu cuci balik (backwash), regenerasi awal dengan bahan kimia, dan pencucian
(rinse). Air yang sudah turun konduktivitasnya kemudian dipompa menuju Demin water
tank. Air dalam tangki tersebut sudah siap menjadi boiler feed water.
Bila unit mixed bed yang berupa anion dan kation exchanger mencapai titik jenuh saat
nilai condutivity mencapai nilai 1 µS/cm, maka dilakukan proses Regenerasi. Proses
regenerasi merupakan proses pengembalian fungsi reagent seperti semula, dengan jalan
mencuci resin dengan cara backwashing menggunakan NaOH dan HCl yang bertujuan
membuang mineral yang terperangkap didalam resin.
Cara regenerasi cation dan anion exchanger pada prinsipnya adalah penggunaan bahan
kimia yang berbeda dalam proses pencucian dengan cara backwashing, untuk kation
digunakan HCl dan anion adalah NaOH.

19
4. Deaerator
Dari tangki air demin, air dipompa menuju ke deaerator. Deaerator merupakan suatu alat
yang digunakan untuk menghilangkan adanya gas-gas atau udara yang terlarut di dalam air
terutama gas – gas CO2 dan O2 karena gas O2 dapat menimbulkan karat atau korosi di dalam
ketel uap sehingga apabila dibiarkan teralu lama, maka boiler tidak akan bertahan sampai 10
tahun. Gas CO2 akan mengakibatkan terjadinya pembusaan (foaming) akibat produksi uap
yang berlebihan sehingga dapat mengotori dan merusak peralatan seperti pompa dan instalasi
perpipaan, maka perlu adanya penambahan bahan kimia berupa oxigen scavanger yang
berguna untuk mengikat ion gas O2.

Sumur Deepwell

+ Cl2 Water pond

Multimedia Filter

Water Process Tank

WaterProcess
aa

Softener

Softener + Dispersan
product tank Service Water Cooling + Anti scalant
tower + Anti foulant
Unit + pH adjuster
+ Cl scavanger
+ Anti scalant
+ Anti foulant
RO

Mixbed tank

Demin tank

Dearator + O2scavanger

Boiler + O2scavanger

Gambar 4.2 Ilustrasi Skema Pengolahan Water Process


20
B. Unit Penyedia Steam
Proses penyediaan steam untuk kebutuhan di PPCI Pemalang menggunakan 2 unit boiler
jenis fire tube dengan kapasitas masing-masing 4 ton/jam menggunakan dual fuel yaitu
menggunakan bahan bakar CNG atau marine fuel oil (MFO) dan keluar dari boiler sudah
berubah menjadi steam (uap bertekanan) yang berada pada keadaan superheated steam dan
mempunyai suhu 185 oC dan tekanan 8 bar. Steam dari boiler ini digunakan untuk:
1. Kebutuhan Utilitas
a. Media pemanas untuk deaerator, yaitu untuk menghilangkan kandungan oksigen
terlarut dalam air umpan boiler
b. Media pemanas bahan bakar MFO yang dipanaskan hingga mencapai flash point agar
mudah terbakar
c. Proses atomizing untuk membuat kabut minyak bakar agar minyak bakar lebih mudah
berkontak dengan oksigen sehingga menjadi lebih mudah terbakar.
2. Kebutuhan Unit Proses
a. Media transfer cairan soft rosin pada unit PGT, karena viskositas cairan yang tinggi
dan perlu pemanasan agar tidak mengental saat transfer.
b. Media pemanas pada plant 1 dan plant 3 berupa tubing pada instalasi perpipaan yang
bertujuan memanaskan sambungan pada pipa karena fluida yang ditransfer bersifat
mengeras jika pada suhu 40oC

C. Unit Penyedia Udara Tekan


Unit ini menyediakan udara tekan berupa plant air, instrument air, dan gas N2 yang
selanjutnya digunakan sebagai:
a) instrument air digunakan sebagai media intrumentasi pneumatik
b) plant air pedia kerja yang lain, misalnya pada unit filter press, udara tekan digunakan
utnuk mengeringkan produk setelah proses pencucian.
c) gas N2 bertekanan sebagai media pendorong cairan pada saat proses transfer antar unit
dan membantu pada saat proses pembuatan gliserol rosin ester agar produk yang
dihasilkan tidak teroksidasi pada saat pemasakan.
Penyediaan udara tekan dilakukan dengan cara memasukkan udara atmosfer ke dalam
kompresor sehingga akan menghasilkan plant air dengan tekanan antara 8,3 – 9,3 bar. Untuk
instrument air, dihasilkan dari plant air yang diproses lebih lanjut melalui penyarigan dan
pengeringan yang bertujuan menghilangkan kandugan air dalam udara. Untuk memproduksi
N2 murni, instrument air diproses dalam udara. Untuk memproduksi N2 murni, instrument air
21
diproses dengan N2 generator untuk memisahkan kandungan gas lain yang ada dalam udara
sehingga didapat N2 murni 99%.

D. Unit Penyedia Tenaga Listrik (Power House)


Power house bertugas untuk menyediakan tenaga listrik yang dibutuhkan PPCI Pemalang
maupun untuk umum. Listrik yang dibutuhkan dipasok seluruhnya oleh PLN sebesar 2000
kW. Kebutuhan listrik di PPCI Pemalang dipergunakan untuk keperluan:
a. Operasi pada plant 721 kW (36%)
1. Unit PGT 141,5 kW
2. Unit kolom fraksinasi 149,5 kW
3. Unit GRE 189,6 kW
4. Unit terpineol 185 kW
5. Laboratorium 11 kW
6. Warehouse 66,84 kW
b. Utility 1273 kW (64%)
1. Water treatment process 59 kW
2. Boiler 78 kW
3. Cooling tower 600 kW
4. TOH 170 kW
5. Cooling oil 36 kW
6. Fuel system 20 kW
7. Unit udara tekan 182 kW
8. Waste water treatment process 59 kW
9. Fire hydrant 69 kW
PPCI Pemalang juga memiliki diesel engine generator kapasitas 450 kW
menggunakan penggerak mula berupa mesin diesel dengan bahan bakar solar yang digunakan
hanya pada saat keadaan mati listrik dari PLN, namun penggunaanya hanya untuk
penerangan dan supply listrik main office saja.

22
E. Unit Penyedia Hot Oil

Utilitas menyediakan media pemanas untuk keperluan proses selain steam berupa hot
oil yang diproduksi melalui thermal oil heater (TOH) dengan cara memanaskan fluida
pemanas berupa hot oil. Hot oil dialirkan dalam TOH melalui koil yang akan dipanaskan
secara langung oleh burner dengan bahan bakar menggunakan CNG atau MFO. Hot oil
dipanaskan hingga temeperatur 260oC untuk keperluan pemanas pada proses.

Gambar 4.1 Thermal Oil Heater

Terdapat 2 unit TOH di PPCI Pemalang yaitu TOH 2 MW dan 3 MW. TOH dengan kapasitas
2 MW mendistribusikan fluida pemanas untuk keperluan media pemanas dalam reaksi
esterifikasi pada reaktor di unit gliserol rosin ester(plant 3). Untuk TOH dengan kapasitas 3
MW mendistribusikan media pemanas dalam proses distilasi di unit kolom fraksinasi
terpentin (plant 2) dan unit kolom fraksinasi terpineol (plant 4).

23
BAB V
PENGOLAHAN LIMBAH

A. Unit Pengolahan Limbah


Limbah merupakan suatu masalah yang ditimbulkan dari proses produksi yang
memerlukan suatu penanganan khusus, agar tidak terjadi pencemaran di lingkungan
sekitarnya. Pada dasarnya limbah Perhutani Pine Chemical Industry (PPCI) Pemalang
berupa:
1) limbah cair
2) limbah padat

A.1. Unit Pengolahan Limbah Cair


Pengolahan limbah cair di PPCI Pemalang secara sederhana ditunjukkan oleh blok
diagram berikut ini:

Limbah cair Equalizer UASB Aerasi


dari plant

Drying
Lingkungan Lagoon Fish Pond Clarifie Bed
rr

Gambar 5.1 Blok Diagram Pengolahan Limbah Cair


Limbah cair yang berasal dari plant diolah dalam suatu tempat pengolahan limbah
yaitu unit waste water treatment process (WWTP). Dalam unit WWTP ada beberapa tahapan
proses, diantaranya:
1. Bak Equalisasi A & B
Limbah yang berasal dari plant di PPCI Pemalang di tampung dalam bak equalisasi A
sehingga air limbah akan seragam. Air limbah yang seragam angat diperlukan untuk
menentukan reagen yang tepat dalam proses pengolahan. Bak equalizer pada umumnya
berbentuk segi empat. Selain itu bak equalisasi juga digunakan untuk mengontrol pH air
limbah sebelum diproses lebih lanjut. Bak equalizer B merupakan sebuah bak penampung
yang berfungsi sebagai penetral limbah asam dan basa yang berasal dari limbah plant.
Pengolahan yang dilakukan terhadap limbah yang terlalu asam adalah dengan
68
penambahan caustic, sedangkan pengolahan yang dilakukan untuk limbah yang terlalu
basa berupa penambahan asam. Asam dan basa in berpenaruh pada pertumbuhn bakter

24
yang digunakan untuk mengolah limbah ini. Jika terlalu basa maka bakteri akan
terhambat perkembangannya, sedangkan jika terlalu asam bakteri akan mati.
2. Bak UASB (Unflow Anerobic Sludge Blanket)
Pada bagian ini terjadi pengolahan secara anaerobik yang mana pengolahan air limbah
dengan menggunakan bakteri anaerob atau tanpa membutuhkan oksigen dalam proses
pengolahan atau penguraian air limbahnya oleh bakteri untuk mengurangi kadar COD
yang berkisar ± 5.000-10.000 ppm. Bakteri anaerob yang digunakan berupa bakteri yang
terdapat pada kotoran manusia. Pada bak ini terdapat penambahan Urea untuk sumber N
dan penambahan NPK untuk sumber P sebagai nutrient bagi bakteri tersebut.
3. Bak Aerasi
Bak aerasi merupakan proses lanjutan dari bak UASB. Air dari UASB belum
mengandung oksigen sehingga dalam bak aerasi ini akan diproses dengan cara
menambah/melarutkan oksigen ke dalam air. Fungsi dari penambahan oksigen ini sebagai
sumber bagi bakteri untuk menghasilkan energi untuk mendekomposisi zat organik yang
ada dalam air limbah tersebut. Sehingga berfungi untuk menurunkan parameter COD dan
BOD. COD yang terkandung di dalam bakaerasi berkisar ± 2.000-3.000 ppm.
4. Clarifier
Clarifier berfungsi untuk memisahkan sejumlah kecil partikel-partikel halus yang
menghasilkan liquid yang jernih yang bebas partikel-partikel solid atau suspensi. Selama
proses pengolahan berlangsung, air dalam clarifier akan mengisi bak-bak yang terdapat
pada clarifier dan partikel-partikel padatan akan mengenai sekat dan akan mengendap
sehingga air pada bagian permukaan akan mengalir ke bak selanjutnya dan mengenai
sekat-sakat selanjutnya yang pada tiap sekat nilai kekeruhan (turbidity) air akan
berkurang sehingga diperoleh air produk yang lebih jernih dibandingkan dengan air input.
5. Drying Bed
Partikel-partikel padatan yng mengendap dibawah clarifier akan di transfer menuju
drying bed. Pada bak ini lumpur akan dikeringkan dengan bantuan sinar matahari. Jika
masih terdapat lumpur aktif (lumpur yang masih mengandung bakteri) maka akan
dikembalikan kembali ke bak aerasi.
6. Fish Pond
Pada bak ini digunakan indikator ikan sebagai pengukuran pencemaran air limbah. Jika
ikan pada bak ini ikan mati diartikan angka COD masih tinggi.

25
7. Lagoon
Air limbah dimasukkan ke dalam lagoon dengan waktu tinggal yang cukup lama agar
terjadi pemurnian secara biologis alami sesuai dengan derajat pengolahan yang
ditentukan. Jika air limbah masih mengandung COD yang tinggi akan dikembalikan lagi
menuju bak aerasi untuk diproses ulang sampai kandungan COD pada lagoon sesuai
dengan derajat pengolahan yang di tentukan. Jika kandungan COD pada final lagoon
sudah di bawah angka 250, air limbah aman untuk dibuang ke lingkungan.

A.2. Unit Pengolahan Limbah Padat


Limbah padat yang ada di PPCI Pemalang berasal dari berbagai unit, baik dari
aktifitas manusia, proses produksi, maupun yang terjadi secara alamiah. Limbah padat
tersebut di antaranya adalah dedaunan, ranting, berbagai jenis plastik, kertas, kaleng-kaleng,
limbah padat yang mengandung B3 dan lain sebagainya.
Limbah padat yang dihasilkan oleh PPCI Pemalang ditampung sementara pada tiga
buah tong sampah dengan warna hijau, kuning, dan hitam yang diletakkan di seluruh area
PPCI Pemalang.
Adapun karakteristik dan jenis sampah yang dibuang ke dalam tong sampah
sementara tersebut berbeda-beda sesuai dengan warna tong sampah tersebut, yaitu sebagai
berikut:
a) warna hijau untuk jenis sampah organik, berupa dedaunan, serta jenis sampah yang
mudah terurai
b) warna kuning untuk jenis sampah anorganik, berupa plastik, kaleng, botol, serta jenis
sampah yang tidak mudah terurai
c) warna hitam untuk jenis sampah yang mengandung B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Setelah ditampung sementara pada tong sampah tersebut, maka dilakukan pengelolaan
sampah lebih lanjut untuk sampah yang dihasilkan pada PPCI Pemalang. Pengelolaan sampah
lebih lanjut tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Untuk sampah organik dan anorganik dibuang ke TPS (tempat pembuangan sementara)
yang telah ada di pabrik. Dari TPS sampah organik dan anorganik diangkut oleh Pemda
setempat menuju ke TPA (tempat pembuangan akhir). Pengangkutan dan pembuangan
sampah ke TPA ini dilakukan setiap minggu sekali.
2. Untuk limbah yang mengandung B-3 diserahkan kepada pengelola limbah yang dikelola
oleh KLH (kementerian lingkungan hidup) agar tidak mencemari tanah dan air tanah di
lingkungan kerja dan masyarakat PPCI Pemalang jika dibiarkan saja di TPS .
26
3. Selain metode pengolahan limbah padat di atas, dapat pula ditambahkan dengan metode
pengolahan limbah yang lain yang dikenal dengan sebutan 3R. Metode 3R ini terdiri dari
Reduce, Reuse, dan Recycle. Berikut ini akan dijelaskan arti dari masing-masing istilah
tersebut:
a. Reduce : Pengurangan sampah yang dimulai dari sumber
sampah
b. Reuse : Penggunaan ulang barang-barang yang akan
dibuang atau sudah lama tidak digunakan untuk
fungsi yang sama
c. Recycle : Pendaur-ulangan sampah menjadi suatu barang
atau produk baru yang bermanfaat

27
BAB VI
LABORATORIUM

A. Alat-Alat Utama Laboratorium


A.1. Laboratorium Penguji Bahan Baku
Alat-alat utama yang digunakan pada laboratorium analisis bahan baku, diantaranya:
a) filter 100 mesh, baskom stainless steel, dan gelas ukur digunakan untuk analisis kadar
kotoran dalam getah
b) hot plate, termometer, dan spatula/agitator digunakan untuk melarutkan getah dalam
terpentin
c) cawan stainless steel, oven, dan neraca digunakan untuk analisis kadar terpentin

A.2. Laboratorium Penguji Produk Derivatif Gondorukem dan Terpentin


1. Analisis Produk Gondorukem
Alat-alat utama yang digunakan pada laboratorium analisis gondorukem antara lain:
a) lico 620 (HACH LANGE) digunakan untuk analisis warna
b) buret digunakan untuk analisis bilangan asam
c) ring and ball aparatus digunakan untuk analisis softening point

2. Analisis Produk Terpentin


Alat-alat utama yang digunakan pada laboratorium analisis terpentin antara lain:
a) Buret, digunakan untuk analisis bilangan asam dengan cara titrasi
b) Oven, cawan stainless steel, digunakan untuk analisis volatile oil content (VOC)/
Sisa Penguapan
c) Refraktometer (ATAGO), digunakan untuk analisis indeks bias
d) Piknometer, digunakan untuk analisis berat jenis

3. Analisis Produk Derivatif Terpentin


Alat-alat utama yang digunakan pada laboratorium analisis derivatif terpentin:
a) Shimadzu GCMS-QP2010S digunakan untuk analisis kadar α-pinene dan
dipentene
b) Buret, digunakan untuk analisis normalitas dengan cara titrasi

28
B.3. Laboratorium Penguji Air
Alat-alat utama yang digunakan pada laboratorium analisis air antara lain:
a) Spektofotometer (spectroquant pharo 300) digunakan untuk analisis zat yang terkandung
dalam air proses dan air limbah
b) Multimeter (HANNA HI 9811-5) digunakan untuk analisis pH, TDS, conductivity
(mengenai tingkat keasaman dan kebasaan air)
c) Turbidimeter (TU-2016) digunakan untuk analisis turbidity (mengetahui tingkat
kekeruhan yang dinyatakan dalam Ntu)
d) COD reactor (spectroquant TR 320) digunakan untuk memanaskan sampel yang akan
dianalisis kadar COD
e) Incubator FTC 90E digunakan untuk menyimpan sampel dalam botol winkler yang akan
dianalisis kadar BOD. Disimpan selama 5 hari untuk menghidupkan bakteri yang
terkandung dalam sampel

C. Prosedur Analisis
C.1. Laboratorium Penguji Kualitas Bahan Baku
Prosedur kerja pada laboratorium analisis bahan baku untuk masing-masing alat
sebagai berikut:

a. Analisis kotoran
Tujuan : untuk menentukan kadar kotoran dalam getah sehingga mutu/kualitas getah
dapat diketahui
Alat : heater, gelas ukur, baskom stainless steel, agitator/spatula
b. Analisis Kadar Terpentin
Tujuan : untuk mengetahui kadar terpentin pada sampel getah
Alat : cawan stainless steel, oven
c. Analisis Densitas
Tujuan : untuk mengetahui masa jenis sampel getah

C.2. Laboratorium Penguji Produk Derivatif Gondorukem dan Terpentin


Prosedur kerja yang dipakai pada laboratorium analisis produk derivatif terpentin,
untuk masing-masing alat sebagai berikut:

a. Analisis Warna
Tujuan : Untuk menganalisis kualitas warna pada gondorukem.
Alat : Lico, tabung reaksi

29
b. Analisis Acid Value (Bilangan Asam)
Tujuan : Untuk menganalisis nilai bilangan asam pada gondorukem dan
GRE
Alat : Neraca, buret, erlenmeyer, pipet volum, gelas beaker
c. Analisis Softening Point
Tujuan : Mengetahui analisis nilai softening point dari gondorukem dan GRE
Alat : Heater, ring and ball aparatus, thermometer
d. Analisis volatile oil content (VOC)/Sisa Penguapan
Tujuan : Menganalisis kadar terpentin yang masih tersisa dalam getah
Alat : Cawan stainless steel, oven
e. Analisis Indeks Bias
Tujuan : Mengetahui indeks bias pada terpentin
Alat : Refraktometer
f. Analisis Berat Jenis
Tujuan : Mengetahui berat jenis pada terpentin
Alat : Piknometer
]
g. Analisis Kadar Minyak dalam Sampel
Tujuan : Untuk mengetahui komponen terpentin, α-pinene, β-pinene, δ-carene, δ-
limonen, dan α-terpineol beserta kadar yang terkandung di dalam sampel.
Alat : GCMS
h. Analisis Normalitas
Tujuan : Untuk mengetahui normalitas mother liquor, terpin hidrat dengan metode
titrimetric

C.3. Laboratorium Penguji Produk Air


Prosedur kerja yang dipakai pada laboratorium analisis air, untuk masing-masing alat
sebagai berikut:

a. Analisis pH, TDS, Conductivity


Tujuan : Mengetahui tingkat keasaman air, TDS, dan konduktifitas.
Alat : Multimeter.
b. Analisis Spektofotometri
1. Chlorine test
Tujuan : Untuk mengetahui adanya kandungan khlor dalam air.

30
Alat : Spektofotometer
2. BOD Test
Tujuan : Untuk mengetahui adanya BOD dalam air.
Alat : Spektofotometer
3. COD Test
Tujuan : Untuk mengetahui adanya kandungan COD dalam air.
Alat : Spektofotometer
4. Si Test
Tujuan : Untuk mengetahui adanya kandungan silika dalam air.
Alat : Spektofotometer
5. Total Hardness Test
Tujuan : Untuk mengetahui total kesadahan dalam air.
Alat : Spektofotometer
6. Fe Test
Tujuan : Untuk mengetahui adanya kandungan besi dalam air.
Alat : Spektofotometer
7. Phosphate Test
Tujuan : Untuk mengetahui adanya kandungan fosfat dalam air.
Alat : Spektofotometer
c. Analisis Turbidity (kekeruhan)
Tujuan : Untuk mengetahui tingkat kekeruhan dalam air (NTU).
Alat : Turbidimeter

31

Anda mungkin juga menyukai